Oleh
Kelompok 1:
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak dan agar
dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah
membebaskan kita dari jaman jahiliyah.
Penulis berharap setelah para pembaca membaca makalah ini dapat mengetahui dan
memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada anak dengan child abus: bullying serta
pengetahuan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis menerima berbagai kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bullying 3
B. Jenis-Jenis Bullying 4
C. Penyebab Bullying 5
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian bullying?
2. Apa saja Jenis-Jenis bullying?
3. Apa saja penyebab bullying?
4. Apa saja dampak dari bullying?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi bullying?
6. Bagaimana karakteristik korban dan pelaku bullying?
7. Bagaimana pencegahan terhadap bullying?
8. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying?
9. Bagaimana asuhan keperawatan bullying?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian bullying
2. Mengetahui Jenis-Jenis bullying
3. Mengetahui penyebab bullying
4. Mengetahui dampak dari bullying
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi bullying
6. Mengetahui karakteristik korban dan pelaku bullying
7. Mengetahui pencegahan terjadj bullying
8. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi bullying
9. Mengetahui asuhan keperawatan bullying
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata Bull yang berarti banteng
yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata
bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying sebagai
"kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau
kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi di
mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma
atau depresi dan tidak berdaya." Bullying biasanya dilakukan berulang sebagai suatu
ancaman, atau paksaan dari seseorang atau kelompok terhadap seseorang atau kelompok
lain. Bila dilakukan terus menerus akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, dan
depresi. Kejadian tersebut sangat mungkin berlangsung pada pihak yang setara, namun,
sering terjadi pada pihak yang tidak berimbang secara kekuatan maupun kekuasaan.
Salah satu pihak dalam situasi tidak mampu mempertahankan diri atau tidak berdaya.
Korban bullying biasanya memang telah diposisikan sebagai target. Bullying sering kita
temui pada hubungan sosial yang bersifat subordinat antara senior dan junior.
Bullying adalah gangguan, ‘ancaman’, perlakuan tidak sopan dar i seseorang yang
menganggap dirinya lebih kuat (pelaku) kepada seseorang yang dianggapnya lemah
(korban). Gangguan ini bisa bersifat psikis, fisik, atau bahkan keduanya. Bullying ini
bisa menyebabkan rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh korban yang dilakukan oleh
pelaku. Biasanya kejadian ini berlangsung lama bahkan sampai menahun. Selain perasaan
diatas para korban juga akan merasa tidak senang atau kesal, malu, kecewa, dengan
kejadian yang menimpah mereka. Tapi biasanya korban tidak punya daya untuk
melawan, juga tidak mempunyai keberanian untuk melaporkan kejadian tersebut.
Kejadian bullying sangat sering terjadi di area sekolah.
3
B. Jenis-Jenis Bullying
Jenis – jenis bullying antara lain:
1. Bullying secara verbal
Berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang
bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang
tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga
jenis bullying , bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling
mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat
menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
2. Bullying secara fisik
Yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas
hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang
milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan
mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak
bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur melakukan bullying dalam
bentuk ini kerap merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung beralih
pada tindakan kriminal yang lebih lanjut.
3. Bullying secara relasional (pengabaian)
Biasa digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau
bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara relasional adalah
pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang
bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara
relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi
perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika
remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-
teman sebaya.
4. Bullying elektronik
4
Merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui
sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-
mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya
mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan
oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana
teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
5. Psikis / psikologis
Berupa pelecehan seksual, memfitnah, menghina, menyebarkan gosip,
mengucilkan, dll yang dapat merugikan korban secara mental atau perasaan.
C. Penyebab Bullying
1. Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, etnisitas atau rasisme.
Pada dasarnya, perbedaan (terlebih jika perbedaan tersebut bersifat ekstrim)
individu dengan suatu kelompok dimana ia bergabung, jika tidak dapat disikapi
dengan baik oleh anggota kelompok tersebut, dapat menjadi faktor penyebab
bullying . Sebagai contoh adanya perbedaan kelas dengan anggapan senior – junior,
secara tidak langsung berpotensi memunculkan perasaan senior lebih berkuasa
daripada juniornya. Senior yang menyalah artikan tingkatannya dalam kelompok,
dapat memanfaatkannya untuk mem-bully junior. Individu yang berada pada kelas
ekonomi yang berbeda dalam suatu kelompok juga dapat menjadi salah satu faktor
penyebab bullying . Individu dengan kelas ekonomi yang jauh berbeda dengan kelas
ekonomi mayoritas kelompoknya berpotensi menjadi korban.
2. Tradisi senioritas.
Senioritas yang salah diartikan dan dijadikan kesempatan atau alasan untuk
membully junior terkadang tidak berhenti dalam suatu periode saja. Hal ini tak jarang
menjadi peraturan tak tertulis yang diwariskan secara turun temurun kepada tingkatan
berikutnya. Senioritas, sebagai salah satu perilaku bullying seringkali pula justru
diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat laten. Bagi mereka
keinginan untuk melanjutkan masalah senioritas ada untuk hiburan, penyaluran
dendam, iri hati atau mencari popularitas, melanjutkan tradisi atau menunjukkan
kekuasaan.
c. Penurunan Prestasi
6
Anak yang mengalami bullying biasanya akan kesulitan untuk memusatkan
fokus dan konsentrasinya saat sedang belajar. Korban bullying juga kerap merasa
enggan untuk pergi ke sekolah karena ingin menghindari tindakan penindasan
yang dialaminya. Bila dibiarkan terus-menerus, kondisi tersebut bisa berdampak
pada penurunan prestasi akademik anak.
d. Trust Issue
Trust issue merupakan kondisi ketika seseorang sulit memercayai orang-orang
yang ada di sekitarnya. Kondisi ini rentan dialami oleh korban bullying karena
mereka khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk kembali bila menaruh
kepercayaan terhadap orang lain. Bahkan, bila tidak segera diatasi,
korban bullying yang mengalami trust issue cenderung akan menutup dirinya dan
enggan bersosialisasi dengan orang lain.
e. Memiliki Pikiran untuk Balas Dendam
Dampak bullying terhadap psikologi korban berikutnya adalah memiliki
pikiran untuk balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan
seseorang melakukan tindakan kekerasan pada orang lain untuk melimpahkan
kekesalannya.
f. Memicu Masalah Kesehatan
Selain psikis, tindakan bullying bisa memengaruhi kondisi tubuh terutama bagi
korban yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti luka dan memar.
Bahkan, bullying juga turut memicu stres berkepanjangan sehingga berisiko
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, di antaranya penurunan daya
tahan tubuh, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Perilaku ini pun dapat
memperburuk kondisi anak yang telah memiliki riwayat masalah kesehatan
sebelumnya, seperti gangguan jantung atau penyakit kulit.
2. Dampak Bullying bagi Pelaku
Tak hanya korban, bullying juga berisiko menimbulkan dampak negatif bagi
pelakunya. Adapun sejumlah dampak dari bullying bagi pelaku adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan emosi.
b. Berisiko menjadi pecandu alkohol dan obat-obatan terlarang.
c. Sulit mendapatkan pekerjaan saat beranjak dewasa.
d. Berisiko menjadi pelaku kekerasan dalam lingkungan sosial dan rumah tangga.
8
Kejadian di atas mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting yang
dapat terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab oleh
sekolah terhadap komunitasnya yakni murid, staf, masyarakat sekitar, dan orang tua
murid
4. Faktor kelompok sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying . Kadang kala beberapa anak
melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa
mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
9
G. Pencegahan Terjadi Bullying
Pencegahan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga,
sekolah dan masyarakat.
1. Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :
a. Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying
b. Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya
c. Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi
(melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan,
melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)
2. Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan
memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :
a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama
b. Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan
memperlihatkan cara beinterakasi antar anggota keluarga.
c. Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak
serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi
d. Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap
menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan
e. Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi,
internet dan media elektronik lainnya.
3. Pencegahan melalui sekolah
a. Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada
murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti
bullying”.
b. Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
c. Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah
d. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
e. Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
f. Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah
4. Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang
peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan
Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat : PATBM).
10
H. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Bullying
Tindakan bullying kalau dibiarkan begitu saja nantinya akan terus berlanjut dan
tidak ada selesainya. Maka dari itu, apabila terjadi sebuah tindakan bullying harus
secepatnya diatasi. Hal ini berlaku untuk semua bentuk bullying baik yang dilakukan di
sekolah yaitu tempat paling rawan kasus bullying ataupun di dunia kerja. Cara untuk
mengatasi tindakan bullying antara lain:
1. Tetap tenang, diketahui kebanyakan kasus bully diawali dengan keinginan
memancing reaksi seperti takut, marah, sedih, dan yang lain - lain. Itu sebabnya,
seseorang sebaiknya tidak memberikan reaksi apapun dan tetap tenang saja ketika
dihadapi oleh provokasi pelaku. Hal ini dilakukan untuk mencegah pelaku bullying
merasa puas dengan reaksi yang dari korban atas aksi yang mereka lakukan.
2. Mencari bantuan orang lain, bantuan dari orang terpercaya seperti guru, atasan,
ataupun pihak yang berwenang pastinya akan membuahkan hasil. Bisa berupa
ketenangan hati sampai bantuan berupa pelaporan, sehingga pelaku bisa ditindak
dengan tegas. Perlu diingat bahwa dalam cara yang satu ini peran guru, atasan,
ataupun pihak yang berwenang itu besar. Penanganan yang responsif merupakan
tindakan yang ideal dalam kasus bullying dan aksi tersebut juga dapat mencerminkan
kepedulian mereka dalam menangani kasus tersebut.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan lebih lanjut, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menunjukan kepada pelaku bahwa tindakan mereka itu tidak sepantasnya. Dapat
dilakukan dengan cara menumbuhkan kesadaran bahwa tindakan bullying ini tidak
seharusnya dilakukan dan kemauan untuk menghentikannya.
4. Pendidikan karakter, apabila tindakan bullying sudah terjadi, yang dilakukan
setelahnya atau penanggulangannya juga penting penting untuk memastikan tindakan
bullying tidak terjadi lagi di lingkungan tersebut. Dengan adanya pendidikan
karakter, pengendalian sosial menjadi diperkuat, penerapannya dapat dilihat ketika
pendidik atau atasan menertibkan peserta didik atau bawahan yang berpotensi atau
menunjukan indikasi menjadi pelaku bullying. Tentunya aksi ini juga diikuti dengan
pengawasan dan penanganannya.
5. Mengembangkan budaya damai, setelah terjadinya kasus bullying tidak jarang
ditemukan kasus dimana korban memendam rasa dendam terhadap si pelaku. Maka
dari itu, budaya meminta dan memberi maaf sangat penting. Memang tidak bisa
dipaksakan, aksi meminta maaf oleh pelaku pun harus bersifat tulus dan bukan
karena keharusan, namun dengan lingkungan yang damai, dorongan untuk berdamai
11
yang datang dari lingkungan sekitar. Tentunya akan memberikan pengaruh baik ke
pelaku, dan secara tidak langsung mendorongnya untuk meminta maaf dan berdamai
dengan si korban.
12
e. Aspek psikososial
1) Genogram
Buatlah genogram minimal tigas generasi yang dapat menggambarkan
hubungan pasien dengan keluarga. Jelaskan masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
f. Status mental
1) Citra tubuh
Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai
dan bagia tubuh yang tidak disukai. Tanyakan juga identitas dirinya.
g. Waham
1) Adama : keyakinan pasien terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya.
2) Somatik : pasien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataanya
3) Kebesaran : pasien mempunyai keyakinan berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
4) Curiga : pasien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok,
yang berusahan merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan
secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Nihilistik : pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/mreninggal
yang dinyatakan secara berulang, dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6) Waham yang aneh (bizarre) antara lain sebagai berikut :
a) Sisip pikir, pasien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan di
dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
b) Siar pikir, pasien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak mengatakan kepada orang tersebut yang
dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan harapan.
c) Kontrol pikir, pasien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
13
2. Diagnosis
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa
(trauma,bullying), adalah sebagai berikut :
a. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis,
gangguan psikiatri, penguatan negatif berulang
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental, ketidakmampuan
menjalin hubungan yang memuaskan, ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma, ,
ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
c. Resiko bunuh diri dibuktikan dengan gangguan psikologis (penganiayaan masa
kanak-kanak, gangguan psikiatrik, riwayat bunuh diri sebelumnya)
3. Intervensi
14
No Diagnosis Kriteria hasil Intervensi
B. Saran
Kritik dan saran untuk menghadapi kasus bullying yaitu :
1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problemsolving , manajemen konflik, dan pendidikan karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam
maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru
mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk tercapainya
tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya tindakan bullying antar pelajar di
sekolah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fourwanty, S. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien PTSD ( trauma bullying), Terapi
Hipnosis, dan Asertive Training. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas
Sriwijawa. Diakses pada 21 April 2023
Kusumawardani, T.dkk. 2021. Perilaku Bullying dan Dampak pada Korban. Karya Tulis.
Fakultas ekonomi dan Bisnis. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Diakses pada 21 April 2023. https://repository.upnvj.ac.id/14662/1/Kelompok
%202_Perilaku%20Bullying%20dan%20Dampaknya%20pada
%20Korban_Prospektiv.pdf
Muhopilah, P. & Tentama, F. 2019. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying.
Jurnal psikolog terapan dan pendidikan. 1(2):99-107. Diakses pada 20 April 2023
https://media.neliti.com/media/publications/482094-none-7f89e4f6.pdf.
PPNI, P.S. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta : DPP PPNI
PPNI, P.S. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta : DPP PPNI
Purba, I.W. 2022. Hubungan Perilaku Bullying dengan kesehatan psikologis pada remaja di
SMAN 3 Kota Pematangsiantar. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D3 Keperawatan.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Diakses pada 21 April 2023.
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/5689
17