Dosen Pengampu:
Agustina Tri Wijayanti, M.Pd.
Mata Kuliah: Patologi Sosial
Anggota Kelompok:
Sekar Sukri Mahanani (18416241005)
Asti Rakhmiatun Dwi I. (18416241018)
Lintang Pertiwi Kusuma P. (18416241059)
Marlita Firdianti (18416244007)
Muhammad Shafly Farrabi (18416244013)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun di Indonesia kalangan remaja yang terpengaruh dengan lingkungan
pergaulan bebas semakin bertambah. Pergaulan bebas pada kalangan remaja merupakan
kegiatan yang menyimpang di lingkungan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada
kalangan remaja tersebut dapat membuat keonaran masyarakat sekitar. Hal ini terjadi
karena remaja melakukan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak seumuran
mereka. Remaja yang melakukan penyimpangan utamanya dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar tempat tinggalnya. Kebanyakan dari mereka masih dalam masa mencari jati diri
dan masih memiliki emosi yang labil. Rata-rata remaja yang melakukan penyimpangan
tersebut berumur belasan tahun antara 14 sampai 20 tahun. Pada awalnya remaja
mencoba barang yang biasa dijual di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Barang
tersebut biasanya sering dijumpai di warung-warung kelontong. Sehingga remaja dapat
memperoleh barang tersebut dengan mudah tanpa ada persyaratan apapun.
Penyimpangan sosial pada kalangan remaja juga dapat dijumpai pada salah satu
daerah di Kabupaten Bantul. Bentuk penyimpangan sosial pada kalangan remaja yang
dilakukan salah satunya adalah minum-minuman keras atau minuman yang mengandung
alkohol. Minuman keras dapat diperoleh dengan mudah dari warung-warung remaja
tersebut biasa kumpul. Terkadang mereka juga memilih untuk menongkrong di kafe yang
menyediakan minuman keras. Remaja membeli minuman keras dengan mengumpulkan
uang dari masing-masing remaja yang sedang berkumpul tersebut. Kegiatan kumpul
remaja tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga dan dilakukan secara sembunyi-
sembunyi, karena orang tua mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sekedar
berkumpul bersama teman.
Minuman beralkohol merupakan cairan bening yang mudah menguap dan mudah
bergerak, memiliki bau khas, rasa panas, dan mudah terbakar. Dalam minuman keras,
alkohol merupakan bahan utama dengan kadar yang bermacam-macam. Wresniwirro
(1995) menjelaskan bahwa alkohol dalam minuman keras, mengandung zat tertentu yaitu
yang kadar etanolnya lebih dari 1-55%, namun apabila dikonsumsi secara berlebihan
dapat membuat perasaan menjadi berubah, menjadi mudah tersinggung dan perhatian
terhadap lingkungan terganggu, mengalami gangguan koordinasi motorik dan kerusakan
jaringan otak. Remaja dalam proses perkembangan biasanya menghadapi masalah sosial
dan biologis. Meningkatnya tekanan hidup menjadi pemicu remaja untuk melakukan
minum-minuman beralkohol sebagai salah satu pelarian. Hanya dengan alkohol remaja
bisa merasakan hidup yang lebih bermakna dan merasa bahagia. Selain itu, remaja bisa
sejenak melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Namun, setelah dirinya tidak
berada dalam pengaruh alcohol, maka permasalahan yang sedang dihadapi akan kembali
terasa dan setelah itu mereka akan kembali mengonsumsi alkohol kembali. Oleh karena
itu, hal tersbut susah untuk dihentikan karena sudah mulai kecanduan terhadap alkohol.
B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang menyebabkan remaja mengonsumsi minuman keras?
2. Bagaimana peran instansi kepolisian terhadap remaja yang mengonsumsi minuman
keras?
3. Bagaimana upaya kepolisian dan masyarakat dalam menanggulangi masalah tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja mengonsumsi minuman
keras.
2. Untuk mengetahui peran instansi kepolisian terhadap remaja yang mengonsumsi
minuman keras.
