Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN MINI RESEARCH

PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS PADA KALANGAN REMAJA

DI DAERAH BANGUNTAPAN, BANTUL

Dosen Pengampu:
Agustina Tri Wijayanti, M.Pd.
Mata Kuliah: Patologi Sosial

Anggota Kelompok:
Sekar Sukri Mahanani (18416241005)
Asti Rakhmiatun Dwi I. (18416241018)
Lintang Pertiwi Kusuma P. (18416241059)
Marlita Firdianti (18416244007)
Muhammad Shafly Farrabi (18416244013)

PENDIDIKAN IPS A 2018

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun di Indonesia kalangan remaja yang terpengaruh dengan lingkungan
pergaulan bebas semakin bertambah. Pergaulan bebas pada kalangan remaja merupakan
kegiatan yang menyimpang di lingkungan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada
kalangan remaja tersebut dapat membuat keonaran masyarakat sekitar. Hal ini terjadi
karena remaja melakukan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak seumuran
mereka. Remaja yang melakukan penyimpangan utamanya dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar tempat tinggalnya. Kebanyakan dari mereka masih dalam masa mencari jati diri
dan masih memiliki emosi yang labil. Rata-rata remaja yang melakukan penyimpangan
tersebut berumur belasan tahun antara 14 sampai 20 tahun. Pada awalnya remaja
mencoba barang yang biasa dijual di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Barang
tersebut biasanya sering dijumpai di warung-warung kelontong. Sehingga remaja dapat
memperoleh barang tersebut dengan mudah tanpa ada persyaratan apapun.
Penyimpangan sosial pada kalangan remaja juga dapat dijumpai pada salah satu
daerah di Kabupaten Bantul. Bentuk penyimpangan sosial pada kalangan remaja yang
dilakukan salah satunya adalah minum-minuman keras atau minuman yang mengandung
alkohol. Minuman keras dapat diperoleh dengan mudah dari warung-warung remaja
tersebut biasa kumpul. Terkadang mereka juga memilih untuk menongkrong di kafe yang
menyediakan minuman keras. Remaja membeli minuman keras dengan mengumpulkan
uang dari masing-masing remaja yang sedang berkumpul tersebut. Kegiatan kumpul
remaja tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga dan dilakukan secara sembunyi-
sembunyi, karena orang tua mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sekedar
berkumpul bersama teman.
Minuman beralkohol merupakan cairan bening yang mudah menguap dan mudah
bergerak, memiliki bau khas, rasa panas, dan mudah terbakar. Dalam minuman keras,
alkohol merupakan bahan utama dengan kadar yang bermacam-macam. Wresniwirro
(1995) menjelaskan bahwa alkohol dalam minuman keras, mengandung zat tertentu yaitu
yang kadar etanolnya lebih dari 1-55%, namun apabila dikonsumsi secara berlebihan
dapat membuat perasaan menjadi berubah, menjadi mudah tersinggung dan perhatian
terhadap lingkungan terganggu, mengalami gangguan koordinasi motorik dan kerusakan
jaringan otak. Remaja dalam proses perkembangan biasanya menghadapi masalah sosial
dan biologis. Meningkatnya tekanan hidup menjadi pemicu remaja untuk melakukan
minum-minuman beralkohol sebagai salah satu pelarian. Hanya dengan alkohol remaja
bisa merasakan hidup yang lebih bermakna dan merasa bahagia. Selain itu, remaja bisa
sejenak melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Namun, setelah dirinya tidak
berada dalam pengaruh alcohol, maka permasalahan yang sedang dihadapi akan kembali
terasa dan setelah itu mereka akan kembali mengonsumsi alkohol kembali. Oleh karena
itu, hal tersbut susah untuk dihentikan karena sudah mulai kecanduan terhadap alkohol.

B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang menyebabkan remaja mengonsumsi minuman keras?
2. Bagaimana peran instansi kepolisian terhadap remaja yang mengonsumsi minuman
keras?
3. Bagaimana upaya kepolisian dan masyarakat dalam menanggulangi masalah tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja mengonsumsi minuman
keras.
2. Untuk mengetahui peran instansi kepolisian terhadap remaja yang mengonsumsi
minuman keras.
3. Untuk mengetahui upaya kepolisian dan masyarakat dalam menanggulangi masalah
tersebut.

