Halo...kaka2, adek2 dan temen2 semuanya... sLamat datang ya di Blog aq...dan sering-sering
mampir kesini ya.. ^_^
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kesehatan mempunyai
komponen yang banyak dan kompleks serta dari berbagai macam Sumber Dasar Manusia
(SDM), baik umum maupun yang terikat profesi. Demikian juga mutu pelayanan kesehatan
yang dihasilkan sangat tergantung pada SDM yang ada terbagi dalam beberapa jabatan
(kelompok) antara lain medik (dokter), jabatan keperawatan, jabatan penunjang medik
(apoteker, ahli gizi dll) dan jabatan administrasi. Jabatan dokter dan perawat merupakan inti
SDM rumah sakit sehingga mutu pelayanan sangat ditentukan kedua jabatan ini.
Khusus jabatan keperawatan rumah sakit memegang nilai strategis karena jumlah
perawat sangat banyak dan perawat berhubungan langsung dengan pasien 24 jam penuh.
Kekhususan ini memerlukan SDM perawat yang kompeten baik secara ilmu dan tehnologi
maupun psikologis mental emosional sehingga perawat mampu mengadakan komunikasi
terapi dengan pasien.
Pelayanan asuhan keperawatan (askep) psikiatrik sangat berperan dalam proses
penyembuhan atau perbaikan penderita gangguan jiwa. Untuk hal tersebut nanyak Rumah
Sakit Jiwa yang berusaha meningkatkan kemampuan petugas, memperbaiki sitem kerja
organisasi, meningkatkan fasilitas dan insentif pegawai untuk menambah kinerjanya. Namun
nampaknya hasil belum seperti yang diharapkan, khusus kinerja perawat belum memuaskan.
Idealnya sistem rekruitmen perawat yang ada mengarah pada pemilihan individu
perawat yang betul-betul kompeten, care dan termotivasi pada perawatan pasien psikiatri
dengan melibatkan pemeriksaan personality.
Pelayanan askep pasien psikiatrik kadang dianggap monoton, kuran menantang,
membosankan dan hal ini bisa membuat jenuh perawat. Ditambah pasien bersifat kronik dan
mudah relaps, pasien lama dirawat dan mengalami detiriorating kemampuan yang selanjutnya
menambah kejenuhan para perawat. Pekerjaan yang monoton, menghadapi pasien yang sudah
mengalami detiriorating makin lama akan menambah kejenuhan dan hal ini akan
mempengaruhi kinerja perawat. Bila keadaan ini dianggap sebagai stressor tentunya akan
menurunkan motivasi dan kinerja bahkan menimbulkan psikopatologi pada perawat.
Sebaliknya bila hal ini dianggap sebagai tantangan akan memacu motivasi dan kinerja
perawat. Askep jiwa lebih menekanka pada penjagaan pasien dari perilaku yang tak terduga
dan tak terkendali, perilaku agresif baik terhadap lingkungannya maupun terhadap dirinya
sendiri.
Perawat harus bisa melindungi pasien dari rasa ketakutan, kecemasan dan perasaan
rendah diri karena gejala waham, halusinasi ataupun proses fikir yang kacau. Disini
diperlukan perawat yang berkepribadian dewasa, mature, proaktif, asertif, mempunyai
motivasi tinggi membantu pasien dan bebas psikopatologi. Pribadi perawat idealnya bisa
menjadi model terapi bagi pasien, mampu membimbing pasien dan keluarganya. Maka
perawat haruslah mempunyai nilai-nilai dan tanggung jawab yang tinggi, peka dan tanggap
terhadap permasalahan, mampu membedakan masalah tugas dan masalah pribadi. Perawat
harus memiliki ketahanan mental yang baik, kemampuan beradapatasi, bisa berkomunikasi
yang efektif dan bebas dari psikopatologi.
B. TUJUAN
7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan
produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan
kondisi.
Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut para ahli:
a. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat
pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata
sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses
perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
b. H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
c. Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
individu agar lebih baik.
d. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan
menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan
serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta
prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
e. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek
pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
f. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya
pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum,
rasional, empiris serta bersifat umum.
B. MASALAH-MASALAH PSIKOSOSIAL
a . Psikotik Gelandangan
1. Pengertian
Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan
umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan.
2. Penyebab
Keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan, tersesat
ataupun karena urbanisasi yang gagal.
3. Pengenalan
Dikenal sebagai orang dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk,
pakaiannya compang-camping, membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam
barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri, serta sukar diajak berkomunikasi.
4. Penatalaksanaan
Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa atau Panti Laras (Dinas Sosial).
