Anda di halaman 1dari 11

1

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI


SEKOLAH SMKN 1 RAWAJITU UTARA
TAHUN 2022

MANUSKRIP SKRIPSI

Oleh:

SUSI DANIATI
NPM: 2021206203073P

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023
2

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI


SEKOLAH SMKN 1 RAWAJITU UTARA
TAHUN 2022

SUSI DANIATI¹, Cikwanto², Pira Prahmawati³

ABSTRAK
Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan
kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, strok, gangguan pernafasan dan kanker, impotensi, serta
gangguan kehamilan dan janin. Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan pada
siswa SMKN 1 Rawajitu Utara dan hasil laporan yang didapatkan dari hasil
wawancara terhadap guru BP diketahui persentase perokok pada siswa khususnya
siswa laki-laki cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
budaya dengan perilaku merokok di SMK Negeri 1 Rawajitu Utara tahun 2022.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan design penelitian Cross Sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki di SMKN 1 Rawajitu
Utara tahun 2022 yang berjumlah 104 siswa dan sampel dalam penelitian ini
sebanyak 82 siswa. Analisa data yang digunakan menggunakan uji Chi square.

Hasil penelitian ini didapatkan distribusi frekuensi responden yang selalu


merokok sebanyak 40 responden (48,8%), kadang-kadang merokok sebanyak 24
responden (29,3%) dan responden yang tidak merokok sebanyak 18 responden
(22%). Distribusi frekuensi responden yang mendapatkan pengaruh merokok dari
budaya lingkungan sekolah di SMKN 1 Rawajitu Utara Tahun 2022 sebanyak 49
responden (59,8%) dan yang mendapatkan pengaruh merokok dari luar
lingkungan sekolah sebanyak 33 responden (40,2%). Ada hubungan yang
bermakna antara budaya dengan perilaku merokok di Sekolah SMKN 1 Rawajitu
Utara tahun 2022 dengan P-value = 0,000. Bekerjasama dengan petugas kesehatan
dalam meningkatkan penyuluhan kepada siswa akan bahaya dari perilaku
merokok.
.
Kata Kunci : Budaya, Perilaku Merokok

ABSTRAK
Smoking behavior is a risk factor that causes morbidity and mortality from non-
communicable diseases such as coronary heart disease, hypertension, stroke,
respiratory disorders and cancer, impotence, and disorders of pregnancy and the
fetus. Based on the results of the pre-survey conducted on students at SMKN 1
Rawajitu Utara and the results of reports obtained from interviews with BP
teachers, it is known that the percentage of smokers among students, especially
male students, is quite high. The purpose of this study was to determine the
influence of culture on smoking behavior at SMK Negeri 1 Rawajitu Utara in
2022.
.
3

This type of research is quantitative with a cross sectional research design. The
population in this study were all male students at SMKN 1 Rawajitu Utara in
2022 totalling 104 students and the sample in this study were 82 students. Data
analysis used the Chi square test

The results of this study showed that the frequency distribution of respondents
who always smoked was 40 respondents (48.8%), sometimes smoked as many as
24 respondents (29.3%) and respondents who did not smoke were 18 respondents
(22%). The frequency distribution of respondents who were influenced by smoking
from the culture of the school environment at SMKN 1 Rawajitu Utara in 2022
was 49 respondents (59.8%) and those who were influenced by smoking from
outside the school environment were 33 respondents (40.2%). There is a
significant relationship between culture and smoking behavior at SMKN 1
Rawajitu Utara in 2022 with a P-value = 0.000. Collaborate with health workers
in increasing counseling to students about the dangers of smoking behavior.

