Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KONTEN INFLUENCER DI MEDIA SOSIAL

TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA


AKHIR
Asrini Mahdia
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No 100, Depok 16424, Jawa Barat
asrinimahdia@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh konten influencer di media sosial terhadap
kesejahteraan psikologis remaja akhir. Subjek penelitian adalah 111 mahasiswa psikologi
universitas X tingkat satu dan dua dengan rentang usia 17-21 tahun yaitu yang sudah
memasuki periode remaja akhir. Metode yang digunakan adalah metode korelasional yang
akan dianalisis dengan analisis koefisien korelasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi
yang didapat adalah kuat dan positif. Positif maksudnya terjadi hubungan searah antara
konten influencer di media sosial dan kesejahteraan psikologis remaja akhir. Bila konten
influencer sering ditonton maka akan terjadi pembentukan kesejahteraan psikologis pada
remaja akhir. Pembentukannya bersifat positif, sehingga apabila remaja sering melihat konten
influencer, kesejahteraan psikologisnya juga akan meningkat.

Kata kunci: konten influencer, media sosial, kesejahteraan psikologis, remaja akhir

Abstract
This study was conducted to determine the effect of influencer content on social media on the
psychological well-being of late adolescents. The subjects were 111 psychology students of
Gunadarma University, level one and two, with an age range of 17-21 years, who were in their
late teens. The method used is the correlational method which will be analyzed by correlation
coefficient analysis. The results showed the correlation value obtained was strong and positive.
Positive means that there is a direct relationship between influencer content on social media
and the psychological well-being of late teens. When an influencer content is watched frequently
there will be a formation of psychological well-being in the late teens. The formation is positive,
so if teenagers often see influencer content, their psychological well-being will also increase.

Keywords: influencer content, social media, psychological well-being, late adolescent

PENDAHULUAN yang sudah menggeser posisi media lama


Komunikasi adalah salah satu seperti televisi dan radio. Saat ini informasi
aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam real-time berbasis audio visual di media sosial
menjalani hidupnya khususnya untuk saling justru lebih diminati.
bertukar informasi (Sears, 1985). Komunikasi Media sosial yang terdiri atas
berbasis teknologi saat ini mulai berkembang Youtube, Twitter, Facebook dan Instagram
dengan dukungan internet, salah satunya adalah saluran-saluran komunikasi digital
komunikasi dengan menggunakan media untuk berbagi foto dan video dimana
sosial. Komunikasi di media sosial penggunanya juga sekaligus dapat membuat
merupakan bentuk komunikasi media baru foto ataupun video sendiri dan dapat