5. Pencegahan
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE); obat injeksi long acting; penciptaan lapangan
pekerjaan di desa.
2. Penyebab
Ketidaktahuan pihak keluarga; rasa malu pihak keluarga; penyakitnya tidak kunjung sembuh;
tidak ada biaya pengobatan; tindakan keluaga untuk mengamankan lingkungan.
3. Pengenalan
Dikenal dari antara lain : terkurung dalam kandang binatang peliharaan; terkurung dalam
rumah; kaki atau lehernya dirantai; salah satu atau kedua kakinya dimasukkan kedalam balok
kayu yang dilubangi.
4. Penatalaksanaan
Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian dilanjutkan dengan rawat jalan.
5. Pencegahan
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE); kurasi (penyembuhan) dan rehabilitasi yang lebih
baik; memanfaatkan sumber dana dari JPS-BK; penciptaan Therpeutic Community
(lingkungan yang mendukung proses penyembuhan).
2. Penyebab
Akibat kesulitan ekonomi; banyaknya orang tua yang urbanisasi dan jadi pengemis di
ibukota; kekacauan dalam kehidupan keluerga khususnya perlakuan keras dan penelantaran;
untuk menghindar dari penganiayaan dan kemiskinan.
3. Pengenalan
Komonitas ini sangat mudah ditemui, bergerombol di perapatan lampu, pusat pertokoan,
terminal bus dan tempat keramaian yang memungkinkan mereka mendapatkan uang.
Berdasarkan latar belakang kehidupan dan motivasi,mereka dibedakan atas :
a. Golongan anak jalanan pekerja perkotaan, yakni mereka yang keberadaannya di jalanan
terutama untuk mencari nafkah bagi dirinya maupun keluarganya.
b.Golongan anak jalanan “murni”, yakni yang menjalani seluruh aspek kehidupannya di jalanan.
Mereka umumnya adalah pelarian dari keluarga bermasalah. Kehidupan jalanan membentuk
subkultur tersendiri yang disebut budaya jalanan dengan nilai moralitas yang longgar, nilai
perjuangan untuk bertahan hidup, penuh kekerasan, penonjolan kekuatan, ketiadaan figur
orangtua, peranan kelompok sebaya yang besar.
Faktor-faktor yang berperan terhadap perkembangan pola perilaku anak jalanan yaitu:
a. Ada tidaknya kehadiran keluarga. Yang lepas hubungan dengan keluarganya, cenderung
lebih banyak memperlihatkan perilaku antisosial.
b. Struktur keluarga. Yang berasal dari keluarga besar, cenderung kurang dapat perhatian dari
orangtua dan cenderung lebih rentan terlibat gangguan tingkah laku.
c. Lamanya terlibat dalam kehidupan jalanan. Semakin lama dan semakin banyak waktunya
mengeluti dunia jalanan, semakin akrab dengan nilai-nilai kultur jalanan.
d. Faktor pendidikan. Yang masih bersekolah, tampak lebih mampu mempertahankan nilai-nilai
yang serasi dengan konformitas sosial masyarakat umum.
e. Lingkungan tempat tinggal. Yang “murni” anak jalanan, cenderung lebih banyak
memperlihatkan perilaku antisosial.
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan perilaku dan mental
emosional, antara lain : kecenderungan berperilaku agresif-impulsif, gangguan tingkah laku,
seks bebas, penyalahgunaan zat dan berkembangnya berbagai perilaku antisosial.
4. Penatalaksanaan
Melaksanakan Keppres Nomor 36/1990, yang menyatakan bahwa anak mempunyai hak bagi
kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya yang optimal, serta memperoleh perlindungan
dari berbagai bentuk eksplotasi, diskriminasi, kesewenang-wengan dan kelalaian.
Peran serta LSM dan Kelompok Profesi yang menggeluti masalah tumbuh kembang anak
(pediatri, psikiatri, psikologi, pedagogi) dalam memberikan perhatian terhadap kelangsungan
hidup anak jalanan.
5. Pencegahan
- Sosialisasi dan pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Anak yang baru.
- DPRD dapat membuat PERDA Khusus yang mengatur perlindungan terhadap anak termasuk
perlindungan dari sasaran penertiban aparat.
2) Penganiayaan Anak
1. Pengertian
Penganiayaan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang lebih tua dengan menggunakan
kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung
jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian.
2. Penyebab Orangtua, yang :
pernah jadi korban penganiayaan anak dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah.
kondisi kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan.
menyalahgunakan NAPZA.
mengalami gangguan jiwa seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian.
