Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buliing dapat dikatakan sebagai segala tindak kekerasan yang
merugikan bagi orang lain atau korban. Tindakan pembullian sering terjadi
pada dunia anak muda yang masih labil untuk menjalani hidup mereka,
meski tidak 85% terjadi di lingkungan anak-anak remaja. Namun dampak
yang disebabkan dari tindakan buliing yang disengaja atau tidak disengaja
akan berakibat fatal dan berbahaya pada kondisi fisik maupun mental
korban. Bukan hanya itu, buli dapat menghilangkan semangat seseorang
untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa karena adanya tekanan, takut
jika bertemu dengan orang yang sudah menyakitinya. Kejadian ini sudah
sering terjadi, dan tidak sedikit yang berujung bunuh diri karena korban
yang tidak tahan dengan tekanan yang ia dapatkan selama menjalani
hidupnya.
Dari riset yang memperhatikan perkembangan tindakan buli dan
pesatnya teknologi yang sedang terjadi saat ini, membuat lapangan atas
tindak buli semakin melebar. Pada awalnya buli hanya terjadi pada
kekerasan fisik dan mengolok korban secara langsung. Namun sekarang
semakin melebar karena mulai melakukannya di jejaring media sosial yang
dimana siapa pun dapat mengakses dan menggunakannya. Terbukanya
dan memiliki efek besar pada penyebaran informasi, ketika suatu aib
korban yang sengaja diungkap untuk melakukan tindakan buli akan
semakin tinggi dampak yang di dapat korban. Mengapa? Karena tidak
hanya satu atau dua orang saja yang tahu akan aib yang seharusnya tidak
diketahui orang lain. Namun karena pelaku yang hanya memikirkan
kepuasan dan kesenangannya sendiri, ia tidak peduli dengan perasaan
korban yang sebenarnya bisa membawa dirinya sebagai pembunuh secara
tidak langsung.
Cyberbuliing adalah suatu tindakan dalam bentuk kekerasan yang
dialami oleh remaja atau anak atas hujatan atau ujaran kebencian yang
2

dilakukan oleh teman sebaya di media sosial yang dapat diakses dan
dilihat oleh orang dengan jumlah besar. Pada kondisi ini hal yang menjadi
sasaran adalah psikologis pada diri remaja yang dihujat, suatu hal yang
sangat berdampak negatif pada perkembangan hidup remaja yang masih
panjang. Tindakan intimidasi dunia maya yang dilakukan oknum tak
berperasaan terhadap orang lain, atau terhadap remaja yang sedang
mencari jati diri pada umur-umur yang masih memiliki emosi yang tidak
terkendalikan. Pencarian jati diri pada umur remaja kemungkinan besar
akan mendorong remaja untuk melakukan suatu hal yang baru, berusaha
mencari kecocokan untuk gaya hidupnya di masa yang akan datang.
Namun sayangnya, semua tidak bisa diterima begitu saja, apalagi ketika
seseorang mempublikasikan ekspresi diri mereka. Ketika satu pihak tidak
suka dengan apa yang ia posting di media sosialnya, lontaran rasa tidak
suka dan merasa jika remaja itu bertindak tidak pantas akan mengalir
dengan cepat.
Tingginya angka perilaku cyberbuliing yang semakin tertanam
pada jiwa remaja masa kini, dimana mereka begitu memperhatikan
penampilan agar bisa diterima semua kalangan manusia. Hal itu membuat
para remaja akan kehilangan rasa percaya diri dan rasa mencintai diri
sendiri, karena mereka hidup di dunia yang sudah berteknologi canggih,
namun berbahaya jika digunakan dengan cara yang salah. Kasus yang
berakibat fatal sampai memakan korban karena cyberbuliing sudah sering
terjadi, apalagi matinya rasa percaya diri seorang remaja untuk lebih
berkarya. Pesatnya dunia informasi dan komunikasi yang harus diimbangi
dengan individu yang kreatif dan aktif dalam mengontrol diri agar tidak
ditunggangi oleh teknologi, karena itulah mau tidak mau seorang individu
harus belajar dengan perkembangan dunia. Dengan melihat kasus seperti
yang terjadi pada beberapa remaja di Indonesia yang kehilangan semangat
belajar karena mendapat hujatan dan pengiriman pesan benci yang
mengganggu. Bukan hanya itu, banyak kejadian memilukan sampai
merenggut kebahagiaan orang lain yang sudah tidak kuat dengan apa yang
ia dapat dari ketidak sukaan orang lain padanya. Hal ini mendorong kami
3

untuk meneliti lebih lanjut sebab terjadinya cyberbuliing yang jika


dibiarkan saja akan membunuh mental manusia. Bukan hanya sekadar
meneliti, kami ingin mengkaji lebih dalam lagi pola dan perilaku kenapa
manusia sampai bisa memiliki pikiran untuk mengendalikan orang lain
agar sesuai dengan keinginan mereka.
Dalam dunia pendidikan, tindakan cyberbuliing sering ditemukan
meski sadar dan tidak sadar kita pernah mendengar atau mungkin kita
berada di posisi pelaku dan korban. Di SMA Negeri 1 Subang yang
menjadi salah satu lokasi penelitian kegiatan ini, melihat dari gaya belajar
dan pola pikir siswa dan siswi yang bersekolah di SMA Negeri 1 Subang
yang begitu luar biasa, berbeda dengan sekolah lain. Kejadian cyberbuliing
bisa berupa candaan yang awalnya hanya dilakukan untuk sarana hiburan
namun ternyata tidak semua orang bisa menerima dan memiliki pikiran
yang sama atas apa yang mereka bagikan di media sosial. Pengembangan
intelektual siswa harus diimbangi dengan dukungan virtual (online) yang
mendukung potensi siswa untuk mengembangkan dirinya. Tindakan buli
yang dilakukan di sekolah dapat menghilangkan semangat belajar kepada
siswa tersebut dan malas untuk datang ke sekolah.
Bukan hanya terjadi pada perkembangan dan perbuahan sistem
kerja otak ketika sedang bersekolah. Cyberbuliing yang mendominasi
memacu pada arah negatif untuk menghilangkan rasa percaya diri korban.
Hal ini sering sekali menyebabkan perubahan pola pikir manusia
bersamaan dengan pesatnya teknologi. Jika di lihat kasus cyberbuliing ini
terjadi disebabkan karena manusia atau siswa masih tidak tahu apa saja
bentuk-bentuk cyberbuliing yang ada di dunia ini. Bisa saja kita akan
menjadi seorang pelaku atau korban dalam waktu bersamaan tanpa kita
sadari. Maka dari itu, penelitian ini akan di lakukan karena melihat kondisi
perkembangan siswa dan pesatnya teknologi masa kini. Hal yang
seharusnya seluruh siswa ketahui tentang cyberbuliing itu sangatlah
penting, karena cyberbuliing bisa dikatakan sebagai penyakit pada
perkembangan teknologi digital.
4

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Cyberbuliing sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia,
terutama bagi seorang siswa tindakan cyberbuliing bisa mengganggu
intelektual dan mindset. Karena itu penelitian ini berfokus pada
pengaruh cyberbuliing terhadap intelektual dan mindset siswa kelas XI
IPS 1SMAN 1 Subang.
2. Pelaku memiliki motif tersendiri yang jarang diketahui banyak
khalayak. Penelitian ini akan fokus terhadap motif pelaku dan cara
korban memecahkan masalah yang tengah menimpanya terutama di
kelas XI IPS 1SMAN 1 Subang.
3. Berbagai cara untuk menghentikan cyberbuliing sudah lama
dilaksanakan, namun semakin pesatnya teknologi menyulitkan untuk
mengontrol kebiasaan buruk ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang sudah dijabarkan,
dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana masalah atau kasus bisa dikatakan sebagai cyberbuliing?
2. Bagaimana pengaruh cyberbuliing terhadap intelektual siswa kelas XI
IPS 1di SMAN 1 Subang?
3. Bagaimana cara untuk melakukan tindakan agar cyberbuliing tidak
berkembang semakin berbahaya?
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di susun, penelitian ini bertujuan
sebagai berikut.
1. Mengetahui masalah atau kasus bisa dikatakan sebagai cyberbuliing.
2. Mengetahui pengaruh cyberbuliing terhadap intelektual siswa di kelas
XI IPS 1SMAN 1 Subang.
3. Mengetahui cara untuk melakukan tindakan agar cyberbuliing tidak
berkembang semakin berbahaya.
5

1.5 Manfaat
Maka untuk kegunaan dari program pengajuan proposal untuk kegiatan
penelitian atas “Impresi “Cyberbuliing” Terhadap Perkembangan
Intelektual Siswa Kelas XI IPS 1SMAN 1 Subang” dapat bermanfaat
sebagai berikut.
1. Membantu dalam meningkatkan kreativitas dan rasa kepedulian
terhadap sesama manusia sehingga untuk ke depannya cyberbuliing
akan mengurang di kehidupan remaja khususnya di SMA Negeri 1
Subang.
2. Mengembangkan rasa percaya diri terhadap remaja untuk lebih
mencintai diri sendiri terutama dalam perkembangan intelektual di
sekolah khususnya di SMA Negeri 1 Subang
3. Memberikan kajian dan penggambaran jika cyberbuliing tetap terjadi
akan membahayakan kualitas sumber daya manusia, terutama terhadap
siswa yang ada di SMA Negeri 1 Subang.

1.6 Hipotesis
Jika Cyberbuliing yang terjadi di kelas XI IPS 1, maka dampak
negatif yang terjadi lebih dominan dibandingkan dengan dampak positif
yang mungkin berpengaruh terhadap intelektual siswa.
6

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Operasional


1. Intelektual
Menurut KBBI, kata intelektual berarti cerdas, berakal, dan
berpikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan adapun arti lainnya,
yaitu totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang
menyangkut pemikiran dan pemahaman. Jadi dapatkan dikatakan
bahwa intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai
infromasi, berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efektif
dan efisien.

2.1 Definisi Buliing


Buliing adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan
cara menyakiti dalam bentuk fisik, verbal, atau emosional/psikologis oleh
seorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang lebih
lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan
dengan tujuan membuat korban menderita.
Istilah buliing berasal dari bahasa inggris, yaitu “Bull” yang artinya
banteng. Secara etimologi kata “buli” berarti penggertak, orang yang
mengganggu yang lemah. Buliing dalam Bahasa Indonesia disebut
“menyakat” yang artinya mengganggu, dan merintangi orang lain
(Wiyani,2012).
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi buliing dari beberapa
sumber buku:
1. Menurut Olweus (2005), buliing adalah sebuah tindakan atau
perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau secara berulang-ulang dan dari waktu
ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat
mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagian sebuah
penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan secara sistematik.
7

2. Menurut Wicaksana (2008), buliing adalah kekerasan fisik dan


psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau
sekelompok, terhadap seseorang yang tidak mampu
mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada hasrat
untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia
tertekan.

2.2 Unsur-Unsur Buliing


1. Ketidakseimbangan kekuatan
Pelaku buliing dapat saja orang yang lebih tua, lebih besar,
lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status
sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin
yang sama. Sejumlah besar kelompok anak yang melakukan
buliing dapat menciptakan ketidakseimbangan.
2. Niat untuk mencederai
Buliing berarti menyebabkan kepedihan emosional dan luka
fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan
menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan
luka tersebut.
3. Ancaman agresi lebih lanjut
Baik pihak pelaku maupun pihak korban mengetahui bahwa
buliing dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali. Buliing tidak
dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali.
4. Teror
Buliing adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk
mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror yang menusuk
tepat di jantung korban bukan hanya merupakan sebuah cara untuk
mencapai tujuan tindakan buliing, teror itulah yang merupakan
tujuan dari tindakan buliing tersebut.
8

2.3 Jenis dan Bentuk Buliing


Menurut Coloroso (2006), perilaku buliing dapat dikelompokkan menjadi
empat bentuk yaitu :
1. Buliing secara verbal
Buliing dalam bentuk verbal adalah buliing yang paling
sering dan mudah dilakukan. Buliing ini biasanya menjadi awal
dari perilaku buliing yang lainnya serta dapat menjadi langkah
pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. Contoh buliing
secara verbal antara lain yaitu : julukan nama, celaan, fitnah,
kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan
seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar, kesak-kesuk yang keji dan keliru, gosip dan
sebagainya.
2. Buliing secara Fisik
Buliing ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun
kejadian buliing secara fisik tidak sebanyak buliing dalam bentuk
lain. Remaja yang secara teratur melakukan buliing dalam bentuk
fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan
cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih
lanjut. Contoh buliing secara fisik : memukuli, menendang,
menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan
merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang
tertindas, dll.
3. Buliing secara relasional
Buliing secara relasional dilakukan dengan memutuskan relasi-
hubungan sosial seseorang dengan tujuan pelemahan harga diri
korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau
penghindaran. Buliing dalam bentuk ini sulit dideteksi dari luar.
Contoh buliing secara relasional adalah : perilaku atau sikap-sikap
yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirik mata,
helaan napas, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang
mengejek.
9

4. Buliing elektronik (cyberbuliing)


Buliing elektronik merupakan bentuk perilaku buliing yang
dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti, komputer,
handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan
sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau
film yang sifatnya mengintimidasi , meyakiti atau menyudutkan.

2.4 Definisi Cyberbuliing


Cyberbuliing adalah perilaku atau tindakan yang ditunjukkan
kepada seseorang secara berulang dengan sengaja, dengan cara
mengirimkan pesan teks, e-mail, gambar atau video melalui media internet
atau teknologi digital lainnya, dengan tujuan untuk menghina, memaki,
mempermalukan dan mengancam. Cyberbuliing memiliki dampak yang
sangat tidak baik bagi korban, antara lain : harga diri rendah, penurunan
nilai, depresi kegelisahan, tidak tertarik pada aktivitas yang dahulunya
dapat dinikmati, ketidak bermakna, penarikan diri dari teman, menghindari
sekolah atau teman bermain, bahkan perubahan suasana hati, perilaku,
pola tidur dan nafsu makan.

2.5 Bentuk-Bentuk Cyberbuliing


1. Flaming
Flaming merupakan perilaku yang berupa mengirim pesan teks
dengan kata-kata kasar, dan frontal. Perlakuan ini biasanya
dilakukan di dalam chat group di media sosial seperti mengirim
gambar-gambar yang dimaksudkan untuk menghina orang yang
dituju.
2. Harassment
Harassment merupakan perilaku mengirim pesan-pesan dengan
kata-kata yang tidak sopan, yang ditujukan kepada seseorang yang
berupa gangguan yang dikirimkan melalui e-mail, SMS, maupun
pesan teks di jejaring sosial secara terus menerus. Harassment
10

merupakan hasil dari tindakan flaming dalam jangka panjang.


Harassment dilakukan dengan saling berbalas pesan atau biasa
disebut perang teks.
3. Denigration
Denigration merupakan perilaku mengumbar keburukan seseorang
di internet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang
yang dituju. Seperti seseorang yang mengirimkan gambar-gambar
seseorang yang sudah diubah sebelumnya menjadi sensual agar
korban diolok-olok dan mendapat penilaian buruk dari orang lain.
4. Impersonation
Impersonation merupakan perilaku yang berpura-pura menjadi
orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak
baik.
5. Outing and Trickery
Outing merupakan perilaku menyebarkan rahasia orang lain atau
foto-foto pribadi milik orang lain. Trickery merupakan perilaku
membujuk seseorang dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia
atau foto pribadi orang tersebut.
6. Exclusion
Exclusion merupakan perilaku dengan sengaja dan kejam
mengeluarkan seseorang dari grup online.
7. Cyberstalking
Cyberstalking merupakan perilaku berulang kali yang mengirim
ancaman membahayakan atau pesan-pesan yang mengintimidasi
dengan menggunakan komunikasi elektronik.

2.6 Karakteristik Cyberbuliing


Menurut Safaria dkk, (2016) Cyberbuliing pada umumnya memilki
karakteristik sebagai berikut.
1. Cyberbuliing yang dilakukan berulang-ulang.
11

Cyberbuliing biasanya tidak terjadi satu kali tetapi dilakukan


berulang kali, kecuali jika itu adalah ancaman pembunuhan atau
ancaman serius terhadap hidup seseorang.
2. Menyiksa secara psikologis
Cyberbuliing menimbulkan penyiksaan secara psikologis bagi
korbannya. Korban biasanya mendapat perlakuan seperti difitnah
atau digosipkan, penyebaran foto dan video korban dengan tujuan
mempermalukan korban.
3. Cyberbuliing dilakukan dengan tujuan
Cyberbuliing dilakukan karena pelaku memiliki tujuan, seperti
untuk mempermalukan korban, balas dendam, mengatasi stress
dari konflik yang sedang terjadi, dan hanya untuk bersenang-
senang.
4. Terjadi di dunia maya
Cyberbuliing dilakukan dengan cara menggunakan sarana
teknologi informasi, seperti jaringan sosial dan pesan teks.

2.7 Tindak Pidana Cyeberbuliing


Dasar hukum yang menjadi aspek-aspek tindak pidana
cyberbuliing di Indonesia telah diatur dalam undang-undang republik
Indonesia nomor XI tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE). Pada undang-undang tersebut terdapat pasal-pasal yang
sesuai untuk menjerat para pelaku cyberbuliing dengan ancaman hukuman
enam sampai dengan dua belas tahun penjara dan denda satu sampai
dengan dua miliar rupiah, yaitu.
1. Pasal 27. Setiap orang sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik dan/atau dokumen elektornik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan (ayat 1), muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik (ayat 3), muatan pemerasan dan/atau
pengancaman (ayat 4).
12

2. Pasal 28 ayat 2. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak


menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan
(SARA).
3. Pasal 29. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi.
13

BAB 3
METODE PENULISAN
3.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal KBM sekolah.
3.2 Variabel Penelitian
Kegiatan penelitian ini memiliki variabel sebagai berikut.
1. Variabel bebas : Cyberbuliing
2. Variabel terikat : Perkembangan intelektual
3. Variabel kontrol : Siswa mengalami penurunan mental
karena cyberbuliing

3.3 Metode Pengambilan Data


Dalam kegiatan penelitian ini teknik yang digunakan peneliti untuk
pengumpulan data antara lain sebagai berikut.
1. Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan kajian pustaka dari
beberapa buku sebagai referensi, selanjutnya dilakukan beberapa
penelusuran di internet untuk menambah kasus dan pengembangan
teori karena masalah ini berbaur dengan dunia digital seperti
internet.
2. Penyebaran angket, salah satu metode ini digunakan agar kita bisa
mengetahui jumlah rata-rata atau penggambaran data dengan
angka. Penyebaran angket dengan pertanyaan dan beberapa pilihan
yang akan diberikan kepada responden.
3. Wawancara tidak terstruktur, Teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab. Pada wawancara
tidak terstruktur, penelitian tidak menggunakan pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara
spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin
digali dari responden.
14

3.4 Teknik Analisis Data


Pada kegiatan penelitian ini kami menggunakan metode analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Pada metode kuantitatif kami
melakukan penyebaran angket untuk mengukur variabel-variabel
terkait. Pada metode analisis kualitatif kami melakukan studi pustaka
dan wawancara agar dapat mendeskripsikan kaitan antara variabel.
3.5 Sampel
Untuk sampel dari populasi yang ada, penelitian ini mengambil 28
siswa kelas XI IPS 1SMAN 1 Subang untuk mengisi angket yang akan
disebar.
3.6 Langkah-Langkah Penelitian
Setelah tahap persiapan selesai selanjutnya akan dilakukan
pengambilan data dengan langkah sebagai berikut.
1. Merumuskan dan mengumpulkan proposal kegiatan penelitian
tentang “Impresi “Cyberbuliing” Terhadap Perkembangan
Intelektual dan “Mindset” Siswa Kelas XI IPS 1SMAN 1 Subang.”
Kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Dra. Siti
Farida Rostiawaty N.
2. Menyebarkan angket penelitian kepada beberapa siswa kelas 10
dan kelas XI sebagai sampel penelitian.
3. Mewawancarai salah satu guru Bimbingan Konseling atas kasus
cyberbuliing yang pernah terjadi di SMA Negeri 1 Subang.
4. Mengumpulkan seluruh angket untuk analisis data dan dikaitkan
dengan hasil wawancara yang telah dilakukan.
5. Setelah hasil analisis data dan perhitungan selesai, tahap
selanjutnya yaitu mulai melakukan penulisan karya tulis ilmiah.
3.7 Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan untuk
melakukan kegiatan penelitian.
15

2. Tahap Pelaksanaan

NO Kegiatan Bulan
1. Pesiapan : penyusunan proposal. Januari 2020
Penyusunan instrumen, pembuatan
angket, dan studi dokumentasi
2. Presentasi proposal Januari 2020
3. Pelaksanaan penelitian Januari Februari
2020
4. Analisis data Februari 2020
5. Penyusunan laporan Februari 2020
6. Presentasi hasil penelitian dan Februari 2020
penyerahan laporan hasil penelitian
16

BAB 4

HASIL DAN PEMABAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Apakah setiap anda merasa sedih anda curahkan ke media sosial?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 11 39 %
Jarang 1 4%
Sering 2 7%
Tidak pernah 14 50%

Tabel 2. Apakah anda pernah mendapatkan komentar negatif di media sosial?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 14 50%
Jarang 2 7%
Sering 1 4%
Tidak pernah 11 39%

Tabel 3. Apakah anda pernah merasa dipermalukan di media sosial?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 11 39%
Jarang 0 0
Sering 0 0
Tidak pernah 17 61%

Tabel 4. Jika pernah mendapatkan komentar negatif, apakah anda memikirkan


hal itu terus menerus hingga mengganggu belajar anda?
17

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 2 7%
Jarang 0 0
Sering 2 7%
Tidak pernah 24 86%

Tabel 5. Apakah anda pernah merasa kesal jika melihat postingan seseorang
di media sosial?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 9 32%
Jarang 8 29%
Sering 7 25%
Tidak pernah 4 14%

Tabel 6. Apakah anda merasa cemburu ketika melihat kesenangan orang lain
di media sosial?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 15 54%
Jarang 3 11%
Sering 0 0
Tidak pernah 10 36%

Tabel 7. Jika anda teman anda melakukan cyberbullying terhadap orang lain,
apa anda menegurnya?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 15 54%
Jarang 4 14%
18

Sering 3 11%
Tidak pernah 6 21%

Tabel 8. Apakah anda pernah menegur seseorang yang memberikan komentar


negatif atau membulli orang lain di media sosial?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 13 46%
Jarang 1 4%
Sering 4 14%
Tidak pernah 10 36%

Tabel 9. Jika pernah melakukan cyberbullying apakah anda menyesalinya dan


terus memikirkannya sehingga mengganggu proses belajar anda di sekolah?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 9 32%
Jarang 1 4%
Sering 0 0
Tidak pernah 18 64%

Tabel 10. Apakah anda pernah memberikan komentar negatif pada orang
lain?

Jawaban Frekuensi Persentase


Pernah 15 54%
Jarang 6 21%
Sering 1 4%
Tidak pernah 6 21%
19

1. Apakah setiap anda merasa sedih anda curahkan ke


media sosial?
Pernah Jarang Sering Tidak pernah

39%
50%

7%
4%

2. Apakah anda mendapat komentar negatif di media


sosial?
Pernah Jarang Sering Tidak pernah

39%
50%

7%
4%
20

3. Apakah anda pernah merasa dipermalukan di media


sosial?
Pernah Jarang Sering Tidak Pernah

25%

75%

4. Jika pernah mendapat komentar negatif, apakah anda


memikirkan hal itu terus menerus hingga mengangu be-
lajar anda
Pernah Jarang Sering Tidak pernah

7%
7%

86%

5. Apakah anda pernah merasa kesal jika melihat


postingan seseorang di media sosial?
Pernah Jarang Sering Tidak pernah

14%

32%

25%

29%
21

6. Apakah anda merasa cemburu ketika melihat ke-


senangan orang lain di media sosial?
Pernah Jarang Sering Tidak pernah

36%

53%

11%

7. Jika ada teman anda yang melakukan cyberbullying


terhadap orang lai, apakah anda menegurnya?
Pernah Jarang Sering Tidak pernah

21%

11% 54%

14%

8. Apakah anda pernah menegur seseorang yang


memberikan komentar negatif atau membuly orang
lain di media sosial?
Pernah Jarang Sering Tidak Pernah

36%
46%

14%

4%
22

9. Jika pernah melakukan cyberbullying apakah anda


menyesalinya dan terus memikirkanya sehingga men-
ganggu proses belajar anda di sekolah?

Pernah Jarang Sering Tidak pernah

32%

64%
4%

10. Apakah anda pernah memberi kan komentar negatif


pada orang lain?
Pernah Jarang Sering Tidak Pernah

21%

4%
54%

21%

4.2 Pembahasan

A. Masalah atau Kasus yang bisa dikatakan sebagai Cyberbuling

Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri, karena itulah


mereka disebut dengan mahluk sosial. Di mana manusia akan selalu
membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidup mereka, hal ini
bisa berupa hal yang negatif positif. Cyberbullying berkembang
setelah pesatnya gelombang komunikasi berbasis digital yang
23

menggunakan koneksi internet. Tindakan bullyi ini memang dilakukan


hampir semuanya terjadi laman sosial media, yang menyangkut unsur
visual dan formal.
Beberapa orang belum menyadari dan mengerti dengan pasti, apa
yang dimaksud dengan cyberbullying dan apa saja perlakuan yang
bisa dikatakan sebagai cyberbullying. Seperti yang telah kami baca di
beberapa artikel di internet, kasus cyberbullying sudah sering terjadi,
dan semakin modern teknologi semakin banyak kasus cyberbullying
yang sampai merengut nyawa korban. Pada tahun 2019 kemarin,
kasus cyberbullying memang sempat viral dan marak terjadi. Seperti
kasus matinya salah satu artis korea karena tidak tahan dengan ujaran
kebencian yang ia dapat dari orang-orang yang tidak menyukainya
melalui sosial media.
Bukan hanya pada dunia entertainment saja, kasus cyberbullying
banyak terjadi pada bidang pendidikan yang menjadikan pelajar
sebagai korban, pelajar sebagai pelaku, atau ada pihak ketiga yang
menjadi doktrin ketiganya. Hal ini tidak baik bagi keberlangsungan
sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Apalagi jika melihat anak-
anak sd yang mulai menggunakan ponsel mereka dibandingkan
membaca buku dan bermain tanah. Beberapa tindakan yang mungkin
tidak disadari oleh pelajar bahwa tindakan tersebut adalah
cyberbullying. Dibawah ini akan dibahas tindakan apa saja yang
sering dilakukan oleh pelajar yang termasuk ke dalam kasus
cyberbullying. Pertama, mengeluarkan salah satu anggota kelas
dari grup chat di WhatsApp Tindakan ini mungkin tidak disadari dan
tidak diketahui jika mengeluarkan teman dari grup chat kelas tanpa
sepengetahuan orang yang bersangkutan adalah tindakan
cyberbullying. Hal ini sering terjadi dan hanya dianggap candaan
belaka, namun jika ada salah satu anggota yang mungkin tidak
menerima dengan tindakan tersebut, bisa menyebabkan suatu konflik
yang menghancurkan kebersamaan. Pengeluaran teman dari grup bisa
dikatakan sebagai pelecehan atau tidak adanya rasa menghargai pada
24

orang lain. Jika pengeluaran itu dilakukan karena ada kepentingan,


lebih baik memberi tahu kepada orang yang bersangkutan. Terkecuali
jika hal itu memang direncanakan untuk bermain-main saja.
Kedua, menyindir teman karena ada suatu masalah. Perlakuan ini
sangat sering terjadi, malahan menjadi salah satu cikal bakal
terjadinya permusuhan. Menyindir teman atau seseorang melaui media
sosial dengan tujuan ingin mendoktrin atau mengadu domba dua kubu
atau individu hanya untuk kesenangan semata. Hal ini sering terjadi,
dan masalah yang diungkit bisa karena rasa tidak suka, tidak dihargai,
merasa direndahkan karena tidak diberi kesempatan untuk menjawab
atau bertanya, dan semacamnya. Pada kejadian ini, seharusnya
masalah diselesaikan secara langsung, tidak saling membalas sindiran.
Ketiga, menyebar foto atau video teman sekolah yang membuat
dirinya malu. Perlakuan ini sering terjadi hanya untuk hiburan saja,
namun sebenarnya tindakan ini termasuk ke dalam tindakan
cyberbullying karena menyebarkan media visual hanya untuk hiburan
semata. Manusia ada dua jenis, ada yang menerima dan ada yang
menolak. Hal inilah yang sering menjadi salah satu perpecahan.

B. Pengaruh cyberbuliing terhadap intelektual siswa kelas XI IPS 1di SMAN


1 Subang?

Penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh


siswa kelas XI IPS 1 di SMAN 1 Subang mengetahui apa yang
dimaksud dengan cyberbullying dan pengaruh yang mereka rasakan.
Menurut data yang kami dapatkan dari penyebaran angket, hampir
98% anak kelas XI IPS 1 sudah mengetahui apa yang dimaksud
cyberbullying dan bentuk-bentuknya. Kejadian cyberbullying memang
sering terjadi dan spontan dilakukan, namun hal ini jarang sekali
disadari oleh pelaku ataupun korban yang merasa jika hal itu hanyalah
bentuk dari candaan.
Dari data yang kami dapatkan, salah satu pemicu seseorang
menghujat orang lain adalah ketika menemukan suatu media bisa
25

berupa foto atau tulisan yang sensitif atau bisa dikatakan lebai. Salah
satunya adalah mengirim curahan hati atau kekesalan kita pada status
sosial media, hal ini bisa mengundang rasa kesal dari orang lain atau
tidak suka karena terlihat mencari perhatian. Di kelas XI IPS 1 hanya
39% siswa yang pernah mencurahkan kekesalan mereka, 50% tidak
pernah, 4% jarang dan 7 % sering. Data ini bisa menjelaskan bahwa
siswa XI IPS 1 sudah mengerti dalam pembatasan dari
mengekspresikan diri di sosial media.
Setiap manusia pasti pernah mendapatkan komentar negatif dari
orang lain, seperti halnya dengan siswa kelas XI IPS 1 dimana 50%
dari sampel pernah mendapatkan komentar negatif. Pemberian
komentar ini bisa berasal dari kesalahan kita yang memancing orang
lain untuk berkomentar negatif atau karena pelaku memang sudah
tidak menyukai kita. Cyberbullying identik dengan dijatuhkannya
harga diri seperti dipermalukan di sosial media, namun siswa di kelas
XI IPS 1 dengan 61% tidak pernah dipermalukan di sosial media
sedangkan sisanya 39% pernah dipermalukan, namun tidak sering.
Perkembangan intelektual siswa akan berkembang jika tidak
adanya tekanan dan emosi yang tinggi dalam melakukan suatu hal.
Pada beberapa kasus cyberbullying yang pernah terjadi, kebanyakan
dari mereka dibulli karena fisik yang tidak sesuai atau tidak bisa
diterima oleh orang lain. Pemahaman dan kepandaian memilah
infromasi yang kita dapatkan memang salah satu dampak dari
perkembangan intelektual yang baik karena bisa merealisasikan pada
kehidupan sebenarnya. Pada nyatanya, rasa kesal terhadap postingan
orang lain sering kali dirasakan oleh banyak orang begitupun dengan
siswa kelas XI IPS 1. Dengan 9 orang yang pernah dan 7 orang yang
sering sudah mewakili jika tindakan melakukan hujatan disebabkan
karena rasa kesal dan cemburu.
Ada beberapa siswa yang menyatakan dirinya pernah mendapatkan
komentar negatif tentang dirinya, namun kecil sekali persenan jika hal
itu memperburuk keadaan intelektual mereka. Dari data yang kami
26

dapatkan hanya dua orang yang pernah dan dua orang yang sering
merasa tidak nyaman dengan komentar orang lain dan mengganggu
belajar mereka. Namun 86% siswa kelas XI IPS 1 tidak pernah merasa
ujaran negatif tentang mereka akan berpengaruh terhadap proses
belajar dan perkembangan intelektual mereka. Hal ini sangat luar
biasa karena jumlah siswa yang tidak pernah depresi ataupun stress
karena hujatan orang lain relatif besar dan sangat mendominasi.
Dalam hal ini kami mendapat gambaran jika cyberbullying akan
berpengaruh kepada proses belajar seorang siswa dilihat dari tingkat
keparahan. Melihat dari lingkungan sekolah yang bisa dikatakan baik
dan disiplin dimana anak-anak diwajibkan untuk menghargai dan
menjaga sopan santun kepada semua orang. Hal ini bisa
menggambarkan jika tingkat keparahan cyberbulling bisa dilihat dari
lingkungan yang mereka rasakan. Dampak cyberbullying terkadang
akan terasa semakin parah jika mengenai seseorang yang menjadi
publik figur, memiliki banyak penggemar dimana-mana, setiap
perilaku yang dia lakukan akan sangat dipantau. Berbeda dengan
siswa yang lebih dominan fokus terhadap pelajaran dan sekolah,
meski tidak semuanya demikian.
Sejauh ini dengan data yang kami dapatkan dari angket yang sudah
kami sebar. Pengaruh cyberbullying memang tidak berdampak terlalu
berbahaya terhadap perkembangan siswa kelas XI IPS 1. Pemahaman
dan kontrol emosi yang sudah dipelajari dan dikembangkan dalam
kehidupan asli mengurangi dampak dari cyberbullying tersebut. 54%
Siswa kelas XI IPS 1 pernah mengirim komentar negatif pada orang
lain, dibandingkan menjadi korban, siswa kelas XI IPS 1 memiliki
frekuensi lebih besar dalam kata pernah mengirim komentar buruk
kepada orang lain. Namun hal ini tidak berjalan terus menerus, hanya
dalam kurun waktu beberapa jam saja, dan itu pun dalam bentuk rasa
cemburu.

C. Cara untuk melakukan tindakan agar cyberbullying tidak berkembang


semakin berbahaya?
27

Kehadiran cybeullying yang menjadi salah satu ancaman berbentuk


visual digital akan semakin merambak dengan canggihnya teknologi.
Manusia yang selalu berubah dalam masanya, memungkinkan jika
suatu saat nanti cyberbullying akan menjadi santapan setiap hari.
Meski kasusnya tidak sebesar pemerkosaan atau pembunuhan,
cyberbullying sangat berbahaya untuk psikis dan daya pikir korban.
Undang-Undang ITE menjadi salah satu tindakan yang dilakukan
pemerintah untuk menjerat kasus yang terjadi di sosial media. Meski
sudah ada hukum yang mengatur, pelaku cyberbullying terkadang
masih tidak takut jika dirinya bisa terjerat pasal-pasal yang ada di UU
ITE.

Beberapa pertanyaan di angket ada yang membahas tentang


perlakuan siswa kelas XI IPS 1 terhadap teman atau orang lain yang
melakukan tindakan cyberbullying. Melihat data yang ada, mereka
lebih berani memberi nasihat atau masukan kepada teman
dibandingkan orang lain. Hal ini dipengaruhi dengan jarak dan
menjaga privasi seseorang termasuk larangan mencampuri urusan
orang lain. Di bawah ini beberapa cara agar tindakan cyberbullying
tidak semakin membahayakan.

a. Membatasi hal-hal yang seperlunya untuk dibagikan di sosial


media. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tindakan
cyberbullying karena dapat memicu seseorang untuk
berkomentar negatif. Tidak semua hal yang ada di pikiran
boleh diungkapkan di sosial media. Terutama bagi kaum
pelajar karena dapat menggagu perkembangan intelektual
siswa.
b. Mengurangi rasa tidak suka pada orang lain. Jangan jadi
pelau maupun korban, salah satu caranya adalah dengan
mengurangi rasa tidak suka. Lebih bersifat masa bodoh
namun tidak acuh. Sebagai seorang pelajar lebih baik fokus
28

terhadap cita-cita yang ingin dicapai jangan menghujat orang


lain apalagi mengurusi kehidupan orang lain.
c. Memberi tahu teman jika mereka menjadi pelaku. Sebagai
seorang teman yang baik, alangkah baiknya selalu
mengingatkan teman jika mereka akan menghujat orang lain.
Karena pada dasarnya, siswa yang masih duduk di bangku
SMA sedikit labil karena ada pada masa transisi. Tingkat
emosi dan hormon mereka akan sulit dikendalikan. Sebagai
orang terdekat lebih baik mengingatkan.
d. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang baik. Sebagai
seorang pelajar diwajibkan untuk belajar, meski terdengar
membosankan hal ini bisa mengalihkan pemikiran untuk
tidak melakukan cyberbullying. Melakukan hal-hal yang
disukai bisa menjadi salah satu pencegah agar kita tidak
bergantung terhadap ponsel dan pujian orang lain. Sosial
media memang menjadi candu, namun sebelum penjadi
pecandu alangkah baiknya menjauhi.
e. Meningkatkan percaya diri. Meski terkadang hal ini belum
benar-benar dapat membasmi tindakan cyberbullying.
Meningkatkan rasa percaya diri dapat membuat seorang
siswa lebih mencintai dirinya, dengan hal ini mereka tidak
akan melakukan hal-hal yang diluar batas kewajaran.
Termasuk percaya diri jika mereka bisa tanpa harus mencari
pujian orang lain.
29

BAB 5

PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan

Cyberbullying tidak selamanya berdampak negatif, ketegangan dan


masalah yang terjadi karena cyberbullying tergantung pada tingkat hujatan
pelaku. Pemahaman akan konsep cybebrullying sudah banyak dipahami
oleh siswa kelas XI IPS 1. Penyebabnya terjadi karena tingkah laku yang
tidak disukai orang lain atau karena adanya ketidakadilan. Namun tidak
semua orang yang sudah mendapatkan ujaran kebencian lemah dna
berujung dengan menyiksa dan lunturnya semangat belajar. Di kelas XI
IPS 1 dampak dari cybebrullying terhadap perkembangan intelektual siswa
tidak berdampak begitu berat, hal ini disebabkan karena para siswa yang
sudah mulai mengerti dan tahu bagaimana menanggapi suatu ungkapan
tidak suka kepada dirinya.

5.2 Saran

Sebagai generasi penerus bangsa dan generasi yang lekat dengan


perkembangan teknologi dan hal baru. Siswa sudah sepatutnya menjaga
dan memberikan batasan dalam mengekspresikan diri di sosial media.
Karena tidak selamanya sosial media akan membawa kesenangan dan
kesombongan. Sebagai pihak sekolah lebih memperhatikan tindakan-
tindakan pelecehan nama baik di sosial media dengan menerapkan sangsi
tegas atas kejadian tersebut. Jadilah manusia yang melek teknologi dan
tahu batas kebenaran dan hal-hal positif yang harus dipunggah dan
menjauhkan konten negatif yang sekiranya mengganggu banyak pihak.
30

DAFTAR PUSTAKA

Hendryadi. 2013. Metode Pengumpulan Data.


https://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/
(16 Januari 2020)

Riadi, Muchlisin. 2019. Pengertian, Bentuk, Karakteristik dan Tindak Pidana


Cyberbuliing.
https://www.kajianpustaka.com/2019/XI/pengertian-bentuk-karaktersitik-
dan-tindak-pidana-cyberbuliing.html?m=1 (14 Januari 2020)

Riadi, Muchlisin. 2018. Pengertian, Unsur, Jenis, Ciri-ciri dan Skenario Buliig.
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-
dan-skenario-buliing.html?m=1 (14 Januari 2020)

Suwarni, Sri dkk. 2018. Bahasa Indonesia Kebanggaan Bangsaku. Solo : PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri

Suherli dkk. 2017. Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia

Momuat, Ray. 2013. Apa itu Mindset.


https://www.kompasiana.com/jesseray/5520XI3a8133XI6XIe9dfc29/apa-
itu-mindset (21 Januari 2020)

Trishayunuta. 2015. Intelektual.


https://www.kompasiana.com/trisha_yunita/56546a4a62afbdd00ba2ea71/i
ntelektual (21 Januari 2020)
31

LAMPIRAN

Gambar 1. Kegiatan diskusi kelompok

Gambar 2. Perhitungan hasil dari angket yang disebar

Anda mungkin juga menyukai