Anda di halaman 1dari 23

UNDERSTANDING COGNITIVE DISSONANCE PERILAKU MEROKOK

(Paper Psikologi)

Abd. Halim-453042

Program Studi Magister Sains

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

abd.halim@mail.ugm.ac.id

Abstrak: Perilaku merokok merupakan fenomena yang biasa ditemukan di sekitar kita. Banyak
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok diantaranya lingkungan. Pemahaman tentang
bahaya merokok dan perilaku merokok memunculkan ketidakseimbangan dalam diri
seseorang atau disebut disonansi kognitif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan proses wawancara semi terstruktur dengan 2 partisipan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa partisipan mengalami disonansi pada perilaku merokok namun strategi untuk
menyeimbangkan elemen yang bertentangan tersebut dengan mencari pembenaran bahwa
merokok tidak berbahaya.

Kata kunci: Perilaku merokok, Disonansi kognitif

Pendahuluan

Perilaku merokok saat ini telah menjadi fenomena yang tidak asing dalam kehidupan.

Mudahnya akses untuk mendapatkan rokok dan banyaknya orang merokok ditempat umum,
kantor, lingkungan pendidikan bahkan dalam lingkungan keluarga sendiri mengakibatkan

perilaku merokok tersebut sulit untuk dihindari. Perilaku merokok merupakan salah satu

penyebab munculnya berbagai penyakit dan tingginya angka kematian. Hal ini disebabkan

karena bahan kimia yang terdapat dalam rokok. Data dari WHO setiap tahun sekitar 225.700

orang Indonesia meninggal akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengantembakau

(World Health Organization). Prevalensi pada orang dewasa masih belum menunjukkan

penurunan selama periode 5 tahun ini, sementara prevalensi merokok pada remaja usia 10-19

tahun meningkat dari 7,2% di tahun 2013 menjadi 9,1% pada 2018 -- peningkatan sebesar kira-

kira 20%.
Data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 yang dirilis pada hari

ini menunjukkan bahwa 40.6% pelajar di Indonesia (usia 13-15 tahun), 2 dari 3 anak laki-laki,

dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau: 19.2%

pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60.6% bahkan tidak dicegah ketika

membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka dapat membeli rokok secara

eceran (World Health Organization).

Perilaku merokok juga membawa pengaruh buruk terhadap kebiasaan (habits) para

penggunanya. Kebiasaan merokok menyebabkan seseorang menjadi lebih egois, hal ini dapat

dilihat pada kebiasaan merokok yang dilakukan oleh remaja atau orang dewasa di depan

umum atau di ruang publik. Perilaku merokok disebabkan banyak faktor, faktor lingkungan

seperti keluarga dan teman sebaya berperan penting. Perilaku merokok awalnya dilakukan

dengan coba-coba, namun pada akhirnya menjadi kecanduan. Temuan dari hasil penelitian
Munir (2019) Perilaku merokok juga dapat dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang meliputi

pengaruh keluarga dan lingkungan sekitar, pengaruh teman sebaya dan pengaruh iklan rokok

(16). Penelitian ini menunjukkan perilaku merokok pada responden yang dipengaruhi oleh

keluarga dan teman ada pada tingkat sedang. Sedangkan pengaruh paling tinggi disebabkan

karena iklan.

Perilaku merokok dilakukan oleh Alamsyah (2017) tentang determinan perilaku

merokok pada remaja Hasil penelitian menunjukkan 57,8% siswa laki-laki kelas X dan XI

berperilaku merokok dan 42,2% tidak berperilaku merokok. Variabel yang berhubungan

dengan perilaku merokok adalah pengetahuan, sikap, kegiatan ekstrakurikuler dan iklan rokok.
Disarankan ke instansi terkait untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan kesehatan tentang

bahaya rokok, memasukan pemahaman bahaya rokok ke dalam kegiatan UKS dan PMR serta

memaksimalkan media promosi kesehatan tentang bahaya rokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Munir (2019) tentang gambaran perilaku merokok pada

remaja laki-laki Didapatkan hasil bahwa 46% mulai merokok pada usia 17-19 tahun ketika

masih SMA dan termasuk kategori perokok ringan. Perilaku merokok ini dipengaruhi oleh

dukungan keluarga, dorongan teman dan pengaruh iklan. Hasil penelitian lain menunjukkan
bahwa untuk mengurangi disonansi, perokok aktif menambah elemen kognitif dengan

informasi baru seperti informasi bahwa merokok tidak memiliki dampak langsung terhadap

kesehatan mereka, masih banyak yang berbahaya bagi tubuh selain merokok, serta informasi

mengenai rokok sebagai penyumbang pendapatan ekonomi terbesar di Indonesia. Elemen

kognitif baru ini memberikan pembenaran atas perilaku merokok sehingga kampanye anti-

rokok yang selama ini dilakukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku

perokok aktif di Indonesia (Fadholi et al., 2020).

