id
Volume 4, Nomor 1, 2020 : 74—85
ISSN (Online) : 2581-0421
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhenti Merokok pada
Perokok Usia Dewasa Awal
Mai Tiza Husna, Dwi Cahya Ashari, Nastiti Naresthi Ramadhini, June Rodhian
Dharmariana, Eukaristianica Theofani
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya
e-mail: maitizahusna@yahoo.co.id
Abstract. The purpose of this study wasto determine the factors that affects the readiness to stop
smoking in early adult smokers. Factors have analyzed include knowledge, social support, perceived
benefits and perceived barriers. Participants of this study were 171 early adult smokers. Random
sampling was used as the sampling technique. This study was conducted using quantitative method
and data were analyzed by using logistic regression analysis. Results showed that perceived benefits
significantly influenced readiness to quit smoking, while knowledge related to risks of smoking,
social support and perceived barriers had no effect on readiness to quit smoking. These results also
showed that smokers with positive perceived benefits were 1.152 times more ready to quit smoking
compared to smokers with negative perceived benefits.
Keywords: social support, knowledge, perceived benefits, perceived barriers, readiness to quit
smoking
Kata kunci: dukungan sosial, pengetahuan, perceived benefit, perceived barrier, kesiapan berhenti
merokok
kegiatan yang sangat lazim kita jumpai terbuat dari bahan tembakau yang
pada saat ini. Padahal, rokok dapat mengandung zat adiktif dan bahan-
kesehatan dan salah satu penyebab baik secara langsung maupun tidak
Diperkirakan pada tahun 2030, angka maka harapan hidupnya akan bertambah
kematian akibat rokok di dunia akan sekitar 6 tahun, sedangkan jika berhenti
mencapai 10 juta jiwa di mana 70% di pada usia 30 tahun (dewasa awal) maka
perokok tertinggi di ASEAN, yaitu sebesar maka harapan hidupnya juga akan
46,16%. Jumlah perokok aktif di Indonesia meningkat (Doll, Peto, Boreham, &
yaitu sebesar 66% (Kaimuddin, Jumlah keinginan bagi perokok untuk berhenti.
Hasil survei awal pada penelitian ini Kawasan Tanpa Rokok (KTR) serta
Berdasarkan hasil survei pada 40 Usaha lain yang telah dilakukan seperti
Sebagian besar perokok merasa bahwa (Keskinoglu, dkk., 2006). Akan tetapi,
merokok adalah hal yang wajar karena ternyata usaha-usaha yang telah
mereka tahu efek jangka panjang bahaya untuk menumbuhkan keinginan dan
hidup yang lebih rendah dibandingkan keinginan yang timbul pada perokok tidak
yang bukan perokok. Jika perokok hanya untuk berhenti, tetapi juga bertahan
kesulitan untuk menahan diri agar tidak berhenti merokok yaitu faktor instrinsik
merokok kembali. Hal ini terlihat dari data yang meliputi usia, pengetahuan, nilai dan
yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% persepsi. Sebaliknya, faktor ekstrinsik
orang dewasa yang merokok setidaknya meliputi lingkungan, orang terdekat dan
sekali melakukan usaha untuk berhenti keluarga (Caponneto & Polosa, 2008).
dan sekitar 41% dari mereka telah faktor instrinsik yaitu pengetahuan dan
sebelumnya. Akan tetapi, hanya 7 % dari dukungan sosial sebagai faktor yang
bahwa 70% responden sudah mencoba dari hasil penginderaan untuk melakukan
46,7% responden gagal sama sekali untuk dengan pandangan perokok tentang
berhenti, 4,7% dari responden kembali perilaku kesehatan. Terdapat dua variasi
merokok setelah berhenti selama 1 bulan, persepsi yang diteliti dalam penelitian ini
19% responden kembali merokok setelah yaitu perceived benefit dan perceived barrier.
1 tahun, dan 4,7% lainnya juga kembali manfaat medis maupun psikososial yang
merokok bahkan setelah berhenti selama 2 diperoleh dari perilaku sehat yang
hambatan yang menghalangi untuk ini akan diteliti 4 faktor yaitu dukungan
fisik, psikologis ataupun sosial perceived benefit dan perceived barriers yang
(Rosenstock, dkk., 1988, dalam Abraham & berpengaruh terhadap kesiapan berhenti
dari interaksinya dengan orang lain. belum ada penelitian yang melihat
Orang lain yang dimaksud adalah orang pengaruh keempat variabel tersebut
masyarakat dan lain-lain (Cohen & Wills, Penelitian sebelumnya yang dilakukan
(52%) dan 4% lainnya dipengaruhi oleh rokok yang dikonsumsi atau bahkan
pandangan mereka tentang manfaat yang berhenti merokok (dalam Impriyadi, dkk.,
akan mereka dapatkan jika berhenti 2013). Namun, dalam penelitian ini
merokok. Hal-hal yang menghambat pengetahuan yang dilihat lebih luas dan
adalah karena sudah kecanduan (35,3%). pengetahuan tentang bahaya rokok saja
memilih variabel psikologis yang dapat perokok tentang kandungan dari rokok
ditimbulkan oleh rokok, serta bahaya- merokok. Glanz (2008) menjelaskan bahwa
tentang dukungan sosial telah dilakukan suatu penyakit (dalam Kumboyono, 2011).
