Abstrak
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh konten influencer di media sosial terhadap
kesejahteraan psikologis remaja akhir. Subjek penelitian adalah 111 mahasiswa psikologi
universitas X tingkat satu dan dua dengan rentang usia 17-21 tahun yaitu yang sudah
memasuki periode remaja akhir. Metode yang digunakan adalah metode korelasional yang
akan dianalisis dengan analisis koefisien korelasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi
yang didapat adalah kuat dan positif. Positif maksudnya terjadi hubungan searah antara
konten influencer di media sosial dan kesejahteraan psikologis remaja akhir. Bila konten
influencer sering ditonton maka akan terjadi pembentukan kesejahteraan psikologis pada
remaja akhir. Pembentukannya bersifat positif, sehingga apabila remaja sering melihat konten
influencer, kesejahteraan psikologisnya juga akan meningkat.
Kata kunci: konten influencer, media sosial, kesejahteraan psikologis, remaja akhir
Abstract
This study was conducted to determine the effect of influencer content on social media on the
psychological well-being of late adolescents. The subjects were 111 psychology students of
Gunadarma University, level one and two, with an age range of 17-21 years, who were in their
late teens. The method used is the correlational method which will be analyzed by correlation
coefficient analysis. The results showed the correlation value obtained was strong and positive.
Positive means that there is a direct relationship between influencer content on social media
and the psychological well-being of late teens. When an influencer content is watched frequently
there will be a formation of psychological well-being in the late teens. The formation is positive,
so if teenagers often see influencer content, their psychological well-being will also increase.
https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262
merasakan tindakan tersebut salah, namun dalam mengonsumsi konten influencer.
ketika ia melihat lagi konten dari influencer Remaja akhir berada dalam periode usia yang
yang ia gemari melakukan gaya hidup cukup penting dalam kehidupan individu,
hedonisme dan berkata kasar, ia akan kembali yaitu terdiri atas periode transisi dan
mengabaikan perasaan bersalahnya tersebut. transformasi, Biswas (2007). Masa dimana
IU juga menyatakan bahwa disamping perasaan banyak sekali permasalahan dalam usia,
dan emosi negatif, setelah menonton konten pencarian identitas diri. Remaja akhir berada
influencer favoritnya ia justru merasa lebih pada masa dimana seringkali bermunculan
percaya diri, lebih bahagia, lebih termotivasi pemikiran yang tidak realistis, serta
untuk berhubungan sosial, dan ia pun merasa merupakan masa menuju kedewasaan (Krori,
lebih mampu mengembangkan dirinya. 2011). Periode remaja akhir juga merupakan
Begitu pula yang dialami oleh HY, 18 periode adaptasi pada transformasi kehidupan
tahun, mahasiswi fakultas psikologi dan harapan sosial baru, (Hurlock, 1980).
universitas X angkatan 2018. Ia menyatakan Peneliti mengambil objek penelitian yaitu
bahwa para influencer memiliki teknik mahasiswa fakultas psikologi Universitas
penyampaian informasi yang sangat detil dan Gunadarma semester satu karena rata-rata
menghibur dengan jenis konten yang sangat mahasiswa tersebut memiliki rentang usia 17-
disukai remaja seusianya. Ia menyatakan 21 tahun yaitu ketika mereka berada pada fase
bahwa ia menyukai mengetahui hal-hal baru remaja akhir. Mahasiswa universitas Gunadarma
karena membutuhkannya sebagai salah satu merupakan mahasiswa yang sudah paham
alat untuk meningkatkan eksistensi diri. Oleh digital dan rata-rata memiliki media sosial
karena itu, HY berpendapat bahwa dengan aktif serta sudah mengikuti dua sampai lima
mengonsumsi konten influencer, ia influencer di setiap akun media sosial mereka.
merasakan efek positif secara psikologis. Ia Berdasarkan latar belakang masalah
mengungkapkan bahwa setelah melihat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
konten influencer, ia merasa lebih percaya hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
diri, lebih mudah bersosialisasi, lebih pengaruh positif dari konten influencer di
terinspirasi untuk mencoba hal-hal baru. media sosial terhadap kesejahteraan
Berdasarkan pemaparan di atas, psikologis remaja akhir.
peneliti melihat bahwa konten para influencer
memiliki korelasi terhadap kesejahteraan METODE PENELITIAN
psikologis individu khususnya remaja akhir. Populasi penelitian ini dilakukan pada
Para remaja akhir ternyata menempati porsi mahasiswa tingkat satu Universitas Gunadarma
besar dari pengguna media sosial dan angkatan 2018 sampai 2019 sebagai partisipan.
merupakan penonton yang cukup banyak Metode pengumpulan data yang digunakan
https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262
Pada variabel konten influencer di adalah komponen penguasaan lingkungan
media sosial (X) memiliki skor rerata 167.09, dengan rata-rata skor sebesar 450, dan
serta variasi skor yang muncul terentang dari komponen dengan rata-rata skor paling kecil
skor minimum 120, dan skor maksimum 226. adalah komponen pengembangan kepribadian
Hasil analisis ditemukan bahwa konten dengan rata-rata skor sebesar 396 yang
influencer media sosial sangat baik memiliki merupakan komponen yang belum dominan
frekuensi sebesar 19 mahasiswa (17%), pada mahasiswa atau remaja akhir.
