Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

ANALISIS DAMPAK CYBERBULLYING TERHADAP REMAJA.

(Studi kasus remaja di Kota Kupang)

Disusun Oleh:

TABITA MANGNGI BOGI

2123745946

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

JENJANG PENDIDIKAN DIPLOMA III

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas anugerah dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan
sebagian proposal ini. Proposal ini disusun untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III pada program studi AdministrasiBisnis,
Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Kupang. Dimana dalam
kesempatan ini penulis memilih judul, “Analisis Cyberbullying terhadap remaja”.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menemukan berbagai kesulitan dan
masalah, namun berkat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,
maka masalah-masalah yang dihadapi penulis dapat diatasi dengan baik. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan kekuatan kepada
penulis sehingga Proposal ini dapat terselesaikan;
2. Orang tua yang telah mendukung;
3. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca untuk menyempurnakan Tugas Tersebut. Akhir kata, semoga Tugas ini
dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat umum sebagai referensi, serta
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kupang, 11 November2022

Tabita mangngi bogi

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………... 4
1.3. Tujuan Masalah…………………………………………………………………... 5
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………………….. 5
BAB ll TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………. 6
2.1. Definisi Cyberbullying……………………………………………………………6
2.2. Dampak-dampak yang terajadi pada cyberbullying………………………………7
2.3. Pembahasan Mengenai cyberbullying………………..…………………………11
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………………23
3.1. Prosedur Penelitian……………………………………………………………
3.2. Populasi dan Sampel………………………………………………………….
3.3. Instrumen Penelitian………………………………………………………….
3.4. Metode Analisis Data…………………………………………………………

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan teknologi dewasa ini, memberikan dampak yang sangat


besar dalam berinteraksi, disamping itu, teknologi juga memberikan
dampak negatif yang sangat rentan, (positif/negatif dari perkembangan era
informasi). Teknologi komunikasi memberikan dampak positif bagi
masyarakat seperti memberikan kemudahan berkomunikasi untuk jarak
yang jauh. Akan tetapi teknologi komunikasi juga dampak negatif seperti
berkurangnya interaksi sosial yang dilakukan secara langusung oleh
individu satu dengan individu yang lainnya.
Cyberbullying merupakan tindakan bullying yang menggunakan media
elektronik seperti internet dan telepon seluler untuk menjangkau
korbannya. Menurut (Rahayu 2012)proses-proses perubahan yang terjadi
pada diri remaja dan penjumpaan dengan media social sering
mengakibatkan remaja mengalami tekanan-tekanan, baik itu tekanan
dalam dirinya maupun tekanan dari orang disekitarnya, terutama teman
sebayanya. Ketidakmampuan menghadapi dan mengelola hal ini membuat
remaja rentan melakukan perilaku negatif, misalnya terlibat dalam
tindakan-tindakan cyberbullying.
Seperti yang kita ketahui jaman sekarang masih banyak remaja yang
menyalahgunakan internet demi memuaskan keinginan-keinginan buruk
yang timbul dari perselisihan melalui mulut ke mulut sehingga
menimbulkan pertikaian antara pelaku dengan korban, sehingga mereka
menyebarkan rumor atau desas desus, mengirim gambar yang

1
mengganggu kepada korban, mengancam yang membahayakan mental dan
fisik, pemberian nama negatif dan lain-lain.
(Sudarwanto (2009) dalam penelitiannya menunjukan hasil bahwa
kejahatan cyberbullying banyak mengambil target anak dan remaja
dikarenakan dua jenjang usia tersebut sangat fasih dan dekat dengan
berbagai teknologi digital yang ada sekarang ini.
Beberapa data yang diambil dari media massa berikut dapat menjadi
gambaran umum kejadian cyberbullying . berita dari liputan 6.com
menulis demikian: Gadis berusia 14 bernama Jade Stringer ini di temukan
gantung diri oleh ayahnya dikamar . dari teman- temannya terungkap
stringer mengalami bully karna dirinya terlalu menarik dan di sukai
banyak orang. Korban selanjutnya yaitu carlina picchio, seorang gadis dari
Novara diitalia utara, tewas bunuh diri pada bulan januari 2013 lalu setelah
video yang menampilkan perilaku dirinya sedang mabuk disebuah pesta
beredar luas difacebook. Video tersebut diduga diposting oleh mantan
pacarnya tak lama setelah picchio memutuskannya. Sang pacar mungkin
memanfaatkan facebook untuk menghina dan memperlakukannya.
Akibatnya, picchio dihujani oleh banyak pesan yang merendahkan dirinya.
Diindonesia sendiri perilaku cyberbullying sudah pernah terjadi
dikalangan remaja yakni DF, 13 tahun, siswa SMP dikota Bengkulu
dilaporkan teman sekelasnya, HM, 12 tahun,gara-gara percakapan
difacebook. Peristiwa ini berawal ketika korban hendak mengembalikan
sepatu yang dipinjamnya dari pelaku (23/05/2014), sekaligus ingin
mengklarifikasi “kicauan” pelaku difacebook yang menyebut korban
sebagai lonte (pekerja seks-pen). Pelaku justru memarahi korban yang
berujung pada adu mulut perkelahian yang menyebabkan luka-luka pada
korban. Karna tidak terima perlakuan pelaku korban pun mengadukan hal
itu kepolisi.
Bully atau pelaku Bullying adalah seseorang yang secara langsung
melakukan agresi baik fisik, verbal atau psikologis kepada orang lain
dengan tujuan untuk menunjukkan kekuatan atau mendemonstrasikan pada