172 Jurnal Ilmiah Psikologi Volume 11 No.2, Desember 2018


membagikannya ke publik. Indonesia hubungan yang vulgar hingga gaya
menduduki posisi keempat pengguna media berpakaian yang terlalu seksi.
sosial terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 56 Banyak influencer yang mendapat
juta orang dari 150 juta pengguna internet. teguran dari KPAI antara lain milik KN dan
Masyarakat Indonesia adalah pengguna media AG. Konten mereka sempat viral di dunia
sosial dengan usia rata-rata 18-24 tahun maya karena mengandung unsur-unsur yang
sebanyak 59 persen, usia 45-34 tahun dinilai negatif. Bahkan ada salah satu kalimat
sebanyak 30 persen, dan yang berusia 34-44 yang muncul dari salah satu video klip milik
tahun sebanyak 11 persen. Sebanyak 49 KN yang berbunyi “Tidak apa nakal, yang
persen adalah wanita dan 51 persen adalah penting masih dalam batas wajar.” Konten
pria. Mayoritas pengguna media sosial adalah tersebut mencapai 17 ribu kali tayangan dan
orang-orang dengan rentang usia 18 sampai dianggap menjadi tolak ukur cara hidup
34 tahun (WeAreSocial, 2019). remaja di Indonesia.
Maraknya penggunaan media sosial Berdasarkan kasus tersebut, maka
kini tidak lagi hanya sebagai fasilitas untuk timbul permasalahan antara konten yang
kebutuhan eksistensi pribadi. Kini media ditampilkan oleh influencer terhadap
sosial sudah berubah fungsi menjadi sarana penontonnya yang lebih banyak berasal dari
bisnis. Salah satu jenis bisnis yang sedang kalangan remaja. Tren-tren kontroversial
berkembang di media sosial adalah tersebut berpotensi menjadi pengaruh buruk
pemasaran secara digital dari beberapa orang bagi kesejahteraan psikologis penonton
yang dinamakan influencer yang memasarkan terutama anak remaja. Oleh karena itu peneliti
produk dengan cara memberi testimoni positif tertarik untuk mengangkat topik ini sebagai
dan ajakan pembelian dalam bentuk gambar penelitian.
dan video melalui media sosial (Prilleltnsky, Seorang mahasiswa fakultas
2006). psikologi universitas X angkatan 2019
Melalui profesinya, influencer berinisial IU dengan usia 20 tahun
mendapatkan banyak sorotan dari masyarakat mengungkapkan bahwa semakin ia melihat
dan secara otomatis memiliki banyak konten dari influencer, semakin lama ia ingin
penggemar. Semakin lama masyarakat tidak hidup seperti para influencer. IU ingin
hanya melihat konten testimoni dari produk membeli semua barang-barang yang dimiliki
namun juga konten pribadi yang ditampilkan influencer dan ingin mencoba gaya hidup
oleh influencer. Seringkali terjadi konten layaknya influencer tersebut. IU mengaku
influencer berisikan penggunaan kata kasar bahwa ia pun seringkali berbicara layaknya
atau makian, atau bahkan tren gaya hidup influencer yang ia gemari, berbicara baik
berbudaya barat yang bebas mulai dari gaya ataupun berkata kasar. Terkadang ia

Mahdia, Pengaruh Konten Influencer… 173

https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262
merasakan tindakan tersebut salah, namun dalam mengonsumsi konten influencer.
ketika ia melihat lagi konten dari influencer Remaja akhir berada dalam periode usia yang
yang ia gemari melakukan gaya hidup cukup penting dalam kehidupan individu,
hedonisme dan berkata kasar, ia akan kembali yaitu terdiri atas periode transisi dan
mengabaikan perasaan bersalahnya tersebut. transformasi, Biswas (2007). Masa dimana
IU juga menyatakan bahwa disamping perasaan banyak sekali permasalahan dalam usia,
dan emosi negatif, setelah menonton konten pencarian identitas diri. Remaja akhir berada
influencer favoritnya ia justru merasa lebih pada masa dimana seringkali bermunculan
percaya diri, lebih bahagia, lebih termotivasi pemikiran yang tidak realistis, serta
untuk berhubungan sosial, dan ia pun merasa merupakan masa menuju kedewasaan (Krori,
lebih mampu mengembangkan dirinya. 2011). Periode remaja akhir juga merupakan
Begitu pula yang dialami oleh HY, 18 periode adaptasi pada transformasi kehidupan
tahun, mahasiswi fakultas psikologi dan harapan sosial baru, (Hurlock, 1980).
universitas X angkatan 2018. Ia menyatakan Peneliti mengambil objek penelitian yaitu
bahwa para influencer memiliki teknik mahasiswa fakultas psikologi Universitas
penyampaian informasi yang sangat detil dan Gunadarma semester satu karena rata-rata
menghibur dengan jenis konten yang sangat mahasiswa tersebut memiliki rentang usia 17-
disukai remaja seusianya. Ia menyatakan 21 tahun yaitu ketika mereka berada pada fase
bahwa ia menyukai mengetahui hal-hal baru remaja akhir. Mahasiswa universitas Gunadarma
karena membutuhkannya sebagai salah satu merupakan mahasiswa yang sudah paham
alat untuk meningkatkan eksistensi diri. Oleh digital dan rata-rata memiliki media sosial
karena itu, HY berpendapat bahwa dengan aktif serta sudah mengikuti dua sampai lima
mengonsumsi konten influencer, ia influencer di setiap akun media sosial mereka.
merasakan efek positif secara psikologis. Ia Berdasarkan latar belakang masalah
mengungkapkan bahwa setelah melihat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
konten influencer, ia merasa lebih percaya hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
diri, lebih mudah bersosialisasi, lebih pengaruh positif dari konten influencer di
terinspirasi untuk mencoba hal-hal baru. media sosial terhadap kesejahteraan
Berdasarkan pemaparan di atas, psikologis remaja akhir.
peneliti melihat bahwa konten para influencer
memiliki korelasi terhadap kesejahteraan METODE PENELITIAN
psikologis individu khususnya remaja akhir. Populasi penelitian ini dilakukan pada
Para remaja akhir ternyata menempati porsi mahasiswa tingkat satu Universitas Gunadarma
besar dari pengguna media sosial dan angkatan 2018 sampai 2019 sebagai partisipan.
merupakan penonton yang cukup banyak Metode pengumpulan data yang digunakan

