Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Ners Pada
Disusun Oleh :
RANI WISMAWANTI
1490121111
DILENGKAPI DENGAN
1. ABSTARK
2. KATA PENGANTAR
3. DAFTAR ISI
4. DLL
BAB I
PENDAHULUAN
melibatkan anak usia remaja. Namun, sebenarnya perilaku bullying ini bisa
menimpa siapa saja dan dapat terjadi kapan saja. Baik itu di sekolah, lingkar
waktu 9 tahun dari 2011 sampai 2019 ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap
anak. Untuk bullying baik yang terjadi di bidang pendidikan maupun sosial media,
angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat (KPAI, 2020).
Aksi bullying ini biasanya dilakukan secara langsung oleh seseorang atau
kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, berulang, dan dilakukan
Dalam suatu kajian bullying, terdapat tiga unsur utama yang terlibat, yaitu
pelaku atau penindas, korban atau tertindas, dan penonton atau orang yang tidak
terlibat secara langsung tapi turut menyaksikan kejadian tersebut. Bullying dapat
bullying tidak langsung (relational bullying) dan bullying melalui media internet
saat ini perilaku bullying banyak terjadi di media sosial. Media sosial merupakan
salah satu bentuk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui media
internet, teknologi digital, atau telepon seluler. Cyberbullying dianggap valid bila
pelaku dan korban berusia dibawah 18 tahun, apabila diatas 18 tahun maka
karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi
targetnya. Para peneliti melakukan analisis terhadap 4500 remaja, dan anak-anak
menyatakan memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dari kelompok lain yang
hanya dipukuli atau diejek. Remaja yang mengalami cyberbullying di Indonesia
hampir tidak ada yang menceritakan hal tersebut ke orang tua atau melaporkannya
sosial. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada data statistik yang konkret
Masa remaja awal menjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
remaja. Masa remaja sering diidentikkan sebagai masa individu mulai berusaha
mengenal diri melalui eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri
sebagai upaya untuk dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan. Sebagian
remaja mampu melewati masa peralihan ini dengan baik, namun beberapa remaja
bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari kenakalan ringan hingga
(Malihah, 2018). Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang
sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis
menemukan terdapat 78,0 persen siswa remaja yang mengaku pernah melihat
cyberbullying, 21,0 persen siswa pernah menjadi pelaku, dan 49,0 persen siswa
pernah menjadi korban. Sementara itu, hasil penelitin safaria (2016) menunjukkan
bahwa 80 persen siswa (total 102 siswa) dalam penelitiannya telah sering
pembicaraan masyarakat dan yang mencuat banyak melibatkan anak usia remaja.
Salah satunya dilakukan dengan media sosial atau juga disebut cyberbullying.
Dampak dari hal tersebut membuat korban stres dan juga menyebabkan gangguan
kepercayaan diri atau harga diri rendah, depresi hingga bunuh diri. Sehingga
peneliti tertarik melihat bagaimana kajian literatur dampak psikologis dari korban
cyberbullying.
ilmiah bagi para pengembang ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan jiwa.
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan perhatian besar bagi para pengajar atau
remaja.
yang menyimpang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno psyche : jiwa dan logos : kata), dalam
arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi
tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abasrak,
tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga
laku dan proses mental. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa psikologi
sebagai studi ilmiah sebagai proses perilaku dan proses mental. Psikologi
merupakan salah satu bagian dari ilmu sosial atau ilmu mental (Supardan, 2015).
1) Motivasi
2) Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran yang ada pada diri individu yang berisi
diri tidak hanya mempengaruhi individu dalam karakter tetapi juga tingkat
konsep diri dan dapat berkembang menjadi konsep diri positif maupun
dorongan untuk mengenal dan memahami dirinya sendiri. Dalam hal ini
individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu
negatif, ia tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri, juga tidak
potensi yang dimiliki. Individu yang memiliki konsep diri negatif adalah
individu yang pesimis, merasa dirinya tidak berharga, dan tidak tahan
Konsep sikap merujuk pada masalah yang lebih banyak bersifat evaluatif
afektif terhadap suatu kcenderungan atas reaksi yang dipilihnya. Sikap pun
4) Persepsi
mengenai sesuatu.
5) Sugesti
dengan mudah pengaruh orang lain tanpa diseleksi dengan pemikiran yang
kritis. Tanpa penggunaan kekuatan fisik atau paksaan. Namun tidak berarti
luas merupakan pengaruh psikis yang berasal dari orang lain maupun diri
karena mengalami hambatan dalam daya pikir kritisnya, apakah itu karena
stimulus yang emosional atau karena kelelahan fisik dan mental. Selain
itu, seseorang menerima sugesti disebabkan karena dukungan mayoritas
6) Prestasi
7) Kesadaran
pengetahuan.
