Anda di halaman 1dari 12

JURNAL ILMU PERILAKU http://jip.fk.unand.ac.

id
Volume 4, Nomor 1, 2020 : 74—85
ISSN (Online) : 2581-0421

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berhenti Merokok pada
Perokok Usia Dewasa Awal

Mai Tiza Husna, Dwi Cahya Ashari, Nastiti Naresthi Ramadhini, June Rodhian
Dharmariana, Eukaristianica Theofani
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya
e-mail: maitizahusna@yahoo.co.id

Abstract. The purpose of this study wasto determine the factors that affects the readiness to stop
smoking in early adult smokers. Factors have analyzed include knowledge, social support, perceived
benefits and perceived barriers. Participants of this study were 171 early adult smokers. Random
sampling was used as the sampling technique. This study was conducted using quantitative method
and data were analyzed by using logistic regression analysis. Results showed that perceived benefits
significantly influenced readiness to quit smoking, while knowledge related to risks of smoking,
social support and perceived barriers had no effect on readiness to quit smoking. These results also
showed that smokers with positive perceived benefits were 1.152 times more ready to quit smoking
compared to smokers with negative perceived benefits.
Keywords: social support, knowledge, perceived benefits, perceived barriers, readiness to quit
smoking

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


kesiapan berhenti merokok pada perokok usia dewasa awal. Faktor-faktor yang dianalisis
pada penelitian ini meliputi pengetahuan tentang bahaya merokok, dukungan sosial,
perceived benefit, dan perceived barrier. Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 171
perokok dalam rentang usia dewasa awal, yang dipilih berdasarkan teknik random
sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan analisis data dilakukan
menggunakan analisis regresi logistic. Hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh pada kesiapan berhenti merokok adalah perceived benefit, sedangkan tiga
faktor lain yaitu pengetahuan tentang bahaya perilaku merokok,dukungan sosial dan perceived
barriers tidak berpengaruh terhadap kesiapan berhenti merokok. Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa perokok yang memiliki persepsi positif tentang manfaat berhenti merokok (perceived benefits)
1.152 kali lebih siap untuk berhenti merokok bila dibandingkan dengan perokok yang memiliki
persepsi negatif tentang manfaat berhenti merokok.

Kata kunci: dukungan sosial, pengetahuan, perceived benefit, perceived barrier, kesiapan berhenti
merokok

Merokok merupakan salah satu kematian tertinggi di dunia. Rokok

kegiatan yang sangat lazim kita jumpai terbuat dari bahan tembakau yang

pada saat ini. Padahal, rokok dapat mengandung zat adiktif dan bahan-

menyebabkan berbagai masalah bahan lain yang berbahaya bagi tubuh

kesehatan dan salah satu penyebab baik secara langsung maupun tidak

JURNAL ILMU PERILAKU 74



HUSNA, ASHARI, RAMADHINI, DHARMARIANA, & THEOFANI

(Kementerian Kesehatan RI, 2015). berhenti merokok pada usia 50 tahun

Diperkirakan pada tahun 2030, angka maka harapan hidupnya akan bertambah

kematian akibat rokok di dunia akan sekitar 6 tahun, sedangkan jika berhenti

mencapai 10 juta jiwa di mana 70% di pada usia 30 tahun (dewasa awal) maka

antaranya berasal dari negara harapan hidupnya akan meningkat sekitar

berkembang. Indonesia adalah salah satu 10 tahun. Sehingga dapat disimpulkan

negara berkembang dengan jumlah semakin cepat perokok berhenti merokok

perokok tertinggi di ASEAN, yaitu sebesar maka harapan hidupnya juga akan

46,16%. Jumlah perokok aktif di Indonesia meningkat (Doll, Peto, Boreham, &

sebagian besar adalah laki-laki di atas usia Sutherland, 2004).

15 tahun, di mana persentase ini Beragam upaya telah dilakukan oleh

merupakan persentase tertinggi di dunia berbagai pihak untuk menumbuhkan

yaitu sebesar 66% (Kaimuddin, Jumlah keinginan bagi perokok untuk berhenti.