D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
a. Dapat melihat perkembangan pergaulan remaja
b. Dapat melihat cara pengawasan orang tua terhadap anaknya
c. Dapat meminimalisir kegiatan menyimpang di lingkungan sekitar
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan tata kelakuan di
dalam masyarakat, sehingga seseorang yang melanggarnya akan dianggap sebagai
pelanggar dan harus dihukum sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku.
Pengertian penyimpangan sosial menurut para ahli.
a. Robert K. Merton
Menurut Robert, penyimpangan berasal dari adanya ketegangan antara tujuan budaya
dan sarana untuk menggapainya. Masyarakat menginginkan setiap orang berhasil,
namun tidak semua orang bisa mencapainya melalui sarana yang sah, seperti menjadi
pengusaha dll. Kemudian orang-orang ini akan mengambil jalur yang menyimpang.
b. Edward H. Sutherland
Menurut Edward penyimpangan ini bersumber dari pergaulan yang berbeda sebab
seseorang yang belajar untuk menyimpang dari norma masyarakat melalui kelompok-
kelompok berbeda di mana ia bergaul.

Di dalam teori ini juga dipaparkan bahwa teori sumber penyimpangan terdiri dari 2
faktor yaitu:

a) Faktor pertama, perilaku menyimpang bisa terjadi karena sebuah proses


sosialisasi yang tidak merata, sehingga pesan-pesan yang dibawa oleh agen-agen
sosialisasi tidak searah.
b) Kedua, perilaku menyimpang juga bisa terjadi akibat seseorang belajar mengenai
perilaku yang menyimpang.
c. Paul B. Horton
Menurut Paul, penyimpangan sosial adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan
seseorang sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma yang ada dalam masyarakat.
B. Kenakalan Remaja

Menurut Kartono, ilmuwan sosiologi, kenakalan remaja atau dalam bahasa


Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Sedangkan menurut Santrock, kenakalan remaja merupakan kumpulan dari


berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal. Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali
mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu
ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya
hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan
terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri,
keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.

Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Faktor-
faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti yang dimaksud merupakan faktor
penyebab internal dan eksternal. Faktor penyebab internal adalah faktor penyebab yang
berasal dari dalam diri remaja karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri untuk
melakukan kenakalan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jensen dalam Sarwono (2011)
yaitu Teori Rational Choice yang menyatakan bahwa kenakalan yang dilakukan oleh
remaja terjadi karena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau kemauannya sendiri.

Faktor penyebab eksternal adalah faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja


yang berasal dari luar diri anak, seperti faktor yang berasal dari lingkungan, pengaruh
teman sepermainan, dan ketersediaan waktu orang tua untuk mendidik anaknya.
Lingkungan masyarakat adalah salah satu faktor yang dapat membentuk perkembangan
jiwa anak. Anak akan berbuat baik atau buruk dapat bergantung pada kondisi lingkungan
masyarakat di mana anak tersebut tinggal. Di lingkungan masyarakat anak hidup dan
bergaul dengan orang lain dan mendapat pengalaman tentang hidup. Pergaulan yang
dilakukan anak tersebut sedikit banyak akan membawa berbagai pengaruh bagi anak. Jika
teman sepermainan anak baik maka anak akan terpengaruh menjadi baik begitupun
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan antithesis yang dikemukakan oleh Locke dalam
Sarwono (2011) yaitu jiwa manusia pada waktu dilahirkan adalah putih bersih,
pengalamanlah (pendidikan, pergaulan, dan lain-lain) yang akan menuliskan corak jiwa
manusia selanjutnya. Seorang anak akan menjadi baik atau jahat tergantung dari
pengalaman. Kalau anak mendapat pengalaman baik dia akan menjadi anak yang baik,
kalau pengalamannya tentang kejahatan dia menjadi anak jahat. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Ihsan (2010) yang menyatakan bahwa secara fungsional struktural,
masyarakat ikut mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya melalui
berbagai pengalaman yang berulang kali.

C. Teori yang berkaitan dengan Hasil Observasi ( Teori Anomi R. K. Merton)

Teori anomi berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan
akhirnya menjadi menyimpang. Pandangan tersebut dikemukakan oleh Robert Merton
pada sekitar tahun 1930-an, di mana konsep anomi itu sendiri pernah digunakan oleh
Emile Durkheim dalam analisisnya tentang suicide unomique. Munculnya keadaan
anomi, oleh Merton diilustrasikan sebagai berikut (Elly M.Setiadi, 2011:236):

a. Masyarakat industri modern lebih mementingkan pencapaian kesuksesan materi yang


diwujudkan dalam bentuk kemakmuran atau kekayaan dan pendidikan yang tinggi.

b. Apabila hal tersebut tercapai, maka mereka dinggap sebagai orang yang telah
mencapai tujuan-tujuan status atau cultural (cultural golds) yang dicita-citakan oleh
masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut, ternyata harus melalui
akses atau cara kelembagaan yang sah.