8) Frustasi
respon agresif terhadap sumber frustasi. Akan tetapi, tidak semua frustasi
10) Imitasi
Imitasi merupakan salah satu proses interaksi sosial yang banyak terjadi
1) Pendekatan Neurobiologis
2) Pendekatan Perilaku
3) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertolak dari suatu asumsi bahwa sebagai manusia tidak
pengetahuan baru.
4) Pendekatan Psikoanalitik
5) Pendekatan Fenomenologi
berikut :
1) Metode Eksperimen
ini lebih banyak digunakan untuk menyelidiki besaran pengaruh dari suatu
Metode ini secara langsung mengamati terhadap sesuatu yang diteliti, baik
4) Metode Tes
kasus, dan merupakan sumber data yang penting bagi para ahli psikologi
bullying sangat rentan terjadi pada remaja putra dan putri, dapat terjadi di berbagai
tempat mulai dari lingkungan pendidikan sekolah, tempat kerja, rumah, dan
Bullying tidak hanya terjadi pada anak usia remaja, secara tidak disadari
pelajaran yang diberikan. Hal ini disebabkan karena anak merasa tertekan saat
menyakiti orang yang lebih lemah dari dirinya atau rentan. Bullying lebih sering
dilakukan oleh remaja yang lebih muda dibandingkan yang tua. Seiring dengan
remaja, diantaranya :
Faktor teman sebaya secara sosial dkenal dengan tahap pertama untuk
kelompok gang yang memiliki kesamaan baik itu minat, usia, dan
sebagainya, sehingga orang yang diluar kelompok atau tidak sama dengan
mereka dianggap seperti orang yang tidak layak dijadikan teman. Untuk
jejaring sosial, forum, dan dunia virtual, dampak yang sering terjadi adalah
bullying. Saat ini kasus tentang bullying sedang viral dalam media sosial
nyaman.
apabila orang lain memiliki strata sosial yang dibawah dari kelompok
Dampak dari bullying tidak hanya dirasakan oleh korban bullying, akan
gangguan kesehatan mental. Sementara itu, terdapat dua pembagian bullying yang
perilaku agresif yang dilakukan berulang kali dengan sengaja terhadap korban
yang tak berdaya. 2) cyberbullying, yaitu sebuah perilaku bullying yang terjadi di
dalam berbagai media teknologi secara khusus kepada orang lain melalui email,
chat room, pesan digital atau gambar yang dikirimkan melalui telpon seluler.
orang lain, yang biasanya dilakukan secara berulang dari waktu ke waktu, dan
terjadi di antara individu yang hubungannya dicirikan oleh ketidakseimbangan
kekuasaan.
2.3 Cyberbullying
Istilah ini merujuk pada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang
pada tahun 1998, tetapi istilah ini sudah ada sebelumnya di Artikel New York
Time 1995 dimana banyak srjana dan penulis Besley seorang Kanada yang
Bauman, 2015)
dengan cara sengaja dan diulang-ulang dan merupakan bentuk intimidasi yang
ingin melihat seseorang terluka, ada banyak cara yang mereka lakukan untuk
menyerang korban dengan pesan kejam dan gambar yang mengganggu dan
disebarkan untuk mempermalukan korban bagi orang lain yang melihatnya (Terry
Brequet, 2015)
Pengaruh perngkat teknologi saat ini menyebabkan pelaku untuk mengatakan dan
melakukan hal-hal kejam dibandingkan dengan apa yang didapati dalam tatap
untuk menjadi pelaku cyberbullying yang pertama yaitu dendam yang tidak
yang berisi pesan kasar, menghina atau yang tidak diinginkan, berulang kali
pembajakan, balas dendam, pencurian atau sekedar iseng. Salah satu bentuk
motivated offonder yakni sekedar iseng dan dalam istilah bullying bentuknya
seseorang diinternet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang
orang lain dan mengirikan pesan-pesan dan status yang tidan baik; dan trickery
(tipu daya) yaitu membujuk seseorang dengan tipu daya supaya mendapatkan
rahasia dan foto pribadi orang tersebut. Selanjutnya, selain dendam dan motivasi,
cyberbullying juga dapat dilakukan karena keinginan untuk dihormati dan juga
informasi yang berpotensi memalukan (outing). Alasan lain yang membuat remaja
1) Predikator Keluarga
fisik yang keras, dan korban pola asuh orang tua yang overprotektif.
2) Faktor Internal
Faktor eksternal dikenal atau eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam
sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis dan faktor luar yang
sekolah secara umum juga memiliki efek kuat bagi palaku bullying.
rentang usia 10- 19 tahun. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa
hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan
(WHO, 2015).
dari populasi dunia (1,2 juta jiwa berusia 10-19 tahun). Masa kritis remaja berada
ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi, yang labil atau tidak
menentu (Khoirul B, 2016). Di Indonesia terdapat batasan pada masa remaja pada
berikut :
ataukah tidak.
