KELURAHAN RENTENG
MARDIAH
NIM 170303022
2021
Setiap orang pernah mengalami kecemasan, sebagian besar dari kita menerimanya
sebagai sesuatu yang normal dan dapat di atasi tanpa banyak kesulitan . Namun terdapat
sejumlah besar manusia yang tidak dapat mengendalikan kecemasan mereka hingga
timbul perasaan tertekan dan terganggu hidupnya, kelainan ini di sebut gangguan cemas
dengan salah satu bentuknya adalah fobia. Kecemasan sosial yang terjadi pada remaja 9
hingga 17 tahun di perkirakan 10% hingga 20%. Hasil penelitian yang di lakukan di
indonesia pada tahun 2013 di dapatkan data sebanyak 15,8% individu yang mengalami
kecemasn sosial. Terdapat peningkatan sekitar 9,6% gejala kecemasan sosial pada awal
usia remaja pada usia 10 tahun, bentuk dari kecemasan sosial yang ekstrim pada remaja
adalah membisu dengan hanya memilih berbicara pada situasi tertentu sebesar 70%
hingga 95%.1
Kecemasan sosial di cirikan sebagai rasa takut di ejek oleh orang lain dan
keinginan untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain, menurut world psychiatric
association, 3% sampai 15% dari populasi global dapat di anggap sebagai penderita
1
Fitria rachmawaty, “peran pola asuh orang tua terhadap kecemasan sosial pada remaja”Vol.10, Nomor1, April
2015,hal.31
kecemasan sosial, tetapi jumlah ini hanya 25% dari mereka yang pergi untuk konseling
atau terapi psikologis. Beberapa ciri dari orang yang mengalami kecemasan sosial adalah
takut bertanya kepada orang asing, takut berbicara kepada orang yang berkedudukan
lebih di atasnya, takut tampil di depan publik, atau bahkan takut makan atau minum di
tempat umum. kecemasan sosial berkaitan dengan rasa takut akan di hakimi oleh orang
lain serta resiko menjadi malu atau di permalukan dalam beberapa cara oleh tindakan
sendiri, seseorang yang mengalami kecemasan sosial pada dasarnya tidak percaya diri
untuk berinteraksi dengan orang lain, merasa bahwa mereka akan melakukan sesuatu
untuk mempermalukan diri mereka sendiri, atau orang lain akan menghakimi mereka
terlalu keras dan kritis. orang yang mengalami ketakutan dalam berinteraksi sosial akan
menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin beromunikasi, dan akan
yang di hadapi oleh remaja ialah kecemasan sosial yang di tunjukan oleh remaja di
antaranya ialah berupa berdiam diri di kamar, tidak berbaur dengan orang lain, selalu
menghindari keramaian, takut berbicara pada orang lain. Hal lain yang menyebabkan
individu tersebut memiliki kecemasan sosial adalah pernah menjadi korban bullying.
menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan
2
Yulius beny prawoto,”Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada remaja kelas xI SMA kristen 2
surakarta”,hlm.3
tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan
itu, Desensitisasi diarahkan kepada mengajar konseli untuk menampilkan suatu respon
yang tidak konsisten dengan kecemasan. suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau
cemas konseli dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas
sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai konseli tidak takut atau
cemas lagi , Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning,
yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan
sebagai hasil latihan yang berulang-ulang.3di padukan dengan teknik dzikir, dzikir adalah
usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengingat Allah dengan
cara mengingat keagungan-Nya, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil,
tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.
Pengaruh yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada
TuhanTuhan kesadaran akan dirinya sebagai hamba Tuhan akan muncul kembali.4
Terkait dengan pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji
dalam sebuah proposal dengan judul (teknik desensitisasi sistematik dan terapi dzikir
untuk mengurangi kecemasan sosial pada remaja lingkungan mendo, kelurahan renteng).
B. Rumusan Masalah
3
Mulyono, Liana. 2016. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala
Kecemasan, Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata 97
4
Faishal Aushafi, Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar Johar Pasca Kebakaran. (Skripsi
Fakultas Usuluddin Dan Humaniora Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi, Semarang. Uin Walisongo), 2017, Hlm 17
1. Bagaimana Kecemasan Sosial pada Remaja di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng
Kecamatan Praya?
Terapi Dzikir?