c. Namun ternyata, akses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat bawah.

d. Akibat dari keterbatasan akses tersebut, maka muncul situasi anomi, yaitu: situasi di
mana tidak ada titik temu antara tujuan tujuan status/ kultural dan cara-cara yang sah
yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
e. Dengan demikian, anomi adalah keadaan atau nama dari situasi di mana kondisi
sosial/situasi masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi
cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya sedikit.
Memang, pada dasarnya untuk mencapai tujuan status (kesuksesan hidup) seseorang
harus melalui cara-cara yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi
atau keinginan untuk meraih kesuksesan tersebut. Situasi anomi tersebut dapat
berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, di mana untuk mencapai tujuan
statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara yang tidak sah, di
antaranya melakukan penyimpangan atau kejahatan.

Berkaitan dengan hasil observasi yang kami lakukan yaitu tentang


penyalahgunaan minuman keras di kalangan remaja, maka teori yang sesuai adalah Teori
Anomi dari Robert K.Merton. Alasannya adalah karena tidak semua lapisan masyarakat
mampu mencukupi kebutuhan hidupnya dan mampu memenuhi kebahagiaan hidupnya.
Maka muncullah situasi anomi, yaitu situasi di mana tidak ada titik temu antara tujuan-
tujuan status/ kultural dan cara-cara yang sah yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Dalam kasus ini, tidak semua orang terutama kalangan remaja mampu
mengatasi masalah yang dihadapi oleh berbagai faktor (keluarga, ekonomi, lingkungan
sosial) dengan sikap positif. Oleh karena itu, remaja yang tidak bisa mengendalikan
dirinya untuk melakukan sesuatu yang baik dalam menghadapi masalahnya, maka akan
cenderung melakukan penyimpangan, salah satunya dengan mengonsumsi minuman
keras. Para remaja berfikiran bahwa dengan mengonsumsi minuman keras akan
meringankan beban hidupnya walaupun sebenarnya hanya sementara. Hal tersebut
merupakan akibat negatif karena untuk mencapai tujuan statusnya mereka terpaksa
melakukan melalui cara-cara yang tidak sah, yaitu dengan cara penyimpangan atau
kejahatan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan


penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di bulan Februari
2020 sampai dengan Maret 2020.

Pelaksanaan penilitian ini secara daring dan secara langsung. Untuk secara daring,
para narasumber diarahkan untuk mengisi form di GoogleForm, sehingga tempatnya
kondisional. Untuk secara langsung sendiri, kami melakukan wawancara ke lembaga sosial
yang menangani terkait fenomena ini yaitu Polsek Banguntapan yang letaknya di Jl.
Wonosari No.KM 6, Pringgolayan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk lebih rincinya sebagai berikut.

No Jenis Kegiatan Tempat Waktu Keterangan


.

1. Perencanaan Penelitian Fakultas Ilmu Februari 2020 Penentuan judul,


Sosial metode, dll

2. Penyebaran dan Kondisional 3 - 13 Maret Pengisian


pengisian quisioner bagi 2020 quisioner/ angket
para pengguna minuman dilakaukan
keras/ alcohol secara daring di
Google Form

3. Wawancara dengan Polsek Pukul 09.00 Wawancara


lembaga yang Banguntapan WIB terkait fenomena
bersangkutan kasus miras di
Bantul, D.I Senin, 16 Maret
Bantul, D.I
Yogyakarta 2020
Yogyakarta

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif pada umumnya menekankan analisis proses dari
proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian
kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, akan tetapi
lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab
permasalahan yang dihadapi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan
konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan
dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan
pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi

a. Angket

Angket atau kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian
ini kami menggunakan GoogleForm atau angket secara online. Dengan tujuan agar para
responden tidak sungkan untuk mengisinya dan dijamin kerahasiaannya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap


muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan narasumber. Dalam
penelitian ini kami mewawancarai pihak Polsek Banguntapan.

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan/catatan, rekaman, gambar maupun video. Pada penelitian ini, kami
menggunakan semua teknik dokumentasi yaitu catatan, rekaman, foto serta video.

