Anda di halaman 1dari 8

COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

PENGARUH PEER EDUCATION TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA


REMAJA DI SMAN “X” DENPASAR
1
Ni Putu Sri Wiratini, 2Ni Luh Putu Eva Yanti, 3Anak Agung Ngurah Taruma Wijaya
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
3
Kepala Puskesmas III Denpasar Utara

Abstract
Smoking in adolescents currently increasing. The result of smoking in adolescents abuse cause addiction and
trigger negative behaviour like alcohol usage, drugs, abuse and etc. One of prevention has been conducted by
giving health education with peer education. Peer education is a peer adolescents support group with adolescents
as fasilitator who qets education about smoking, communication technique, role play method and sharing
experience with their members. This study aims to find out the effect of peer education toward smoking in
adolescents. This study has been conducted by using pre-experimental design, that is one group pre-post test
design. Sample consists of 60 students selected with probability sampling technique with systematic random
sampling. The result of data analysis by using wilcoxon test and the result obtained that there is significant effect
of peer education toward smoking in adolescents. The schools should to develop and apply this peer education as
preventive of smoking in adolescents.

Keywords: Adolescents, Peer education, Smoking Behavior

PENDAHULUAN nikah, cedera olahraga, tawuran,


Masa remaja merupakan periode pembunuhan, kebut-kebutan di jalan,
perkembangan selama individu mengalami masalah mental dan emosional (Smeltzer
perubahan dari masa kanak-kanak menuju dan Bare, 2002).
masa dewasa (Potter dan Perry, 2005). Data WHO (2008), menempatkan
Remaja sering mengalami permasalahan Indonesia sebanyak 4,8% sebagai negara
karena pribadinya masih labil dan belum dengan jumlah perokok tertinggi ketiga di
terbentuk secara matang (Istiqomah, 2003). dunia sesudah Cina sebanyak 30% dan
Salah satu karakteristik umum India sebanyak 11,2%. Menurut Depkes RI
perkembangan remaja menurut Ali (2010) (2003), dari keseluruhan jumlah perokok di
adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi Indonesia sekitar 70% memulai merokok
(high curiosity). Karena didorong oleh rasa sebelum usia 19 tahun. Riskesdas (2010),
ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung menyebutkan secara nasional penduduk
ingin berpetualang, menjelajah segala usia 15 tahun ke atas dengan jumlah
sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang merokok setiap harinya sebanyak 28,2%.
belum pernah dialaminya. Dari data diatas, perokok di Indonesia rata-
Remaja sangat rentan terhadap rata mulai merokok pada usia 15-19 tahun,
pengaruh lingkungannya. Lingkungan dimana pada usia tersebut merupakan usia
sosial budaya yang tidak positif merupakan sekolah.
faktor risiko bagi remaja dalam perilaku Data Riskesdas (2007),
yang tidak sehat (Tarwoto dkk, 2012). menunjukkan jumlah persentase penduduk
Remaja dengan masalah kesehatan berisiko yang merokok berdasarkan usia mulai
besar untuk mengalami pencapaian yang merokok tiap hari di kabupaten/kota di
rendah, masalah kesehatan utama pada Provinsi Bali yaitu dari usia 10-14 tahun
remaja seperti merokok, penggunaan 4,6%, usia 15-19 tahun 36,1%, usia 20-24
alkohol, penggunaan narkoba, seks pra tahun 17,5%, usia 25-29 tahun 5,7% dan

Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 54


COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

usia ≥ 30 tahun 7,2%. Terdapat tiga dari metode yaitu metode peer education yang
sembilan kabupaten di Bali dengan jumlah dapat dijadikan sebagai bahan diskusi
perokok remaja terbanyak, adalah kota kelompok, yang diutamakan dalam
Denpasar pada usia 10-14 tahun 4,7%, usia pemberian informasi kesehatan adalah
15-19 tahun 47,3%, usia 20-24 tahun antar kelompok sebaya. Menurut Lundy
16,7%, usia 25-29 tahun 5,3% dan usia ≥ dan Janes (2009), motode peer education
30 tahun 2,7%. Kabupaten Jembrana pada menunjukkan sumber umum untuk
usia 10-14 tahun 5,4%, usia 15-19 tahun pemberian informasi. Dalam motode ini,
44,1%, usia 20-24 tahun 23,7%, usia 25-29 remaja dilatih untuk memimpin program
tahun 6,5% dan usia ≥ 30 tahun 6,5%. pencegahan dalam kelompok sebaya.
Kabupaten Badung pada usia 10-14 tahun Menurut Nurhayati (2008), remaja
2,9%, usia 15-19 tahun 38,8%, usia 20-24 memiliki kecenderungan yang sangat
tahun 14,6%, usia 25-29 tahun 7,8% dan intensif dengan teman sebayanya daripada
usia ≥ 30 tahun 11,7%. Hal ini dengan orang tuanya. Remaja melakukan
menunjukkan, perokok remaja terbanyak sesuatu secara bersama-sama dengan
terdapat di kota Denpasar dengan usia 15- temannya daripada melakukannya sendiri
19 tahun. dengan kelompok teman sebayanya. Proses
Menurut Gunawan (2006), pertemanan dalam kelompok sebaya
kandungan nikotin yang terdapat dalam menciptakan remaja merasa dirinya
rokok dapat memberikan rasa nikmat bagi dibutuhkan. Sehingga pemberian informasi
penggunanya dan menimbulkan ketagihan. kesehatan kepada kelompok sebaya dapat
Dampak negatif yang ditimbulkan dari lebih mudah diterima oleh remaja.
ketagihan merokok bagi remaja adalah Penelitian yang dilakukan oleh
mencoba hal-hal negatif yang dapat peneliti saat melatih fasilitator peer
memberikan kenikmatan seperti alkohol, education dilakukan sebanyak tiga kali,
narkoba, psikotropika dan zat-zat adiktif pada pertemuan pertama dilakukan
lainnya. pemberikan informasi terkait rokok, upaya
Iskandarsyah (2006), menyebutkan mencegah dan menghindari rokok.
gambaran negatif yang ada dipikiran Pertemuan kedua dilakukan pemberian
masyarakat mengenai perilaku remaja informasi terkait terknik komunikasi dan
mempengaruhi cara remaja berinteraksi, role play. Pertemuan ketiga dilakukan role
sehingga membuat remaja merasa takut play. Pemberian pendidikan kesehatan oleh
dalam menjalankan perannya dan malu fasilitator peer education kepada siswa,
untuk meminta bantuan orang tua atau dilakukan sebanyak tiga kali, pada
guru, maka dari itu perlu adanya peran pertemuan pertama dilakukan pemberian
teman sebaya dalam pergaulan remaja yang informasi terkait rokok, upaya mencegah
dapat memberikan informasi. dan menghindari rokok. Pertemuan kedua
Salah satu upaya untuk memberikan dilakukan pemberian informasi terkait
informasi tentang bahaya merokok pada teknik komunikasi dan tanya jawab.
remaja adalah melalui teman sebaya (peer Pertemuan ketiga dilakukan sharing
group). Dalam peer group, individu pengalaman dan upaya pencegahan
menemukan dirinya serta dapat merokok.
mengembangkan rasa sosialnya sejalan Salah satu SMAN di Denpasar
dengan perkembangan kepribadiannya. adalah SMAN dengan inisial “X”
Menurut Aricipta (2013), terdapat sebuah Denpasar. Lokasinya di tengah kota dengan

Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 55


COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

sosial ekonomi yang bertumpu pada daerah dalam penelitian ini sampel yang diambil
pariwisata sehingga memungkinkan untuk sebanyak 60 responden.
mudah terpengaruh dalam pergaulan bebas
yang salah satunya adalah perilaku Instrumen Penelitian
merokok di usia remaja. Berdasarkan hasil Instrumen pengumpulan data yang
survei yang dilakukan di sekolah tersebut,
digunakan adalah kuesioner yang terdiri
belum pernah diadakannya penelitian
kesehatan tentang perilaku merokok dari tiga item yaitu pengetahuan, sikap dan
dengan metode peer education. Adanya psikomotor tentang perilaku merokok pada
penelitian ini bertujuan untuk mencegah remaja; prosedur peer education dan
perilaku merokok pada remaja, salah rencana proses pelaksanaan kegiatan peer
satunya dengan metode peer education. education kepada responden.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Prosedur Pengumpulan dan Analisis
“Pengaruh Peer Education Terhadap Data
Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMAN Peneliti mengidentifikasi siswa
“X” Denpasar”.
yang dijadikan fasilitator atau peer
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh peer education educator. Setiap kelas dipilih satu siswa
terhadap perilaku merokok pada remaja di untuk dijadikan fasilitator dengan
SMAN “X” Denpasar. berdiskusi terlebih dahulu dengan guru BK.
Peneliti memberikan pelatihan peer
METODE PENELITIAN education sebanyak tiga kali pertemuan,
Rancangan Penelitian pelatihan ini dilaksanakan selama tiga
Penelitian yang digunakan adalah minggu yaitu setiap satu minggu satu kali
penelitian pre-experimental design dengan pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan
rancangan one group pre-post test design. penyampaian informasi terkait rokok,
upaya mencegah dan upaya menghindari
Populasi dan Sampel rokok yang berikan oleh pembina KSPAN
Populasi dalam penelitian ini yaitu yang telah mendapatkan pelatihan dan
seluruh siswa putra kelas 2 SMAN “X” memiliki sertifikat. Pertemuan kedua
Denpasar berjumlah 155 siswa. dilakukan penyampaian informasi terkait
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik komunikasi dan evaluasi. Evaluasi
teknik probability sampling yaitu dilakukan dengan latihan role play yang
systematic random sampling. Kriteria sesuai dengan teknik peer education.
inklusi penelitian ini yaitu siswa putra Pertemuan yang ketiga melanjutkan role
kelas 2 di SMAN “X” Denpasar. play dengan teknik persuasi teman agar
Sedangkan siswa yang dieksklusikan yaitu tidak merokok lagi. Terpilihlah 8 siswa
siswa putra yang tidak masuk sekolah dan yang menjadi fasilitator. Kemudian peneliti
siswa putra yang sakit. membuat kesepakatan dengan fasilitator
Sampel yang ditentukan dalam untuk mengikuti proses penelitian ini
penelitian ini sebesar 53 responden, namun hingga selesai. Setiap pertemuan tersebut,

Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 56


COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

masing-masing berlangsung selama 45-60 yang meliputi pengetahuan, sikap dan


menit. psikomotor perilaku merokok dari seluruh
Peneliti memilih responden pada responden. Analisis bivariat menggunakan
setiap kelas 2, setelah responden diperoleh, uji wilcoxon dua sampel berpasangan
peneliti memberikan penjelasan kepada untuk menguji pada pre-post test dengan
responden terkait maksud dan tujuan tingkat kepercayaan 95% (p  α = 0,05).
penelitian dengan memberikan informed Hasil uji dalam penelitian ini apabila p  α
consent yang ditanda tangani oleh = 0,05 sehingga didapatkan ada pengaruh
responden. Kegiatan peer education peer education terhadap perilaku merokok
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, pada remaja.
kegiatan ini dilaksanakan selama tiga
minggu yaitu setiap satu minggu satu kali HASIL PENELITIAN
pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan Waktu dan Tempat Penelitian
kegiatan pre test dan penyampaian Penelitian ini dilakukan sejak
informasi terkait rokok, upaya mencegah tanggal 4 April 2015 sampai tanggal 15
dan menghindari rokok yang diberikan oleh Mei 2015 di SMAN “X” Denpasar.
fasilitator. Pertemuan kedua dilakukan
penyampaian informasi terkait teknik Karakteristik Responden Penelitian
komunikasi oleh fasilitator, dilanjutkan Karakteristik responden pada
dengan sharing pengalaman remaja penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
merokok, diskusi kelompok dan tanya Sebagian besar responden berusia 17 tahun.
jawab. Pertemuan ketiga dilakukan sharing Deskripsi perilaku merokok sebelum dan
pengalaman dan upaya pencegahan setelah diberikan intervensi dapat dilihat
merokok. Kemudian dilakukan post test. pada Tabel 2. Distribusi pengetahuan, sikap
Setiap pertemuan tersebut, masing-masing dan psikomotor remaja sebelum dan setelah
berlangsung selama 30-45 menit. diberikan peer education mengalami
Setelah data terkumpul kemudian peningkatan pengetahuan, sikap dan
dilakukan analisis data. Analisis univariat psikomotor remaja. Rata-rata perilaku
yang dilihat adalah deskripsi data merokok sebelum dan setelah diberikan
karakteristik responden yaitu usia dan peer education dapat dilihat pada Tabel 3.
deskripsi perilaku merokok sebelum dan Hasil rata-rata perilaku merokok pada
setelah diberikan intervensi dideskripsikan remaja sebelum dan setelah diberikan peer
dengan menghitung rata-rata skor perilaku education mengalami peningkatan.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden Tentang Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMAN
“X” Denpasar.

