Anda di halaman 1dari 16

MEGA SRI PURWANIDA (1402491)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
ANALISIS ARTIKEL “MODIFIKASI PERILAKU”

1. Judul: Konseling Kelompok untuk Modifikasi Perilaku Nakal


Latar Belakang: Perilaku nakal adalah maladaptiv, yang secara hukum merupakan “tindakan
yang mengganggu keseimbangan dan ketertiban masyarakat sehingga masyarakat terganggu
dan resah. Oleh karena itu secara hukum, perilaku nakal telah dikategorikan sebagai tindak
kejahatan adalah tindakan yang oleh negara dapat diberi pidana” (Simanjuntak,1981:70), atau
juga dikatakan sebagai:” perilaku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma
sosial, sehingga masyarakat menentangnya” (Kartini,2001:65). Perilaku nakal dalam kategori
berat dapat dipandang sebagai tindak kejahatan yang dari kacamata psiko klinis diartikan
sebagai: “kejahatan merupakan pemahaman perilaku abnormal yang bersifat konseptual, yang
memasukkan setiap perilaku yang memiliki konsekuensi yang tidak diharapkan. Tidak hanya
perilaku psikosis dan neurosis, tetapi juga perilaku bisnis yang tidak etis, prasangka rasial,
alienasi dan apatis” (Mirawihardja,2004:15). Oleh karena itu dapat dikatakan pula bahwa
tindak kejahatan adalah perilaku yang menyangkut pribadi (kesadaran, motif, dan sikap) yang
tidak sesuai dengan lingkungannya (nilai, moral, etika atau tata aturan).
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Model RET untuk modifikasi perilaku nakal.
Penyelenggaraan konseling kelompok sudah berlangsung sejak pertengahan Perang Dunia I
dalam mana banyak masalah yang muncul di tengah kehidupan masyarakat yang memerlukan
penanganan cepat dengan biaya yang relatif murah. Pada awalnya konseling kelompok
ditujukan untuk mereka yang tidak mampu mengikuti terapi individual secara intensif dan
selanjutnya konseling kelompok terus berkembang dari konseling kelompok Psikoanalisis
yang dikembangkan oleh Freud dan kelompoknya untuk menangani masalah-masalah yang
berakar kepada berfungsinya struktur kepribadian sampai kepada model konseling kelompok
Realitas yang dikembangkan oleh Glasser (1960) untuk menangani individu yang tidak
mampu berperilaku rasional dan tidak mampu bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukan dirinya (Corey, 1985:388).
Untuk menangani kecenderungan perilaku nakal akibat adanya keyakinan irasional pada
siswa SMA etnis Jawa diperlukan konseling yang mampu menyentuh sumber permasalahan
yaitu keyakinan irasional. RET dipandang sebagai teknik konseling yang mampu
mengintervensi keyakinan irasional. Tetapi perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian pada
RET menyangkut konsep-konsep pokok, prosedur dan teknik terapi sesuai dengan nilai
budaya masyarakat di mana proses konseling berlangsung, agar proses konseling dapat
berlangsung efektif dan hasil yang diperoleh maksimal.
Model rational-emotive therapy (RET) yang diselenggarakan dalam setting kelompok
menjadi konseling kelompok rasional-emotif (KKRE) untuk modifikasi kecenderungan
perilaku nakal siswa disusun dalam suatu Buku Panduan Penyelenggaraan KKRE untuk
Modifikasi Perilaku Nakal Siswa SMA Etnis Jawa
Hasil Penelitian dan Kesimpulan:
Keterbatasan Penelitian:
2. Judul: Efektivitas Modifikasi Perilaku-Kognitif Untuk Mengurangi Kecemasan
Komunikasi Antar Pribadi: Lita Hadiati Wulandari
Latar Belakang: Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan
hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk
melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu
terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya.
Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh.
Besarnya peranan komunikasi dalam kehidupan manusia memancing timbulnya penelitian
secara ilmiah untuk mengetahui jumlah waktu yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi. Hasil penelitian rang dilakukan Berlo tahun 1980 (dalam Mariani, 1991)
menunjukkan bahwa 70% waktu aktif manusia di Amerika Serikat digunakan untuk
berkomunikasi. Penelitian pada hal yang sama di Indonesia sepengetahuan penulis belum
pemah dilakukan, sehingga penulis belum dapat membandingkannya dengan kondisi di
Indonesia. Perbedaan kultur antara Indonesia dengan Amerika tentunya akan membawa.
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Efektivitas Modifikasi Perilaku-Kognitif untuk
mengurangi Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi.
Berikut ini akan dipaparkan peranan masing-masing teknik yang digunakan pada penelitian
ini terhadap pengendalian kecemasan komunikasi antar pribadi.
1. Peranan Teknik Relaksasi pada Pengendalian Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi
Individu perlu membuat dirinya dalam keadaan rileks pada saat individu menyadari pikiran-
pikirannya yang tidak rasional dan melihat peristiwa yang dihadapinya secara objektif dan
rasional, sehingga tercapai keadaan individu yang mampu mengurangi perasaan tidak
menyenangkan. Teknik relaksasi dipelajari untuk meningkatkan kemampuan menyadari
ketegangan otot yang terjadi pada saat mengalami kecemasan komunikasi antar pribadi dan
secara sistematis meredakan ketegangan tersebut mencapai keadaan rileks.
Pada saat individu merasa cemas, maka sebenarnya otot-otot tubuhnya mengalami
ketegangan terutama pada otot sekitar wajah, dan leher. Denyut jantung juga menjadi
berdetak lebih keras. Ketegangan pada otot-otot tersebut menyebabkan individu semakin sulit
untuk melakukan komunikasi, denyut jantung yang berdebar membuat seseorang menjadi
merasa cemas dan tidak mampu berpikir tentang hal-hal yang ingin diungkapkan. Dengan
melatih tubuh menjadi rileks, maka ketika individu merasa tegang ia menjadi lebih cepat
sadar tentang kondisi dirinya yang tegang. Ketika individu telah berhasil meredakan
ketegangan tubuhnya, ia akan lebih mampu berpikir lebih baik tentang hal-hal yang ingin
diungkapkan.
2. Peranan Teknik Pemantauan Diri Pada Pengendalian Kecemasan Komunikasi Antar
Pribadi
Teknik pemantauan diri dilaksanakan dengan tujuan peningkatan kesadaran individu tentang
perilaku dirinya, melalui pemantauan serta pencatatan sehingga diharapkan individu yang
bersangkutan mempunyai pemahaman yang objekif terhadap perilakunya (Kanfer, 1975).
Soekadji (1983) menegaskan pentingnya pemantauan diri dan pencatatan data pada subjek
agar tidak menimbulkan kesan yang salah bahwa ada perubahan perilaku yang sebenarnya
hanya merupakan harapannya saja.