konten influencer baik memiliki frekuensi Hasil penelitian di atas juga didukung
sebesar 64 siswa (58%), konten influencer beberapa penelitian lain yang menyatakan
cukup baik memiliki frekuensi sebesar 28 bahwa konten para influencer di media sosial
mahasiswa (25%), konten influencer kurang dapat membawa dampak positif berupa
baik dan sangat kurang baik memiliki kesejahteraan psikologis bagi para remaja
frekuensi 0 (0%). yang mengonsumsinya. Salah satu penelitian
Berdasarkan pengolahan SPSS dengan eksperimen membuktikan bahwa para remaja
analisis korelasi antara konten influencer di yang memiliki media sosial dan mengikuti
media sosial dan kesejahteraan psikologis konten-konten di dalamnya, termasuk salah
diperoleh hasil korelasi sebesar 0.63 pada satunya adalah konten para influencer,
taraf signifikan 1%. Hasil ini menunjukan terbukti mengalami peningkatan dalam hal
bahwa terdapat hubungan positif yang kepercayaan diri dan kesejahteraan
signifikan antara konten influencer di media psikologisnya, (Gallagher, 2017). Penelitian
sosial dan kesejahteraan psikologis. Hal ini lain menyatakan bahwa banyak sekali
berarti bahwa semakin tinggi mahasiswa dampak positif dari konten media sosial
menonton konten influencer yang ditampilkan termasuk konten di dalamnya adalah konten
di media sosial, maka akan semakin tinggi influencer bagi kesejahteraan psikologi dan
pula kesejahteraan psikologis yang mereka perkembangan para remaja yang antara lain
alami. Koefisien determinasi sebesar 40.85%, membantu mengembangkan kesadaran sosial
hal ini berarti kesejahteraan psikologis mereka akan masyarakat dan dunia, konten
memberikan sumbangan kepada tayangan influencer dapat membantu mengembangkan
konten influencer di media sosial sebesar ketrampilan sosial yang bermanfaat untuk
40.85% dan sisanya dijelaskan oleh faktor- memperluas lingkaran sosial remaja, mampu
faktor lain yang tidak diteliti. menginspirasi para remaja, serta mampu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengembangkan dan menyempurnakan
data distribusi skor rata-rata komponen ketrampilan motorik mereka, (Lad, 2017).
variabel yang lebih besar dari rata-rata total Sementara itu penelitian lain menyatakan
skor variabel kesejahteraan psikologis lainnya bahwa influencer mampu menjadi teladan
https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262
jika menonton konten influencer sudah Dengan demikian dapat disimpulkan
menjadi sebuah kegemaran dan sudah dari hasil penelitian ini bahwa ada pengaruh
berkembang menjadi kebutuhan karena konten influencer terhadap kesejahteraan
konten para influencer mampu memberikan psikologis remaja akhir, dalam hal ini
hiburan, memberi inspirasi dan menambah mahasiswa fakultas psikologi tingkat satu
informasi sesuai kebutuhan mereka. universitas Gunadarma.
Mengenai penggunaan kata
berkonotasi negatif/kasar dalam konten SIMPULAN DAN SARAN
influencer, ada perbedaan yang tipis antara Hasil penelitian menunjukkan ada
ketidaksetujuan dan keraguan. Hal ini korelasi positif. Berarti terdapat pengaruh
disebabkan penggunaan kata kasar itu relatif. konten influencer di media sosial terhadap
Sebuah kata yang dianggap makian oleh kesejahteraan psikologi remaja akhir. Nilai
seseorang belum tentu sebuah makian bagi korelasi yang diperoleh kuat dan positif. Hal
orang lain (Yusuf, 2011). Sebagian merasa ini menunjukkan apabila konten influencer
tersinggung dan menganggap tidak mendidik, sering dilihat dan dikonsumsi oleh para
sebagian lagi menganggap bahwa penggunaan remaja akhir tersebut, maka akan ada
kata kasar tersebut hanyalah bagian dari peningkatan positif terhadap kesejahteraan
hiburan. Penggunaan kalimat kasar juga untuk psikologis mereka.
beberapa orang sudah menjadi kebiasaan Berdasarkan hasil penelitian ini,
yang tidak bisa dihindari. Keinginan untuk peneliti menyarankan kepada beberapa pihak,
mencoba tren-tren yang dicontohkan oleh di antaranya adalah remaja akhir atau
influencer mendapat hasil yang beragam. mahasiswa tingkat satu fakultas psikologi
Mayoritas ingin mencoba apabila hal tersebut Universitas Gunadarma untuk dapat memilih
dianggap positif oleh mereka. Sebuah tren jenis konten dari media untuk dikonsumsi
yang dinilai positif seperti mengunjungi karena mampu berdampak pada kesejahteraan
tempat wisata, mencoba produk kecantikan, psikologis, baik itu positif ataupun negatif.
atau mencoba kuliner, diakui ingin dicoba Mengonsumsi konten influencer cukup
oleh para remaja. Sedangkan untuk tren yang disarankan karena berpotensi meningkatkan
dinilai negatif seperti berpakaian terbuka atau kesejahteraan psikologis, namun perlu tetap
berkata kasar, tidak ingin dicoba oleh para disaring konten yang positif dan negatif agar
remaja, walau tidak sedikit yang tidak berpotensi sebaliknya bagi
mempertimbangkan dan merasakan bahwa kesejahteraan psikologis para remaja.
mereka mengeluarkan kata kasar dikarenakan Sementara itu, untuk peneliti selanjutnya
mengonsumsi konten influencer. diharapkan dengan penelitian serupa dapat
mengedukasi para remaja untuk dapat lebih
https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262