D. Teknik Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif Miles dan
Hubberman:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah meruduksi data. Reduksi data
yaitu proses seleksi, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data-data yang didapat dari catatan lapangan (Miles & Hubberman,
2009:16). Data dari lapangan yang terlalu banyak, membuat penulis harus merampingkan
data temuannya agar lebih mudah dalam tahapan pengolahan data berikutnya.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada


penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang
berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah
tampak waktu penelitiannya memutuskan (seringkal tanpa disadari sepenuhnya) kerangka
konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan
data mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan
reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-
gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus
sesudah penelian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan
sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-
peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana

b. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif. Bentuk teks naratif ini akan memudahkan dalam memahami apa yang terjadi,
menganalisis fenomena tersebut kemudian merencanakan langkah selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara
menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang
sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

Fakta yang ada di lapangan menunjukkan bahwa kalangan remaja yang ada di daerah
Banguntapan, Bantul masih banyak yang melakukan tindakan penyimpangan sosial, yaitu
mengonsumsi minuman keras. Banyak faktor yang melandasi para remaja melakukan
perbuatan tersebut, yaitu berasal dari faktor keluarga, faktor ekonomi, dan lingkungan
pertemanan. Akan tetapi, faktor terbesar yaitu dari lingkungan pertemanan. Adanya
anggapan bahwa jika seseorang mengonsumsi minuman keras menjadi “keren” dan
semakin meningkat popularitasnya masih melekat di benak remaja. Sehingga biasanya
mereka melakukan secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya tanpa
mempedulikan efek kesehatan dan efek kejahatan lain yang ditimbulkan akibat minuman
keras.

Untuk itu, sangat diperlukan peran dari keluarga maupun instansi terkait (kepolisian)
dalam mencegah maupun pemberian sanksi terhadap remaja yang mengonsumsi
minuman keras. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir bahkan memberantas tindakan
penyimpangan yang dilakukan remaja agar terbebas dari minuman keras.

c. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)

Setelah menghimpun data-data kemudian mengolahnya dan merekapnya menjadi


suatu informasi sederhana lalu dianalisis dengan menghubungkan satu dengan yang lain
berdasarkan teori menjadi satu kesatuan yang sistematis. Hasil nya kemudian
diinterpretasikan. Kemudian langkah terakhir yaitu menarik kesimpulan yang merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Dengan demikian, penelitian sangat
tergantung pada interpretasi penelitian terhadap data, sehingga hasil yang diperoleh dapat
saja berbeda apabila dilakukan oleh orang lain atau dalam waktu dan tempat yang
berbeda.

Berkaitan dengan hasil observasi yang kami lakukan yaitu tentang


penyalahgunaan minuman keras di kalangan remaja, maka teori yang sesuai untuk
mengkaji penelitian ini adalah Teori Anomi dari Robert K.Merton. Alasannya adalah
karena tidak semua lapisan masyarakat termasuk remaja mampu mencukupi kebutuhan
hidupnya dan mampu memenuhi kebahagiaan hidupnya. Maka muncullah situasi anomi,
yaitu situasi di mana tidak ada titik temu antara tujuan-tujuan status/ kultural dan cara-
cara yang sah yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Penyimpangan yang biasa dilakukan remaja adalah mengonsumsi minuman keras.


Ada yang mengonsumsi minuman keras untuk bersenang-senang sesekali saja, namun
ada yang sudah menganggap miras merupakan kebutuhan yang utama. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya partisipiasi masyarakat dan orangtua dalam membimbing
remaja tersebut. Sikap masyarakat dan orang tua yang tidak tegas membuat remaja
tersebut semakin bebas dalam berperilaku.

Hal yang mendorong remaja mengonsumsi minuman keras biasanya karena


sedang menghadapi masalah baik masalah keluarga, masalah teman ataupun masalah
percintaan lalu remaja tersebut diajak temannya dan berakhir dengan kecanduan
mengonsumsi minuman keras. Adapun dampak dari mengonsumsi minuman keras adalah
kerusakan organ-organ tubuh, kemampuan menilai dan belajar terganggu bahkan hingga
gangguan jiwa.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Kondisi

Perilaku adalah sebagaimana tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai pertentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku manusia adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang di kelompokan ke
dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku tidak dapat diterima, perilaku
aneh, perilaku menyimpang. Perilaku adalah semua yang menghasilkan respon, respon
yang diterima dan yang tidak diterima oleh orang yang menanggapinya, seperti perilaku
negatif.