Proses pemantauan diri dan pencatatan data dapat menimbulkan perubahan frekuensi perilaku
tidak adaptif, karena dalam proses tersebut juga terjadi proses evaluasi dan pengukuhan diri
(Kanfer, 1975).
Pencatatan yang dilakukan individu akan membantu individu tersebut untuk lebih memahami
peristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari, perasaan-perasaan yang dialami ketika
berkomunikasi dengan individu lain.
Dengan latihan pencatatan pemantauan diri maka individu lebih menyelami perasaannya dan
mampu mengoreksi perasaan negatif yang dialaminya.
3. Peranan Teknik Komunikasi pada Pengendalian Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi
Teknik ini bertujuan untuk mengajarkan kemampuan aspek kognitif yang berperan untuk
pembentukan perilaku yang dikehendaki (Goldfried dan Davison, 1976). Individu
mengembangkan perilakunya yang adaptif maupun tidak adaptif dan pola perasaan melalui
proses kognitif (Burns, 1988). Kesadaran individu bahwa kecemasannya dalam
berkomunikasi antar pribadi disebabkan oleh adanya pikiran dan persepsi yang tidak rasional
dan kemampuan untuk menggantikan pikiran-pikiran tidak rasional dengan pikiran objektif
membuat individu lebih terkendali (Markman dalam Kanfer dan Goldstein, 1986). Dengan
demikian individu melakukan evaluasi terhadap pernyataan-pernyataan diri yang
menimbulkan kecemasan, menghentikan pikiran-pikiran tersebut, dan kemudian membuat
pernyataan-pernyataan diri yang objektif serta rasional (Bellack dan Hersen, 1977).
Individu yang merasa cemas ketika berkomunikasi antara pribadi sebenarnya mengalami
beberapa distorsi kognitif yang tidak disadarinya. Dengan individu menyadari bahwa ternyata
ada beberapa distorsi kognitif, maka diharapkan individu tersebut mampu mengatasi rasa
cemasnya dengan memperbaiki pola pemikirannya.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: 1. Teknik modifikasi perilaku ternyata dapat digunakan dan
hasilnya efektif untuk menurunkan kecemasan komunikasi antar individu.
2. Efektivitas modifikasi perilaku kognitif untuk mengurangi kecemasan komunikasi antar
pribadi dapat bertahan selama beberapa waktu lamanya, jadi tidak merupakan perubahan
sesaat saja. Hal ini dimungkinkan karena proses modifikasi sendiri mampu direkam oleh sisi
kognitif individu yang dapat digunakan sewaktu-waktu.
3. Motivasi adalah faktor yang sangat penting dalam perubahan perilaku individu.
Keterbatasan Penelitian:
3. Judul: Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan
Amarah (Anger Management): Laela Siddiqah
Latar Belakang: Perilaku1 agresif di kalangan remaja, khususnya pelajar sekolah menengah
atas, dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari jumlahnya maupun variasi bentuk
perilaku agresif yang dimunculkan. Data di Poltabes Yogyakarta tahun 2008 menunjukkan
adanya 78 kasus perilaku agresif remaja dan telah diproses secara hukum pada tahun 2003
hingga 2006, dengan pelanggaran berupa penggunaan senjata tajam, penganiayaan,
pengeroyokan, pencabulan, pemerkosaan, termasuk pencurian dan penggelapan. Rentang usia
pelaku berkisar 12 hingga 18 tahun. Selama Juli 2006 hingga April 2008 di Sebuah SMA di
Yogyakarta tercatat 73 laporan penganiayaan, pemukulan, pengejaran dan pengeroyokan.
Sementara di SMA lainnya, setidaknya tercatat 8 peristiwa serupa yang terjadi pada periode
September 2007 hingga April 2008. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah siswa
yang memiliki agresivitas yang tinggi dan mereka tidak ragu‐ragu untuk menyerang atau
menyakiti orang lain, yang juga menggambarka bahwa para siswa memiliki kontrol diri yang
lemah sebagaimana hasil penelitian Elfida (1995) yang menyatakan bahwa kemampuan
mengontrol diri berhubungan negatif dengan kecenderungan berperilaku delinkuen, termasuk
didalamnya adalah perilaku agresif.
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Partisipan adalah 28 remaja laki‐laki,
pelajar kelas XI dari 2 Sekolah Menengah Atas di wilayah kota Yogyakarta, dengan rerata
usia 16 tahun, yang terpilih melalui seleksi berdasarkan skor tingkat amarah, serta
direkomendasikan guru sebagai siswa berisiko. Desain Penelitian Desain yang dipakai dalam
penelitian ini adalah the untreated control group design with pretest and posttest (Cook &
Campbell, 1979), yaitu bagian dari desain eksperimen dua kelompok (between subject
design) yang dirancang dengan membagi subjek tanpa penugasan secara random ke dalam
kelompok eksperimen, yaitu yang menerima manipulasi eksperimental dan ke dalam
kelompok kontrol, yaitu kelompok yang berada dalam kondisi kontrol yang digunakan untuk
menentukan nilai dari variable tergantung tanpa manipulas eksperimental dari variabel bebas.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Dari data deskriptif rerata skor perilaku agresif kedua
kelompok diketahui bahwa rerata skor perilaku agresif KE saat pre‐test lebih besar daripada
KK, dengan selisih deviasi standar yang tidak besar, yang menunjukkan bahwa kondisi
perilaku agresif di kedua kelompok pada saat pre‐test tidak terlalu jauh berbeda. Pada saat
post‐test, skor perilaku agresif KE lebih rendah dibandingkan skor perilaku agresif KK dan
deviasi standar KE lebih kecil daripada deviasi standar KK (SKE=11,048 dan SKK=24,275).
Semakin kecilnya nilai deviasi standar pada KE menunjukkan bahwa individu dalam KE
menjadi semakin homogen, yaitu berkurang agresivitasnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa program pengelolaan amarah ”Stay Cool” hanya memberikan sumbangan sebesar 6%
dalam mengurangi perilaku agresif remaja berisiko. Perbedaan skor perilaku agresif
partisipan dalam KE antara sebelum dan sesudah perlakuan tidak signifikan, namun
penurunan yang terjadi menunjukkan bahwa program pengelolaan amarah bermanfaat secara
praktis untuk membantu partisipan memberdayakan dirinya dalam mengendalikan
perilakunya, mengingat perilaku agresif merupakan masalah perilaku yang begitu kompleks
dan banyak faktor yang mempengaruhinya (Currie, 2004; Knorth et al., 2007). Goldstein &
Glick (1994) menyatakan bahwa perilaku agresif pada remaja cenderung konsisten dan
seringkali terjadi begitu cepat, terlebih jika mendapatkan dukungan dari lingkungan
sebayanya, sehingga sangat memungkinkan remaja masih memilih berperilaku agresif ketika
menghadapi suatu permasalahan atau konflik setelah program berakhir. Hal ini juga yang
menjadi pertimbangan terhadap hasil penelitian, mengapa meningkatnya kemampuan
mengelola amarah partisipan di KE tidak selalu diikuti dengan penurunan perilaku agresif.