Hiraev dan Levy (dalam Sobur, 2016) disonansi kognitif merupakan ketegangan

psikologis yang disebabkan oleh ketidaksesuaian (disonansi) yang dirasakan antara sikap dan

perilaku, dua atau lebih keputusan, dua atau lebih sikap. Menurut Chaplin (2016) disonansi

kognitif adalah suatu keadaan psikologis yang tidak menyenangkan, sehingga individu

merasakan atau mengalami dua kepercayaan atau dua kesadaran yang bertentangan.
Menurut Solomon (dalam Hakim, 2017) disonansi kognitif adalah salah satu

pendekatan terhadap tingkah laku yang mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk

mengurangi keadaan negatif dengan cara membuat suatu keadaan sesuai dengan keadaan

lainnya. Elemen kognitif adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang, bisa berupa dirinya

sendiri, tingkah lakunya atau juga pengamatan sekeliling. Pengurangan disonansi dapat timbul

baik dengan menghilangkan, menambah atau mengganti elemen-elemen kognitif.

East (dalam Hakim, 2017) mendeskripsikan disonansi kognitif sebagai suatu kondisi

yang membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika kepercayaan mereka tidak sejalan
bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan dan tindakan

mereka agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen

pada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku

dan kepercayaan mereka yang lainnya. Menurut Festinger dua elemen dikatakan ada dalam

hubungan yang disonan jika (dengan hanya memperhatikan kedua elemen itu saja) terjadi

suatu penyangkalan dari satu elemen yang diikuti oleh atau mengikuti suatu elemen yang lain

(Sarwono, 2010).

Dari beberapa tokoh yang telah menjelaskan tentang disonansi kognitif, peneliti dapat

menarik pemahaman bahwa disonansi kognitif merupakan keadaan yang tidak seimbang
antara elemen-elemen kognitif (bisa berupa dirinya sendiri, tingkah lakunya atau juga

pengamatan sekeliling) dan perilaku yang mengakibatkan ketidaknyaman psikologis individu

mengalami dua kesadaran yang bertentangan, keadaan tersebut akan membuat individu

bingung dengan perilaku dan pemahamannya.

Perokok memiliki keyakinan tentang bahaya merokok pada kesehatan tubuhnya,

namun mereka mencari cara untuk menghilangkan ketidakseimbangan tersebut pada dirinya.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami disonansi kognitif perilaku merokok.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Proses pengambilan dilakukan

degan beberapa tahap. Peneliti menyebarkan survei terlebih dahulu yang berisi open-ended

question melaui media social. Dari hasil survei tersebut terdapat 56 partisiapan yang mengisi

dan 20 partisipan menyamnggupi untuk diwawancara lebih lanjut. Namun karena terbatasnya

waktu dan beberapa pertimbangan akhirnya peneliti memutuskan untuk memilih 2 partisipan

untuk diwawancara lebih lanjut. Peneliti melakukan kesepakatan dengan partisipan untuk

melakukan wawancara semi terstruktur secara online dikarenakan keadaan yang tidak

memungkinkan untuk bertatap muka secara langsung. Hasil wawancara ditranskrip dalam

bentuk verbatim. Pernayataan yang sesuai dengan topik penelitian diberi tanda (coding).

Hasil dan Diskusi

Pada mulanya perilaku merokok hanya untuk coba-coba namun akhirnya menjadi

kecanduan, hal ini seperti yang disampaikan oleh P1 dan P2 dalam pernayataanya:

Mulai merokok nyoba-nyoba dari kelas 2 SD atau kelas 3 SD. (P10122020-02)

Pertama kali saya merokok itu, pertama banget waktu kelas 6, kelas 6 itu ketika ke sungai dulu
masih sembunyi-sembunyi dari orangtua dan itupun tidak selalu merokok Cuma waku itu hari
itu saja pertama kali merokok. Kalau merokok yang terus sampai sekarang itu semenjak baru
lulus SMA dan itu mulai merokok aktif samapi sekarang begitu. Dari kelas 6 itu merokok
kemudia berhenti karena mondok tidak boleh merokok, akhirnya berhenti tuh selama 6 tahun,
dan setelah lulus SMA merokok lagi dan aktif sampai sekarang gak berhenti-berhenti.
(P203012020-02)
Perilaku merokok tidak lepas dari peran lingkungan yang menjadi faktor utama untuk

melakukan hal tersebut. Lingkungan bisa berupa keluarga yang semuanya perokok, atau

lingkungan pertemanan. Keluarga merupakan lingkungan paling dekat dengan seseorang

sehingga sangat memberiak pengaruh pada perilaku merokok seseorang. Teman bermain juga

sangat berpengaruh bagi seseorang untuk berperilaku merokok, seperti pernyataan P1 dan P2:

Mungkin dari faktor lingkungan ya mas, soalnya keluarga kecuali bapak itu rata-rata perokok
mas, terus penasaran ja gitu. (P10122020-03).

