Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS DAN TERAPI DZIKIR UNTUK

MENGURANGI KECEMASAN SOSIAL REMAJA LINGKUNGAN MENDO

KELURAHAN RENTENG

MARDIAH

NIM 170303022

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang pernah mengalami kecemasan, sebagian besar dari kita menerimanya

sebagai sesuatu yang normal dan dapat di atasi tanpa banyak kesulitan . Namun terdapat

sejumlah besar manusia yang tidak dapat mengendalikan kecemasan mereka hingga

timbul perasaan tertekan dan terganggu hidupnya, kelainan ini di sebut gangguan cemas

dengan salah satu bentuknya adalah fobia. Kecemasan sosial yang terjadi pada remaja 9

hingga 17 tahun di perkirakan 10% hingga 20%. Hasil penelitian yang di lakukan di

indonesia pada tahun 2013 di dapatkan data sebanyak 15,8% individu yang mengalami

kecemasn sosial. Terdapat peningkatan sekitar 9,6% gejala kecemasan sosial pada awal

usia remaja pada usia 10 tahun, bentuk dari kecemasan sosial yang ekstrim pada remaja

adalah membisu dengan hanya memilih berbicara pada situasi tertentu sebesar 70%

hingga 95%.1

Kecemasan sosial di cirikan sebagai rasa takut di ejek oleh orang lain dan

keinginan untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain, menurut world psychiatric

association, 3% sampai 15% dari populasi global dapat di anggap sebagai penderita

1
Fitria rachmawaty, “peran pola asuh orang tua terhadap kecemasan sosial pada remaja”Vol.10, Nomor1, April
2015,hal.31
kecemasan sosial, tetapi jumlah ini hanya 25% dari mereka yang pergi untuk konseling

atau terapi psikologis. Beberapa ciri dari orang yang mengalami kecemasan sosial adalah

takut bertanya kepada orang asing, takut berbicara kepada orang yang berkedudukan

lebih di atasnya, takut tampil di depan publik, atau bahkan takut makan atau minum di

tempat umum. kecemasan sosial berkaitan dengan rasa takut akan di hakimi oleh orang

lain serta resiko menjadi malu atau di permalukan dalam beberapa cara oleh tindakan

sendiri, seseorang yang mengalami kecemasan sosial pada dasarnya tidak percaya diri

untuk berinteraksi dengan orang lain, merasa bahwa mereka akan melakukan sesuatu

untuk mempermalukan diri mereka sendiri, atau orang lain akan menghakimi mereka

terlalu keras dan kritis. orang yang mengalami ketakutan dalam berinteraksi sosial akan

menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin beromunikasi, dan akan

berkomunikasi jika terdesak.2

Berdasarkan observasi awal yang di lakukan oleh peneliti di lingkungan mendo

kelurahan renteng, peneliti mendapatkan berbagai permasalahan, salah satu permasalahan

yang di hadapi oleh remaja ialah kecemasan sosial yang di tunjukan oleh remaja di

antaranya ialah berupa berdiam diri di kamar, tidak berbaur dengan orang lain, selalu

menghindari keramaian, takut berbicara pada orang lain. Hal lain yang menyebabkan

individu tersebut memiliki kecemasan sosial adalah pernah menjadi korban bullying.

Berdasarkan paparan definisi mengenai teknik Desensitisasi sistematik, maka

teknik desensitisasi sistematik adalah Desensitisasi  sistematik digunakan untuk

menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan

2
Yulius beny prawoto,”Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada remaja kelas xI SMA kristen 2
surakarta”,hlm.3
tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan

itu, Desensitisasi  diarahkan kepada mengajar konseli untuk menampilkan suatu respon

yang tidak konsisten dengan kecemasan. suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau

cemas konseli dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas

sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai konseli tidak takut atau

cemas lagi , Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning,

yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan

sebagai hasil latihan yang berulang-ulang.3di padukan dengan teknik dzikir, dzikir adalah

usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengingat Allah dengan

cara mengingat keagungan-Nya, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil,

tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.

Pengaruh yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang

dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada

TuhanTuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali.4

Terkait dengan pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji

dalam sebuah proposal dengan judul (teknik desensitisasi sistematik dan terapi dzikir

untuk mengurangi kecemasan sosial pada remaja lingkungan mendo, kelurahan renteng).

