Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPS KELAS RENDAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Pembelajaran IPS Kelas Rendah
Dosen Pengampu : Nunu Nurfirdaus, M. Pd.

Disusun Oleh:

1. Brian Febriansyah (NIM 226223102)


2. Karin Handayani (NIM 226223105)
3. Talitha Hasnaa Shabrina (NIM 226223098)

PGSD 4D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN(STKIP) MUHAMMADIYAH KUNINGAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Karakteristik
Pembelajaran IPS di Kelas Rendah” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPS Kelas Rendah. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan yang mendalam tentang karakteristik
pembelajaran IPS di kelas rendah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nunu Nurfirdaus, M. Pd.
selaku dosen Mata Kuliah Pembelajaran IPS Kelas Rendah. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran kami harapkan untuk membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Kuningan, 7 Februari 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .............................................3
B. Pembelajaran IPS di sekolah dasar ..........................................................7
C. Pengertian Karakteristik ..........................................................................9
D. Karakteristik Pembelajaran IPS di Kelas Rendah .................................14
BAB III PENUTUP ..............................................................................................29
A. Kesimpulan ............................................................................................29
B. Saran ......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karakteristik merupakan sebuah ciri atau tanda terhadap suatu objek.
Sama halnya dengan manusia, suatu mata pelajaran juga memiliki karakteristik
atau ciri tersendiri sebagai suatu penanda bahwa mata pelajaran tersebut berbeda
dengan mata pelajaran yang lainnya. Untuk itu dalam makalah kali ini kami akan
membahas mengenai apa itu karakteristik khususnya dalam pembelajaran IPS di
SD kelas rendah. Karakteristik dalam pembelajaran IPS pada dasarnya sudah
banyak yang mengetahui secara garis besar, secara garis besar karakteristik
pembelajaran IPS memang berhubungan dengan kehidupan sosial dalam
kehidupan sehari hari.
Namun sebenarnya banyak sekali karakteristik pembelajaran IPS
khususnya kelas rendah, dengan adanya karakteristik pembelajaran IPS kelas
rendah. pembelajaran IPS akan dengan mudah diartikan dan dijelaskan jika
dibandingkan dengan kelas tinggi. Banyak sekali orang bahkan siswa
menganggap pembelajaran IPS kelas rendah itu mudah dan hanya itu-itu saja
materinya tidak jauh dengan pelajaran yang lainnya, padahal ada beberapa aspek
atau karakteristik yang membedakan pembelajaran IPS di kelas rendah dan kelas
tinggi. Karena dengan adanya karakteristik inilah pembelajaran IPS kelas rendah
akan dengan mudah tersampaikan dan tujuan pembelajaran dapat dengan mudah
dicapai. Banyak orang menganggap enteng dan asal mengajarkan pembelajaran
IPS kepada anak SD, padahal materi yang disampaikan haruslah relevan dan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh kementrian pendidikan guna
mencerdaskan. peserta didik.
Tak hanya itu dalam karakteristik pembelajaran IPS kelas rendah juga
memiliki banyak aspek dan tujuan tertentu seperti harus berpusat pada siswa,
meskipun dalam karakteristik pembelajaran IPS di kelas rendah disebutkan dan
tertulis, namun karena kelas rendah dianggap belum terlalu mengerti maka
kebanyakan gurulah yang mengambil peran penting dalam pembeljaran IPS ini.

1
Untuk itu agar menghindari kekeliruan dalam penerapan karakteristik
pembelajaran IPS di kelas rendah dalam makalah ini akan dibahas secara lebih.
detail dan rinci mengenai karakteristik pembelajaran IPS di kelas rendah yang
berbeda dengan kelas tinggi dan kelas yang lainnya.
Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur
pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai moral, dan keterampilan-
keterampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajaran bukan
sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali siswa dengan sebuah konsep
dengan hapalan bekala, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa
seperangkap pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan agar mereka mampu
menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan
ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat sekitar, serta sebagai bekal bagi
dirinya untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan beberapa pokok permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian ilmu pengetahuan sosial?
2. Bagaimana pembelajaran IPS di sekolah dasar?
3. Apa pengertian dari karakteristik?
4. Bagaimana karakteristik pembelajaran IPS kelas rendah?

C. Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan sosial.
2. Untuk mengetahui pembelajaran IPS di sekolah dasar.
3. Untuk mengetahui pengertian dari karakteristik.
4. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran IPS di kelas rendah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah
dasar maupun di sekolah menengah pada hakikatnya merupakan suatu integrasi
utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk
tujuan pendidikan. Artinya, berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep,
struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis,
dan sosial-budaya untuk kepentingan pendidikan.
Menurut Gunawan (2013 : 17) Hakikat IPS adalah tentang manusia dan
dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan
sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat
berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui handphone dan
internet.
Pada hakikatnya memang manusia hidup saling berdampingan dan saling
membutuhkan satu sama lain, sehingga manusia itu tidak bisa hidup sendirian.
Sejak lahir, setiap manusia telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya
dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Dalam lingkungan
keluarga antara ibu dengan anak, kakak dengan adik, ayah dengan ibu pasti
saling membutuhkan dan saling tolong menolong, contohnya ayah membantu
ibu memasak, kakak yang membantu adik mengerjakan pr, dan gotong royong
sekeluarga membersihkan rumah.
Selanjutnya setelah usia taman Kanak-kanak, anak akan berinteraksi
dengan teman-teman sekelasnya, dan dengan gurunya. Sesuai dengan
bertambahnya umur, maka interaksi tersebut akan bertambah luas, begitu juga ia
akan mendapat pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan masyarakat
disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana seluk
beluk kehidupan. Misalnya bagaimana cara seseorang memenuhi kebutuhan
hidupnya, cara menghormati orang yang lebih tua, sebagai anggota masyarakat