Kalau yang mendorong saya untuk merokok itu adalah lingkungan. Jadi awalnya saya itu gak
mau banget merokok. Pokoknya apa sih merokok itu gak baik, tapi karena lingkungan waktu itu
saya sering bersama teman-teman yang merokok jadi seolah-olah waktu itu saya adalah orang
yang paling cupu anggapannya seperti itu. Jadi saya gak mau dan saya langsung merokok.
(P203012020-03)

Semuanya merokok, gak ada yang gak merokok, kecuali kaka ipar gak merokok. Pernah
merokok tapi sakit berhenti sekarang (P203012020-05)

Pernyataan P1 dan P2 memperkuat adanya faktor lingkungan yang membuat dirinya

merokok. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir (2019) didapatkan

hasil bahwa 46% mulai merokok pada usia 17-19 tahun ketika masih SMA dan termasuk

kategori perokok ringan. Perilaku merokok ini dipengaruhi oleh dukungan keluarga, dorongan

teman dan pengaruh iklan. Faktor lain adalah dorongan dalam diri individu untuk merokok

berangkat dari rasa penasaran pada rokok.

Selain faktor lingkungan pengetahuan tentang bahaya merokok juga penting dalam

terjadinya perilaku merokok. Rendahnya pengetahuan tentang merokok memebuat seseorang

dengan mudah merokok tanpa berpikir tentang bahaya merokok terhadap kesehatan. Hasil

penelitian dari Alamsyah (2017) menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan

perilaku merokok. Pengetahuan merupakan modal dasar bagi seseorang untuk berperilaku.

Pengetahun yang cukup memberi memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik.

Orang yang dipenuhi banyak pengetahuan dapat mempersepsikan informasi tersebut sesuai

dnegan presdiposisi psikologinya. Pengetahuan yang tinggi tentang rokok pada seseorang

memperkecil kemungkinan berperilaku merokok. Hal ini disebabkan seseorang telah

mengetahui bahaya atau dampak negative merokok.


Perilaku merokok memiliki intensi yang cukup besar pada perokok, sehingga apabila

tidak merokok membuat tidak nyaman atau merasa ada yang kurang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari P1 dan P2:

Ya menurut saya rokok itu gak enak, tapi kalau tidak merokok gak enak, jadi bawaannya pengen
merokok gitu. P10122020-06

Yang dirasakan enak, yang pertama itu enak terus sedap itu rasanya tapi di sisi lain kayak sesak
gitu tapi tidak terlalu, dan mulut gak terasa pahit gitu kalau mulut sudah terasa pahit gitu cepat-
cepat cari rokok, kalau gak merokok itu pahit. (P203012020-07)

Pernyataan di atas sejalan dengan penelitian Libuka dan Suyono (2019) hasil analisis

deskriptif ditemukan bawa intensi memliki kontribusi dalam terbentuknya perilaku merokok

remaja, hal ini merupakan bagian dari model yang dikembangkan dari teori perilaku terencana

yang terbentuk melalui sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Merujuk pada
hasil uraian di atas dapat dijelaskan bahwa terjadinya perilaku merokok diawali dengan intensi

merokok remaja yang meliputi sikap positif terhadap rokok, dan meremehkan segala

kemungkinan dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok serta banyaknya kesempatan

yang memfasilitasi remaja dalam melakukan perilaku merokok. Perokok akan terus mencari

jalan untuk memungkinkan dirinya menikmati rokok tanpa merasa khawatir.

Seseorang merokok memiliki waktu waktu tertentu yang dirasa pada waktu tersebut

lebih nikmat merokok. Merokok diwaktu waktu tertentu seperti setelah makan dan ingin buang

besar menjadi waktu tersendiri yang memberikan kenyaman bagi perokok. Hal ini seperti yang

dinyatakan P1 dan P2:

Ada mas, ketika nongkrong, ketika bingung, ketika pengen BAB, dan setelah makan. (P10122020-
11)

Kalau sekarang sih waktu tertentu itu yang paling penting merokok dan wajib banget setelah
makan dan selain itu sering banget maksudnya tidak tahu waktu, bangun tidur gitu minum air
langsung merokok, mau tidur merokok, pokoknya mau apa-apa merokok. Yang terpenting juga
mau BAB itu merokok. (P203012020-06)

Pernyataan P1 dan P2 memberikan penjlasan bahwa merokok juga memiliki waktu-

waktu tertentu yang membuat perokok menjadi semakin nikmat merokok. Waktu tertentu

tersebut akan dirasakan sanga nyaman untuk menikmati rokok dan membuatnya semakin

kecanduan.
Perokok memiliki keyakinan dan pemahaman rokok berbahaya pada kesehatan. Mereka

juga khawatir dengan kesehatan meraka ketika orang disekitanya sakit disebabkan merokok.