174 Jurnal Ilmiah Psikologi Volume 11 No.2, Desember 2018


adalah metode survei. Partisipan di dalam Partisipan dalam penelitian ini telah
penelitian ini adalah mahasiswa tingkat satu bersedia secara suka rela untuk mengikuti
jurusan Psikologi yang berkuliah di penelitian ini. Data-data penelitian juga dijaga
universitas Gunadarma, Depok. Rentang usia kerahasiaan oleh tim peneliti sehingga etika
partisipan adalah 17-21 tahun. penelitian di dalam riset ini telah ditegakkan.
Pengumpulan data dilakukan dengan Analisis data akan dibantu dengan meng-
kuisioner atau angket, yaitu daftar pertanyaan gunakan komputer program Statistical
yang digunakan oleh peneliti untuk Product and Service Solution (SPSS) 24.0 for
mengumpulkan data dari responden. Skala Windows.
kesejahteraan psikologis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala milik Ryff HASIL DAN PEMBAHASAN
(1989). Ryff’s Psychological Well-Being Hasil penelitian memperlihatkan
Scale (RPWB) merupakan alat untuk hubungan antara variabel X (konten
mengukur kesejahteraan psikologis individu influencer di media sosial) dengan variabel Y
(psychological well-being), terdapat enam (kesejahteraan psikologi remaja akhir) sebesar
dimensi untuk mengukur kesejahteraan 0.63 (p < .01). Nilai korelasi ini memiliki sifat
psikologis yakni: autonomy, environmental yang kuat dan positif. Positif berarti terjadi
mastery, personal growth, positive relation hubungan searah antara konten influencer di
with others, purpose in life, dan self- media sosial dengan kesejahteraan psikologis
acceptance. Pilihan jawaban terentang 1-5 remaja akhir.
mulai dari Sangat Sesuai hingga Sangat Tidak Variabel kesejahteraan psikologis (Y)
Sesuai. Reliabilitas skala ini adalah 0.935. memiliki skor rerata 97.05, serta variasi skor
Skala yang digunakan untuk yang muncul terentang dari skor minimum
mengukur konten influencer adalah skala 57, dan skor maksimum 110. Melalui hasil
SMIS (Social Media Influencer Scale) yang analisis ditemukan bahwa variabel
berisi tiga macam dimensi yaitu keyakinan, kesejahteraan psikologis yang sangat tinggi
ketika influencer mempercayai diri mereka yaitu memiliki frekuensi sebesar 13
sendiri dalam membuat konten. Kemudian mahasiswa (11%), kesejahteraan psikologis
keaslian, konten influencer itu asli dan dapat tinggi memiliki frekuensi sebesar 52 siswa
dihubungkan dengan pengikut mereka. (48%), kesejahteraan psikologis sedang
Dimensi ketiga adalah interaktivitas, dimana memiliki frekuensi sebesar 38 siswa (35%),
influencer bekerja sama dengan penonton kesejahteraan psikologis rendah memiliki
untuk meminta umpan balik (Glucksman, frekuensi sebesar 8 siswa (6%), dan
2018). kesejahteraan psikologis sangat rendah
memiliki frekuensi 0 (0%).

