Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF

PADA MAHASISWA BARU FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2020

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif

Pengampu:

1.  Drs. Zaenal Abidin, M.Si.

2.  Agustin Erna Fatmasari, S.Psi., M.A. 

Disusun oleh Kelompok 4: 

1.      Erica Yuliani P (15000119110040)

2.      Audrey Putri K (15000119120044)

3.      Yusfia Salma R (15000119120064)

4.      Frida Muna A (15000119120068)

5.      Intan Nabila N (15000119130096)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya,
sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Agustin Erna Fatmasari, S.Psi.,
M.A. dan Bapak Drs. Zaenal Abidin, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian Kuantitatif dan semua pihak yang telah membimbing dan
membantu kami dalam pembuatan tugas proposal penelitian dengan judul
Hubungan Antara Kesepian dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Baru
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Angkatan 2020.

Penyusun berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi


pembaca dan menambah pengetahuan kita. Oleh karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penyusun, sehingga masih banyak ditemukan kekurangan dalam
proposal penelitian ini. Maka dari itu, mohon kritik dan saran dari teman-teman
dan para pembaca dalam menyempurnakan proposal penelitian ini.

Semarang, 10 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………..…................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................4
C.    Tujuan...........................................................................................................4
D.    Manfaat.........................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
A. KESEPIAN...................................................................................................6
1. Definisi Kesepian......................................................................................6
2. Aspek Kesepian.........................................................................................6
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesepian...........................................7
4. Kesepian pada Remaja Akhir dan Kaitannya dengan Kesepian...............9
B. PERILAKU KONSUMTIF.........................................................................10
1. Definisi Perilaku Konsumtif....................................................................10
2. Aspek Perilaku Konsumtif......................................................................11
3. Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif......................................................12
C. Hubungan Dinamika Psikologis antara Kesepian dengan Perilaku
Konsumtif...........................................................................................................14
D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................15
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................16
A. Identifikasi Variabel Penelitian...................................................................16
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian....................................................16
1.      Kesepian................................................................................................16
2.      Perilaku Konsumtif................................................................................17
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.................................................17

iii
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data..........................................................19
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...........................................................24
F. Analisis Data...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN..........................................................................................................30

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ketentuan dan Penilaian Skala

Tabel 2. Skala Kesepian

Tabel 3. Skala Konsumitf

Tabel 4. Item Skala Kesepian

Tabel 5. Item Skala Konsumtif

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Lembar Kontribusi

Lampiran B. Tabel Aitem Skala Kesepian

Lampiran C. Tabel Aitem Skala Konsumtif

Lampiran D. Uji Asumsi

Lampiran E. Uji Beda

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu pasti memiliki kebutuhan hidupnya masing-masing dan untuk


memenuhi kebutuhan  itu, terdapat usaha yang harus dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda. Terdapat individu yang memenuhinya secara wajar sesuai dengan
kebutuhan yang sebenarnya tetapi terdapat pula individu yang pemenuhannya
tidak berlandaskan kebutuhan hidupnya tetapi hal lainnya sehingga berlebihan.
Usaha pemenuhan kebutuhan secara berlebihan menyebabkan seseorang bersifat
konsumtif. 

Marliani (2015) dalam Amalia (2016) menjelaskan perilaku konsumtif


merupakan perilaku boros dalam mengkonsumsi barang atau jasa secara
berlebihan, serta mendahulukan keinginan daripada kebutuhan. Konsumen sendiri
datang dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan remaja hingga orang dewasa.
Hal tersebut juga terjadi pada mahasiswa yang merupakan bagian dari remaja
akhir. Kehidupan di kampus dengan berbagai macam karakter orang didalamnya
membuat mahasiswa sering terbawa arus dan mengikuti gaya atau penampilan
orang lain. Perilaku konsumtif pada mahasiswa sebenarnya dapat dimengerti bila
melihat usia mahasiswa sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri.
Mereka ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi
bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan
orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti
berbagai fashion yang sedang menjadi trend (Fitriyani dkk, 2013). 

Belanja idealnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok saja. Akan


tetapi, semakin bervariasi produk yang tersedia di pasaran memicu mahasiswa
untuk membeli produk-produk yang kurang dibutuhkannya. Apabila perilaku
mereka tidak dikendalikan, dapat menimbulkan perilaku konsumtif, yaitu perilaku

1
2

membeli produk dengan lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan


(Sumartono, 2002 dalam Fitriyani dkk, 2013).

Mahasiswa atau remaja merupakan objek atau sasaran yang banyak diminati
oleh para ahli pemasaran dikarenakan mereka mudah terbujuk rayuan iklan,suka
meniru gaya teman,dan lebih mementingkan gengsinya untuk membeli barang-
barang yang bermerek atau yang menjadi trend di kampusnya agar  tidak
dianggap ketinggalan zaman. 

Menurut Anggreini dan Mariyanti (2014), mahasiswa yang berperilaku


konsumtif juga dapat disebabkan oleh kebutuhan untuk diakui oleh lingkungan
sosialnya, sehingga cenderung mengikuti lingkungan dan kelompok teman
sebayanya. Mahasiswa cenderung melakukan penyesuaian diri secara berlebihan
hanya untuk memperoleh pengakuan secara sosial. Terlebih pada mahasiswa baru,
di mana mereka harus beradaptasi dengan dunia yang baru pula yaitu di dunia
perkuliahan. Akibatnya mereka akan meniru gaya hidup mahasiswa lama agar
bisa mengikuti gaya hidup di perkuliahan.

Mahasiswa merupakan individu yang seharusnya banyak mencari


pengetahuan maupun keahlian tertentu. Namun karena mahasiswa hidup dalam
lingkungan kampus dengan berbagai macam karakter orang maupun status sosial
maka banyak mahasiswa yang melupakan kewajibannya untuk belajar. Kampus
yang seharusnya menjadi tempat dimana para mahasiswa mencari ilmu dan
pengetahuan terkadang dijadikan tempat untuk berlomba-lomba memamerkan apa
yang mereka miliki. Para mahasiswa lebih mementingkan uang sakunya untuk
membeli berbagai macam barang bermerek untuk mengikuti trend terkini dan
diakui oleh teman-temannya dibanding untuk membeli perlengkapan kampus
yang lebih penting seperti buku-buku pendukung perkuliahan (Gumulya &
Widiastuti, 2013 dalam Amalia, 2016).

Dampak nyata konsumerisme dalam kehidupan mahasiswa adalah


menurunnya peran sosial mahasiswa. Mereka tidak berpikir banyak lagi untuk
kepentingan sosial yang menyangkut orang banyak, tetapi hanya memikirkan
3

kepentingan pribadinya. Budaya konsumtif ditandai dengan kuatnya selera


masyarakat terhadap produk yang ditawarkan oleh pasar. Sehingga selera publik
sesungguhnya bukan lagi selera asli mereka tetapi selera pasar.

Faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif pada mahasiswa salah satunya


adalah keadaan emosional. Keadaan emosional dapat memegang peranan penting
dalam perilaku konsumtif. Keadaan emosional individu berpengaruh pada
pengambilan keputusan, persepsi, pemrosesan informasi pemilihan produk dan
pengambilan resiko dalam perilaku konsumen (Cryder, dkk., 2008; Brooks &
Schweitzer, 2011; Agrawal, dkk., 2012; Duclos, dkk., 2013 dalam
Rengganis,Yusuf, dan Hardjono. 2016). Salah satu keadaan emosional yang
cenderung timbul pada mahasiswa adalah perasaan kesepian. Perasaan kesepian
yang dialami mahasiswa baru merupakan manifestasi dari kegagalan mereka
dalam melaksanakan tugas perkembangan remaja yaitu menjalin hubungan yang
baru dan matang dengan teman sebaya. Dalam hal ini, mahasiswa belum
menemukan teman yang baru untuk membantu dalam beradaptasi di dunia
perkuliahan. Perasaan kesepian meningkatkan motivasi mahasiswa baru untuk
berbelanja (Davis & Seepersad, 2010 dalam Rengganis, dkk. 2016). Fromm
(2008) dalam Rengganis,dkk. (2016), menyatakan individu yang kesepian
mengurangi perasaan cemas dan bosan yang dirasakan dengan melakukan
pembelian yang berlebihan dan berulang.

Berdasarkan pemaparan  di atas, maka dalam penelitian ini kami ingin


mengetahui lebih lanjut apakah faktor kesepian dapat memengaruhi perilaku
konsumtif mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang
angakatan 2020.
4

B.     RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif pada


mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2020? 

C.    TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan


perilaku konsumtif pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro angkatan 2020.

D.    MANFAAT PENELITIAN

1.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu


psikologi pada umumnya, khususnya psikologi klinis berkaitan dengan kesepian
dan psikologi perkembangan berkaitan dengan perilaku konsumtif pada remaja
akhir.

2.      Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi  manfaat bagi:

a. penulis, yaitu untuk menambah wawasan dan pengalaman secara langsung


terkait hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif.
b. peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
konsumtif pada mahasiswa, bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini.
c. orang tua, diharapkan dapat menjadi wawasan dan pengetahuan serta dapat
memberikan pengawasan terhadap anak terkait dengan perilaku konsumtif.
5

d. pihak-pihak lain yang terkait, yaitu untuk memberi masukan tentang


hubungan kesepian dengan perilaku konsumtif. penelitian ini juga
mengharapkan agar mahasiswa dengan perilaku konsumtif bisa menyadari
dan mempertimbangkan kembali perilaku konsumtif nya yang berlebihan
serta dapat beresiko.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KESEPIAN

1. Definisi Kesepian

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang definisi kesepian.


Perlman dan Perplau (1982) dalam Missasi (2015) mendefinisikan kesepian
sebagai perasaan kehilangan dan juga ketidakpuasan akibat adanya
ketidaksesuaian antara jenis hubungan yang diinginkan oleh seorang
individu dengan jenis hubungan yang dimilikinya.  Brehm dan Kassin
menjelaskan bahwa kesepian adalah adanya perasaan kurang memiliki
hubungan sosial. Hal ini dapat terjadi diakibatkan adanya ketidakpuasan
dengan hubungan sosial yang ada dalam lingkungannya (Brehm, 1992
dalam Putra, 2012).
Selain itu ahli lain menjelaskan bahwa kesepian adalah pengalaman
subjektif yang tidak menyenangkan dimana kualitas dan kuantitas hubungan
sosial yang dimiliki oleh seseorang mengalami penurunan (Peplau &
Perlman, 1998 dalam Hidayati, 2015).

2. Aspek Kesepian

Peplau dan Perlman (1981) dalam Yunitsari (2018), menyebutkan


bahwa terdapat empat aspek kesepian, yaitu:

a.   Afektif

Orang-orang yang kesepian cenderung merasa putus asa, panik,


tidak berdaya, bodoh, benci terhadap diri sendiri, bosan, depresi,
sering cemas, sedih, tertekan, takut, marah, serta bermusuhan dengan
orang lain.

6
7

b.  Kognitif

Pada umumnya, orang yang merasa kesepian kurang dapat


berkonsentrasi secara efektif, menganggap dirinya tidak berarti bagi
siapapun, dan menolak diri sendiri (Itryah, 2009). Mereka terlalu
berhati-hati dan bersikap waspada dalam menghadapi situasi sosial
yang sering kali berujung kesalahan dalam menerjemahkan intensi
orang lain.

c.   Motivasional

Kesepian dapat menciptakan perasaan putus asa yang mendalam


dan sia-sia, yang mendorong orang-orang untuk melakukan interaksi
sosial meski merasa cemas.

d.  Perilaku

Beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh orang yang kesepian


adalah menghindar dari orang lain, makan berlebihan, menangis,
sedikit bertanya dan berbicara dengan orang lain, mudah mengganti
topik pembicaraan, serta berhenti lama sebelum memulai pembicaraan
selanjutnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Burns (1998) dalam Indrawati dan Fauziah (2010) menyatakan bahwa


faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian antara lain: 

a.   Adanya perasaan rendah diri

Sebagian besar individu yang memiliki perasaan rendah diri akan


merasa malu dan kesepian. Hal tersebut dapat terjadi karena individu
akan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain yang tampak
lebih cerdas, lebih mempesona dan lebih menarik. Hal tersebut
8

membuat individu merasa serba kurang dan menyimpulkan bahwa


individu tidak berharga atau tidak patut disayangi.

b.  Perfeksionisme pribadi

Harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri dapat


menimbulkan kesepian. Hal tersebut juga disebabkan karena banyak
individu yang kesepian mengira bahwa sifat-sifat seperti pesona,
kecerdasan, daya tarik, popularitas dan sukses adalah syarat untuk
membangun persahabatan atau hubungan kasih sayang sehingga
individu yang merasa tidak dapat memenuhi standar tentang
keindahan dan daya tarik mengira tidak layak disenangi dan menderita
kesepian. 

c.   Rasa malu dan kecemasan sosial

Sebagian besar individu yang kesepian merasa canggung bila


berada dalam kelompok manusia. Terkadang individu percaya bahwa
perasaan tegang dan tidak percaya diri itu memalukan dan mereka
mencoba menyembunyikannya dan membuat mereka merasa tidak
nyaman. Sebenarnya yang menimbulkan masalah bukanlah perasaan
malu tersebut, melainkan ketidakmampuan mereka menerima diri
sendiri. 

d.  Rasa tidak mempunyai harapan

Sebagian besar individu yang merasa tidak mempunyai harapan


untuk mengembangkan diri di suatu lingkungan akan mengalami
kesepian. Individu mengira bahwa mereka tidak mempunyai apa yang
diperlukan untuk berhubungan akrab dengan orang lain. 

e.   Rasa terasing dan terkucil


9

Individu yang mengalami kesepian mengalami kesulitan dalam


berteman dan menemukan kelompok pertemanan yang akan mereka
tuju. Individu mengira orang tidak akan berminat pada dirinya dan
tidak akan mau menerimanya bila mereka telah mengetahui dirinya
dengan baik. 