Pada fase ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.
Status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi
menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi
diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan temannya dalam
Remaja melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan
dan bukan seadanya. Terlebih dalam hal harapan dan cita-cita yang tidak
remaja.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
METODE PENELITIAN
adalah sebuah proses atau tulisan yang disusun untuk membedah sebuah studi
atau penelitian ilmiah. Membaca dan menulis ulasan atau review karya tulis
ilmiah seperti skripsi hingga artikel penelitian merupakan salah satu skill yang
wajib dimiliki oleh seorang mahasiswa dan akademisi. Kegiatan ini bertujuan
dasar keilmuan yang dimiliki oleh civitas akademika. (Suryanarayana dan Mistry,
2016)
merupakan ikhtisar komprehensif tentang penelitian yang sudah ada atau yang
sudah dilakukan mengenai topik yang spesifik untuk apa yang sudah diketahui
atau yang belum diketahui tentang topik tersebut, serta untuk mencari rasional dan
ide untuk penelitian selanjutnya. Studi Literature Review juga bisa didapatkan
dari berbagai sumber baik buku, jurnal, dokumentasi, internet dan pustaka.
3.2 Strategi Penelitian
harga diri rendah dengan perilaku bullying pada remaja. Protokol dan evaluasi
penyeleksian studi yang telah ditemukan dan sesuai dengan tujuan dari literature
review.
pada bulan Maret 2021. Data yang diambil pada penelitian ini merupakan data
sekunder yaitu data yang tidak diambil dari pengamatan langsung, namun
menggunakan database google cendekia, dan portal garuda.. Kata kunci yang
Harga diri, Harga diri, Remaja, Cyberbullying. Hasil penelitian diambil dari
artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, kemudian
dengan terbitan tahun 2015-2020 dan dapat di akses secara full-text. Kriteria
Pada kriteria inklusi dan ekslusi ditulis dengan mencantumkan strategi yang
cyberbullying cyberbullying
remaja
remaja.
indonesia
BAB IV
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pencarian, Peneliti menemukan artikel/jurnal yang terjaring di
= 1.084 dengan rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu 2015-2020. Peneliti
menemukan n = 552 artikel sesuai berdasarkan kata kunci. Setelah itu peneliti
judul n = 12, abstrak n = 5, dan full text n = 3 jurnal sesuai dengan tema yang akan
Dari jurnal yang dikaji, jumlah responden bervariasi ada jurnal dengan
laki-laki dan perempuan. Sebagian besar responden remaja berusia 12-15 tahun,
dengan status pelajar Sekolah Menengah Pertama dan aktif dalam media sosial.
besar terhadap media sosial, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ayun P.O
(2015) menyatakan bahwa remaja mengekspresikan dirinya dan membangun
atau cyberbullying.
(12-15 tahun) hampir mencapai separuh dari responden, yaitu 172 responden
(49%) , artinya hampir satu dari dua responden pernah menjadi korban perusakan
remaja perempuan dan 73 orang berjenis kelamin laki- laki (44%). Serta hasil
psikologi yang dialami dari cyberbullying yaitu sakit hati, marah, takut,
menjadikan harga diri rendah, serta membuat malu dan 45 (27%) responden
konsentrasi belajar, dan takut. Korban mengaku bahwa dampak mental dari
itu perundungan pada remaja perempuan lebih banyak terjadi daripada remaja
stabil lebih cenderung mengalami dampak psikologi. Dari hasil penelitian ini juga
hal ini disebabkan karena responden tersebut memiliki konsep diri positif,
sehingga individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Desiana Risqi Hana dan
mengalami dampak psikologi yang sama seperti dampak kognitif yang dialami
yaitu penurunan prestasi belajar dan penurunan nilai sekolah, dampak afeksi yaitu
merasa marah, malu, dendam, risih dan kehilangan, dampak konatif yang dialami
yaitu membalas pelaku dengan perlakuan yang sama, ada juga yang memendam
sama dengan pendapat Beran & Li (Sartana & Afriyeni, 2017) mengatakan
agresif terhadap sumber frustasi, tetapi tidak semua frustasi menimbulkan respon
agresif, hal ini disebakan karena pengaruh kestabilan emosi dari individu
dengan jurnal yang dilakukan sebelumnya oleh Nurihsan & Agustin, bahwa
remaja (SMP) sering kali mudah marah, mudah tersinggung, mudah dirangsang,
(mengontrol emosi).
Dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Triyono dan Primadani (2019)
berupa studi kasus terhadap 1 orang responden dan diperoleh bahwa responden
merasakan perasaan sedih, marah, frustasi, dan tertekan. Selain itu, responden
juga mengalami perasaan isolasi berupa menjauhi temna-teman dan menarik diri,
dampak psikososial. Hal ini sependapat dengan pendapat Navarro, Yuberro, dan
(Triyono dan Febriani, 2018) persepsi remaja yang tidak mengenakan akan
Telaah dari penulis berdasarkan hasil penelitian dari ketiga jurnal, bahwa
semua orang terutama bagi remaja yaitu menimbulkan dampak psikologi yang
hampir sama yaitu marah, benci, sedih, depresi, stres, penurunan konsentrasi
yang penting dimana kepercayaan diri merupakan aspek dari konsep diri bagian
dari konsep psikologi. Aspek kepribadian ini berupa keyakinan akan kemampuan
diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain, optimis, toleransi, dan
bertanggung jawab, sehingga indivdu dengan kepercayaan diri yang positif tidak
akan terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal yang bersifat negatif kepada dirinya.
BAB V
5.1 Kesimpulan
bahwa sebagian besar responden mengalami dampak psikologi yang sama seperti
dampak kognitif berupa penurunan prestasi belajar. Dampak afeksi berupa rasa
marah, malu, dendam, risih, dan rasa kehilangan. Dampak konatif berupa
membalas pelaku dengan perlakuan yang sama. Selain itu responden juga
mengalami perasaan isolasi dengan menjauhi teman dan menarik diri dari
lingkungan.
5.2 Saran
Saran dari penulis diharapkan agar orang tua dapat menerapkan pola asuh
yang sesuai untuk anaknya dengan menjalin komunikasi yang baik dan
sehingga anak akan terhindar oleh perilaku cyberbullying. Orang tua juga
dapat lebih menguasai cara menggunakan internet dalam sosial media sehingga
dapat memantau kegiatan anak secara online. Dengan demikian anak akan lebih
Khoirul, B, Farid. 2016. Konsep Diri, Adversity quotient dan Penyesuaian diri
pada Remaja. Pesona, Jurnal Psikologi Indonesia vol 5(2)
Mcvean, M. 2017. Physical, verbal, relational and cyber-bullying and
victimization: examining the social and emotional adjustment of participants
(Dissertation). University of South Flourida,USA
Nurliana, Y.2017. Konsep Diri Remaja. Psikologi dan kemanusiaan, 4(2), 978-
979
Pandie, M. M., & weissmann, I, Th. J. 2016. Pengaruh cyberbullying di media
sosial terhadap perilaku reaktif sebagai pelaku maupun sebagai korban
cyberbullying pada Siswa Kristen SMP Nasional Makasar. Jurnal Jaffray,
14(1): 43-62
Parasar, A., & Dewagan, R. L. 2018. A Comparative Study of Self Esteem and
level of Depression in Adolescents living in orphanage Home and Those
Living with Parents. International Journal of Humanities and Social Science
Researsch, 4(2), 51-53
Richard Donegan. Bullying and Cyberbullying: History, Statistics, Law,
Prevention and Analysis. The Elon Journalof Undergraduate Research in
Commuication 3, no 1 (spring 2016): 34
Safaria, T. 2016. Prevalance and impact of cyberbullying in a sample of
Indonesian junior high school students. The Turkish Online Journal of
Educational Technology 15: 1-3
Sartana, Afriyeni, N. 2017. Perilaku perundungan maya (cyberbullying) pada
remaja awal. Jurnal psikologi insight Universitas Pendidikan Indonesia, 1(1):
25-41
Sheri Bauman, Donna Cross and Jenny Walker, Principle of cyberbullying. New
York : Taylor ang Francis Group, 2015, 23.
Syukron, M. 2020. Konsep Diri. Bandung : Universitas Bina Nusantara.
https://binus.ac.id/character-building/2020/05/konsep-diri/
Supardan Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Sosial. Bandung : Bumi Aksara
Taqwim, Z. 2018. Hubungan Harga Diri Remaja Dengan Perilaku Bullying Pada
Siswa SMA Dharma Wanita 01 Bululawang Malang. Malang : Universitas
Brawijaya
Terry Brequet. 2015. Cyberbullying. USA : Rosyen Publishing, 37
World Health Organization. 2015. Health Adolescence 2017. New York
World Health Organization. 2018. Health Adolescence 2017. New York
Yana, Choria, U. 2015. Cyberbullying di Kalangan Remaja. Surabaya :
Universitas Airlangga
Yunita Bulu, Neni Maemunah, Sulasmini. 2019. Faktor-faktor yang
mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Remaja Awal. Nursing News. vol
4(1)
Zarkasih, Khamim P. 2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja. Jurnal Plikasi Ilmu-ilmu Agama vol 17(1) :25-32