Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PERILAKU MEROKOK TERHADAP

RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DI UPMI

The Effect of Smoking Behavior on Risk Abuse in UPMI

Nurul Dalimunte1, Ratna Sari Dewi Harahap2


1,2
Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI)
Email : sarir6888@gmail.com

Abstrak
Banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok remaja dimana perilaku merokok merupakan
disfungsi dari individu itu sendiri maupun dari lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari kajian perkembangan
remaja yang mulai merokok berhubungan dengan krisis aspek psiko-sosial yang dialami pada masa
perkembangan, ketika seorang remaja sedang mencari jati diri. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri
tersebutlah, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Beberapa remaja
melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris karena ada beberapa pihak yang berpengaruh
besar dalam proses sosialisasi. Perilaku merokok biasanya dimulai pada masa remaja meskipun proses
menjadi perokok telah dimulai sejak kanak-kanak. Masa remaja juga merupakan periode penting risiko
untuk pengembangan perilaku merokok jangka panjang. Selain itu, perilaku merokok merupakan pintu
masuk perilaku negatif yang lain seperti penyalahgunaan narkotika dan minum minuman keras (Rahmat,
2013). Dalam penelitian ini peneliti mencari pengaruh perilaku merokok terhadap resiko penyalahgunaan
NAPZA. Data pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan angket evaluasi kepada mahasiswa.
Hasil dari penelitian ini didapatkan informasi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap resiko
Penyalahgunaan NAPZA. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
mahasiswa/i tentang bahaya merokok dan resiko penyalahgunaan NAPZA. Luaran penelitian ini
bertujuan untuk menghasikan informasi tentang bahaya merokok dan resiko terhadap penyalahgunaan
NAPZAdanpublikasi ilmiah pada jurnal nasional berISSN tidak terakreditasi.
Kata kunci: Perilaku Merokok, Penyalahgunaan NAPZA.

Abstract
There are many reasons behind teenage smoking behavior where smoking behavior is a dysfunction of the
individual itself and the environment. This can be seen from the study of the development of adolescents
who started smoking associated with the crisis of psycho-social aspects experienced during development,
when a teenager is looking for identity. The efforts to find that identity, not all can go according to the
desired expectations. Some adolescents do smoking as a compensatory method because there are some
parties that have a big influence in the socialization process. Smoking behavior usually begins in
adolescence even though the process of becoming a smoker has started since childhood. Adolescence is
also an important period of risk for the development of long-term smoking behavior. In addition, smoking
behavior is the entrance to other negative behaviors such as drug abuse and drinking alcohol. In this study
researchers sought the influence of smoking behavior on the risk of drug abuse. The data in this study
were obtained by distributing evaluation questionnaires to students. The results of this study obtained
information about the effect of smoking behavior on the risk of drug abuse. The benefit of this research is
to provide information to students about the dangers of smoking and the risk of drug abuse. The aim of
this research is to produce information about the dangers of smoking and the risk of drug abuse. The
results of this study indicate that smoking behavior among students at the Indonesian Community
Development University (UPMI) majority has moderate smoking behavior. both of these studies see the
risk of drug abuse in students at the Indonesian Community Development University (UPMI), the
majority is not at risk. third, this study found a significant effect between smoking behavior and the risk
of drug abuse on students at UPMI.
Keywords: Smoking, Behavior, Drug, Abuse.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 1