Anak, yang :
prematur.
retardasi mental
cacat fisik.
suka menangis hebat atau banyak tuntutan.
3. Pengenalan
Indikator Telah Terjadinya Penganiyaan Anak :
Cedera atau bekasnya yang bercirikan penganiyaan fisik.
Tidak langsung dibawa ke dokter tapi telah diobati sekedarnya.
Riwayat penyakit berulang.
Perilaku dan emosi orangtua tidak adekuat.
Hubungan anak dan orangtua tidak wajar, anak ketakutan atau masalah kejiwaan lain.
Akibat Penganuayaan Pada Anak, anak :
tidak berani menceritakan peritiwa yang dialaminya
mudah takut,tidak percaya orang,selalu waspada atau sangat penurut
hati-hati dalam berhubungan fisik dengan orang dewasa
mungkin takut untuk pulang ke rumah
Masalah kejiwaan (psikopatologi) yang dapat terjadi :
1. Depresi
2. Gangguan perilaku antara lain: Gangguan Perilaku Menentang
3. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktifitas)
4. Disosiasi
5. Gangguan Syres Pasca Trauma
4. Penatalalaksanaan
Pendekatan Psikologis Terhadap Anak Korban Penganiayaan, yaitu memperhatikan
kebutuhan anak yang mengalami penganiayaan, yaitu untuk :
dapat mempercayai seseorang
diperkenankan menjadi seorang anak
didorong menjadi seorang individu; mengembangkan potret diri yang positif;
mengembangkan cara-cara berinteraksi dengan orang lain
mengembangkan cara mengkomunikasikan persaan-perasaannya secara verbal;
belajar mengendalikan diri; belajar bahwa ia boleh menyalurkan perasaan perasaan
agresifnya dalam permainannya, dimana ia tidak akan melukai dirinya sendiri atau orang lain;
belajar bagaimana caranya mengatasi stres.
5. Pencegahan
Penegakan hukum positif berkaitan dengan kekerasan terhadap anak antara lain Undang-
Undang Perlindungan Anak.
2. Penyebab :
a. Iseng,bosan, jenuh;
b. Tekanan kelompok dalam bentuk solidaritas;
c. Peran negatif BASIS (Barisan Siswa) diluar sistem sekolah;
d. Warisan dendam/musuh, menguji kekebalan;
e. Kaderisasi bekas siswa yang drop out (putus sekolah);
f. Kurang komunikasi orang tua,anak dan sekolah;
g. Kesenjangan sosial ekonomi; lingkungan sekolah belum bersabat dengan remaja;
h. Tidak tersedianya sarana/prasarana penyaluran agreifitas;
i. Lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan keperibadian sehat;
j. Pengaruh media masa (cetak dan electronik) yang memberitakan dan menayangkan
kekerasan dan aresifitas;
k. Penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
3. Pengenalan
Tawuran biasanya terjadi pada
a. hari-hari tertentu (hari ulang tahun sekolah);
b. adanya konsentrasi masa siswa di halte bus/dalam bus,di tempat nongkrong lain;
c. adanya siswa membawa senjata,payung ataupun batu.
d. Frekuensi tawuran meningkat pada saat :
- tahun ajaran baru,
- saat menjelang liburan sekolah atau setelah ulangan umum,dan cenderung rendah atau tidak
terjadi pada bulan puasa sampai lebaran.
4. Penatalaksanaan
a. Memasukan kembali mata pelajaran Budi Pekerrti yang selaras dengan norma-norma agama
dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum/Khusus.
b. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler.
c. Memberdayakan guru bimbingan penyuluhan/bimbingan konseling dan lembaga konseling
laingnya.
d. Mengusulkan kepada Pemda agar menyediakan transportasi khusus anak sekolah
e. Melakukan kajian ilmiah/penelitian terjadinya tawuran.
f. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mencegah terjadinya tawuran sebagai bagian
dari pencegahan kekerasan di masyarakat.
g. Pengawasan ketat media yang menyajikan adegan kekerasan. Meningkatkan keamanan
terpadu antara sekolah, kepolisian dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya tawuran anak sekolah.
h. Dialog interaktif antara siswa, guru dan orang tua serta pemerintah
i. Sosialisasi bahaya tawuran kepada siswa, guru orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat
melalui tatap muka, media cetak dan media elektronik
5. Pencegahan
Upaya Pencegahan Masalah Tawuran dilakukan melalui :
Peran Orangtua
a. Menanamkan pola asuh anak sejak prenatal dan balita
b. Membekali anak dengan dasar moral dan agama
c. Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua-anak
d. Menjalin kerja sama yang baik dengan guru,misalnya melalui pembentukan Forum
,Perwakilan,BP3 dan penyediaan ruang khusus untuk BP3.