Peplau & Perlman dalam Watson, dkk. (1988) dalam Indrawati dan
Fauziah (2010) mengemukakan beberapa penyebab kesepian, yaitu: 

a. Faktor situasional, yaitu kejadian-kejadian khusus yang dapat memicu


kesepian berkaitan dengan perubahan dalam hubungan sosial, sebagai
contoh berakhirnya suatu hubungan yang akrab, berpisah dengan orang
tua, atau kelompok yang dekat, serta perubahan status.
b. Faktor personal atau kepribadian Individu yang kesepian cenderung lebih
introvert dan pemalu, lebih sensitif, dan kurang asertif. Individu yang
kesepian sering memiliki keterampilan sosial yang buruk dan memiliki
self esteem (harga diri) yang rendah.
c. Keyakinan yang dipegang banyak orang, sebagai contoh perayaan hari
raya, adalah masa-masa kesepian bagi orang-orang yang tidak mempunyai
keluarga, karena masyarakat beranggapan bahwa masa libur hari raya
adalah waktu untuk keluarga.

4. Kesepian pada Remaja Akhir dan Kaitannya dengan Kesepian

Umumnya usia mahasiswa untuk strata satu (S1) berkisar 18-24 tahun.
Artinya, mereka berada pada masa remaja akhir dan dewasa awal atau di
antara keduanya, yakni transisi dari remaja ke dewasa (Hurlock, 1980
dalam Hidayatulloh, 2014). Sebuah survei besar yang dilakukan oleh Parlee
(1979) membuktikan bahwa 79 persen remaja menyatakan mereka
terkadang atau sering merasa kesepian, dibandingkan dengan dengan 53
persen orang dengan usia 45-54 tahun dan 37 persen orang berusia 55 tahun
ke atas (Taylor, Peplau, & Sears, 2000).
10

Perasaan kesepian meningkatkan motivasi remaja untuk berbelanja


(Davis & Seepersad, 2010 dalam Rengganis, Yusuf, & Hardjono, 2016).
Fromm (2008) menyatakan individu yang kesepian mengurangi perasaan
cemas dan bosan yang dirasakan dengan melakukan pembelian yang
berlebihan dan berulang (Rengganis, Yusuf, & Hardjono, 2016).

B. PERILAKU KONSUMTIF

1. Definisi Perilaku Konsumtif

Menurut Wahyudi (dalam Kanserina, 2015)  menyatakan bahwa


perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang tidak lagi berdasarkan
pada pertimbangan yang rasional, kecenderungan materialistik, hasrat
yang besar untuk memiliki benda-benda mewah dan berlebihan dan
penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal dan didorong oleh
semua keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. Perilaku
konsumtif merupakan kecenderungan manusia dalam melakukan konsumsi
yang tiada batas, atau membeli sesuatu barang secara berlebihan dan tak
terencana dengan baik. (Imawati, dkk. dalam Mawo, Thomas, & Sunarto,
2017).
Tambunan (dalam Fitriyani, Widodo, & Fauziah, 2013) menjelaskan
bahwa perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk megonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan, secara berlebihan,
untuk mencapai kepuasan maksimal. Sumartono (dalam Dikria & Minarti,
2016) mengartikan perilaku konsumtif sebagai suatu tindakan memakai
produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai
seseorang telah menggunakan produk jenis  yang  sama dari merek lainnya
atau dapat disebutkan, membeli barang karena adanya hadiah yang
ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai
barang tersebut.
11

2. Aspek Perilaku Konsumtif

Menurut Rasimin (dalam Lestari, 2006 dalam Sinaga, 2017), aspek-


aspek perilaku konsumtif yaitu:
a. Aspek motif 
Aspek motif ini meliputi dorongan-dorongan yang bersifat rasional
maupun yang irasional, ikut-ikutan dan uji coba. Pada awalnya
dorongan konsumen untuk melakukan tindakan pemilihan diantara
berbagai macam produk dipengaruhi oleh kualitas produk yang
dianggap paling baik ataupun harganya yang cukup terjangkau. Namun
kenyataanya sering kali pertimbangan tersebut bukan hanya sekedar
kualitas dan faktor marketing-nya, tapi terdapat dorongan lain yang
akan mempengaruhi keputusan dalam membeli yang lebih bersifat
psikologis, sehingga dalam pembelian produk pun akan menimbulkan
dasar pertimbangan yang irrasional dan lebih bersifat emosional.

b. Aspek Kemutakhiran Mode 


Pada aspek ini konsumen membeli produk yang mencakup macam-
macam barang dan jasa yang sedang populer atau digemari oleh orang
banyak, sehingga orang lebih cenderung beranggapan bahwa dirinya
prestisius bila membeli produk-produk dengan merek tertentu. 

c. Aspek Inferiority Complex 


Pada aspek inferiority complex ini seorang individu akan membeli
produk dengan dipengaruhi oleh masalah harga diri yang rendah,
kurang percaya diri, gengsi, konsumen yang tidak yakin dengan
dirinya sendiri maka dia akan membeli produk dengan tujuan simbol
status pribadi
12

3. Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal


dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal
Faktor internal ini juga terdiri atas dua aspek, yaitu faktor psikologis dan
faktor pribadi.
1. Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam
bergaya hidup konsumtif. Faktor psikologis terbagi menjadi tiga, yaitu
motivasi, persepsi, dan sikap pendirian atau kepercayaan. Motivasi
dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu
produk, barang atau jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa
menggunakan faktor rasionalnya. Persepsi berhubungan erat dengan
motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak
akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara
rasional.  Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh
kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang
berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan
terjadinya perilaku konsumtif. (Kotler, 2000 dalam Shaffatallah dan
Azmi, 2012)
2. Faktor Pribadi. Menurut Kotler (2000) dalam Shaffatallah dan Azmi
(2012), keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi yang meliputi:
a) Usia, pada usia remaja kecenderungan seseorang untuk berperilaku
konsumtif lebih besar daripada orang dewasa. Tambunan (2001) dalam
Shaffatallah dan Azmi (2012), menambahkan bahwa remaja biasanya
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan
cenderung boros dalam menggunakan uangnya.
b) Pekerjaan, mempengaruhi pola konsumsinya. Seseorang dengan pekerjaan
yang berbeda tentunya akan mempunyai kebutuhan yang berbeda pula.
13