Dalam proses berperilaku sosial biasanya seseorang bisa memiliki dua


kepribadian di dua lingkungan yang berbeda. Dua lingkungan tersebut yaitu lingkungan
sosial dan lingkungan pribadi. Lingkungan sosial disini yaitu bagaimana seseorang di
lingkungan ini mampu lebih terbuka terhadap perilaku yang diinginkan, berbanding
terbalik dengan lingkungan pribadi di mana mereka lebih bisa tertutup akan perilaku
sosial yang biasa dijalani. Lingkungan sosial adalah seperti lingkungan pertemanan di
sekolah dan di kampus yang menjadi lingkungan keseharian mereka. Lingkungan pribadi
yaitu seperti lingkungan keluarga yang lebih memiliki norma dan aturan di dalamnya, itu
mengapa para pengguna jauh lebih tertutup di dalam lingkungan. Faktor usia juga
mempengaruhi perilaku sosial remaja pengguna minuman beralkohol karena pada
dasarnya remaja adalah tindakan individu yang sedang mengalami masa perahlian dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, dalam masa peralihan itu para remaja biasanya
mempunyai rasa ingin coba-coba untuk mengkonsumsi minuman beralkohol dan
mudahnya terpengaruh terhadap lingkungan yang di sekitarnya.

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 22
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Mengingat betapa pentingnya peranan remaja
sebagai generasi muda bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai masa
depan. Dengan demikian dapat dilihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja, khususnya
remaja atau siswa yang pernah atau terlibat kenakalan. Oleh karena itu rumusan masalah
yang digunakan adalah bagaimana perilaku menyimpang di kalangan remaja pada
masyarakat.

Sosialisasi yang dijalani individu tidak selalu berhasil menumbuhkan nilai dan


norma sosial dalam jiwa individu. Akibat kegagalan mensosialisasikan nilai dan norma
sosial itu, kadang kala individu melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah
yang berlaku di masyarakat atau yang disebut dengan penyimpangan sosial atau perilaku
menyimpang.

Bentuk perilaku menyimpang berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu


penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif
terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif dan memperkaya
wawasan seseorang dan penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang
bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal
yang buruk.

Bentuk perilaku menyimpang berdasarkan jumlah individu yang terlibat dibagi


menjadi tiga yaitu pertama penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan
sendiri tanpa ada campur tangan orang lain. Kedua penyimpangan kelompok terjadi
apabila perilaku menyimpang dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu. Ketiga
penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi
yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada
norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku.

Pada masyarakat khususnya para remaja di Banguntapan ternyata masih banyak


sekali yang kecanduan dengan minuman keras. Mereka seringkali berkumpul dengan
teman-teman sebayanya bermain billiard dan akhirnya mabuk-mabukan, bahkan bukan
hanya terjadi pada remaja saja namun banyak juga bapak-bapak yang ikut bermain dan
berujung mabuk. Kebiasaan mabuk pada remaja masih merajalela karena dari pihak
warga sendiri masih membiarkan tindakan tersebut. Prinsip mereka asal tidak
mengganggu yang lain tidak jadi masalah. Para remaja terbiasa mabuk karena pengaruh
dari lingkungan bermainnya. Mereka yang dulunya tidak tahu menahu tentang miras dan
narkoba menjadi kecanduan karena adanya rasa penasaran dan rasa ingin coba-coba
melihat para teman sepermainannya mengonsumsi minuman keras tersebut.

Pada pelaku miras dijumpai kasus bahwa orangtua sang anak adalah pemabuk
berat. Anaknya pun mengikuti apa yang dilakukan ayahnya yaitu menjadi pemabuk dan
akhirnya ia terjerumus untuk mengkonsumsi juga. Kesalahan dari pihak orangtua adalah
karena tidak mau menegur serta menasehati anaknya agar tidak meniru tindakan yang
melanggar hukum.

Motif tujuan perilaku menyimpang jika dilihat secara ekonomi, uang merupakan
hal yang penting dalam kehidupan kita, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seseorang
rela melakukan apapun demi mendapatkan uang. Ekonomi yang pas-pasan merupakan
salah satu faktor seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang dengan tujuan untuk
mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Pelaku miras melakukan tindakan menyimpang dengan tujuan mencari kepuasan.


Dengan menenggak minuman keras dan maka pikiran mereka yang semula penat dengan
berbagai masalah akan terasa ringan seolah-olah tidak ada beban karena miras akan
mempengaruhi kesadaran seseorang.

B. Analisis Permasalahan
Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama
masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dan awal kelahiran hingga fase dewasa akhir
yang siap akan kematian. Fase yang dialami oleh individu tersebut mencakup fase
remaja. Individu dikatakan remaja apabila individu tersebut telah berumur antara 13
tahun hingga 22 tahun. Ada beberapa tugas perkembangan yang dilakukan oleh
remaja, antara lain mencapai peran sosial sebagai pria maupun wanita mengharapkan
dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian
emosional dari orang tua maupun orang dewasa lainnya, mencapai hubungan baru
yang lebih matang dengan teman sebaya, menerima keadaan fisiknya dan
menggunakan tubuhnya secara efektif.