3
harus mentaati aturan atau norma-norma yang berlaku, mengenal hal-hal yang
baik dan buruk, maupun benar dan salah.
Di era sekarang yang serba canggih ini dengan teknologi, manusia dapat
dengan cepat menghimpun informasi dunia dengan rinci tentang segala hal,
misalnya kekayaan laut, hutan, pengembangan situasi politik suatu negara, dan
peristiwa-peristiwa aktual lainnya. Dengan kemajuan Iptek yang begitu kuat
pengaruhnya sehingga dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku
seseorang. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini manusia dapat
berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan
internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang
satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian
maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya.
According Schneider dkk. (1994 : 24) Social studies is the integrated
study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within
the school program, social studies provides coordinated, systematic study
drawing upon suchdisciplines as anthropology, archaeology, economics,
geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and
sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and
natural sciences. The primary purpose of social studies is to help youngpeople
develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good
as citizens of a culturally diverse, democratic society inan interdependent world.
Menurut Schneider (1994 : 24) Ilmu pengetahuan sosial adalah studi
terpadu ilmu-ilmu sosial dan humaniora. untuk meningkatkan kompetensi sipil.
Dalam program sekolah, IPS memberikan pembelajaran yang terkoordinasi dan
sistematis berdasarkan disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi,
geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi,
serta konten yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu alam. Tujuan
utama dari studi sosial adalah untuk membantu kaum muda mengembangkan
kemampuan untuk membuat keputusan yang beralasan dan beralasan demi
kepentingan publik sebagai warga negara dari masyarakat demokratis yang
beragam secara budaya di dunia yang saling bergantung.

4
Pada dasarnya IPS merupakan penggabungan ilmu-ilmu sosial seperti
sejarah, sosiologi, ekonomi dan geografi yang disatukan dan dimuat dalam satu
pelajaran, yang dimana didalamnya juga terdapat ilmu-ilmu untuk memajukan
manusia, sehingga mencapai kemanuasiaannya yang sesungguhnya yang disebut
ilmu budaya atau humaniora.
Dalam pembelajaran di sekolah, IPS dapat memberikan pembelajaran
yang selaras dan seimbang antara satu pihak dengan pihak laiinya serta
memberikan pembelajaran yang teratur untuk mencapai tujuan dan berakhir
dengan tujuan bersama, berdasarkan ilmu-ilmu sosial seperti ilmu tentang
masyarakat dan budaya manusia serta perkembangannya, ilmu yang
mempelajari sejarah kebudayaan manusia masa lampau melalui benda atau
materi yang ditinggalkan, ilmu yang membahas perilaku sosial antar individu,
antar kelompok, maupun individu dan kelompok, ilmu yang mempelajari segala
aktifitas manusia dan alam melalui persfekti ruang hingga terbentuk pola ruang
tertentu, dan ada ilmu pengetahuan yang berdaya upaya memberikan
pengetahuan dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul
karena pebuatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai kemakmuran.
IPS tidak hanya berfokus pada pemahaman konsep-konsep dan
faktafakta, tetapi juga pada pengembangan keterampilan sosial dan keterampilan
hidup yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan
masyarakat, siswa diajak untuk memahami berbagai perspektif, mengevaluasi
informasi yang mereka terima dari mana saja, dan membuat keputusan yang
terinformasi dan beralasan tentang isu-isu yang memengaruhi masyarakat, IPS
juga membantu siswa memahami bahwa keputusan dan tindakan mereka
memiliki dampak pada masyarakat di sekitar mereka sehingga mereka akan
mempertimbangkan setiap keputusan dan tindakan yang mereka ambil, dalam
pendidikan IPS diajarkan untuk mempertimbangkan kepentingan masyarakat
dalam setiap keputusan yang mereka ambil, pendidikan IPS dapat membentuk
warga negara yang aktif dan bertanggung jawab dan dalam pendidikan IPS siswa

5
didorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan komunitas yang menimbulkan
kesejahteraan bersama dan adanya keadilan.
Menurut Seran dan Mardawani (2021 : 1) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan baik pada tingkat SD, SMP
maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri seperti halnya Ilmu-ilmu sosial lainnya,
namun materi IPS menggunakan bahan ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan dengan tujuan pengajaran dan pendidikan. Salah satu penyebab
lahirnya IPS (social studies) disebabkan adanya keinginan dari ahli-ahli ilmu
sosial dan pendidikan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Misalnya di Amerika Serikat, IPS dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah agar
masyarakat Amerika Serikat yang multi ras merasa satu bangsa yaitu bangsa
Amerika. Di Indonesia IPS dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah tidak
terlepas dari situasi kacau akibat G30S/PKI. Dengan demikian salah satu tujuan
IPS ialah untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik. Berikur
dikemukakan beberapa definisi dari IPS.
Di samping istilah yang telah disinggung di atas, sering pula ditemui
istilah lain, yang kadang-kadang digunakan untuk menyebut bidang studi IPS
ini. Istilah tersebut, antara lain Social Education dan Social Learning. Kedua
istilah tersebut lebih menitikberatkan kepada berbagai pengalaman di sekolah
yang dipandang dapat membantu anak didik untuk lebih mampu bergaul di
tengah-tengah masyarakat.
IPS diidentifikasi sebagai studi yang memperhatikan pada bagaimana
orang membangun kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan anggota
keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah- masalah, bagaimana
orang hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah oleh
lingkungannya.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pertama bahwa IPS
merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan individu baik
sebagai warga negara maupun masyarakat. Individu yang diharapkan dalam IPS
adalah individu yang saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.
Interaksi yang diharapkan adalah interaksi yang bisa membangun kehidupan

6
yang lebih baik. Sebab secara sosiologis dan politis, apabila individu- individu
tersebut memiliki yang baik. secara otomatis menunjukkan sebagai warga negara
yang baik

B. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar


Menurut Saputra (2009 : 4) pengajaran IPS di Sekolah Dasar tidak
bersifat pengetahuan. Ini bermakna bahwa yang diajarkan bukanlah teori‐teori
ilmu sosial, melainkan hal‐hal yang praktis yang berguna bagi dirinya dan
kehidupannya kini maupun kelak dikemudian hari dalam berbagai lingkungan
serta berbagai aspek kehidupannya. Untuk kepentingan itu, pembelajaran IPS di
SD harus dimulai dari lingkungan keluarga siswa itu sendiri, lingkungan sekolah
dan para tetangga dengan cara membandingkan diantara sesamanya. Hal ini
perlu ditekankan untuk memperjelas kebutuhan‐kebutuhan dasar bersama, serta
respek‐respek yang mengiringinya, yaitu fakta‐fakta adanya keanekaragaman.
Pembelajaran IPS di SD ini bukan pembelajaran yang bersifat teori
melainkan hal-hal yang memang berkaitan dengan dirinya sendiri dengan
lingkungan sekitarnya guna menjadi pondasi dasar atau bekal untuknya saat
berada dilingkungan, entah itu lingkungan sekolah, keluarga ataupun masyarakat
pada saat ini maupun kelak dikemudian hari. Jadi bukan hanya di sekolah saja
pengimplementasianya tetapi awal mulainya berasal dari keluarga dulu yang
dimana itu inti lingkungannya sebelum ke lingkungan masyarakat.
Ketika peserta didik memulai pembelajaran IPS yang didukung oleh
lingkungan keluarga, lalu lingkungan sekolah juga lingkungan masyarakat,
disitulah peserta didik dapat mencari perbandingan diantara lingkungan tersebut,
sehingga peserta didik paham dan bisa memposisikan dirinya sendiri dengan
setiap keadaan yang dialaminya, bahwasannya banyak fakta-fakta dilingkungan
yang belom dia ketahui dan banyak keanekaragaman dari masing-masing
lingkungan yang menjadikan itu perbedaan dan ciri khasnya.
Menurut Siska dkk. (2021 : 2) penanaman dan pengembangan
pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama. Pendidikan
karakter dapat dintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

7
Penanaman dan pengembangan nilai karakter di sekolah dapat dilakukan dalam
proses pembelajaran, yaitu implementasi pada mata pelajaran tertentu. Mata
pelajaran atau materi yang dianggap sesuai sebagai wahana penanaman nilai
karakter di sekolah adalah pembelajaran atau mata pelajaran IPS khususnya pada
jenjang Sekolah Dasar (SD).
Pembelajaran IPS pada jenjang Sekolah Dasar merupakan pembelajaran
yang dapat menunjang penanaman dan pengembangan pendidikan karakter.
Untuk menanamkan dan mengembangan nilai karakter, seperti contoh karakter
menjadi warga negara Indonesia itu harus seperti apa ? nah, hal ini disisipkanlah
dan dibahas dalam pembelajaran IPS di SD untuk pondasi dasar anak-anak
bangsa dengan memupuk nilai karakternya dan menyiapkan karakter anak
bangsa yang baik. Untuk menunjang hal tersebut dapat dilakukan dengan
melalui pembelajaran dan mata pelajaran yang cocok untuk
mengimplementasikannya ialah pada mata pelajaran IPS.
Menerapkan pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah hal yang paling
cocok untuk diimplementasikan dan diberikan kepada peserta didik, karena fase
anak SD adalah fase dimana ia harus diberikan pemahaman yang baik agar
terciptanya karakter yang baik pula. Pada masa-masa tersebut, rasa
keingintahuan siswa masih tinggi dan kemungkinan sangat mudah untuk
menanamkan dan mengembangakan pendidikan karakternya, dengan
diberikannya ilmu sosial diharapkan peserta didik menjadikannya sebagai
pondasi dan bekal untuk dirinya pada saat ini maupun di kemudian hari.
Menurut Maryani (2016 : 47) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah dasar yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaiatan dengan
isu sosial, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di dalamnya memuat
materi geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. IPS diajarkan di sekolah dasar
dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti
yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama.
Fakta adalah data spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal
yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan dapat mengenal

8
beberapa jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya. Konsep
adalah kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti
terhadap kelompok fakta yang berkaitan Konsep dasar yang relevan untuk
pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial,
Ilmu pengetahuan sosial ini meliputi seperangkat peristiwa dan fakta
yang benar-benar atau mutlak terjadi dalam kehidupan manusia, juga terdapat
perihal ide, gagasan atau gambaran dari suatu kejadian yang dinyatakan dalam
suatu kata atau simbol. IPS ini merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yang
diantaranya:
1. Sosiologi, ilmu yang membahas perilaku sosial antar individu, antar
kelompok, maupun individu dan kelompok.
2. Geografi, ilmu yang mempelajari segala aktifitas manusia dan alam melalui
persfekti ruang hingga terbentuk pola ruang tertentu.
3. Sejarah, ilmu pengetahuan yang disusun atas hadil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
4. Ekonomi, ilmu pengetahuan yang berdaya upaya memberikan pengetahuan
dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena pebuatan
manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
kemakmuran.
Berdasarkan pendapat teori di atas dapat dievaluasi bahwa pembelajaran
IPS di sekolah dasar pada dasarnya dimaksudkan untuk pengembangan
pengetahuan, sikap, nilai-moral, dan keterampilan siswa agar menjadi manusia
dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua,
masyarakat, dan agama.

C. Pengertian Karakteristik
Menurut Isnaini (2013 : 446) pengertian karakter adalah watak, tabiat,
pembawaan, kebiasaan atau juga cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri
khas individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara.