Mahdia, Pengaruh Konten Influencer… 175

https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262
Pada variabel konten influencer di adalah komponen penguasaan lingkungan
media sosial (X) memiliki skor rerata 167.09, dengan rata-rata skor sebesar 450, dan
serta variasi skor yang muncul terentang dari komponen dengan rata-rata skor paling kecil
skor minimum 120, dan skor maksimum 226. adalah komponen pengembangan kepribadian
Hasil analisis ditemukan bahwa konten dengan rata-rata skor sebesar 396 yang
influencer media sosial sangat baik memiliki merupakan komponen yang belum dominan
frekuensi sebesar 19 mahasiswa (17%), pada mahasiswa atau remaja akhir.
konten influencer baik memiliki frekuensi Hasil penelitian di atas juga didukung
sebesar 64 siswa (58%), konten influencer beberapa penelitian lain yang menyatakan
cukup baik memiliki frekuensi sebesar 28 bahwa konten para influencer di media sosial
mahasiswa (25%), konten influencer kurang dapat membawa dampak positif berupa
baik dan sangat kurang baik memiliki kesejahteraan psikologis bagi para remaja
frekuensi 0 (0%). yang mengonsumsinya. Salah satu penelitian
Berdasarkan pengolahan SPSS dengan eksperimen membuktikan bahwa para remaja
analisis korelasi antara konten influencer di yang memiliki media sosial dan mengikuti
media sosial dan kesejahteraan psikologis konten-konten di dalamnya, termasuk salah
diperoleh hasil korelasi sebesar 0.63 pada satunya adalah konten para influencer,
taraf signifikan 1%. Hasil ini menunjukan terbukti mengalami peningkatan dalam hal
bahwa terdapat hubungan positif yang kepercayaan diri dan kesejahteraan
signifikan antara konten influencer di media psikologisnya, (Gallagher, 2017). Penelitian
sosial dan kesejahteraan psikologis. Hal ini lain menyatakan bahwa banyak sekali
berarti bahwa semakin tinggi mahasiswa dampak positif dari konten media sosial
menonton konten influencer yang ditampilkan termasuk konten di dalamnya adalah konten
di media sosial, maka akan semakin tinggi influencer bagi kesejahteraan psikologi dan
pula kesejahteraan psikologis yang mereka perkembangan para remaja yang antara lain
alami. Koefisien determinasi sebesar 40.85%, membantu mengembangkan kesadaran sosial
hal ini berarti kesejahteraan psikologis mereka akan masyarakat dan dunia, konten
memberikan sumbangan kepada tayangan influencer dapat membantu mengembangkan
konten influencer di media sosial sebesar ketrampilan sosial yang bermanfaat untuk
40.85% dan sisanya dijelaskan oleh faktor- memperluas lingkaran sosial remaja, mampu
faktor lain yang tidak diteliti. menginspirasi para remaja, serta mampu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengembangkan dan menyempurnakan
data distribusi skor rata-rata komponen ketrampilan motorik mereka, (Lad, 2017).
variabel yang lebih besar dari rata-rata total Sementara itu penelitian lain menyatakan
skor variabel kesejahteraan psikologis lainnya bahwa influencer mampu menjadi teladan