PENDAHULUAN alkohol, merokok merupakan pintu gerbang
Pemuda adalah generasi penerus pertama menuju narkoba (Aula,2010,
bangsa, calon pemimpin masa depan dan Warsidi,2006).
kontributor bagi kemajuan Negara. Faktor risiko pada kelompok remaja
Eksistensi dan karya mereka sangat yang berisiko penyalahgunaan NAPZA
berpengaruhdalam membangun sebuah adalahketerlibatan kegiatan waktu luang dan
negeri. Mereka adalah kekayaan yang perilaku merokok. Pada remaja yang
berharga bagi sebuahbangsa.Besar dan sudahterindikasi berisiko menyalahgunakan
majunya bangsa tidak terlepas dari seberapa NAPZA akan diperparah oleh
kuat dan hebatnya generasi mudanya. ketidakmampuannya di dalam
Universitas Pembinaan Masyarakat memanfaatkan waktu luang. Sedangkan
Indonesia (UPMI) Medan sebagai salah satu faktor risikountuk menyalahgunakan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang perlu NAPZA pada kelompok remaja tidak
meningkatkan kualitas dan prestasi berisiko adalahketerlibatan kegiatan waktu
Mahasiswa serta terbebas dari Narkoba. luang, perilaku merokok, dan kelekatan
Jumlah mahasiswa Universitas Pembinaan teman sebaya (Purwandari, 2015).
Masyarakat Indonesia (UPMI) dua ribu Para pecandu narkoba asal Sumatera
delapan ratus sembilan belas orang yang Utara mendominasi tempat-tempat
harus mengutamakan peningkatan prestasi rehabilitasi di Indonesia, seperti di Lido
dan kualitas agar dapat bersaing dengan Bogor, Pusat Rehabilitasi Batam, Baddoka
perguruan tinggi lain. Makassar dan Tanah Merah di
Indonesia mengalami peningkatan Samarinda."Dari keempat tempat rehabilitasi
terbesar perilaku merokok yang cenderung tersebut, 75% diantaranya pecandu narkoba
dimulai pada usia yang semakin muda. Pada asal Sumut," kata Kepala Badan Narkotika
usia 10 _ 14 tahun, terdapat 2,0% remaja Nasional (BNN) Sumut, Brigjen Pol. Andi
yang merokok, 0,7% di antaranya merokok Loedianto, dalam sosialisasi Pencegahan
setiap hari dan 1,3% perokok kadang- Pemberantasan Penyalahgunaan dan
kadang dengan rerata konsumsi 10 batang Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) kepada
rokok per hari. Proporsi penduduk menurut para jurnalis di Kota Medan,).Brigjen Pol.
usia mulai merokok untuk kelompok usia Andi menjelaskan, tingginya angka
muda(5 - 9 tahun) yang tertinggi adalah di persentase bagi pecandu narkoba, membuat
Papua (3,2%),sekitar 30 kali lebih besar Sumatera Utara menduduki peringkat
dibandingkan dengan angka nasional pertama penyalahgunaan narkoba di
(0,1%). Sementara, di Sulawesi Selatan Indonesia.
sekitar0,8% atau 8 kali lebih besar Melihat begitu besarnya kasus
dibandingkan dengan angka nasional. Untuk penyalahgunaan Napza di Indonesia dan
kelompok usia mulai merokok 10 _ 14tahun, khususnya pecandu yang mendominasi dari
Sumatera Barat menduduki posisi tertinggi kota medan serta mengacu kepada beberapa
(Rahmat, 2007). penelitian yang membuktikan secara ilmiah
Berdasarkan hasil penelitian yang mengenai hubungan secara molekuler antara
dilakukan oleh lembaga survey WHO, nikotin dan pemakaian zat lain, sehingga
Indonesia mendudukiperingkat ke 3 sebagai terlihat besar pengaruhnya seorang perokok
jumlah perokok terbesar di dunia. Diantara untuk mencoba kepada zat adiktif atau
para remaja tersebut sekitar 25% perokok narkotika lainnya. Sehingga peneliti sangat
pada usia sebelum 10 tahun dan pada remaja tertarik untuk melakukan penelitian tentang
usia 10 tahun berjumlah 27,7% dan usia “Pengaruh perilaku merokok terhadap resiko
dibawah 20 tahun 68% .(Lindawati, 2012) penyalalahgunaan NAPZA pada mahasiswa
Hasil penelitian Lavental dalam di UPMI ”.
Mubarak (2014) merokok dapat
meningkatkan kecenderungan untuk METODE
mencoba zat adiktif lain dan narkoba. Sebab Metode Pendekatan Penelitian
konsumsi rokok berkorelasi dengan Desain studi yang digunakan adalah
konsumsi morfin, kokain, mariyuana dan potong lintang (cross sectional), dengan