Usia N %

16 20 33,3%

17 40 66,7%

Total 60 100%

Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 57


COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

Tabel 2. Distribusi Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Psikomotor) Responden Tentang Perilaku Merokok Pada
Remaja Sebelum Dan Setelah Diberikan Peer Education Di SMAN “X” Denpasar.
Persentase Sebelum Persentase Setelah
Jumlah Jumlah
Perilaku Diberikan Peer Diberikan Peer
Sebelum Setelah
Education Education
Pengetahuan
Baik 8 13,3% 53 88,3%
Cukup 41 68,3% 7 11,7%
Kurang 11 18,3% 0 0

Sikap
Baik 10 16,7% 49 81,7%
Cukup 41 68,3% 11 18,3%
Kurang 9 15,0% 0 0

Psikomotor
Baik 10 16,7% 51 85,0%
Cukup 47 78,3% 9 15,0%
Kurang 3 5,0% 0 0

Tabel 3. Hasil Rata-Rata Perilaku Merokok Sebelum Dan Setelah Diberikan Peer Education Pada Remaja Di
SMAN “X” Denpasar.
Pengetahuan Sikap Psikomotor Jumlah

Rata-rata sebelum diberikan peer education 64,83 67,97 64,47 60

Rata-rata setelah diberikan peer education 84,33 84,28 87,22 60

Hasil Analisis Data psikomotor remaja tentang perilaku


Tabel 4 dijelaskan bahwa setelah merokok didapatkan p = 0,000  α = 0,05.
diberikan peer education oleh fasilitator, Sehingga Ho ditolak yang berarti ada
terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh peer education terhadap perilaku
terhadap pengetahuan, sikap dan merokok pada remaja di SMAN “X”
psikomotor remaja sebelum dan setelah Denpasar.
diberikan peer education. hasil uji statistik
terhadap pengetahuan, sikap dan

Tabel 4. Hasil Uji Statistik Perilaku Merokok Sebelum Dan Setelah Diberikan Peer Education Pada Remaja Di
SMAN “X” Denpasar.