9
Dapat di artikan bahwasannya karakter adalah sebuah system keyakinan
dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi
tertentu.
Karakteristik merupakan sebuah ciri atau tanda terhadap suatu objek atau
suatu yang menjadi pembeda atau menjadi salah satu keidentikan dan kekhasan
tersendiri. Dengan karakteristik tersebut pula menjadi mudah dan dapat dengan
mudah diingat dan dikenali salah satunya dalam sistem pembelajaran.
Menurut Afandi (2011 : 87) Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani
charassein dan "kharax" yang maknannya tools for making to engrave yang
artinya mengukir, kata ini mulai banyak digunakan kembali dalam bahasa
prancis "character" pada abad ke 14 dan kemudian mauk dalam bahasa inggris
menjadi "character" sebelum akhirnya bahasa Indonesia menjadi karakter
membentuk karakter seperti kita mengukir batu permata atau permukaan besi
yang keras. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau juga kepribadian
sesorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang di
yakini dan mendasari cara pandang. berfikir, sikap, dan cara bertindak orang
tersebut.
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani yang kemudian kata ini mulai
banyak digunakan kembali dalam bahasa-bahasa negara lainnya yang sebelum
akhirnya disebut karakter dalam bahasa Indonesia. Karakter diartikan sebagai
watak, perilaku, ataupun sikap seseorang yang mendasari cara pandang, berfikir
dan cara bertindak orang tersebut yang menjadikan itu sebagai ciri khasnya
sendiri.
Watak adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan
tingkah laku, sama hal nya dengan arti dari akhlak yang berarti sifat tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dilakukan
tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan. Bahwasannya watak dan aklak
terbentuk dari penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai, sehingga
merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang

10
diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehingga mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak seseorang serta mampu dipertanggung jawabkannya yang menjadi ciri
khas dirinya.
Menurut Anshori (2014 : 68) menjelaskan bahwa karakter adalah
personality characteristic yang berarti bakat, kemampuan, sifat, dan sebagainya,
yang secara konsisten diperagakan oleh seseorang, termasuk pola-pola perilaku,
sifat-sifat fisik dan ciri-ciri kepribadian.
Personality characteristic ialah karakteristik kepribadian seseorang,
dimana karakteristik setiap orang itu berbeda-beda dan hal inilah yang menjadi
daya pembeda seseorang dengan yang lainnya dan disebut ciri khas. Karakter ini
dapat menjadikan dirinya berbeda dengan orang lainnya apabila kemampuan,
sikap dan cara berperilakunya ini sering dilakukan terus menurus dan sering
diperagaakan yang menjadikan itu sebagai ciri khasnya sendiri.
Pola perilaku sosial merupakan bentuk sikap seseorang yang tertata yang
dilakukan berulang ulang dalam hidup bermasyarakat yang tinggal dalam suatu
darah. Pola perilaku yang sering dilakukan akan menonjolkan sifat-sifat fisik dan
ciri-ciri kepribadian masing-masing seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas,
ambisius, dan setia yang diperagakan oleh individu dalam sejumlah situasi. Nah,
hal itu lah yang menjadikan pembeda dirinya dengan orang lainnya.
According Lickona (1991 : 51) Character consist of operative values,
values in action. Character conceived has three interrelated parts: moral
knowing, moral feeling and moral behavior. Good character consists of knowing
the good, desiring the good and doing the good habits of the mind, habits of the
heart and habits of action.
Menurut Lickona (1991 : 51) menjelaskan tentang pengertian dan
menawarkan satu cara memaknai karakter dalam pembelajaran. Karakter terdiri
dari nilai-nilai operatif, nilai-nilai dalam tindakan. Karakter yang dikandung
mempunyai tiga bagian yang saling berkaitan: pengetahuan moral, perasaan
moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui yang baik,
menginginkan yang baik dan melakukan yang baik, kebiasaan pikiran, kebiasaan
hati, dan kebiasaan tindakan.

11
Pernyataan di atas menggambarkan bahwa karakter terdiri dari nilai-nilai
operatif dan nilai-nilai tindakan setiap individu dalam cara berpikir atau dalam
menjalankan kehidupannya. Karakter yang dipahami mempunyai tiga komponen
saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku
moral.
Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan yang baik, menginginkan
yang baik dan melakukan kebiasaan yang baik pula dari pikiran, kebiasaan dan
tindakan. Pendidikan karakter dapat juga dikatakan sebagai suatu usaha aktif
untuk membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini,
agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Nurfirdaus dan Risnawati (2019 : 39) karakter dimaknai sebagai
cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu dan bekerja sama, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia menyebutkan karakter berarti sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
watak. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat
keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari
keputusaannya.
Individu merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan serta
mempunyai ciri khas masing-masing. Jadi yang membedakan individu dengan
individu lainnya ialah karakter, dimana karakter ini diartikan sebagai cara
berpikir dan berperilaku masing-masing individu. Individu yang berkarakter
baik yaitu karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku manusia yang
semestinya dibuktikan dengan dapat membuat keputusan dan bisa
mempertanggungjawabkan semua hal yang telah dilakuakan tanpa melupakan
norma-norma agama, hukum, tata krama dan adat istiadatnya.
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perasaan perkataan