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 2


tujuanuntuk mengukur suatu variabel pada wawancara menjadi hal yang paling tepat,
satu titik tertentu dengan menanyakan sedangkan untuk data sekunder instrumen
beberapa riwayat atau pengalaman yang digunakan adalah studi dokumen. Jadi
responden pada beberapa kejadian terkait data primer diperoleh dengan kuisioner
dengan tujuanpenelitian yang ingin dicapai. berupa angket dengan mahasisawa/i yang
Model pendekatan yang digunakan adalah perokok. Studi dokumen yang merupakan
dengan metode kuantitatif dan kualitatif : studi lapangan. Jadi alat pengumpul data
1) Metode kuantitatif dilakukan untuk dalam penelitian ini adalalah Kuisioner dan
mengumpulkan data pada pelajar/mahasiswa studi dokumen.
disekolah/PT terpilih. Pengumpulan data Penelitian ini meggunakan teknik
menggunakan kuesioner terstruktur analisa data secarakuantitatif dan Kualitatif.
berupaangket.Responden lalu diminta Secara umum, uraian kegiatan pengolahan
mengisi angket tersebut secara mandiri yang dan analisisnya meliputi reduksi data,
saat pengisiannya dilakukan bersama pada penyederhanaan dan penyajian data,
ruanganyang telah disediakan verifikasi hasil penelitian serta menarik
dengandibimbing oleh petugas lapangan. kesimpulan. Kegiatan analisis data
2) Metode kualitatif dilakukan untuk dilakukan secara simultan dengan proses
pengumpulan data kepada beberapa pelajar pengolahan data, bahkan telah dimulai dari
dan stakeholder terpilih untuk menunjang sejak pengumpulan data. Dengan demikian
kelengkapan data kuantitatif. Pendekatan langkah-langkah analisa data hanya
kualitatif dilakukan melalui pengamatan penyederhanaan tahap pengolahan data.
lapangan (observasi), wawancara mendalam,
dan Diskusi dengan sasaran informan yang HASIL
memiliki kapasitas sesuai dengan kebutuhan Gambaran Umum Responden Penelitian
studi.Pengertian kapasitas disini adalah Gambaran umum reponden
orang yang mengerti dan menguasai penelitian akan dibahas secara rinci di
informasi tentang situasi, kondisi, atau bawah ini, berupa gambaran umum
kehidupan di sekitar lokasi studi. frekuensi dari, fakultas, semester, usia,
Sebagaimana digambarkan diatas banyaknya rokok yang dikonsumsi, sudah
bahwa data dalam penelitian ini adalah data berapa lama mengkonsumsi rokok, dan ada
primer dan data sekunder. Soemardjono berapa jumlah keluarga yang merokok.
(1996) data primer dalam penelitian ini Penelitian ini menggunakan sampel
adalah untuk lebih mendapatkan sebanyak 100 mahasiswa Universitas
pendalaman yang sesuai dengan tujuan Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI)
penelitian, oleh karena itu metode angkatan 2016-2018 yang merokok.

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian


No Karakteristik Responden n %
1 Fakultas
- Fakultas Ilmu Administrasi 18 18,0
- Fakultas Ekonomi 22 22,0
- Fakultas Hukum 16 16,0
- Fakultas Pertanian 24 24,0
- Fakultas Teknik 12 12,0
- Fakultas KIP 8 8,0
2 Semester
II 18 18,0
IV 22 22,0
VI 32 32,0
VIII 28 28,0
3 Usia (tahun)
18 7 7,0
19 10 10,0
20 8 8,0

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 3


21 11 11,0
22 10 10,0
23 12 12,0
24 14 14,0
25 12 12,0
> 25 16 16,0
4 Banyaknya Rokok Perhari
1-10 batang 15 15,0
11-20 batang 48 48,0
>21 batang 37 37,0

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok pada Mahasiswa di UPMI


No Perilaku Merokok n %
1 Ringan 13 13,0
2 Sedang 46 46,0
3 Berat 41 41,0
Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 2 diketahui mayoritas mahasiswa di UPMI memiliki perilaku


merokok sedang sebanyak 46%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Resiko Penyalahgunaan NAPZA pada Mahasiswa di


UPMI
No Resiko Penyalahgunaan NAPZA n %
1 Beresiko 44 44,0
2 Tidak Beresiko 56 56,0
Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa resiko penyalahgunaan NAPZA pada


Mahasiswa di UPMI mayoritas tidak beresiko sebanyak 56%, dan yang beresiko terhadap
penyalahgunaan NAPZA sebanyak 44%

Tabel 4. Tabel Tabulasi Dampak Kebiasaan Merokok dan Penyalahgunaan


NAPZA pada Mahasiswa di UPMI
Ringan 12 12,0 1 1,0 13 13,0
Sedang 31 31,0 15 15,0 46 46,0
<0,001
Berat 13 13,0 28 28,0 41 41,0
Total 56 56,0 44 44,0 100 100,0

Berdasarkan tabel 4 di atas


diketahui bahwa dari 44 responden yang PEMBAHASAN
beresiko terhadap penyalahgunaan
NAPZA mayoritas terjadi pada Perilaku Merokok pada Mahasiswa di
responden yang memiliki perilaku UPMI
merokok berat 28%, dibandingkan Berdasarkan hasil penelitian
dengan responden yang memiliki mayoritas mahasiswa di UPMI memiliki
perilaku merokok sedang dan ringan. perilaku merokok sedang sebanyak 46%,
Hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p dan sisanya 13% mahasiswa memiliki
value <0,001 (p<0,05) artinya terdapat perilaku merokok ringan dan 41%
pengaruh yang signifikan perilaku mahasiswa memiliki perilaku merokok
merokok dengan resiko penyalahgunaan berat. Paling dominan terjadi pada
NAPZA pada Mahasiswa di UPMI. mahasiswa merokok karena dipengaruhi

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 4


oleh perasaan yang negatif, yaitu ingin Narkotika. Ini mengindikasikan bahwa
menghilangkan rasa cemas, tegang, tempat hiburan malam menjadi tempat
stress, dan ingin mengatasi masalah yang bagi berkumpulnya pengguna dan
sedang dihadapi, sehingga merokok pengedar narkoba (BNN, 2014).
merupakan cara untuk menghindari Saat ini para remaja dengan
perasaan yang tidak menyenangkan. mudahnya keluar masuk cafe, diskotik,
Selain itu, kebiasaan merokok juga club, tempat karaoke, dan sejenisnya.
terjadi disaat responden merasa stress Pembatasan umur untuk masuk tempat
karena mengerjakan skripsi, mengerjakan hiburan dan kurang ketatnya peraturan di
tugas kuliah dan lain-lain sehingga untuk tempat hiburan tersebut membuat remaja
menghilangkan rasa stress mereka gampang berlalu lalang. Pemerintah
merokok lebih banyak per hari. Diluar harus mengkaji ulang akan masalah ini,
dari perasaan stress, ada juga beberapa agar anak muda generasi bangsa bisa
dari mahasiswa yang merokok biasanya menjadi penerus bangsa yang
saat lagi ngumpul sama teman-teman, berkompeten dan terbebas dari narkotika.
saat nonton, ataupun pada saat habis
makan. Kebiasaan ini sering terjadi Resiko Penyalahgunaan NAPZA pada
karena mereka sudah sangat candu Mahasiswa di UPMI
dengan kebiasaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
Perilaku merokok yang berat menunjukkan bahwa resiko
disebabkan oleh kecanduan merokok penyalahgunaan NAPZA pada
dengan intensitas merokok perharinya Mahasiswa di UPMI mayoritas tidak
lebih dari 20 batang. Hal ini juga beresiko sebanyak 56%, dan yang
dipengaruhi oleh kebiasaan nongkrong beresiko terhadap penyalahgunaan
dengan teman-teman, bergaul dengan NAPZA sebanyak 44%. Resiko
teman-teman kuliah sambil merokok di penyalahgunaan NAPZA sejalan dengan
café maupun tempat-tempat hiburan yang hasil perilaku merokok yang berat di
bisa menghilangkan rasa jenuh mereka. kalangan mahasiswa sebesar 41%. Hal
Kebiasaan nongkrong dengan teman- ini berarti merokok merupakan pintu
temannya yang merokok maupun yang gerbang dari resiko penyalahgunaan
minum-minuman beralkohol dapat NAPZA. Perilaku merokok yang
menyebabkan mereka cenderung beresiko terhadap penyalahgunaan
menghisap ganja maupun obat-obatan narkoba adalah perilaku merokok berat
terlarang. Hal ini sering terjadi yang terkait dengan kebiasaan merokok
disebabkan keinginan mereka untuk di café atau tempat-tempat hiburan
menghilangkan rasa stress maupun ingin malam, perilaku merokok dengan teman-
merasakan rileks ataupun ingin merasa teman yang minum-minuman beralkohol
paling keren. ataupun perilaku merokok dengan teman-
Menurut BNN salah satu tempat teman yang menghisap ganja. Perilaku
rawan peredaran narkotika adalah tempat merokok berat seperti inilah yang
hiburan malam. Tempat-tempat hiburan beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan
malam tersebut kerap kali menjadi NAPZA pada mahasiswa.
tempat tujuan berkumpulnya para Sesuai dengan penelitian Astuti
pengguna dan pengedar Narkotika. Hal (2016) bahwa merokok merupakan pintu
ini dapat dilihat dari kegiatan razia yang masuk untuk penyalahgunaan narkoba.
dilakukan di tempat-tempat hiburan Dari hasil surveinya menunjukkan bahwa
malam selalu di dapati narkotika diantara mahasiswa yang menjadi penyalahguna
pengunjung maupun oknum hiburan narkoba jauh lebih banyak yang merokok
malam dan banyak pengunjung yang disbanding dengan yang tidak merokok.
dinyatakan positif mengonsumsi Kebiasaan menghisap tembakau

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 5


berpotensi mengakibatkan penyalah- dengan jumlah yang semakin banyak dan
gunaan narkoba jenis ganja. Dengan semakin sering (Hawari, 2009).
demikian, diasumsikan adanya urutan Efek tersebut sama halnya
rantai sebab akibat yang didukung oleh dengan efek yang ditimbulkan oleh
dua jenis bukti, yang merokok penggunaan narkoba. Jika penggunaan
mendahului penyalahgunaan narkoba narkoba dihentikan, maka sel yang
jenis ganja. bekerja keras dalam tubuh mengalami
Pengaruh Perilaku Merokok dengan kehausan, yang dari luar nampak sebagai
Resiko Penyalahgunaan NAPZA pada gejala-gejala putus narkoba. Gejala putus
Mahasiswa di UPMI narkoba ini memaksa seseorang untuk
Berdasarkan hasil penelitian mengulangi pemakaian narkoba tersebut
diketahui diketahui responden yang sehingga seseorang sangat susah berhenti
memiliki perilaku merokok berat menjadi penyalahguna narkoba (Hawari,
cenderung beresiko terhadap 2009).
penyalahgunaan NAPZA, dimana dari Efek nikotin berbanding lurus
data penelitian didapatkan bahwa dari 44 dengan dosis yang digunakan. Setelah
responden yang beresiko terhadap beberapa lama merokok, seseorang akan
penyalahgunaan NAPZA mayoritas melewati batas toleran, artinya jika
terjadi pada responden yang memiliki sebelumnya butuh 1 batang rokok perhari
perilaku merokok berat 28%, untuk merasa nyaman, maka setelah
dibandingkan dengan responden yang merokok selama satu bulan maka ia akan
memiliki perilaku merokok sedang dan membutuhkan 2 batang rokok perhari
ringan. Hasil uji statistik diketahui untuk merasakan kembali perasaan
bahwa nilai p value <0,001 (p<0,05) nyaman tersebut (Darmanto, 2010).
artinya terdapat pengaruh yang signifikan Mahasiswa membutuhkan rasa nyaman
perilaku merokok dengan resiko dan relaks untuk menyelesaikan tugas-
penyalahgunaan NAPZA pada tugas tersebut maka mereka melakukan
Mahasiswa di UPMI. salah satu perilaku yang membuat
Penelitian ini sejalan dengan mereka tenang dan nyaman yaitu perilaku
penelitian yang dilakukan Afandi (2009) merokok.
yang menunjukkan ada hubungan antara Penelitian terbaru yang dilakukan
merokok dengan penyalahgunaan National Center on Addiction and
narkoba pada siswa SMU yang ada di Substance Abuse (CASA) menunjukkan
Kota Pekanbaru. Hasil penelitian tersebut 90 persen pecandu narkoba (narkotika
juga menunjukkan hasil uji analisis dan bahan bebahaya) di Amerika Serikat
multivariat yang menyimpulkan bahwa mulai kecanduan sebelum usai 18 tahun.
kebiasaan merokok merupakan salah satu Artinya masa mahasiswa paling rentan
faktor risiko dalam penyalahgunaan obat penyalahgunaan narkoba. Menariknya, 1
di kalangan siswa SMU. dari 4 pecandu atau 25 persen mulai
Orang yang menjadi perokok mencoba-coba narkoba sejak mengenal
akan cenderung menambah dosis rokok rokok. Karena itu, para ahli di CASA
yang digunakan setiap saat setelah efek sepakat bahwa kebiasaan merokok pada
dari rokok yang dihisapnya berkurang. anak remaja bisa menjadi indikator
Bila pemakaian dihentikan, akan timbul paling kuat untuk memprediksi
sindrom putus tembakau atau ketagihan penyalahgunaan narkoba di kemudian
dan ketergantungan. Sindrom putus hari (health.detik.com).
tembakau merupakan gejala yang tidak
mengenakkan baik psikis maupun fisik. DAFTAR PUSTAKA
Untuk mengatasinya seseorang akan Aula, Lisa Ellizabet. 2010. Stop
menghisap kembali tembakau (rokok) Merokok. Jogjakarta: Gerai Ilmu.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 6


Chairan M. Nuri. 2014. Gender, Bandung. Prosiding Sosial,
Kesehatan Reproduksi, dan Ekonomi,dan Humaniora, ISSN
Pemberantasan Napza Jurnal 2089-3590, 4:1.
Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 1 Rachmat, M, dkk. 2007. Perilaku
(Januari – Juni 2014) 16. Merokok Remaja Sekolah
Fikriyah, S, Febrijanto, Y. 2012. Faktor- Menengah Pertama. Bagian
faktor yang Mempengaruhi Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Merokok pada Mahasiswa Perilaku. Fakultas Kesehatan
laki-laki di Asrama Putra. Jurnal Masyarakat Universitas
STIKes Volume 5, no. 1, juli 2012. Hasanuddin.
Fikriyah, S. Febrijanto, Y. 2012. Faktor- Purwandari, E. 2015. Model Kontrol
faktor yang Mempengaruhi Sosial Perilaku Remaja Berisiko
Perilaku Merokok pada Mahasiswa Penyalahgunaan Napza.
Laki-laki di Asrama Putra. Jurnal Yogyakarta: Fakultas Psikologi
STIKES RS. Baptis Kediri. Universitas Gadjah Mada.
Hawari, D. 2003. Terapi Psikoreligius Soertjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang
pada Penderita NAZA. Jakarta: FK Remaja dan Permasalahannya.
UI. Jakarta: Sagung Seto.
Hawari, D. 2009. Penyalahgunaan dan Wibisono, Y. 2013. Penentuan Gender
Ketergantungan NAZA Edisi Otomatis Berdasarkan Isi
Kedua. Jakarta: FK UI. Microblog Memanfaatkan Fitur
Liem, A. 2014. Pengaruh Media Massa, Sosiolinguistik. Jurnal
Keluarga, dan Teman terhadap Cybermatika, Volume 1, 2013,
Perilaku Merokok Remaja di Issue 1. Ilmu Komputer,
Yogyakarta. Makara Hubs - Asia, Universitas Pendidikan Indonesia.
18 (1), 41-52. DOI: Wabidab, S. Jurnal Saintech Vol. 06-
10.7454/mssh.v18i1.3460. No.0l-Maret 2014 ISSN No. 2086-
Lindawati, Bara Mira Dwiyana dan 9681 ASPEK GENDER DALAM
Sumiati. 2012. Faktor- Faktor yang NARKOBA: BILA PEREMPUAN
Mempengaruhi Perilaku Merokok MENGGUNAKANNYA Dosen
Siswa - Siswi SMP di Daerah Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
Jakarta Selatan Tahun 2011, Jurnal Keluarga UNIMED PROCEE-
Health Quality, 2 No. 4, 189-200. DING SEMINAR NASIONAL
Jakarta: Kementerian Kesehatan “Selamatkan Generasi Bangsa
RI. dengan MembentKarakter Berbasis
Mubarak. A, Hamdan, dan Sumarsana. Kearifan Lokal” 271 ISBN: 978-
2014. Studi Mengenal Faktor 602-71716-3-3FIGUR ORANG
Determinan Terhadap Intensi TUA DENGAN CROSS SEX
Merokok Pada Siswa SD di Kota GENDER.

Jurnal Riset Hesti Medan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019 7

Anda mungkin juga menyukai