Selain adanya tugas perkembangan pada remaja, sebenarnya pada masa remaja
juga terjadi perubahan secara sosial. Perubahan sosial remaja yang paling penting
adalah melakukan penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru
dalam seleksi persahabatan, dukungan, dan penolakan sosial. Perubahan penyesuaian
diri pada remaja tergantung dari kecepatan remaja melakukan penyesuaian diri pada
lingkungan sosial yang dipilih oleh remaja untuk menghabiskan waktu luang yang
dimilikinya. Perubahan dari perilaku sosial remaja tersebut bisa membuat remaja
menjadi individu yang lebih kreatif dan memiliki dampak yang baik bagi diri remaja
atau teman remaja, atau pun sebaliknya dapat membuat remaja melakukan perubahan
lingkungan sosial seperti melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial
yang ada atau merugikan dirinya dan lingkungannya.

Tidak hanya dengan lingkup sosial yang mengalami perubahan, namun juga
sebenarnya minat pada remaja juga berubah. Dalam masa remaja, minat yang dibawa
dari masa kanak-kanak berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Hal ini
dikarenakan pada tahap remaja, tanggung jawab pribadi akan lebih besar dibandingkan
pada saat masa kanak-kanak. Pada dasarnya, minuman merupakan kegiatan kelompok
dan hanya sedikit individu yang mau minum sendirian. Pergaulan dalam remaja yang
memiliki kelompok-kelompok dalam pertemanan membuat remaja dapat merasa
nyaman bila melakukan perilaku yang dianggap remaja adalah suatu hal yang tidak
salah karena dilakukan secara bersamaan dan tidak ada yang memberi larangan dalam
memilih dan melakukan tindakan penggunaan minuman beralkohol.

Sikap remaja yang merasa lebih "keren" saat menggunakan minuman


beralkohol adalah suatu hal yang umum terjadi pada saat ini. Remaja merasa diri
mereka sangat "keren" karena berani minum dan mendapat pengakuan dari kelompok,
ini membuat remaja semakin merasa bahwa apa yang dilakukan dengan meminum
alkohol adalah tindakan yang baik, karena tidak menyalahkan aturan dalam kelompok
dan norma sosial.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penggunaan adalah proses,


pembuatan, cara mempergunakan sesuatu atau pemakaian. Minuman beralkohol
merupakan minuman yang mengandung alkohol. Rasa ketagihan yang dirasakan
remaja akan membuat konsumsi terhadap minuman beralkohol pun menjadi meningkat
penggunaannya dan akan memberikan efek negatif pada masa depan remaja karena
meminum zat adiktif terus-menerus dan memberikan efek buruk bagi kesehatan
kedepannya.

Penggunaan minuman beralkohol seringkali dianggap itu adalah hal yang


"keren" atau pun remaja seringkali memikirkan bahwa penggunaan minuman
berakohol atau minum-minuman beralkohol agar bisa mendongkrak popularitas.
Remaja seringkali menggunakan minuman beralkohol karena ingin menunjukkan
bahwa individu tersebut mampu menyamai teman-temannya. Hal ini membuat remaja
berhasil untuk memiliki status dalam keanggotaan kelompok. Untuk mempertahankan
status yang dimiliki, remaja rela menggunakan alkohol secara berulang-ulang kali
bersama teman-temannya. Remaja merasa apabila sudah melakukan hal yang sama
dengan yang dilakukan oleh temannya, maka akan membuat status remaja menjadi
sama dan dihargai oleh teman-teman sekelompoknya.

Minuman beralkohol yang menghancurkan kendali diri merupakan penyebab


utama munculnya kekacauan sosial. Seorang yang minum-minuman beralkohol bisa
dengan mudah tergoda untuk melakukan tindakan-tindakan yang buruk. Seseorang
yang masih dalam masa mencari jati diri selalu berusaha mencoba-coba hal yang baru.
Apabila tidak adanya kontrol dari keluarga atau pun masyarakat maka seseorang
tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif. Dalam hal ini,
kebiasaan minum minuman beralkohol, banyak sekali kasus-kasus yang dialami
seringkali membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.

Seorang yang sudah menjadi pecandu minuman beralkohol akan sulit sekali
untuk melepaskan kebiasaan buruknya tersebut. Pengaruh minuman beralkohol
mengakibatkan perilaku emosional, tak terkendali, dan agresif. Setiap individu pasti
berupaya untuk mencari jati dirinya kearah positif. Namun dengan adanya berbagai
pengaruh terhadap pembentukan jati diri. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan
jati diri terbentuk menjadi jati diri yang negatif.

