Anda di halaman 1dari 23

DAMPAK BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL

SISWA

Disusun oleh:
Aryo Bimo A.J. (04)
Farid maulana S. (09)
M Abel A.R. (20)
M Gerald Ath Thaariq (21)

SMAN 1 KASIHAN
Tegal Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Media Sosial terhadap Hasil


Belajar Siswa di SMAN 1 Kasihan ini telah disusun dan disetujui oleh guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Bantul, Februari 2023


Menyetujui,
Guru Bahasa Indonesia Ketua Kelompok

Naning Dwi Rahayu, S.Pd. ………………….


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkah sehingga dapat menyelesaikan penulisan proposal ini dengan
baik. Proposal ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas pelajaran bahasa
indonesia yang diampu oleh Bu Naning. Proposal ini disusun berdasarkan kasus-
kasus yang sering terjadi pada peserta didik di lingkungan sekolah dan tempat
tinggal mereka.
Kami menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Semoga
proposal ini bisa menambah pengetahuan dan memberi manfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................v
A. LATAR BELAKANG...............................................................................v
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................vi
C. TUJUAN....................................................................................................vi
D. MANFAAT................................................................................................vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................vii
A. KAJIAN TEORI.......................................................................................vii
B. PENELITIAN YANG RELEVAN..........................................................xiii
BAB III METODE PENELITIAN................................................................xv
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.................................................xv
B. DATA DANN SUMBER DATA..............................................................xv
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.........................................................xv
D. TEKNIK ANALISIS DATA....................................................................xvi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................xvii
A. HASIL......................................................................................................xvii
B. PEMBAHASAN......................................................................................xviii
BAB V PENUTUP..........................................................................................xx
A. KESIMPULAN..........................................................................................xx
B. SARAN.......................................................................................................xx
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku bullying dari waktu ke waktu masih dianggap sebagai hal
yang menakutkan di kalangan remaja. Bullying merupakan salah satu
kasus yang sering terjadi pada remaja sekolah dan dilakukan atas nama
senioritas. Namun kasus ini tidak ditangani secara optimal. Kasus
bullyingyang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya
intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya, baik secara fisik
maupun non fisik. Bullying adalah sebuah situasi terjadinya
penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok. Bullying adalah bentuk perilaku yang terjadi dengan
keseharian seperti mengolok-olok, memaki, mengancam, memaksa dengan
serangan, mengucilkan, menggunjing di depan umum, menghina sampai
pada batas tertentu memunculkan perilaku kekerasan seperti menarik,
mendorong atau bentuk perilaku agresif lain yang menciptakan korban
merasa terancam, trauma dan tertindas. Bullying saat ini masih menjadi
hal yang menakutkan di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bullying
merupakan perilaku yang tidak terhindarkan di kehidupan sehari-hari,
akan tetapi peilaku bullying tidak bisa dibiarkan begitu saja, jika dibiarkan
begitu saja maka akan menyebabkan dampak yang serius dalam
lingkungan pergaulan terutama pada perkembangan optimal yang berada
pada tahap perkembangan peserta didik. Perilaku bullying sepatutnya
mendapatkan perhatian khusus oleh para praktisi pendidikan. Sebab,
dampak yang ditimbulkan oleh bullying jika dibiarkan akan menjadi fatal.
Bahkan anak bisa bunuh diri karena bullying. Sebagian dari mereka
merasa tertekan karena sering dibully. Korban bullying biasanya
cenderung diam dan tidak mau bercerita tentang tindakan bullying yang
dialami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku bulyying yang ada di sekolah-
sekolah ?
2. Apa dampak yang dihasilkan dari perilaku bulyying tersebut ?
3. Bagaimana upaya sekolah dalam mengatasi perilaku bulyying
tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui bentuk-bentuk bulyying apa saja yang dialami siswa
2. Mengetahui dampak apa saja yang dihasilkan dari perilaku bulyying
tersebut
3. Mengetahui apa saja langkah yang diambil sekolah dalam menangani
perilaku bulyying tersebut
D. Manfaat
Ada 2 manfaat pada penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan tentang bullying di sekolah
2. Manfaat Praktis
A. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan
informasi terkait dengan dampak bullying terhadap mental anak
sekolah.
B. Bagi siswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
dampak dari bulyying.
C. Bagi pembaca, dapat sebagai rujukan dan informasi untuk
melakukan kajian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Bullying
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu “bull” yang
berarti banteng. Secara etimologi kata “bully” berarti penggertak,
orang yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa
Indonesia disebut “menyakat” yang artinya mengganggu,
mengusik, dan merintangi orang lain. Bullying adalah perilaku
agresi atau manipulasi yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal,
atau psikologis; dengan sengaja dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang yang merasa kuat atau berkuasa dengan tujuan
menyakiti atau merugikan seseorang atau sekelompok orang yang
merasa tidak berdaya.
Menurut American Psychiatric Association (APA), bullying adalah
perilaku agresif yang dikarakteristikkan dengan 3 kondisi yaitu:
a. perilaku negatif yang bertujuan untuk merusak atau
membahayakan,
b. perilaku yang diulang selama jangka waktu tertentu,
c. adanya ketidakseimbangan kekuatan atau kekuasaan dari pihak-
pihak yang terlibat. Pakar masalah bullying dari The Scottish Council,
menambahkan bahwa bullying terjadi kala seseorang secara signifikan
terluka oleh tindakan orang lain dan takut hal itu akan terjadi lagi. Dan
ia merasa tidak punya kekuatan untuk mencegah serta khawatir hal itu
akan terjadi lagi. Kondisi ini juga terjadi karena ada
ketidakseimbangan kekuatan.

2. Bentuk Perilaku Bullying


a. Bullying Fisik : bullying yang dilakukan dengan kekerasan
pada fisik atau bagian tubuh. Contoh : memukul, menampar, dan
menarik.
b. Bullying Verbal : bullying yang dilakukan dengan
omongan. Contoh : memaki, menggosip, dan mengejek.
c. Bullying Psikologis atau Mental : bullying yang dilakukan
seseorang dengan mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan, dan
deskriminasi.
3. Faktor Penysebab Terjadinya Bullying
Abdul Rahman Assegaf dalam penelitiannya mengungkapkan
beberapa analisis penyebab terjadinya bullying dalam dunia
pendidikan. Pertama, bullying terjadi akibat pelanggaran yang disertai
dengan hukuman terutama fisik. Kedua, bullying bisa terjadi akibat
buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang diberlakukan. Hal ini
dikarenakan bullying bisa dilakukan oleh guru dan sistem dalam
sekolah. Selanjutnya, bullying dapat pula diakibatkan oleh pengaruh
lingkungan maupun masyarakat, khususnya media massa, seperti
televisi yang memberi pengaruh bagi pemirsanya. Selain ketiga faktor
tersebut, bullying juga merupakan refleksi pengembangan kehidupan
masyarakat dengan pergeseran yang sangat cepat sehingga
menimbulkan adanya instan solution. Faktor yang terakhir adalah
pengaruh faktor ekonomi dan sosial dari pelaku.
4. Dampak bullying
Dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah
terganggunya kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya
ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu,
batuk, dan bibir pecah-pecah. Dampak lain yang kurang terlihat,
namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial yang
buruk.
Di Jepang, menurut Richard Werly dalam tulisan nya Persecuted even
on the Playground di majalah Liberation (2001), 10 % pelajar yang
stress karena bullying, sudah pernah melakukan usaha bunuh diri
paling tidak sekali. National Institute for Children and Human
Development (NICHD) memaparkan hasil surveinya di majalah
Journal of the American Medical Association tahun 2001, bahwa lebih
dari 16 persen murid sekolah di Amerika Serikat mengaku mengalami
bullying oleh murid lain. Dampak bullying secara umum sudah
dijelaskan di atas, namun secara khusus dampak bullying terhadap
kesehatan mental sendiri yaitu korban mengalami trauma terhadap
pelaku, depresi yang mengakibatkan korban mengalami penurunan
konsentrasi, penurunan rasa tidak percaya diri, muncul keinginan
membully sebagai bentuk balas dendam, pobia social dengan ciri takut
dilihat atau diperhatikan di depan umum, cemas berlebihan, putus
sekolah, bullycide (bunuh diri).
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan, dampak bullying
yang timbul adalah adanya bekas yang telihat di bagian yang di serang
oleh pelaku seperti lebam dan berdarah, selain itu adanya dampak
yang tidak terlihat namun mengakibatkan penyesuaian sosial yang
buruk dan dapat mengganggu perkembangan korban bullying.
Dampak bullying juga membentuk korban bullying menjadi pribadi
yang penakut, menarik diri, merasa dirinya tidak berharga sehingga
dapat mengganggu perkembangan di lingkungan belajar maupun di
lingkungan sosial.

2. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang melampaui
batas toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan
yang dapat melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial
kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
sosial sehingga remaja ini dapat mengembangkan bentuk perilaku
yang menyimpang.
Hurlock , menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat
membuat seseorang atau remaja yang melakukannya masuk kedalam
penjara.
Gunarsa , mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada remaja
yang mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan
remaja yang tidak bermasalah. Remaja yang dibesarkan dalam
keluarga kurang harmonis dan memiliki kecenderungan yang lebih
besar menjadi remaja yang nakal dibandingkan remaja yang
dibesarkan dalam keluarga harmonis dan memiliki konsep diri yang
positif.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tokoh tersebut, peneliti
menyimpulkan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melangar aturan yang dapat megakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain.
3. Bentuk-bentuk kenakalan remaja
Menurut Gunarsa , bentuk-bentuk kenakalan remaja dibagi
menjadi dua, yaitu :
A. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur
dalam undang-undang, sehingga sulit digolongkan sebagai
pelanggaran hukum,
B. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaiannya sesuai dengan undang-undang dan hukum yang
berlaku sama dengan perbuatan hukum bila dilakukan pada orang
dewasa.
Menurut Kartono , bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
A. Kenakalan remaja terisolir
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan remaja.
Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut :
1. Keinginan meniru dan konform dengan gangnya, jadi tidak ada
motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat
diselesaikan.
2. Kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifat
yang memiliki subkultur kriminal.
3. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga, tidak harmonis,
dan mengalami banyak frustasi.
4. Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yan teratur,
sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan
norma hidup normal.
B. Kenakalan remaja neurotic
Kenakalan remaja tipe ini gangguan kejiwaan yang cukup
serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa bersalah dan berdosa. Ciri-ciri pelaku :
1. Perilaku nakalnya dari sebab psikologis yang sangat
dalam,dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima
norma, dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
2. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik
batin yang belum terealisasikan.
3. Biasanya remaja melakukan kejahatan seorang diri, dan
mempraktekkan jenis kejahatan tertentu.
4. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan
menengah.
5. Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung
mengisolir diri dari lingkungan.
6. Motif kejahtannya berbeda-beda.
7. Perilakunya menunjukkan kualitas paksaan
C. Kenakalan remaja psikotik
Kenakalan remaja ini merupakan oknum kriminal yang paling
berbahaya. Ciri tingkah laku :
1. Hampir seluruh remaja ini berasal dan dibesarkan dalam
lungkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak
pertikaian keluarga.
2. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau
melakukan pelanggarn.
3. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana
hatinya kacau, dan tidak dapat diduga.
4. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan
menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku,
juga tidak peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.
5. Kebanyakan dari mereka mengalami gangguan neurologis,
sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri
sendiri.
D. Kenakalan remaja defek moral
Kenakalan remaja defek moral mempunyai ciri-ciri : selalu melakukan
tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat
penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligemsinya
4. Program-program untuk menangani Bullying Remaja
Peran guru terhadap bullying pada siswa yaitu sebagai orang
yang membimbing atau yang memberi nasehat dan mengarahkan
serta membina siswa sehingga dapat mengatasi masalah yang terjadi
mengenai bullyingdan agar dapat meminimalisir bullying yang terjadi
di sekolah, sehingga perilaku siswa menjadi lebih baik. Pada dasarnya
jika membangun siswa menjadi orang-orang berkepribadian kuat,
mereka akan tahan terhadap segala terpaan energi negatif yang
berlangsung di sekitar mereka. Mencetak pribadi kuat dengan cara-
cara keras atau membiarkan mereka mengalami kekerasan hanya akan
berbiah kekerasan. Kekerasan tidak akan pernah membawa kekuatan,
malah akan membawa kerusakan dan kelemahan.
Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying,
diantaranya mengoptimalkan layanan bimbingan konseling. Menurut
Prayitno, tugas guru BK/konselor dalam pelayanan konseling antara
lain membantu mengatasi masalah melalui berbagai jenis layanan.
Sekolah harus menolak bullying dan menetapkan aturan yang
disepakati bersama jika bullying terjadi. Hal ini memberi kepercayaan
diri pada siswa sehingga jika mereka menjadi korban atau saksi
bullying mereka tidak akan ragu melaporkan karena merasakan
keamanan di pihak mereka, tidak akan ada lagi pelaku bullying dan
sebaliknya mereka akanmenjadi pihak yang perlahan-lahan berubah
dan berhenti melakukan bullying dengan sendirinya.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan judul penlitian
akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian yang
relevan dengan penelitian level kognitif dalam buku teks pelajaran
adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Tika Melina dan Suryanto
pada tahun 2015 dengan judul Self Disclosure , Perilaku Asertif
dan Kecenderungan Terhindar dari Tindakan Bullying. Jurnal
Psikologi Indonesia Mei 2015, Vol. 4, No. 02, hal 208 –215.
Subyek penelitian ini berjumlah 56 peserta didik kelas VII. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan, analisis regeresi
berganda. Hasil dari analisis regresi menunjukan self disclosure
dan perilaku asertif dengan kecenderungan terhindar dari tindakan
Bullying berhubungan secara signifikan. Sementara perilaku
asertif memiliki hubungan positif dengan kecenderungan terhindar
dari tindakan Bullying
2. Dilakukan oleh Novalia dan Tri Dayakisni pada tahun 2013
dengan judul Perilaku asertif dan kecenderungan menjadi korban
bulyying. ISSN: 2301-8267 Vol. 01, No.01, Januari 2013
Penelitian ini dilakukan pada 60 siswa MA NU Lekok Pasuruan.
Pengambilan sampel yang digunakan penelitian ini adalah
sampling populasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah skala perilaku asertif dan skala kecenderungan menjadi
korban bullying. Hasil dari penelitian ini menunjukan ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara perilaku asertif
dengan kecenderungan menjadi korban bullying pada siswa MA
NU Lekok Pasuruan. Hal ini berarti semakin tinggi perilaku asertif
siswa maka semakin rendah kecenderungan menjadi korban
bulyying, demikian juga sebaliknya, semakin rendah perilaku
asertif maka semakin tinggi kecenderungan menjadi korban
bulyying.
3. Dilakukan oleh Cucu Arumsari pada tahun 2017 dengan judul
Strategi konseling latihan asertif untuk mereduksi perilaku
bulyying. ISSN: 2548-3226.
Strategi latihan konseling asertif merupakan salah satu bantuan
yang bisa diberikan kepada korban bulyying. Hal ini dikarenakan
asertif mampu mengeluarkan pendapat tanpa merugikan orang lain
dan tanpa merasa takut salah dalam mengeluarkan pendapat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada siswa di SMAN 1 KASIHAN
pada bulan Januari 2023.
B. Data dan Sumber Data
Pada penelitian ini, data yang dibutuhkan adalah:
1. Perilaku bulyying yang terjadi di SMAN 1 KASIHAN.
2. Dampak bulyying terhadap kesehatan siswa
Upaya sekolah dalam megurangi perilaku bullying di SMAN 1
KASIHAN. Sumber data yang utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen,
dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:
A. Jurnal penelitian
B. Siswa SMAN 1 KASIHAN
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi :
1. Angket yang berbasis skala likert
Adapun skala likert dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh bulyying yang terjadi terhads siswa
SMAN 1 Kasihan. Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapatan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang pengaruh bullying terhadap perkembangan
kemampuan sosial siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh.
Maka skala yang peneliti berikan yaitu bertujuan untuk
melihat pengaruh bullyingterhadap perkembangang
kemampuan sosial siswa. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapatan presepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang pengaruh bulyying terhadap
perkembangan kemampuan sosial siswa SMAN 1 Kasihan.
Maka skala yang digunakan bertujuan untuk melihat
pengaruh bulyying terhadap perkembangan kemampuan
sosial siswa.
Siswa dapat mengisi skala yang telah dibagikan masing-
masing dengan cara memberikan chek list (√). Skala Likert
diklarifikasi kepada empat pilihan, yaitu sangat, setuju,
kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
D. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, akan dianalisis dengan menggunakan
teknik deskriptif kualitatif. Menurut Miles and Huberman,
pengolahan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah berikut, yaitu data rediction, data display, dan
conclusion drawing. Data yang diperoleh dilapangan dianalisis
melalui reduksi data, yaitu memilih data yang pokok dan
penting. Selanjutnya data disajikan secara naratif. Setelah data
disajikan, selanjutnya diambil kesimpulan dari data yang
terkumpul tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Perilaku bulyying atau yang sering disebut kenakalan anak di
lingkungan sekolah masih menjadi sesuatu yang wajar, baik
bagi orang tua maupun guru. Namun secara tidak sada
kenakalan anak di usia sekolah mulai meresahkan. Pada
dasarnya bulyying terjadi karena beberapa faktor dari
keluarga maupun lingkungan. Seperti halnya di SMAN 1
Kasihan, perilaku bulyying yang biasa terjadi ada banyak,
seperti mencubit, memukul, mengejek, mendorong, berkata
kotor, dan lain sebagainya.
Perilaku bulyying di SMAN 1 Kasihan umumnya terjadi di
lingkungan teman sebaya maupun sekelas. Perilaku bulyying
yang terjadi dibagi menjadi dua yaitu bulyying verbal dan
bulyying fisik. Seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Bulyying verbal
A. Mengejek korban Mengejek adalah perilaku yang sering
dilakukan. Pelaku mengejek korban dengan berbagai macam
cara sehingga melukai hatI korban.
B. Berkata kotor Berkata kotor yang dimaksud adalah
perkataan yang tidak pantas untuk disebutkan. Karena
merasa kesal dengan korban, perkataan tersebut keluar dari
dalam mulut pelaku.
C. Mengancam Ancaman yang dimaksud adalah ancaman yang
dimulai dari salah paham antara korban dan pelaku yang
membuat pelaku merasa sakit hati. Ancaman tersebut
membuat korban takut untuk pulang kerumah.
2. Bulyying fisik
A. Memukul
Memukul karena kesal tanpa alasan sering dilakukan pelaku
kepada korban
B. Mengambil barang
Mengambil barang yang dimaksud adalah mengambil
barang tanpa ijin.
C. Mencubit
Mencubit adalah perilaku yang sering dilakukan oleh pelaku
yang tiba-tiba mencubit korban tanpa alasan yang jelas.

B. Pembahasan
Bullying di lingkungan sekolah dasar tidak hanya memberikan dampak
negatif bagi korban, namun juga bagi pelaku dan teman yang lain.
Dampak negatif dari bullying sangat beragam, diantaranya yaitu
dampak terhadap kesehatan mental, sosial lingkungan , prestasi di
sekolah, kesehatan fisik, dan lain sebagainya. Bulyying berdampak
pada kesehatan mental korban. Bullying yang bisa menjadikan
kesehatan mental korban terganggu yaitu melalui perkataan negatif
teman sebaya, tindakan fisik, dan ancaman oleh pelaku. Seperti yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendiam
Korban duduk sendiri di bangkunya saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Saat jam istirahat, korban memilih untuk tetap
berada di dalam kelas memakan bekal yang ia bawa dari rumah
sendirian.
2. Lemas
Kondisi fisik korban menjadi lemas karena pelaku beberapa
kali melakukan bullying fisik seperti memukul, mencubit, dan
mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya.
3. Takut bertemu dengan pelaku
Korban menjadi takut kepada pelaku, sehingga ia lebih berhati-
hati atau sedikit menjauh ketika bertemu dengan pelaku agar
tidak di bully.
4. Tidak semangat belajar
Bullying yang dilakukan oleh pelaku berdampak pada fokus
belajar korban. Korban merasa dirinya terancam, sehingga ia
tidak fokus terhadap pelajaran justru fokus kepada bagaimana
caranya agar tidak di bully.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Ricca Novalia di Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta menyatakan
bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying akan mengalami
berbagai dampak yang ditimbulkan dari bullying yang dialami, antara
lain anak malas berangkat sekolah, anak mengalami trauma, anak tidak
ingin bertemu dengan pelaku yang mem bully dirinya, anak ingin
berpindah sekolah dipengaruhi oleh rasa ketidaknyamanan anak
tersebut dalam bersosialisasi dengan teman-temannya yang lain. Hal
ini juga diperkuat dengan teori kesehatan mental yang menyatakan,
orang yang mentalnya kacau tidak dapat memperoleh ketenangan
hidup. Jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stres dan
konflik batin. Hal ini menyebabkan timbulnya emosi negative
sehingga ia tidak mampu mencapai kedewasaan psikis, mudah putus
asa dan bahkan ingin bunuh diri. Hal ini juga diperkuat dengan teori
kesehatan mental yang menyatakan, orang yang mentalnya kacau tidak
dapat memperoleh ketenangan hidup. Jiwa mereka sering terganggu
sehingga menimbulkan stres dan konflik batin. Hal ini menyebabkan
timbulnya emosi negatif sehingga ia tidak mampu mencapai
kedewasaan psikis, mudah putus asa dan bahkan ingin bunuh diri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak perilaku
bullying terhadap kesehatan mental siswa maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan:
1. Bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi yaitu: (1)
bullying verbal yaitu: mengejek, mengancam, dan
berkata kotor; (2) bullying fisik yaitu memukul,
mengambil barang tanpa izin, dan mencubit.
2. Dampak perilaku bullying terhadap kesehatan mental
siswa yaitu korban bullying menjadi pendiam, lemas,
takut saat bertemu dengan pelaku, lelah, dan juga tidak
bersemangat dalam belajar.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan menemukan kesimpulan
terkait dampak perilaku bullying terhadap kesehatan mental
siswa, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi sekolah
Pihak sekolah harusnya lebih menambah wawasan
mengenai bullying dari buku, internet, maupun seminar
agar guru dapat mencegah dan mengurangi terjadinya
bullying. Guru diharapkan mampu mengenali
karakteristik pelaku dan korban bullying agar dapat
mencegah terjadinya bullying di sekolah.
2. Bagi penulis
Dampak negatif dari perilaku bullying sangat banyak.
Untuk menambah pengetahuan, peneliti selanjutnya
dapat meneliti dampak negatif perilaku bullying
terhadap aspek yang lainnya. Serta meneliti lebih lanjut
cara mengatasi dan mencegah terjadinya bullying.
DAFTAR PUSTAKA

● Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Bullying 3


Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak.
Jakarta: PT Grasindo.
● Bugn, Burhan. 2012. Analisis Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT. Rajagrafindo.
● Burhanuddin, Yusak. 1999. Kesehatan Mental
Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKK.
Bandung: Pustaka Setia.
● Creswell, John. 2013. Penelitian Kualitatif dan
Desain Riset, Terjemahan Ahmad Lintang Lazuardi.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
● Daradjat, Zakiyah. 1984. Kesehatan Mental
Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran.
Jakarta: Institut Agama Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
● Hidayati, Nurul. Bullying pada Anak: Analisis dan
Alternatif Solusi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Gresik, Vol. 14.No. 01
● Jaelani. 1997. Penyucian Jiwa(Tazkiyah Al-Nafs) &
Kesehatan Mental. Jakarta: Amzah.
● Meleong, J Lexy. 2009. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakrya.
● P.R. Astuti. 2008. Meredam Bullying 3 Cara Efektif
Mengatasi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT.
Grasindo, 22.

LAMPIRAN
Nama: Lindu aji yusuf
Kelas: XI mipa 2
Petunjuk pengerjaan:
1. Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan apa yang
kamu rasakan.
2. Jawablah pernyataan dengan sejujur-jujurnya
3. Jawaban tidak mempengaruhi nilai
● SS: sangat setuju
● S: setuju
● TS: tidak setuju
● STS: sangat tidak setuju

NO PERTANYAAN SS S TS STS

1. Ketika ada teman sedang berbicara, saya sering mendorong √


kepalanya.

2. Jika ada teman yang berbicara, saya mendengarkan dengan √


baik.

3. Saya dengan sengaja menendang kursi teman saat belajar. √

4. Ketika melihat teman terjatuh, saya langsung membantunya √


bangun.

5. Jika ingin meminjam buku catatan teman, saya √


meminjamnya dengan baik.

6. Jika teman tidak mau meminjamkan, saya mengambilnya √


dengan paksa.

7. Saat teman tertidur di kelas, saya akan membangunkannya. √

8. Saya selalu bersikap baik kepada teman. √

9. Jika ada teman bertanya tentang pelajaran, saya tidak √


memperdulikannya.

10. Jika ada teman bertanya tentang pelajaran, saya akan √


mengajarinya.

Anda mungkin juga menyukai