12
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, adat
istiadat dan estetika.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia
dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak
pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak
usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
Selain itu, menanamkan moral kepada anak adalah usaha yang strategis.
Menurut Nurfirdaus dan Sutisna (2021 : 896) adapun lingkungan sekolah
merupakan bagian dari sosial, sehingga sekolah juga mempunyai peran dalam
membentuk karakter dan perilaku siswa. Pendapat di atas menjelaskan peran
guru sebagai bagian dari sekolah dan yang berhubungan langsung dengan siswa
di kelas mempunyai tanggung jawab besar dalam membentuk karakter,
kepribadian dan perilaku siswa.
Selain lingkungan keluarga dan masyarakat, ada satu lingkungan yang
sangat berpengaruh dan mempunyai peran dalam membentuk karakter juga
perilaku siswanya yaitu lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah digunakan
sebagai sarana untuk menanamkan dan membentuk karakter yang baik untuk
siswa, yang dimana ada guru sebagai pembimbing siswa dalam pembelajaran
yang berpotensi terhadap pembentukan karakter siswa.
Lingkungan sekolah merupakan bagian dari sosial, sehingga sekolah juga
mempunyai peran dalam membentuk karakter dan perilaku siswa. Pendapat di
atas menjelaskan peran guru sebagai bagian dari sekolah dan yang berhubungan
langsung dengan siswa di kelas mempunyai tanggung jawab besar dalam
membentuk karakter, kepribadian dan perilaku siswa. Oleh karena itu, sudah
selayaknya bila setiap guru mempertimbangkan dan mengaitkan antara kondisi
dan lingkungan siswa dengan karakter yang akan dikembangkan.
Adapun lingkungan sekolah merupakan bagian dari sosial, sehingga
sekolah juga mempunyai peran dalam membentuk karakter dan perilaku siswa.
Pendapat di atas menjelaskan peran guru sebagai bagian dari sekolah dan yang
berhubungan langsung dengan siswa di kelas mempunyai tanggung jawab besar
dalam membentuk karakter, kepribadian dan perilaku siswa. Oleh karena itu,

13
sudah selayaknya bila setiap guru mempertimbangkan dan mengaitkan antara
kondisi dan lingkungan siswa dengan karakter yang akan dikembangkan.
Seorang anak belajar kemandirian lebih intensif di lingkungan sekolah
dibandingkan dengan tempat lain.
D. Karakteristik Pembelajaran IPS Kelas Rendah
Menurut Seran dan Mardawani (2021 : 23 – 24) Mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial menekankan pada pengkajian akan masalah sosial
kemasyarakatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu dalam
pengajaran IPS terus menerus melakukan eksperimen ataupun kajian uji coba
dikarenakan dinamisnya sifat dasar dari manusia itu sendiri. Adapun beberapa
karakteristik IPS itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa,
masalah-masalah sosial, keterampilan berfikir serta pemeliharaan atau
pemanfaatan lingkungan alam.
2. Mencerminkan berbagai kegiatan dasar manusia.
3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integrated
(terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah).
4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan
kewarganegaraan, fungsional, humanistis, sampai yang struktural.
5. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
6. Evaluasi tidak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi
program pembelajaran IPS, demikian pula unsur- unsur science, teknologi,
matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajaran.
Menurut Maharani dan Wandini (2023 : 119) Karakteristik mata
pelajaran IPS antara lain:
1. IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi,
hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang
humaniora, pendidikan dan agama.

14
2. Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi
materi atau topik (tema/subtema) tertentu.
3. Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4. Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan
masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi berbagai dan
pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta perjuangan
hidup agar upayaupaya survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,
keadilan dan jaminan keamanan.
5. Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan
memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Berdasarkan pemaparan di atas ilmu pengetahuan sosial ini meliputi
seperangkat peristiwa dan fakta yang benar-benar atau mutlak terjadi dalam
kehidupan manusia, juga terdapat perihalide, gagasan atau gambaran dari suatu
kejadian yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. IPS ini merupakan
gabungan dari ilmu-ilmu sosial.
Menurut Nurfirdaus dkk. (2023 : 17) Bidang studi IPS merupakan
gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu,
bahwa bahan atau materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan
tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu, karena IPS terdiri dari disiplin
ilmu-ilmu sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Karakteristik
IPS dapat dilihat dari materi IPS dan strategi penyampaian pengajaran IPS.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan gabungan dari ilmu-ilmu
sosial, ilmu-ilmu sosial ini diantaranya:
1. Sosiologi, ilmu yang membahas perilaku sosial antar individu, antar
kelompok, maupun individu dan kelompok.
2. Geografi, ilmu yang mempelajari segala aktifitas manusia dan alam melalui
persfekti ruan hingga terbentuk polar uang tertentu.

15
3. Sejarah, ilmu pengetahuan yang disusun atas hadil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
4. Ekonomi, ilmu pengetahuan yang berdaya upaya memberikan pengetahuan
dan pengertian tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena pebuatan
manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
kemakmuran.
Menurut Yuanta (2019 : 96) karakteristik IPS dapat dilihat dari materi
IPS dan strategi penyampaian pengajaran IPS sebagai berikiut:
1. Materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara
individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi
IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh
karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan
objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.
Pengajaran IPS harus menjadikan manusia sebagai sumber dan
objeknya agar melihat kenyataan sesungguhnya. Mengingat pengajaran IPS,
ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara
dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai
yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan, keluarga.

16
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi
sumber materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan
konsep, teori-teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan
dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di
masyarakat.
2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah
didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan anak (diri
sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe
kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding
Enviroment Curriculum”.
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak
pertama-tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan
dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran
tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai
unsur-unsur dunia yang lebih luas.
Dalam menerapkan mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS), maka
perlu upaya untuk melakukan perbaikan peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu
Pendidikan Sosial (IPS) agar siswa menjadi lebih aktif untuk berinteraksi dan
memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan mudah”.
Salah satunya menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, strategi
pembelajaran IPS sebaiknya didasarkan pada konsep yang berhubungan dengan
lingkungan terdekat peserta didik atau diri sendiri, selanjutnya secara bertahap
dan sistematis dikenalkan dengan lingkungan yang lebih luas. Selain itu, strategi
yang digunakan harus dapat membantu peserta didik dalam kemampuan berpikir
memecahkan permasalahan, mengajarkan keterampilan sosial, dan
menggunakan keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Selain karakteristik-karakteristik di atas, Yuanta juga memaparkan
kembali karakteristik yang ada dalam IPS, diantara lain:
1. Pengetahuan (Knowledge)