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan teori tentang
terapi dzikir pada remaja lingkungn mendo kelurahan renteng kecamatan praya
2. Manfaat Praktis
1. Ruang lingkup
Dalam penelitian ini terdapat ruang lingkup penelitian yaitu hanya berfokus pada
terapi dzikir, khususnya pada beberapa remaja lingkungan mendo yang Kecemasan
sosial. Fenomena yang nampak pada remaja di lingkungan mendo tersebut terdapat
remaja yang mengalami Kecemasan sosial tersebut yaitu di latar belakangi oleh
2. Setting penelitian
Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti memilih tempat meneliti di lingkungan mendo
pada remaja karena faktor misalnya overprotektif, penolakan orang tua dalam
mengasuh anak, pandangan rendah orang lain, dan penolakan dari teman.
berdasarkan fenomena yang telah terjadi. melalui teknik desensitisasi sistematik dan
terapi dzikir ini setidaknya bisa mengurangi Kecemasan sosial pada remaja di
Praya Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kode pos 83511 guna untuk
memperoleh proses penelitian data yang berhubungan dengan Kecemasan sosial dan
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka atau kajian kepustakaan merupakan kajian terhadap hasil-hasil
penelitian, baik dalam bentuk buku, jurnal maupun majalah ilmiah. Sepengetahuan
penulis, ada beberapa skripsi yang judul skripsi ini. Berikut penelitian sebelumnya yang
1. Judul skripsi yang di tulis oleh Yulius Beny Prawoto Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran 2010, yaitu “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan
Sosial pada Remaja Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta” adapun kesamaan dari
penelitian yang terdahulu dan sekarang adalah yaitu sama-sama membahas tentang
antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada remaja kelas XI SMA kristen 2
surakarta.5
yaitu penelitian terdahulu membahas tentang hubungan antar konsep diri dengan
kecmasan sosial dan sama sekali tidak membahas tentang teknik desensitisasi dan
konseling islam , ada 3 perbedaan dalam skripsi ini : 1) tujuan penelitian ini yaitu untuk
memperoleh gambaran mengenai hubungan antar konsep diri dengan kecemasan sosial.
5
Yulius beny prawoto,” “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial pada Remaja Kelas XI SMA
Kristen 2 Surakarta”,(skripsi,program studi psikologi fakultas kedokteran,surakarta,2010).
2. Judul skripsi yang di susun oleh Kholidatul Hidayah Fakultas Psikologi Jurusan
Psikologi 2017, yaitu “Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa
Kelas 2 SMAN 1 Tumpang” adapun kesamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang
memperoleh gambaran mengenai hubungan konsep diri dengan kecemasan sosial pada
dengan kecemasan sosial dan sama sekali tidak membahas tentang teknik desensitisasi
dan konseling islam, ada 3 perbedaan dalam skripsi 1) Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui tingkat konsep diri dan tingkat kecemasan sosial pada siswa. 2) Metode
yang di berikan terhadap kecemasan sosial adalah perbandingan konsep diri dengan
kecemasan sosial .
kecemasan sosial.
3. Judul skripsi yang di susun oleh cyntia marcellyna fakultas psikologi jurusan
psikologi 2017, yaitu “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas
6
Kholidatul Hidayah,“Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2 SMAN 1 Tumpang”
Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi 2017.
hubungan antara kecemasan sosial dan kuantitas merokok, tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui tingkat kecemasan sosial dan kuantitas merokok pada remaja,
terdahulu tidak membahas sedikitpun tentang terapi desensitisai sistematik dan terapi
Persamaan dari skripsi ini dengan skripsi di atas adalah sama-sama membahas tentang
kecemasan sosial.
F. Kerangka Teori
Istilah kecemasan (anexyty) berasal dari bahasa latin angustus yang artinya kaku,
dan ango, anci yang yang berarti mencekik, kecemasan merupakan kondisi emosi
berdebar lebih kencang, berkeringat, sering kali mengalami kesulitan saat bernafas
dan hampir sama dengan ketakutan, namun jika ketakutan tidak dapat di prediksi
pada masa yang akan datang. Kecemasan sosial adalah rasa takut dan khawatir yang
berlebihan jika seseorang berada bersama orang lain dan merasa cemas pada situasi
sosial karena khawatirakan mendapatkan penilaian buruk bahkan evaluasi dari orang
lain dan sebaliknya akan merasa aman jika sedang sendirian. Sedangkan menurut la
greca dan lovez kecemasan sosial merupakan perasaan cemas sosial terutama yang
7
cyntia marcellyna “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir”
fakultas psikologi jurusan psikologi 2017.