Keterbatasan Penelitian:
4. Judul: Penerapan Teknik Kontrol Diri Untuk Mengurangi Konsumsi Rokok Pada
Kategori Perokok Ringan: Meirina Ramdhani
Latar Belakang: Tiap orang memerlukan kebebasan untuk menjadi kreatif dan
mengaktualisasi diri. Di sisi lain, kendali dari dalam diri diperlukan sebagai regulasi atas
dorongan dan kemampuan yangdimiliki, baik secara fisik, psikis, maupun perilaku. Bertindak
tanpa pikir panjang merupakan ciri khas yang melekat pada anak-anak. Mereka bertindak
spontan. Bila sakit mereka akan menangis di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa
saja. Bila gembira, anak yang sehat akan berlarian, mencoret-coret, berteriak-teriak girang,
atau melakukan apa pun yang ia inginkan.
Bayangkan bila perilaku semacam ini dilakukan oleh remaja atau orang dewasa. Tentu saja
cukup aneh. Kita akan merasa sangat terganggu bila menemukan seseorang yang bukan lagi
anak-anak bertindak sesuka hati, membiarkan dorongan-dorongan atau keinginan yang
bersifat egoistis termanifestasi begitu saja. Semakin bertambah usia seseorang, ia diharapkan
semakin memiliki kendali atas perilakunya sendiri. Dengan kata lain, semakin
mengembangkan kemampuannya mengontrol diri.
Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu
selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di
lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli berpendapat bahwa selain dapat mereduksi efek-efek
psikologis yang negatif dari stressor-stessor lingkungan, kontrol diri juga dapat digunakan
sebagai suatu intervensi yang bersifat pencegahan. Kontrol diri dapat mencakup semua
bidang perilaku, yaitu perilaku politik, sosial, spritual, budaya dan perilaku kerja. Pengaruh
kontrol diri terhadap timbulnya tingkah laku seseorang dapat dianggap cukup besar, karena
tingkah laku over merupakan hasil proses pengontrolan diri seseorang.
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian:
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Menghentikan kebiasaan merokok merupakan
permasalahan utama para perokok aktif yang mulai menyadari bahaya akibat rokok.
Kesulitan untuk berhenti merokok berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengontrol
dirinya (self-control). Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan teknik kontrol diri
untuk mengurangi konsumsi rokok. Pendekatan penelitian ini adalah rangkaian kasus (case
series). Subjek berjumlah 4 orang perokok laki-laki usia dewasa yang biasa merokok tidak
lebih dari 10 batang per hari (kategori ringan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keempat subjek mengalami penurunan konsumsi rokok per hari, yang dapat dilihat dari
kondisi awal sebelum diberikan intervensi, kondisi pada proses intervensi, kondisi setelah
intervensi dihentikan dan tahap tindak lanjut.
Keterbatasan Penelitian:
5. Judul: Pemetaan Penerapan Modifikasi Perilaku Kognitif pada Anak Usia Dini Oleh
Pendidik Paud Di Kota Pekanbaru: Devi Risma
Latar Belakang, Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Hasil Penelitian dan Kesimpulan:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan pengenalan dan
penerapanmodifikasi perilaku kognitif yang dilakukan oleh Pendidik PAUD untuk mengatasi
permasalaananak usia dini di Kota Pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui gambaranpengenalan Pendidik PAUD tentang modifikasi perilaku kognitif dan
penerapannya untukmengatasi permasalahan anak usia dini. Sampel dalam penelitian ini
adalah Pendidik PAUD diKota Pekanbaru sebanyak 139 orang yang tersebar pada seluruh
kecamatan. Teknik pengumpulandata menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan
tentang pengetahuan dan penerapanpendidik PAUD dalam melaksanakan modifijasi perilaku
kognitif. Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru PAUD
tentang modifikasi perilaku kognitif sebagianbesar dalam kategori sangat rendah (60%),
sedangkan penerapannya dalam kategori sedang(41,35%). Hal ini berarti guru PAUD
walaupun belum mengenal istilah modifikasi perilaku kognitif,namun pada dasarnya sudah
menerapkan dalam mengatasi permasalahan anak usia dini.
6. Judul: Pengembangan Model Modifikasi Perilaku Terintegrasi Program Pembelajaran
untuk Anak Dengan Masalah Perilaku: Edi Purwanta
Latar Belakang: Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Hasil Penelitian dan Kesimpulan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan perilaku yang banyak ditemukan di
SLB E, mengetahui kebutuhan guru terkait penanganan permasalahan perilaku, dan
mengembangkan model modifikasi perilaku terintegrasi pembelajaran untuk anak gangguan
perilaku. Penelitian menggunakan pendekatan research and development dengan subjek
penelitian siswa dan guru SLB-E Bina Putera Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan
seperti berikut. (1) Perilaku bermasalah yang banyak ditemukan adalah bermasalah internal
dan eksternal dengan latar belakang menghindar (escape) pembelajaran. (2) Kebutuhan guru
dalam penanganan permasalahan perilaku berupa pengetahuan dan keterampilan asesmen
perilaku dalam pembelajaran, merancang Program Pembelajaran Individual (PPI) sesuai
dengan karakteristik individual siswa dengan memasukkan unsur pengelolaan perilaku
bermasalah dalam skenario pembelajaran, dan teknik-teknik modifikasi perilaku yang
integratif dengan pembelajaran. (3) Model modifikasi perilaku terintegrasi pembelajaran
dimulai menemukan latar belakang perilaku bermasalah, modifikasi perilaku diawali dengan
asesmen mendalam mengenai antecedent dan consequence dari perilaku, dan menerapkan
perbaikan perilaku sesuai jenis dan latar belakang perilaku bermasalah. Kata Kunci : masalah
perilaku, model modifikasi terintegrasi
Keterbatasan Penelitian:
7. Judul: Anak-anak SMP yang Tingkat Kepercayaan Dirinya Rendah
Latar Belakang: Secara umum modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai hampir segala
tindakan yang bertujuan mengubah perilaku. Sebenarnya definisi istilah modifikasi perilaku
yang tepat ialah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar, maupun prinsip-
prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia (Bootzin,1975 dalam Soekadji
: 1983[1]). Pada penelitian modifikasi perilaku kali ini, kami akan mencoba memodifikasi
perilaku 7 orang siswa/I SMP yang berusia 12-14 tahun di SMP N 37 Palembang, yaitu
Benny, Dandi, Meidi, Diana, Elly, Sutina, dan Sarpani ( biodatanya terlampir). Perilaku
sasaran yang akan kami modifikasi adalah tingkat kepercayaan diri yang rendah dikalangan
siswa/I SMP.
