Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL

SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

Cahyo Wahyu Darmawan

SMP Muhammadiyah Malang


wahyucahyo99@yahoo.com

Abstrak
Konsep diri berasal dari hasil interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang menentukan
bagi perilaku prososial remaja. Untuk mencapai keberhasilan remaja dalam hubungan sosialnya diperlukan
konsep diri yang positif. Populasi dalam penelitian adalah siswa­siswi kelas X SMA Muhammadiyah 1
Malang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 75 siswa. Untuk mencari sampel yang benar­benar
mencerminkan populasi digunakan cara pengundian, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kelas­kelas
untuk didaftar sebagai anggota populasi dan kemudian mengundinya atau biasa disebut cluster random
sampling. Berdasarkan hasil pelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
konsep diri dan perilaku prososial siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang.

Kata kunci: Konsep Diri, Perilaku Prososial.

Abstract
Self­concept derived results from the interaction with others.Self­concept is the determining factor for the
prososial remaja.To achieve success remaja in relation to social necessary self­concept a positive.The
population in research is the students class X of SMA Muhammadiyah 1 Malang consisting of 3 the
classroom with the number of students 75 students. To search for sample which is totally reflected the
population used in the manner of the draw, by first identify classes to registered as a member of the
population and then draw it or commonly called clusters of random sampling. Based on the research can
conclude that a significant relation exists between the self concept and prosocial behavioral on class X
student of SMA muhammadiyah Malang.

Keywords: Self­Concept, Prosocial behavior.

Pada dasarnya manusia selain sebagai makluk kungan rohaniah.


individu juga sebagai makluk prososial. Sebagai Sebagai makhluk sosial, manusia khususnya
makhluk prososial manusia selalu membutuhkan siswa diharapkan memiliki prososial yang tinggi,
kehadiran orang lain dalam hidupnya. Berhubungan karena dalam perilaku prososial bertujuan untuk
dengan orang lain adalah kebutuhan yang sangat menyejahterakan orang lain dan mengurangi pen­
vital bagi manusia. Manusia perlu mengadakan deritaan bila dalam kesulitan.
interaksi dengan orang lain, keluarga, teman Seiring dengan kemajuan teknologi informasi
sebaya, rekan bekerja, teman sekolah atau bahkan pada massa sekarang nilai­nilai perilaku prososial
dengan orang­orang yang belum dikenalnya. di dalam kehidupan sehari­hari khususnya di Indo­
Walgito (2003) yang mengemukakan bahwa nesia. Menunjukkan perkembangan yang cukup
manusia tidak dapat melepaskan diri dari ling­ menarik. Remaja dapat tergugah dengan berbagai
kungannya. Lingkungan dalam hal ini baik ling­ situasi yang dapat menimbulkan tindakan perilaku
kungan fisik maupun lingkungan psikis. Ling­ prososial. Media massa seperti televisi dan internet
kungan fisik, yaitu alam benda­benda yang konkret, memberikan antusiame yang tinggi pada remaja
sedangkan lingkungan psikis adalah jiwa raga untuk melakukan tindakan perilaku prososial.
individu­individu dalam lingkungan, ataupun ling­ Papilaya (2002) menyatakan rasa ketergan­

94 PSIKOVIDYA VOL.19 NO.2 DESEMBER 2015


tungan seperti kebutuhan untuk dibantu ketika diri secara positif, sedangkan seseorang yang
terkena musibah muncul secara spontan. Sedangkan konsep dirinya negatif cenderung kurang berhasil
rasa iba bagi orang lain yang melihat juga akan dalam melaksanakan penyesuaian prososialnya.
muncul secara spontan tanpa dapat dibendung. Dengan demikian konsep diri merupakan hal yang
Hanya saja prosentase perilaku munculnya proso­ penting yang patut diperhatikan dalam melakukan
sial sangat kecil karena sangat terkait dengan perilaku prososial.
faktor­faktor serta aspek­aspek yang berperan Remaja diharapkan memiliki konsep diri yang
dalam terciptanya perilaku prososial. positif sehingga mampu memahami keadaan diri
Berdasarkan kesimpulan dari teori­teori diatas sendiri serta menghayati nilai­nilai moral yang
dapat dipahami bahwa perilaku prososial pada berlaku di masyarakat, karena dengan adanya
siswa muncul karena hasil interaksi atau keterkaitan pemahanan terhadap diri sendiri dan penghayatan
antara berbagai macam faktor atau sebab. terhadap nilai­nilai tersebut remaja akan lebih
Penelitian akan difokuskan pada variabel yang mudah untuk menumbuhkan kepekaan perilaku
relevan dengan karakteristik remaja dalam prososial. Namun kenyataan yang terjadi nilai­nilai
perkembangan fisik, psikis sosial maupu moral prososial di masyarakat semakin lama semakin
siswa yaitu konsep diri. menurun, banyak remaja apatis, tidak peduli
Berkaitan dengan konsep diri, Meichati (1990) dengan lingkungan sekitar, tidak menghormati
mengemukakan konsep diri merupakan internal orang tua serta sering melakukan perbuatan­
frame of reference, yaitu acuan bagi tingkah laku perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang
dan cara penyesuaian seseorang. Orang yang lain.
memiliki konsep diri positif akan menghasilkan Fenomena menurunnya nilai­nilai prososial
perilaku yang positif, dan akan mudah melakukan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
kontrol terhadap perilakunya sendiri dalam ling­ Hamidah (2002) ditujuh daerah di Jawa Timur
kungan. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep yang menunjukkan adanya indikasi penurunan
diri negatif akan menunjukkan perilaku yang nega­ kepedulian sosial dan kepekaan terhadap orang lain
tif pula dalam pergaulan dan sulit untuk melakukan dan lingkungan. Remaja nampak lebih memen­
kontrol atau mengendalikan diri jika menghadapi tingkan diri sendiri dan keberhasilannya tanpa
suatu situasi tertentu. banyak mempertimbangkan keadaan orang lain di
Konsep diri yang dimiliki remaja akan mempe­ sekitarnya. Hal ini menyebabkan remaja menjadi
ngaruhi perilakunya dalam hubungan prososial de­ semakin individualis dan sikap sosial yang dimiliki
ngan individu lain. Sesuai dengan pendapat Adito­ semakin pudar. Lebih lanjut Hamidah (2002) pada
mo dan Retnowati (2004) yang mengemukakan penelitiannya menyatakan orang cenderung egois
bahwa konsep diri berpengaruh dalam perilaku dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan
remaja dalam kehidupan sehari­hari, remaja dengan (materi). Sikap ini menimbulkan ketidak pedulian
konsep diri rendah cenderung berperilaku negatif terhadap lingkungan sosialnya. Dampaknya ter­
dalam perilakunya dan merasa tidak dihargai, tidak utama di kota­kota besar, remaja menampakkan
diterima dan diperlakukan kurang baik oleh orang sikap materialistik, acuh pada lingkungan sekitar
lain, sebaliknya remaja dengan konsep diri tinggi dan cenderung mengabaikan norma­norma yang
cenderung berperilaku positif dalam perilakunya, tertanam sejak dulu.
individu mampu melihat dirinya berharga, diterima Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang meru­
dan diperlakukan baik oleh orang lain. Begitu pula pakan sebagian contoh remaja yang sedang ber­
dalam konteks perilaku prososial, konsep diri kembang dan tergolong dalam masa (pubertas)
diperlukan agar remaja mampu melakukan tindakan akan mengembangkan diri mengenai prilaku
yang menuntut pengorbanan (ikhlas) untuk mem­ prososial, terutama dalam mempelajari dirinya dan
bantu orang lain sesuai dengan apa yang diha­ lingkungannya, disesuaikan pula dengan permasa­
rapkan. lahan yang sering terjadi yang dialami siswa SMA
Seseorang yang memiliki konsep diri yang pada umumnya yang berkaitan dengan masalah
baik, maka memiliki gambaran tentang dirinya sen­ konsep diri dan Prilaku Prososial. Sehingga

ISSN: 0853­8050 95
peneliti mencoba mengadakan penelitian yang merupakan gambaran seseorang tentang
berhubungan dengan masalah konsep diri dan bagaimana sebenarnya dia di dalam realita
prilaku prososial siswa di SMA Muhammadiyah 1 sesungguhnya.
Malang. b. Ideal self concept, merupakan gambaran
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil seseorang tentang bagaiman seharusnya
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang, dirinya.
sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan c. The social self concept, merupakan konsep
bahwa siswa kelas X telah mulai menunjukan diri yang terbentuk dari hasil interaksi
prilaku prososial seorang remaja. individu dengan orang lain.
Berdasarkan latar belakang menarik untuk
mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan Berdasarkan pendapat­pendapat diatas dapat
penelitian yang berjudul “Hubungan antara konsep disimpulkan, bahwa konsep diri adalah gambaran
diri dan perilaku prososial siswa SMA individu tentang dirinya sendiri secara keseluruhan
Muhammadiyah 1 Malang”. yang merupakan hasil dari pengenalan diri melalui
serangkaian proses persepsi dan evaluasi diri baik
Pengertian Konsep Diri bersifat fisik, social maupun psikologis yang dapat
Konsep diri merupakan suatu hal yang sangat diperoleh melalui pengalaman dalam berhubungan
penting dalam sebuah kehidupan. Sebelum kita dengan orang lain.
memahami orang lain, tentunya kita harus me­
ngetahui terlebih dahulu mengenai diri kita sendiri, Aspek­aspek Konsep Diri
siapa diri kita dan sadar pada peranannya sendiri Konsep diri seseorang berkaitan erat dengan
agar seseorang itu dapat menentukan apa yang akan perkembangan fisik dan psikososial. Hal ini sesuai
dikerjakan. dengan apa yang dinyatakan oleh Berzonsky
Konsep diri (self consept) adalah suatu istilah (1986) bahwa dalam konsep diri terdapat aspek­
yang digunakan oleh para ahli psikologi untuk aspek
menjelaskan kepribadian manusia, secara lebih a. Aspek Fisik (Physical Self). Meliputi peni­
khusus untuk menerangkan bagaimana memahami laian individu terhadap segala sesuatu yang
perilaku seseorang. Jadi konsep diri mengacu pada dimilikinya, seperti tubuh, pakaian dan
pengertian bagaimana individu memandang atau benda yang dimiliki.
menilai tentang pribadinya. b. Aspek Psikis (Psychological Self). Aspek
Pudjijogyanti (1995) mengartikan konsep diri psikis mencakup pikiran, perasaan dan sikap
sebagai sikap dan pandangan individu terhadap yang dimiliki individu terhadap diri sendiri.
seluruh keadaan dirinya, hal senada juga c. Aspek Sosial (Social Self). Meliputi bagai­
dikemukakan oleh Burns (1996) bahwa konsep diri mana peranan individu dalam lingkup peran
adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sosialnya dan penilaian individu terhadap
sendiri. peran tersebut
Sejalan dengan pendapat di atas Calhoun dan d. Aspek Moral (Moral Self). Aspek moral ini
Acocella (1995) mengemukakan konsep diri adalah merupakan nilai dan prinsip yang memberi
pandangan individu tentang diri sendiri. Selanjut­ arti dan arah dalam hidup individu dan
nya dikatakan bahwa konsep diri terdiri dari memandang nilai etika moral dirinya,
bagaimana individu melihat diri sendiri sebagai seperti kejujuran, tanggung jawab atas
pribadi, merasa tentang diri sendiri dan meng­ kegagalan yang dialaminya, religiusitas,
inginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana serta kesesuaian perilakunya dengan norma­
diharapkan. norma mesyarakat yang ada.
Selain itu Hurlock (2001) mengemukakan
bahwa konsep diri merupakan wujud dan tiga Sejalan dengan pendapat diatas Jersild (1985)
gambaran diri, yaitu: mengemukakan konsep diri mempunyai tiga aspek
a. The basic self concept (real concept) yaitu:

96 PSIKOVIDYA VOL.19 NO.2 DESEMBER 2015


a. Mengenai diri berupa fisik dan kemampuan, karena suatu proses umpan balik dari individu lain
yaitu bagaimana individu memandang dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang
sendiri baik berupa fisik seperti ukuran dan dikemukakan oleh Hardy dan Heyes (1988)
bentuk badan, maupun kemampuan individu mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi
seperti lemah atau kuat, terampil atau tidak. konsep diri yaitu:
b. mengenai hubungan sosial, yaitu bagaimana a. Penilaian orang lain akan mempengaruhi
hubungan sosial individu dengan keluarga konsep diri, terlebih lagi jika orang itu
masyarakat sekitarnya. adalah orang­orang yang berarti.
c. mengenai emosi dam perasaan (aspek­aspek b. Konsep diri seseorang sangat tergantung ke­
psikologi), yaitu berupa emosi dan perasaan pada bagaimana cara orang membandingkan
yang dialami oleh individu seperti perasaan diri dengan orang lain. Sering kali orang
marah, cemas, takut, agresi, cinta dan merubah cara pandangnya ketika dia mem­
kemampuan merasakan atau menikmati bandingkan dengan orang lain yang lebih
sesuatu. baik darinya.
c. Setiap orang memainkan peranan yang ber­
Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, beda­beda. Dalam peranan tersebut dia
menurut Pudjijogyanti (1995) ada tiga aspek diharapkan melakukan perbuatan dengan
konsep diri. Ke tiga aspek tersebut adalah : cara­cara tertentu, sesuai dengan kemam­
a. Diri yang dikognisikan merupakan diri yang puannya. jadi harapan­harapan dan penga­
dasar, konsep yang dipikir sebagaimana apa laman­pengalaman yang berkaitan dengan
adanya. peran yang akan berpengaruh pada konsep
b. Diri yang lain, merupakan diri yang berasal diri seseorang.
dari penilaian orang­orang yang dihormati, d. Proses identifikasi pada seseorang terjadi
penilaian­penilaian dari orang lain kepada dengan cara meniru beberapa perbuatan
individu. sebagai perwujudan nilai atau keyakinan.
c. Diri yang ideal, merupakan seperangkat in­ Bahkan peran jenis kelamin juga ikut
terpretasi tentang diri individu mengenai mempengaruhi konsep diri seseorang. Pada
jenis pribadi yang diingini atau diharapkan masyarakat kita, sesuai dengan nilai dan
oleh individu yang bersangkutan. budaya yang ada, laki­laki dan perempuan
berbeda perilaku dan karakteristiknya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa aspek­aspek yang mendasari Sementara Rakhmad (2007) dalam bukunya
konsep diri, antara lain fisik, psikis, sosial, moral, menyebutkan faktor­faktor yang mempengaruhi
serta aspek diri yang dikognisikan, diri yang lain, konsep diri adalah:
dan diri yang ideal, aspek­aspek tersebut antara satu a. Orang lain.
sama lainya saling berkaitan, artinya dalam Marcel, filusuf ekstensialis, yang mencoba
perkembangan konsep diri yang optimal aspek­ menjawab misteri keberadaan, The of Being,
aspek yang ada harus berjalan dengan seimbang. menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami diri kita, “The fact is that we can
Faktor­faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri understand ourselves by strating from the
Konsep diri bukan merupakan faktor yang other, and only by strarting from them”. Kita
dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari mengenal diri kita dengan mengenal orang
dan terbentuk dari pengalaman individu dalam lain terlebih dahulu. Bagaimana orang lain
berhubungan dengan individu lain. Dalam berin­ menilai diri kita, akan membentuk diri kita
teraksi setiap individu akan menerima tanggapan. sendiri.
Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan b. Kelompok rujukan (reference group)
cermin bagi individu untuk menilai dan me­ Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti
mandang dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk akan menjadi anggota berbagai kelompok:

ISSN: 0853­8050 97
RT, Persatuan Bulutangkis, Ikatan Sarjana tindakan yang ditujukan kepada orang lain, baik
Komunikasi dll. Setiap kelompok mem­ secara fisik maupun psikis yang memberikan
punyai norma­norma tertentu. Ada kelompok manfaat positif bagi orang yang dikenai tindakan
yang secara emosional mengikat, dan ber­ itu, walaupun tindakan itu sebenarnya tidak mem­
pengaruh terhadap konsep diri. Ini disebut punyai manfaat dan keuntungan yang jelas bagi
kelompok rujukan. Dengan melihat kelom­ individu yang melakukannya dan tindakan itu
pok ini, orang mengarahkan perilakunya dan dilakukan sesuai dengan norma masyarakat yang
menyesuaikan dirinya dengan ciri­ciri kelom­ berlaku.
poknya.
Aspek­aspek Perilaku Prososial
Berdasarkan uraian­uraian diatas maka dapat Terdapat beberapa macam aspek­aspek perilaku
disimpulkan bahwa konsep diri disebabkan oleh prososial. Menurut Mussen (1990) aspek­aspek
dua faktor, yaitu dari dalam (internal) yaitu faktor perilaku prososial antara lain:
yang datangnya dari diri sendiri baik secara fisik a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk
maupun psikis, dan faktor (eksternal) yaitu yang berbagi perasaan dengan orang lain dalam
datang dari lingkungan baik dari lingkungan suasana suka maupun duka.
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masya­ b. Menolong (helping), yaitu kesediaan mem­
rakat maupun teman­teman sebayanya. Faktor­ berikan bantuan atau pertolongan kepada
faktor ini sangat berpengaruh terhadap terbentuk­ orang lain yang sedang mengalami ke­
nya konsep diri baik secara langsung maupun tidak sulitan, baik berupa moril maupun meteriil.
langsung. Menolong meliputi membantu orang lain
atau menawarkan sesuatu yang menunjang
Pengertian Perilaku Prososial berlangsungnya kegiatan orang lain.
Perilaku prososial diartikan sebagai suatu c. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan
kepedulian terhadap sesama apapun motifnya. untuk bekerja sama dengan orang lain demi
Menurut Baron & Byrne (2005) mengatakan bahwa tercapainya suatu tujuan. Cooperating
perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong biasanya saling menguntungkan, saling
yang menguntungkan orang lain tanpa harus me­ memberi, saling menolong dan menenang­
nyediakan suatu keuntungan langsung pada orang kan.
yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin d. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan
bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang untuk melakukan sesuatu seperti apa
menolong. Gerungan (2000) menyatakan bahwa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang
perilaku prososial mencakup perilaku yang meng­ lain.
untungkan orang lain yang mempunyai konse­ e. Berderma (donating), yaitu kesediaan untuk
kuensi sosial yang positif sehingga akan menambah memberikan secara sukarela sebagian
kebaikan fisik maupun psikis. barang miliknya kepada orang yang mem­
Abraham dan Shanley (1997) menerangkan butuhkan.
bahwa pengaruh sosial dan orang lain pada situasi
darurat yang lebih mungkin menyebabkan perbua­ Selanjutnya Staub (1987) menyatakan ada tiga
tan keputusan untuk menolong. indikator yang menjadi aspek­aspek perilaku
Menurut Dayakisni & Hudaniah (2003) mem­ prososial yaitu:
batasi perilaku prososial sebagai perilaku yang a. Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak
memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik menuntut keuntungan pada pihak pelaku.
atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik b. Tindakan itu dilahirkan secara sukarela.
menjadi lebih baik, dalam arti secara material c. Tindakan itu menghasilkan kebaikan.
maupun psikologis.
Berdasarkan dari beberapa definisi maka
perilaku prososial dapat didefinisikan sebagai

98 PSIKOVIDYA VOL.19 NO.2 DESEMBER 2015


Faktor­Faktor yang Mempengaruhi Perilaku kuat terhadap pemberian bantuan. Individu
Prososial yang tergesa­gesa karena waktu sering
Setiap perilaku yang muncul pada diri individu mengabaikan pertolongan yang ada di
selalu ada yang melatarbelakanginya, begitu juga depannya.
bila seseorang melakukan perilaku prososial. Me­
nurut Staub dalam Dayakisni dan Hudaniah (2003) b. Faktor Penolong, meliputi :
faktor­faktor yang mempengaruhi perilaku 1) Faktor Kepribadian
prososial yaitu: Adanya ciri kepribadian tertentu yang
a. Self­gain: harapan seseorang untuk memper­ mendorong individu untuk memberikan
oleh atau menghindari kehilangan sesuatu, pertolongan dalam beberapa jenis situasi dan
misalnya ingin mendapatkan pengakuan, tidak dalam situasi yang lain. Misalnya,
pujian atau takut dikucilkan. individu yang mempunyai tingkat kebutuhan
b. Personal values and norms: adanya nilai­ tinggi untuk diterima secara sosial, lebih
nilai dan norma sosial yang diinternali­ cenderung memberikan sumbangan bagi
sasikan oleh individu selama mengalami kepentingan amal, tetapi hanya bila orang
sosialisasi dan sebagian nilai­nilai serta lain menyaksikannya. Individu tersebut di­
norma tersebut berkaitan dengan tindakan motivasi oleh keinginan untuk memperoleh
prososial, seperti berkewajiban menegakkan pujian dari orang lain sehingga berperilaku
kebenaran dan keadilan serta adanya norma lebih prososial hanya bila tindakan itu
timbal balik. diperhatikan.
c. Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut 2) Suasana Hati
merasakan perasaan atau pengalaman orang Individu lebih terdorong untuk memberikan
lain. bantuan bila berada dalam suasana hati yang
baik, dengan kata lain, suasana perasaan
Sedangkan Sears (1991) menjelaskan faktor­ positif yang dapat meningkatkan kesediaan
faktor yang mempengaruhi perilaku prososial untuk melakukan perilaku prososial.
dengan lebih spesifik. Antara lain : 3) Rasa Bersalah
a. Faktor Situasional, meliputi : Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah
1) Kehadiran Orang Lain bisa menyebabkan individu menolong orang
Individu yang sendirian lebih cenderung yang dirugikannya, atau berusaha menghi­
memberikan reaksi jika terdapat situasi langkannya dengan melakukan tindakan
darurat ketimbang bila ada orang lain yang yang baik.
mengetahui situasi tersebut. Semakin banyak
orang yang hadir, semakin kecil kemung­ c. Distres dan Rasa Empatik
kinan individu yang benar­benar memberikan Distres diri (personal distress) adalah reaksi
pertolongan. Faktor ini sering disebut dengan pribadi individu terhadap penderitaan orang lain,
efek penonton (bystander effect). Individu seperti perasaan terkejut, takut, cemas, perihatin,
yang sendirian menyaksikan orang lain tidak berdaya, atau perasaan apapun yang
mengalami kesulitan, maka orang itu dialaminya. Sebaliknya, rasa empatik (empathic
mempunyai tanggung jawab penuh untuk concern) adalah perasaan empatik dan perhatian
memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi
2) Kondisi Lingkungan pengalaman atau secara tidak langsung merasakan
Keadaan fisik lingkungan juga mempenga­ penderitaan orang lain. Distres diri terfokus pada
ruhi kesediaan untuk membantu. Pengaruh diri sendiri yaitu memotivasi diri untuk mengu­
kondisi lingkungan ini seperti cuaca, ukuran rangi kegelisahan diri sendiri dengan membantu
kota, dan derajat kebisingan. orang yang membutuhkan, tetapi juga dapat
3) Tekanan Waktu melakukannya dengan menghindari situasi tersebut
Tekanan waktu menimbulkan dampak yang atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya.

ISSN: 0853­8050 99
Sebaliknya, rasa empatik terfokus pada si korban depannya.
yaitu hanya dapat dikurangi dengan membantu Konsep diri berkembang sesuai dengan usia
orang yang berada dalam kesulitan dalam rangka anak, seperti yang dikemukakan Rogers, (1990),
meningkatkan kesejahteraannya. bahwa penemuan tergantung self sudah dimulai
pada masa kanak­kanak, tetapi kesadaran tergan­
d. Orang yang membutuhkan pertolongan, meliputi tung self secara intelektual dan emosional baru
1) Menolong orang yang disukai muncul pada saat individu mencapai masa remaja.
Rasa suka awal individu terhadap orang lain Pada masa remaja, konsep diri telah kokoh
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya bentuknya, walaupun sering ditinjau kembali
tarik fisik dan kesamaan. Karakteristik yang dengan adanya pengalaman prososial dan pribadi
sama juga mempengaruhi pemberian bantuan yang baru, berarti terdapat kecenderungan dari
pada orang yang mengalami kesulitan. beberapa konsep diri tetap, tak berubah atau
Sedangkan individu yang memiliki daya tarik mempunyai bentuk relatif tak berubah. Tetapi
fisik mempunyai kemungkinan yang lebih dengan bertambahnya pengalaman dalam kehi­
besar untuk menerima bantuan. Perilaku dupan selanjutnya, usia dan kematangan dapat
prososial juga dipengaruhi oleh jenis hu­ merubah konsep diri seseorang dalam kurun waktu
bungan antara orang seperti yang terlihat tertentu.
dalam kehidupan sehari­hari. Misalnya, indi­ Konsep diri merupakan produk prososial dan
vidu lebih suka menolong teman dekat dari terbentuk oleh interaksi prososial, selanjutnya
pada orang asing. berkembang dan berubah melalui interaksi proso­
2) Menolong orang yang pantas ditolong sial juga. Salah satu tugas perkembangan remaja
Individu membuat penilaian sejauh mana yang sulit adalah yang berhubungan dengan
kelayakan kebutuhan yang diperlukan orang perilaku prososial diantaranya bergaul dengan
lain, apakah orang tersebut layak untuk diberi teman sebaya didalam kelompoknya. Jika remaja
pertolongan atau tidak. Penilaian tersebut memahami dan menerima fakta yang bermacam­
dengan cara menarik kesimpulan tentang macam tentang dirinya, maka ia akan mengem­
sebab­sebab timbulnya kebutuhan orang bangkan konsep diri yang tinggi dan menjadi
tersebut. Individu lebih cenderung menolong remaja yang mandiri, aktif dan percaya diri.
orang lain bila yakin bahwa penyebab tim­ Aditomo dan Retnowati (2004) mengemukakan
bulnya masalah berada di luar kendali orang bahwa konsep diri berpengaruh dalam perilaku
tersebut. remaja dalam kehidupan sehari­hari, remaja dengan
konsep diri rendah cenderung berperilaku negatif
Berdasarkan uraian­uraian diatas dapat dalam perilakunya dan merasa tidak dihargai, tidak
disimpulkan bahwa faktor ­faktor yang mempe­ diterima dan diperlakukan kurang baik oleh orang
ngaruhi perilaku prososial antara lain, Self­gain, lain, sebaliknya remaja dengan konsep diri tinggi
Empathy, Personal values and norms, penolong, cenderung berperilaku positif dalam perilakunya,
situasional, rasa bersalah, suasana hati. individu mampu melihat dirinya berharga, diterima
dan diperlakukan baik oleh orang lain. Begitu pula
Hubungan antara Konsep Diri dan Perilaku dalam konteks perilaku prososial, konsep diri
Prososial diperlukan agar remaja mampu melakukan tindakan
Konsep diri merupakan penentu tingkah laku, yang menuntut pengorbanan (ikhlas) untuk mem­
seperti yang dijelaskan oleh Ariety (1967), bahwa bantu orang lain sesuai dengan apa yang
konsep diri merupakan dasar dari semua tingkah diharapkan
laku, juga terungkap dari pernyataan Eisenberg dan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
Delaney (1970) bahwa konsep diri sangat bahwa perilaku prososial berkaitan erat dengan
menentukan tingkah laku individu sekarang dan keadaan diri individu, yakni seberapa besar
masa mendatang serta menentukan pembuatan evaluasi positif dan negatif tentang dirinya sebagai
keputusan dan aspirasi­aspirasi individu bagi masa manifestasi konsep diri. Oleh karena itu perilaku

100 PSIKOVIDYA VOL.19 NO.2 DESEMBER 2015


prososial mempunyai sifat yang universal sesuai konsep yang mempunyai bermacam­macam nilai.
motif yang berperan dalam memunculkan perilaku Jadi variabel adalah obyek penelitian atau suatu
tersebut. Seseorang yang memiliki konsep diri fenomena yang memiliki sifat­sifat tertentu
positif akan berusahan mencari aspek­aspek yang sehingga obyek penelitian tersebut mempunyai
positif dalam suatu keadaan dan dalam hidupnya, variasi yang berbeda­beda sesuai dengan tujuan
serta timbulnya perilaku baik dan berbuat baik penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah
terhadap orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas: konsep diri dan variabel tergantung:
aspek positif dalam hidup seseorang dan adanya perilaku prososial
perilaku baik terhadap orang lain merupakan wujud Alasan penelitian menggunakan variabel
dari moralitas yang tinggi dan perilaku prososial konsep diri sebagai variabel bebas dan perilaku
yang tinggi. prososial sebagai variabel tergantung karena
peneliti memiliki asumsi bahwa konsep diri
METODE mempengaruhi variabel perilaku prososial.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Penyusunan Skala Konsep Diri
SMA Muhammadiyah 1 Malang dengan jumlah 75 Penyusunan Skala Konsep diri disusun
siswa. berdasarkan pada teori Berzonsky (1986), yang
terdiri dari empat aspek, yaitu:
Populasi a. Aspek Fisik (Physical Self). Meliputi
Populasi dalam penelitian adalah siswa­siswi penilaian individu terhadap segala sesuatu
kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang terdiri dari yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian dan
3 kelas dengan jumlah siswa 75 siswa. benda yang dimiliki.
b. Aspek Psikis (Psychological Self). Aspek
Sampel dan Teknik Sampling psikis mencakup pikiran, perasaan dan sikap
Sampel merupakan bagian dari populasi. Wakil yang dimiliki individu terhadap diri sendiri.
atau sampel inilah yang dikenai perilaku untuk c. Aspek Sosial (Social Self). Meliputi
diambil kesimpulan terhadap populasi sehingga bagaimana peranan individu dalam lingkup
diperoleh sampel yang baik (representatif), yaitu peran sosialnya dan penilaian individu
sampel yang benar­benar mencerminkan popula­ terhadap peran tersebut.
sinya (Arikunto, 2006). Teknik yang digunakan d. Aspek Moral (Moral Self). Aspek moral ini
dalam penelitian ini adalah Cluster random merupakan nilai dan prinsip yang memberi
sampling adalah teknik memilih sebuah sampel dari arti dan arah dalam hidup individu dan
kelompok­kelompok unit yang kecil. Populasi dari memandang nilai etika moral dirinya, seperti
cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. kejujuran, tanggung jawab atas kegagalan
Pengelompokan secara cluster menghasilkan unit yang dialaminya, religiusitas, serta kese­
elementer yang heterogen seperti halnya populasi suaian perilakunya dengan norma­norma
sendiri (Nazir, 1992). Pada penelitian masing­ mesyarakat yang ada.
masing kelas mempunyai kesempatan yang sama
dijadikan sampel penelitian dengan jumlah 75 Penyusunan Skala Perilaku Prososial
siswa. Untuk mencari sampel yang benar­benar Penyusunan skala perilaku prososial disusun
mencerminkan populasi digunakan cara pengun­ berdasarkan pada teori Mussen (1989), yang terdiri
dian, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi dari lima aspek, yaitu:
kelas­kelas untuk didaftar sebagai anggota populasi a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk
dan kemudian mengundinya atau biasa disebut berbagi perasaan dengan orang lain dalam
cluster random sampling suasana suka maupun duka.
b. Menolong (helping), yaitu kesediaan mem­
Variabel Penelitian berikan bantuan atau pertolongan kepada
Nazir, (1992) mengemukakan variabel adalah orang lain yang sedang mengalami kesuli­

ISSN: 0853­8050 101


tan, baik berupa moril maupun meteriil. hubungannya sangat kuat dan antara variabel
Menolong meliputi membantu orang lain konsep diri dan variabel perilaku prososial searah
atau menawarkan sesuatu yang menunjang artinya semakin tinggi konsep diri maka semakin
berlangsungnya kegiatan orang lain. tinggi pula perilaku prososialnya.
c. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan
untuk bekerja sama dengan orang lain demi PEMBAHASAN
tercapainya suatu tujuan. Cooperating Konsep diri memang merupakan gambaran diri
biasanya saling menguntungkan, saling yang relatif stabil, namun begitu tetap dapat
memberi, saling menolong dan menenang­ berubah. Stabil mengandung arti ada konsisten
kan. untuk kurun waktu tertentu, tetapi dengan bertam­
d. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan bahnya pengalaman dapat mengubah konsep diri
untuk melakukan sesuatu seperti apa individu. Semakin seorang anak mempunyai
adanya, tidak berbuat curang terhadap lingkungan pergaulan yang luas maka kemung­
orang lain. kinan adanya perubahan konsep dirinya. Hubungan
e. Berderma (donating), yaitu kesediaan untuk anak dengan orang lain memberikan pengalaman
memberikan secara sukarela sebagian sosial yang baru dan mempengarui konsep diri
barang miliknya kepada orang yang anak (Hurlock, 1964).
membutuhkan. Konsep diri merupakan faktor yang menen­
tukan bagi perkembangan sosial anak yaitu dalam
Validitas Skala mencapai keberhasilan dalam hubungan sosial
Validitas adalah suatu ukuran yang menun­ dengan orang lain. Untuk mencapai keberhasilan
jukkan tingkat­tingkat kevalidan atau kesahihan seseorang dalam hubungan sosialnya diperlukan
suatu instrumen (Arikunto, 2006). perilaku prososial, namun terlebih dahulu individu
Validitas butir dihitung dengan menggunakan harus mempunyai konsep diri yang positif. Sese­
teknik internal validity dengan cara menghitung orang yang memiliki konsep diri yang tinggi akan
koefisien korelasi antara skor masing­masing butir dengan mudah melakukan hubungan sosial sebalik­
soal dengan skor total. Perhitungan validitas nya individu yang kurang memiliki konsep diri
dilakukan dengan bantuan SPSS versi 16.0 dengan yang kurang baik menurut Gunarsa (1983), tampak
program Corrected item­total correlation. kurang memiliki rasa aman dalam dirinya untuk
berprestasi yang baik. Rasa aman berarti bahwa
HASIL individu tidak merasa bebas secara psikis tetapi
Kegiatan utama penelitian adalah analisis data. terbelenggu dengan perasaan was­was atau kha­
Analisis data menggunakan uji product moment watir, keraguan, kecemasan, terhadap apa yang
yang dibantu dengan menggunakan program SPSS dilakukan. Itu sebabnya seseorang yang memiliki
for windows 16.0. Uji digunakan untuk mengetahui konsep diri rendah akan merasa tidak bebas dalam
ada atau tidaknya hubungan konsep diri dengan mengutarakan idenya (pendapatnya) secara spon­
perilaku prososial SMA Muhammadiyah 1 Malang. tan.
Tingkat korelasi diujikan dengan taraf significant Konsep diri merupakan faktor yang menen­
1%, dengan hasil probabilitasnya/nilai sig. (2­ tukan dalam perilaku prososial, karena setiap orang
tailed) = 0,000 karena nilai sig (2 tailed) < 0,05 bertingkah laku atau bersikap sedapat mungkin
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang
signifikan antara konsep diri dan perilaku prososial menganggap dirinya menarik maka remaja akan
siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang. berusaha berpakaian serapi mungkin, jika remaja
Demikian berarti hipotesis penelitian (H1) diterima merasa dirinya adalah orang yang rajin maka
dan hipotesis nihilnya (Ho) ditolak. Untuk melihat remaja akan berusaha hidup teratur. Bila seseorang
seberapa kuat hubungannya dapat dilihat dari nilai memiliki konsep diri yang rendah, maka remaja
pearson correlation, dari tabel output didapatkan tidak akan bisa mengaktualisasikan dirinya. Sese­
nilai r = 0,956 maka dapat disimpulkan kekuatan orang akan kesulitan untuk mengatakan apa yang

102 PSIKOVIDYA VOL.19 NO.2 DESEMBER 2015


diharapkannya dan tentunya bagi orang lain juga seseorang mengenali dirinya dengan baik maka
akan kesulitan untuk mengerti dirinya. remaja akan dengan mudah mengadakan hubungan
Sukses hubungan bersosialisasi banyak bergan­ dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain
tung pada kualitas konsep diri seseorang positif akan meningkatkan pengetahuan tentang diri.
atau negatif. Menurut Brooks dan Emment (1976), Membuka diri, tidak hanya mampu berhubungan
ada 4 tanda orang memiliki konsep diri yang dengan orang lain tetapi juga akan membentuk
negatif; Pertama, peka terhadap kritik. Orang tidak konsep diri yang positif pula. Mempunyai konsep
tahan korektif yang diterimanya dan mudah marah diri yang positif, maka seseorang akan mampu
atau naik pitam. Bagi orang, koreksi sering kali melihat dirinya sendiri dan orang lain secara
dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga positif.
dirinya. Orang yang memiliki konsep diri negatif Berdasarkan hasil analisis statistik didapat
cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bahwa tingkat korelasi diujikan dengan taraf
bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan significant 1%, dengan hasil probabilitasnya/nilai
berbagai logika yang keliru. Kedua, orang yang sig. (2­tailed) = 0,000 karena nilai sig (2 tailed) <
memiliki konsep diri negatif, responsif sekali 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
tehadap pujian. Walaupun mungkin berpura­pura yang signifikan antara konsep diri dan perilaku
menghindari pujian, orang tidak dapat menyem­ prososial siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1
bunyikan antusiasmenya pada waktu menerima Malang. Untuk melihat seberapa kuat hubungannya
pujian. Selalu mengeluh, mencela, dan meremeh­ dapat dilihat dari nilai pearson correlation, dari
kan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tabel output didapatkan nilai r = 0,956 maka
tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau kekuatan hubungannya sangat kuat dan antara
pengakuan pada kelebihan orang lain. Ketiga, variabel konsep diri dan variabel perilaku prososial
orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung searah artinya semakin tinggi konsep diri maka
merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak semakin tinggi pula perilaku prososialnya.
diperhatikan. Karena bereaksi pada orang lain Berarti hipotesis penelitian (H1) diterima dan
sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan hipotesis nihilnya (Ho) ditolak. Kenyataan dalam
kehangatan, keakraban dan persahabatan, tidak lingkungan sekolah hubungan antara konsep diri
pernah mempersilahkan diri. Keempat, orang yang dengan perilaku prososial dapat di lihat dalam
konsep dirinya negatif, bersikap pesimis terhadap bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya kegiatan
kompetisi seperti terungkap dalam keengganan Pramuka memberikan bantuan bagi orang tidak
untuk bersaing dengan orang lain, dalam prestasi mampu atau terkena bencana, serta dalam ling­
menganggap tidak akan berdaya melawan persai­ kungan sekolah sesama teman membudayakan
ngan yang merugikan dirinya. perilaku kerja sama, dan tolong menolong.
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri
yang positif ditandai dengan 5 hal yaitu: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Yakin akan kemampuannya mengatasi masa­ Kesimpulan
lah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
b. Merasa setara dengan orang lain. diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan
c. Menerima pujian tanpa rasa malu. antara konsep diri dan perilaku prososial siswa
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang. Artinya
berbagai perasaan, keinginan, perilaku yang semakin tinggi konsep diri maka semakin tinggi
tidak, seluruhnya tidak disetujui masyarakat. pula perilaku prososialnya.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sang­ Berdasarkan hasil analisis statistik didapat
gup mengungkapkan aspek­aspek kepriba­ bahwa tingkat korelasi diujikan dengan taraf
dian yang tidak disenanginya dan berusaha significant 1%, dengan hasil probabilitasnya/nilai
mengubahnya. significant. (2­tailed) = 0,000 karena nilai
Konsep diri yang positif maka akan terlahir significant (2 tailed) < 0,05 maka dapat disimpul­
pula perilaku prososial yang baik, karena apabila kan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

ISSN: 0853­8050 103


konsep diri dan perilaku prososial siswa kelas X luas pergaulan dalam lingkungan sosial, dan ikut
SMA Muhammadiyah 1 Malang. Berarti hipotesis serta dalam kegiatan sosial untuk meningkatkan
penelitian (H1) diterima dan hipotesis nihilnya perilaku prososial seperti mengikuti kegiatan
(Ho) ditolak. Untuk melihat seberapa kuat Palang Merah Remaja atau Pramuka untuk
hubungannya dapat dilihat dari nilai pearson mengembangkan sifat empati, tolong menolong,
correlation, dari tabel output didapatkan nilai r = dan kerja sama.
0,956 maka dapat disimpulkan kekuatan hubu­
ngannya sangat kuat dan antara variabel konsep Peneliti Lanjutan.
diri dan variabel perilaku prososial searah artinya Guna meningkatkan kualitas penelitian lebih
semakin tinggi konsep diri maka semakin tinggi lanjut khususnya yang berkaitanya dengan konsep
pula perilaku prososialnya. diri dan perilaku prososial, peneliti lain diharapkan
menyempurnakan hasil penelitian ini dengan cara
Rekomendasi menambah variabel­variabel lain yang belum
Kepala Sekolah diungkap ataupun memperluas ruang lingkup pene­
Memberikan dukungan untuk meningkatkan litian. Misalnya membandingkan perilaku prososial
konsep diri dan perilaku prososial siswa­siswinya siswa di sekolah umum dangan pesantren.
dengan mengadakan dan memfasilitasi kegiatan
yang menekankan adanya proses perilaku prososial DAFTAR RUJUKAN
dan konsep diri misalnya membuat program Abraham, C dan Shanley, E. 1997. Psikologi
ekstrakurikuler di lingkungan sekolah. Sosial. Jakarta: CV Rajawali.
Arikunto. S. 1998. Prosedur Penelitian suatu
Konselor Sekolah. pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Konselor diharapkan dapat meningkatkan kon­ _______. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
sep diri dan perilaku prososial siswa, lebih aktif Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta:
dalam meningkatkan bimbingan dan konseling Rineka Cipta.
pada siswa, misalnya melakukan home visit pada Aditomo, A. dan Retnowati S. 2004. Harga Diri,
siswa yang bermasalah dan mengoptimalkan Harga Diri dan Kecenderungan Depresi pada
layanan bimbingan konseling pribadi agar siswa Remaja Akhir. Jurnal Psikologi. No. 1, 1­
semakin memahami potensi yang ada pada diri 15.2003.
sendiri. Burns, Robert B. 1996. Self Concept
Developmental and Education. London:
Orang Tua Siswa Rinehart and Winston, co.
Orang tua sebaiknya menunjukkan perhatian, Berzonsky, D.M. 1986. Adolescent Development.
cinta dan kasih sayang yang tulus dengan begitu London: McMillan Publishers.
akan meningkatkan konsep diri dan perilaku pro­ Baron dan Byrne, D. 2005. Social Psychological
sosial anak. Perilaku prososial yang baik agar anak Understanding Behaviour. Massachusselts :
dapat berkembang dengan optimal. Mengajarkan Allyn and Bacon, lnc.
hal­hal positif agar terbentuk konsep diri yang Calhoun, J.F., and Acocella, J.R 1995. Psikologi
positif dan perilaku prososial yang tinggi. Misalnya Tentang Penyesuaian dan Hubungan
mengajak anak memberikan secara sukarela seba­ Kemanusiaan (Alih Bahasa: Satmoko, R.S).
gian barang miliknya kepada orang yang membu­ Semarang : Penerbit IKIP Semarang.
tuhkan. Davidoff, L. 2003. Introduction to Psychology.
New York: MeGraw Hill Book Company.
Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang Dayaksini, T dan Hudaniah. 2003. Buku I Psikologi
Siswa meningkatkan konsep diri dan perilaku Prososial (Edisi Revisi). Malang: UMM
prososial, dengan cara menyadari kekurangan dan Press.
kelebihan yang ada pada diri sendiri, berusaha Faisal, Sanapiah. 2001. Format­format Penelitian
menghargai diri sendiri dan orang lain, memper­ Prososial (Cetakan kelima). Jakarta: PT. Raja

104 PSIKOVIDYA VOL.19 NO.2 DESEMBER 2015


Grafindo Perkasa.
Gerungan, W.A. 2000. Psikologi Prososial.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Hadi, Sutrisno. 1989. Statistik II. CetakanXIV.
Yogyakarta: Andi Offset.
___________. 2004. Metode Riset. Yogyakarta:
UGM. Fakultas Psikologi.
Hurlock, Elizabeth B. 2001. Psikologi Perkem­
bangan Suatu Pendekatan sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hardy, Malcolm & Heyes, Steve. 1988. Pengantar
Konseling. Terjemahan Oleh Soenardji.
Jakarta: Erlangga.
Jersild, A. R., brook, J. S., & Brook, D. W. 1985.
The Psychology of Adolescent. London:
Collier Mc Millan Publisher.
Meichati, S. 1990. Tanggapan Remaja Mengenai
Diri dan Kehidupan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Mussen, P. H. 1990. The Roots of Prosocial
Behavior in Children. New York: Combridge
University Press.
Nazir, M. 1992. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Papilaya, J. 2002. Proposal Untuk Pemecahan
Masalah Fundamental Kerusuhan Ambon
”Menuju Kehidupan Berbangsa Yang
Berparadigma Bhinneka Tunggal Ika”
www.(http://www.fica.org/hr).
Pudjijogyanti, C.R. 1995. Konsep Diri Dalam
Proses Belajar Mengajar. Laporan Penelitian.
Jakarta: Pusat Penelitian Unika Atmajaya.
Rakhmad, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi.
Bandung : Remaja karya.

ISSN: 0853­8050 105

Anda mungkin juga menyukai