C. Upaya Penanggulangan

Adapun upaya yang dilakukan oleh Kepolisian wilayah Banguntapan terhadap


penggunaan minuman keras di kalangan remaja yaitu melalui tindakan preventif dan
represif. Tindakan preventif ini dilakukan untuk mencegah masyarakat, remaja pada
khususnya untuk tidak mabuk-mabukan. Sedangkan tindakan yang bersifat represif
dilakukan dalam rangka upaya penindakan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran
atau tindak kejahatan akibat penyalahgunaan minuman keras.

a. Tindakan preventif meliputi:


a) Adanya Perda (Peraturan Daerah) yang mengatur tentang minuman keras dengan
sanksi yang berbeda-beda bagi yang melanggarnya. Sehingga di setiap daerah
memiliki Perda masing-masing. Untuk Peraturan Daerah yang mengatur di daerah
Bantul yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 2 Tahun 2012 tentang
pengawasan, pengendalian, pengedaran, dan pelarangan penjualan minuman
beralkohol di Kabupaten Bantul.
b) Melibatkan semua fungsi kepolisian baik di bidang Satreskrim (Satuan Reserse
dan Kriminal), Satbinmas (Satuan Pembinaan Masyarakat), Sabhara (Samapta
Bhayangkara), Satlantas (Satuan Lalu Lintas), maupun Bidhumas (Bidang
Hubungan Masyarakat).
c) Melakukan penyuluhan-penyuluhan ke masyarakat terutama pada kalangan
remaja, seperti: Karang Taruna, komunitas-komunitas (RX King, Pitung), dan
komunitas pemuda lainnya.
d) Melakukan patroli wilayah. Polisi yang melaksanakan patroli sudah mempunyai
obyek sasaran, sehingga dapat memberikan informasi pada Babinkamtibnas jika
menemui aktivitas yang mencurigakan. Selain itu, Babinkamtibnas sebagai pihak
aparat kepolisian yang dapat dihubungi pertama kali oleh masyarakat, karena
terdapat di setiap desa. Saat ini Babinkamtibnas memiliki program DDS (Door to
Door System) yang dilaksanakan setiap hari.
e) Melaksanakan patroli dialogis bersama warga, yaitu dengan mendatangi warung-
warung yang menjual sesuatu yang mencurigakan, seperti minuman keras.
Prosesnya adalah didatangi, kemudian diungkap.
b. Tindakan represif meliputi:
a) Mengaktifkan fungsi Sabhara (Samapta Bhayangkara), yaitu dengan melakukan
penindakan terhadap penjual dan pengedar minuman keras.
b) Memberikan tindak pidana ringan (tipiring) kepada penjual minuman keras yaitu
dengan cara disidangkan, dilakukan tindakan peradilan, dan memberikan sanksi.
Selain itu, dilakukan pengecekan terhadap penjual, apakah memang sudah profesinya
atau belum.

Tindakan preventif dan represif ini dilakukan secara beriringan supaya terciptanya
masyarakat yang bebas bahaya minuman alkohol atau minuman keras. Oleh karena itu,
kerja sama antara masyarakat dengan aparat kepolisian sangat diperlukan.

D. Dampak-Dampak

Sebagaimana telah diketahui, mengonsumsi minuman keras dapat


mengakibatkan kerugian bagi kesehatan seseorang. Seseorang setelah mengonsumsi
minuman keras sudah pasti tidak dapat berfikir normal lagi, karena yang diserang
pertama kali adalah pada bagian syaraf dan jantung. Meminum minuman keras akan
menimbulkan kerusakan hati, jantung, pankreas, dan peradangan lambung. Bahkan dapat
merusak secara permanen jaringan otak sehingga mempengaruhi daya ingatan,
kemampuan penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan jiwa tertentu. Perasaan orang
tersebut mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan juga terganggu, menekan
pusat pengendalian diri sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif. Apabila
tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak beretika, melanggar
norma-norma, melanggar sikap moral bahkan yang lebih parah dapat menimbulkan
tindakan pidana atau kriminal.

Pada dasarnya, mengonsumsi minuman keras menimbulkan berbagai penyakit


sosial, melahirkan penyimpangan-penyimpangan yang buruk dalam perilaku, moral,
agama, psikologi, dan kesehatan. Seseorang yang berada di bawah pengaruh minuman
keras akan lebih mudah melakukan kejahatan-kejahatan, cenderung melakukan
perbuatan kriminal, misalnya melakukan pembunuhan, bunuh diri, mencuri, memeras,
dan membunuh karakter mereka sendiri.