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Subjek adalah siswa/I SMP N 37 kelas 7, yang
berjumlah 7 orang, mereka adalah Benny, Sutina, Sarpani, Diana, Meydi, Elly dan Dandy.
semuanya siswa kelas 7 yang rata-rata berusia 12-14 tahun. Mereka dipilih oleh guru BK
yang diambil dari kelas yang berbeda. Mereka rata-rata mengalami masalah yang sama
diantaranya takut bertanya pada guru, pemalu, pendiam, selalu gugup ketika disuruh maju
kedepan kelas untuk menyelesaikan soal, ataupun bernyanyi ketika pelajaran kesenian, dll.
“Anak-anak ini sangat pendiam dikelas, beberapa diantara mereka malah tidak punya teman,
jarang bergaul dan cenderung diam seperti Diana dan Sarpani . Paling tidak mau jika disuruh
gurunya kedepan kelas, dikelas mereka tidak pernah bertanya ataupun menjawab pertanyaan
dari guru, mereka kurang aktif, seperti sutinah dan benny, mereka sebenarnya anak yang
lumayan, tapi sayangnya mereka kurang aktif” ujar bu Ning, guru Bknya. Seorang guru IPS
bernama Meri Hot Saur mengatakan “Anak yang bernama Dandi, selain dia tidak aktif
dikelas, dia juga jarang mengerjakan tugas rumahnya, jika ditanya pasti ia menjawab tidak
bisa, bagi anak yang tidak mengerjakan PR biasanya saya hukum, saya suruh menulis 50 kali
‘saya berjanji tidak akan lupa membuat PR lagi’ tapi sama si Dandi itu tidak pernah
dikerjakan juga hukumannya. Saat belajar juga dia seperti tidak memperhatikan, bengong,
tatapan kosong jika ditanya sudah mengerti apa belum, dia mengangguk, tapi ketika ditanya
tentang pelajaran yang baru dijelaskan tadi, dia bilang tidak tahu, ketika dimarahi malah
Cuma senyum-senyum saja, sudah sering saya nasihati tapi tidak pernah didengar. Saya sudah
nyerah sama anak itu”.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Kepercayaan diri merupakan hal yang penting dalam
kehidupan manusia. Tingkat kepercayaan diri memiliki dampak yang penting bagi interaksi
sosial seseorang. Orang yang meniliki kepercayaan diri yang rendah dapat bersifat antisosial.
Kepercayaan diri dapat dikaitkan dengan motif sosial, orang yang memiliki kepercayaan diri
yang rendah, biasanya juga memiliki tingkat motif sosial yang rendah.
Bagi anak-anak sekolah, kepercayaan diri adalah salah satu hal yang sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka dikelas. Pada modifikasi perilaku yang telah
kami lakukan terhadap 7 anak yang berasal dari SMP N 37 palembang, yang sebelumnya
tingkat kepercayaaan dirinya rendah ini, terlihat sekali perkembangan yang pesat dari minggu
ke minggu, mereka yang sebelumnya tidak aktif ketika dikelas, dan tidak memiliki teman,
sekarang sudah mulai aktif dan mulai memiliki banyak teman, bahkan mereka mau
bergabung dengan anak-anak lain yang bukan teman sekelas mereka, ini menunjukkan bahwa
tingkat kepercayaan diri mereka telah meningkat.
Keterbatasan Penelitian:
8. Judul: Cegah Obesitas pada Remaja
Latar Belakang: Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata.
Semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah
kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas
pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan risiko kesehatan
lainnya yang lebih serius.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology
mengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan
peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan
wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka
berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004,
saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang diantaranya meninggal.
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik
pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui
faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga
diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang
mengalami obesitas atau overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali
lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian. Risiko kanker
kolon serta penyakit pernapasan seperti asma dan emfisema juga meningkat 2-3 kali.
Keterbatasan Penelitian:
9. Judul: Pengembangan Model Modifikasi Perilaku melalui ‘Continuous Reinforcement’
dan ‘Partial Reinforcement’ untuk Mengatasi Kebiasaan ‘Buruk’ Anak dalam Belajar:
Munawir Yusuf, Edy Legowo, R. Djatun, Gunarhadi
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model modifikasi perilaku bagi anak dengan
kebiasaan buruk dalam belajar dengan menerapkan ‘continuous reinforcement’ dan ‘partial
reinforcement’. Hasinya diharapkan dapat mengubah kebiasaan buruk anak serta
meningkatkan prestasi belajarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan
dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (tahun 2004) dilakukan dengan menghimpun data base
yang diperlukan dalam penelitian tahun ke II. Pada tahun ke dua difokuskan pada
pengembangan produk penelitian berupa Buku Panduan Modifikasi Perilaku untuk Mengatasi
Kebiasaan Buruk Anak dalam Belajar, sebagai bahan pelatihan guru dan orangtua. Pada tahun
ketiga penelitian difokuskan pada implementasi Buku Panduan, dan hasilnya menunjukkan
bahwa seluruh guru dan orangtua berpendapat bahwa biku panduan yang dikembangkan,
sangat positif, sebagian besar menyatakan mudah digunakan dan berdampak signifikan pada
perubahan perilaku positif maupun prestasi belajar pada anak. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut direkomendasikan bahwa buku panduan modifikasi perilaku yang dikembangkan
dalam penelitian ini, dapat didesiminasikan di sekolah-sekolah lain, dengan memperhatikan
latar belakang pendidikan orangtua.
Latar Belakang:
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Penelitian ini termasuk kategori penelitian dan
pengembangan (Research and Development) atau R&D. Dalam penelitian ini pada tahap
awal dilakukan kajian lapangan mengenai berbagai variabel yang akan diteliti (dalam hal ini
kebiasaan dan perilaku belajar anak). Dari hasil kajian lapangan selanjutnya digunakan
sebagai rujukan dalam rangka pengembangan model modifikasi perilaku berupa ‘manual’
sederhana yang akan digunakan oleh guru dan orangtua. Dari manual yang disusun, diuji
validitasnya untuk mencapai kelayakan penggunaan, untuk selanjutnya calon pengguna
manual (dalam hal ini guru dan orangtua dari anak-anak terpilih yang akan dikenai
intervensi) diberikan pelatihan tentang cara menggunakan manual dimaksud. Pada tahap
selanjutnya, sesuai dengan rentang waktu yang disepakati, guru dan orangtua menerapkan
model modifikasi perilaku baik pola ‘continuous reinforcement’ maupun ‘partial
reinforcement’. Dengan monitoring dan pendampingan dari peneliti selama uji coba
modifikasi perilaku, selanjutnya guru dan orangtua diajak untuk melakukan evaluasi baik dari
segi proses maupun hasil intervensi.
Ada dua hasil yang diharapkan pada tahap ini, ialah (1) dari segi proses dapat diperoleh
model proses uji coba yang efektif, dan (2) dari segi hasil dapat diperoleh gambaran tentang
efektivitas penerapan modifikasi perilaku yang menggunakan pola ‘continuous
reinforcement’ dan ‘partial reinforcement’ dalam mengatasi kebiasaan dan perilaku ‘buruk’
anak dalam belajar, serta peningkatan prestasi belajar dibanding sebelum uji coba dilakukan.
Pada tahun I subyek penelitian adalah siswa SD yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Mereka adalah anak-anak dengan kebiasaan buruk dalam belajar di tujuh SD Negeri dan
Swasta di Surakarta yang dipilih secara random. Pada tahun II subyek penelitian adalah para
pakar di bidang psikologi, pendidikan luar biasa, teknologi pendidikan dan pakar bahasa.
Mereka adalah tujuh orang yang secara khusus diminta melakukan review dan menjadi
‘judges’ dari buku panduan modifikasi perilaku yang dikembangkan. Selain pakar, subyek
penelitian juga mereka para guru SD dan orangtua siswa calon pengguna buku panduan untuk
mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas buku panduan.
Pada tahun III subyek penelitian adalah para guru kelas pada SD yang dijadikan tempat
penelitian, para orangtua siswa, dan para siswa yang terpilih sebagai sampel penelitian.
Jumlah guru kelas di SD ada 12 orang, jumlah orangtua siswa ada 30 orang dan jumlah siswa
yang dikenai program modifikasi perilaku ada 30 orang.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Surakarta dengan mengambil sampel Guru
Sekolah Dasar dan Orangtua anak dengan kebiasaan buruk dalam belajar. Sedangkan para
‘judges’ berasal dari Dosen FKIP UNS sesuai dengan bidang keahliannya, terdiri dari ahli
pendidikan luar biasa, ahli teknologi pendidikan, ahli psikologi dan ahli bahasa.
Untuk menghimpun data awal digunakan metode tes, kuesioner, dokumentasi observasi dan
wawancara. Sedangkan pada penelitian tahun ke II digunakan metode workshop, penilaian
melalui ‘judges’ dan kuesioner. Pada thun ke III data yang dikumpulkan berupa tanggapan
guru dan orangtua terhadap buku panduan, perubahan perilaku yang dialami siswa setelah
mendapatkan intervensi oleh guru dan orangtua, serta hasil belajar baik sebelum maupun
setelah dikenai intervensi. Untuk mendapatkan data tersebut digunakan merode angket, tes,
dan dokumen. Analisis data digunakan statistik deskriptif dan analisis kualitatif.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Profil Anak dengan Kebiasaan Buruk dalam Belajar
a. Hubungan antara Kebiasaan dan Perilaku Belajar dengan Hasil Belajar.
Secara umum problem belajar yang dialami anak yang menjadi sampel dalam penelitian ini
sebagian besar adalah mengalami problem perilaku belajar di sekolah 52.55%, dan
mengalami kesulitan belajar 50.16%. Mereka juga memiliki kebiasaan dan motivasi belajar
buruk 37.%. Apakah temuan ini ada kaitannya dengan hasil belajar, tampaknya ya, hal ini
terbukti bahwa dari sampel siswa, 79,64% dari mereka memiliki prestasi belajar di bawah
rata-rata kelas. Dan hanya 20,36% yang di atas rata-rata kelas. Ini menunjukkan bahwa
kebiasaan buruk anak dalam belajar berdampak terhadap prestasi belajar yang rendah.
Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar anak, maka salah satunya harus diatasi
dengan cara memperbaiki kebiasaan dan perilaku buruk anak dalam belajar serta kesulitan
belajar yang dialami.
b. Profil Psikologis dengan Hasil Belajar
Dari hasil tes psikologi diperoleh hasil bahwa sebagian besar sampel penelitian ini memiliki
tingkat kecerdasan umum (IQ) sedang atau rata-rata yaitu mencapai (52,99%), sedangkan
sisanya (47,01%) termasuk kategori rendah atau di bawah rata-rata. Secara logika anak yang
memiliki IQ di bawah rata-rata aan memperoleh prestasi belajar yang rendah, sedangkan
mereka yang memiliki IQ rata-rata, sesungguhnya mereka berpeluang untuk memperoleh
prestasi belajar yang rata-rata atau bahkan tinggi. Dari hasil belajar yang diperoleh, ternyata
diketahui bahwa 79,64% siswa sampel memperoleh hasil belajar di bawah rata-rata kelas.
Data ini menggambarkan bahwa setidaknya ada sekitar 32,63% (79,64% dikurangi 47,01%)
sampel penelitian ini termasuk kategori berprestasi di bawah potensinya (under achiever).
Angka ini mempunyai makna bahwa sesungguhnya jika mereka mendapatkan pelayanan dan
pembimbingan belajar yang tepat dan baik di sekolah maupun di rumah, sesungguhnya lebih
dari separo sampel tersebut seharusnya mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi. Dalam
penelitian ini menemukan bahwa ternyata lebih dari 32% dari mereka tidak mampu mencapai
prestasi yang tinggi alias berada di bawah rata-rata kelas padahal IQ mereka normal. Dalam
literatur mereka disebut sebagai ‘under achiever’.Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa
demikian. Jawabannya adalah terkait dengan kebiasaan dan perilaku yang buruk dalam
belajar. Temuan ini memperkuat kajian teori yang diungkapkan sebelumnya bahwa kebiasaan
buruk dalam belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Karena itu pengembangan modifikasi
perilaku untuk mengatasi kebiasaan buruk anak dalam belajar menjadi sangat penting dan
mendesak untuk dilakukan.
c. Hubungan antara Kemampuan Verbal dengan Kemampuan Numerikal
Skor kemampuan verbal tertinggi diperoleh SD4 dengan rata-rata 91.5 disusul SD 3 dan SD 7
masing-masing 73.55 dan 72.17. Demikian juga untuk kemampuan numerikal, skor tertinggi
diperoleh dari SD4 dengan jumlah skor 63, disusul SD2 danSD1 masing-masing 59.05 dan
58.15. Ada temuan menarik bahwa SD yang unggul dalam kemampuan verbal ternyata tidak
selalu unggul dalam kemampuan numerikal. Tampak dari SD7 yang tingkat kemampuan
verbal menduduki rangking tiga pada kemampuan numerikal menduduki rangking lima.
d. Respon Guru terhadap Pendidikan Anak
Tentang respon guru terhadap pendidikan anak, pada umumnya hampir semua variable
termasuk kategori tinggi. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Tingkat pemahaman guru terhadap anak sebagian besar (85,7%) masuk kategori tinggi,
hanya satu SD (14,3%) yang memiliki tingkat pemahaman sedang.
2) Tingkat kebiasaan guru dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak, hanya ada
satu SD (14,3%) yang masuk kategori tinggi yaitu SD4 dengan skor rata-rata 31,17,
sedangkan sisanya (85,7%) termasuk kategori sedang (85,7%)
3) Tingkat persepsi guru terhadap pendidikan anak, diperoleh hasil sebagian besar (85,7%)
masuk kategori sedang, dan hanya satu SD yang masuk kategori tinggi (14,3%).