17
Pengetahuan secara konseptual mencakup fakta, konsep dan
generalisasi. Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial
yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial
meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula
yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-
keyakinan dan pengalaman belajar siswa.
Secara konseptual, pengetahuan (Knowledge) hendaknya mencakup
fakta, konsep, dan generalisasi. Berikut ini pembahasan fakta, konsep, dan
generalisaisi:
a. Fakta
Fakta adalah data spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-
hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan dapat
mengenal beberapa jenis fakta khususnya yang terkait dengan
kehidupannya. Contoh fakta yang dapat di belajarkan kepada siswa kelas
1, misalnya, sebagai berikut:
1) Ada sepuluh siswa di kelas yang memiliki pensil gambar.
2) Siswa perempuan berjumlah dua puluh orang.
3) Siswa laki-laki bermain bola dihari minggu.
b. Konsep
Konsep adalah kata-kata atau frase yang mengelompok,
berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan
Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari
disiplin ilmu-ilmu sosial, Konsep-konsep tersebut pada jenjang dan kelas
sekolah, misalnya konsep "keluarga dapat diambil dari konsep
antropologi, sosiologi, bahkan ekonomi. Konsep- konsep ini muncul
karena adanya kepedulian dan presepsi sosial serta munculnya
permasalahan sosial yang semakin kompleks. Hal ini telah di pandang
sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep-konsep IPS.
c. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih
konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas ist,

18
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Misalnya, semakin
bertambah usia seseorang, semakin berbeda dalam kemampuan bekerja.
Pengembangan konsep dan generalisasi merupakan proses mengorganisir
dan memaknai sejumlah. fakta dan cara hidup bermasyarakat.
Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk
merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk
mengkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi
baru, para siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah
dirumuskannya terdahulu.
2. Keterampilan (Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan
keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi
warga negara yang mampu berpartisisai secara cerdas dalam masyarakat
demokratis.
Dengan berdasar pemaparan diatas, berikut diuraikan sejumlah
keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam karakteristik
IPS dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu:
a. Keterampilan meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah
data. Penelitian harus mencakup hal-hal berikut ini:
1) Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu.
2) Mengumpulkan atau mengolah data.
3) Menafsirkan dan menganalisis data.
4) Menilai bukti-bukti yang ditemukan.
5) Menyimpulkan.
6) Menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda.
7) Membuat pertimbangan nilai
b. Keterampilan berpikir.
Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada siswa, perlu
ada penguasaan terhadap bagian- bagian yang lebih khusus dari
keterampilan berfikir tersebut serta melatihnya dikelas. Beberapa

19
keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru dikelas untuk
para siswa, antara lain:
1) Mengkaji dan menilai data secara kritis
2) Merencanakan.
3) Merumuskan faktor sebab dan akibat.
4) Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa.
5) Menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau
perbuatan
c. Keterampilan partisipasi sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibejalarkan bagaimana
berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Dengan adanya
partisipasi siswa dapat lancar menyampaikan pendapatnya kepada orang
lain. Beberapa keterampilan berpartisipasi sosial yang perlu dibelajarkan
guru pada siswa yaitu:
1) Menunjukan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain.
2) Berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain.
3) Mengambil berbagai peran kelompok.
4) Menerima kritik dan saran.
5) Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d. Keterampilan berkomunikasi
Pengembangan keterampilan komunikasi merupakan aspek yang
apling penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri
sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untu mengungkapkan
pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif. Seorang
guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk gagasannya dalam
bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari, lukis),
pertunjukan, foto, bahkan dalam bentuk peta.
2. Nilal dan Sikap (Values and Attitudes)
Pada hakikatnya, nilai adalah sesuatu yang berharga. Nilai yang
dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang

20
telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu
yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.
Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau
komunikasi antar individu dalam kelompok seperti keluarga, himpunan
keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang satu
tujuan. Sedangkan sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima
atau menolak objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik.
4 faktor dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu:
a. Normatifist, yakni kepatuhan terhadap norma-norma hukum.
b. Integralist, yakni kepatuhan yang didasarkan pada kesadaran dengan
pertimbangan- pertimbangan yang rasional.
c. Fenomenalist, yakni kepatuhan berdasarkan suara hati.
d. Hedonist, yakni kepatuhan berdasarkan diri sendiri.
Sesuatu yang sifatnya beranekaragam atau heterogenitas nilai ini tentu
menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS di kelas.
Nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak mungkin steril dari isu-isu
yang menerpa masyarakat demokratis. Agar ada kejelasan dalam mengkaji
nilai masyarakat, maka nilai dapat dibedakan menjadi nilai substantif dan
nilai procedural.
Berikut ini penjabaran dari nilai-nilai substantif dan nilai-nilai
procedural yang ada di masyarakat, sebagai berikut:
a. Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh
seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menenamkan atau
menguraikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan. atau
pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang suatu
hal. Misalnya, seorang anggota keluarga akan berbeda pandangannya
terhadap nilai hidup berkeluarga.
Dalam mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami
proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan
konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu

21
mengetahui bahwa ada keragamanan nilai dalam masyarakat dan mereka
perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan
menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus
menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai
latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu guru perlu menyadari pula
bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.
b. Nilai procedural
Nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain
nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan
menghargai pendapat oang lain. Hal ini dimaksudkan untuk
mengembangkan partisipasi siswa secar efektif dan diharapkan semakin
memahami kondisi masyarakat indonesia yang beraneka ragam, maka
siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.
Dari pemaparan di atas dapat kita dapat menyimpulkan tentang nilal,
sebagai berikut:
a. Nilai tidak diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya.
b. Pengembangan domain efektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek
kognitif dan psikomotorik.
c. Masalah nilai merupakan masalah emosional, sehingga dapat berubah,
berkembang, jadi siswa bisa dibimbing.
d. Tindakan (Action), Tindakan sosial merupakan dimensi IPS yang penting
karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang
aktif. Merekapun dapat belajar berlatih secara konkrit dan praktis, Dengan
belajar dari pada yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial
untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana
caranya, para siswa belajar menjadi warga negara yang efektif
dimasyarakat.
Menurut Susanto (2014 : 10 - 25) karakteristik mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial (IPS) dilihat dari tiga aspek, diantaranya:
1. Karakteristik dilihat dari Aspek Tujuan

22
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa
pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan
IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Tujuan utama
pembelajaran IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi
warga negara yang baik (good citizenship). Dengan demikian, tujuan
pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang
lebih tinggi.
Tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam enam
komponen, yaitu:
a. Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
b. Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.
c. Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan
sosial.
e. Ditujukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berpikir dan
kemampuan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan
kebiasaan.
f. Ditujukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang bersifat
konkret, realistis dalam kehidupan sosial.
Tujuan pendidikan IPS di atas pada intinya diarahkan pada proses
pengembangan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat.
Pendidikan IPS pada dasarnya memiliki tugas untuk bisa membantu
pembentukan pribadi siswa yang melek dan peduli terhadap kondisi
masyarakat saat ini serta mampu menerapkan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial dalam memecahkan berbagai masalah yang terjadi di

23
lingkungannya secara kritis analitis sehingga dengan demikian peserta didik
mampu menunjukkan rasa tanggung jawabnya terhadap pemba- ngunan
bangsa dan negara.
Karakteristik pembelajaran IPS yang dilihat dari aspek tujuan yang
cenderung mengarah kepada pemberdayaan intelektual siswa, maka dalam
pelaksanaannya dapat digabungkan dengan pendekatan kontekstual, di mana
salah satunya adalah dengan komponen-komponen yang dimiliki pada
pendekatan kontekstual tersebut, yaitu: konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya.
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pemberdayaan intelektual akan
dapat dilatih melalui implementasi materi pelajaran IPS yang dikemas dalam
pembelajaran IPS yang menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini
terutama dapat dilihat dari komponen bertanya, menemukan, dan pemodelan.
Di mana siswa harus mampu melakukan aktivitas belajar sendiri sesuai
dengan tuntutan materi IPS yang memanfaatkan sumber belajar dan
kemampuan belajar siswa sendiri dalam memperoleh pemahaman mengenai
apa yang ia pelajari.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar
amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Adapun
kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses ber- pikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap- tahap tertentu.
b. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkret.
c. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu menga- itkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki si belajar.

24
e. Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks.
f. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah
diketahui siswa.
g. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena
faktor ini sangat memengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dan sebagainya.
Dari uraian tentang prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan IPS,
maka karakteristik mata pelajaran IPS di SD, antara lain:
a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS dari struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikan rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai
masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner.
d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peris. tiwa
dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,
kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungari, struktur, proses dan
masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti
pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
e. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi
dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta ke hidupan manusia
secara keseluruhan.
2. Karakteristik dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi

25
Jika ditinjau dari ruang lingkup materinya, maka bidang studi IPS me-
miliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas.
b. Menggunakan pendekatan terpadu antarmata pelajaran yang sejenis;
c. Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerja sama.
d. Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan
sesuai dengan perkembangan anak.
e. Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir dan
memperluas cakrawala budaya.
3. Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran
Karakteristik bidang studi IPS dapat pula dilihat dari sudut pendekatan
atau metodologi pembelajaran yang sering digunakan. Bidang studi IPS sejak
mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integratif.
Pendekatan lain dalam bidang studi IPS cenderung bersifat praktik di
masyarakat dan keluarga atau antarteman di sekolah. Aspek yang diton jolkan
dalam pendekatan ini adalah aspek perilaku dan sikap sosial serta nilai
eksistensi peserta didik dalam menghadapi suatu nilai kebersamaan
kepemilikan hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial. Sejak inilah maka
pada 1994, pergeseran karakteristik bidang studi IPS ini berbeda sekali
dengan karakteristik dalam kurikulum sebelumnya, yaitu lebih cenderung
kepada pendekatan multidisipliner dan integratif.
Karakteristik materi yang tergolong dalam ilmu-ilmu sosial dalam
bidang studi IPS ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok umum, yaitu
struktur ilmu pengetahuan yang bersifat sosial dan strukturilmu pengetahuan
yang bersifat generalisasi.
Berikut ini dua kategori pengelompokan karakteristik materi dalam
ilmu-ilmu sosial dalam bidang studi IPS, diantaranya:
a. Struktur ilmu pengetahuan yang bersifat sosial
Semua materi dalam disiplin ilmu sosial, bermula dari kenyataan,
fakta dan realitas sosial, perubahan sosial dan pergeseran sosial yang
dialami oleh individu di mana pun ia berada. Dari sejumlah pengalaman

26
nyata inilah, maka kembali direduksi menjadi tulisan-tulisan teks ataupun
penjelasan visual dan verbal bahkan audio dengan maksud memberikan
balikan terhadap kesesuaian realitas dengan kehendak, keinginan dan
tujuan masa depan individu dalam konteks sosial selanjutnya. Berdasarkan
kondisi tersebut, maka lahirlah karya-karya tulisan dalam bentuk printed
materiel atau buku-buku yang berisi tentang beberapa konsep mengenai
realitas sosial tersebut.
Dengan cakupan dan daya sebar serta analisis yang luas, maka
kekayaan konsep inilah yang menjadi ciri khas dan menjadi trade mark
dari bidang studi IPS, yaitu sebagai mata pelajaran yang berisikan konsep-
konsep sosial. Di sisi lain karakteristik dari tinjauan konsep ini kadang
menjadi suatu kecenderungan yang sedikit tidak menyenangkan. Padahal
jika dikaji lebih mendalam, maka setiap ilmu pengetahaun pada dasarnya
terlahir dan melahirkan konsep-konsep.
b. Struktur ilmu pengetahuan yang bersifat generalisasi.
Kembali kepada produk karakteristik materi yang bersifat konsep,
di sini produk akhirnya adalah kemampuan manusia dalam masyarakat
untuk bisa menerapkan, menguji, dan mengkonstruksi kembali apa yang
seharusnya dikembangkan dalam bidang ilmu sosial ini. Dalam rangka
menemukan produk dan kontrol sosial yang memenuhi kebutuhan
keilmuan ini, maka diperlukan suatu generalisasi dari kajian dan analisis
konsep yang telah diterapkan di masyarakat sebelumnya.
Dengan demikian, siklus perkembangan keilmuan bidang studi IPS
ini akan terus mampu mengakomodasi dan menampung serta memberikan
arah perkembangan keilmuan yang dinamis dalam kehidupan manusia
sampai akhir zaman. Karakteristik kedua inilah yang menjadi cikal bakal
apakah bidang studi IPS ini mampu memberikan pemenuhan kebutuhan
keilmuan dalam pemikiran-pemikiran manusia tentang masalah sosial,
pergeseran sosial dan perubahan sosial serta alternatif pemecahannya.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menekankan pada pengkajian
akan masalah sosial kemasyarakatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu dalam pengajaran IPS terus menerus melakukan eksperimen
ataupun kajian uji coba dikarenakan dinamisnya sifat dasar dari manusia itu
sendiri. Adapun beberapa karakteristik IPS itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa,
masalah-masalah sosial, keterampilan berfikir serta pemeliharaan atau
pemanfaatan lingkungan alam.
2. Mencerminkan berbagai kegiatan dasar manusia.
3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integrated
(terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah).
4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan
kewarganegaraan, fungsional, humanistis, sampai yang struktural.
5. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
6. Evaluasi tidak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi
program pembelajaran IPS, demikian pula unsur- unsur science, teknologi,
matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajaran.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan
baru tentang karakteristik pembelajaran IPS kelas rendah. Diharapkan teman-
teman dapat lebih mengerti tentang cara karakteristik pembelajaran IPS kelas
rendah dalam mengimplementasikannya. Diharapkan teman-teman dapat
menjadikan sebagai suatu acuan dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran
IPS.

28
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2011). Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ips Di Sekolah


Dasar. Journal Of Elementary School Education (JOuESE), 1(1), 85–98.
https://doi.org/10.52657/jouese.v1i1.1324
Anshori, S. (2014). Kontribusi Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Pendidikan
Karakter. Jurnal Edueksos, 3(2), 59–76.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kontribusi+ilm
u+pengetahuan+sosial+dalam+pendidikan+karakter&btnG=#d=gs_qabs&u=
%23p%3DN6RFu2pmlPgJ
Gunawan, R. (2013). Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. ALFABETA,
CV.
Isnaini, M. (2013). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Madrasah. Al-
Ta Lim Journal, 20(3), 445–450. https://doi.org/10.15548/jt.v20i3.41
Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect
and Responsibility. New York: Vandenhoeck & Ruprect.
Maharani, S., & Wandini, R. (2023). Karakteristik Mata Pelajaran IPS. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 4(1), 115–123.
Maryani, E. (2016). Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Geografi Gea,
10(1), 41–57. https://doi.org/10.17509/gea.v10i1.1664
Nurfirdaus, N., & Risnawati. (2019). Studi tentang pembentukan kebiasaan dan
perilaku sosial siswa (studi kasus di SDN 1 Windujanten). Jurnal Lensa
Pendas, 4(1), 36–46.
http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/lensapendas/article/download/486/339/
Nurfirdaus, N., Susanti, & Wahdiati, D. S. (2023). PEMBELAJARAN NILAI-
NILAI BUDAYA DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL. In C. A. Komara (Ed.), Pembelajaran Nilai-Nilai Budaya Dalam
Perspektif Ilmu Pengetahuan Sosial (pp. 1–73). ARF Press.
https://press.upmk.ac.id/wp-content/uploads/2023/05/BUKU-MODEL-
DALAM-PENGAJARAN-SOSIAL-.pdf

29
Nurfirdaus, N., & Sutisna, A. (2021). Lingkungan Sekolah dalam Membentuk
Perilaku Sosial Siswa. NATURALISTIC : Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan
Dan Pembelajaran, 5(2b), 895–902.
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v5i2b.1219
Saputra, T. A. (2009). Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Berbasis Pembelajaran
Tematik. Jurnal Pendidikan Dasar, 1(2), 1–8.
Schneider, D. C., Adler, S. A., Montgomery, R. B. G. L.-B. W. R. F. M. H. M. A.
M. G. M. M. A., Nickell, P., & Tevis, C. (1994). Expectations of Excellence:
Curriculum Standards for Social Studies. Bulletin 89. (Issue 1). Lynn Page
Whittaker of Scorpio Educational Communications.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED378131.pdf
Seran, E., & Mardawani. (2021). Konsep Dasar IPS. CV. BUDI UTAMA.
Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
PRENADAMEDIA GROUP.
Siska, Y., Yufiarti, Japar, M. (2021). Nilai Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. 1(1), 1–11.
Yuanta, F. (2019). Pengembangan Media Video Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial pada Siswa Sekolah Dasar. Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(2),
91–100. https://doi.org/10.30742/tpd.v1i02.816

30

Anda mungkin juga menyukai