2
orang lain. Kebanyakan perilaku Bullying berkembang dari berbagai
faktor lingkungan yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi
penyebab munculnya Bullying. Menurut Sullivan (dalam Juwita &
Mustikolaksmi, 2010) Bullying adalah perbuatan agresi atau manipulasi
yang disadari dan bertujuan oleh satu atau lebih orang terhadap satu atau
sekelompok orang lainnya. Adapun menurut Priyatna (2010) menyatakan
bahwa bulying merupakan problem yang Dampaknya harus ditanggung
oleh semua pihak. Baik itu pelaku, korban, ataupun dia yang menyaksikan
tindakan tersebut. Sedangkan menurut Rigby (dalam Juwita &
Mustikolaksmi, 2010) bullying adalah merupakan pola berulang dari
tingkah laku agresif terhadap orang lain yang memiliki status kekuatan
yang lebih lemah. Pada sisi yang lain bullying merupakan pola berulang
dari tingkah laku agresif terhadap orang lain yang memiliki status
kekuatan yang lebih lemah. penyebab bullying menurut Juwita dan
Mustikolaksmi (2010) mencakup faktor personal dan situasional dari
bullying dimana faktor-faktor tersebut meliputi pola asuh ayah yang
otoriter, pola asuh ibu yang otoriter, tayangan televisi, bullying oleh guru
dan konformitas pada remaja. Pada tingkatan perguruan Fenomena
kekerasan bullying bisa juga diartikan sebagai perbuatan atau perkataan
seseorang kepada orang lain yang dapat menimbulkan rasa takut, sakit dan
tertekan baik secara fisik maupun mental yang telah direncanakan oleh
pihak yang lebih kuat dan berkuasa terhadap pihak yang dianggap lebih
lemah darinya. Bullying biasanya dilakukan dengan alasan pembentukan
mental si yunior. Tetapi, bullying biasanya terjadi atas dasar ‘balas
dendam’ si senior karena mereka juga pernah menjadi korban bullying
senior sebelum mereka. Akibat dari perilaku tersebut banyak siswa yang
merasa terkucil, sehingga ia selalu merasa gelisah ketika bertemu dengan
orang lain. Bullying tidak juga hanya dilakukan dengan kekerasan,
melainkan bisa juga dilakukan dengan mengejek, memaki, melanggar
bahasa, di hakimi oleh teman sebaya di kalangannya

3
Dan beberapa korban bullying memiliki karakter yang berbeda dengan
yang lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya diri, dan memiliki
kemampuan bersosialisasi yang kurang. Pelaku bullying biasanya
memiliki karakter merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang
yang tak kuat lagi megalami bullying, mereka akan mengalami gangguan
psikologis (stress). Definisi bullying sendiri, menurut Komisi Nasional
Perlindungan Anak adalah kekerasan fisik dan psikologis berjangka
panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang
tidak mampu mempertahankan diri. Bullying dilakukan dalam situasi
dimana ada hasrat untuk melukai, menakuti, atau membuat orang lain
merasa tertekan, trauma, depresi dan tak berdaya. Bullying kerap terjadi
pada anak-anak hingga orang dewasa. Melihat efek buruk dari bullying
tersebut, kita seharusnya waspada terhadap bullying.
Bullying dapat terjadi dalam setiap konteks di mana manusia
berinteraksi satu sama lain, seperti: sekolah, keluarga, tempat kerja,
rumah, dan lingkungan. Bullying berkisar dari yang sederhana, yang
dilakukan orang-perorang atau yang lebih kompleks, yang dilakukan
kelompok sosial atau kelas sosial, sebagai akibat dari ketidakseimbangan
kekuatan sosial, bahkan antar negara karena adanya ketidakseimbangan
kekuatan dan kekuasaan.
Bullying yang terjadi ternyata tidak hanya bisa terjadi di dunia nyata,
tetapi juga didunia maya. Parahnya di media sosial, bullying bisa
menyebar lebih cepat. Kadang-kadang, sebuah berita yang belum
diketahui kebenarannya pun bisa menimbulkan kecemasan di mana-mana
saat disebarkan melalui media sosial. teknologi dan gadget bagaikan pisau.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana pengetahuan cyberbullying dikalangan remaja?
1.2.2. Bagaimana dampak cyberbullying dikalangan remaja?
1.2.3. Peninjauan cyberbullying dari sudut pandang kaidah hukum?

4
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengetahuan cyberbullying dikalangan remaja
1.3.2. Mengetahui dampak cyberbullying dikalangan remaja
1.3.3. Mengetahui dan mengenali kaidah hukum tentang cyberbullying

1.4 Manfaat

Manfaat yang didapatkan pada penelitian ini adalah agar dapat


memberikan sumbangan dalam dunia yang tepat terhadap intervensi
pada harga diri dan empati yang rendah sehingga mencenggah
kecenderungan perilaku bullying terhadap kalangan remaja.

Sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya dan referensi untuk


pembaca.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi cyberbullying

Definisi Cyberbullying merupakan tindakan bullying yang


menggunakan media elektronik seperti internet dan telepon seluler untuk
menjangkau korbannya. Menurut (Rahayu 2012) proses-proses perubahan
yang terjadi pada diri remaja dan penjumpaan dengan media sosial sering
mengakibatkan remaja mengalami tekanan-tekanan, baik itu tekanan dalam
dirinya maupun tekanan dari orang disekitarnya, terutama teman sebayanya.
Ketidakmampuan menghadapi dan mengelola hal ini membuat remaja rentan
melakukan perilaku negatif, misalnya terlibat dalam tindakan-tindakan
cyberbullying.
Selain itu masih ada penjelasan menurut Disa (2011) cyberbullying
merupakan penyalahgunaan teknologi yang dilakukan seseorang dengan cara
memberi pesan atau mengunggah gambar dan video untuk seseorang yang
bertujuan agar orang tersebut dapat dipermalukan, disiksa, diolok-olok,
ataupun memberikan ancaman ke mereka.

6
2.2. Dampak-Dampak yang terjadi pada cyberbullying

Dampak-dampak yang terjadi pada cyberbullying ada 4 yaitu :


1. Dampak psikologis
Shultz, Heilman dan Hart (2014) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa cyberbullying yang dilakukan di amerika merupakan bentuk
perilaku kekerasan yang dilakukan dimedia melalui pesan yang diposting
secara luas dapat diketahui oleh banyak orang dalam waktu singkat.pada
saat terjadi bullying terjadi respon timbal balik antara pelaku dan korban,
sebesar 90% dan pada umumnya pelaku memulai percakapan sebanyak
48%.peningkatan mengakses media sosial beresiko terhadap terjadinya
cyberbullying, kondisi sangat berbahaya bagi generasi mudah yang masih
labil psikologisnya. Cyberbullying umumnya terjadi karna memburuknya
sebuah hubungan, baik dengan teman dekat, pacar, atau pasangan.
Kerusakan hubungan yang terjadi seringkali menjadi alasan menyerang
lawan melalui media sosial, baik dengan kata-kata yang ditujukan kepada
korban, atau berupa sindiran. Masa remaja merupakan periode kehidupan
yang penuh dinamika karena pada masa tersebut terjadinya transisi dari
masa kanak-kanak ke masa remaja sehingga masa remaja ini bisa dikatakan
sebagai masa labil. Sedangkan penggunaan tekonologi informasi
dikalangan remaja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Remaja dapat
menghabiskan waktu selama 5 jam dalam satu minggu untuk membuka
internet. Remaja laki-laki menggunakan internet untuk online, membuka
web dan bermain game online sedangkan remaja perempuan menggunakan
internet untuk membuka jejaring sosial, chatting, dan berbelanja lewat
online shop. Peningkatan dalam menggunakan internet memungkinkan
remaja untuk memiliki
pengalaman yang lebih luas di luar batas- batas rumah, sekolah dan
masyarakat lokal, namun juga mengakibatkan adanya kenakalan-kenakalan
yang dilakukan dalam internet. Kenakalan-kenakala yang dilakukan oleh

7
remaja tersebut misalnya cyberbullying. Perilaku cyberbullying dapat
memberikan dampak negatif, antara lain korban mengalami depresi,
kecemasan ketidaknyamanan, prestasi di sekolah menurun, tidak mau
bergaul dengan teman-teman sebaya, menghindar dari lingkungan sosial,
dan adanya upaya bunuh diri. Cyberbullying yang dialami remaja secara
berkepanjangan akan menimbulkan stres berat, melumpuhkan rasa percaya
diri sehingga memicunya untuk melakukan tindakan-tindakan menyimpang
seperti mencontek, membolos, kabur dari rumah, bahkan sampai minum
minuman keras atau menggunakan narkoba.
Cyberbullying juga dapat membuat mereka menjadi murungdilanda
rasa khawatir, dan selalu merasa bersalah atau gagal. Sedangkan dampak
yang paling menakutkan adalah apabila korban cyberbullying sampai
berpikir untuk mengakhiri hidupnya (bunuh diri) oleh karena tidak mampu
menghadapi masalah yang tengah dihadapinya. Kekerasan cyberbullying
pada remaja apabila tidak segera diselesaikan dengan baik dihawatirkan
akan muncul perilaku negatif yang berakibat fatal. Maka tindakan-tindakan
preventif harus segera dilakukan untuk menanggulangi masalah- masalah
tersebut.
Tindakan preventif bisa dilakukan mulai dari diri sendiri,
menambah wawasan tentan penggunaan teknologi informasi memperkaya
kreatifitas, dan mulai menanamkan sikap kearifan sejak dini.Peran keluarga
dan bimbingan orang tua juga sangat diperlukan misalnya dengan
mendampingi anak saat menggunakan alat komunikasi serta membiasakan
untuk bersikap terbuka antar masing-masing anggota keluarga. Di samping
dimulai dari diri sendir dan peran orang tua, tindakan preventifakan
berjalan dengan baik atas dukungan. Revolusi mental yang dicanangkan
oleh pemerintah sejak pertengahan tahun 2015 lalu diharapkan mampu
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan mental masyarakat
diIndonesia. Pada saat ini Indonesia tengah dihadapkan oleh krisis mental
atas perilaku yang dilakukan remajanya, digambarkan pada data survey
global yang diadakan oleh Latitude News, Negara Indonesia merupakan .

8
dilakukannya karena masa tersebut melewati perubahan dari segi
2. Dampak Psikososial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safira, Tentama dan Suyono
(2016) menunjukkan bahwa cyberbullying memberikan dampak
psikososial yang negatif pada korban. Dampak negatif akibat cyberbullying
tergantung frekuensi, durasi, dan keparahan dari cyberbullying itu sendiri.
Korban cyberbullying mengalami tekanan dari perilaku mereka.
Beran et al, (Syah dan Hermawati, 2018) membuktikan bahwa
korban cyberbullying mempunyai pengalaman buruk berupa dimarahi
orang lain di online dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan, terus
merasa malu, kehilangan teman disekolah, dan mengalami insomnia setelah
mengalami cyberbullying.
3. Dampak Akademik
Hasil penelitian Ningrum F.S. dan Zaujatul Amna (2020) diketahui
bahwa terdapat 177 (84,7 persen) sampel yang memiliki pengalaman
cyberbullying victimization merasa tidak terganggu dengan proses belajar
dan merasa aman di sekolahnya, dan sebanyak 32 (15,3 persen) sampel
merasa sangat terluka dan terganggu belajarnya dan juga merasa tidak
aman di sekolah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Smokowski, Evans,
dan Cotter (2014) yang menyatakan bahwa cyberbullying victimization
memiliki dampak negatif bagi individu di
lingkungan sekolah yang berpengaruh pada kemampuan individu
selama di sekolah. Beran dan Li (2007) menambahkan bahwa individu
yang menjadi korban cyberbullying akan memiliki kesulitan dalam
berkonsentrasi. Semakin sering korban memperoleh perlakuan
cyberbullying, maka akan semakin memberikan dampak buruk pada diri
korban di dalam kehidupan.
Cyberbullying juga berdampak dimana korban merasa tidak nyaman
dan tertekan, kondisi tersebut membuat korban tidak semangat untuk
melakukan aktifitas dan jarang masuk kelas. Banyak korban yang
mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan untuk tidak

9
melanjutkan sekolah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan angka
pengangguran sehingga semakin banyak kasus kenakalan pada remaja
(Omoniyi, 2013; Nakou, 2014).
Hasil penilitian Laeheem (2013) menunjukkan bahwa adanya gejala
lain yang dimunculkan diantaranya merasa terancam, sulit berkonsentrasi,
penurunan prestasi akademik dan merasa sendiri (Laeheem, 2013). Selaras
dengan penilitian Aisiyai (2015) yang menyatakan bahwa korban tidak
berani berangkat sekolah, mengalami penurunan prestasi akademik.
Penyerangan yang berulang ini akan dapat mempengaruhi rasa kepercayaan
diri seseorang menjadi rendah.
4. Dampak Fisik
Berdasarkan hasil penelitian Triyono, Rimadani (2019), diketahui
bahwa korban
mengalami berbagai dampak fisik cyberbullying yaitu dampak fisik
seperti sakit kepala yang tidak mengenakan, gangguan tidur atau sulit tidur
yang berakibat pada kesehatan tubuh korban seperti terkadang merasa
ngantuk di pagi hari, mata memerah, berkantung mata, dan mata seperti
ditusuk-tusuk dan korban juga kehilangan nafsu makan dan merasa mual,
dimana hal tersebut saling keterkaitan satu sama lain sehingga membuat
diri korban merasa
tidak baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dampak fisik cyberbullying di media sosial pada remaja korban ini
yaitu korban yang sulit untuk mengontrol pikirannya dan sikapnya
terhadap apa yang dilakukan oleh teman-temannya sehingga membuat
korban merasakan dampak fisik yang tidak mengenakkan tersebut, selain
itu dengan tipe kepribadian korban yang pemikir membuat korban mudah
mendapatkan pikiran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik.Selaras
dengan penelitian Navarro, Yubero & Larranaga (2016) bahwa dampak
dari cyberbullying yaitu remaja mengalami sakit kepala, sakit perut,
gangguan tidur, kelelahan, sakit punggung, kehilangan nafsu makan dan

10
masalah pencernaan. Menurut Townsend, M.C. (2009) cyberbullying bisa
menyebabkan gangguan fisik yang menyertai anoreksia, makan
berlebihan, insomnia, sakit kepala, sakit punggung dan
nyeri.Laeheem (2013) dampak cyberbullying dapat berpengaruh terhadap
masalah kesehatan fisik seperti sulit tidur, nafsu makan menurun.

2.3. Pembahasan mengenai cyberbulying

Tidak bisa dipungkiri, saat ini dunia tengah menyaksikan perubahan


sosial dan budaya yang dikendalikan teknologi informasi (internet).
Penggunaan internet akan membawa

banyak manfaat jika pengguna bijak dalam memanfaatkannya,


namun jugu sebaliknya. Seperti halnya yang disampaikan oleh Prabawa,
A.F. (2018) bahwa salah satu indikator era disruptif yakni perkembangan
IPTEK diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Kedua sisi itu akan menjadi
sebuah peluang ataupun tantangan, bergantung pada cara masyarakat
dalam menyikapi. Peluang yang dapat kita lihat adalah remaja masa kini
berkembang menjadi individu yang multi tasking, gandrung IPTEK,
berfikir kritis, penuh percaya diri, dan memiliki jejaring pertemanan yang
luas. Internet memiliki dampak positif, namun apabila disalahgunakan akan
menimbulkan dampak negatif salah satunya yaitu cyberbullying. Hal ini
juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014)
didapatkan bahwa cyberbullying adalah salah satu penyebab terjadinya
penyalahgunaan internet dari media sosial di kalangan remaja.Interaksi di
media sosial bisa dilakukan tanpa harus tatap muka dan juga dapat
berinteraksi dengan orang yang dikenal maupun tidak dikenal.Bagi
generasi muda khususnya remaja memiliki ketertarikan yang besar
terhadap media sosial, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ayun P.Q
(2015) menyatakan bahwa remajamengekspresikan dirinya dan
membangun identitas dirinya dan mencitrakan dirinya serta
mengekspresikan masalah pribadi melalui media sosial. Kehadiran media

11
sosial dikalangan remaja, menjadi bercampuraduknya masalah pribadi
dengan masalah publik. Tidak semua hal bisa dibagikan di media sosial,
pemilik akun harus bisa memfilter segala sesuatu yang masuk atau akan
dibagikan sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

Cyberbullying menghadirkan tantangan yang serius untuk


kehidupan sosial yang harus mendapatkan perhatian dalam dunia digital.
Ini merupakan kejadian yang menakutkan bagi semua orang terutama bagi
remaja menyebabkan depresi, harga diri rendah, tidak mampu
berkonsentasi di kelas, turunnya nilai akademik, cemas dan bahkan bunuh
diri (Teasley M, 2013).Melihat besarnya bahaya yang diakibatkan oleh
kejadian tersebut, maka perlu adanya upaya yang terus dikembangkan
untuk memberikan kesadaran pada masyarakat, khususnya pengguna media
sosial, untuk menggunakannya secara baik dan bijaksana serta
mengntisipasi segala hal yang dapat merugikan, serta menyakiti orang lain.
Menebarkan kebencian, ancaman, dan kemarahan di media sosial adalah
tindakan kekerasan yang berdampak secara luas dan serius. Pelaku
cyberbullying seringkali merasa superior dan membenarkan perilaku yang
dilakukannya terhadap korban. Perempuan sering menjadi target dari
cyberbullying, baik dilakukan oleh laki-laki maupun sesama perempuan
(Notar, Padgett, dan Roden, 2013). Mendez-Baldwin, Cirillo, Ferrigno dan
Argento (2015) menyatakan bahwa 1 dari 3 remaja pernah menjadi korban
cyberbullying dan mereka menyampaikan kejadian yang dialaminya
kepada orang tua, guru, atau pada orang dewasa lainnya. Perlunya
kewaspadaan dari orang tua, guru atau dosen serta orang disekitar korban,
untuk meperhatikan perubahan perilaku yang terjadi seperti sering murung,
kurang percaya diri, malas beraktivitas, perubahan pola tidur dan pola
makan, serta menarik diri dari kehidupan sosial. Orang tua harus
mengetahui media sosial yang digunakan oleh anaknya, sehingga bisa
mengontrol jika ada masalah yang muncul dari media sosial yang
digunakan. Diperlukan komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan

12
anak remaja sebagai bentuk antisipasi adanya cyberbullying. Kondisi
kesehatan mental korban cyberbullying dapat ditinjau dari afek negatif
(psychological distress) seperti hubungannya dengan kecemasan sosial,
stres emosional, penggunaan obat terlarang, gejala depresi, hingga ide dan
usaha untuk bunuh diri (Bottino, Regina, Correia & Ribeiro, 2015). Korban
cenderung menderita frustrasi, gelisah, depresi, kelelahan, merasa harga
diri berkurang, sulit untuk konsentrasi, murung, menyalahkan diri sendiri,
mudah marah hingga bunuh diri (Donegan, 2012; Dinkes, 2015).
Raskauskas dan Stoltz (2007) memberikan pertanyaan secara terbuka
kepada remaja mengenai efek negatif dari cyberbullying dan 93% korban
melaporkan dampak negatif dengan sebagian besar perasaan sedih, putus
asa, dan ketidakberdayaan. Pengalaman cyberbullying dapat memiliki
dampak signifikan pada kesejahteraan emosional. dan psikologis remaja.
Pelanggaran cyberbullying dikaitkan dengan emosi negatif seperti
kesedihan, kemarahan, frustrasi, malu, atau ketakutan (Hinduja & Patchin
2007; Patchin & Hinduja 2011; Ybarra, Espelage, & Mitchell 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Beran dan Li (2005) juga menyatakan
bahwa para korban cyberbullying memunculkan kesehatan mental yang
negatif seperti meningkatnya kemarahan dan kesedihan. Korban
cyberbullying merasa kesepian, merasa kurang diterima oleh teman sebaya,
menurunnya optimisme, dan memiliki lebih sedikit persahabatan (Jackson
& Cohen, 2012). Lebih lanjut, korban cyberbullying mengalami
peningkatan depresi, gejala emosional seperti sedih, takut, marah, dan
masalah perilaku, serta masalah dengan teman sebaya (Dooley, Shaw, &
Cross, 2012)Sartana dan Afriyeni (2017) menyatakan bahwa menurut
pendapat Center for Disease Control remaja yang menjadi korban
cyberbullying akan memiliki risiko lebih tinggi yang berkaitan dengan
masalah akademis. Begitupula Faryadi (2011) yang membuktikan bahwa
adanya hubungan cyberbullying dan kemampuan emosional serta performa
akademik. Cyberbullying memengaruhi performa akademik dalam tiga
dampak yaitu, negatif, netral, dan positif. Dampak tersebut tergantung pada

13
kemampuan korban dalam pengelolaan emosi, bentuk cyberbullying yang
diterima korban, dan dukungan dari orang sekitar korban. Pertama, korban
yang mengalami dampak negatif disebabkan oleh usia dan rendahnya
kemampuan. pengelolaan emosi. Kedua, korban yang tidak terpengaruh
pada performa akademiknya dikarenakan bentuk cyberbullying khusus
yang tidak ditujukan secara langsung atau memberikan konsekuensi
negatif. Ketiga, korban yang memiliki performa akademik yang positif
apabila memiliki pengelolaan emosi maupun supporting system yang baik.

Cyberbullying memiliki dampak yang dirasakan bukan hanya korban


saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban juga akan berdampak. Pada usia
remaja banyak perubahan yang dialami seperti perubahan biologis,
psikologis maupun perubahan sosial. Ketika remaja memiliki konflik
dengan lingkungan sekitarnya apabila tidak ditangani dengan baik akan
berdampak negatif (Ikatan Dokter Anak Indonesia [IDAI], 2016). Pada
hasil penelitian ini korban menimbulkan dampak seperti tertekan dan
perasaan marah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nixon (2014) bahwa kebanyakan dari target cyberbullying mengalami
setidaknya satu gejala stress, selain itu untuk dampak fisik yang terjadi
adalah sakit kepala dikarenakan korban memikirkan sesuatu hal yang
terjadi pada dirinya salah satunya yaitu dengan adanya gas kejadian
tindakan cyberbullying ini. Peran perawat dalam menangani dampak ini
adalah perawat dapat memberikan asuhan keperawatan seperti bagaimana
cara untuk melakukan manajemen koping yang baik dan manajemen marah
pada remaja (Smokowski,etal.2014). Menurut penelitian Chang (2013)
menunjukkan bahwa biasanya seseorang yang menjadi pelaku akan timbul
dampak perasaan malu kepada korban dan lingkungan sekitar karena telah
melakukan tindakan cyberbullying dan akan muncul dampak yang lebih
parah lagi yaitu penurunan harga diri. Pelaku akan takut dan malu bertemu
dengan teman-temannya di sekolah dikarenakan akan banyak orang yang
ikut menyalahi atas perbuatan yang dilakukan pelaku kepada korban. Pada

14
saat ini peran perawat yang dapat dilakukan kepada pelaku adalah
meningkatkan kepercayaan diri pelaku kembali dan meningkatkan harga
diri pelaku dalam kehidupan sehari-hari agar dampak yang terjadi tidak
lebih parah dirasakan pelaku (Ouytsel, et al. 2015).

Pada bentuk cyberbullying dampak yang terjadi pada seseorang


yang sekaligus pernah menjadi pelaku dan korban adalah adanya perasaan
lega namun di sisi lain ada perasaan takut, cemas, dan menyesal. Hal ini
terjadi ketika ia menjadi korban ada perasaan cemas dikarenakan telah
menerima pesan bullying dari pelaku dan saat menjadi pelaku ia merasa
menyesal dikarenakan ia Mengingat bahwa dahulu pernah juga merasakan
dampak yang terjadi pada korban (Willard 2007). Peran perawat dalam
menangani dampak ini yaitu melakukan manajemen koping dan
manajemen cemas untuk menghindari tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dari tingkat sebelumnya (Byrne, et al. 2018)

remaja adalah masa dimana seorang anak mulai bertumbuh dan


berkembang menuju masa-masa dimana akan beranjak dan akan memasuki
masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut mengikut aspek fisik,
psikis, maupun perubahan sosialnya. Masa remaja merupakan beberapa
aspek pertumbuhan manusia. Masa remaja sendiri juga merupakan masa
yang sangat rentan terhadap apapun yang dilakukannya karena masa
tersebut melewati perubahan dari segi biologis, perubahan sosialnya,
maupun perubahan psikologis

15
Adapun beberapa cara untuk mencegah cyberbullying terhadap remaja
yakni:

1. Pencegahan Oleh Diri Sendiri

Seperti yang kita ketuhui bahwa tidak jarang kasus cyber bullying yang
disebabkan oleh korban sendiri? Ada banyak hal yang tanpa disadari dapat
memicu seseorang menjadi korban cyber bullying. Oleh sebab itu langkah
pencegahan pertama yang bisa dilakukan haruslah berawal dari diri sendiri.

a) Pahami Apa Sebenarnya Itu Cyber Bullying

Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah memahami apa itu
sebenarnya cyber bullying. Kamu bisa mencari tahu tentang cyber
bullying melalui artikel atau dengan diskusi dengan orang terdekat.
Memahami bentuk diskriminasi ini dengan baik akan membantumu agar
terhindar dari tindak pem-bully-an.

b) Pertimbangkan Sebelum Memposting atau Mengirim Foto

Seperti telah disebutkan bahwa tidak jarang kasus cyber bullying berasal
dari korban sendiri. Biasanya hal ini terjadi akibat kebiasaan tidak
memfilter postingan, khususnya foto, dengan baik. Akibatnya beberapa
foto yang diposting mungkin bisa menjadi objek bully bagi sebagian
orang. Maka dari itu, usahakanlah untuk selalu mempertimbangkan fotomu
terlebih dahulu sebelum mempostingnya. Hal ini juga berlaku ketika kamu
mengirimkan foto kepada orang lain. Dengan begitu kamu bisa
menghindari kemungkinan untuk menjadi korban cyber bullying oleh
orang lain.

c) Atur Privasi di Media Sosial

Pengaturan privasi di media sosial sangatlah membantu untuk mencegah


kasus cyber bullying terjadi padamu. Meski sebenarnya tidak ada

16
informasi yang benar-benar privat, tetapi setidaknya dengan mengatur hal
tersebut pihak yang dapat mengakses informasimu lebih terfilter.

Misalnya di akun Facebook sebaiknya atur siapa saja yang bisa untuk
melihat informasi yang kamu posting. Begitupun dengan Instagram agar
mengatur akunmu menjadi privat. Jadi tidak semua orang bisa melihat apa
yang kamu postikan. Dan janganlah lupa untuk selalu update tentang
kebijakan privasi dari sosial media tersebut.

d) Lindungi Password Akun Media Sosial

Biasanya akun media sosial sudah menerapkan beberapa tips di awal agar
passwordmu lebih aman. Mulai dari kombinasi password yang digunakan
hingga rutin mengganti password tersebut. Jadi alangkah lebih baiknya
kamu menerapkan hal tersebut agar pihak lain sulit melacak passwordmu.

e) Teliti Saat Mengirim dan Menerima Pesan

Kamu juga harus berhati-hati saat mengirim dan menerima pesan di akun
sosial. Pastikan kamu sudah menyinkronkan teman media sosial ke
emailmu. Dengan begitu kontakmu lebih tertata dengan baik, sehingga
kamu nyaman saat mengirimkan pesan. Selain itu perhatikan kembali
pesan yang kamu tulis sebelum mengirimnya. Ketika menerima pesan
kamu juga harus berhati-hati. Jika dari kontak yang tidak dikenal, tidak
masalah jika kamu mengabaikan pesan tersebut. Menyinkronkan teman ke
kontak email juga akan membantumu untuk menyeleksi pesan yang
masuk. Biasanya email akan menyimpan pesan yang mencurigakan
sebagai spam. Hindarilah untuk mengirim pesan, khususnya dalam bentuk
teks, ketika emosimu sedang tidak stabil. Selain berpengaruh pada kalimat
yang kamu ketik, respon orang lain juga tidak bisa kamu deteksi. Jangan
sampai mereka tersinggung dan dendam padamu. Akan lebih baik jika
kamu menambahkan emotikon untuk memperjelas emosimu saat itu.

17
f) Pastikan untuk Mengeluarkan Akun Ketika Menggunakan Perangkat
Umum.

Tidak jarang kasus cyber bullying juga berawal dari keteledoranmu pada
saat membuka akun media sosial menggunakan perangkat umum atau
milik orang lain. Oleh sebab itu pastikan untuk mengeluarkan akunmu
sebelum meninggalkan perangkat tersebut. jangan sampai ada orang lain
yang menyalahgunakannya.

g) Hindari Memposting Informasi Pribadi

Informasi pribadi yang kamu posting secara online juga sangat rentan
menjadi objek cyber bullying. Pada beberapa kasus mungkin memang
bermanfaat mencantumkan informasi di media online, akan tetapi
sebaiknya hindari hal itu. Misalnya mencantumkan alamat, nama lengkap,
nomor telepon, kata sandi, dan informasi lainnya. Memposting informasi
tersebut akan memudahkan orang lain yang berniat jahat untuk
menghubungimu secara offline. Hal yang sama juga berlaku pada saat
kamu ingin memposting informasi orang lain. Usahakan untuk meminta
izin terlebih dahulu selain kamu memang tidak berhak, juga bisa
menimbulkan masalah pidana.s

h) Cobalah Searching Dirimu Sendiri di Mesin Pencarian

Pernah tidak kamu berpikir untuk mencari namamu sendiri dalam mesin
pencarian? Walau terkesan sedikit lucu, tetapi hal ini benar-benar bisa
sangat membantu khususnya mencegah cyber bullying. Mengapa? Karena
kamu dapat melihat informasi milikmu melalui sudut pandang yang
berbeda. Kamu bisa menempatkan dirimu sebagai orang lain dalam
melihat informasi milikmu sendiri. Cobalah untuk memperhatikan lebih
jeli, apakah ada postingan atau informasi yang bisa memicu cyber
bullying. Jika benar-benar ada, maka sebaiknya segeralah untuk
menghapus postingan atau informasi tersebut.