B. Rumusan Masalah

3
Mulyono, Liana. 2016. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala
Kecemasan, Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata 97

4
Faishal Aushafi, Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar Johar Pasca Kebakaran. (Skripsi
Fakultas Usuluddin Dan Humaniora Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi, Semarang. Uin Walisongo), 2017, Hlm 17
1. Bagaimana Kecemasan Sosial pada Remaja di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng

Kecamatan Praya?

2. Bagaimana Penanganan Kecemasan Sosial Pada Remaja Lingkungan Mendo

Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Melalui Teknik Desensitisasi Sistematik dan

Terapi Dzikir?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Agar Mengetahui dan Memahami Tentang Kecemasan Sosial pada Remaja Di

Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya

2. Agar Mengetahui Dan Memahami Lebih Dalam Tentang Penanganan Kecemasan

Sosial pada Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan teori tentang

Kecemasan sosial serta penangananya dengan teknik desensitisasi sistematika dan

terapi dzikir pada remaja lingkungn mendo kelurahan renteng kecamatan praya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi konselor, memperoleh pengetahuan baru terkait Kecemasan sosial

b. Bagi pembaca, dapat mengetahui tentang Kecemasan sosial serta penangannya

melalui pendekatan teknik desensitisasi sistematik dan terapi dzikir

D. Ruang Lingkup dan settingan penelitian

1. Ruang lingkup
Dalam penelitian ini terdapat ruang lingkup penelitian yaitu hanya berfokus pada

Kecemasan sosial serta penanganannya melalui teknik desensitisasi sistematik dan

terapi dzikir, khususnya pada beberapa remaja lingkungan mendo yang Kecemasan

sosial. Fenomena yang nampak pada remaja di lingkungan mendo tersebut terdapat

beberapa remaja yang mengalami Kecemasan sosial sehingga membutuhkan

penanganan beberpa berupa konseling. Fenomena-fenomena yang nampak pada

remaja yang mengalami Kecemasan sosial tersebut yaitu di latar belakangi oleh

berbagai faktor yang berbeda-beda, di antaranya ialah pengaruh lingkungan tempat

tinggal ,provokasi,kebudayaan ,dan lain sebagainya.

2. Setting penelitian

Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti memilih tempat meneliti di lingkungan mendo

kelurahan renteng , di lingkungan mendo beberapa terjadi kasus Kecemasan sosial

pada remaja karena faktor misalnya overprotektif, penolakan orang tua dalam

mengasuh anak, pandangan rendah orang lain, dan penolakan dari teman.

berdasarkan fenomena yang telah terjadi. melalui teknik desensitisasi sistematik dan

terapi dzikir ini setidaknya bisa mengurangi Kecemasan sosial pada remaja di

indonesia dan khususnya di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan

Praya Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kode pos 83511 guna untuk

memperoleh proses penelitian data yang berhubungan dengan Kecemasan sosial dan

penanganannya pada remaja.

E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka atau kajian kepustakaan merupakan kajian terhadap hasil-hasil

penelitian, baik dalam bentuk buku, jurnal maupun majalah ilmiah. Sepengetahuan

penulis, ada beberapa skripsi yang judul skripsi ini. Berikut penelitian sebelumnya yang

memiliki kesamaan dengan penelitian kali ini:

1. Judul skripsi yang di tulis oleh Yulius Beny Prawoto Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran 2010, yaitu “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan

Sosial pada Remaja Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta” adapun kesamaan dari

penelitian yang terdahulu dan sekarang adalah yaitu sama-sama membahas tentang

kecemasan sosial, pada penelitian terdahulu memperoleh gambaran dari hubungan

antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada remaja kelas XI SMA kristen 2

surakarta.5

Namun demikian penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini , perbedaanya

yaitu penelitian terdahulu membahas tentang hubungan antar konsep diri dengan

kecmasan sosial dan sama sekali tidak membahas tentang teknik desensitisasi dan

konseling islam , ada 3 perbedaan dalam skripsi ini : 1) tujuan penelitian ini yaitu untuk

memperoleh gambaran mengenai hubungan antar konsep diri dengan kecemasan sosial.

2) metode penelitian ini menggunkan metode kuantitatif. 3) pengumpulan datanya

skala konsep diri dan skala kecemasan sosial.