e. Menjadi tokoh panutan bagi anak tentang perilaku dan lingkungan sehat
f. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
g. Hindari dari NAPZA (Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
Peran Guru
a. Ber”sahabat” dengan siswa.
b. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.
c. Memberikan keleluasan siswa mengekpresikan diri pada kegiatan ekstrkurikuler.
d. Menyediakan sarana dan prasarana bermain serta olahraga.
e. Meningkatkan peran dan pemberdadayaan guru BP.
f. Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.
g. Meningkatkan kerjasama dengan orang tua guru, sekolah lain.
h. Mewaspadai adanya provokator.
i. Meningkatkan deteksi dini penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Peran Media
a. Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai tingkat usia)
b. Sampaikan berita dengan kalimat yang benar dan tepat (tidakprovokatif)
c. Rubrik khusus media masa (etak,elektronik) bagi remaja dan pendidikan yang bebas biaya.
2) Kenakalan Remaja
1. Pengertian
Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melaupaui batas toleransi orang lain dan
lingkungannya,yang dapat melanggar hak azazi menusia sampai melanggar hukum.
2. Penyebab
a. Faktor genetik/biologik/konstitusional
b. Faktor pola asuh
c. Rasa rendah diri,tidak aman,takut yang dikompensasi dengan perilaku risiko
tinggi,pembentukan identitas diri yang kurang mantap dan keinginan mencoba batas
kemampuannya
d. Proses identifikasi remaja terhadap tindak kekerasan
e. Penanaman nilai yang salah,yaitu orang atau kelompok yang berbeda (misalnya seragam
sekolah,etnik,agama) dianggap “musuh”
f. Pengaruh media massa (majalah,film,televisa)
3. Pengenalan
Bentuk kenakalan antara lain :
a. melawan orangtua,
b. tidak melaksanakan tugas,
c. mencuri, merokok, naik bus tanpa bayar,
d. membolos, lari dari sekolah,
e. memeras, sampai membongkar rumah, mencuri mobil,
f. memperkosa, menganiaya, membunuh, merampok atau tindakan kriminal lainnya.
4. Penatalaksanaan
a. Menilai faktor yang melatarbelakangi terjadinya kenakalan remaja (aspek biologik,
psikologik dan sosial) dan beratnya stesor yang dihadapi remaja.
b. Program konseling bagi remaja, orangtua dan keluarga, penting agar mereka menyadari
bahwa remaja dalam perkembangannya membutuhkan dukungan.
c. Komunikasi dua arah yang “terbuka” dan mengubah interaksi sehingga keluarga dapat
menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat.
e. Masalah Seksual
Masalah seksual disini adalah masalah psikososial yang berkaitan dengan problimatika
seksual. Tiga topik yang akan dibicarakan disini adalah penyimpangan seksual, pelecehan
seksual dan eksploitasi seksual pada anak.
1) Penyimpangan Seksual
1. Pengertian
Penyimpangan seksual diartikan sebagai suatu kodisi dimana terjadi gangguan pada
keinginan seksual dan pada perubahan-perubahan psikofisiologik siklus respons seksual dan
menyebabkan distres yang nyata dan kesulitan interpersonal.
2. Penyebab
a. faktor psikososial
- gagal menyelessaikan proses perkembangan menjadi seseorang heteroseksual.
- Pengalan dini yang mengkondisikan atau mensosialisasikan anak kedalam penyimpangan
seksual
b. faktor organik
- kadar hormon yang abnormal
- kelainan berupa tanda-tanda neurologik samar maupun nyata
- khromosom yang abnormal
- riwayat kejang
- kelainan rekaman otak tanpa kejang
- gangguan jiwa berat
- retardasi mental
3. Penatalaksanaan
- Psikoterapi berorientasi tilikan
- Terapi seksual
- Terapi perilaku
- Farmakoterapi
4. Pencegahan
- Pola asuh yang memungkinkan perkembangan seksual berjalan normal.
- Deteksi dini kadar hormon dan kromosom.
2. Penyebab
- Pelaku pernah mengalami hal yang sama
- Pelaku tergolong pedofilia
- Pelaku juga melakukan penganiayaan fisik pada anak
3. Pengenalan
Indikator telah terjadinya penganiayaan (pelecehan) seksual :
- Anak menderita penyakit hubungan seksual (PHS)
- Ada infeksi vagina yang berulang pada anak dibawah 12 tahun
- Anak mengeluh nyeri pada alat kelaminnya,ada perdarahan atau discharge, pakaian dalam
robek atau ada bercak darah
- Ditemukan cairan mani disekitar mulut,genitalia,anus atau pakaian
- Terdapat gangguan dalampengendalian BAB,BAK,selain memar pada badanya
4. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya sama dengan penatalaksanaan pada anak yang mengalami penganiayaan
(fisik).