Perokok Indonesia Terbesar di Dunia, Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh

2016). lembaga kesehatan seperti membuat

Hasil survei awal pada penelitian ini Kawasan Tanpa Rokok (KTR) serta

menunjukkan hasil yang sama. mencanangkan kenaikan harga rokok.

Berdasarkan hasil survei pada 40 Usaha lain yang telah dilakukan seperti

responden yang berusia dewasa awal penyebaran informasi terkait bahaya

menunjukkan bahwa 75% dari responden rokok di seluruh lapisan masyarakat,

mengaku sudah mengalami kecanduan misalnya edukasi di lingkungan

terhadap rokok dan 23% di antaranya pendidikan (sekolah atau perguruan

menyatakan tidak ingin berhenti merokok. tinggi) dan di lingkungan keluarga

Sebagian besar perokok merasa bahwa (Keskinoglu, dkk., 2006). Akan tetapi,

merokok adalah hal yang wajar karena ternyata usaha-usaha yang telah

banyak orang melakukannya walaupun dilakukan tersebut tidak cukup mampu

mereka tahu efek jangka panjang bahaya untuk menumbuhkan keinginan dan

merokok bagi kesehatannya. Padahal, kesiapan perokok untuk berhenti.

perokok memiliki 20-25 tahun harapan Kesiapan berhenti merokok merupakan

hidup yang lebih rendah dibandingkan keinginan yang timbul pada perokok tidak

yang bukan perokok. Jika perokok hanya untuk berhenti, tetapi juga bertahan

JURNAL ILMU PERILAKU 75



VOLUME 4, NOMOR 1, 2020: 74—85

untuk tidak kembali merokok (Biener & terlihat bahwa kesiapan perokok untuk

Abrams, 1991). berhenti juga dipengaruhi oleh faktor lain

Umumnya, perokok memiliki dalam prosesnya untuk berhenti merokok

keinginan untuk berhenti merokok karena (Caponneto & Polosa, 2008).

mengetahui dampak merokok bagi Terdapat beberapa faktor yang

dirinya. Namun, mereka mengalami mempengaruhi kesiapan seseorang untuk

kesulitan untuk menahan diri agar tidak berhenti merokok yaitu faktor instrinsik

merokok kembali. Hal ini terlihat dari data yang meliputi usia, pengetahuan, nilai dan

yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% persepsi. Sebaliknya, faktor ekstrinsik

orang dewasa yang merokok setidaknya meliputi lingkungan, orang terdekat dan

sekali melakukan usaha untuk berhenti keluarga (Caponneto & Polosa, 2008).

sepanjang perjalanan merokok mereka Pada penelitian ini, peneliti meninjau

dan sekitar 41% dari mereka telah faktor instrinsik yaitu pengetahuan dan

mencoba berhenti dalam 12 bulan persepsi serta faktor ekstrinsik yaitu

sebelumnya. Akan tetapi, hanya 7 % dari dukungan sosial sebagai faktor yang

mereka yang benar-benar berhenti 1 tahun mempengaruhi kesiapan individu

setelahnya (Caponneto & Polosa, 2008). berhenti merokok. Barus (2012)

Data hasil survei juga mendukung mendefinisikan pengetahuan sebagai

penelitian sebelumnya yang menunjukkan segala sesuatu yang diketahui individu

bahwa 70% responden sudah mencoba dari hasil penginderaan untuk melakukan

untuk berhenti merokok, namun suatu tindakan, sedangkan persepsi yang

semuanya kembali merokok. Sebanyak dilihat dalam penelitian ini berhubungan

46,7% responden gagal sama sekali untuk dengan pandangan perokok tentang

berhenti, 4,7% dari responden kembali perilaku kesehatan. Terdapat dua variasi

merokok setelah berhenti selama 1 bulan, persepsi yang diteliti dalam penelitian ini

19% responden kembali merokok setelah yaitu perceived benefit dan perceived barrier.

berhenti merokok 3 bulan, 4,7% responden Perceived benefit adalah pandangan

kembali merokok setelah berhenti selama seseorang yang berhubungan dengan

1 tahun, dan 4,7% lainnya juga kembali manfaat medis maupun psikososial yang

merokok bahkan setelah berhenti selama 2 diperoleh dari perilaku sehat yang

tahun. Berdasarkan data tersebut, dapat dilakukan dengan tujuan untuk

JURNAL ILMU PERILAKU 76



HUSNA, ASHARI, RAMADHINI, DHARMARIANA, & THEOFANI

meningkatkan kesehatan pribadi, menggambarkan faktor-faktor yang

sedangkan perceived barrier adalah persepsi mempengaruhi kesiapan seseorang untuk

seseorang yang berkaitan dengan berhenti merokok di mana pada penelitian

hambatan yang menghalangi untuk ini akan diteliti 4 faktor yaitu dukungan

melakukan perilaku sehat baik hambatan sosial, pengetahuan tentang rokok,

fisik, psikologis ataupun sosial perceived benefit dan perceived barriers yang

(Rosenstock, dkk., 1988, dalam Abraham & berpengaruh terhadap kesiapan berhenti

Sheeran, 2003). Perilaku sehat yang merokok.

dimaksudkan disini adalah berhenti Penelitian terdahulu telah melihat

merokok. Kemudian, dukungan sosial hubungan antara masing-masing variabel

didefinisikan sebagai pertolongan dan tersebut dengan kesiapan atau motivasi

dukungan yang diberikan pada individu seseorang berhenti merokok, namun

dari interaksinya dengan orang lain. belum ada penelitian yang melihat

Orang lain yang dimaksud adalah orang pengaruh keempat variabel tersebut

tua, pasangan, teman, kerabat, kelompok terhadap kesiapan berhenti merokok.

masyarakat dan lain-lain (Cohen & Wills, Penelitian sebelumnya yang dilakukan

1997 dalam Marpaung, 2015). oleh Impriyadi, dkk.(2013) menunjukkan

Hasil survei awal menjelaskan bahwa bahwa pengetahuan perokok tentang

hal yang paling mempengaruhi keinginan kanker paru-paru berhubungan dengan

responden untuk berhenti merokok motivasi perokok untuk berhenti.

adalah dukungan dari keluarga atau Notoatmodjo (2007) juga mengatakan

pasangan (40%), pengetahuan bahwa bahwa pengetahuan tentang bahaya

merokok mengancam kesehatan mereka merokok akan mempengaruhi jumlah

(52%) dan 4% lainnya dipengaruhi oleh rokok yang dikonsumsi atau bahkan

pandangan mereka tentang manfaat yang berhenti merokok (dalam Impriyadi, dkk.,

akan mereka dapatkan jika berhenti 2013). Namun, dalam penelitian ini

merokok. Hal-hal yang menghambat pengetahuan yang dilihat lebih luas dan

responden untuk berhenti merokok mendalam di mana tidak hanya melihat

adalah karena sudah kecanduan (35,3%). pengetahuan tentang bahaya rokok saja

Berdasarkan data tersebut, peneliti tetapi juga melihat pengaruh pengetahuan

memilih variabel psikologis yang dapat perokok tentang kandungan dari rokok

JURNAL ILMU PERILAKU 77



VOLUME 4, NOMOR 1, 2020: 74—85

terhadap kesiapan berhenti merokok. variabel persepsi dilakukan oleh

Pengetahuan tentang rokok yang perlu Kumboyono (2011) menyatakan bahwa

diketahui meliputi definisi dari rokok, terdapat hubungan antara persepsi

racun-racun yang terkandung dalam tentang manfaat berhenti merokok

rokok, penyakit-penyakit yang (perceived benefit) dengan motivasi berhenti

ditimbulkan oleh rokok, serta bahaya- merokok. Glanz (2008) menjelaskan bahwa

bahaya yang ditimbulkan dari rokok persepsi terhadap manfaat adalah

(Ndarumaya, 2013). prediktor yang melatarbelakangi tindakan

Selanjutnya, penelitian sebelumnya individu untuk mengurangi ancaman

tentang dukungan sosial telah dilakukan suatu penyakit (dalam Kumboyono, 2011).

oleh Rahmasari (2015) yang menemukan Selain itu, Kumboyono (2011) juga

bahwa dukungan sosial memiliki menemukan bahwa persepsi terhadap

hubungan yang kuat dengan motivasi penghambat berhenti merokok (perceived

berhenti merokok.Penelitian ini dilakukan barrier) juga memiliki hubungan dengan

di lingkungan sekolah menengah pertama motivasi berhenti merokok. Pender, dkk.

pada siswa kelas VIII. Hasil penelitian ini (2002) menjelaskan bahwa persepsi

menunjukkan bahwa semakin tinggi terhadap penghambat berhenti merokok

dukungan sosial yang diperoleh, semakin yang tinggi akan mempengaruhi

tinggi pula keinginan untuk berhenti rendahnya keinginan individu untuk

merokok remaja. Dukungan sosial yang merokok atau ingin berhenti merokok

dilihat pada penelitian yang dilakukan (dalam Kumboyono, 2011).

oleh Rahmasari (2015) berasal dari Berdasarkan penjelasan di atas, dapat

keluarga sedangkan dalam penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan, dukungan

tidak hanya dukungan dari keluarga tetapi sosial, persepsi terhadap manfaat berhenti

juga dari pasangan, mengingat salah satu merokok (perceived benefit) dan persepsi

tugas perkembangan dewasa awal adalah terhadap hambatan berhenti merokok

menikah sehingga peneliti memperluas (perceived barrier) memiliki hubungan

cakupan dukungan yang dilihat yaitu terhadap kesiapan untuk berhenti

tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari merokok. Didukung dengan hasil survei

pasangan. Penelitian sebelumnya tentang awal yang sudah dilakukan, penelitian ini

JURNAL ILMU PERILAKU 78



HUSNA, ASHARI, RAMADHINI, DHARMARIANA, & THEOFANI

ingin melihat pengaruh dari keempat terdiri dari 20 item dan dikembangkan

variabel tersebut dan membandingkan oleh Cohen dan Lichtenstein (1990)

variabel mana yang paling berpengaruh (α=0,911). Variabel kesiapan berhenti

terhadap kesiapan perokok usia dewasa merokok diukur menggunakan skala

awal dalam berhenti merokok. Contemplation Ladder yang terdiri dari 11

item dan dikembangkan oleh Biener dan

Metode Abrams (1991). Variabel perceived barriers

Partisipan Pernelitian dan perceived benefits menggunakan skala

Partisipan dalam penelitian ini Perceived Barriers(α=0,756) dan Perceived

merupakan 171 perokok yang berada Benefits(α=0,874) yang terdiri dari 13 item

dalam rentang usia dewasa awal. Teknik dan dikembangkan oleh Kaigang dan Noy

sampling yang digunakan adalah teknik (2009).

non-probability sampling dimana sampel Teknik Analisis Data

dipilih secara acak dari populasi yang Teknik analisis data yang digunakan

memiliki kriteria: (1) Perokok aktif, (2) dalam penelitian ini adalah teknik analisis

Pernah atau sedang menempuh regresi logistik. Teknik analisis ini

pendidikan di perguruan tinggi (3) Berada digunakan karena data penelitian tidak

dalam rentang usia dewasa awal. terdistribusi normal dan hubungan antar

Instrumen Penelitian variabel tidak linier, sehingga asumsi

Pengumpulan data dilakukan dengan parametrik tidak terpenuhi. Perhitungan

teknik survei dengan menggunakan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner. Uji coba skala dilakukan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS.

terhadap 50 responden untuk menguji

kembali kelayakan skala untuk digunakan Hasil

dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan

Variabel pengetahuan tentang rokok menggunakan analisis regresi logistik

diukur menggunakan skala yang terdiri melalui SPSS. Hasil dari analisis regresi

atas 35 item dan dikembangkan oleh logistik menunjukkan bahwa variabel

Henni Barus (2012) (rKR-20=0,742). Variabel yang berpengaruh secara signifikan pada

dukungan sosial diukur menggunakan kesiapan berhenti merokok adalah

Partner Interaction Questionnaire (PIQ) yang perceived benefits (p=0.002), sedangkan tiga

JURNAL ILMU PERILAKU 79



VOLUME 4, NOMOR 1, 2020: 74—85

variabel lain yaitu pengetahuan tentang Diskusi

rokok (p=0.052), dukungan sosial (p=0.703) Penelitian ini bertujuan untuk

dan perceived barriers (p=0.649) tidak menganalisis faktor-faktor yang

dimasukkan ke dalam model regresi mempengaruhi kesiapan berhenti

logistik karena memiliki signifikansi > merokok pada perokok usia dewasa awal.

0.05. Hasil analisis data dapat dilihat pada Faktor-faktor yang dianalisis dalam

tabel 2 dan tabel 3. penelitian ini meliputi faktor internal

Nilai Exp (B) atau nilai Odds ratio perokok seperti pengetahuan, persepsi

pada tabel hasil analisis menunjukkan terhadap manfaat berhenti merokok

bahwa individu yang memiliki persepsi (perceived benefit), dan persepsi terhadap

positif tentang manfaat berhenti merokok hambatan untuk berhenti merokok

(perceived benefits positif) 1.152 kali lebih (perceived barrier) serta faktor eksternal

siap untuk berhenti merokok bila yaitu dukungan sosial untuk berhenti

dibandingkan dengan individu yang merokok.

memiliki persespi negatif tentang manfaat Hasil analisis data menunjukkan

berhenti merokok. bahwa diantara keempat faktor yang

dianalisis tersebut hanya faktor persepsi


Tabel 1. terhadap manfaat berhenti merokok yang
Hasil analisis regresi logistik sebelum variabel
dikeluarkan mempengaruhi kesiapan perokok usia

dewasa awal untuk berhenti merokok


Variabel
Independen B Sig. Exp(B) (perceived benefit). Hasil penelitian ini
Pengetahuan 0.061 0.052 1.063 mendukung penelitian sebelumnya yang
Dukungan Sosial 0.004 0.703 1.004
Perceived Benefit 0.113 0.002 1.120 dilakukan oleh Hadi (2009) yang
Perceived Barrier - menyatakan bahwa keyakinan terhadap
0.649 0.985
0.015
manfaat berhenti merokok merupakan

salah satu determinan utama untuk


Tabel 2.
Hasil analisis regresi logistik setelah variabel melihat tingkat kesiapan merokok
yang tidak signifikan dikeluarkan
seseorang. Adanya pengaruh yang

Variabel signifikan ini menunjukkan bahwa


Independen B Sig. Exp(B)
pandangan seseorang terhadap manfaat
PerceivedBenefit
0.142 0.000 1.152
yang akan ia peroleh jika ia melakukan

JURNAL ILMU PERILAKU 80



HUSNA, ASHARI, RAMADHINI, DHARMARIANA, & THEOFANI

perilaku kesehatan akan memperkuat Santrock, 2002) menjelaskan bahwa

alasan mereka untuk melakukan perilaku individu pada usia dewasa awal mungkin

kesehatan tersebut (Janz & Becker, 1984). sudah mengetahui informasi tentang

Hasil ini sejalan dengan teori reinforcement bagaimana menjaga kesehatan mereka,

yang menyatakan bahwa perilaku yang tetapi mereka tetap melakukan kegiatan

memberikan output positif akan yang mengarah pada risiko-risiko

cenderung diulang dan dipertahankan terhadap suatu penyakit. Hal ini sejalan

oleh individu (Skinner dalam dengan penelitian yang dilakukan oleh

Miltenberger, 2012).Berdasarkan hasil dan Barus menemukan bahwa tidak ada

teori tersebut dapat dipahami bahwa hubungan antara pengetahuan tentang

perokok yang merasakan manfaat atau bahaya rokok dengan motivasi berhenti

dampak positif dari berhenti merokok merokok pada mahasiswa (Barus, 2012), di

akan mempertahankan perilakunya mana hal ini juga menunjukkan bahwa

dibandingkan perokok yang tidak pengetahuan tentang rokok dan bahaya

merasakan manfaat dari berhenti rokok tidak cukup mampu untuk

merokok. membuat individu pada usia dewasa awal

Selanjutnya, hasil penelitian berhenti merokok.

menunjukkan bahwa pengetahuan Hasil penelitian ini juga

tentang bahaya merokok tidak memiliki menunjukkan bahwa dukungan sosial

pengaruh terhadap kesiapan berhenti tidak berpengaruh terhadap kesiapan

merokok. Hasil penelitian Turk, dkk. berhenti merokok. Individu pada usia

(1984, dalam Santrock, 2002) tentang dewasa awal sudah lebih mandiri dalam

kesehatan dewasa awal, menunjukkan mengambil keputusan untuk melakukan

bahwa pengetahuan terkait dengan sesuatu, lebih stabil dan tidak bergantung

bagaimana mencegah suatu penyakit dan dengan orang tua lagi. Terlebih lagi,

menjaga kesehatan akan mempengaruhi orang-orang pada usia dewasa awal

individu dalam melakukan kegiatan sebagian besar sudah tidak tinggal

sehari-hari. Faktanya, pengetahuan tidak bersama dengan orang tuanya lagi

cukup menjamin individu akan (Monks& Knoers, 2006). Selain itu, tidak

menerapkan pengetahuannya. Hasil adanya pengaruh dukungan sosial

penelitian dari Weinstein (1984, dalam terhadap kesiapan perokok untuk berhenti

JURNAL ILMU PERILAKU 81



VOLUME 4, NOMOR 1, 2020: 74—85

juga bisa terjadi karena bahwa seseorang terhadap kesiapan berhenti merokok.

yang berhasil berhenti merokok lebih Tidak adanya pengaruh perceived barrier

cenderung termotivasi secara intrinsik terhadap kesiapan berhenti merokok

dari pada ekstrinsik. Hal tersebut menunjukkan bahwa perokok

disebabkan karena seseorang yang memandang hambatan-hambatan yang

memiliki motivasi intrinsik akan lebih dihadapinya untuk berhenti merokok

mampu menghargai dirinya dan tidak begitu berarti, sehingga ada atau

mempertahankan dirinya untuk menolak tidaknya hambatan tidak mempengaruhi

ajakan merokok dalam berbagai situasi kesiapan mereka untuk berhenti merokok.

dibandingkan dengan individu yang Perokok memandang hambatan

termotivasi secara ekstrinsik. Individu untuk berhenti sebagai dampak negatif

yang termotivasi secara intrinsik dapat yang akan ia dapatkan jika berhenti

menolak ajakan merokok meskipun tanpa merokok di mana ketika berhenti

adanya dukungan dari sekitarnya merokok, perokok merasakan dampak

(Kennett dalam Impriyadi, dkk., 2013). baik dari segi fisiologis seperti mual,

Hasil yang sama juga ditunjukkan pusing dan tidak nyaman; dari segi

pada variabel perceived barrier. Hasil psikologis seperti kurang percaya diri jika

penelitian ini menyatakan bahwa tidak tidak merokok; serta hambatan sosial

terdapat pengaruh perceived barrier seperti ketakutan akan mendapatkan

terhadap kesiapan berhenti merokok penolakan sosial jika berhenti merokok

seseorang. Hasil penelitian ini tidak (Kumboyono, 2011).

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hal inilah yang bisa menyebabkan

oleh Kumboyono (2011) yang menyatakan tidak adanya pengaruh perceived barriers

bahwa semakin tinggi persepsi perokok terhadap kesiapan berhenti merokok

tentang faktor yang bisa menghambat karena perokok lebih memilih untuk

mereka untuk berhenti maka akan menghindari dampaknya walaupun

semakin rendah keinginan mereka untuk perokok mengetahui perilaku yang

berhenti merokok. Namun hasil ini sejalan mereka lakukan juga tidak baik bagi

dengan penelitian yang dilakukan oleh kesehatannya. Skinner dalam Budiningsih

Ayu (2010) yang menyatakan bahwa tidak (2005) menyatakan bahwa individu lebih

ada hubungan antara persepsi hambatan cenderung untuk menghindari hukuman

JURNAL ILMU PERILAKU 82



HUSNA, ASHARI, RAMADHINI, DHARMARIANA, & THEOFANI

atau dampak negatif dengan mencari cara mempengaruhi kesiapan berhenti

lain walaupun cara tersebut tidak baik merokok seseorang.

baginya agar tidak merasakan dampak Berdasarkan data-data yang sudah

negatif. Dalam hal ini, individu lebih diperoleh, dapat ditarik simpulan bahwa

memilih untuk tetap merokok agar tidak perceived benefits memiliki pengaruh yang

merasakan dampak negatif dari berhenti signifikan terhadap kesiapan berhenti

merokok walaupun merokok juga merokok seseorang, tetapi pengetahuan

memberikan dampak negatif bagi tentang rokok,dukungan sosial dan

kesehatannya. perceived barriers tidak berpengaruh pada

Perbedaan hasil antara pengaruh kesiapan berhenti merokok di mana

perceived benefit dan perceived barrier individu dengan persepsi positif tentang

terhadap kesiapan berhenti merokok manfaat berhenti merokok lebih siap

menunjukkan bahwa dalam berperilaku untuk berhenti merokok bila

individu lebih dipengaruhi oleh dibandingkan dengan individu yang

pandangan tentang manfaat yang akan memiliki persepsi negatif tentang manfaat

diterima jika melakukan suatu perilaku berhenti merokok.

(reinforcement) dibandingkan dengan Saran

pandangan tentang dampak negatif jika Penelitian yang dilakukan ini tidak

melakukan suatu perilaku (punishment). terlepas dari adanya keterbatasan dalam

proses penelitian seperti jumlah

Simpulan responden yang tergolong masih sedikit.

Merokok merupakan salah satu Diharapkan penelitian selanjutnya yang

permasalahan kesehatan yang belum meneliti perilaku merokok dapat

terselesaikan. Perokok umumnya tahu mengambil sampel dengan jumlah yang

dampak dari rokok, tetapi tetap kesulitan lebih banyak. Selain itu, banyaknya

untuk berhenti merokok. Penelitian ini variabel yang diteliti membuat kuesioner

dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dibagikan tersusun dari banyak

apa saja yang berpengaruh terhadap aitem sehingga terdapat indikasi bahwa

kesiapan berhenti merokok serta seberapa subjek tidak mengisi kuesioner dengan

besar peran faktor tersebut dalam sungguh - sungguh. Peneliti selanjutnya

JURNAL ILMU PERILAKU 83



VOLUME 4, NOMOR 1, 2020: 74—85

diharapkan menyusun alat ukur dengan merokok seseorang. Penelitian selanjutnya

jumlah aitem yang lebih sedikit namun juga disarankan untuk menggali lebih

tetap valid dan reliabel sehingga skala dalam mengenai perceived benefits apa yang

yang digunakan lebih efektif untuk memiliki pengaruh lebih besar pada

mengungkap variabel yang diteliti. kesiapan berhenti merokok, sebagai

Penelitian selanjutnya disarankan contoh manfaat kesehatan, manfaat secara

untuk melihat dan membedakan faktor materi atau manfaat secara psikologis.

dukungan sosial dari sumbernya secara Hal-hal tersebut belum tergali dalam

spesifik, seperti keluarga, pasangan, dan penelitian ini dan diharapkan dapat

teman sebaya, karena yang memberikan diteliti pada penelitian selanjutnya untuk

dukungan sosial pada penelitian ini memberikan gambaran lebih lanjut

mencakup semua figur, sehingga tidak mengenai faktor-faktor yang dapat

dapat diketahui dukungan dari figur menjadi determinan perilaku berhenti

manakah yang memberikan pengaruh merokok.