Persamaannya adalah sama-sama membahas tentang upaya mengurangi

kecemasan sosial. 1) sama-sama membahas upaya mengurangi kecemasan sosial. 2)

membahas tentang kecemasan sosial, teori kecemasan sosial, faktor-faktor kecemasan

sosial, penyebab terjadinya kecemasan sosial, aspek-aspek kecemasan sosial

5
Yulius beny prawoto,” “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial pada Remaja Kelas XI SMA
Kristen 2 Surakarta”,(skripsi,program studi psikologi fakultas kedokteran,surakarta,2010).
2. Judul skripsi yang di susun oleh Kholidatul Hidayah Fakultas Psikologi Jurusan

Psikologi 2017, yaitu “Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa

Kelas 2 SMAN 1 Tumpang” adapun kesamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang

yaitu sama-sama membahas tentang kecemasan sosial , pada penelitian terdahulu

memperoleh gambaran mengenai hubungan konsep diri dengan kecemasan sosial pada

siswa kelas 2 SMAN 1 tumpang.6

Namun demikian penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang ini.

Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu membahas tentang hubungan konsep diri

dengan kecemasan sosial dan sama sekali tidak membahas tentang teknik desensitisasi

dan konseling islam, ada 3 perbedaan dalam skripsi 1) Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui tingkat konsep diri dan tingkat kecemasan sosial pada siswa. 2) Metode

penelitian ini menggunakan metode korelasional. 3) Pada penelitian ini penanganan

yang di berikan terhadap kecemasan sosial adalah perbandingan konsep diri dengan

kecemasan sosial .

Persamaannya adalah sama-sama membahas upaya mengurangi kecemasan sosial.

1) sama-sama membahas tentang pengertian kecemasan sosial,aspek-aspek kecemasan

sosial dan faktor-fakor kecemasan sosial. 2) Sama-sama membahas upaya mengurangi

kecemasan sosial.

3. Judul skripsi yang di susun oleh cyntia marcellyna fakultas psikologi jurusan

psikologi 2017, yaitu “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas

Merokok Pada Remaja Akhir”pada penelitian ini membahas tentang kecemasan

6
Kholidatul Hidayah,“Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2 SMAN 1 Tumpang”
Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi 2017.
hubungan antara kecemasan sosial dan kuantitas merokok, tujuan dari penelitian ini

adalah mengetahui tingkat kecemasan sosial dan kuantitas merokok pada remaja,

penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan perbedaanya adalah skripsi

terdahulu tidak membahas sedikitpun tentang terapi desensitisai sistematik dan terapi

dzikir , penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif.7

Persamaan dari skripsi ini dengan skripsi di atas adalah sama-sama membahas tentang

teori kecemasan sosial, aspek-aspek kecemasan sosial dan faktor-faktor terjadinya

kecemasan sosial.

F. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Kecemasan Sosial

a. Pengertian Kecemasan Sosial

Istilah kecemasan (anexyty) berasal dari bahasa latin angustus yang artinya kaku,

dan ango, anci yang yang berarti mencekik, kecemasan merupakan kondisi emosi

negatif yang di tandai dengan tanda-tanda ketegangan somatik seperti jantung

berdebar lebih kencang, berkeringat, sering kali mengalami kesulitan saat bernafas

dan hampir sama dengan ketakutan, namun jika ketakutan tidak dapat di prediksi

pada masa yang akan datang. Kecemasan sosial adalah rasa takut dan khawatir yang

berlebihan jika seseorang berada bersama orang lain dan merasa cemas pada situasi

sosial karena khawatirakan mendapatkan penilaian buruk bahkan evaluasi dari orang

lain dan sebaliknya akan merasa aman jika sedang sendirian. Sedangkan menurut la

greca dan lovez kecemasan sosial merupakan perasaan cemas sosial terutama yang

7
cyntia marcellyna “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir”
fakultas psikologi jurusan psikologi 2017.
dapat di generalisasi secara nyata sehingga dapat menyebabkan perasaan tidak

nyaman pada individu hal tersebut karena individu harus berhadapan dengan yang

tidak di kenali yang berdampak pada kekhawatiran akan mendapat penghinan.8

Menurut horwitz dan wakefield kecemasan sosial adalah sesuatu bentuk dari

perasaan cemas yang mengarah pada lingkungan sosialnya . Berdasarkan DSM V

kecemasan sosial termasuk gangguan yang di ikuti dengan ketidak wajaran akan

ketakutan dan kecemasan secara berlebihan saat berada pada suatu atau lebih situasi

sosial, individu selalu merasa di awasi oleh orang lain ketika berinteraksi soial ,

seperti dalam percakapan dan ataupun bertemu dengan orang-orang.