3. Untuk mengetahui upaya kepolisian dan masyarakat dalam menanggulangi masalah
tersebut.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
a. Dapat melihat perkembangan pergaulan remaja
b. Dapat melihat cara pengawasan orang tua terhadap anaknya
c. Dapat meminimalisir kegiatan menyimpang di lingkungan sekitar
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan tata kelakuan di
dalam masyarakat, sehingga seseorang yang melanggarnya akan dianggap sebagai
pelanggar dan harus dihukum sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku.
Pengertian penyimpangan sosial menurut para ahli.
a. Robert K. Merton
Menurut Robert, penyimpangan berasal dari adanya ketegangan antara tujuan budaya
dan sarana untuk menggapainya. Masyarakat menginginkan setiap orang berhasil,
namun tidak semua orang bisa mencapainya melalui sarana yang sah, seperti menjadi
pengusaha dll. Kemudian orang-orang ini akan mengambil jalur yang menyimpang.
b. Edward H. Sutherland
Menurut Edward penyimpangan ini bersumber dari pergaulan yang berbeda sebab
seseorang yang belajar untuk menyimpang dari norma masyarakat melalui kelompok-
kelompok berbeda di mana ia bergaul.
Di dalam teori ini juga dipaparkan bahwa teori sumber penyimpangan terdiri dari 2
faktor yaitu:
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Faktor-
faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti yang dimaksud merupakan faktor
penyebab internal dan eksternal. Faktor penyebab internal adalah faktor penyebab yang
berasal dari dalam diri remaja karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri untuk
melakukan kenakalan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jensen dalam Sarwono (2011)
yaitu Teori Rational Choice yang menyatakan bahwa kenakalan yang dilakukan oleh
remaja terjadi karena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau kemauannya sendiri.
Teori anomi berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan
akhirnya menjadi menyimpang. Pandangan tersebut dikemukakan oleh Robert Merton
pada sekitar tahun 1930-an, di mana konsep anomi itu sendiri pernah digunakan oleh
Emile Durkheim dalam analisisnya tentang suicide unomique. Munculnya keadaan
anomi, oleh Merton diilustrasikan sebagai berikut (Elly M.Setiadi, 2011:236):
b. Apabila hal tersebut tercapai, maka mereka dinggap sebagai orang yang telah
mencapai tujuan-tujuan status atau cultural (cultural golds) yang dicita-citakan oleh
masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut, ternyata harus melalui
akses atau cara kelembagaan yang sah.
c. Namun ternyata, akses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat bawah.
d. Akibat dari keterbatasan akses tersebut, maka muncul situasi anomi, yaitu: situasi di
mana tidak ada titik temu antara tujuan tujuan status/ kultural dan cara-cara yang sah
yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
e. Dengan demikian, anomi adalah keadaan atau nama dari situasi di mana kondisi
sosial/situasi masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi
cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya sedikit.
Memang, pada dasarnya untuk mencapai tujuan status (kesuksesan hidup) seseorang
harus melalui cara-cara yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi
atau keinginan untuk meraih kesuksesan tersebut. Situasi anomi tersebut dapat
berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, di mana untuk mencapai tujuan
statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara yang tidak sah, di
antaranya melakukan penyimpangan atau kejahatan.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penilitian ini secara daring dan secara langsung. Untuk secara daring,
para narasumber diarahkan untuk mengisi form di GoogleForm, sehingga tempatnya
kondisional. Untuk secara langsung sendiri, kami melakukan wawancara ke lembaga sosial
yang menangani terkait fenomena ini yaitu Polsek Banguntapan yang letaknya di Jl.
Wonosari No.KM 6, Pringgolayan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif pada umumnya menekankan analisis proses dari
proses berfikir secara deduktif dan induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian
kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, akan tetapi
lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab
permasalahan yang dihadapi. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan
konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan
dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory), dan mengembangkan
pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi
a. Angket
Angket atau kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian
ini kami menggunakan GoogleForm atau angket secara online. Dengan tujuan agar para
responden tidak sungkan untuk mengisinya dan dijamin kerahasiaannya.
b. Wawancara
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan/catatan, rekaman, gambar maupun video. Pada penelitian ini, kami
menggunakan semua teknik dokumentasi yaitu catatan, rekaman, foto serta video.