18
i) Selektif dalam Membahas Topik Tertentu

Pada bagian sebelumnya sudah dijelaskan beberapa hal sensitif yang


memicu terjadinya cyber bullying. Beberapa diantaranya adalah agama,
jenis kelamin, ras, dan suku. Jadi sebisa mungkin kamu untuk lebih
selektif pada saat membahas atau memposting topik tersebut di akun
sosial. Ingatlah bahwa jangkauan internet adalah global, sehingga topik
yang kamu bicarakan bisa dilacak dengan mudah. Makanya sebisa
mungkin untuk menghindari pembahasan dengan topik tersebut. Selain
bisa berujung cyber bullying, kamu juga belajar untuk lebih menghormati
budaya dan keyakinan orang lain.

j) Jangan Pernah Mem-bully Orang Lain

Pernah mendengar istilah bahwa apa yang dilakukan terhadap orang lain
suatu saat akan berbalik kepadamu? Karma itu benar-benar ada, apalagi
jika sudah berkaitan dengan tidak diskriminasi kepada orang lain. Maka
dari itu camkan baik-baik untuk tidak mem-bully orang lain baik secara
langsung ataupun online. Bahkan jika orang terdekatmu melakukan hal
tersebut, usahakan untuk menghindari dan tidak ikut-ikutan. Apabila kamu
ikut mem-bully orang lain, maka tidak menutup kemungkinan esok hari
situasi akan berbalik. Hasilnya kamulah yang menjadi korban
dari bullying yang dilakukan orang lain.

2. Pencegahan Oleh Orang Tua

Berhubung kebanyakan kasus cyber bullying dilakukan dan menimpa kalangan


remaja, maka peran orang tua menjadi sangat dibutuhkan dalam kondisi

19
tersebut. Keluarga adalah tempat pertama untuk memperoleh pendidikan.
Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan cyber bullying yang dapat
dilakukan oleh para orang tua.

a) Berikan Edukasi Cara Online yang Aman

Pada dasarnya memberi edukasi tentang tata cara menggunakan jejaring


sosial yang aman kepada anak menjadi langkah paling dasar dalam
mencegah cyber bullying. Berikan pemahaman mengenai apa saja yang
bisa dan tidak bisa dilakukan melalui jejaring online, khususnya media
sosial. Ajari mereka tentang cara mengatur privasi pada setiap
akun online yang dibuatnya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah
edukasi tentang postingan. Berikan pemahaman bahwa apa yang sudah
diposting tidak akan hilang, sehingga sikap selektif menjadi poin
penting yang harus dimiliki.

b) Pahami Media Sosial yang Digunakan Anak

Ada begitu banyak media sosial, aplikasi, hingga situs yang biasa
digunakan oleh para remaja bahkan anak-anak. Dan mungkin memang
sedikit mustahil untuk memahami semuanya dengan baik. Akan tetapi
kamu bisa mengecek apa saja yang biasa dan sering digunakan oleh
anakmu. Kalau kamu sudah mengetahuinya, maka langkah selanjutnya
adalah memahami seluk beluk dan kebijakan yang diterapkan oleh
media sosial, aplikasi, ataupun situs tersebut. Pahami bentuk
pemanfaatannya oleh para pengguna. Selain itu pelajari juga kebijakan
usia yang diterapkan oleh jejaring sosial tersebut.

c) Awasi Kegiatan Online yang Dilakukan Anak

Sebagai orang tua kamu wajib untuk senantiasa mengawasi


kegiatan online yang dilakukan anak. Cari tahu siapa saja yang
berhubungan dengannya saat online dan apa yang mereka lakukan.

20
Khusus untuk hal ini, kamu bisa bertanya langsung secara pelan-pelan
agar anak tidak merasa diinterogasi. Agar kamu lebih mudah untuk
mengetahuinya, gunakan langsung media sosial seperti yang dilakukan
anak. Dengan begitu kamu bisa lebih memahami kecenderungan
kegiatan yang dilakukan pengguna media sosial tersebut saat online.
Jadi sedikit banyak kamu bisa tahu kegiatan anakmu saat online.

d) Ajari Cara Menghadapi Cyber Bullying

Walaupun hal satu ini bisa dilakukan oleh pribadi sendiri, tetapi sebagai
orang tua tidak ada salahnya. Beberapa cara menghadapi cyber
bullying yang bisa kamu ajarkan kepada anak yaitu tidak menanggapi
apalagi sampai membalasanya dan sebaiknya blokir saja orang yang
mem-bully jika hal tersebut tiba-tiba terjadi.

e) Posisikan Diri Sebagai Teman

Memposisikan diri sebagai teman untuk anak juga merupakan cara


paling ampuh. Meski tidak secara langsung bisa mencegah cyber
bullying, tetapi langkah ini bisa memudahkanmu untuk mengetahui
tentang kehidupan anak. Semua poin yang telah disebutkan pun akan
lebih mudah untuk kamu ketahui. Hal itu dikarenakan anak mempunyai
kecenderungan untuk nyaman berbagi privasi miliknya dengan teman
dibanding orang tua. Jadi dengan bersikap layaknya teman, anak akan
lebih leluasa dan tidak canggung. Sedangkan dari sisi orang tua sendiri,
dukungan yang diberikan pun akan lebih mudah diterima oleh anak. Di
tengah perkembangan teknologi yang begitu pesat, tentu ada dampak
negatif yang ditimbulkan. Yang terpenting adalah pencegahan yang kita
lakukan.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Prosedur penelitian

3.2 Populasi dan sampel

3.3 Instrumen penelitian

3.4 Metode analisis data

22

Anda mungkin juga menyukai