4) Tanggapan guru terhadap pendidikan anak, diperolah gambaran bahwa sebagian besar
masuk kategori positif tinggi (85,7%) dan hanya satu SD yang masuk kategori positif sedang
(14,3%).
e. Respon Orangtua terhadap Pendidikan Anak
Dari data yang terkumpul diperoleh gambaran sebagai berikut:
1) Tingkat pemahaman orangtua terhadap anak rata-rata cenderung sedang (85,7%), hanya
satu sekolah (14,3%) yang rata-rata cenderung tinggi yaitu SD5.
2) Tingkat kebiasaan orangtua dalam pendidikan anak cenderung termasuk kategori sedang
(100%).
3) Tingkat persepsi orangtua dalam pendidikan anak juga cenderung ke tingkat sedang
(100%).
4) Tingkat tanggapan dan harapan orangtua sebagian besar (85,7%) masuk kategori sedang,
dan hanya satu Sd yang cenderung masuk kategori tinggi (14.3%).
Model Modifikasi Perilaku yang dikembangkan
Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama sebagaimana diuraikan di atas, maka dilakukan
penelitian tahap kedua dengan fokus pengembangan model modifikasi perilaku yang
melibatkan guru dan orangtua. Langkah dan hasil pengembangan adalah sebagai berikut.
a. Hasil Pengembangan Buku Panduan
Hasil pengembangan substansi kajian terhadap materi modifikasi perilaku sebagai
pendekatan dalam pengubahan perilaku buruk anak dalam belajar, diperoleh 6 (enam) modul
panduan modifikasi perilaku.
1) Mengenal Anak Dengan Kebiasaan Buruk dalam Belajar
2) Mengenal konsep dasar dan cirri-ciri serta asumsi-asumsi yang digunakan dalam
melakukan modifikasi perilaku
3) Prosedur dan pendekatan dalam modifikasi perilaku
4) Merencanakan dan melaksanakan proses pengubahan perilaku
5) Menilai hasil pengubahan perilaku, dan
6) Teknik kontrak dan penguatan perilaku
b. Hasil Uji Validitas Buku Panduan
Uji validitas buku dilakukan dengan menggunakan validitas isi (content). Dari substansi
kajian berdasarkan hasil studi literatur dan kajian lapangan tim peneliti, diujikan kepada para
ahli di bidangnya masing-masing, yaitu seorang ahli/guru besar bidang PLB, seorang ahli
(guru besar) di bidang teknologi pendidikan, seorang ahli (Doktor) di bidang Psikologi,
seorang ahli (guru besar) di bidang Bahasa, dan seorang ahli (candidate doctor) di bidang
Psikologi Bimbingan dan konseling.
Selanjutnya hasil uji keterbacaan buku panduan oleh beberapa guru dan orangtua sampel
kecil atas produk buku panduan, diketahui hasilnya sebagai berikut:
1) Buku panduan dapat dimengerti dan difahami isinya dengan baik (84%)
2) Buku panduan penting untuk dilatihkan kepada guru dan orangtua (95%)
3) Buku panduan memungkinkan dapat diterapkan oleh guru dan orangtua (92%)
4) Buku panduan akan membantu guru dan orangtua (84%)
5) Buku panduan menggunakan bahasa sederhana dan mudah difahami (82%)
6) Buku panduan memiliki daya tarik penampilan yang cukup baik (85%)
Berdasarkan hasil pengembangan buku panduan sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa buku panduan memiliki tingkat validitas yang cukup baik, tingkat
keterbacaan yang cukup tinggi, serta direspon cukup positif oleh calon pengguna.

10. Judul: Efektivitas Cognitive Behaviour Modification (Cbm) Terhadap Perilaku Malu
Pada Siswa Makn Surakarta: Sumi Lestari
Latar Belakang: Pemalu adalah sifat menarik diri untuk tampil di depan publik, menahan diri
untuk tidak tampil ekspresif. Perilaku malu dapat terjadi pada siapa saja. Perilaku seperti ini
dapat dimiliki seseorang sejak kecil atau pada saat menjelang masa dewasa. Pada masa
dewasa, perilaku malu dan gugup dapat muncul sebagai akibat pengalaman memalukan yang
pernah dilalui oleh orang tersebut atau pada saat orang menghadapi lingkungan baru yang
masih asing baginya (Tasmin, 2002). Pemalu menjadi masalah, jika perilaku ini
menyebabkan potensi individu menjadi terkubur dan individu tersebut tidak dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.
Perilaku malu menjauhkan mereka dari lingkungan sosial. kehangatan dan keakraban dari
orang-orang berbahagia yang ada di dalamnya, orang pemalu merasa yakin bahwa mereka
bodoh, janggal dan tidak menarik. Mereka mempunyai pendapat yang sangat rendah
mengenai bagaimana orang lain akan menilai diri mereka dan dengan demikian mereka mulai
menyakinkan orang lain untuk tidak mempedulikan mereka (Lake dkk, 1986).
Modifikasi perilaku-kognitif merupakan teknik menggabungkan terapi kognitif dan bentuk
modifikasi perilaku (Meichenbaum dalam Kanfer dan Goldstein, 1986). Individu yang akan
bertindak, sebelumnya didahului adanya proses berpikir, sehingga bila ingin mengubah suatu
perilaku yang tidak adaptif, terlebih dahulu harus memahami aspek-aspek yang berada dalam
pengalaman kognitif dan usaha untuk membangun perilaku adaptif melalui mempelajari
ketrampilan-ketrampilan yang terdapat pada terapi perilakuan Meichenbaum (dalam kanfer &
Goldstein, 1986). Meichenbaum (dalam Ivey, 1993) menekankan interaksi antara manusia
dan lingkungan. Perilaku terjadi secara resiprok dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses
fisiologis dan konsekuensi perilaku. Modifikasi perilaku-kognitif merupakan bentuk terapi
yang ingin melihat bahwa individu tidak hanya dipahami melalui perilaku yang tampak saja
seperti yang dilihat oleh pihak perlakuan, namun dibalik tingkah laku yang tampak terdapat
proses internal yang sebenarnya merupakan hasil pemikiran kognisi.
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Metode yang digunakan dalam mengungkap data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala perilaku malu, lembar persetujuan
subjek, lembar kontrak kerja, tugas harian dan lembar evaluasi pelatihan. Metode skala
digunakan untuk mengungkap perilaku malu, skala perilaku malu ini adalah hasil adaptasi
dari skala perilaku malu Zimbardo. Subjek penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah
remaja umur 15-18 tahun, kelas 2-3, beragama islam, mempunyai skor sedang sampai sangat
tinggi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan skala pada masing-masing
subjek penelitian pada siswi MAKN Surakarta yang duduk dikelas 2 dan kelas 3 yang berusia
15-18 tahun dan beragama islam.