Rasa takut dan khawatir tentang bahaya merokok membuat mereka berkeinginan untuk

berhenti merokok, seperti yang disampaikan oleh P1 dan P2:

Tidak ada sih mas, Cuma pas nonton video-video orang yang katanya sakit gara-gara merokok,
atau pernyataan orang-orang itu membuat khawatir doang sih tapi tidak takut. (P10122020-20)

Khawatir takut seperti itu juga sih mas, Cuma khawatirnya hilang pas gak ingat lagi. (P10122020-
20)
Kalau saya percaya sebenarnya, merokok ada efek negatifnya dan menimbulkan penyakit.
(P203012020-08)

Penjelasan partisipan memberikan gambaran tentang adanya rasa kahwatir pada diri

individu ketika merokok, tapi perilaku mengabaikan menjadi strategi untuk mengurangi rasa

takut yang ada pada dirinya. Perokok akan membiarkan perasaan khawatir dalam dirinya

menghilang dengan berjalannya waktu.

Seseorang merokok dikarenakan adanya keyakinan tentang rasa sensasi yang berebeda
saat merokok. Merokok dianggap bisa memberikan kenikmatan dan kenyamanan saat dalam

keadaan stress. Perilaku merokok juga bisa membuat perokok merasa tenang ketika

menghadapi masalah. Pernyataan dari P1 dan P2:

Santai, enak gitu aja perasaanya. (P10122020-10)

Intinya tenang, kayak ada kenikmatan tersendiri yang susah dijelaskan. (P10122020-15).

Yang dirasakan enak, yang pertama itu enak terus sedap itu rasanya tapi di sisi lain kayak sesak
gitu tapi tidak terlalu, dan mulut gak terasa pahit gitu kalau mulut sudah terasa pahit gitu cepat-
cepat cari rokok, kalua gak merokok itu pahit. (P203012020-07).

Perokok sebenarnya meyakini bahwa rokok tidak itu tidak enak dan memberikan efek

yang kurang baik pada kesehatan. Perokok juga merasa bahwa fisik mereka semakin kurus dan

pengeluaran semakin boros dikarenakan merokok. Akan tetapi rasa kecanduan untuk merokok

selalu mendorong mereka untuk tetap merokok. Sesuai dengan pernyataan P1 dan P2:

Ya menurut saya rokok itu gak enak, tapi kalau tidak merokok gak enak, jadi bawaannya pengen
merokok gitu. (P10122020-06)

Dari rasa sudah gak enak mas. (P10122020-07)


Mungkin sudah jadi candu ya mas, gak tahu juga gak paham. (P10122020-08)

Karean sudah candu mas suasah yang mau nabung, biasanya boros ((P10122020-18)
Setelah saya merokok yang saya rasakan pertama lebih boros, itu yang paling tampak. Kemudian
untuk ke tubuh tidak terlalu Cuma lebih kurus sih karean gak doyan makan, terus ke suar,
dulusaya kan belajar qori’ masih enak sebelum merokok. Setelah merokok nafas gak kuat dan
suara gak tinggi, berat gitu. (P203012020-04)

Pernyataan dari P1 dan P2 memberikan penjalasan adanya dua pemahaman yang saling

bertentangan dalam dirinya. Pemahaman bahwa rokok tidak enak namun juga membuat

dirinya kecanduan sehingga jika tidak merokok merasa ada yang kurang. Keadaan ini sesuai

dengan definisi disonansi kognitif dimana adanya dua elemen pemahaman yang saling

bertentangan dalam diri seseorang.

Orang cenderung merasionalisasi perilaku mereka untuk menghindari disonansi. Dalam

kasus merokok, perokok mungkin merasionalisasi bahwa 1) merokok itu layak karena

seseorang sangat menyukainya, 2) tidak membahayakan kesehatannya karena efeknya pada

orang lain, 3) mustahil baginya untuk menghindari melakukan apapun hanya untuk tetap

hidup, dan 4) ada kemungkinan terpapar bahaya lain yang juga berdampak buruk bagi

kesehatan meskipun tidak merokok. Dengan merasionalisasi perilaku merokok dengan alasan

perokok merasa terbebas dari ketidaknyamanan psikologis yang disebabkan oleh inkonsistensi
(Orcullo, 2019). Perokok menghilangkan disonansi pada dirinya dengan jalan melakukan

pembenaran bahwa merokok itu tidak berbahaya. Pembenaran ang dilakukan dengan

menambahkan informasi bahwa meroko itu tidak berbahaya, sehingga dia akan merasa

merokok. Hal ini seperti pernayataan P1;

Mencari pembenaran bahwa rokok itu tidak berbahaya (P10122020-23)

Ya mencari argumen dari orang-orang bahwa rokok itu tidak bahaya (P10122020-24)

Sebenarnya sakit, mati semuanya dari yang maha kuasa gitu ja mas, tapi semisal sakit karena
rokok yak arena memang waktunya gitu ja mas (P10122020-25)

Ya santai aja mas, kalau waktunya mati ya mati kalau waktunya sakit ya sakit, tapi kalau
sakitnya Karena rokok ya mungkin waktunya gitu aja mas (P10122020-26)

Pernyataan P1 memberikan penjelasan adanya startegi yang dilakukan oleh individu

untuk mengurangi ketidakseimbangan yang dirasakannya yaitu dengan mencari pembenaran

supaya dia tetap bisa merokok tanpa rasa takut tentang bahaya merokok. sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fadholi, dkk (2020) menunjukkan bahwa untuk mengurangi

disonansi, perokok aktif menambah elemen kognitif dengan informasi baru seperti informasi

bahwa merokok tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan mereka, masih banyak

yang berbahaya bagi tubuh selain merokok, serta informasi mengenai rokok sebagai

penyumbang pendapatan ekonomi terbesar di Indonesia. Elemen kognitif baru ini memberikan

pembenaran atas perilaku merokok sehingga kampanye anti-rokok yang selama ini dilakukan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku perokok aktif di Indonesia.

Strategi lain yang dilakukan seseorang untuk mengurangi rasa yang tidak nyaman saat

merokok yaitu dengan berusaha menggantikan rokok dengan objek lain, misal dengan camilan

dan permin, hal ini seperti yang dinyatakan oleh P2;

Pernah waktu itu ingin berhenti merokok, usahanya tuh saya beli snack banyak, kan gabut
katanya coba beli snack atau permen tapi gak mempan, terus akhirnya saya berhenti merokok
waktu itu ngevape, pake vape selam 2 bulan itu memang rasa rokok gak enak setelah ngepave,
tapi karena pavenya waktu itu rusak coba-coba lagi merokok akhirnya sampe sekarang merokok
lagi, tapi pas masa-masa ngepave gak enak merokok, terus trek record berhenti merokok itu 3
bulan dan itu karena saya ngegym olahraga itu jadi males merokok, berhenti ngegym merokok
lagi. (P203012020-13).

Disonansi kognitif yang dirasakan oleh seseorang merokok merupakan adanya rasa

khawatir tentang bahaya merokok dan berbahaya pada kesehatan tubuhnya. Kedua elemen ini

saling bertentangan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di dalam diri individu. Setiap

individu melakukan strategi yang berbeda untuk mengurasi disonansi kognitif yang

dirasakannya. Sebagain orang melakukan pembenaran dan mencari sumber informasi bahwa

rokok itu tidak berbahaya dan menambah keyakinan tentang datangnya penyakit dari tuhan,

sehingga hal tersebut bisa mengurangi ketidaknyamanan pada dirinya. Selain itu, sebagian

ornag juga memilih berhenti merokok untuk mengurangi ketegangan yang terjadi pada dirinya,

namun ini sangat sulit dilakukan. Seseorang selalu merasa sulit untuk berhenti merokok

apabila sudah kecanduan.

Kesimpulan

Perilaku merokok diawali dengan coba-coba disebabkan lingkungan sekitar, misalnya

keluarga dan teman bermain. Perilaku memberikan efek kecanduan pada perokok, perokok
meyakini merokok berbahaya namun sulit ntuk berhenti. Dua hal yang bertentangan di dalam

diri perokok merupakan disonansi kognitif yang mengakibatkan rasa tidak nyaman yang

dialami. Perokok melakukan pembenaran untuk mengurangi rasa khawtir terhadap bahaya

merokok supaya tetap merokok.

Referensi

Alamsyah, A. (2017). Determinan Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Endurance, 2(1), 25.

https://doi.org/10.22216/jen.v2i1.1372

Chaplin, J. P. (2016). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaWali

Orcullo, Daisy Jane C. (2016). Understanding Cognitive Dissonance in Smoking Behaviour: A


Qualitative Study

Fadholi, F., Prisanto, G. F., Ernungtyas, N. F., Irwansyah, I., & Hasna, S. (2020). Disonansi

Kognitif Perokok Aktif di Indonesia. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri

Padang), 11(1), 1. https://doi.org/10.24036/rapun.v11i1.108039

Khakim, M. Farid Much. Imron. (2017). Disonansi Kognitif Mahasiswa dalam Memilih Progam
Studi Manajemen di Stienu Jepara. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis. Vol. 8 No. 1.
Libuka, M., & Suyono, H. (2019). Dinamika Psikologis Intensi Merokok Pada Remaja. 9.

Munir, M. (2019). Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Jurnal Kesehatan, 12(2),

112. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v12i2.10553

Sobur, Alex. (2016). Kamus Psikologi. Bandung: Pustaka Setia.


Sarwono, Sarlito W. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
https://www.who.int/indonesia/news/detail/30-05-2020-pernyataan-hari-tanpa-tembakau-
sedunia-2020
www.who.int/indonesia/news/events/world-no-tobacco-day-2020
LAMPIRAN

Nama : Partisipan 1 Waktu Wawancara


Usia : 22 Tahun Tanggal: 01 Desember 2020
Alamat : Pamekasan Madura Jatim Tempat: Via WhatsApp (voice note)
Domisili : Kalasan Sleman

Status : Mahasiswa (Semester 3)

Anak ke : ke 1 dari 3 bersaudara

Pekerjaan Ayah: TKI

Kode Interviwer Interviwee Koding Kategori

P10122020-01 Terimakasih kepada Baik mas


saudara karena sudah
bersedia menjadi partisipan
pada riset kali ini. Data dan
identitas saudara akan
kami rahasiakan?
P10122020-02 Sejak kapan saudara mulai Mulai merokok nyoba- Nyoba-nyoba Perilaku merokok
merokok? nyoba dari kelas 2 SD atau
kelas 3 SD
P10122020-03 Apa yang membuat Mungkin dari faktor Faktor lingkungan,
saudara mencoba untuk lingkungan ya mas, soalnya Keluarga, Faktor Perilaku
merokok? keluarga kecuali bapak itu Penasaran Merokok
rata-rata perokok mas,
terus penasaran ja gitu.
P10122020-04 Apakah ada rasa takut Ada rasa takut sih mas, Rasa takut Disonansi
ketika pertama kali takut dimarahin keluarga Kognitif
merokok?
P10122020-05 Ketika rasa takut itu Gak tahu ya mas, mungkin Faktor lingkungan Faktor Perilaku
muncul kenapa saudara dari faktor lingkungan, rasa Merokok
tetap memilih merokok? penasaran
P10122020-06 Apa yang membuat rokok Ya menurut saya rokok itu Rokok itu gak Disonansi
itu enak? gak enak, tapi kalau tidak enak, bawaannya Kognitif
merokok gak enak, jadi pengen merokok
bawaannya pengen
merokok gitu
P10122020-07 Tidak enaknya kenapa? Dari rasa sudah gak enak Rasa sudah gak Disonansi
mas enak Kognitif
P10122020-08 Tadi juga bilang kalua Mungkin sudah jadi candu Candu Perilaku Merokok
tidak merokok tidak enak, ya mas, gak tahu juga gak
itu bagaimana? paham
P10122020-09 Apakah di sekitar saudara Di pondok tidak ada orang Perkumpulan saya Faktor Perilaku
banyak orang-orang merokok, tapi orang-orang Merokok
merokok perkumpulan saya orang- merokok
orang merokok
P10122020-10 Apa yang dirasakan anda Santai, enak gitu aja Enak gitu aja Disonansi
ketika merokok? perasaanya perasaanya Kognitif
P10122020-11 Apakah ada saat-saat Ada mas, ketika Nongkrong, Faktor perilaku
tertentu ketika saudara nongkrong, ketika bingung, Bingung, ingin merokok
merokok? ketika pengen BAB, dan BAB, setelah
setelah makan makan
P10122020-12 Saudara percaya kalua Menurut saya itu tidak Tidak terlalu Disonansi
merokok itu berbahaya? terlalu berbahaya mas, bisa berbahaya, Kognitif
dikatakan efeknya sedikit Efeknya sedikit
gitu, tapi bagi orang yang
tidak pro sama rokok akan
melebih-lebihkan
P10122020-13 Ada keinginan untuk Ada mas Ada Strategi
berhenti merokok? mengurangi
disonansi kognitif
P10122020-14 Apa usaha saudara untuk Menjauhi tempat-tempat Menjauhi tempat- Strategi
berhenti? yang rawan sekiranya tempat yang rawan mengurangi
mengajak saya untuk sekiranya disonansi kognitif
merokok, seperti mengajak saya
tongkrongan warkop, tapi untuk merokok,
rata-rat teman saya tuh seperti
perokok semua mas, jadi tongkrongan
susuah warkop
P10122020-15 Apa yang dirasakan ketika Intinya tenang, kayak ada Tenang, Disonansi
merokok? kenikmatan tersendiri yang Kenikmatan kognitif
susah dijelaskan
P10122020-16 Ehari habis berapa 1 bungkus
bungkus?
P10122020-17 Ada pesan buat ornag- Mungkin buat yang tidak Jangan sampek jadi Disonansi
orang yang tidak merokok?merokok sebaiknya jangan pecandu rokok kognitif
sampek jadi pecandu rokok
gitu ja
P10122020-18 Kenapa saudara Karean sudah candu mas Disonansi
memberikan pesan suapaya suasah yang mau nabung, kognitif
tidak menjadi pecandu biasanya boros
rokok?
P10122020-19 Ada ketakutan pada Tidak ada sih mas, Cuma Cuma pas nonton Disonansi
saudara ketiak merokok pas nonton video-video video-video orang kognitif
akan terkena penyakit? orang yang katanya sakit yang katanya sakit
gara-gara merokok, atau gara-gara merokok
pernyataan orang-orang itu
membuat khawatir doang
sih tapi tidak takut
P10122020-20 Khawatir kenapa? Khawatir takut seperti itu Khawatir Disonansi
juga sih mas, Cuma kognitif
khawatirnya hilang pas gak
ingat lagi
P10122020-21 Apa yang dilakukan Gak sih mas, hilang-hilang Hilang sendiri Strategi
saudara untuk sendiri mengurangi
menghilangkan disonansi kognitif
kekhawatiran bahaya
merokok?
P10122020-22 Mengabaikan? Bisa dibilang begitu mas

P10122020-23 Apa yang anda lakukan Mencari pembenaran Mencari Strategi


ketika sudah tahu bahwa bahwa rokok itu tidak pembenaran, mengurangi
rook itu bisa menyebabkan berbahaya Rokok tidak disonansi kognitif
berbagai macam penyakit berbahaya
P10122020-24 Pembenaran apa yang Ya mencari argumen dari Mencari argument, Strategi
sudah anda lakukan selama orang-orang bahwa rokok Rokok tidak mengurangi
ini? itu tidak bahaya berbahaya disonansi kognitif

P10122020-25 Argumen yang selam ini Sebenarnya sakit, mati Sakit, mati Strategi
anda utarakan itu seperti semuanya dari yang maha semuanya dari mengurangi
apa? kuasa gitu ja mas, tapi yang maha kuasa disonansi kognitif
semisal sakit karena rokok
yak arena memang
waktunya gitu ja mas
P10122020-26 Apa yang diraskan saat Ya santai aja mas, kalau Santai saja, Strategi
melakukan pembenaran waktunya mati ya mati waktunya mati ya mengurangi
kalau waktunya sakit ya mati kalau disonansi kognitif
sakit, tapi kalau sakitnya waktunya sakit ya
Karena rokok ya mungkin sakit
waktunya gitu aja mas
P10122020-27 Ada perasaan bersalah Ada mas Ada
ketika anda merokok di
tempat umum?
P10122020-28 Apa yang dilakukan untuk Mematikan rokok dan Mematikan rokok Strategi
menghilangkan rasa meminta maaf dan meminta maaf mengurangi
bersalah tersebut? disonansi kognitif
P10122020-29 Menurut anda rokok itu Karena saya seorang Rokok itu tidak Disonansi
berbahaya apa tidak untuk perokok jadi mungkin berbahaya kognitif
kesehatan? menurut saya rokok itu
tidak berbahaya mas
P10122020-30 Apakah anda khwatir Tidak khawatir mas, biasa Tidak khawatir Strategi
dengan kesehatannya saja kalau saya khawatir mengurangi
dengan merokok setiap mungkin sudah berhenti disonansi kognitif
hari?
P10122020-31 Da keinginan untuk Ada mas tapi nanti Ada Strategi
berhenti? mengurangi
disonansi kognitif
P10122020-32 Baik terimakasih atas Baik mas, sama-sama, ya
waktu yang telah mas boleh
diberikan, dan sekali lagi
kami ucapkan banyak
terimakasih atas partisipasi
saudara dalam penelitian
ini, jika nanti ada data yang
kurang, apakah kami
menghubungi anda lagi?
Nama : Partisipan 2 Waktu Wawancara
Usia : 23 Tahun Tanggal: 03 Desember 2020
Alamat : Pamekasan Madura Jatim
Tempat: Via WhatsApp (voice note)
Domisili : Jl. Monjali blunyah Gede
Status : Mahasiswa (Semester 7)
Anak ke : ke 2 dari 4 bersaudara
Pekerjaan Ayah: Petani