b. Aspek –Aspek Kecemasan Sosial

Aspek-aspek kecemasan sosial menurut La Greca dan Lopez (1998) adalah

sebagai berikut:

a. Ketakutan terhadap evaluasi yang negatif (Fear of negative evaluation) Artinya

yaitu bahwa individu merasa takut atau khawatir terhadap penilaian buruk yang

akan diberikan oleh orang lain seperti mengolok-olok dan mengkritik.

b. Penghindaran sosial dan tertekan secara umum (Social avoidance and distressin

general) Artinya individu akan lebih menghindari tempat-tempat umum yang akan

membuat dirinya merasa tidak aman dan lebih merasa tenang jika sendiri.

c. Penghindaran sosial dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru (Social

avoidance specific to new situation)Artinya bahwa individu akan cenderung

menghindari situasi yang baru apalagi bertemu dengan orang asing.

8
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17560/05.2%20bab%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y di
akses pada tanggal 20 februari 2021,pukul 15:33.
Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1997) menjelaskan bahwa terdapat 3

aspek dari kecemasan yaitu:

a. Kesadaran adanya sensasi fisiologis (seperti jantung berdebar dan badan

berkeringat).

b. Kesadaran adanya sensasi psikologis (kesadaran sedang gugup atau ketakutan).

c. Kesadaran adanya sensasi kognitif seperti menimbulkan rasa bingung terhadap

suatu peristiwa atau seseorang.

Berdasarkan penjabaran di atas, tentang aspek-aspek kecemasan sosial yang telah

dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti mengacu kepada aspek-aspek

kecemasan sosial yang dikemukakan oleh La Greca dan Lopez (1998). Ketiga

aspek tersebut adalah:

1). Ketakutan terhadap evaluasi yang negatif

2) Penghindaran sosial dan tertekan secara umum dan

3). Penghindaran sosial dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru.

c. Faktor-Faktor Kecemasan Sosial

Rapee (1998) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi individu

mengalami kecemasan sosial yaitu:

a). Cara berpikir (thinking style)

Cara berfikir dalam hal ini adalah bahwa individu yang mengalami kecemasan

sosial akan lebih cenderung sulit mengendalikan pikiran atau kurang berpikir logis saat

berada diposisi yang membuat tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh

rasa cemas yang membuatnya sulit.


b). Fokus perhatian (focusing attention)

Fokus perhatian dalam hal ini adalah bahwa individu akan mengalami kesulitan

dalam membagi fokus perhatiannya atau tidak dapat memberi perhatian sekaligus dalam

satu waktu saat sedang mengalami kecemasan sosial.

c). Penghindaran (avoidance)

Individu akan cenderung menghindar saat berada pada situasi yang membuatnya

tidak nyaman atau tertekan.

Schlenker dan Leary (1996) menjelaskan beberapa faktor kecemasan sosial, sebagai

berikut:

a. Berhubungan dengan kekuasaan dan status sosial yang tinggi

Artinya disini adalah anak yang memiliki status sosial atau dari keluarga yang

memiliki status sosial yang tinggi akan lebih cenderung untuk tidak mengalami

kecemasan sosial karena memiliki kekuasaaan atau power.

b. Konteks evaluasi

Dalam hal konteks evaluasi pada kecemasan sosial adalah bahwa individu yang

berada pada situasi sosial tidak nyaman dan cenderung menganggap bahwa orang lain

akan mengevaluasinya atau menilai secara berlebih.

c. Fokus interaksi pada kesan individu

Artinya individu memandang bahwa kesan pertama merupakan acuan atau tolak

ukur sebagai interaksi selanjutnya.

d. Situasi sosial yang tidak terstruktur

Hal tersebut seperti hari pertama sekolah sehingga dapat mempengaruhi

kecemasan sosial karena individu belum mengetahui aturan secara pasti.


e. Kesadaran dalam diri

Maksudnya adalah fokus dan perhatian pada diri sendiri dan sikap dalam

menghadapi lingkungan sosial. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kecemasan sosial dapat dibengaruhi oleh beberapa hal anatar lain

cara berpikir, fokus perhatian dan penghindaran. 9

2. Tinjauan Tentang Desensitisasi Sistematika

a. Konsep dasar Teknik Desensitisasi Sistematika

Menurut sejarah teknik desensitisasi sitematis, Nietzel dan Berstein (1987)

mengemukakan tentang latar belakang teknik ini antara lain tokoh Watson dan Rayner

melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat conditioning, demikian juga sebaliknya rasa

takut dapat dihilangkan lewat counter conditioning-nya. Tahun 1920-an Johannes Schulz,

psikolog Jerman, mengembangkan teknik “Autogenic Training” yang mengkombinasikan

diagnosis, relaksasi dan autosugesti untuk konseli yang mengalami kecemasan. Tahun

1935 Guthrie mengemukakan beberapa teknik untuk menghapus kebiasaan maladaptive

termasuk kecemasan; dengan menghadapkan individu yang mengalami phobia pada

stimulus yang tidak dapat menimbulkan kecemasan secara gradual ditingkatkan ke

stimulus yang lebih kuat menimbulkan ketakutan.

Desensitisasi  Sistematis adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan

dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi  sistematis digunakan untuk menghapus tingkah

laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau

respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu, Desensitisasi 

9
Nabila Salma, “Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua dan Kecemasan Sosial pada Remaja”(Sripsi, Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Yogyakarta, 2019).
diarahkan kepada mengajar klien untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten

dengan kecemasan.10

Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak

dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi

sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi ,

Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning, yaitu respon

yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil

latihan yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi ini sangat efektif untuk menghilangkan

rasa takut atau fobia. Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang

bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih untuk

relaksasi dalam, salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot,

mulai dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.

Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang menimbulkan

kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan kecemasan paling kecil sampai

situasi yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil mengalami atau

membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari situasi yang paling kecil

menimbulkan kecemasan.11

Desentisisasi adalah salah satu tehnik yang paling luas di gunakan dalam terapi

tingkah laku. Desentisisasi sistematik di gunakan untuk menghapus tingkah laku yng di

perkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang

10
Mulyono, Liana. 2016. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala
Kecemasan, Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata 97

11
Ahmad masrur firosad,herman nirwana & syahniar(2016),teknik desensitisasi sistematik untuk mengurangi fobia
mahasiswa, jurnal mahasiswa universutas negeri padang
berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu. Dengan pengkondisian klasik,

responrespon yang tidak di kehendaki dapat di hilangkan secara bertahap 

Desensitisasi Sistematis terdiri dari tiga tahap, yiatu:

1) melatih relaksasi otot,

2) menyusun hirearki kecemasan

3) menghayalkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan yang diimbangi dengan

relaksasi.12

3. Tinjauan Tentang Terapi Dzikir

a. Konsep dasar Terapi Dzikir

1. Pengertian zikir

Secara etimologi Dzikir berasal dari kata dzakara artinya mengingat,

memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan

mengingat. Dalam kamus tasawuf yang ditulis oleh Solihin dan Rosihin Anwar

menjelaskan dzikir merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk setiap bentuk

pemusatan pikiran kepada Tuhan, dzikirpun merupakan prinsip awal untuk

seseorang yang berjalan menuju Tuhan (suluk).Secara terminologi dzikir adalah

usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengingat Allah

dengan cara mengingat keagungan-Nya. Adapun realisasi untuk mengingat Allah

12
Richard Nelson-Jones, 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.h.95
dengan cara memuji-Nya, membaca fiman-Nya, menuntut ilmu- Nya dan memohon

kepada-Nya.

Spencer Trimingham dalam Anshori memberikan pengertian dzikir sebagai

ingatan atau latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan seraya

membayangkan wujudnya atau suatu metode yang dipergunakan untuk mencapai

konsentrasi spiritual dengan menyebut nama Tuhan secara ritmis dan berulangulang. 13

Menurut Bastaman dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya, yang

meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat,

membaca al qur'an, berdoa, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan din dari

kejahatan.

Sementara Alkalabadzi dalam Anshori memberikan pengertian bahwa dzikir

yang sesungguhnya adalah melupakan semuanya, kecuali yang Esa. Hasan al-Bana

seorang tokoh Ikhwanul muslimin dari Mesir, menyatakan bahwa semua apa saja yang

mendekatkan diri kepada Allah dan semua ingatan yang menjadikan diri dekat dengan

Tuhan adalah dzikir. Dari pengertian tadi agaknya dzikir baru merupakan bentuk

komunikasi sepihak antara mahluk dan Khalik saja, tetapi lebih dari itu dzikir Allah

bersifat aktif dan kreatif, karena komunikasi tersebut bukan hanya sepihak melainkan

bersifat timbal balik. Seperti yang dikatakan oleh al- Ghazali: dzikrullah berarti

ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya. Jadi

dzikir Allah bukan sekedar mengingat suatu peristiwa, namun mengingat Allah dengan

sepenuh keyakinan akan kebesaran Tuhan dengan segala sifat-Nya serta menyadari

bahwa dirinya berada dalam pengawasan Allah, seraya menyebut nama Allah dalam hati

13
Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Di Majlisul Dzakirin Kemulan
Durenan Trenggalek, (Sekripsi Fakultas Usuluddin Adab Dan Dakwah Jurusan Tasawuf Psikoterapi. Tulungagung
Iain),2015, Hlm 16
dan lisan.14

Jadi dapat disimpulkan bahwa dzikir adalah usaha manusia untuk mendekatkan

diri pada Allah dengan cara mengingat Allah dengan cara mengingat keagungan-Nya,

hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua

aktifitas manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.

4. Bentuk Bentuk Dzikir

Dzikir merupakan pengalaman rohani yang dapat diikmati oleh pelakunya, hal

ini yang dimaksud oleh Allah sebagai penenttram hati. Ibnu Ata’, seorang sufi yang

menulis al Hakim (kata – kata hikmah) membagi dzikir atas tiga bagian: zikir jali

(zikir jelas dan nyata), zikir khafi (zikir samar samar) dan zikir haqiqi (zikir sebenar –

benarnya)

a. zikir jali

ialah suatu perbuatan mengingat Allah SWT. Dalam bentuk ucapan lisan

yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a kepada Allah SWT.

Yang lebih mengutamakan suara yang jelas untuk menentukan suara hatia.

Mula – mula zikir ini diucapkan secara lisan mungkin tanpa dibarengi

ingatan hati. Hal ini biasanya di lakukan oleh orang awam (orang

kebanyakan). Hal ini dimaksudkan untuk mendorong agar hatinya hadir

menyertai ucapan lisan itu.

b. Zikir Khafi

Zikir Khafi adalah yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik

dari zikir lisan ataupun tidak. Orang yng mampu melakukan zikir seperti ini

merasa di dalam hatinya memiliki hubungan dengan Allah SWT. Ia selalu


14
Ibid., Ayu Efita Sari. Hlm 15
selalu merasakan kehadiran Allah SWT kapan dan dimana saja. Dalam dunia

sufi terdapat ungkapan bahwa seorang sufi, ketika melihat suatu benda apa

saja, bukan melihat benda itu tetapi melihat Allah SWT. Artinya benda itu

bukanlah Allah SWT tetapi pandangan hatinya jauh menembus melampaui

pandangan matanya tersebut. Ia tidak hanya melihaat benda tersebut akan

tetapi juga menyadari akan adanya Khalik yang menciptakan benda tersebut.

c. Zikir Haqiqi

Yitu zikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah,

kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara seluruh jiwa

raga dan seluruh larangan Allah SWT dan mengerjakan dan mengerjakan apa

yang di perintahkan-NYA. Selain itu tiada yang diingat selain Allah SWT

untuk mencapaai tingkatan zikir haqiqi ini perlu di lakukan latihan mulai

dari tingkatan zikir jali dan zikir khafi.

Adapun bacaan yang di anjurkan dalam dzikir lisan adalah sebagai

berikut:

1) Membaca tasbih (subhanallah) yang mempunyai arti maha suci

Allah

2) Membaca tahmid (alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi

Allah

3) Membaca tahlil (Allahu akbar) yang berarti Allah maha besar

4) Membaca hauqalah ( la haula wala quwwata illa billah) yang

bermakna tiada daya upaya dan kekuatan kecuai Allah

5) Hasballah : hasbiallahu wani’mal wakil yang berarti cukuplah


Allah dan sebaik baiknya perlindungan

6) Istigfar : astagfirullahal adzim yang artinya say memohon

ampunan kepada Allah yang maha agung

7) Membaca lafaz baqiyatussalihah : subhanallah walhamdulillah

wala illaha illallah Allahu akbar yang bermakna mahasuci Allah

dan segala puji bagi Allah dan tiada tuhan selain Allah dan Allah

maha besar.

5. Manfaat Berzikir

Seseorang yang berdzikir akan merasakan beberapa manfaat, selain merasakan

ketenangan batin, juga terdapat manfaat-manfaat yang lain, yaitu:

a. Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya, para kekasih Allah itu

biasanya selalu istikamah dalam berdzikir kepada Allah. Sebalikinya, siapa yang

lupa atau berhenti dari dzikirnya, ia telah melepaskannya dari derajat mulia itu.

b. Dzikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain. Dalam dzikir terkandung

kunci pembuka rahasia-rahasia ibadah yang lainnya. Hal itu diakui oleh Sayyid

Ali Al-Mursifi bahwa tidak ada jalan lain untuk merawat atau membersihkan hati

para muridnya kecuali terus menerus melakukan dzikir kepada Allah.

c. Dzikir merupakan syarat atau perantara untuk masuk hadirat Ilahi. Allah adalah

Zat Yang Mahasuci sehingga Dia tidak dapat didekati kecuali oleh orang-orang

yang suci pula.

d. Dzikir akan membuka dinding hati (hijab) dan menciptakan keikhlasan hati yang

sempurna. Menurut para ulama salaf, terbukanya hijab (kasyaf) ada dua macam :

kasyaf hissi (terbukanya pandangan karena penglihatan mata) dan kasyaf khayali
(terbukanya tabir hati sehingga mampu mengetahui kondisi diluar alam indrawi).

e. Menurunkan rahmat Allah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Orang-orang

yang duduk untuk berdzikir, malaikat mengitari mereka, Allah melimpahkan

rahmat-Nya, dan allah juga menyebut (membanggakan) mereka kepada malaikat

di sekitarnya.”

f. Menghilangkan kesusahan hati. Kesusahan itu terjadi karena lupa kepada Allah.

g. Melunakkan hati, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al- Hakim Abu

Muhammmad At-Turmudzi “dzikir kepada allah dapat membasahi hati dan

melunakkannya. Sebaliknya, jika hati kosong dari dzikir, ia akan menjadi panas

oleh dorongan nafsu dan api syahwat sehingga hatinya menjadi kering dan keras.

Anggota badannya sulit (menolak) untuk diajak taat kepada Allah.” Selain itu

dzikir juga dapat menghilangkan berbagai macam penyakit hati, seperti sombong,

ria, ujub, dan suka menipu.

h. Memutuskan ajakan maksiyat setan dan menghentikan gelora syahwat nafsu.

i. Dzikir bisa menolak bencana. Dzun Nun Al-Mishri, tokoh sufi kenamaan, pernah

mengatakan, “siapa yang berdzikir, Allah senantiasa menjaganya dari segala

sesuatu.” Bahkan, diantara para ulama salaf ada yang berpendapat bahwa bencana

itu jika bertemu dengan orangorang yang berdzikir, akan menyimpang. Jadi, dzikir

merupakan tempat terbesar bagi para hamba, tempat mereka mengambil bekal

dan tempat kemana ia senantiasa kembali. Allah telah menciptakan ukuran dan

waktu bagi setiap ritual (peribadatan), tetapi ia tidak menciptakannya untuk dzikir.

Dia menyuruh hambanya untuk berdzikir sebanyak-banyaknya.

Menurut Anshori, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana
kala ingat kepada dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh yang ditimbulkan

secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang dalam kehidupan sehari-

hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada TuhanTuhan kesadaran akan

dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali.15

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah studi kasus.

Dalam penelitian yang menggunakan jenis penelitian studi kasus ini di lakukan

pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap seuatu keadaan atau kejadian yang

disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan

pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai

hasilnya, akan di peroleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa suatu terjadi, dan

dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.16 Sedangkan metode yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun

pembahasan lebih jelas terkait dengan metode penelitian, pendekatan yang digunakan oleh

peneliti dan lain sebagainya di paparkan sebagai berikut:

1. Pendekatan penelitian

Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian Kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari kerangka

acuan perilaku sendiri, yakni bagaimana perilaku manusia, dari kerangka acuan perilaku

sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi

15
Faishal Aushafi, Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar Johar Pasca Kebakaran. (Skripsi
Fakultas Usuluddin Dan Humaniora Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi, Semarang. Uin Walisongo), 2017, Hlm 17

16
http://id.m.wikipedia.org di akses pada tanggal 20 februari 2021. Pukul, 07:09.
pendirianya. Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan menggambarkan apa yang

di pahami dan di gambarkan oleh subjek penelitian.17

Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang di peroleh seperti hasil

pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis, dokumentasi, catatan

lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak di tuangkan dalam bentuk dan

angka-angka.18.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini akan memaparkan mengenai isi dari penelitian ini

secara narasi. Untuk memudahkan peneliti dalam menyusun proposal skripsi, maka dalam

penelitian ini secara keseluruhan terdapat empat bagian ada pendahuluan, paparan data dan

temuan, pembahasan, dan penutup. Pada setiap bagian terdapat perincian dalam masing-

masing sub-subnya:

Dalam BAB I merupakan bab pendahuluan yang meliputi: penegasan judul, latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan

setting penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika

pembahasan penelitian ini.

Kemudian BAB II terdapat data dan temuan dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi yang dilakukan di lapangan, bagian ini meliputi: gambaran umum mengenai

lokasi penelitian yang dituju, kemudian hasil wawancara terkait permasalahan yang terjadi

17
Imam Gunawan, “Metode penelitian Kualitatif Teori &praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). Hlm. 81.

18
Ibid. 87.
di lapangan merupakan deskripsi tentang phobia sosial dan teknik desensitisasi sistematik

dan terapi dzikir .

Selanjutnya Bab III terdapat bagian yang berisi pembahasan terkait fokus penelitian

atau analisis tentang rumusan masalah mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan

yaitu di lingkungan mendo kelurahan renteng apakah sesuai dengan teori-teori yang

dipaparkan di bagian awal atau teori-teori yang dipaparkan dibagian awal atau teori-teori

yang ada dari para ahli.

Pada Bab IV ini merupakan bagian kesimpulan dan saran, kesimpulan akan

menjabarkan jawaban terkait rumusan masalah dalam penelitian ini, kemudian saran akan

memuat pernyataan yang dapat memberikan kemajuan terhadap lokasi penelitian serta

penelitian ini agar lebih baik kedepanya.

DAFTAR PUSTAKA
Fitria rachmawaty, “peran pola asuh orang tua terhadap kecemasan sosial pada remaja”Vol.10,

Nomor1, April 2015.

Mulyono, Liana. 2016. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala Kecemasan,

Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata

Faishal Aushafi, Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar Johar Pasca

Kebakaran. (Skripsi Fakultas Usuluddin Dan Humaniora Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi,

Semarang. Uin Walisongo), 2017.

Yulius beny prawoto,” “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial pada Remaja

Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta”,(skripsi,program studi psikologi fakultas

kedokteran,surakarta,2010).

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17560/05.2%20bab%202.pdf?

sequence=6&isAllowed=y di akses pada tanggal 20 februari 2021. Pukul, 15:33

Nabila Salma, “Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua dan Kecemasan Sosial pada

Remaja”(Sripsi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Yogyakarta, 2019).

Ahmad masrur firosad, herman nirwana & syahniar(2016), teknik desensitisasi sistematik untuk

mengurangi fobia mahasiswa, jurnal mahasiswa universutas negeri padang

Richard Nelson-Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2011.
Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Di Majlisul Dzakirin

Kemulan Durenan Trenggalek, (Sekripsi Fakultas Usuluddin Adab Dan Dakwah Jurusan

Tasawuf Psikoterapi. Tulungagung Iain),2015.

http://id.m.wikipedia.org di akses pada tanggal 20 februari 2021. Pukul, 07:09.

Imam Gunawan, “Metode penelitian Kualitatif Teori &praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).

cyntia marcellyna “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok

Pada Remaja Akhir” fakultas psikologi jurusan psikologi 2017.

Kholidatul Hidayah,“Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2

SMAN 1 Tumpang” Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi 2017.

Anda mungkin juga menyukai