Pengetahuan Sikap Psikomotor

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,000

Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 58


COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

PEMBAHASAN hubungan antara sikap dengan tindakan


Pembahasan Hasil Penelitian merokok pada remaja. Agar sikap individu
Penyampaian edukasi dalam terwujud dalam perilaku nyata diperlukan
penelitian menggunakan metode ceramah. adanya faktor pendukung dan fasilitas
Penelitian Manurung (2005), menyebutkan (Sunaryo, 2004).
bahwa ada pengaruh yang signifikan Blankhardt (dalam Kusumawati,
terhadap peningkatan pengetahuan peer Astuti, Darnoto, Wijayanti dan Setiyadi,
group setelah diberikan pendidikan 2015) menyatakan bahwa peer education
kesehatan tentang pencegahan bahaya merupakan metode pendidikan yang lebih
rokok oleh peer education. Menurut bermanfaat karena dapat merubah perilaku
Sumardiawati (dalam Husodo dan secara baik karena alih pengetahuan
Widagdo, 2008), terdapat perubahan dilakukan antarkelompok sebaya yang
pengetahuan setelah sasaran mengikuti mempunyai hubungan lebih akrab,
kegiatan pendidikan kesehatan. Dalam penggunaan bahasa yang sama, serta dapat
menyampaikan informasi, seorang dilakukan di mana saja dan kapan saja
edukator mempunyai peranan penting dengan cara penyampaian yang santai.
dalam meningkatkan pengetahuan Sasaran belajar lebih nyaman berdiskusi
seseorang sehingga educator diharapkan tentang permasalahan yang dihadapi
mampu menguasai materi, mampu termasuk masalah yang sensitif. Sharing
memahami kematangan dan tingkat untuk berhenti merokok diberikan oleh
perkembangan pola pikir remaja sehingga teman sebaya yang bertindak sebagai
remaja mampu mengekspresikan persepsi fasilitator untuk menumbuhkan motivasi
atau pendapatnya sesuai dengan dan rasa percaya diri terhadap kemampuan
pemahaman pengetahuan yang diperoleh teman-temannya untuk merubah
khususnya tentang rokok (Insanuddin, perilakunya mengurangi frekuensi
2006). merokok.
Berdasarkan Manurung (2005), Keberhasilan penyampaian
menyebutkan bahwa ada pengaruh yang informasi dalam penelitian ini mampu
signifikan terhadap peningkatan sikap peer merubah perilaku merokok pada remaja
group setelah diberikan pendidikan karena cara penyampaian informasi peer
kesehatan tentang pencegahan bahaya educator yang bagus dan mampu
rokok oleh peer education. Menurut menguasai materi saat memberikan
Sumardiawati (dalam Husodo dan pendidikan kesehatan kepada teman-
Widagdo, 2008), terdapat perubahan sikap temannya. Selain itu, cara komunikasi peer
setelah sasaran mengikuti kegiatan educator pada saat pemberian materi dan
pendidikan kesehatan. Menurut Suryani sharing memiliki peranan dalam
(2008), salah satu faktor yang mendukung perubahan pada teman-
mempengaruhi sikap individu yaitu temannya.
melalui teman sebaya. Teman sebaya Role play yang dilakukan oleh peer
mempunyai tenaga yang cukup besar education saat pelatihan digunakan untuk
terutama remaja dalam pembentukan menjelaskan sikap dan konsep; rencana
sikap. Adanya kecenderungan untuk dan menguji penyelesaian masalah remaja;
mendapatkan penerimaan dari teman- membantu peer education dalam
teman sebayanya, mendorong para remaja menyiapkan situasi nyata dan memahami
sangat mudah dipengaruhi oleh situasi sosial secara lebih mendalam
kelompoknya. (Mulyatiningsih, 2010). Melalui metode
Penelitian ini juga didukung oleh role play, remaja dapat aktif
hasil penelitian Anto, Umboh, Joseph dan mengembangkan kemampuan berbicara
Ratag (2012), menyatakan bahwa ada dan terampil dalam memaknai materi yang
Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 59
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

dipelajari (Ningsih, Mugiadi dan Tarigan, menghindari perilaku merokok. Penelitian


2014). ini dapat dimasukkan ke dalam program
Hasil penelitian ini menunjukkan salah satu konseling remaja di Puskesmas.
ada perbedaan yang signifikan antara Perawat diharapkan dapat
pengetauan, sikap dan psikomotor sebelum mengaplikasikan peer education sebagai
dan setelah diberikan intervensi peer salah satu metode dalam penyampaian
education yang artinya pengetahuan dapat informasi dalam meningkatkan perilaku
dipelajari dengan modul yang diberikan remaja agar terhindar dari perilaku
kepada kelompok sebayanya. Sikap dan merokok dan tidak merokok lagi.
psikomotor dapat meningkat melalui Saran untuk keterbatasan penelitian
proses belajar dengan cara ini, peneliti menyarankan peneliti
mempraktikkannya di kehidupan sehari- selanjutnya mampu membuat responden
hari. Dalam merubah perilaku individu lebih tertarik lagi dengan menambahkan
diperlukannya adanya kesiapan individu hal yang belum dilakukan dan diteliti oleh
untuk merubah diri individu itu sendiri. peneliti sehingga penelitian ini efektif lagi.
Sehingga diharapkan dengan adanya Perlu dilakukan sebuah observasi kepada
peningkatan pengetahuan dan sikap remaja responden dengan melibatkan peran serta
mengenai bahaya rokok, upaya mencegah guru untuk mengetahui efektivitas
dan upaya menghindari rokok dapat pengaruh peer education ini dalam
mempengaruhi tindakan remaja untuk meningkatkan perilaku remaja tentang
menghindari rokok dan berhenti merokok. bahaya merokok. Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan sebelum melakukan penelitian
Keterbatasan Penelitian untuk melakukan kesepakatan waktu
Peneliti tidak dapat mengontrol pertemuan sebelum dilakukannya
responden dalam hal perhatian dan minat, penelitian
ketertarikan responden yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pelatihan peer DAFTAR PUSTAKA
education oleh kelompok sebaya. Ali, Mohammad. (2010). Panduan Hidup
Perubahan perilaku yaitu psikomotor Sehat. Kompas Media Nusantara :
untuk berhenti merokok tidak dapat diukur Jakarta.
dalam rentang waktu yang pendek. Waktu Aricipta, I Gede Sukma. (2013). Pengaruh
saat mengadakan pertemuan peer educator Metode Peer Education Terhadap
karena jadwal belajar sekolah yang sudah Pengetahuan Dan Sikap Remaja
tersusun dengan jelas sehingga sulit untuk Tentang Kesehatan Reproduksi di
mencari waktu luang. SMP Dharma Wiweka Denpasar.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Denpasar :
KESIMPULAN DAN SARAN Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil dari peneltiian ini dapat Fakultas Kedokteran Universitas
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang Udayana.
signifikan pengetahuan, sikap dan Badan Penelitian dan Pengembangan
psikomotor remaja sebelum dan setelah Kesehatan. (2007). Laporan Hasil
diberikan peer education di SMAN “X” Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Denpasar. Provinsi Bali Tahun 2007. Departemen
Peneliti menyampaikan beberapa Kesehatan RI. Jakarta.
saran, yaitu : dapat digunakan di sekolah Badan Penelitian dan Pengembangan
sebagai metode pemberian informasi Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan
melalui peer education agar lebih efektif Dasar (Riskesdas 2010). Kementerian
sehingga mampu mempengaruhi teman- Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
temannya untuk tidak merokok dan
Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 60
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

Departemen Kesehatan Republik Merokok Pada Peer Group. Skripsi


Indonesia. (2003). Mitos dan fakta Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta :
tentang Tembakau di Indonesia. Universitas Gadjah Mada.
Jakarta. Mulyatinngsih, Endang. (2010).
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Gunawan, Weka. (2006). Keren Tanpa Efektif Dan Menyenangkan (PAIKEM).
Narkoba. Jakarta : Grasindo. Jawa Barat : D1 P4TK Bisnis Dan
Husodo, Besar Tirto dan Widagdo, Pariwisata.
Laksmono. (2008). Pengetahuan Dan Ningsih, Dita Tricandria., Mugiadi.,
Sikap Konselor SMP Dan SMA Dalam Tarigan, Herman. (2014). Metode Role
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Di Play Untuk Meningkatkan Aktivitas
Kota Semarang. Skripsi Kesehatan Dan Hasil Belajar. Skripsi Keguruan
masyarakat. Semarang : Fakultas dan Pendidikan. Bandar Lampung :
Kesehatan Masyarakat, Universitas Fakultas Keguruan dan Ilmu
Diponegoro. Pendidikan.
Iskandarsyah, Aulia. (2006). Remaja Dan Nurhayati, Evi. (2008). Peran Peer Group
Permasalahannya. Jurnal Fakultas Dalam Membentuk Perilaku
Psikologi. Bandung : Jurnal Fakultas Komsumtif Remaja (Studi Terhadap
Psikologi Universitas Padjajaran Remaja Putri SMK Wasis Klaten).
Bandung. Skripsi Sosiologi Agama. Yogyakarta :
Istiqomah, Umi. (2003). Upaya Menuju Program Studi Sosiologi Agama
Generasi Tanpa Rokok. Surakarta : Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
CV. Setiaji. Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kusumawati, Yuli., Astuti, Dwi., Darnoto, Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin.
Sri., Wijayanti, Anisa Catur., dan (2005). Buku Ajar Fundamental
Setiyadi, Noor Alis. (2015). Model Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Pemberdayaan Konseling Peer Praktik, Vol. 1, Edisi 4. Jakarta : EGC.
Education Dalam Upaya Membentuk Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.
Perilaku Berhenti Morokok Pada (2002). Buku Ajar Keperawatan
Mahasiswa. Skripsi Kesehatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth
Masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan Edisi 8, Vol. 1. Jakarta : EGC.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tarwoto, dkk. (2012). Tim Penulis
Lundy, Karen Saucier dan Janes, Sharyn. Poltekkes Depkes Jakarta I Kesehatan
(2009). Community Healt Nursing Remaja Problem dan Solusinya.
Caring For The Public’s Health Jakarta : Salemba Medika.
Edisi.2. Amerika. World Health Organization (WHO).
Manurung, Imelda F.E. (2005). Pendidikan (2008). Peringatan! Terhadap Bahaya
Kesehatan Oleh Peer Education Tembakau. Jakarta : World Health
Sebagai Upaya Pencegahan Bahaya Organization (WHO).

Vol.3, No.3, Edisi September-Desember 2015 61

Anda mungkin juga menyukai