Anda di halaman 1dari 15

Guru Dan Pengembangan Kurikulum

(Guru Sebagai Pendidikan Profesional, Guru Sebagai Pembimbing Belajar,


Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum )
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu:

Dr. Zainal Arifin, M.Pd.I

Di Susun oleh:
1. Siti Fatimatus Sholihah ( 20210880101905 )
2. Nurul Hidayatu Zulaikah ( 20210880101904 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK-KERTOSONO-NGANJUK
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Penyusunan makalah ini digunakan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum dengan judul “Guru Dan
Pengembangan Kurikulum (Guru Sebagai Pendidikan Profesional, Guru Sebagai
Pembimbing Belajar, Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum ) Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun pikirannya .
1. Ketua yayasan Pondok Pesantren Miftahul ‘Ula Bpk.H.Dr.Nur Fajar
‘Arif., M.Pd. Ketua STAIM nglawak .
2. Bapak Dr.Zainal Arifin,M.Pd.I selaku dosen pembimbing arahan dan
dorongan sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat waktu.
3. Teman-teman mahasiswa STAIM nglawak dari berbagai pihak yang dapat
disebut satu persatu yang telah memberikan dukungan moral dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.

Pepatah mengatakan tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami sadar
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf
dan meminta kepada Bapak dosen, kiranya sudi memberikan kritik dan saran untuk
perbaikan selanjutnya. Sekian dari kami semoga tugas ini sesuai dengan apa yang
diharapkan dan dapat bermanfaat bagi yang membaca

Nganjuk, 02 Oktober

Penlis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………..
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………….

1. Guru sebagai pendidik profesional…………………………………………………..


2. Guru sebagai pembimbing belajar……………………………………………………
3. Peran guru dalam pengembangan kurikulum……………………………………
BAB 3 PENUTUPAN……………………………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum sangat penting bagi masyarakat karena masyarakat harus menyerap
lulusan sekolah sebagai hasil kurikulum yang telah mereka jalani dan mutu
masyarakat banyak bergantung pada mutu kurikulum.Orang tua semua terlibatd
alam baik buruknya kurikulum sekolah, karena nasib anak mereka, masa
depannya, perkembangannya sebagai manusia banyak yang ditentukan oleh
kurikulum pemerintah tentu sangat berkepentingan tentang mutu kurikulum,
karena kurikulumlah alat yang paling ampuh untuk membina bangsa dan negara
untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bangsa di dunia.
Kurikulum tak kurang pentinya dengan anak didik sendiri, karena menyakut nasib
dirinya, masa depan, cita-citanya menjadi manusia.Dalam makalah ini akan
dibahas tentang cara menggunakan kurikulum serta peranan guru yang
mempunyai peran sangat besar dalam penegmabngan kurikulum.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Guru sebagai pendidik professional?
2. Guru sebagai pembimbing belajar?
3. Peran guru?
C.TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui cara mendidik professional
2. Untuk Mengetahui cara membimbing belajar
3. Untuk Mengetahui peran guru

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.GURU SEBAGAI PENDIDIK PROFESIONAL


Dalam sebuah laporan yang diterbitkan baru-baru ini, berdasarkan tes yang telah
dilakukan oleh Trends In International Mathematics and Sciences Study (TIMSS)
tahun 2003, menunjukkan bahwa para siswa SLTP kelas dua kita, menempati
posisi ke 34, jauh dibawah Singapura dan Malaysia yang masing-masing
menempati urutan pertama dan ke sepuluh, pada penilaian kemampuan anak
didik di bidang matematika. Hal yang tidak jauh berbeda, terjadi pula pada nilai
penguasaan atas ilmu pengetahuan.
Tes yang diselenggarakan dibawah payung organisasi Association for Evaluation
of Educational Achievment International (AAEI) ini, kembali menempatkan para
siswa Indonesia pada urutan ke 36, dibawah Mesir dan Palestina yang berada
satu peringkat diatasnya. Sedangkan Negara tetangga kita, Singapura dan
Malaysia, masih menempati nomor pertama dan ke dua puluh dari 50 negara
yang ditelaah. Realitas yang memukul dunia pendidikan kita ini, menjadi semakin
lengkap, apabila kita kaitkan juga dengan laporan dari UNDP yang baru-baru ini
dipublikasikan, dimana berdasarkan laporan,
Human Development Report 2004”, tersebut dinyatakan bahwa angka buta huruf
dewasa (adult illiteracy rate) di Indonesia mencapai 12,1%. Ini berarti, dari setiap
100 orang Indonesia dewasa yang berusia 15 tahun ke atas, ada 12 orang yang
tidak bisa membaca. Angka ini relatif jauh lebih tinggi, apabila kita bandingkan
dengan negera-negara lain, seperti Thailand (7,4%), Brunai Darussalam (6,1%)
dan Jepang (0,0%). Pada tahun yang sama (2004), UNDP juga telah mengeluarkan
laporannya tentang kondisi HDI (Human Development Indeks)** di Indonesia.
Dalam laporan tersebut, HDI Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 175
negara. Posisi ini masih jauh dari Negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia
yang menempati urutan ke-59, Thailand yang menempati urutan ke 76 dan
Philipina yang menempati urutan ke-83. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia
hanya menempati satu peringkat di atas Vietnam. Sebuah negara yang baru saja
keluar dari konflik politik yang besar dan baru memulai untuk berbenah diri
namun sudah memperlihatkan hasilnya karena membangun dengan tekad dan
kesungguhan hati.