Dan hal ini dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif untuk


menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
c) Keadaan Ekonomi. Orang yang mempunyai uang yang cukup akan
cenderung lebih senang membelanjakan uangnya untuk membeli barang
barang, sedangkan orang dengan ekonomi rendah akan cenderung hemat. 
d) Kepribadian. Kepribadian dapat menentukan pola hidup seseorang,
demikian juga perilaku konsumtif pada seseorang dapat dilihat dari tipe
kepribadian tersebut.
e) Jenis kelamin. Jenis kelamin mempengaruhi kebutuhan membeli, karena
remaja putri cenderung lebih konsumtif dibandingkan dengan pria.
(Tambunan, 2001 dalam Shaffatallah dan Azmi, 2012)
b. Faktor Eksternal
Perilaku konsumtif pada remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan di
mana ia tinggal. Hal yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah
kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga.
1. Kebudayaan
Budaya dapat didefinisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku
dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Mangkunegara, 2002
dalam Shaffatallah & Azmi, 2012). Manusia dengan kemampuan akal
budaya telah mengembangkan berbagai macam sistem perilaku demi
keperluan hidupnya. Kebudayaan adalah determinan yang paling
fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang (Kotler, 2000 dalam
Shaffatallah & Azmi, 2012).
2. Kelas sosial
Pada dasarnya manusia di Indonesia dikelompokkan dalam tiga golongan
yaitu: golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Perilaku
konsumtif antara kelompok sosial satu dengan yang lain akan berbeda,
dalam hubungannya dengan perilaku konsumtif Pengelompokkan
masyarakat di atas dibuat berdasarkan kriteria kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Unsur pokok dalam pembagian kelas
14

dari masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan. (Mangkunegara,


2002 dalam Shaffatallah & Azmi, 2012)
a) Keluarga
Keluarga sangat penting dalam perilaku membeli karena keluarga adalah
pengaruh konsumsi untuk banyak produk. Selain itu keluarga dapat
didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya
sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan
membeli (Mangkunegara, 2002).

C. Hubungan Dinamika Psikologis antara


Kesepian dengan Perilaku Konsumtif

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif pada mahasiswa salah satunya


adalah keadaan emosional. Keadaan emosional individu berpengaruh pada
pengambilan keputusan, persepsi, pemrosesan informasi pemilihan produk dan
pengambilan resiko dalam perilaku konsumen. Salah satu keadaan emosional
yang cenderung timbul pada mahasiswa adalah perasaan kesepian. Perasaan
kesepian yang dialami mahasiswa baru merupakan manifestasi dari kegagalan
mereka dalam melaksanakan tugas perkembangan remaja yaitu menjalin
hubungan yang baru dan matang dengan teman sebaya. Dalam hal ini, mahasiswa
belum menemukan teman yang baru untuk membantu dalam beradaptasi di dunia
perkuliahan. Perasaan kesepian meningkatkan motivasi mahasiswa baru untuk
berbelanja. Individu yang kesepian cenderung mengurangi perasaan cemas dan
bosan yang dirasakan dengan melakukan pembelian yang berlebihan dan
berulang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa individu dengan tingkat
kesepian yang tinggi cenderung lebih konsumtif dan individu dengan tingkat
kesepian yang rendah kurang berperilaku konsumtif.

D. Hipotesis Penelitian
15

Hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa baru


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2020.

H1: Ada hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa
baru Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2020.

H0: Tidak ada hubungan antara kesepian dengan perilaku konsumtif pada
mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2020
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut.

1.  Variabel tergantung : Kesepian

2.  Variabel bebas : Perilaku Konsumtif

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1.      Kesepian

Kesepian adalah suatu pengalaman tidak menyenangkan, disebabkan oleh


adanya ketidaksesuaian antara jenis hubungan yang diinginkan dengan jenis
hubungan yang dimilikinya serta tidak adanya keeratan pada relasi yang sedang
dijalani sehingga memunculkan perasaan negatif seperti merasa bosan,
menganggap dirinya tidak berarti, putus asa dalam hubungan sosial, serta
menghindari interaksi dengan orang lain. Kesepian dapat diukur menggunakan
skala psikologi yang tersusun dari aspek afektif, kognitif, motivasional, dan
perilaku. Kondisi tersebut dapat berupa keadaan sementara yang disebabkan oleh
perubahan drastis dalam kehidupan sosial individu. Hasil skor yang didapatkan
akan menunjukkan bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin
tinggi pula perasaan kesepian yang dialami individu. Sebaliknya, semakin rendah
skor yang diperoleh maka semakin rendah juga perasaan kesepian yang dialami
individu. 

16
17

2.      Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif adalah perilaku yang ditunjukan dengan kecenderungan


tindakan membeli,memiliki, memanfaatkan sesuatu tidak dengan pikiran,tidak
pula dengan pertimbangan rasional dan sifatnya tidak bernilai kebutuhan.
Tindakan individu dalam mengonsumsi maupun membeli barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan dan lebih mementingkan
keinginan daripada kebutuhan serta cenderung boros ketika berbelanja. Kebutuhan
yang dipenuhi bukan merupakan kebutuhan pokok melainkan hanya sekadar
mengikuti arus mode, ingin mencoba produk baru, maupun untuk memenuhi gaya
hidup mewah agar memperoleh pengakuan sosial. Perilaku konsumtif ini juga
dilakukan hanya untuk memuaskan keinginan dan memberikan dia perasaan
senang, bangga, percaya diri, diterima dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya
tanpa memikirkan jumlah uang yang dikeluarkannya. Perilaku konsumtif dapat
diukur melalui skala psikologi yang tersusun dari aspek motif, kemutakhiran
mode, dan inferiority complex. 

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi
Menurut Arikunto (dalam Amir, 2015) populasi adalah seluruh subjek
penelitian. Sedangkan,  menurut Sugiyono (dalam Setiarsih, 2014) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan
2020 sejumlah 370 orang dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan
yang berusia 18 hingga 20 tahun.
Peneliti memilih mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
angkatan 2020 dikarenakan populasi tersebut memasuki usia remaja akhir
18

(18-20) tahun sehingga cenderung lebih konsumtif. Selain itu mahasiswa baru
sedang berada dalam fase penyesuaian diri di dunia perkuliahan sehingga
kemungkinan untuk merasakan kesepian menjadi lebih besar. 