Model analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif Miles dan
Hubberman:
Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah meruduksi data. Reduksi data
yaitu proses seleksi, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data-data yang didapat dari catatan lapangan (Miles & Hubberman,
2009:16). Data dari lapangan yang terlalu banyak, membuat penulis harus merampingkan
data temuannya agar lebih mudah dalam tahapan pengolahan data berikutnya.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan
sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-
peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif. Bentuk teks naratif ini akan memudahkan dalam memahami apa yang terjadi,
menganalisis fenomena tersebut kemudian merencanakan langkah selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara
menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang
sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
Fakta yang ada di lapangan menunjukkan bahwa kalangan remaja yang ada di daerah
Banguntapan, Bantul masih banyak yang melakukan tindakan penyimpangan sosial, yaitu
mengonsumsi minuman keras. Banyak faktor yang melandasi para remaja melakukan
perbuatan tersebut, yaitu berasal dari faktor keluarga, faktor ekonomi, dan lingkungan
pertemanan. Akan tetapi, faktor terbesar yaitu dari lingkungan pertemanan. Adanya
anggapan bahwa jika seseorang mengonsumsi minuman keras menjadi “keren” dan
semakin meningkat popularitasnya masih melekat di benak remaja. Sehingga biasanya
mereka melakukan secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya tanpa
mempedulikan efek kesehatan dan efek kejahatan lain yang ditimbulkan akibat minuman
keras.
Untuk itu, sangat diperlukan peran dari keluarga maupun instansi terkait (kepolisian)
dalam mencegah maupun pemberian sanksi terhadap remaja yang mengonsumsi
minuman keras. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir bahkan memberantas tindakan
penyimpangan yang dilakukan remaja agar terbebas dari minuman keras.
c. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Kondisi
Perilaku adalah sebagaimana tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai pertentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku manusia adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,
nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang di kelompokan ke
dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku tidak dapat diterima, perilaku
aneh, perilaku menyimpang. Perilaku adalah semua yang menghasilkan respon, respon
yang diterima dan yang tidak diterima oleh orang yang menanggapinya, seperti perilaku
negatif.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 22
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Mengingat betapa pentingnya peranan remaja
sebagai generasi muda bagi masa depan bangsa, maka masalah tersebut mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap remaja yang masih mempunyai masa
depan. Dengan demikian dapat dilihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja, khususnya
remaja atau siswa yang pernah atau terlibat kenakalan. Oleh karena itu rumusan masalah
yang digunakan adalah bagaimana perilaku menyimpang di kalangan remaja pada
masyarakat.
Pada pelaku miras dijumpai kasus bahwa orangtua sang anak adalah pemabuk
berat. Anaknya pun mengikuti apa yang dilakukan ayahnya yaitu menjadi pemabuk dan
akhirnya ia terjerumus untuk mengkonsumsi juga. Kesalahan dari pihak orangtua adalah
karena tidak mau menegur serta menasehati anaknya agar tidak meniru tindakan yang
melanggar hukum.
Motif tujuan perilaku menyimpang jika dilihat secara ekonomi, uang merupakan
hal yang penting dalam kehidupan kita, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seseorang
rela melakukan apapun demi mendapatkan uang. Ekonomi yang pas-pasan merupakan
salah satu faktor seseorang untuk melakukan perilaku menyimpang dengan tujuan untuk
mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
B. Analisis Permasalahan
Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama
masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dan awal kelahiran hingga fase dewasa akhir
yang siap akan kematian. Fase yang dialami oleh individu tersebut mencakup fase
remaja. Individu dikatakan remaja apabila individu tersebut telah berumur antara 13
tahun hingga 22 tahun. Ada beberapa tugas perkembangan yang dilakukan oleh
remaja, antara lain mencapai peran sosial sebagai pria maupun wanita mengharapkan
dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian
emosional dari orang tua maupun orang dewasa lainnya, mencapai hubungan baru
yang lebih matang dengan teman sebaya, menerima keadaan fisiknya dan
menggunakan tubuhnya secara efektif.