176 Jurnal Ilmiah Psikologi Volume 11 No.2, Desember 2018


positif dengan meningkatkan motivasi remaja individu mengalami situasi kehidupannya di
yang mengikuti berbagai konten media warnai dengan kebahagiaan. Kebahagiaan ini
sosialnya, bahkan influencer juga terbukti didukung oleh faktor-faktor achievement
mampu menjadi panduan remaja untuk (pencapaian prestasi), acceptance
mencapai kesuksesan. Remaja akan memiliki (penerimaan dari orang lain), dan affection
kemampuan untuk menginspirasi orang lain, (perasaan dicintai atau disayangi orang lain).
mampu mengembangkan komitmen sosialnya Influencer dinilai oleh para
dan remaja dapat lebih bertoleransi dalam penontonnya sebagai sosok yang meyakinkan
kehidupan bermasyarakat, serta memiliki dan dapat dipercaya mengenai hal-hal yang
kemampuan untuk mencari jalan keluar dari dibicarakannya baik sekedar pendapat atau
berbagai hambatan. Dampak positif tersebut ulasan mengenai sebuah produk. Influencer
akan mampu membuat para remaja memiliki juga ahli dalam membuat konten yang
pola pikir terbuka nantinya karena sudah menarik dan bagus dalam mengedit hasil
mengalami proses perkembangan yang konten sehingga bisa dinikmati penonton.
cenderung mengarah pada panutannya, yakni Influencer pun juga memiliki daya tarik dan
para influencer, (Bush & Clark, 2001). Ada memiliki kesamaan minat pada bidang-bidang
juga penelitian yang membuktikan bahwa tertentu seperti travelling, fashion, gaming,
tidak hanya dari kesejahteraan psikologis, film, musik, dan lain-lain. Influencer juga
namun konten media sosial para influencer menimbulkan kekaguman kepada para remaja
membawa dampak positif bagi kepuasan yang menonton dimana hal ini bisa
hidup para remaja. Hal tersebut dikarenakan dikategorikan dalam kekuasaan rujukan yang
konten influencer mampu memotivasi para berarti seseorang dianggap berkuasa apabila
remaja untuk lebih terbuka dengan dijadikan teladan oleh orang lain atau
lingkungan, lebih meningkatkan kemampuan menimbulkan kekaguman pada orang lain,
bersosialisasi, dan mampu meningkatkan seperti yang dilakukan influencer kepada
kepercayaan diri mereka (Dogan, 2016). penontonnya.
Menurut Hurlock (1980) salah satu Isi konten influencer sudah
karakteristik kesejahteraan psikologis yang menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah
sempurna yaitu penerimaan sosial karena dimengerti dan bersifat informatif serta
individu mampu dinilai positif oleh orang menghibur sehingga bisa menjadi jenis
lain, dapat berpartisipasi aktif dalam segala konten yang diterima kebanyakan mahasiswa.
hubungan sosial, dan mampu meningkatkan Mayoritas mahasiswa mengakui bahwa
keinginan untuk lebih bersahabat dalam konten influencer adalah jenis konten yang
hubungannya dengan orang di sekitarnya. sedang populer dan sebagai sarana untuk
Karakteristik tersebut dapat membuat mengekspresikan diri. Mereka juga mengakui

