Anda di halaman 1dari 11

46

Jurnal Keperawatan p-issn : 2477-1414


Volume 8, Nomor 2, Juli 2022 e-issn : 2716-0785
Hal 46 - 56

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK


PADA REMAJA DI TEGALREJO
Is Susilaningsih1, Fitriana Timore Brata2, Siswanto3

1,2
Akper Karya Bhakti Nusantara Magelang
Telp. 085292885982/ E-mail : astuti.wahyutri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Mayoritas perokok Indonesia pertama kali merokok pada usia 15-19 tahun. Menurut
data riskerdas, ada 52,1% perokok yang pertama kali merokok pada umur 15-19 tahun. Persentase
perokok berumur 15-19 tahun sempat meningkat pada 2020. Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja, antara lain faktor psikologis yaitu perasaan stres, cemas, bosan, ingin tahu, serta
tekanan teman sebaya turut andil mempengaruhi individu untuk mulai merokok. Remaja yang
mengalami stres memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk merokok. Faktor Biologis yaitu faktor
genetik dapat mempengaruhi individu untuk memiliki ketergantungan terhadap rokok. Tujuan :
mengetahui faktor mana yang paling signifikan mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di
Tegalrejo dan mengetahui faktor yang paling besar memberikan sumbangan terhadap perilaku merokok
pada remaja di Tegalrejo. Metode : Penelitian ini merupakan explanatory study dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2019. Populasi penelitian ini adalah remaja
yang berada di Tegalrejo yang merokok sebagai sampelnya. Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu berjumlah 60 orang remaja yang merokok yang dipilih secara random sampling.
Analisi data yang digunakan uji chi-square. Hasil : Berdasarkan dari hasil penelitian terhadap 60
responden. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok pada remaja antara karena adanya
pengaruh iklan rokok, kontrok orangtua yang kurang baik, kontrok diri yang rendah, pengaruh
pergaulan teman sebaya dengan nilai p-value < 0,05. Simpulan : Faktor-faktor yang menyebabkan
merokok pada remaja antara lain karena adanya pengaruh iklan rokok, kontrok orangtua yang kurang
baik, kontrok diri yang rendah, pengaruh pergaulan teman sebaya, dan diantara faktor yang paling
berpengaruh menyebabkan prilaku merokok anak remaja adalah hubungan/pengaruh antara teman
sebaya.

Kata kunci : perilaku merokok, remaja.

ABSTRACT

Background : The majority of Indonesian smokers smoke for the first time at the age of 15-19 years.
According to riskerdas data, there are 52.1% of smokers who smoke for the first time at the age of 15-
19 years. The percentage of smokers aged 15-19 years has increased in 2020. Factors that can influence
smoking behavior in adolescents, including psychological factors, namely feelings of stress, anxiety,
boredom, curiosity, and peer pressure also contribute to influencing individuals to start smoking.
Adolescents who experience stress are more likely to smoke. Biological factors, namely genetic factors
can influence individuals to have dependence on cigarettes. Objective: to find out which factors have
the most significant influence on smoking behavior in adolescents in Tegalrejo and to find out which
factors contribute the most to smoking behavior in adolescents in Tegalrejo. Methods: This research is
an explanatory study with a cross sectional approach. This research was conducted in 2019. The
47
population of this study were teenagers in Tegalrejo who smoked as a sample. The number of samples
used in this study amounted to 60 teenagers who smoked who were selected by random sampling. Data
analysis used chi-square test. Results: Based on the results of research on 60 respondents. There is a
significant relationship between smoking behavior in adolescents due to the influence of cigarette
advertising, poor parental control, low self-control, and peer influence with p-value <0.05. Conclusion:
The factors that cause smoking in adolescents include the influence of cigarette advertising, poor
parental control, low self-control, the influence of peer relationships, and among the most influential
factors causing adolescent smoking behavior is the relationship/influence between friends of the same
age.

Keywords: smoking behavior, adolescents.