Selain adanya tugas perkembangan pada remaja, sebenarnya pada masa remaja
juga terjadi perubahan secara sosial. Perubahan sosial remaja yang paling penting
adalah melakukan penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru
dalam seleksi persahabatan, dukungan, dan penolakan sosial. Perubahan penyesuaian
diri pada remaja tergantung dari kecepatan remaja melakukan penyesuaian diri pada
lingkungan sosial yang dipilih oleh remaja untuk menghabiskan waktu luang yang
dimilikinya. Perubahan dari perilaku sosial remaja tersebut bisa membuat remaja
menjadi individu yang lebih kreatif dan memiliki dampak yang baik bagi diri remaja
atau teman remaja, atau pun sebaliknya dapat membuat remaja melakukan perubahan
lingkungan sosial seperti melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial
yang ada atau merugikan dirinya dan lingkungannya.
Tidak hanya dengan lingkup sosial yang mengalami perubahan, namun juga
sebenarnya minat pada remaja juga berubah. Dalam masa remaja, minat yang dibawa
dari masa kanak-kanak berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Hal ini
dikarenakan pada tahap remaja, tanggung jawab pribadi akan lebih besar dibandingkan
pada saat masa kanak-kanak. Pada dasarnya, minuman merupakan kegiatan kelompok
dan hanya sedikit individu yang mau minum sendirian. Pergaulan dalam remaja yang
memiliki kelompok-kelompok dalam pertemanan membuat remaja dapat merasa
nyaman bila melakukan perilaku yang dianggap remaja adalah suatu hal yang tidak
salah karena dilakukan secara bersamaan dan tidak ada yang memberi larangan dalam
memilih dan melakukan tindakan penggunaan minuman beralkohol.
Seorang yang sudah menjadi pecandu minuman beralkohol akan sulit sekali
untuk melepaskan kebiasaan buruknya tersebut. Pengaruh minuman beralkohol
mengakibatkan perilaku emosional, tak terkendali, dan agresif. Setiap individu pasti
berupaya untuk mencari jati dirinya kearah positif. Namun dengan adanya berbagai
pengaruh terhadap pembentukan jati diri. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan
jati diri terbentuk menjadi jati diri yang negatif.
C. Upaya Penanggulangan
Tindakan preventif dan represif ini dilakukan secara beriringan supaya terciptanya
masyarakat yang bebas bahaya minuman alkohol atau minuman keras. Oleh karena itu,
kerja sama antara masyarakat dengan aparat kepolisian sangat diperlukan.
D. Dampak-Dampak
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Walaupun sudah mengetahui dampak negatif yang akan dihadapi remaja tidak
bisa berhenti mengonsumsi miras. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dari luar
yakni dari keluarga, masyarakat dan instansi terkait yakni kepolisian. Tindakan
tersebut bisa berupa tindakan preventif dan tindakan represif. Supaya remaja tidak
lagi mengonsumsi miras semua elemen tersebut harus bekerja sama supaya mencapai
hasil yang maksimal.
B. Saran
Sumara, Dadan., Humaedi, Sahadi., & Santoso, Meilanny Budiarti. (2017). Kenakalan
Remaja dan Penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM. Vol.4 No.2, 129-389.
Shanty, Ida Nor., Suyahmo., & Sumarto, Slaemt. (2015). Faktor Penyebab Kenakalan
Remaja pada Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum di Kudus. Semarang: Jurusan
Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Laksana, Andri Wijaya. (2014). Upaya Kepolisian dalam Mengatasi Tindak Kejahatan
Akibat Minuman Keras di Kota Semarang (Studi Kasus di Polwiltabes Semarang. Jurnal
Pembaharuan Hukum, Vol.1 No.3, 297-306.
LAMPIRAN
A. Contoh kasus sekumpulan remaja yang minum-minuman keras di daerah Banguntapan, Bantul
B. Wawancara dengan pihak kepolisian di Polsek Banguntapan tentang penyalahgunaan
minuman keras di kalangan remaja