Mahdia, Pengaruh Konten Influencer… 177

https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262
jika menonton konten influencer sudah Dengan demikian dapat disimpulkan
menjadi sebuah kegemaran dan sudah dari hasil penelitian ini bahwa ada pengaruh
berkembang menjadi kebutuhan karena konten influencer terhadap kesejahteraan
konten para influencer mampu memberikan psikologis remaja akhir, dalam hal ini
hiburan, memberi inspirasi dan menambah mahasiswa fakultas psikologi tingkat satu
informasi sesuai kebutuhan mereka. universitas Gunadarma.
Mengenai penggunaan kata
berkonotasi negatif/kasar dalam konten SIMPULAN DAN SARAN
influencer, ada perbedaan yang tipis antara Hasil penelitian menunjukkan ada
ketidaksetujuan dan keraguan. Hal ini korelasi positif. Berarti terdapat pengaruh
disebabkan penggunaan kata kasar itu relatif. konten influencer di media sosial terhadap
Sebuah kata yang dianggap makian oleh kesejahteraan psikologi remaja akhir. Nilai
seseorang belum tentu sebuah makian bagi korelasi yang diperoleh kuat dan positif. Hal
orang lain (Yusuf, 2011). Sebagian merasa ini menunjukkan apabila konten influencer
tersinggung dan menganggap tidak mendidik, sering dilihat dan dikonsumsi oleh para
sebagian lagi menganggap bahwa penggunaan remaja akhir tersebut, maka akan ada
kata kasar tersebut hanyalah bagian dari peningkatan positif terhadap kesejahteraan
hiburan. Penggunaan kalimat kasar juga untuk psikologis mereka.
beberapa orang sudah menjadi kebiasaan Berdasarkan hasil penelitian ini,
yang tidak bisa dihindari. Keinginan untuk peneliti menyarankan kepada beberapa pihak,
mencoba tren-tren yang dicontohkan oleh di antaranya adalah remaja akhir atau
influencer mendapat hasil yang beragam. mahasiswa tingkat satu fakultas psikologi
Mayoritas ingin mencoba apabila hal tersebut Universitas Gunadarma untuk dapat memilih
dianggap positif oleh mereka. Sebuah tren jenis konten dari media untuk dikonsumsi
yang dinilai positif seperti mengunjungi karena mampu berdampak pada kesejahteraan
tempat wisata, mencoba produk kecantikan, psikologis, baik itu positif ataupun negatif.
atau mencoba kuliner, diakui ingin dicoba Mengonsumsi konten influencer cukup
oleh para remaja. Sedangkan untuk tren yang disarankan karena berpotensi meningkatkan
dinilai negatif seperti berpakaian terbuka atau kesejahteraan psikologis, namun perlu tetap
berkata kasar, tidak ingin dicoba oleh para disaring konten yang positif dan negatif agar
remaja, walau tidak sedikit yang tidak berpotensi sebaliknya bagi
mempertimbangkan dan merasakan bahwa kesejahteraan psikologis para remaja.
mereka mengeluarkan kata kasar dikarenakan Sementara itu, untuk peneliti selanjutnya
mengonsumsi konten influencer. diharapkan dengan penelitian serupa dapat
mengedukasi para remaja untuk dapat lebih

178 Jurnal Ilmiah Psikologi Volume 11 No.2, Desember 2018


bijaksana dalam memilih konten dan memberi Krori, S. D. (2011). Developmental
pengetahuan untuk mengolah informasi psychology. Homeopathic Journal, 3-4.
menjadi hasil yang baik dan berbeda, yang http://www.
dapat berkontribusi terhadap kehidupan homeorizon.com/homeopathicarticles/ps
bermasyarakat. ychology/developmental-psychology
Lad, H. (2017). The positive and negative
DAFTAR PUSTAKA impact of social media on education,
Biswas, U. N. (2007). Promoting health and teenagers, business, and society.
well being in lives of people living with International Journal of Innovative
HIV and AIDS. Psychology developing Research in Science, Engineering and
societies, 19(2), 215-247. Technology, 2-4.
Bush, A. J., Martin, C. A., & Clark, P. W. Prilleltnsky, I., & Prilleltensky, O. (2006).
(2001). The effect of role model Promoting well being. New Jersey: John
influence on adolescents’ materialism Wiley & Son.
and marketplace knowledge. Journal of Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything,
Marketing Theory and Practice, 27-36. or is it? Exploration on the meaning of
Dogan, U. (2016). Effects of social network psychological well-being. Journal of
use on happiness, psychological well- Personality and Social Psychology,
being, and life satisfaction. Education 6(57), 1069-1081.
and Science Journal, 250-252. Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A.
Gallagher, S. M. (2017). The influence of (1985). Psikologi sosial. Alih bahasa:
social media on teen's self-esteem. Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.
Unpublished thesis. Glassboro: Rowan We Are Social. (2019). Digital in 2019.
University. Retrieved July 26, 2019, dari
Glucksman, M. (2018). The rise of social https://wearesocial.com/global-digital-
media influencer marketing on lifestyle report-2019
branding. Elon Journal of Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan
Undergraduate Research in anak remaja. Bandung: PT Remaja
Communications, 78-79. Rosdakarya Offset.
Hurlock, E. B. (1980). Development
psychology, Fifth Edition. New York:
McGraw Hill.

Mahdia, Pengaruh Konten Influencer… 179

https://doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2262

Anda mungkin juga menyukai