lebih besar pada kesiapan berhenti

Daftar Pustaka

Ardita, H. (2016). Faktor-Faktor yang smoking cessation. Health Psychology,


Mempengaruhi Motivasi Berhenti 10(5),360-365.
Merokok pada Mahasiswa Teknik Budiningsih, C.A. (2005). Belajardan
Mesin Universitas Muhammadiyah Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Yogyakarta Angkatan 2015. Skripsi. Caponneto, P & Polosa, R. (2008).
Yogyakarta: Universitas Common Predictors of smoking
Muhammadiyah Yogyakarta. cessation in clinical practice. Respiratory
Ayu, L. (2010). Pengaruh Prediktor Health Medicine, 102, 1182-1192.
Belief Model Terhadap Intensi Berhenti Doll, R., PEto, R., Boreham, J., Sutherland,
Merokok.Skripsi. Bandung: Universitas I. (2004). Mortality in relation to
Islam Bandung. smoking: 50 years observation on male
Barus, H. (2012). Hubungan Pengetahuan British doctors. BMJ, 328 (7455: 1519.
Perokok Aktif tentang rokok dengan Gercek, C., Soran, H., Storrer, J., &
Motivasi Berhenti Merokok pada Albrecht, M. (2011). Smoking habits of
Mahasiswa FKM dan FISIP Universitas basic education students in Germany
Indonesia. Skripsi. Jakarta: Universitas and Turkey. Procedia Social and
Indonesia. Behavioral Sciences, 15, 422-425.
Biener,B. & Abrams, D.B. (1991). The Fitria, I. A. (2014). Konsep Diri Remaja Putri
contemplation ladder: Validation of a dalam Menghadapi Menarche. Skripsi.
measure of readiness to consider Surabaya: Universitas Islam Negeri

JURNAL ILMU PERILAKU 84



HUSNA, ASHARI, RAMADHINI, DHARMARIANA, & THEOFANI

Sunan Ampel Surabaya. Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Hadi, Supanta. (2009).Determinan Kesiapan Brawijaya Malang. Jurnal Keperawatan
Berhenti Merokok di Kalangan Karyawan Soedirman (The Soedirman Journal of
Perokok di Perusahaan Pertambangan Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011.
Minyak dan Gas Bumi Kangean Energy Marpaung, A. W. (2015). Social Support
Indonesia Ltd.Tesis.Semarang: dan Psychological Well- Being pada
Universitas Diponegoro. Penyintas Bencana Alam Gunung
Impriyadi, Karim, D., & Zulfitri, R. (2013). Sinabung. Skripsi. Medan: Universitas
Hubungan tingkat pengetahuan Sumatera Utara.
perawat perokok tentang kanker paru Monks. F.J. & Knoers, A.M.P. (2006).
terhadap motivasi untuk berhenti Psikologi perkembangan. Yogyakarta:
merokok di RSUD Arifin Achmad Gadjah Mada University Press.
Pekanbaru. Pekanbaru: Universitas Ndarumaya, T. (2013).Pengaruh
Riau. Pendidikan Kesehatan Terhadap
Kaimuddin, H. (2016, Nopember). Jumlah Pengetahuan Merokok pada Anak Usia
Perokok Indonesia Terbesar di Dunia. Sekolah di RW 07 Kelurahan Sawah
Diakses pada tanggal 16 Nopember Besar, Semarang. Manuscript.
2016 dari Semarang: Universitas
http://fajar.co.id/2016/11/10/jumlah- Muhammadiyah Semarang.
perokok-indonesia-terbesar-di-dunia/ Notoatmodjo. S. 1997. Prinsip-prinsip Ilmu
Kementerian Kesehatan Republik Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka
Indonesia. (2015). Perilaku Merokok Cipta.
Masyarakat Indonesia. Jakarta: Taryono, Y., Yamin, A., Gandara, S. (2007).
Kementerian Kesehatan Republik Hubungan Antara Tingkat Stres,
Indonesia. Dukungan Keluarga, Dukungan Teman
Kumboyono. 2011. Analisis Faktor Dan Dukungan Iklan Dengan Perilaku
Penghambat Motivasi Berhenti Merokok Remaja Terhadap Rokok Di SLTP Karya
Berdasarkan Health Belief Modelpada Pembangunan (KP) 10 Bandung.

JURNAL ILMU PERILAKU 85

Anda mungkin juga menyukai