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan bantuan program
SPSS. for Windows.10.0. Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji
homogenitas dan uji normalitas sebagai syarat untuk melakukan analisis data, Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan tehnik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan tehnik Mouchly’s Test of Sphericity, kedua
tehnik tersebut dianalisis dengan menggunakan program SPSS. For Windows 10.0. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas modifikasi perilaku-kognitif terhadap perilaku
malu pada siswa MAKN Surakarta. Dengan demikian teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan Anava Amatan Ulangan (Anava Repeated Measures) program SPSS. For
Windows. 10.0.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modifikasi
perilaku kognitif efektif dalam menurunkan perilaku malu pada siswa MAKN Surakarta,
terlihat dalam nilai perilaku malu pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dari
sesudah pelatihan dan dua minggu setelah pelatihan yang mempunyai sumbangan sebesar
67%. Dalam uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini
normal dan homogen sehingga dapat diteruskan untuk mencari analisis data. Dengan
demikian nilai perilaku malu pada kelompok kontrol lebih tinggi dari pada kelompok
eksperimen hal ini terlihat dalam nilai perilaku malu sesudah pelatihan, dua minggu setelah
pelatihan dengan perbedaan nilai rata-rata kelompok sesudah pelatihan sebesar Kelompok
Eksperimen =43,85, Kelompok Kontrol =52,42, sedangkan nilai rata-rata kelompok pada
tahap dua minggu setelah pelatihan sebesar Kelompok Eksperimen =38,15, Kelompok
Kontrol =54,92. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang mendapatkan
perlakuan pelatihan modifikasi perilaku kognitif menunjukkan penurunan nilai perilaku malu,
sedangkan untuk kelompok kontrol sebagai
waiting lists setelah pelatihan berakhir menunjukkan kenaikan nilai perilaku malu yang
disebabkan tidak memperoleh perlakuan pelatihan modifikasi perilaku kognitif.
Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi perilaku kognitif efektif dalam menurunkan perilaku
malu dilihat dari adanya perbedaan skor rerata pada tahap pre-test=52,96, post-test1=47,96,
dan post-test2=46,20 dengan nilai perbedaan (F) sebesar 30,061, sig=0,000, besarnya
sumbangan 56,7%.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa penurunan perilaku malu pada
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol berbeda secara sangat signifikan, dikuatkan
dengan hasil pengukuran sebelum pelatihan, susudah pelatihan dan dua minggu setelah
pelatihan pada kelompok eksperimen yang menunjukkan perbedaan nilai yang sangat
signifikan. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan terbukti bahwa
pelatihan Modifikasi Perilaku Kognitif efektif menurunkan perilaku malu pada siswa MAKN
Surakarta. Hasil penelitian ini juga didukung dengan tugas harian yang terangkum dalam
hasil analisis data individual.
Pelatihan modifikai perilaku kognitif efektif menurunkan perilaku malu pada siswa MAKN
Surakarta dengan memberikan kesempatan kepada subjek untuk mengenal diri,
menegemukakan pendapat, menyatakan apa yang dirasakan, mengenal kelebihan dan
kekurangan diri dan orang lain, berlatih untuk instruksi diri, berlatih untuk mengobservasi
diri, berlatih untuk mengelola emosi, berlatih untuk mengenali pola pikir negatif dan
mengenalinya serta berlatih untuk memonitoring diri. Dengan stimulasi dari pelatihan
modifikasi perilaku kognitif ini sebagian peserta sedikit demi sedikit tumbuh rasa percaya
diri, perilaku malu berkurang, berani menyatakan pendapat dan perasaan serta mampu
mengelola emosi dengan lebih baik.
Pelatihan modifikasi perilaku kognitif mampu memberikan kontribusi besar kepada subjek
karena dengan di adakanya pelatiahn ini subjek mulai menyadari segala yang ada pada diri
subjek yang selama ini mereka abaikan dan tidak diketahui, subjek juga menemukan solusi
dalam memecahkan masalah perilaku malu dan mencoba untuk mengendalikan atau menata
emosi-emosi yang muncul dengan baik.
Perilaku malu terjadi karena dibawa sejak lahir, inferiority complex (rendah diri), lingkungan,
pola asuh, kritikan, ancaman labeling dan perlindungan yang berlebihan yang menjadikan
ketidak mandirian pada subjek, penelitian ini tidak mengkaji secara mendetail faktor
penyebab perilaku malu karena pelatiahan Modifikasi Perilaku Kognitif ini mampu
memberikan kontribusi kepada subjek yang mempunyai perilaku malu ini yang disebabkan
oleh faktor fisik, psikis, dan lingkungan (faktor internal dan eksternal).
Keoptimisan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dirasakan oleh subjek mereka merasa
tidak ada beban hidup ini kalaupun ada mereka mampu menemukan solusi dengan cepat, di
sekolah misalnya subjek tidak merasa malu lagi ketika menjawab pertanyaan kedepan,
mereka tidak merasa takut akan salah, dan merasa minder lagi dan subjek semakin
termotivasi dalam belajar untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Dalam kehidupan
sehari-hari subjek
merasa lebih ceria dan positive thinking dalam memandang segala sesuatunya sehingga
subjek dalam menaggapi masalah dengan bijaksana dan dewasa.
Orang-orang yang dikuasai oleh perilaku malu sebaiknya menyadari bahwa setiap manusia
diciptakan unik, tidak ada duanya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya,
tidak ada manusia yang sempurna tanpa suatu kekurangan dan cacat apapun sesuai dengan
materi efek emosi positif terhadap perilaku positif. Maka yang pokok dalam hidup ini adalah
menjadi diri sendiri dan mengambil peranan yang sesuai dengan kadar pribadinya, untuk itu
maka mereka harus mengembangkan diri dengan memupuk segi-segi positif yang ada pada
diri mereka. Sebab hanya dengan demikian sumbangan dan jasa seseorang kepada hidup dan
lingkungannya menjadi berarti. Kalau dalam tahap pemupukan segi-segi yang positif itu
mencapai taraf yang tinggi maka masyarakat tidak akan mempedulikan kekurangan dan
cacatnya. Sebab hal-hal yang positif, sumbangan dan jasa mereka telah menutup segala
kekurangan dan cacat mereka, dan dengan berhasil menjadi diri sendiri serta mengambil
peranan dalam hidup yang sesuai maka mereka akan mencapai kemantapan diri dan tidak
merasa perlu lagi untuk membandningkan diri dengan orang-orang yang ada disekitarnya
(Mangunhardjana, 2006).
Penelitian ini memberikan kontribusi besar kepada subjek yang memiliki perilaku malu untuk
belajar mengenali diri sendiri, menerima diri dengan lapang dada dengan memahami segala
kelebihan dan kekurangan diri, merubah pola pikir negatif menjadi pola pikir positif,
mengenali emosi dan mengelola emosi yang muncul serta berusaha untuk mengembangkan
potensi diri dengan baik. Penelitian ini mengkaji tantang perilaku malu yang mempunyai
konotasi negatif artinya perilaku malu yang perlu dihilangkan atau dikurangi.