Key word : Culture, Smoking Behavior

Latar Belakang
Perilaku buruk merokok merupakan salah satu faktor Risiko Penyakit Tidak
Menular (PTM) yang bisa dicegah. Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang
memberikan kontribusi besar dibanding faktor risiko lainnya. Seorang perokok
mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung koroner
dan memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM
lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan
kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, strok, gangguan pernafasan dan kanker, impotensi, serta
gangguan kehamilan dan janin (Kemenkes RI, 2017).
Secara global, terjadi peningkatan konsumsi rokok terutama di negara-
negara berkembang. Diperkirakan jumlah perokok diseluruh dunia mencapai 1,3
milyar orang. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok terbesar di
dunia yaitu pada urutan ketiga setelah China dan India. Setiap tahun di dunia
terjadi kematian dini akibat penyakit tidak menular pada kelompok usia 30 – 69
tahun sebanyak 15 juta. Sebanyak 7,2 juta kematian tersebut diakibatkan
konsumsi produk tembakau dan 70% kematian tersebut terjadi di negara
berkembang termasuk Indonesia (Kemenkes RI, 2019).
Prevalensi perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia
dan diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok
(Kemenkes RI, 2019). Hasil Survei Indikator Kesehatan Nasional tahun 2016
menunjukkan bahwa prevalensi kebiasaan merokok pada umur muda (10 - 18
tahun) secara nasional 8,8 persen dengan prevalensi 17,2 persen pada laki-laki
serta 0,2 persen pada perempuan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan adanya peningkatan prevalensi merokok pada usia muda dari 7,2%
menjadi 9,1%. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 juga diketahui persentase
keseluruhan jumlah perokok perempuan sebesar 4,8%.
4

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Penelitian


Muzafffar (2017) menunjukkan bahwa faktor sosial budaya merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada siswa di SMA Negeri 1 Peulimbang
Kabupaten Bireuen dengan P-value = 0,00. Penelitian Diah (2016) menyebutkan
bahwa faktor budaya merupakan faktor yang mempengaruhi perlaku merokok
remaja di Kecamatan Pangaren Kabupaten Sampang Madura dengan P-value =
0,00.
Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya aspek psikososial yag
dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari
jati dirinya. Lingkungan sosial buaya disinilah yang membawa pengaruh terhadap
sikap, kepercayaan dan perhatian remaja pada rokok. Seseorang akan berperilaku
merokok dengan memperhatikan lingkungan sosial budayanya .Di lingkungan
sekitar dan lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang yang merokok.
Kebiasaan merupakan salah satu motif remaja menjadi perokok, dimana remaja
tersebut menjadikan perilaku merokok sebagai sebuah perilaku yang harus tetap
dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Remaja
tersebut merokok hanya untuk meneruskan semata-mata kebutuhan untuk
mewujudkan simbolisasi kejantanan dan kedewasaan remaja. Penguruh positif
lain diterima dari teman sebaya. Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang
sangat\ penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk
menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang
sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan mengindari sebutan
„banci‟ atau „pengecut‟. Merokok bagi remaja juga merupakan simbolisasi,
simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan. Remaja awalnya merokok
karena mempunyai keinginan untuk mencoba. Kemudian mereka menjadi
kecanduan terhadap rokok, karena menganggap rokok dapat menghilangkan stres,
depresi, dan dapat memberikan rasa nikmat. Mereka mengetahui akan bahaya
merokok, namun mereka tetap merokok karena telah kecanduan. Di lingkungan
sekitar dan lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang yang merokok.
Kebiasaan merupakan salah satu motif remaja menjadi perokok, dimana remaja
tersebut menjadikan perilaku merokok sebagai sebuah perilaku yang harus tetap
dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Remaja
tersebut merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
Selain itu remaja melakukan perilaku merokok ditujukan untuk mengikuti
kebiasaan kelompoknya dan biasa terjadi pada masa remaja, identifikasi perokok
lain, dan menentukan image diri. Hampir sebagian remaja memahami akibat-
akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mereka tidak menghindari dan tetap
memilih melakoni perilaku tersebut. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi
perilaku merokok pada remaja, dan hal budaya atau kebiasaan yang berada di
lingkungan remajalah yang juga banyak memberikan kontribusi mengapa remaja
tersebut tetap memilih melakukan perilaku tersebut walaupun mereka benar-benar
sadar akibat yang akan di dapatkannya. Dorongan teman sebaya, kebiasaan
merokok yang dianggap biasa di lingkungan mereka, dan bahkan pujian yang
dilontarkan kepada perokok yang menyatakan bahwa lelaki yang merokok adalah
sosok yang tangguh itulah yang membuat remaja memilih melakoni perilaku
tersebut (Diah, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
budaya dengan perilaku merokok di SMK Negeri 1 Rawajitu Utara tahun 2022.
5

Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik
dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan,observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach) (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012) populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMKN I Rawajitu Utara tahun 2022 yang berjumlah 104 siswa. Sampel adalah
objek yang diteliti dan dan dianggap mewakili seluruh populasi Notoatmodjo
(2012). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa SMKN I Rawajitu
Utara tahun 2022. Tekhnik sampling menggunakan purposive sampling yaitu
salah tekhnik pengambilan sample dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu
(Notoatmodjo, 2012). Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin
dan didapatkan jumlah sampel minimal sampel sebanyak 82 sampel. Tekhnik
sampling menggunakan purposive sampling yaitu salah tekhnik purposive
sampling yaitu salah tekhnik pengambilan sample dengan menentukan kriteria-
kriteria tertentu (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu :
a. Siswa laki-laki kelas X sampai XII di SMKN I Rawajitu Utara
b. Status kesiswaan adalah sebagai siswa aktif di SMKN I Rawajitu
Utara
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian
Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu siswa menolak untuk
menjadi responden dalam penelitian ini

Hasil Penelitian
2. Analisis Univariat
a. Perilaku Merokok

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Perilaku Merokok
di Sekolah SMKN 1 Rawajitu Utara Tahun 2022

Perilaku Merokok Frekuensi Persentase


Selalu 40 48,8
Kadang-kadang 24 29,3
Tidak merokok 18 22,0
Total 82 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebanyak 40


responden (48,8%) selalu merokok, sebanyak 24 responden
(29,3%) kadang-kadang merokok dan sebanyak 18 responden
(22%) yang tidak merokok.
6

a. Pengaruh Budaya
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengaruh Budaya
di Sekolah SMKN 1 Rawajitu Utara Tahun 2022

Pengaruh budaya Frekuensi Persentase


Kurang 49 59,8
Baik 33 40,2
Total 82 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sebanyak 49 responden (59,8%)


terpengaruh budaya dari lingkungan sekolah dan sebanyak 33
responden (40,2%) terpengaruh budaya diluar lingkungan sekolah.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Budaya dengan Perilaku Merokok di Sekolah
SMKN 1 Rawajitu Utara Tahun 2022

Tabel 4.3
Hubungan Budaya Dengan Perilaku Merokok Di Sekolah
SMKN 1 Rawajitu Utara Tahun 2022

Perilaku Merokok
Total
Budaya P-Value
Selalu Kadang- Tidak
kadang pernah
N % n % n % n %
Lingkungan Sekolah 35 71,4 10 20,4 4 8,2 49 100
Luar sekolah 5 15,2 14 42,4 14 42,4 33 100 0,000
Total 40 48,8 24 29,3 18 22,0 82 100

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku


merokok di SMKN 1 Rawajitu Utara diperoleh data bahwa dari 49
orang responden yang mendapatkan pengaruh budaya merokok dari
lingkungan sekolah didapatkan sebanyak 35 responden (71,4%) yang
selalu merokok dan 10 responden (20,4 %) yang kadang-kadang
merokok dan terdapat sebanyak 4 responden (8,2%) yang tidak
merokok. Sedangkan dari 33 responden yang mendapatkan pengaruh
budaya merokok dari luar lingkungan sekolah, didapatkan sebanyak 5
responden (15,2%) yang selalu merokok, 14 responden (42,4 %)
yang kadang-kadang merokok dan 14 responden (42,4%) yang tidak
pernah merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai P-value = 0,000 (P
< 0,05) yang artinya secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara budaya dengan perilaku merokok di sekolah SMKN 1 Rawajitu
Utara tahun 2022.
7

Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini didapatkan
bahwa sebanyak 40 responden (48,8%) selalu merokok, sebanyak 24
responden (29,3%) kadang-kadang merokok dan sebanyak 18
responden (22%) yang tidak merokok.
Merokok bagi remaja juga merupakan simbolisasi, simbol atas
kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan. Remaja awalnya merokok
karena mempunyai keinginan untuk mencoba. Kemudian mereka
menjadi kecanduan terhadap rokok, karena menganggap rokok dapat
menghilangkan stres, depresi, dan dapat memberikan rasa nikmat.
Mereka mengetahui akan bahaya merokok, namun mereka tetap
merokok karena telah kecanduan. Di lingkungan sekitar dan
lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang yang merokok.
Kebiasaan merupakan salah satu motif remaja menjadi perokok,
dimana remaja tersebut menjadikan perilaku merokok sebagai sebuah
perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat
negatif ataupun positif. Remaja tersebut merokok hanya untuk
meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. Selain itu remaja
melakukan perilaku merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan
kelompoknya dan biasa terjadi pada masa remaja, identifikasi perokok
lain, dan menentukan image diri. Hampir sebagian remaja memahami
akibat-akibat yang berbudaya dari asap rokok tetapi mereka tidak
menghindari dan tetap memilih melakoni perilaku tersebut (Diah,
2016).