5
1. Masalah kualitas guru
Kualitas guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan
data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3%nya yang
berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi
kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru
sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan
merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.
2. Jumlah guru yang masih kurang
Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan
dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas
dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional,
sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih dari 30 anak didik.
Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses belajar dan mengajar
yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik
untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.
3. Masalah distribusi guru
Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah
tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah terpencil,
masing sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam suatu wilayah, baik
karena alasan keamanan maupun faktor-faktor lain, seperti masalah fasilitas dan
kesejahteraan guru yang dianggap masih jauh yang diharapkan.
4. Masalah kesejahteraan guru
Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita
sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari
mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau
guru honorer. Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk
mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar,
termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar tenaga
pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan
profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek
bisnis di sekolah.

6
Profesionalisme guru sebagai sebuah tuntutan
Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga
seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Ada beberapa
langkah strategis yang harus dilakukan dalam upaya, meningkatkan
profesionalisme guru, yaitu :
1. Sertifikasi sebagai sebuah sarana
Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui
sertifikasi sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban
moral dan akademis. Dalam issu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan
dan kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang
secara ideal telah ditetapkan.
Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah dari UU Sistem
Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap tenaga pendidik
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi dibutuhkan
untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru dan dosen
sesui dengan bidang ke ilmuannya masing-masing.
2. Perlunya perubahan paradigma
Faktor lain yang harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah,
perlunya perubahan paradigma dalam proses belajar menajar. Anak didik tidak
lagi ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan
diperankan sebagai obyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus
memposisikan dirinya lebih tingi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini,
guru di tuntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif,
kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis.

7
3. Jenjang karir yang jelas
Salah satu faktor yang dapat merangsang profesionalisme guru adalah, jenjang
karir yang jelas. Dengan adanya jenjang karir yang jelas akan melahirkan
kompetisi yang sehat, terukur dan terbuka, sehingga memacu setiap individu
untuk berkarya dan berbuat lebih baik.
4.Peningkatan kesejahteraan yang nyata
Kesejahteraan merupakan issu yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma professional tidak akan tercapai
apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri pada
satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, untuk mencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi
para guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dan dipisahkan.
(Angelina Sondakh)

B.GURU SEBAGAI PEMBIMBING BELAJAR


Apa yang disebut dengan tujuan pengajaran itu? dan mengapa tujuan tersebut
penting serta harus diutamakan?
Tujuan mengajar merupakan sesuatu atau target yang ingin dicapai di dalam
kegiatan pengajaran (PKBM) yaitu adanya perubahan dari perilaku siswa ke arah
yang lebih positif, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya.
Tujuan ini sangat penting, sebab akan menentukan arah dari proses belajar dan
mengajar yang akan mewarnai dari keseluruhan komponen pengajaran.
Tujuan pengajaran ini juga merupakan penjabaran dari bebrapa tujuan, yaitu
tujuan bidang studi, tujuan satuan pendidikan tau institusi, serta pendidikan
nasional. Dengan demikian tujuan pengajaran ini merupakan tujuan intermidier
tau tujuan antara untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari segi
operasionalnya, tujuan pengajaran atau tujuan instruksional berisi rumusan
pernyataan mengenai kemampuan atau kualifikasi tingkah laku yang diharapkan
dimiliki / dikuasai oleh siswa stelah mengikuti proses pengajaran. Tujuan ini
dibedakan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional umum dan tujuan yang ada di atasnya disusun dan
dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum pusat, sedangkan tujuan