dapat di generalisasi secara nyata sehingga dapat menyebabkan perasaan tidak
nyaman pada individu hal tersebut karena individu harus berhadapan dengan yang
Menurut horwitz dan wakefield kecemasan sosial adalah sesuatu bentuk dari
kecemasan sosial termasuk gangguan yang di ikuti dengan ketidak wajaran akan
ketakutan dan kecemasan secara berlebihan saat berada pada suatu atau lebih situasi
sosial, individu selalu merasa di awasi oleh orang lain ketika berinteraksi soial ,
sebagai berikut:
yaitu bahwa individu merasa takut atau khawatir terhadap penilaian buruk yang
b. Penghindaran sosial dan tertekan secara umum (Social avoidance and distressin
general) Artinya individu akan lebih menghindari tempat-tempat umum yang akan
membuat dirinya merasa tidak aman dan lebih merasa tenang jika sendiri.
c. Penghindaran sosial dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru (Social
8
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17560/05.2%20bab%202.pdf?sequence=6&isAllowed=y di
akses pada tanggal 20 februari 2021,pukul 15:33.
Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1997) menjelaskan bahwa terdapat 3
berkeringat).
kecemasan sosial yang dikemukakan oleh La Greca dan Lopez (1998). Ketiga
3). Penghindaran sosial dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru.
Cara berfikir dalam hal ini adalah bahwa individu yang mengalami kecemasan
sosial akan lebih cenderung sulit mengendalikan pikiran atau kurang berpikir logis saat
berada diposisi yang membuat tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh
Fokus perhatian dalam hal ini adalah bahwa individu akan mengalami kesulitan
dalam membagi fokus perhatiannya atau tidak dapat memberi perhatian sekaligus dalam
Individu akan cenderung menghindar saat berada pada situasi yang membuatnya
Schlenker dan Leary (1996) menjelaskan beberapa faktor kecemasan sosial, sebagai
berikut:
Artinya disini adalah anak yang memiliki status sosial atau dari keluarga yang
memiliki status sosial yang tinggi akan lebih cenderung untuk tidak mengalami
b. Konteks evaluasi
Dalam hal konteks evaluasi pada kecemasan sosial adalah bahwa individu yang
berada pada situasi sosial tidak nyaman dan cenderung menganggap bahwa orang lain
Artinya individu memandang bahwa kesan pertama merupakan acuan atau tolak
Maksudnya adalah fokus dan perhatian pada diri sendiri dan sikap dalam
disimpulkan bahwa kecemasan sosial dapat dibengaruhi oleh beberapa hal anatar lain
mengemukakan tentang latar belakang teknik ini antara lain tokoh Watson dan Rayner
melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat conditioning, demikian juga sebaliknya rasa
takut dapat dihilangkan lewat counter conditioning-nya. Tahun 1920-an Johannes Schulz,
diagnosis, relaksasi dan autosugesti untuk konseli yang mengalami kecemasan. Tahun
laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau
respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu, Desensitisasi
9
Nabila Salma, “Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua dan Kecemasan Sosial pada Remaja”(Sripsi, Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Yogyakarta, 2019).
diarahkan kepada mengajar klien untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten
dengan kecemasan.10
Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak
dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi
sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi ,
Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning, yaitu respon
yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil
latihan yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi ini sangat efektif untuk menghilangkan
rasa takut atau fobia. Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang
relaksasi dalam, salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot,
mulai dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.
Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang menimbulkan
kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan kecemasan paling kecil sampai
situasi yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil mengalami atau
membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari situasi yang paling kecil
menimbulkan kecemasan.11
Desentisisasi adalah salah satu tehnik yang paling luas di gunakan dalam terapi
tingkah laku. Desentisisasi sistematik di gunakan untuk menghapus tingkah laku yng di
perkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang
10
Mulyono, Liana. 2016. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala
Kecemasan, Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata 97
11
Ahmad masrur firosad,herman nirwana & syahniar(2016),teknik desensitisasi sistematik untuk mengurangi fobia
mahasiswa, jurnal mahasiswa universutas negeri padang
berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu. Dengan pengkondisian klasik,
relaksasi.12
1. Pengertian zikir
mengingat. Dalam kamus tasawuf yang ditulis oleh Solihin dan Rosihin Anwar
menjelaskan dzikir merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk setiap bentuk
usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengingat Allah
12
Richard Nelson-Jones, 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.h.95
dengan cara memuji-Nya, membaca fiman-Nya, menuntut ilmu- Nya dan memohon
kepada-Nya.
ingatan atau latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan seraya
konsentrasi spiritual dengan menyebut nama Tuhan secara ritmis dan berulangulang. 13
Menurut Bastaman dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya, yang
meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat,
membaca al qur'an, berdoa, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan din dari
kejahatan.
yang sesungguhnya adalah melupakan semuanya, kecuali yang Esa. Hasan al-Bana
seorang tokoh Ikhwanul muslimin dari Mesir, menyatakan bahwa semua apa saja yang
mendekatkan diri kepada Allah dan semua ingatan yang menjadikan diri dekat dengan
Tuhan adalah dzikir. Dari pengertian tadi agaknya dzikir baru merupakan bentuk
komunikasi sepihak antara mahluk dan Khalik saja, tetapi lebih dari itu dzikir Allah
bersifat aktif dan kreatif, karena komunikasi tersebut bukan hanya sepihak melainkan
bersifat timbal balik. Seperti yang dikatakan oleh al- Ghazali: dzikrullah berarti
ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya. Jadi
dzikir Allah bukan sekedar mengingat suatu peristiwa, namun mengingat Allah dengan
sepenuh keyakinan akan kebesaran Tuhan dengan segala sifat-Nya serta menyadari
bahwa dirinya berada dalam pengawasan Allah, seraya menyebut nama Allah dalam hati
13
Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Di Majlisul Dzakirin Kemulan
Durenan Trenggalek, (Sekripsi Fakultas Usuluddin Adab Dan Dakwah Jurusan Tasawuf Psikoterapi. Tulungagung
Iain),2015, Hlm 16
dan lisan.14
Jadi dapat disimpulkan bahwa dzikir adalah usaha manusia untuk mendekatkan
diri pada Allah dengan cara mengingat Allah dengan cara mengingat keagungan-Nya,
hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua
Dzikir merupakan pengalaman rohani yang dapat diikmati oleh pelakunya, hal
ini yang dimaksud oleh Allah sebagai penenttram hati. Ibnu Ata’, seorang sufi yang
menulis al Hakim (kata – kata hikmah) membagi dzikir atas tiga bagian: zikir jali
(zikir jelas dan nyata), zikir khafi (zikir samar samar) dan zikir haqiqi (zikir sebenar –
benarnya)
a. zikir jali
ialah suatu perbuatan mengingat Allah SWT. Dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a kepada Allah SWT.
Yang lebih mengutamakan suara yang jelas untuk menentukan suara hatia.
Mula – mula zikir ini diucapkan secara lisan mungkin tanpa dibarengi
ingatan hati. Hal ini biasanya di lakukan oleh orang awam (orang
b. Zikir Khafi
Zikir Khafi adalah yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik
dari zikir lisan ataupun tidak. Orang yng mampu melakukan zikir seperti ini
sufi terdapat ungkapan bahwa seorang sufi, ketika melihat suatu benda apa
saja, bukan melihat benda itu tetapi melihat Allah SWT. Artinya benda itu
tetapi juga menyadari akan adanya Khalik yang menciptakan benda tersebut.
c. Zikir Haqiqi
Yitu zikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah,
kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara seluruh jiwa
raga dan seluruh larangan Allah SWT dan mengerjakan dan mengerjakan apa
yang di perintahkan-NYA. Selain itu tiada yang diingat selain Allah SWT
untuk mencapaai tingkatan zikir haqiqi ini perlu di lakukan latihan mulai
berikut:
Allah
Allah
dan segala puji bagi Allah dan tiada tuhan selain Allah dan Allah
maha besar.
5. Manfaat Berzikir
a. Dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya, para kekasih Allah itu
biasanya selalu istikamah dalam berdzikir kepada Allah. Sebalikinya, siapa yang
lupa atau berhenti dari dzikirnya, ia telah melepaskannya dari derajat mulia itu.
b. Dzikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain. Dalam dzikir terkandung
kunci pembuka rahasia-rahasia ibadah yang lainnya. Hal itu diakui oleh Sayyid
Ali Al-Mursifi bahwa tidak ada jalan lain untuk merawat atau membersihkan hati
c. Dzikir merupakan syarat atau perantara untuk masuk hadirat Ilahi. Allah adalah
Zat Yang Mahasuci sehingga Dia tidak dapat didekati kecuali oleh orang-orang
d. Dzikir akan membuka dinding hati (hijab) dan menciptakan keikhlasan hati yang
sempurna. Menurut para ulama salaf, terbukanya hijab (kasyaf) ada dua macam :
kasyaf hissi (terbukanya pandangan karena penglihatan mata) dan kasyaf khayali
(terbukanya tabir hati sehingga mampu mengetahui kondisi diluar alam indrawi).
di sekitarnya.”
f. Menghilangkan kesusahan hati. Kesusahan itu terjadi karena lupa kepada Allah.
melunakkannya. Sebaliknya, jika hati kosong dari dzikir, ia akan menjadi panas
oleh dorongan nafsu dan api syahwat sehingga hatinya menjadi kering dan keras.
Anggota badannya sulit (menolak) untuk diajak taat kepada Allah.” Selain itu
dzikir juga dapat menghilangkan berbagai macam penyakit hati, seperti sombong,
i. Dzikir bisa menolak bencana. Dzun Nun Al-Mishri, tokoh sufi kenamaan, pernah
sesuatu.” Bahkan, diantara para ulama salaf ada yang berpendapat bahwa bencana
itu jika bertemu dengan orangorang yang berdzikir, akan menyimpang. Jadi, dzikir
merupakan tempat terbesar bagi para hamba, tempat mereka mengambil bekal
dan tempat kemana ia senantiasa kembali. Allah telah menciptakan ukuran dan
waktu bagi setiap ritual (peribadatan), tetapi ia tidak menciptakannya untuk dzikir.
Menurut Anshori, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat, namun mana
kala ingat kepada dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh yang ditimbulkan
secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku seseorang dalam kehidupan sehari-
hari. Seseorang yang melupakan dzikir atau lupa kepada TuhanTuhan kesadaran akan
G. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah studi kasus.
Dalam penelitian yang menggunakan jenis penelitian studi kasus ini di lakukan
pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap seuatu keadaan atau kejadian yang
disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan
hasilnya, akan di peroleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa suatu terjadi, dan
dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.16 Sedangkan metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun
pembahasan lebih jelas terkait dengan metode penelitian, pendekatan yang digunakan oleh
1. Pendekatan penelitian
acuan perilaku sendiri, yakni bagaimana perilaku manusia, dari kerangka acuan perilaku
sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi
15
Faishal Aushafi, Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar Johar Pasca Kebakaran. (Skripsi
Fakultas Usuluddin Dan Humaniora Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi, Semarang. Uin Walisongo), 2017, Hlm 17
16
http://id.m.wikipedia.org di akses pada tanggal 20 februari 2021. Pukul, 07:09.
pendirianya. Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan menggambarkan apa yang
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang di peroleh seperti hasil
lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak di tuangkan dalam bentuk dan
angka-angka.18.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan ini akan memaparkan mengenai isi dari penelitian ini
secara narasi. Untuk memudahkan peneliti dalam menyusun proposal skripsi, maka dalam
penelitian ini secara keseluruhan terdapat empat bagian ada pendahuluan, paparan data dan
temuan, pembahasan, dan penutup. Pada setiap bagian terdapat perincian dalam masing-
masing sub-subnya:
Dalam BAB I merupakan bab pendahuluan yang meliputi: penegasan judul, latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan
setting penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika
Kemudian BAB II terdapat data dan temuan dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan di lapangan, bagian ini meliputi: gambaran umum mengenai
lokasi penelitian yang dituju, kemudian hasil wawancara terkait permasalahan yang terjadi
17
Imam Gunawan, “Metode penelitian Kualitatif Teori &praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015). Hlm. 81.
18
Ibid. 87.
di lapangan merupakan deskripsi tentang phobia sosial dan teknik desensitisasi sistematik
Selanjutnya Bab III terdapat bagian yang berisi pembahasan terkait fokus penelitian
atau analisis tentang rumusan masalah mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan
yaitu di lingkungan mendo kelurahan renteng apakah sesuai dengan teori-teori yang
dipaparkan di bagian awal atau teori-teori yang dipaparkan dibagian awal atau teori-teori
Pada Bab IV ini merupakan bagian kesimpulan dan saran, kesimpulan akan
menjabarkan jawaban terkait rumusan masalah dalam penelitian ini, kemudian saran akan
memuat pernyataan yang dapat memberikan kemajuan terhadap lokasi penelitian serta
DAFTAR PUSTAKA
Fitria rachmawaty, “peran pola asuh orang tua terhadap kecemasan sosial pada remaja”Vol.10,
Mulyono, Liana. 2016. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala Kecemasan,
Faishal Aushafi, Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar Johar Pasca
Kebakaran. (Skripsi Fakultas Usuluddin Dan Humaniora Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi,
Yulius beny prawoto,” “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial pada Remaja
kedokteran,surakarta,2010).
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17560/05.2%20bab%202.pdf?
Nabila Salma, “Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua dan Kecemasan Sosial pada
Ahmad masrur firosad, herman nirwana & syahniar(2016), teknik desensitisasi sistematik untuk
Richard Nelson-Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2011.
Ayu Efita Sari, Pengaruh Pengalaman Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Di Majlisul Dzakirin
Kemulan Durenan Trenggalek, (Sekripsi Fakultas Usuluddin Adab Dan Dakwah Jurusan
Imam Gunawan, “Metode penelitian Kualitatif Teori &praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).
cyntia marcellyna “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok
Kholidatul Hidayah,“Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2