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang, diambil dari rumus slovin
menurut Sugiyono (2017) dalam Abdillah (2017), yaitu sebagai berikut:
 

Keterangan:
N = Jumlah Populasi (370)
e = toleransi error (0,1), margin of error 10%

Setelah mengetahui jumlah sampel, peneliti kemudian menentukan


teknik pengambilan sampel yang kemudian disetujui dengan teknik
probability sampling dengan jenis simple random sampling. Simple
random sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel dimana tiap
anggota populasi diberikan opportunity (kesempatan) yang sama untuk
terpilih menjadi sampel (Arieska & Herdiani, 2018).  Teknik ini mudah
digunakan serta diharapkan mampu menjadi representasi dari populasi
yang diestimasi. Selain itu, teknik ini dipilih karena peneliti menganggap
bahwa populasi yang dalam penelitian ini bersifat homogen. Dalam
mengambil sampel, peneliti akan menyebarkan skala penelitian kepada
beberapa anggota populasi supaya disebarluaskan, kemudian peneliti akan
19

menunggu hingga responden berjumlah sesuai yang dibutuhkan dalam


kurun waktu tertentu.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
self report, atau disebut juga angket/kuesioner. Angket atau kuesioner adalah
teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang
untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh
peneliti (Mardalis, 2008 dalam Atmanta, 2010). Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan akan dituangkan dalam skala psikologi.
Penggunaan skala psikologi dipilih karena penyebarluasannya relatif mudah,
yaitu dapat secara daring, di mana metode ini sangat efektif digunakan di kala
pandemi. Jangkauan penyebaran daring juga luas dan waktu pengisiannya
fleksibel, sehingga memudahkan responden dalam memberikan tanggapan.
Skala penelitian yang akan digunakan adalah model likert dengan ketentuan
jawaban dan peliaian sebagai berikut:

Tabel 1. Ketentuan dan Penilaian Skala

Jawaban Aitem Skor Jawaban Aitem Skor


Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Netral (N) 3 Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5

a. Skala Kesepian
20

Skala kesepian disusun berdasarkan aspek kesepian yang dirumuskan oleh


Peplau dan Perlman (1981) dalam Yunitsari (2018). Skala ini terdiri dari empat
aspek yang kemudian diturunkan menjadi 32 aitem yang meliputi 16 aitem
favorable dan 16 aitem unfavorable.

Tabel 2. Blueprint Skala Kesepian

No. Dimensi Indikator Item Skor Bobot

F U 32 100%
F

a. Perasaan
1.    Afektif cemas dan 12.5%
tertekan 2 2 4
Orang-orang ketika
yang kesepian berada di
cenderung sekitar orang
merasa putus lain 
asa, panik,
tidak berdaya,
bodoh, benci a. Perasaan
terhadap diri takut untuk 12.5%
sendiri, bosan, bersosialisas 2 2 4
depresi, sering i dengan
cemas, sedih, orang lain
tertekan,
takut, marah,
serta
bermusuhan
dengan orang
lain.

a. Kesulitan
untuk fokus
dalam 2 2 4
kegiatan
21

sehari-hari
2.    Kognitif 12.5%

Pada
umumnya, b. Menganggap
orang yang diri sendiri 12.5%
merasa tidak 2 2 4
kesepian mampu
kurang dapat mencapai
berkonsentrasi sesuatu. 
secara efektif,
menganggap
dirinya tidak
berarti bagi
siapapun, dan
menolak diri
sendiri.
Mereka
seringkali
menilai diri
sendiri dan
orang lain
secara negatif.

a. Perasaan
3.    Motivasional putus asa 12.5%
dan sia-sia 2 2 4
Kesepian saat
dapat berinteraksi
menciptakan dengan
perasaan orang sekitar
putus asa
yang
mendalam b. Perasaan
dan sia-sia, cemas saat 12.5% 
yang melakukan 2 2 4
mendorong interaksi
orang-orang sosial
untuk
melakukan
interaksi
sosial meski
merasa cemas.
22

 
a. Kesulitan
4.    Perilaku dalam  
mengobrol 2 2 4
Beberapa dan memulai 12.5%
perilaku yang pembicaraan
ditunjukkan dengan
oleh orang orang lain
yang kesepian
adalah
menghindar
dari orang b. Memiliki
lain, makan perilaku 12.5%
berlebihan, yang pasif  2 2 4
menangis, ketika
sedikit berinteraksi
bertanya dan dengan
berbicara orang lain
dengan orang
lain, mudah
mengganti
topik
pembicaraan,
serta berhenti
lama sebelum
memulai
pembicaraan
selanjutnya.

b. Perilaku Konsumtif

Skala perilaku konsumtif disusun berdasarkan aspek perilaku konsumtif


yang dikemukakan oleh Rasimin (dalam Lestari, 2016 dalam Sinaga, 2017). Skala
ini terdiri dari tiga aspek yang kemudian diturunkan menjadi 36 aitem yang
meliputi 18 aitem favorable dan 18 aitem unfavorable.

Tabel 3. Blueprint Skala Konsumtif

No. Dimensi Indikator Item Sko Bobot


23

F U 36 100
F %

a. Membeli sebuah
1.   Motif produk setelah 3 3 6 16,67
melihat orang %
Meliputi lain memakai
dorongan- produk yang
dorongan sama.
yang bersifat
rasional
maupun yang b. Melakukan
irasional, pembelian 3 3 6 16,67
ikut-ikutan produk merek %
dan uji coba. berbeda untuk
coba-coba
walaupun telah
memiliki produk
dengan fungsi
yang sama..

a. Mahasiswa
2.    Kemutakhir membeli produk 3 3 6 16,67
an mode dengan merek %
tertentu yang
Mencakup dianggap  
macam- prestissus oleh
macam kebanyakan
barang dan orang
jasa yang
sedang
populer atau b. Kecenderungan
digemari untuk memilih 3 3 6 16,67
oleh orang produk baru yang %
banyak, sedang populer 
sehingga
orang lebih
cenderung
beranggapan
24

bahwa dirinya
prestissius bila
mengkonsumsi
a. Membeli produk
3.    Inferiority untuk 3 3 6 16,67
Complex meningkatkan %
status sosial di
Berkaitan mata masyarakat.
dengan
masalah
harga diri
yang rendah, b. Membeli produk
kurang karena gengsi     16,67
akibat merasa %
percaya diri, 3 3
gengsi, diremehkan.
6
konsumen
yang tidak
yakin dengan
dirinya
sendiri maka
dia akan
membeli
produk
dengan
tujuan
simbol status
pribadi.

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Uji coba validitas dilakukan menggunakan program SPSS.  Teknik


pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor
25

total adalah penjumlahan dari keseluruhan item.  Item-item pertanyaan yang


berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu
memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap . Jika r
hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Selain uji validitas, ada juga uji reliabilitas. Tinggi rendahnya reliabilitas,
secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien
reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati angka
1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan
jika ≥ 0.700. Pengujian reliabilitas item dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk  skala. Jika alpha > 0.90
maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi.
Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka
reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak
reliabel.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah kuantitatif korelasi untuk
menemukan apakah ada hubungan antara variabel dependen (kesepian) dan
independen (perilaku konsumtif). Untuk membantu menganalisis data yang
didapat dari sampel, peneliti menggunakan program olah data SPSS. 