PENDAHULUAN
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang apabila digunakan dapat mengakibatkan bahaya
bagi kesehatan. Berdasarkan pada PP No. 19 tahun 2003, rokok adalah hasil olahan tembakau yang
dibungkus dan merupakan hasil dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan lainnya,
atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa adanya bahan tambahan. Rokok
adalah silinder dari kertas yang panjangnya berukuran sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung
negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok
dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup melalui mulut
pada ujung lainnya (Aulia, 2010).
Notoatmodjo (2010 dalam Irwan, 2018), mendefinisikan perilaku merupakan hasil dari
berbagai pengalaman dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Interaksi tersebut
diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan perilaku.
Perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa (Sitepoe dalam Sanjiwani &
Budisetyani, 2014).
Jenis perilaku merokok dipengaruhi oleh 4 hal antara lain perasaan positif seseorang yaitu
pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah kenikmatan yang sudah diperoleh,
seperti merokok setelah makan atau minum kopi. Stimulation to pick them up, perilaku merokok
hanya dilakukan untuk menyenangkan perasaan dan pleasure of handling the cigarette, kenikmatan
yang diperoleh saat memegang rokok, sangat spesifik pada perokok pipa. Pengaruh yang kedua adalah
perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif yiatu saat individu merokok untuk mengurangi
perasaan negatif atau tidak menyenangkan seperti tertekan, marah, takut, malu, terhina, atau
kombinasi dari pengaruh ini. Individu merokok ketika perasaan negatif terjadi agar terhindar dari
perasaan yang lebih tidak enak lagi. Pengaruh ketiga adalah perilaku merokok yang adiktif, yaitu
perokok akan merokok baik dalam perasaan positif maupun dalam perasaan negatif, dan cenderung
akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
48
berkurang. Individu pada tipe ini rela melakukan apapun untuk menjaga ketersediaan rokoknya.
Pengaruh keempat adalah kebiasaan merokok, tipe ini perokok menghidupkan rokok tidak lagi terkait
dengan pengaruh perasaan melainkan merokok telah menjadi kebiasaan rutin sehingga perilaku ini
akan muncul secara otomatis, seringkali tanpa dipikir panjang. Individu akan menghidupkan lagi
rokoknya bila rokok terdahulu telah habis (Aulia, 2010).
Mayoritas perokok Indonesia pertama kali merokok pada usia 15-19 tahun. Menurut data
Riset Kesehatan Dasar, ada 52,1% perokok yang pertama kali merokok pada umur 15-19 tahun.
Persentase perokok berumur 15-19 tahun sempat meningkat pada 2020. Ada 10,61% penduduk umur
15-19 tahun yang merokok pada 2020, naik dari 10,54% pada 2019.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai
pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun,
yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2010).
Subanada (2008) menyampaikan 3 faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada
remaja, antara lain faktor psikologis yaitu perasaan stres, cemas, bosan, ingin tahu, serta tekanan
teman sebaya turut andil mempengaruhi individu untuk mulai merokok. Remaja yang mengalami stres
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk merokok. Faktor Biologis yaitu faktor genetik dapat
mempengaruhi individu untuk memiliki ketergantungan terhadap rokok. Selain itu, efek dari nikotin
juga dapat meningkatkan kecanduan nikotin pada individu. Proses yang terjadi dalam tubuh ketika
rokok dihisap yakni nikotin diterima reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur
imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat yang memacu
sistem dopaminergik, hasilnya perokok merasa lebih tenang, daya pikir cemerlang, dan mampu
menekan rasa lapar.Faktor lingkungan yaitu orang tua, teman sebaya, saudara, iklan pada media
televisi, dan reklame merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perilaku merokok
individu. Orang tua memiliki peranan penting dalam perilaku merokok, anak akan menganggap
merokok tidak berbahaya bagi kesehatan karena melihat orang tuanya maupun saudaranya merokok.
Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-
batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut
mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi
ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan
psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok),
artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas
yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba
akan menimbulkan stres. Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari ketidakseimbangan
dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat
difahami jika para perokok sulit untuk berhenti merokok. Dikatakan Klinke & Meeker (dalam
Aritonang, 1997) bahwa motif para perokok adalah relaksasi, dengan merokok dapat mengurangi
49
ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan, dan relaksasi.
Masa remaja merupakan masa pencarian identitas. Remaja cenderung mengangkat diri
sendiri sebagai individu, remaja juga akan menggunakan simbol status seperti kendaraan, pakaian,
dan pemilihan barang sebagai usaha menarik perhatian agar dipandang individu. Hal ini berarti
remaja akan lebih memperhatikan penampilan (Ali, 2011). Padahal dengan merokok bukan
akan memperbaiki penampilan tetapi akan memperburuk penampilan disebabkan oleh bau
asap rokok, plak hitam pada gigi dan bibir perokok berwarna hitam/gelap. Disisi lain
saat pertama mengkonsumsi rokok gejala yang mungkin timbul adalah batuk-batuk,
lidahterasa getir dan perut mual, gejala seperti ini tentu tidak enak dirasakan dan sangat
mengganggu. Namun para pemula mengabaikan perasaan tersebut dan akan berlanjut
menjadi kebiasaan yang akhirnya membuat para remaja kemudian tidak dapat
meninggalkan rokok, setelah ketergantungan terhadap rokok tentu bukan hal yang mudah untuk
dapat menghindar dan berhenti merokok.
Tujuan pada artikel ilmiah ini adalah untuk mengetahui faktor mana yang paling signifikan
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja di Tegalrejo dan mengetahui faktor yang paling besar
memberikan sumbangan terhadap perilaku merokok pada remaja di Tegalrejo.

METODE
Penelitian ini merupakan explanatory study dengan pendekatan cross sectional. Penelitian
ini dilaksanakan pada tahun 2019. Populasi penelitian ini adalah remaja yang berada di Tegalrejo
yang merokok sebagai sampelnya. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah
60 orang remaja yang merokok yang dipilih secara random sampling. Analisi data yang digunakan
yaitu analisis univariat dan bivariat, uji analisa data menggunakan uji chi-square.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik, pengaruh iklan,
kontrol orangtua, kontrol diri, pengaruh teman sebayaremaja terhadap perilaku merokok,
sedangkan variabel dependennya adalah perilaku merokok. Alat penelitian yang digunakan adalah
kuesioner, pengumpulan data dilakukan dengan metoda wawancara. Hasil penelitian dianalisis
secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi
chi squaresedangkan analisis multivariat dengan menggunakan uji analisisregresi logistik.

HASIL
Pengumpulan data deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja. Setelah dilakuakn penelitian didapatkan hasil
perilaku merokok ringan (1-4 Batang perhari) yaitu 19 siswa, perilaku merokok sedang (5-14 Batang
perhari) yaitu 32 siswa dan perilaku merokok berat (lebih dari 15 batang perhari) 9 siswa, didapatkan
50
hasil dari menggunakan kuesioner.
Tabel 1. Pengaruh Iklan dengan Perilaku Merokok pada remaja di Tegalrejo

Pengaruh Perilaku merokok Total P


Iklan Ringan % Sedang % Berat %
Berpengaruh 11 18.3 20 33.4 5 8.4 36
Tidak 13.3 20 6.6
8 12 4 24 0.001
Berpengaruh
Jumlah 19 31.6 32 53.4 9 15 60

Sumber : Data Primer

Tabel 1 menunjukan bahwa dari 60 responden, yang terpengaruh iklan sebanyak 36


responden, dan mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari) sebanyak 33.4%, perokok
ringan sebanyak 18,3% dan menjadi perokok berat sebanyak 8.4%. Hasil analisis statistik chi square
diperoleh nilai p 0,0001> a =0,05 ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku
merokok dengan pengaruh iklan di Tegalrejo Magelang.

Tabel 2. Hubungan Kontrol Orangtua dengan Perilaku Merokok Remaja


Kontrol Perilaku merokok Total P
Ortu Ringan % Sedang % Berat %
Baik 4 6.67 7 11.7 2 3.3 13
Kurang 25 41.7 10.7
15 25 7 47 0.001
Baik
Jumlah 19 31.6 32 53.4 9 14 60
Sumber : Data Primer

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 60 responden, yang kontrol orangtuanya kurang baik
sebanyak 47 responden, dan yang mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari) sebanyak
41.7%, perokok ringan sebanyak 25% dan menjadi perokok berat sebanyak 10,7%. Hasil analisis
statistik chi square diperoleh p = 0,001< a= 0,05 ini menunjukan bahwa ada hubungan antara
kontrol orang tua dengan perilaku merokok pada remaja di Tegalrejo Magelang.
Tabel 3. Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Merokok Remaja
Kontrol Perilaku merokok Total P
Diri Ringan % Sedang % Berat %
Rendah 18 30 31 51.7 9 15 58
Tinggi 1 1.6 1 1.7 0 0 2 0.001
Jumlah 19 31.6 32 53.4 9 15 60
Sumber : Data Primer

Tabel 3 menunjukan bahwa dari 60 responden, yang kontrol dirinya rendah sebanyak 58
responden, dan yang mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari) sebanyak 51.7%,
perokok ringan sebanyak 30% dan menjadi perokok berat sebanyak 15%. Berdasarkan hasil uji
statistic chi square dengan hasil p=0,001 < a =0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditoiak dan dapat
51
ada hubungan antara kontrol diri dengan perilaku merokok di Tegalrejo Magelang.
Tabel 4. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Remaja
Teman Perilaku merokok Total P
Sebaya Ringan % Sedang % Berat %
Tinggi 17 28.3 24 40 7 11.7 48
Rendah 2 3.33 8 13.3 2 3.33 12 0.000
Jumlah 19 31.6 32 53.3 9 15.03 60
Sumber : Data Primer
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 60 responden, yang terpengaruh teman sebaya sebanyak 48
responden, dan yang mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari) sebanyak 41.7%,
perokok ringan sebanyak 28.3% dan menjadi perokok berat sebanyak 11.7%. Berdasarkan hasil uji
statistic chi square dengan hasil p=0,000< a =0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara
pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok remaja di Tegalrejo Magelang.

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara pengaruh iklan dengan perilaku merokok

Era globalisasi saat ini memang sangat dirasakan kuat dengan adanya kemajuan teknologi dan
informasi. Informasi saat ini didapatkan sangat mudah dengan adanya kecanggihan teknologi.
Informasi didapatkan dari berbagai macam media salah satunya dengan adanya media massa. Media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak
(menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti majalah, surat kabar, radio,
film atau video, televisi, blog, website, portal berita, dan lain sebagainya (Cangara, 2005).

Penyampaian pesan juga dapat dilihat dari sebuah iklan di berbagai media. Iklan adalah segala
bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa
yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Rachmat, 2012).Berbagai
jenis media yang di gunakan dalam mengiklankan suatu produk, salah satu contohnya adalah produk
rokok.

Adanya iklan rokok yang di sampaikan dari berbagai media juga dapat mempengaruhi semua
kalangan terutama remaja. Remaja mudah dipengaruhi untuk merokok jika melihat iklan di media
massa dan elektronik yang menampilkan gambaran perokok adalah lambang glamour atau jantan
(Hidayaningsih, 2011).

Iklan rokok senantiasa menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan yang
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Remaja rawan
untuk terpengaruhi iklan karena iklan rokok dapat menjadi instrument dalam masa inisiasi remaja
untuk merokok. Masa inisiasi merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena
merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok remaja akan terlihat
52
dewasa sehingga akan memulai dengan mencoba dengan beberapa batang rokok. Iklan merokok
berhasil mempersuasi remaja sehingga remaja merasa merokok itu merupakan ha! yang umum,
wajar, dan sangat biasa dilakukan. Remaja yang sedang berada dalam masa pembentukan jati diri
tentunya akan tertarik dengan citra positif yang ditawarkan dalam iklan rokok. Paparan iklan rokok
akan mendorong remaja untuk merokok sebagain wujud jati diri yang hendak dibentu olehnya
(Damang, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 responden, yang terpengaruh iklan
sebanyak 36 responden, dan mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari) sebanyak
33.4%, perokok ringan sebanyak 18,3% dan menjadi perokok berat sebanyak 8.4%pengaruh iklan
diperoleh dari proses tidak tahu menjadi tahu dengan melakukan proses pembelajaran, penerimaan
materi, bahan ajaran, dan pengalaman serta kemampuan menganalisa. Gencarnya iklan bahaya
merokok pada bungkus rokok yang baru-baru ini diterapkan mudah-mudahan menjadi
salah satu solusi yang efektif dalam mengurangi pecandu rokok pada remaja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Duana, dkk (2012) yaitu terjadi kecendrungan perilaku
merokok pada remaja setelah melihat iklan rokok terutama iklan rokok di billboard yang dipasang di
tempat-tempat umum, sehingga diperlukannya suatu regulasi oleh pemerintah daerah di Bali untuk
pelarangan dan penertiban iklan rokok di luar ruangan.