8
instruksional khusus perumusannya diserahkan kepada guru sebagai pelaksana
proses kegiatan belajar mengajar.1
Ada tiga hal pokok yang harus diketahui oleh seorang guru, yaitu :
a. Harus memahami kurikulum/ GBPP yang berlaku sebagai
pedoman dalam menjabarkan tujuan.
b. Memahami tipe-tipe hasil belajar, karena tujuan tersebut pada
dasarnya merupakan hasil / terget belajar yang ingin dicapai.
c. Memahami akan tatacara merumuskan tujuan pembelajaran
sampai tujuan tersebut jelas isinya serta dapat dicapai oleh siswa
di dalam setiap proses pembelajaran.
Sebagai pengajar profesional mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-
teknik dan metedologi belajar siswa. Salah satu tugas guru yang harus
dilaksanakan di sekolah adalah memberikan layanan kepada siswa adalah agar
mereka menjadi anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus
memberikan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik dengan rasa tanggung
jawab dan dedikasi yang tinggi. Terdapat beberapa hal yang dapat / perlu
dilakukan guru dalam pembelajaran yakni:
1. Membuat ilustrasi
2. Medefinisikan
3. Menganalisis
4. Mensintesis
5. Bertanya
6. Merespon
7. Mendengar
8. Menciptakan kepercayaan
9. Memberikan pandangan yang bervariasi
10. Menyesuaikan metode pembelajaran dengan situasi dan keadaan kelas
11. Mengevaluasi hasil belajar siswa.

1
Syaodih, Nana, 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

9
Guru sebagai pembimbing
Tugas membimbing memiliki pengertian bahwa guru dapat mengarahkan dan
mengendalikan sikap, kemampuan, potensi dan pribadi murid kearah pencapaian
tujuan pendidikan yang seutuhnya. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas
menetapkan, dan tempat proses belajar mengajar, menetapkan jalan yang harus
ditempuh, menggunakan petunjuk pengajaran serta menilai kelancaran proses
belajar mengajar.
Dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing guru memerlukakan kompentensi
yang tinggi untuk melaksanakn lima tugas pokoknya sebagai pembimbing yaitu:
1. Merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang akan
dicapai
2. Melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
3. Memaknai kegiatan belajar
4. Bekerjasama dengan masyarakat, lembaga dan instansi lainnya untuk
keberhasilan pembelajaran dan pengembangan pendidikan kearaha yang
lebih baik.
5. Sehingga pada akhirnya jika guru dapat mengemban tugas sebagai
pengajar dan pembimbing dengan baik maka keberhasilan peningkatan
mutu serta kualitas pendidikan akan dicapai
C.PERAN GURU
Efektivitas dan efisiensi belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada
peran guru. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian
pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan
sebagai :
1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan
2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan
3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik
4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui
penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi
dengan sasaran didik
5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang
mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran
didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

10
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan
mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses
pembelajaran peserta didik, yang mencakup :
1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang
akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems)
2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan
situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak
sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang
bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses
berlangsung (during teaching problems).
3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement),
atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang
ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun
kualifikasi produknya.
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
"feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri
pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan
energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar,
motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
a. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri.
b. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan

11
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa
mau melakukan sesuatu atau belajar.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat;
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah;
4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang
memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations),
artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan
suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai
tujuan pendidikan
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang
mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang
baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru
bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

12
Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan
keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating
learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait
langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak
tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan
sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk
setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan
belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan
belajar, dan lain-lain.

2
Hamalik, Dr. Oemar, 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Herry, Asep. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :

Universitas Terbuka.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Guru Sebagai pendidik Profesional mempunyai citra yang baik dimasyarakat apabila
dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi pamutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan
perbuatan guru itu sehari-sehari,Apakah memang ada yang patut di teladani atau tidak.
Bagaimana guru meningkatkan pelayananya,meningkatkan pengetahuannya,memberi
arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan
berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa,teman-temannya serta anggota
masyarakat lainnya.

Tidak sembarangan orang dapat melaksanakan tugas Profesional sebagai seorang guru.
untuk menjadi guru yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Syarat utama untuk menjadi seorang guru,selain berijazah dan syarat-
ayarat mengenai kesehatan jasmanai dan rohani,ialah mempunyai syarat-syarat yang
perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran

14
DAFTAR PUSTAKA
Syaodih, Nana, 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Dr. Oemar, 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Herry, Asep. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :

Universitas Terbuka.

15

Anda mungkin juga menyukai