Pihak kepolisian di daerah Banguntapan, Bantul juga mengungkapkan bahwa


fenomena klithih yang marak saat ini merupakan pengaruh dari mengonsumsi minuman
keras yang dilakukan sebelumnya. Klithih itu sendiri merupakan salah satu fenomena
sosial yang terjadi di Yogyakarta dan daerah sekitarnya (terutama Klaten dan
Magelang). Fenomena ini terjadi pada umumnya terhadap anak muda usia 14 sampai 19
tahun yang merupakan pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Pada umumnya, pelaku klithih akan mengincar target yang merupakan siswa SMA
pesaing atau anggota geng pesaing di daerah yang dianggap sepi. Kemudian pelaku
melakukan perundungan (bullying) secara fisik terhadap pelaku. Terkadang pelaku juga
mengambil barang milik korban dan harta benda. Hal ini membuktikan bahwa seseorang
yang berada di bawah pengaruh minuman keras akan menimbulkan kejahatan-kejahatan
lain, salah satunya klithih yang tentu membahayakan masyarakat.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Terdapat beberapa sekumpulan remaja yang melakukan penyimpangan


khususnya didaerah Banguntapan. Penyimpangan yang biasa dilakukan adalah
mengonsumsi miras. Ada yang mengonsumsi miras untuk bersenang senang sesekali
saja, namun ada yang sudah menganggap miras merupakan kebutuhan yang utama.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya partisipiasi masyarakat dan orangtua dalam
membimbing remaja tersebut. Sikap masyarakat dan orang tua yang tidak tegas
membuat remaja tersebut semakin bebas dalam berperilaku.

Hal yang mendorong remaja mengonsumsi miras biasanya karena sedang


menghadapi masalah baik masalah keluarga, masalah teman ataupun masalah
percintaan lalu remaja tersebut diajak temannya dan berakhir dengan kecanduan
mengonsumsi miras. Adapun dampak dari mengonsumsi miras adalah kerusakan
organ-organ tubuh, kemampuan menilai dan belajar terganggu bahkan hingga
gangguan jiwa.

Walaupun sudah mengetahui dampak negatif yang akan dihadapi remaja tidak
bisa berhenti mengonsumsi miras. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dari luar
yakni dari keluarga, masyarakat dan instansi terkait yakni kepolisian. Tindakan
tersebut bisa berupa tindakan preventif dan tindakan represif. Supaya remaja tidak
lagi mengonsumsi miras semua elemen tersebut harus bekerja sama supaya mencapai
hasil yang maksimal.

B. Saran

Mengonsumsi miras tidak mempunyai manfaat yang positif bahkan akan


menimbulkan dampak yang negatif yang dapat merugikan diri sendri dan orang lain.
Oleh karena itu kalian harus berhenti sebelum mendapatkan dampak yang terlalu
banyak. Untuk orangtua harus selalu memperhatikan perilaku dan semua hal yang
dilakukan anak Anda. Apabila terdapat tanda-tanda yang menunjukkan
penyimpangan maka orang tua harus segera bertindak tegas. Untuk masyarakat harus
peduli dan peka terhadap lingkungannya. Apabila ada remaja yang mengonsumsi
minuman keras harus dihentikan walaupun tidak menggangu masyarakat, dan harus
ditindak dengan tegas supaya mereka tidak mengulangi perbuatan tersebut. Untuk
pihak kepolisian, diharapkan selalu melakukan pengecekan atau berpatroli di tempat
remaja sering mengonsumsi minuman keras dan diberi hukuman supaya mereka jera
dan tidak mengulanginya kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Sumara, Dadan., Humaedi, Sahadi., & Santoso, Meilanny Budiarti. (2017). Kenakalan
Remaja dan Penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM. Vol.4 No.2, 129-389.

Lumbung Pustaka Eprints.uny.ac.id

Shanty, Ida Nor., Suyahmo., & Sumarto, Slaemt. (2015). Faktor Penyebab Kenakalan
Remaja pada Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum di Kudus. Semarang: Jurusan
Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Soedjono. 1970. Pathologi Sosial. Bandung: Penerbit Utama

Moleong, J. L. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Laksana, Andri Wijaya. (2014). Upaya Kepolisian dalam Mengatasi Tindak Kejahatan
Akibat Minuman Keras di Kota Semarang (Studi Kasus di Polwiltabes Semarang. Jurnal
Pembaharuan Hukum, Vol.1 No.3, 297-306.
LAMPIRAN

A. Contoh kasus sekumpulan remaja yang minum-minuman keras di daerah Banguntapan, Bantul
B. Wawancara dengan pihak kepolisian di Polsek Banguntapan tentang penyalahgunaan
minuman keras di kalangan remaja

Anda mungkin juga menyukai