b. Distribusi Frekuensi budaya


Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini didapatkan
sebanyak 49 responden (59,8%) terpengaruh budaya dari lingkungan
sekolah dan sebanyak 33 responden (40,2%) terpengaruh budaya
diluar lingkungan sekolah.
Kebiasaan merupakan salah satu motif remaja menjadi perokok,
dimana remaja tersebut menjadikan perilaku merokok sebagai sebuah
perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat
negatif ataupun positif. Remaja tersebut merokok hanya untuk
meneruskan semata-mata kebutuhan untuk mewujudkan simbolisasi
kejantanan dan kedewasaan remaja. Penguruh positif lain diterima
dari teman sebaya. Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang
sangat\ penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha
untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan
kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan
mengindari sebutan „banci‟ atau „pengecut‟. Merokok bagi remaja
juga merupakan simbolisasi, simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan
kedewasaan. Remaja awalnya merokok karena mempunyai keinginan
untuk mencoba. Kemudian mereka menjadi kecanduan terhadap
rokok, karena menganggap rokok dapat menghilangkan stres, depresi,
dan dapat memberikan rasa nikmat. Mereka mengetahui akan bahaya
8

merokok, namun mereka tetap merokok karena telah kecanduan. Di


lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga mereka juga terdapat
orang-orang yang merokok. Kebiasaan merupakan salah satu motif
remaja menjadi perokok, dimana remaja tersebut menjadikan perilaku
merokok sebagai sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa
adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Remaja tersebut
merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.
Selain itu remaja melakukan perilaku merokok ditujukan untuk
mengikuti kebiasaan kelompoknya dan biasa terjadi pada masa
remaja, identifikasi perokok lain, dan menentukan image diri.

3. Analisis Bivariat (Hubungan budaya dengan perilaku merokok )


Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
merokok di SMKN 1 Rawajitu Utara diperoleh data bahwa dari 49
orang responden yang mendapatkan pengaruh budaya merokok dari
lingkungan sekolah didapatkan sebanyak 35 responden (71,4%) yang
selalu merokok dan 10 responden (20,4 %) yang kadang-kadang
merokok dan terdapat sebanyak 4 responden (8,2%) yang tidak
merokok. Sedangkan dari 33 responden yang mendapatkan pengaruh
budaya merokok dari luar lingkungan sekolah, didapatkan sebanyak 5
responden (15,2%) yang selalu merokok, 14 responden (42,4 %)
yang kadang-kadang merokok dan 14 responden (42,4%) yang tidak
pernah merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai P-value = 0,000 (P
< 0,05) yang artinya secara statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara budaya dengan perilaku merokok di sekolah SMKN 1 Rawajitu
Utara tahun 2022.
Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya aspek
psikososial yag dialami pada masa perkembangannya yaitu masa
ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Lingkungan sosial budaya
disinilah yang membawa pengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan
perhatian remaja pada rokok. Seseorang akan berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosial budayanya .Di lingkungan
sekitar dan lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang
yang merokok. Kebiasaan merupakan salah satu motif remaja menjadi
perokok, dimana remaja tersebut menjadikan perilaku merokok
sebagai sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya
motif yang bersifat negatif ataupun positif. Remaja tersebut merokok
hanya untuk meneruskan semata-mata kebutuhan untuk mewujudkan
simbolisasi kejantanan dan kedewasaan remaja. Penguruh positif lain
diterima dari teman sebaya. Lingkungan teman sebaya mempunyai
arti yang sangat\ penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan
usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya
merupakan kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya
ditolak dan mengindari sebutan „banci‟ atau „pengecut‟. Merokok
bagi remaja juga merupakan simbolisasi, simbol atas kekuasaan,
kejantanan, dan kedewasaan. Remaja awalnya merokok karena
mempunyai keinginan untuk mencoba. Kemudian mereka menjadi
kecanduan terhadap rokok, karena menganggap rokok dapat
9

menghilangkan stres, depresi, dan dapat memberikan rasa nikmat.