oleh Rahmasari (2015) yang menemukan Selain itu, Kumboyono (2011) juga
pada siswa kelas VIII. Hasil penelitian ini (2002) menjelaskan bahwa persepsi
merokok remaja. Dukungan sosial yang merokok atau ingin berhenti merokok
tidak hanya dukungan dari keluarga tetapi sosial, persepsi terhadap manfaat berhenti
juga dari pasangan, mengingat salah satu merokok (perceived benefit) dan persepsi
tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari merokok. Didukung dengan hasil survei
pasangan. Penelitian sebelumnya tentang awal yang sudah dilakukan, penelitian ini
merupakan 171 perokok yang berada Benefits(α=0,874) yang terdiri dari 13 item
dalam rentang usia dewasa awal. Teknik dan dikembangkan oleh Kaigang dan Noy
dipilih secara acak dari populasi yang Teknik analisis data yang digunakan
memiliki kriteria: (1) Perokok aktif, (2) dalam penelitian ini adalah teknik analisis
pendidikan di perguruan tinggi (3) Berada digunakan karena data penelitian tidak
dalam rentang usia dewasa awal. terdistribusi normal dan hubungan antar
kuesioner. Uji coba skala dilakukan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS.
diukur menggunakan skala yang terdiri melalui SPSS. Hasil dari analisis regresi
Henni Barus (2012) (rKR-20=0,742). Variabel yang berpengaruh secara signifikan pada
Partner Interaction Questionnaire (PIQ) yang perceived benefits (p=0.002), sedangkan tiga
logistik karena memiliki signifikansi > merokok pada perokok usia dewasa awal.
0.05. Hasil analisis data dapat dilihat pada Faktor-faktor yang dianalisis dalam
Nilai Exp (B) atau nilai Odds ratio perokok seperti pengetahuan, persepsi
bahwa individu yang memiliki persepsi (perceived benefit), dan persepsi terhadap
(perceived benefits positif) 1.152 kali lebih (perceived barrier) serta faktor eksternal
siap untuk berhenti merokok bila yaitu dukungan sosial untuk berhenti
alasan mereka untuk melakukan perilaku individu pada usia dewasa awal mungkin
kesehatan tersebut (Janz & Becker, 1984). sudah mengetahui informasi tentang
Hasil ini sejalan dengan teori reinforcement bagaimana menjaga kesehatan mereka,
yang menyatakan bahwa perilaku yang tetapi mereka tetap melakukan kegiatan
cenderung diulang dan dipertahankan terhadap suatu penyakit. Hal ini sejalan
perokok yang merasakan manfaat atau bahaya rokok dengan motivasi berhenti
dampak positif dari berhenti merokok merokok pada mahasiswa (Barus, 2012), di
merokok. Hasil penelitian Turk, dkk. berhenti merokok. Individu pada usia
(1984, dalam Santrock, 2002) tentang dewasa awal sudah lebih mandiri dalam
bahwa pengetahuan terkait dengan sesuatu, lebih stabil dan tidak bergantung
bagaimana mencegah suatu penyakit dan dengan orang tua lagi. Terlebih lagi,
cukup menjamin individu akan (Monks& Knoers, 2006). Selain itu, tidak
penelitian dari Weinstein (1984, dalam terhadap kesiapan perokok untuk berhenti
yang berhasil berhenti merokok lebih Tidak adanya pengaruh perceived barrier
mampu menghargai dirinya dan tidak begitu berarti, sehingga ada atau
ajakan merokok dalam berbagai situasi kesiapan mereka untuk berhenti merokok.
yang termotivasi secara intrinsik dapat yang akan ia dapatkan jika berhenti
(Kennett dalam Impriyadi, dkk., 2013). baik dari segi fisiologis seperti mual,
Hasil yang sama juga ditunjukkan pusing dan tidak nyaman; dari segi
pada variabel perceived barrier. Hasil psikologis seperti kurang percaya diri jika
penelitian ini menyatakan bahwa tidak tidak merokok; serta hambatan sosial
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hal inilah yang bisa menyebabkan
oleh Kumboyono (2011) yang menyatakan tidak adanya pengaruh perceived barriers
tentang faktor yang bisa menghambat karena perokok lebih memilih untuk
berhenti merokok. Namun hasil ini sejalan mereka lakukan juga tidak baik bagi
Ayu (2010) yang menyatakan bahwa tidak (2005) menyatakan bahwa individu lebih
negatif. Dalam hal ini, individu lebih diperoleh, dapat ditarik simpulan bahwa
memilih untuk tetap merokok agar tidak perceived benefits memiliki pengaruh yang
perceived benefit dan perceived barrier individu dengan persepsi positif tentang
pandangan tentang manfaat yang akan memiliki persepsi negatif tentang manfaat
pandangan tentang dampak negatif jika Penelitian yang dilakukan ini tidak
dampak dari rokok, tetapi tetap kesulitan lebih banyak. Selain itu, banyaknya
untuk berhenti merokok. Penelitian ini variabel yang diteliti membuat kuesioner
apa saja yang berpengaruh terhadap aitem sehingga terdapat indikasi bahwa
kesiapan berhenti merokok serta seberapa subjek tidak mengisi kuesioner dengan
jumlah aitem yang lebih sedikit namun juga disarankan untuk menggali lebih
tetap valid dan reliabel sehingga skala dalam mengenai perceived benefits apa yang
yang digunakan lebih efektif untuk memiliki pengaruh lebih besar pada
untuk melihat dan membedakan faktor materi atau manfaat secara psikologis.
dukungan sosial dari sumbernya secara Hal-hal tersebut belum tergali dalam
spesifik, seperti keluarga, pasangan, dan penelitian ini dan diharapkan dapat
teman sebaya, karena yang memberikan diteliti pada penelitian selanjutnya untuk
Daftar Pustaka