Peneliti akan lebih dulu melakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji
linearitas untuk menentukan teknik lanjutan yang akan digunakan, yaitu
parametrik atau non-parametrik. Jika data yang diuji ternyata linier dan normal,
maka peneliti menggunakan statistik parametrik dengan uji pearson. Jika data
tidak memenuhi syarat normal maupun linear, peneliti akan menggunakan statistik
non-parametrik dengan uji rank spearman untuk mengetahui hubungan antara
variabel X (kesepian) dan variabel Y (perilaku konsumtif)
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M.R. (2017). Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Sanksi Pajak, dan


Pelaksanaan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei
pada 5 Kantor Pelayanan Pajak di Kota Bandung dan Kabupaten
Cianjur). [Skripsi tidak dipublikasikan]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pasundan, Bandung. Audrey

Amalia, N. (2016). Hubungan antara Harga Diri dengan Perilaku Konsumtif


pada Mahasiswa. [Skripsi tidak dipublikasikan]. Fakultas Psikologi
Universitas  Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Yusfia

Amir, M.F. (2015). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar. In: Seminar
Nasional Pendidikan : Tema “Peningkatan Kualitas Peserta didik Melalui
Implementasi Pembelajaran Abad 21”, 24 Oktober 2015, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo. Frida

Anggraeni, R, dan Mariyanti, S. (2014). Hubungan antara Kontrol Diri dan


Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul. Jurnal
Psikologi. Vol 12 No 1. Yusfia 

Arieska, K.P. dan Herdiani, N. (2018). Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan


Perhitungan Efisiensi Relatif. Statistika. Vol 6(2): 166-171. Audrey

Atmanta, I.T.S. (2010). Persepsi Penggunaan Desain Interior Perpustakaan di


Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. [Skripsi tidak
dipublikasikan]. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,
Semarang. Audrey 

Dikria, O. dan Mintarti, S.U. (2016). Pengaruh Literasi Keuangan dan


Pengendalian Diri terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Jurusan

26
27

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang


Angkatan 2013. Jurnal Pendidikan Ekonomi. Vol. 9, No. 2. DOI:
https://dx.doi.org/10.17977/UM014v09i22016p128 . Frida 

Fitriyani, N., Fauziah, N. dan Widodo, P. (2013). Hubungan antara Konformitas


dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa di Genuk Indah Semarang.
Jurnal Empati. Vol. 12, No. 1. DOI: https://doi.org/10.14710/jpu.12.1.1-
14 . Intan, Frida

Hidayati, D. S. (2015). Self Compassion dan Loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi


Terapan. Vol. 03, No. 01. Intan 

Hidayatulloh, L.I. (2014). Optimalisasi Fungsi Pembimbing Akademik Bagi


Sukses Studi Mahasiswa (Studi Empiris Pada Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2011). [Skripsi tidak
dipublikasikan]. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah,
Surakarta. Audrey 

Indrawati, E.S. dan Fauziah, N. (2010). Penyesuaian Sosial dan Tingkat Kesepian
Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Psikologi Undip. Project
Report. Fakultas Psikologi Undip. Audrey

Itryah. (2009). Dukungan Sosial dengan Kesepian Pensiunan Pegawai Negeri


Sipil di Kantor Camat Kecamatan Ilir Timur Ii Palembang. Psyche. 3(2):
75-84. ISSN 0216-3985. Audrey 

Kanserina, D. (2015). Pengaruh Literasi Ekonomi dan Gaya Hidup terhadap


Perilaku Konsumtif Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Undiksha
2015. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, Vol. 5, No. 1. DOI:
http://doi.org/10.23887/jjpe.v5i1. Frida 

Kristanti, N. (2008). Hubungan antara Konsep Diri dan Perilaku Konsumtif


terhadap Pakaian pada Siswi SMU Stella Duce 2 YOGYAKARTA.
28

[Skripsi tidak dipublikasikan]. Fakultas Psikologi Universitas Sanata


Dharma Yogyakarta, Yogyakarta. Erica 

Mawo, T., Thomas, P. dan Sunarto. (2017). Pengaruh Literasi Keuangan, Konsep
Diri, dan Budaya terhadap Perilaku Konsumtif Siswa SMAN 1 Kota
Bajawa. Journal of Economic Education. Vol. 6, No. 1. DOI:
https://doi.org/10.15294/jeec.v6i1.14702 . Frida

Missasi, V. 2015. Hubungan antara Kualitas Persahabatan dan Self Esteem


dengan Loneliness. [Skripsi tidak dipublikasikan]. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau. Intan 

Pramitha, R. (2018) .Hubungan Kesejahteraan Psikologis dengan Kesepian Pada


Mahasiswa yang Merantau di Yogyakarta. [Skripsi tidak dipublikasikan].
Fakultas Psikologi Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, Yogyakarta. Erica 

Pratama, H.S. (2017). Hubungan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif


terhadap Merchandise Liverpool pada Anggota Suporter Klub Sepakbola
Liverpool di Bekasi. Jurnal Psikologi. Vol. 10 No. 2. Intan 

Putra, D. K. (2012). Hubungan antara Kesepian dengan Kecenderungan


Kecanduan Internet pada Dewasa Awal. [Skripsi tidak dipublikasikan].
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang. Intan

Rengganis, N., Munawir Y., dan Hardjono. (2016). Hubungan antara Stereotip
Daya Tarik Fisik dan Kesepian dengan Perilaku Konsumtif terhadap
Produk Kosmetik pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret. Jurnal Psikologi. 8(16): 1-14. DOI:

https://doi.org/10.13057/wacana.v8i1 Audrey 

Setiarsih, A.T.A. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Campuran


dan Reksa Dana Saham dengan Menggunakan Metode Indeks Sharpe.
29

[Skripsi tidak dipblikasikan]. Universitas Pendidikan Indonesia,


Bandung. Frida

Shaffatallah dan Azmi, A.Z.D.U. (2012). Hubungan Kepercayaan Diri


Mahasiswa Baru dengan Perilaku Konsumtif Remaja di Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. [Skripsi tidak
dipublikasikan]. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
Malang. Intan 

Sinaga, I.K. (2017). Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Konsumtif Pria
Metroseksual pada Aparat Kepolisian Tajung Morawa. [Skripsi tidak
dipublikasikan]. Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, Medan.
Audrey

Taylor, S.E., Peplau, L.A., dan Sears, D.O. (2000). Social Psychology.  New
Jersey: Prentice-Hall, Inc. Audrey

Yunita, R. (2014). Hubungan antara Self Esteem dengan Perilaku Konsumtif


Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. [Skripsi tidak
dipublikasikan]. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.  Erica

Yunitsari, R. (2018). Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan


Kesepian pada Remaja Akhir. [Skripsi tidak dipublikasikan]. Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana, Yogyakarya. Audrey
30
LAMPIRAN

Lampiran A. Lembar Kontribusi

No Nama (NIM) Partisipasi


.

 Membuat manfaat praktis


1. Erica Yuliani Putri  Mengerjakan bagian hubungan
dinamika psikologis antara kesepian
(15000119110040) dengan perilaku konsumtif
 Membuat hipotesis
 Bersama-sama membuat definisi
operasional kedua variabel
 Mengerjakan uji homogenitas pada
uji asumsi dan uji korelasi
 Bersama-sama merumuskan blueprint
dan skala psikologi

 Membuat rumusan masalah


2. Audrey Putri Kristiyanto  Mengerjakan bagian aspek kesepian
(15000119120044)  Mengerjakan bagian faktor yang
memengaruhi kesepian
 Mengerjakan bagian kesepian pada
remaja akhir dan kaitannya dengan
perilaku konsumtif
 Mengerjakan bagian aspek perilaku
konsumtif
 Bersama-sama membuat definisi
operasional untuk kedua variabel
 Merumuskan sampel, metode
pengumpulan data, serta analisis data
 Bersama-sama merumuskan blueprint
dan skala psikologi
 Melakukan uji pearson dalam latihan
operasi SPSS
 Finishing (bersama Intan)

 Menyusun bagian kata pengantar


3. Frida Muna Arifia  Mengerjakan bagian definisi perilaku
(15000119120068) konsumtif

31
32

 Bersama-sama membuat definisi


operasional perilaku konsumtif
 Mengerjakan bagian definisi populasi
 Bersama-sama merumuskan populasi
 Bersama-sama merumuskan blueprint
dan skala psikologi
 Mengerjakan bagian validitas dan
reliabilitas alat ukur

 Membuat tujuan penelitian m


4. Intan Nabila Nurazizah  Mengerjakan bagian definisi kesepian
(15000119130096  Mengerjakan bagian faktor perilaku
konsumtif
 Bersama-sama membuat definisi
operasional variabel konsumtif
 Bersama-sama mengerjakan latar
belakang
 Bersama-sama merumuskan populasi
 Bersama-sama merumuskan blueprint
dan skala psikologi
 Melakukan uji normalitas pada dalam
latihan operasi SPSS
 Finishing (bersama Audrey)

 Membuat latar belakang 


5. Yusfia Salma Ramadhani  Mengerjakan bagian manfaat 
(15000119120064)  Bersama-sama mengerjakan bagian
definisi operasional dari kedua
variabel
 Bersama-sama merumuskan blueprint
dari skala psikologi baik perilaku
konsumtif maupun kesepian 
 Mengerjakan uji linearitas pada uji
asumsi 
 Mengerjakan uji komparasi pada uji
beda
33

Lampiran B. Tabel 4. Aitem Skala Kesepian

No. Dimensi Indikator Aitem

Favorable Unfavorable

1.    Afektif a)  Perasaan Saya merasa Saya merasa


cemas dan gemetar jika lebih bahagia
Orang-orang tertekan berada di jika berada di
  yang ketika keramaian sekitar banyak
kesepian berada di orang
  cenderung sekitar
merasa orang lain
putus asa,
panik, tidak Saya merasa   Saya lebih
berdaya, minder jika percaya diri
bodoh, benci bertemu ketika berada
terhadap diri dengan banyak di keramaian
sendiri, orang
bosan,
depresi,
sering b)  Perasaan Saya merasa Saya mudah
cemas, takut untuk sulit bergaul
sedih, bersosialis bersosialisasi dengan orang
tertekan, asi dengan dengan orang yang baru saya
takut, orang lain lain secara kenal
marah, serta langsung
bermusuhan
dengan
orang lain.
Saya tidak Saya suka
  mempunyai berteman
banyak teman dengan banyak
orang 
34

2.    Kognitif a)  Kesulitan Saya sering Saya akan


untuk lupa menaruh berkonsentrasi
Pada fokus barang. penuh ketika
  umumnya, dalam mengerjakan
orang yang kegiatan sesuatu.
  merasa sehari-hari
kesepian  
kurang dapat
berkonsentra
si secara
Saat dosen Saya mampu
efektif,
memberikan berpikir cepat
menganggap
materi, saya dalam
dirinya tidak
cenderung menyelesaikan
berarti bagi
mengabaikann masalah.
siapapun,
ya.
dan menolak
diri sendiri.
Mereka
seringkali b) Menganggap Saat sedang Saya mampu
menilai diri diri sendiri sendiri, saya mengembangk
sendiri dan tidak hanya an potensi
orang lain mampu memikirkan dalam diri
secara mencapai kekurangan saya.
negatif. sesuatu.  yang saya
miliki.
 

Saya merasa Saya tetap


pesimis saat berpikir positif
mengikuti dalam keadaan
kompetisi. apapun.

3.    Motivasiona a)  Perasaan Saya merasa Saya merasa


l putus asa tidak tertarik nyaman saat
dan sia- untuk berinteraksi
  Kesepian sia saat berinteraksi dengan orang
dapat berintera dengan orang sekitar 
  menciptakan ksi sekitar 
perasaan dengan
putus asa orang
yang sekitar
mendalam Saya merasa Saya
dan sia-sia, tidak memiliki bersemangat
35

gairah saat ketika


berinteraksi berinteraksi
dengan orang dengan orang
sekitar sekitar 

b)  Perasaan Saya merasa Saya merasa


cemas gelisah saat enjoy saat
saat ingin melakukan
melakuka melakukan interaksi sosial
yang n interaksi sosial
mendorong interaksi
orang-orang sosial
untuk
melakukan Saya merasa Saya merasa
interaksi gundah saat senang saat
sosial meski ingin ingin
merasa cemas. melakukan melakukan
interaksi sosial interaksi
  sosial 

 
4.    Perilaku a)  Kesulitan Saya kesulitan Saya mampu
dalam dalam menemukan
Beberapa mengobrol dan menentukan bahasan
  perilaku memulai topik pembicaraan
yang pembicaraan pembicaraan menarik
  ditunjukkan dengan orang ketika dengan cepat
oleh orang lain mengobrol ketika
yang dengan orang berbincang
kesepian lain. dengan orang
adalah lain.
menghindar
dari orang
lain, makan
berlebihan, Saya merasa Saya tidak
menangis, kurang percaya keberatan
sedikit diri untuk untuk
bertanya dan memulai mengawali
berbicara obrolan dengan pembicaraan
dengan orang lain. dengan orang
orang lain, lain.
36

b)  Lebih Saat bertemu Saya sangat


merasa teman lama, antusias saat
nyaman ketika saya merasa bertemu orang
sendirian cemas dan baru.
daripada pasif.
bertemu orang
lain
Saya sering Saya akan 
mudah melamun saat memberi saran
mengganti orang lain dan perhatian
topik berbicara pada orang
pembicaraan, dengan saya. lain yang
serta berhenti menceritakan
lama sebelum masalahnya
memulai kepada saya.
pembicaraan
selanjutnya.

Lampiran C. Tabel 5. Aitem Skala Perilaku Konsumtif

No. Dimensi Indikator Aitem

Favorable Unfavorable

1.    Motif a)  Membeli Saya membeli Saya kurang


sebuah produk produk yang peduli dengan
  Meliputi setelah melihat di-endorse iklan-iklan
dorongan- orang lain influencer beredar di
  dorongan memakai walaupun sosial media.
yang produk yang tidak
bersifat sama. membutuhkan
rasional nya.
maupun
irasional,
ikut-ikutan
dan uji Saya merasa Apabila teman
coba. butuh untuk saya
membeli atau merekomendas
memiliki ikan suatu
37

. barang-barang produk, saya


yang sama akan membeli
  dengan hanya bila
teman. merasa perlu.

Saya merasa Menurut saya,


jika tidak mengikuti
membeli gaya
barang-barang berbelanja
yang dipakai orang lain
orang lain yang tidak
berarti saya sesuai diri
ketinggalan saya adalah
zaman. hal yang
melelahkan.

b)  Melakukan Saya membeli Tidak mudah


pembelian produk bagi saya
produk merek setelah untuk
berbeda untuk mencoba terpengaruh
coba- tester di promosi dari
cobawalaupun tempat sales-sales di
telah memiliki perbelanjaan tempat
produk dengan padahal saya perbelanjaan.
fungsi yang sudah
sama.. memiliki
produk
dengan fungsi
yang sama.

Saya merasa Bagi saya,


harus memiliki satu
memiliki merek untuk
berbagai satu barang
merek untuk dengan fungsi
satu barang dan
yang sama. karakteristik
yang sama
sudah cukup.
38

Saya membeli Saya


produk merek melakukan
lain dengan pembelian
fungsi yang ulang suatu
sama untuk barang jika
coba-coba barang
walaupun tersebut telah
produk yang habis atau
sama miliki rusak.
belum habis
atau rusak.

2.    Kemutakhi a)  Membeli Saya Saya membeli


ran Mode produk dengan membeli produk sesuai
  merek tertentu produk dengan
Mencakup yang dianggap dengan merek kebutuhan dan
  macam- prestissus oleh ternama budget yang
macam orang lain  walaupun saya miliki
barang dan tidak sesuai
jasa yang dengan  
sedang budget yang
popular saya miliki
atau
digemari
oleh orang
banyak, Saya Saya membeli
sehingga membeli produk dengan
orang lebih produk impor melihat
cenderung dengan kualitas dan
beranggapa kualitas yang daya gunanya
n bahwa sama dengan
dirinya produk lokal
prestissius tetapi lebih
bila mahal
mengkonsu harganya
msi karena
produk- dianggap
produk lebih
dengan prestissius
merek
tertentu.
Saya Saya membeli
membeli produk dengan
39

produk model yang


dengan merek saya sukai
designer
walaupun
saya tidak
menyukai
model
tersebut

b)  Saya lebih Saya memilih


Kecenderunga memilih produk yang
n untuk produk yang sesuai dengan
memilih terkenal kebutuhan
produk baru ketika
yang sedang shopping 
popular

Saya suka Saya selalu


membeli menghemat
barang yang uang untuk
mahal ditabung

Saya selalu Saya tidak


membeli terlalu
produk mengikuti
keluaran mode
terbaru

3.    Inferiority a)  Membeli Saya tetap Saya makan


Complex produk untuk makan di di tempat yang
  meningkatka tempat menghidangka
Berkaitan n status sosial mewah n makanan
  dengan dimata walaupun enak dengan
masalah masyarakat makanannya harga wajar 
harga diri tidak “worth
yang it”
rendah,
kurang
percaya
Saya Saya membeli
40

diri, gengsi,
konsumen membeli baju baju dengan
yang tidak dengan merek merek yang
yakin dengan yang sewajarnya
dirinya dainggap  sesuai
sendiri maka branded oleh kebutuhan
dia akan masyarakat
membeli
produk
dengan Saya Saya membeli
tujuan menganggap perhiasan
simbol status bahwa sebagai
pribadi. membeli tabungan dan
perhiasan juga investasi
 
akan masa depan
  meningkatkan
status sosial
saya

b)  Membeli Saya membeli Saya tetap


produk barang percaya diri
karena gengsi mewah agar saat
akibat merasa saya percaya mengenakan
diremehkan diri ketika barang apapun
mengenakann selama itu
ya nyaman
digunakan

 Saya   Saya
membeli membeli
kendaraan kendaraan
mewah  sesuai dengan
kebutuhan

Saya Saya
menganggap menganggap
bahwa barang bahwa simbol
yang saya beli dari diri saya
dan kenakan adalah diri
adalah simbol sendiri serta
41

dari diri saya perilaku saya


terhadap orang
lain 

Lampiran D. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Signifikansi 0,2. ( > 0,05.) berarti data normal.

2. Uji Linearitas
42

Berdasarkan nilai signifikansi (Sig): dari output di atas, diperoleh nilai


Deviation from Linearitas Sig. adalah 0,008. < 0,05. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan linear yang signifikan antara variabel perilaku
konsumtif (X) dengan variabel kesepian (Y). 

3. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas diatas menghasilkan dua tabel yaitu tabel Test of


Homogeneity of Variances dan tabel Anova. Berdasarkan hasil data diatas
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000. < 0,05.
sehingga dapat disimpulkan pengujian ini mempunyai varian tidak homogen.

4. Uji Korelasi (Uji Pearson)


43

Berdasarkan nilai signifikansi Sig. (2-tailed) dari tabel output di atas diketahui
nilai Sig. (2-tailed) antara Kesepian (X) dan Perilaku Konsumtif (Y) adalah
sebesar 0,000. < 0,05. yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara
variabel kesepian dengan variabel perilaku konsumtif. 

Lampiran E. Uji Komparasi

1. Uji Normalitas 

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa antara laki-


laki dan perempuan tidak terdapat perilaku konsumtif yang signifikan. Dimana
untuk data laki-laki sig 0,004. < 0,05. dan untuk perempuan sig 0,009. < 0,05.
Maka data ini berdistribusi tidak normal. 

2. Uji Homogenitas 
44

Pengujian homogenitas diatas menghasilkan dua tabel yaitu tabel Test of


Homogeneity of Variances dan tabel Annova. Berdasarkan hasil data diatas
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,794. nilai signifikansi 0,794. >  0,05.,
sehingga dapat disimpulkan pengujian ini mempunyai varian homogen.

3. Uji Komparasi (Mann-Whitney Test) 


45

Berdasarkan data di atas setelah dilakukan Uji Komparasi Mann-Whitney,


dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,000 < 0,05. Maka
kesimpulannya adalah H1 diterima (H0 ditolak). Artinya terdapat perbedaan
antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan berkaitan dengan perilaku
konsumtif secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai