Anda di halaman 1dari 15

PROJECT PANCASILA

(P5)
TEMA : BANGUNLAH JIWA DAN RAGANYA
SUBTEMA : ANTI PERUNDUNGAN / BULLYING

DISUSUN OLEH :
MUHAMAD ALI RAJA FAREL AL BAIHAQI
KELAS : X TKJ – 1 (SEPULUH TKJ SATU)
JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN (TKJ)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA ISLAM


“ASSA’ADATUL ABADIYAH”
JL. TANJUNG DUREN DALAM IV NO.25 GEDUNG PUSAT (TKJ)
TLP. (021) 5686749 FAX. 5685064
JL. TANJUNG DUREN UTARA RAYA, TLP. (021) 5685064

JAKARTA BARAT

i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang bertema “BANGUNLAH JIWA DAN RAGANYA”
dan bersubtema “ANTI PERUNDUNGAN/BULLYING dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Dengan karya ini saya berharap dapat membantu pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia melalui pengembangan internet di desa-desa.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.

Jakarta 28 Mei 2023

Muhamad Ali Raja Farel Al Baihaqi

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1

1.2 FOKUS DAN PERNYATAAN PENELITIAN........................................2

1.3 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2

1.4 TUJUAN....................................................................................................3

1.5 MANFAAT PENELITIAN.......................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................4

2.1 DEFINISI..................................................................................................4

2.2 PENYEBAB..............................................................................................4

2.3 DAMPAK BULLYING............................................................................5

2.4 STOP BULLYING....................................................................................6

2.5 JENIS – JENIS BULLYING....................................................................7

2.6 CARA MENGATASI BULLYING..........................................................8

BAB 3 PENUTUP................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................9

3.2 SARAN......................................................................................................10

DAFTAR PUSAKA.............................................................................................11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perundungan (bullying) merupakan perilaku agresif yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang yang kuat, baik secara fisik maupun mental,
kepada orang lain yang lebih lemah. Agresivitas ini dilakukan secara repetitif dan
disengaja dengan tujuan untuk menyakiti atau melemahkan orang lain. Bullying
sebenarnya telah ada sejak peradaban manusia dan bersifat universal. Namun,
istilah tersebut baru mencuat seiring dengan intensitas penelitian terhadap masalah
tersebut pada 1970-an oleh Dan Olweus1 , psikolog asal Swedia yang dinobatkan
sebagai pionir sekaligus founding father penelitian tentang bullying.
Perundungan bisa terjadi kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja, dan
terhadap siapa saja termasuk oleh dan terhadap siswa sekolah menengah.
Bentuknya pun bisa bermacam-macam; bisa secara fisik (seperti mencubit dan
memukul), verbal (semisal meledek dan mengolok), sosial (seperti mendiamkan
dan mengucilkan), maupun mental (semisal memelototi dan memandang sinis).
Perundungan bisa pula mewujud dalam bentuk terbaru sesuai perkembangan
teknologi saat ini, yaitu perundungan di dunia maya (cyber bullying).
Saat pertama kali Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa) mengenalkan
bullying melalui workshop di sekolah-sekolah pada 2006, banyak peserta yang
masih awam dengan istilah tersebut. Bahkan, setelah mengetahui hakikat bullying,
mereka justru menganggap bullying sebagai wacana yang berlebihan. Kebanyakan
peserta menganggap bahwa perilaku perundungan adalah hal yang biasa dan
alamiah dalam kehidupan sosial anak. Menurut mereka, justru perundungan bisa
menjadi ujian mental agar anak tumbuh menjadi sosok yang tegar.2 Satu sisi,
pandangan ini seolah bisa dibenarkan. Tetapi, pada sisi yang lain, saat banyak
penelitian yang mengungkap korban perundungan yang stress, depresi, dicekam
ketakutan, bahkan tidak sedikit pula yang bunuh diri, pembenaran dan pembiaran
terhadap perundungan perlu diperhitungkan ulang. Betapa perundungan bisa
berakibat sangat buruk bagi perkembangan mental anak, bahkan membahayakan
keselamatan. Oleh karena itulah sekolah sebagai lembaga pendidikan harus
dibebaskan dari aksi-aksi perundungan, serta adanya peran guru disini sangatlah
penting, terlebih dalam mengatasi siswa yang mengalami bullying.
Pada dasarnya setiap anak memiliki karakter sifat yang berbeda-beda. Salah
satunya yaitu sifat percaya diri. Anak yang memiliki rasa percaya diri tinggi, maka
tidak sulit bagi mereka untuk bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan
baru. Tetapi sebaliknya anak yang memiliki rasa percaya diri yang rendah atau
kurang ia akan susah untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, bahkan ia
merasa minder, malu, takut, dan menjadi pendiam. Dari sikap kurang percaya diri
inilah akan memunculkan sikap orang lain untuk mengganggu, menjahili,

ii
mengerjai, dan lain lain. Dari kejahilan yang orang lain perbuat inilah bisa
dikatakan sebagai perundungan. Perundungan disini bisa dilakukan kapan dan
dimanapun, dan tidak pandang baik laki-laki maupun perumpuan. Baik anak kecil,
dewasa, maupun tua., semua bisa saja mengalami bullying, mungkin bisa menjadi
pelaku bullying maupun menjadi korban dari bullying tersebut. Dari sinilah peran
guru sangat diperlukan, terlebih dalam menangani bullying di sekolah. Bagaimana
guru tersebut menyelesaiakan kasus atau permasalahan yang ada,
kemudian mencari sebab akibat terjadinya kasus tersebut, serta solusi terbaik dari
kasus yang ada dan tak lupa turut memberikan dorongan kepada korban
perundungan tersebut agar tidak merasa minder. Dan juga memberikan arahan,
pengertian maupun motivasi kepada pelaku perundungan bahwasanya perbuatan
yang ia lakukan merupakan perbuatan yang tidak baik dan sebisa mungkin
menanamkan pada semua untuk mensosialisasikan tentang makna bullying serta
dampaknya agar siswa-siswa tersebut saling menyayangi satu sama lain tanpa
adanya permusushan. Seperti halnya kasus yang terjadi di lingkungan sekolah.

1.2 FOKUS DAN PERNYATAAN PENELITIAN

 FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada
peran guru dan Orang Tua dalam meningkatkan kepercayaan diri yang mengalami
perundungan atau bullying.

 PERNYATAAN PENELITIAN
a. Bagaimana dalam meningkatkan kepercayaan diri yang mengalami bullying?
b. Bagaimana dalam menumbuhkan kepercayaan diri yang mengalami bullying?

1.3 RUMUSAN MASALAH

a. Apa sajakah faktor penyebab maraknya bullying?

b. Apa sajakah dampak dari tindakan bullying?

c. Bagaimana altrnatif tindakan yang bisa dilakukan untuk permasalahan tersebut?

iii
1.4 TUJUAN

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana fenomena perilaku


bullying pada siswa di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan studi pustaka. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis deskriptif.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat secara Teoritis

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi


perkembangan konsep khususnya mengenai bullying, yang dilakukan oleh
pengguna internet.
 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan
penelitian berikutnya yang relevan dan atau sejenis.

2. Manfaat secara Praktis

 Memberikan informasi dan masukan mengenai bullying terhadap


pencalonan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
 Memberi sumbangan pengetahuan dan informasi kepada mahasiswa
maupun masyarakat mengenai pentingnya bentuk perilaku perilaku
bullying.

ii
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Pengertian Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan
dengan cara melukai secara fisik, verbal atau emosional / psikologis oleh
seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada korban yang secara fisik
atau mental lemah berulang kali tanpa perlawanan untuk membuat korban
menderita.
Istilah bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu “bull” yang berarti
banteng. Secara etimologis kata “bully” berarti gertakan, seseorang yang
mengganggu yang lemah. Penindasan dalam bahasa Indonesia disebut “menyakat”
yang berarti mengusik, mengganggu, dan menghalangi orang lain (Wiyani, 2012).

Perilaku bullying melibatkan kekuasaan dan kekuatan yang tidak seimbang,


sehingga korban berada dalam keadaan tidak mampu membela diri secara efektif
terhadap tindakan negatif yang mereka terima.

Bullying memiliki pengaruh jangka panjang dan jangka pendek pada


korban bullying. Efek jangka pendek yang disebabkan oleh perilaku bullying
tertekan karena penindasan, penurunan minat dalam melakukan tugas sekolah
yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sekolah. Sementara konsekuensi jangka panjang dari penindasan ini
seperti mengalami kesulitan dalam membangun hubungan baik dengan lawan
jenis, selalu mengalami kecemasan akan mendapatkan perlakuan tidak
menyenangkan dari rekan-rekan mereka.

Perilaku ini dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, namun memang
paling sering terjadi pada anak-anak. Menurut data KPAI pada tahun 2018,
kasus bullying dan kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi pada
bidang pendidikan.

Kasus yang tercatat bukan hanya kasus siswa yang tercatat mem-bully
siswa lain, tapi juga termasuk kasus siswa yang melakukan bully terhadap guru di
sekolah. Kasus yang tercatat mungkin hanya sebagian kecil saja, karena masih
banyak sekali pihak yang kurang mengerti atau bahkan tidak peduli.

4
2.2 PENYEBAB
 Penyebab Bullying dari Sisi Korban
Penyebab bully dapat datang dari faktor korban maupun pelaku. Jika melihat dari
sisi korban, berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan anak
menjadi korban:
1. Penampilan fisik
Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat dari penampilan
fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang dianggap berbeda
dengan anak lain pada umumnya, para bully dapat menjadikannya bahan untuk
mengintimidasi anak tersebut. Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan
atau kekurangan berat badan, menggunakan kaca mata, menggunakan behel,
menggunakan pakaian yang dianggap tidak keren seperti anak-anak lainnya.

2. Ras Perbedaan ras


Sering kali menyebabkan seorang anak terkena bully. Hal ini umumnya terjadi
ketika seorang anak dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap
sebagai minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan bahwa
bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering terjadi.
3. Orientasi seksual
Orientasi seksual seseorang berbeda-beda dan umumnya seorang anak baru
menyadari orientasi seksual yang berbeda memasuki usia remaja. Bahkan di
beberapa negara yang sudah tidak asing dengan isu LGBT, seseorang yang
teridentifikasi sebagai lesbian, gay, dan transgneder sering kali mendapatkan
perilaku bully. Hal ini yang membuat seseorang cenderung menyembunyikan
orientasi seksualnya.
4. Terlihat lemah
Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak dianggap lebih lemah dan
terlihat tidak suka melawan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa
bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban.
Pelaku tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat mendominasi
korban yang lebih lemah.

5. Terlihat tidak mudah bergaul


Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman
juga menjadi salah satu penyebab menjadi korban bullying. Individu yang terlihat
tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah
dan membuat bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga
berpotensi melakukan bully pada kelompok yang dianggap lebih lemah dari

5
kelompok mereka. Meskipun karakteristik di atas dapat menjadi penyebab
bullying, tapi tentu tidak semua anak dengan karakteristik tersebut menjadi
korban bully. Kondisi tersebut hanyalah merupakan beberapa gambaran umum.

2.3 DAMPAK BULLYING


 Dampak Negatif
Korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah, baik secara fisik
maupun mental. Masalah yang akan terjadi pada korban bullying antara lain:
1. Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan, masalah
tidur dan masalah tersebut kemungkinan akan terbawa hingga korban
dewasa.
2. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit perut, sakit kepala dan ketegangan
otot.
3. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.
4. Penurunan semangat belajar dan prestasi akademi.
5. Dalam kasus yang cukup langka, korban bullying mungkin akan
menunjukkan sifat kekerasan.

 Dampak Positif
Bullying dapat mendorong munculnya berbagai perkembangan positif bagi korban
bullying. Korban bullying cenderung akan:
1. Lebih kuat dan tegar menghadapi masalah.
2. Termotivasi untuk menunjukkan potensinya agar tidak direndahkan lagi.
3. Termotivasi untuk berintrospeksi diri sendiri.

2.4 STOP BULLYING


Mengapa kita harus menghentikan Bullying ini?
1. Apapun bentuk kondisinya, pasti bisa terjadi pada siapapun.
2. Korban Bullying tidak merasakan Bahagia.
3. Hanya membuat orang lain menderita.
4. Semua orang butuh dukungan bukan penindasan.
5. Perkataan dan perbuatanmu mencerminkan pribadi kamu sebenarnya.

4
2.5 JENIS – JENIS BULLYING
1. Bullying fisik
Physical bullying adalah tindakan penindasan yang berkaitan dengan fisik.
Tindakan ini dapat memberikan efek jangka pendek dan panjang. Perbuatan yang
termasuk tindakan bully fisik seperti:
• Memukul.
• Menendang.
• Mendorong.
• Mencubit.
• Menyandung.
• Merusak property.

2. Bullying verbal
Verbal bullying adalah perilaku bully yang dilakukan melalui verbal. Umumnya
jenis ini tidak berbahaya pada awalnya, tapi jika terus berlanjut dapat
memengaruhi korban. Beberapa contohnya seperti:
• Memanggil nama.
• Menghina.
• Mengejek.
• Ucapan homophobia atau rasis.
• Pelecehan verbal.

3. Bullying sosial
Social bullying adalah jenis yang sering kali terselubung. Tindakan ini bisa
dilakukan pelaku tanpa harus terlihat oleh korban. Contoh tindakannya seperti:
• Menyebarkan gosip atau rumor yang tidak benar.
• Melempar lelucon jahat yang melakukan.
• Mengajak orang lain untuk mengucilkan seseorang.
• Memberikan ekspresi atau gestur tubuh yang mengancam atau menghina.
• Meniru dengan tujuan untuk menghina atau meremehkan.

5
4. Cyberbullying
Cyberbullying adalah segala jenis penindasan yang terjadi di dunia maya dan
perilakunya seperti:
• Mengiring email atau pesan tertulis, gambar,dan video yang menyakitkan.
• Mengucilkan seseorang secara online.
• Menyebarkan gossip dan rumor buruk di dunia.
• Maya Meniru orang lain atau menggunakan akun orang lain tanpa izin.

2.6 CARA MENGATASI BULLYING

Ini adalah masalah serius yang perlu diatasi karena dapat memberikan dampak
jangka panjang baik untuk korban dan juga pelaku. Berikut adalah beberapa
langkah cara mengatasi bullying yang bisa dilakukan:
 Ceritakan pada orang dewasa yang dapat dipercaya.
 Ceritakan pada orang tua maupun guru yang memiliki otoritas untuk
menindaklanjutinya.
 Abaikan penindas dan jauhi. Seperti yang disebutkan sebelumnya,
penindas akan merasa senang apabila mendapatkan reaksi seperti yang dia
inginkan.
 Tingkatkan keberanian dan rasa percaya diri. Tunjukkan pada lingkungan
sekitar bahwa Anda bukan orang yang lemah dan mudah untuk ditindas.
 Bicara pada pelaku. Tunjukkan bahwa apa yang dilakukan pelaku bukan
hal yang baik dan bahkan berbahaya.
 Bantu teman yang menjadi korban. Jika menyaksikan perilaku bully,
jangan diam saja dan cobalah untuk memberi dukungan pada korban.

4
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bullying adalah bentuk


tindakan atau perilaku negatif, agresif seperti mengganggu, menyakiti atau
melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan cara berulang-
ulang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menyebabkan
ketidaksenangan atau menyakiti orang lain secara berulang kali. Dan
bullying ini sifatnya mengganggu orang lain karna dampak dari perilaku
negatif yang kini sedang popular dikalangan masyarakat ini adalah
ketidaknyamanan orang lain atau korban bullying.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bullying meliputi faktor


keluarga menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying dikalangan
peserta didik, sebab keluarga khususnya pelaku bullying tidak
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Mereka
cenderung mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang tua.
Sehingga mereka mencontoh apa yang mereka lihat dari orang tua. Faktor
teman sebaya juga memiliki peran yang besar sebagai penyebab bullying
karena sebagian besar waktu yang mereka miliki dihabiskan bersama
teman-temannya.Lingkungan pergaulan pelaku bullying memiliki peran
penting dalam tindakan bullying yang ia lakukan, karena pelaku cenderung
mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya.faktor media massa
Tayangan yang sering dinikmati oleh pelaku didalamnya banyak
mengandung unsur-unsur kekerasan sehingga mempengaruhi perilaku si
anak.

5
3.2 SARAN
Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat diajukan beberapa saran sebagai
beirkut:
1. Bagi sekolah
Hendaknya lebih menambah pengawasan dengan berkeliling sekolah di jam-
jam tertentu dan temppat-tempat tertentu yang berpotensi terjadinya bullying.
2. Bagi guru
Hendaknya lebih tanggap terhadap perilaku bullying dalam bentuk yang kecil
ataupun besar agar tidak sampai menimbulkan korban.
3. Bagi guru BK
Hendaknya mencatat setiap kasus-kasus bullying yang terjadi disekolah
sebagai catatan untuk penanganan tindakan yang tepat dalam menangani
kasus-kasus tersebut.

4. Bagi orang tua


Hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif bagi anak serta
menciptakan hubungan yang hangat antar keluarga.

4
DAFTAR PUSAKA

Adilla, Nissa. (2009). Pengaruh Kontrol Sosial Terhadap Perilaku Bullying Pelajar di
Sekolah Menengah Pertama.Jurnal Krimonologi Indonesia, 5(1), 56-66 Argiati, S.H.
(2010). Study Perilaku Bullying Pada Siswa SMA Di Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian, 5,
54-62 Amalia, Dina. (2010). Hubungan Persepsi Tentang Bullying Dengan Intensi
Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Skiripsi (diterbitkan).Jakarta: Fakultas
Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Astuti, P.R. (2008).Meredam
Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak. Jakarta: Grasindo. Creswell,
J. W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Coloroso, Barbara. (2006). The Bullying, The Bullied, And The Bystander.
New York: Chapin Company. Dayaskini, Tri. dan Novalia. (2013). Perilaku Asertif dan
Kecenderungan Menjadi Korban Bullying.Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01 (01), 169-
175 Fiftina, Ajeng. Fifte.(2010). Hubungan Kepercayaan diri dengan Perilaku Asertif pada
Siswa SMA Korban Bullying.Skripsi (diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi. Universitas
Gunadarma. Gnamy, Heny. (2012). Bullying.
http://heny.students.uii.ac.id/2012/12/15/bullying/ Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif:
Buku Panduan Psikologi Sosial. Terjemahan: Drs. Helly Prajitno Soetjipto, MA & Dra. Sri
Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Komariah, D. S. (2013). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Levianti.(2008). Konformitas dan Bullying Pada
Siswa. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul. Vol. 6 No 1. Meilinda, E.
(2013). Hubungan Antara Penerimaan Diri 74 Ma, X. (2002). Bullying and Being Bullied:
To What Extent Are Bullies Also Victim?.America education Research Journal.38, 351-
370. Moelong, L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Moleong, J.L.(2009). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung:Rosdakarya Moleong, J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Monks, (2009). Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal
New Jersey Muagman, 1980. Defenisi Remaja. Jakarta : Penerbit Grafindo Jakarta
Papalia, D., Olds, S. W & Feldman, R.O. (2007). Human Development . New York:
McGram-Hill Rahmawan, Amanda. Arif.(2013).Hubungan Antara Pola Asuh Permisif
Dengan Intensi Bullying Pada Siswa-Siswi Kelas Vlll SMP Muhammadiyah 4
Yogyakarta.Empathy Jurnal Fakutas Psikologi, 2 (1) Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan
Soesetio, S. R. (2005). ”Gencet-gencetan” di mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah
kognitif tentang arti, skenario, dan dampak ”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial ,12
(1), 1-13 Ross, M.S, Lowther, D.L. (2003). Impacts of the Connect School Reform Design
on Classroom Instruction, School Climate, and Student Achievement in Inner-City
Schools. Journal of Education For Students Placed at Risk, 8, (2) ,215-246. Sejiwa. (2008).
Bullying :Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta :
Grasindo Sheras, P. (2002). Your Child: Bully or Victim? Understanding and ending
Schoolyard Tyranny.USA : Skylight Press Smith, J. A. (2009). Dasar-dasar Psikologi
Kualitatif Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Soendjojo, D. (2009). Mengajarkan Asertifitas Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 4(3), 5-7 75
Sugiyono, P. D. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Bandung:
Alfabeta. Suwarjo.(2009).Dampak Psikologis Bullying di Sekolah. Makalah Seminar
"Fenomena Kekerasan di Sekolah dan Strategi Pencengahannya" 2 Agustus 2009, FIP

11
UNY Utamai, Aryani. Rahmah.(2014). Gambaran Self Esteem Narapidana Remaja
Berdasarkan Klasifikasi Kenakalan Remaja Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada
Narapidana Remaja Di Lapas Anak Bandung Dan Lapas Wanita Bandung.Skripsi
(diterbitkan). Bandung: Fakultas Psikologi. Universitas Negeri Padjadjaran Yushendra,
H.S. (2015, Maret).4 Tanda Anak Terkena Bully di Sekolah.Majalah Ummi. Diunduh dari
http://www.ummi-online.com/4-tanda-anak-terkena-bullydi-sekolah.htm

12

Anda mungkin juga menyukai