Kode Interviewer Interviwee Koding Kategori

P203012020-01 Terimakasih kepada Siap kak


saudara karena sudah
bersedia menjadi
partisipan pada riset kali
ini. Data dan identitas
saudara akan kami
rahasiakan?
P203012020-02 Sejak kapan anda mulai Pertama kali saya merokok Kelas 6 SD, Perilaku merokok
merokok? itu, pertama banget waktu Sembunyi-sembunyi
kelas 6, kelas 6 itu ketika ke dari orangtua
sungai dulu masih
sembunyi-sembunyi dari
orangtua dan itupun tidak
selalu merokok Cuma waku
itu hari itu saja pertama kali
merokok. Kalau merokok
yang terus sampai sekarang
itu semenjak baru lulus
SMA dan itu mulai
merokok aktif sampai
sekarang begitu. Dari kelas
6 itu merokok kemudian
berhenti karena mondok
tidak boleh merokok,
akhirnya berhenti tuh
selama 6 tahun, dan setelah
lulus SMA merook lagi dan
aktif sampai sekarang gak
berhenti-berhenti
P203012020-03 Apa yang mendorong Kalau yang mendorong Lingkungan, Gak Faktor perilaku
anda untuk merokok? saya untuk merokok itu mau banget merokok
adalah lingkungan. Jadi merokok, paling
awalnya saya itu gak mau cupu anggapannya
banget merokok. Pokoknya
apa sih merokok itu gak
baik, tapi karena lingungan
waktu saya sering bersama
teman-teman yang
merokok jadi seolah-olah
waktu itu saya adalah
orang yang paling cupu
anggapannya seperti itu.
Jadi saya gak mau dan saya
langsung merokok
P203012020-04 Apa yang kamu Setelah saya merokok yang Lebih boros, Tubuh Dampak perilaku
merokok ketika sudah saya rasakan pertama lebih kurus merokok
merokok? boros, itu yang paling
tampak. Kemudian untuk
ke tubuh tidak terlalu
Cuma lebih kurus sih
karena gak doyan makan,
terus ke suar, dulu saya kan
belajar qori’ masih enak
sebelum merokok. Setelah
merokok nafas gak kuat
dan suara gak tinggi, berat
gitu
P203012020-05 Apakah di keluarga ada Semuanya merokok, gak Semuanya merokok Faktor Perilaku
yang merokok juga? ada yang gak merokok, merokok
kecuali kaka ipar gak
merokok. Pernah merokok
tapi sakit berhenti sekarang
P203012020-06 Adakah waktu-waktu Kalau sekarang sih waktu Setelah makan, Faktor perilaku
tertentu untuk merokok? tertentu itu yang paling Bangun tidur, mau merokok
penting merokok dan wajib BAB
banget setelah makan dan
selain itu sering banget
maksudnya tidak tahu
waktu, bangun tidur gitu
minum air langsung
merokok, mau tidur
merokok, pokoknya mau
apa-apa merokok. Yang
terpenting juga mau BAB
itu merokok
P203012020-07 Apa yang dirasakan Yang dirasakan enak, yang Enak, sedap Dampak perilaku
anda saat merokok? pertama itu enak terus merokok
sedap itu rasanya tapi di
sisi lain kayak sesak gitu
tapi tidak terlalu, dan mulu
gak terasa pahit gitu kalau
mulut sudah terasa pahit
gitu cepat-cepat cari rokok,
kalau gak merokok itu
pahit
P203012020-08 Apakah saudara percaya Kalau saya percaya Merokok ada efek Dampak perilaku
kalau merokok itu sebenarnya, merokok ada negatifnya dan merokok
bahaya dan bisa efek negatifnya dan menimbulkan
menyebabkan penyakit? menimbulkan penyakit penyakit
P203012020-09 Kenapa anada masih Kenapa saya masih Penyakit itu datang Disonansi kognitif
merokok? merokok, karena saya ke tubuh kita tapi
percaya bahwasanya bahwa tidak selalu merusak
penyakit itu datang ke
tubuh kita tapi tidak selalu
merusak karena tergantung
imun kita dan itu saya
dapatkan dari ceramah,
ceramah cak nun ketika
tentang rokok. Kenali
dirimu untuk merokok tapi
kalau kamu gak kuat ya
sudah tidak usah merokok,
kalau kamu merasa biasa
saja ya sudah gak papa.
Katanya cak nun itu kenali
dirimu sebelum merokok.
Itu jadi pegangan, dan
selama ini saya merokok
tidak pernak kenapa-napa
P203012020-10 Berapa bungkus rokok Kalau sehari standartnya ini 2 bungkus, 3
yang dihabiskan dalam 2 bungkus, paling bungkus, 4 bungkus
sehari? sedikitnya satu bungkus,
yang seang 2 bungkus, tapi
kalau alagi banyak-
banyaknya 4 pernah, tapi
itu jarang banget 4, 3 gitu
sering
P203012020-11 Bagaimana perasaanya Ya kalau di depan umum Disonansi kognitif
ketika merokok di depan dan saya sendirian
umum dan hanya anda merokok gak enak, gimana
sendiri yang merokok? gitu rasanya gak enak kalau
sendirian, apalagi di tempat
yang memang, kayak apa
ya, dilarang merokok
walaupun gak dilaranag
merokok kalau sendirian di
tempat umum dan yang
lain gak ada yang merokok
gak enak
P203012020-12 Ada keinginan berhenti Ada untuk berhenti Ada
merokok? keinginan
P203012020-13 Apa usaha yang pernah Pernah waktu itu ingin Ingin berhenti Strategi
dilakukan untuk berhenti merokok, merokok, usahanya mengurangi
berhenti merokok? usahanya tuh saya beli tuh saya beli snac disonansi kognitif
snack banyak, kan gabut
katanya coba beli snack
atau permen tapi gak
mempan, terus akhirnya
saya berhenti merokok
waktu itu ngevape, pake
vape selam 2 bulan itu
memang rasa rokok gak
enak setelah ngepave, tapi
karena pavenya waktu itu
rusak coba-coba lagi
merokok akhirnya sampe
sekarang merokok lagi, tapi
pas masa-masa ngepave
gak enak merokok, terus
trek record berhenti
merokok itu 3 bulan dan itu
karena saya ngegym
olahraga itu jadi males
merokok, berhenti ngegym
merokok lagi
P203012020-14 Apa pesan anda untuk Sebaiknya mereka jangan Jangan merokok Strategi
orang yang tidak merokok supaya tidak mengurangi
merokok? kecanduan disonansi kognitif
P203012020-15 Baik terimakasih atas Siap kak, sama sama.
waktu yang telah
diberikan, dan sekali lagi
kami ucapkan banyak
terimakasih atas
partisipasi saudara
dalam penelitian ini, jika
nanti ada data yang
kurang, apakah kami
menghubungi anda lagi?

Anda mungkin juga menyukai