Mereka mengetahui akan bahaya merokok, namun mereka tetap
merokok karena telah kecanduan. Di lingkungan sekitar dan
lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang yang merokok.
Kebiasaan merupakan salah satu motif remaja menjadi perokok,
dimana remaja tersebut menjadikan perilaku merokok sebagai sebuah
perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat
negatif ataupun positif. Remaja tersebut merokok hanya untuk
meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. Selain itu remaja
melakukan perilaku merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan
kelompoknya dan biasa terjadi pada masa remaja, identifikasi perokok
lain, dan menentukan image diri. Hampir sebagian remaja memahami
akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mereka tidak
menghindari dan tetap memilih melakoni perilaku tersebut. Ada
banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja,
dan hal budaya atau kebiasaan yang berada di lingkungan remajalah
yang juga banyak memberikan kontribusi mengapa remaja tersebut
tetap memilih melakukan perilaku tersebut walaupun mereka benar-
benar sadar akibat yang akan di dapatkannya. Dorongan teman
sebaya, kebiasaan merokok yang dianggap biasa di lingkungan
mereka, dan bahkan pujian yang dilontarkan kepada perokok yang
menyatakan bahwa lelaki yang merokok adalah sosok yang tangguh
itulah yang membuat remaja memilih melakoni perilaku tersebut
(Diah, 2016).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penlitian Muzafffar
(2017) menunjukkan bahwa faktor sosial budaya merupakan faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada siswa di SMA Negeri 1
Peulimbang Kabupaten Bireuen dengan P-value = 0,00. Penelitian
Diah (2016) juga menyebutkan bahwa faktor budaya merupakan
faktor yang mempengaruhi perlaku merokok remaja di Kecamatan
Pangaren Kabupaten Sampang Madura dengan P-value = 0,00.
Peneliti berasumsi terdapat hubungan antara budaya dengan
perilaku merokok dalam hal ini sebagian besar responden yang
memiliki perilaku merokok mendapat pengaruh dari lingkungan
sekolah (59,8%). Lingkungan sosial buaya di sekolah inilah yang
membawa pengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian remaja
pada rokok.. Di lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga mereka
juga terdapat orang-orang yang merokok. Seperti teman-teman di
sekolah, bahkan beberapa guru di sekolah hingga petugas kebersihan,
termasuk security memiliki perilaku merokok. Kebiasaan merupakan
salah satu motif remaja menjadi perokok, dimana remaja tersebut
menjadikan perilaku merokok sebagai sebuah perilaku yang harus
tetap dilakukan. Penguruh terbesar perilaku merokok diterima dari
teman sebaya. Ada kecenderungan para siswa tidak ingin dirinya
ditolak dan mengindari sebutan „banci‟ atau „pengecut‟. Merokok
bagi remaja juga merupakan simbolisasi, simbol atas kekuasaan,
kejantanan, dan kedewasaan. Selain itu di lingkungan sekitar dan
10

lingkungan keluarga mereka juga terdapat orang-orang yang merokok.


Yang kemudian menjadi motif siswa untuk menjadi perokok.

Saran
1. Bagi SMKN 1 Rawajitu Utara
Bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam meningkatkan
penyuluhan kepada siswa akan bahaya dari perilaku merokok.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dan
meneliti variabel-variabel lainnya yang belum diteliti dalam penelitian
ini yang berhubungan dengan perilaku merokok, serta melakukan
penelitian dengan rancangan penelitian yang lebih
1

Referensi
Eryando. (2017). Teori dan Aplikasi Pengumpulan Data Kesehatan Termasuk
Biostatistika Dasar. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta
Kementerian RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Kementerian RI. (2017). Hidup Sehat Tanpa Rokok. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Lapau. (2012). Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi. Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Muzaffar. (2017). Hubungan Sosial Budaya, Personal Dan Lingkungan Dengan


Perilaku Merokok Siswa Di SMA Negeri 1 Peulimbang Kabupaten Bireuen.
Respository Institusi Universitas Sumatera Utara. Di akses di
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1314?show=full, tanggal 30
November 2022
Martha & Kresno. (2017). Metodolpgi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang Kesehatan.
Rajawali Pers. Depok.
Notoatmodjo. (2017). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo. (2011). Promosi Kesehatan Ilmu & Seni. Rineka Cipta. Jakarta

Setiati. (2014). Buku Ajar. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

Setiati. (2014). Buku Ajar. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

Sutha .(2016). Analisis Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Remaja di


Kecamatan Pangarengan Kabupaten Sampang Madura. Jurnal Manajemen
Kesehatan STIKES Yayasan Dr. Soetomo, Vol 2, No 1

Anda mungkin juga menyukai