Berdasarkan berbagai penjelasan tentang perilaku malu, maka dapat dipahami bahwa malu
merupakan perilaku yang kadangkala dipahami sebagai perilaku yang harus dihilangkan
namun disisi lain harus ditumbuh kembangkan. Ke dua sisi ini melekat pada setiap makhuk
hidup terutama manusia. Mayoritas masyarakat Indonesia dalam memahami malu sebagai
suatu perilaku yang harus dihilangkan bahkan dijauhi karena dianggap sebagai perilaku yang
dapat menghambat kemajuan dalam segala bidang (Shipley, 1985). Sehingga tidak jarang kita
jumpai banyak orang yang tidak mau mengembangkan potensinya dikarenakan perilaku malu
tersebut. Dari konotasi pemahaman perilaku malu diatas, maka perilaku malu yang dimiliki
mayoritas masyarakat kita masih merupakan perilaku yang secara alami telah ada dalam diri
makhluk hidup.
Menurut Erikson dalam Bradshaw (2006) perilaku malu merupakan bagian dari tahap kedua
perkembangan psikososial. Pada tahap pertama anak kecil perlu membangun rasa percaya
yang mendasar (Basic Trust). Rasa kepercayaan yang mendasar harus lebih besar dari pada
rasa ketidak percayaan.
Perilaku malu yang menyehatkan adalah bagian dari kekuatan pribadi setiap manusia.
Perilaku malu ini mengizinkan kita untuk mengetahui keterbatasan dan dengan demikian
akan membuat kita menggunakan energi secara lebih efektif. Kita memiliki arah dan tujuan
yang lebih baik jika kita mengetahui keterbatasan kita, perilaku malu yang sehat membuat
energi terintegrasi dan bukan menyebar (Bradshaw, 2006).
Dari definisi perilaku malu diatas maka hakekat perilaku malu adalah suatu perilaku yang
dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan yang kurang baik menurut kacamata Allah
maupun manusia. Perilaku malu semacam ini merupakan suatu perilaku yang bertujuan untuk
menopang keberhasilan tujuan dan tugas hidup manusia. Perilaku malu juga bertindak
sebagai rem atau pengendali perilaku manusia agar selalu sesuai dengan perintah-Nya yang
pada akhirnya dapat mencapai tujuan dan tugas hidupnya secara sempurna.
Perilaku malu yang sehat dalam islam menempati tempat yang sangat penting. Hal ini dapat
kita lihat dari banyaknya ayat maupun hadits yang menjelaskan tentang perilaku malu
diantaranya adalah :
Surat AL Ahzab (33) : ayat 53.
Artinya : “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah nabi-nabi,
kecuali ada izin bagimu (untuk dipersilahkan masuk), makan (jika demikian masuklah ),
tanpa menunggu-nunggu masaknya makanan tetapi apabila kamu dipanggil maka masuklah
lalu apabila kamu sudah makan, maka keluarlah kamu, dan tidak usah (kamu) tenang santai-
santai bercakap-cakap, karena yang demikian itu amat mengganggu Nabi lalu dia (Nabi)
menjadi malu kepadamu (untuk menyuruh pergi). Dan Allah tidak malu dari (menerangkan)
yang baik. Dan jika kamu meminta kepada mereka (istri-istri nabi berupa sesuatu) maka
mintalah dari belakang tabir. Demikian lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak
layak bagimu menyakiti (hati) Nabi dan tidak boleh kamu menikahi istri-istri Nabi sesudah
wafatnya selama-lamanya. Sesungguhnya ini adalah resikonya besar (dosanya) disisih Allah.”
Ayat diatas secara tidak langsung menunjukkan makna malu adalah suatu perasaan yang
mencegah seseorang untuk tidak melakukan perbuatan hina dan karena malu Nabi enggan
menyuruh sahabatnya untuk keluar rumah karena khawatir sahabatnya dihinggapi perasaan
bersalah. Artinya karena persaan malulah yang mencegah nabi untuk melakukan suatu
perbuatan yang dapat menyinggung perasaan sahabatnya.
Dalam penelitian ini para subjek pada waktu sesi umpan balik materi tentang gejala-gejala
malu dan definisi perilaku malu. Subjek ada yang merespon bahwa perilaku malu mempunyai
dua konotasi yaitu konotasi postif dan konaotasi negative artinya konotasi positif adalah
perilaku malu yang sehat, malu melakukan kejahatan, malu melakuakan kesalahan.
Sedangkan perilaku malu konotasi negatif adalah malu untuk mengembangkan potensinya
sehingga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari merasa kesepian, tersiksa dan
menyakitkan.
Keterbatasan Penelitian:
11. Judul: Efektivitas Metode Modifikasi Perilaku ”Token Economy” Dalam Proses Belajar
Mengajar Di Kelas (The Effectiveness Of Behavior Modification Method Of ”Token
Economy” In The Classroom Learning And Teaching Process): Herdina Indrijati
Latar Belakang:
Metode Penelitian dan Subjek Penelitian: Variabel Penelitian: Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode modifikasi perilaku yang diterapkan
dalam manajemen kelas, yaitu Token Economy dan Metode Konvensional.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Perilaku menjawab dengan benar pertanyaan
dari guru, bertanya pada guru tentang materi pelajaran, menanggapi pertanyaan atau jawaban
guru maupun teman, menjawab pertanyaan dari guru meskipun salah.
Subyek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP Negeri 5 Jember. Teknik pengambilan
sampel secara purposive sampling, dipilih dua kelas yang menunjukkan beberapa perilaku
pasif ataupun bermasalah. Dari lima kelas
yang dimiliki oleh kelas 2, maka diambil dua kelas yaitu kelas 2C dan 2D yang memiliki ciri
hampir sama yaitu siswa-siswanya kurang aktif di kelas, Dari hasil undian, kelas 2D menjadi
kelompok eksperimen sedangkan kelas 2C menjadi kelompok kontrol.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan: Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada perbedaan
efektivitas antara metode Token Economy dan Metode Konvensional terhadap munculnya
perilaku: (1) menjawab dengan benar pertanyaan guru, (2) bertanya pada guru tentang materi
pelajaran, (3) menanggapi pertanyaan atau jawaban guru maupun teman, dan (4) menjawab
pertanyaan dari guru meskipun salah. Populasi penelitian adalah siswa kelas 2 SMP Negeri 5
Jember. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, Tipe penelitian ini adalah
eksperimen. Data dianalisis dengan t-Test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan
efektivitas antara Metode Token Economy dan Metode Konvensional
dalam memunculkan empat perilaku siswa yang diteliti. Disimpulkan bahwa penerapan
Metode Token Economy meningkatkan kemunculan perilaku positif yang diharapkan.
Keterbatasan Penelitian:

Anda mungkin juga menyukai