2. Hubungan kontrol orang tua dengan perilaku merokok

Keluarga, khususnya orangtua akan menjadi agen sosialisasi pertama dari sang anak dan
dalam hal mengendalikan perilaku anak. Berasal dari orangtua itulah anak akan memulai proses
pembelajarannya dan dari orang tua memberikan tanggapan atas apa yang dilakukan oleh anak
mengenai hal yang positif dan negatif. Dimulai dari memperkenalkan pola tingkah laku yang baik,
sikap, keyakinan dan norma-norma yang ada dimasyarakat yang seharusnya dilakukan dan tidak
boleh dilakukan sehingga yang baik bagi anak nantinya. Perilaku seorang anak biasanya ditentukan
oleh orangtuanya, mereka itulah yang nantinya akan menentukan perilaku anak itu baik atau buruk.
Semakin bertambahnya usia anak, semakin banyak hal yang akan diketahui oleh anak, dengan atau
tanpa sepengatahuan dari orangtua (Tedjomurti, 2014).

Dalam Jounal of Consumen Affairs, menyebutkan bahwa orang tua perokok akan berpengaruh
dalam mendorong anak mereka untuk menjadi perokok pemula diusia siswa. Diperkirakan pengaruh
orang tua ini akan meningkatkan kemungkinan untuk merokok. Orang tua merupakan contoh dan
model bagi remaja, namun bagi orang tua yang kurang tau tentang kesehatan secara tidak langsung
mereka telah mengajarkan perilaku atau pola hidup yang kurang sehat. Banyaknya remaja yang
merokok salah satu pendorongnya merupakan dari pola asuh orang tua mereka yang kurang baik,
contohnya saja perilaku orang tua yang merokok dan perilaku tersebut dicontoh oleh anak-anaknya
secara turun–menurun. Dalam lingkungan keluarga kontrol orang tua itu sangatiah penting. Orang
53
tua yang memberikan kelonggaran dan memberikan kebebasan terhadap anaknya kemungkinan akan
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden, yang kontrol


orangtuanya kurang baik sebanyak 47 responden, dan yang mempunyai perilaku merokok sedang
(5-14 batang/hari) sebanyak 41.7%, perokok ringan sebanyak 25% dan menjadi perokok berat
sebanyak 10,7%. Hal ini sejalan dengan penelitian Tedjomurti, dkk (2014) yang memperlihatkan
adanya pengaruh antara control orang tua terhadap perilaku merokok pada anak di Kecamatan Gubeng,
Surabaya.Tes statistic ini juga memperlihatkan prediksi jika control orangtua responden semakin rendah,
maka perilaku merokok anak akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi control orangtua, maka
perilaku merokok anak akan semakin rendah.

3. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Merokok

Individu yang memiliki mental sehat dapat melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dan
perilakunya secara efektif. Mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku
adalah kontrol diri. Kontrol diri pada tiap individu tidaklah sama. Menurut Widiana terdapat
individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan individu yang memiliki kontrol diri yang rendah
(Ulhaq & Komolohadi, 2014).

Kontrol diri sebagai proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu,
mengarahkan dan mengatur perilaku utamanya yang dapat membawa kearah konsekuensi posistif.
Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada yang memiliki kotrol diri yang rendah.
Remaja yang memiliki kotrol diri yang tinggi pada umumnya masih dapat mengontrol dorongan-
dorongan yang ada dalam dirinya, sehingga mampu mengendalikan perilaku merokoknya tetap
rendah bahkan tidak ada.

Begitu pula sebaliknya remaja yang memiliki kontrol diri rendah tidak mampu melepaskan diri
dari dorongan-dorongan untuk merokok dan secara turus-menerus terjadi peningkatan jumlah rokok
yang dihisap tiap hari, tanpa ada mempertimbangkan akibat-akibat negatif yang ditimbulkan, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orangorang disekitarnya.

Berdasarkan hasil penilitian menunjukan bahwa dari 60 responden, yang kontrol dirinya rendah
sebanyak 58 responden, dan yang mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari) sebanyak
51.7%, perokok ringan sebanyak 30% dan menjadi perokok berat sebanyak 15%. Teori Aritonang
mengelompokan perilaku merokok berdasarkan intensitas (jumlah) rokok yang dihisap perhari.
Menurut teori tersebut, perilaku merokok digolongkan kategori rendah apabila merokok antara 1-4
batang per hari, kategori sedang apabila merokok 5-14 batang per hari dan kategori berat merokok
lebih dari 15 batang perhari (Saputra, 2015).
54
Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan perilakunya berdasarkan
standar tertentu seperti moral, nilai, dan aturan di masyarakat agar mengarah pada perilaku positif
(Tangney, 2012). Mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku adalah
kontrol diri, kontrol diri pada tiap individu tidaklah sama. Menurut Widiana (2004) terdapat
individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan individu yang memiliki kontrol diri yang
rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku merokok, ialah karena ketidakmampuan
dalam mengontrol diri. Kontrol diri memiliki 4 aspek: 1) control over thoughts, yaitu kemampuan
dari individu untuk mengendalikan pikiran sehingga menghasilkan sikap yang positif atau mengarah
kepada perilaku yang objektif. 2) emotional control, yaitu kemampuan individu untuk
mengendalikan diri serta bertindak secara bijak terhadap setiap dorongan hati negatif yang muncul
secara tiba-tiba. 3) impulse control, yaitu kemampuan individu untuk memiliki kesadaran diri emosi
dalam hubungan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. 4) performance regulation, yaitu
kemampuan individu untuk bisa bekerja atau mengerjakan sesuatu dengan teratur. Melakukan segala
sesuatu dengan baik, tidak mudah terpengaruh perkataan oranglain

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Runtukahu, dkk (2015) menyimpulkan bahwa kontrol
diri pada siswa kelas X di SMKN 1 Bitung secara keseluruhan responden terbanyak berada dalam
kategori sangat tinggi. Pada siswa yang perokok terbanyak memiliki kontrol diri yang rendah
dibandingkan siswa yang bukan perokok terbanyak memiliki kontrol diri sangat tinggi dan perilaku
merokok pada responden yang merokok terbanyak berada pada kategori perilaku merokok ringan.

4. Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok

Salah satu factor yang diduga mempengaruhi anak dalam berperilaku merokok adalah peran
peergroup atau kelompok bermain. Teman sepermainan sedikit atau banyak akan memberi dampak
positif ataupun negatif ke dalam diri anak. Intensitas mereka bertemu diluar rumah yang seringkali
tanpa pengawasan dari orang dewasa akan membuat anak-anak ini lebih leluasa melakukan apapun
yang mereka inginkan tanpa sepengetahuan orangtua mereka. Walaupun tidak selalu yang dilakukan
oleh teman sepermainan itu adalah perilaku yang negatif tetapi jika teman sepermainan anak
salahsatunya atau malah hampir semua anggotanya mempunyai perilaku yang negatif tentu ini akan
dapat mempengaruhi perilaku individu cepat atau lambat (Tedjomurti, 2014).

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya, dari fakta tersebut ada
kemungkinan remaja terpengaruh oleh teman-temannya.

Berdasarkan hasil penilitian menunjukan bahwa dari 60 responden, yang terpengaruh teman
sebaya sebanyak 48 responden, dan yang mempunyai perilaku merokok sedang (5-14 batang/hari)
sebanyak 41.7%, perokok ringan sebanyak 28.3% dan menjadi perokok berat sebanyak 11.7%.
55
Teman sebaya mampu memberikan nilai positif pada remaja tersebut dengan memberikan
informasi-informasi mengenai pembadingan identitas dirinya. Remaja yang pandai menempatkan
dirinya pada lingkungan teman sebaya yang baik dapat mengembangkan identitas dirinya yang
positif.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harlino (2016) menyatakan
bahwa ada hubungan teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja dengan nilai p=0,001.
Dunia pergaulan remaja yang memasukan merokok sebagai salah satu pembangun eksistensi
diri dapat memunculkan sikap tidak peduli terhadap berbagai hal yang diakibatkan
oleh rokok. Kondisi ini dapat muncul karena lingkungan pergaulan yang cenderung bersifat acuh
tak acuh terhadap berbagai informasi tentang bahaya merokok demi pengakuan dirinya untuk
diterima oleh kelompoknya, akibat dari menjaga eksistensi dirinya dalam lingkungan pergaulan
dapat mendorong terjadi perubahan intelektual yang kurang matang. Padahal pada usia ini menurut
Piaget para remaja seharusnya mendapatkan perkembangan intelektual yang sempurna.

SIMPULAN

Faktor-faktor yang menyebabkan merokok pada remaja antara lain karena adanya pengaruh
iklan rokok, kontrok orangtua yang kurang baik, kontrok diri yang rendah, pengaruh pergaulan
teman sebaya, dan diantara faktor yang paling berpengaruh menyebabkan prilaku merokok anak
remaja adalah hubungan/pengaruh antara teman sebaya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Akper Karya Bhakti
Nusantara Magelang Ketua Yayasan Karya Bhakti Magelang dan Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil dalam
penyelesaian publikasi ini.

REFERENSI

Ali A AA., Duria A., Mona M., shag A. 2011. Age at menarche and menstrual cycle pattern among
schoolgirls in Kassala in eastern Sudan. Journal of Public Health and Epidemiology Vol. 3(3), pp.
111-114, March 2011 ISSN 2141-2316 Academic Journals. Available online at
http://www.academicjournals.org/jphe.

Aritonang, M.R. (1997). Fenomena wanita merokok. Jurnal psikologi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Aula, L. E. (2010). Stop merokok. Jogjakarta: Garailmu


56

Dariyo, A.(2007). Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama (psikologi atitama) dalam A.
Gunarsa. (Ed.). Bandung: Refika Aditama.

Fink, George. 2007. Encyclopedia of Stress. 2nd ed. San Diego: Academic Press.

Finkelstein, Daniel M, Kubzansky, Laura D, and Goodman, Elizabeth, 2006, Social Status Stress
anddolesc Adolescent Smoking, Journal Of Adolescent Health,39, 678 - 685

Notoatmodjo, S. (2010). Metode penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004). High self-control predicts good adjustment,
less pathology, better grades, and interpersonal success. Journal of Personality, 72, 271-322. Doi:
10.1111/j.0022- 3506.2004.00263.x

Ulhaq MZ, Komolohadi RAR. Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku merokok pada siswa siswi
SMAN 1 Parakan. 2008 [cited 2014 Oct 22]. Available from:http://psychology.uii.ac.id/image
s/stories/jadwal_kuliah/naskahpublika si-00320158.pdf

Saputra A. Hubungan antara Harga Diri dengan Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki SMP di Kota
Bukittinggi. Jurnal Psikologi [serial on the internet]. 2013 cited 2015 Januari 20];01(01):7. Available
from : http://ejournal.unp.ac.id/students/inde x.php/psi/article/view/594/353

Soetjiningsih. 2010.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :SagungSeto.

Sanjiwani dan Budi Setyani, 2014, Pola Asuh Permisif Ibu dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-
Laki di SMA Negeri Semarapura, Jurnal Psikologi Udayana, 1, No.2, 344 – 352

Sitepoe, M. 2005. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta Gramedia Medika Sarana Indonesia

Subanada. (2004). Rokok dan Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: UII Pres

Widiana , H. S. (2004). Kontrol Diri Dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Humanitas : Indonesian
Psychological Journal Vol. 1/ No. 1, Hal : 6-16.

Yusuf, Syamsu. 2012, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.

Anda mungkin juga menyukai