5. Pencegahan
- Penegakan hukum positif (Undang-undang Perlindungan Anak)
- Identifikasi keluarga yang punya risiko tinggi untuk melakukan penganiayaan seksual pada
anak dan jika ditemukan,dilakukan intervensi dini
- Pendidikan deteksi dini pada profesi medik dan yang bergerak di bidang kesehatan terutama
yang sering kontak dengan anak-anak
C. KESEHATAN JIWA
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
E. Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu
mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana
perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya
dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri
individu.
Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
Keperawatan
Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam berinteraksi dipandu oleh nilai-nilai dan
dibatasi oleh norma-norma dalam social. Norma dan nilai pada awalnya lahir tidak disengaja
, karena kebutuhan manusia sebagai makluk social dan harus berinteraksi dengan yang lain
menuntut adanya suatu pedoman, pedoman itu lama kelamaan norma-norma tersebut dibuat
secara sadar.
Nilai
a) Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa
yang dianggap penting dalam masyarakat.
b) A.W.Green
Nilai adalah kesadaran secara relative berlangsung disertai emosi terhadap objek.
c) Woods
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
d) M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga,
dan dapat mempengaruhi prilalu sosial dari orang yang bernilai tersebut.
e) Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya
guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
f) Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertian-pengertian (sesuatu di dalam
kepala orang) tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil
penilaian atau pertimbangan moral.
Nilai sosial adalah suatu perbuatan atau tindakan yang oleh masyarakat dianggap
baik. Nilai social dalam setiap masyarakat tidak selalu sama, karena nilai dimasyarakat
tertentu dianggap baik tapi dapat dianggap tidak baik dimasyarakat lain.
Nilai dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu :
Norma social adalah suatu petunjuk hidup yang berisi larangan maupun perintah.
Yang membedakan nilai dan norma adalah nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan,
dicita-citakan dan dipentingkan oleh masyarakat . Sedangkan norma adalah kaidah atau
pedoman , aturan berperilaku untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut , atau boleh
dikatakan nilai adalah pola yang diinginkan sedangkan norma adalah pedomana atau cara-
cara untuk mencapai nilai tersebut.
Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos" yang berarti
wtak kesusilaan atau adat. Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata
latin "mos" yang dalam bentuk jamahnya Mores yang berarti juga Adat atau cara hidup.
Etika dan Moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian sehari-harinya ada
sedikit perbedaan. Moral atau moralitas biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai-nilai yang ada.
Menurut Ir Poedjawiyatna, etika merupakan cabang dari filsafat etika mencari ukuran baik
buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari, tindakan manuisia yang
manakah yang baik.
Sedangkan menurut Austin Fogothetu etikika berhubungan dengan seluruh ilmu
pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai : antropologi, psikologi, sosiologi,
ekonomi, ilmu politik dan ilmu hukum. Perbedaanya terletak pada aspek keharusan (ought).
Pebedaan dengan teologi moral, karena tidak bersandarkan padakaidah-kaidah keagamaan,
tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri.
b) Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis,
kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti
yaitu kebiasaan,adat.
Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti
kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya
bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin.
Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka
kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat,
artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik..
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”,
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah
sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Dua kaidah dasar moral adalah :
1. Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja.
Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakann dalam bentuk yang kongkret, tergantung
dari apa yang baik dalam situasi kongkret itu.
2. Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap
mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus
dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-
masing.
c) Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang
dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-
nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan
alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang
lain.
B. SARAN
1. Di harapkan setelah penyelesaian makalah ini akan menambah ilmu terutama di bidang
pelayanan kesehatan masyarakat agar tidak melupakan aturan, norma, prinsip, nilai dalam
melaksanakan tindakan pelayanan kesehatan pada pasiennya.
2. Perawat dapat bertindak sesuai aturan juga memiliki etika keperawatan yang baik.
3. Tindakan keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan masalah
psikososial tidak luput dari aturan-aturan sosiologi dalam melayani pasiennya. Pasien dengan
masalah psikososial bisa dikatakan sulit berintegrasi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu
perawat yang memiliki pengetahuan dan talenta yang baik melakukan asuhan keperawatan
hingga pasien diharapkan bisa sembuh dan dapat melakukan aktifitas sehari-harinya dengan
normal juga dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya.