PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan
potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Oleh karena itu
Kesetiakawanan Sosial merupakan Nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari
sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung
jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga
masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi
sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan.
Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan Nilai Dasar
Kesejahteraan Sosial, modal sosial (Social Capital) yang ada dalam masyarakat
terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita
bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu Masyarakat Sejahtera.
Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus
direvitalisasi sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam
wujud nyata dalam kehidupan kita.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa.
Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bangsa dan
masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak jaman nenek moyang kita
jauh sebelum negara ini berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka yang
kemudian dikenal sebagai bangsa Indonesia.
Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial tersebut dalam perjalanan
kehidupan bangsa kita telah teruji dalam berbagai peristiwa sejarah, dengan
puncak manifestasinya terwujud dalam tindak dan sikap berdasarkan rasa
kebersamaan dari seluruh bangsa Indonesia pada saat menghadapi Praktek atau
pengamalan tentang kesetiakawanan sosial yang sudah biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Makalah ini dilatari oleh banyaknya bencana alam yang sering terjadi di
Negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
GAGASAN
A. Kondisi Kekinian
Semenjak 1 Januari 2014 hingga 16 Februari 2014 tercatat 282 kejadian
bencana alam di Indonesia. Bencana ini menyebabkan 197 orang tewas, 64 lukaluka, 1,6 juta jiwa mengungsi dan menderita, puluhan ribu rumah rusak yang juga
berpengaruh pada sektor perekonomian.Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB menegaskan bahwa perkiraan awal kerugian dan kerusakan akibat bencana
banjir bandang Sulut Rp 1,87 trilyun, erupsi G.Sinabung Rp 1 trilyun, banjir
Pantura Rp 6 trilyun, banjir Jakarta Rp 5 trilyun, belum lagi bencana lain selama
2014 ini (BCC Indonesia).
Berdasarkan penelitian tentang kesiapsiagaan masyarakat Indonesia
menghadapi bencana pada tahun 2006, 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa
tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda dalam menghadapi bencana masih
rendah.Memang terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman bencana. Tetapi
belum menjadi perilaku (attidude) dan praktek atau budaya.Di Pemda pun,
sebagian besar penanggulangan bencana juga belum banyak menjadi prioritas
dalam penanggulangan bencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah selama 5 tahunan. Akibatnya bencana tidak menjadi roh dalam
pembangunan sektor apalagi menyangkut peningkatan kapasitas kesiapsiagaan
menghadapi bencana. Indikator ini juga tercermin dari alokasi dana untuk
penanggulangan bencana yang rata-rata kurang dari 0,5% dari APBD.
Bencana menjadi urusan bersama. Pemerintah dan Pemda menjadi
penanggung jawab utama. Pengurangan risiko bencana harus dijadikan prioritas.
Harus dilihat sebagai investasi pembangunan. Bencana tidak bisa kita tolak tapi
risikonya kita kurangi.Di Amerika, 1 US$ untuk kegiatan pengurangan bencana
mampu mengurangi kerugian 7 US$. Di Eropa, 1 US$ mengurangi 10-40 US$. Di
Indonesia mungkin lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan negara lain
karena kita punya kapital sosial yang besar di masyarakat.
Ujian dan cobaan memang berat dan terasa akan lebih berat lagi apabila kita
harus menanggung beban sendirian. Mungkin ada sebagian di antara kita telah
terpola dalam pemikiran kesendirian, individualistik. Di jaman mordernisasi dan
globalisasi ini kecenderungan untuk bersikap individualistik hampir dirasakan
sebagai suatu kewajaran, terutama di kota-kota besar. Hubungan antara sesama
disekat dan dikotak-kotakan oleh kepentingan; di mana kepedulian dan uluran
3
tangan terhadap sesama baru akan muncul dan dibutuhkan bersamaan dengan
tuntutan atas kepentingan. Jika tidak berimbal kepentingan maka sentuhan
kepedulian pun menjauh. Tidak sedikit yang telah lupa maknawi semboyan
Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Tidak sedikit pula yang khilaf pada
nilai dan kepribadian bangsa kita, semangat senasib sepenanggungan, perasaan
bersama dan gotong royong. Nilai yang kemudian kita kenal dengan rasa
kesetiakawanan sosial dan atau solidaritas.
Apa relevansi kemiskinan dan
pengangguran
dikaitkan
dengan
memahami
implementasikan
dan
nilai
mengtersebut.
didengungkan
untuk
lenyap
entah
di
mana.
sebagai
kesetiakawanan
perwujudan
sosial
perlu
rasa
terus
berharap
kesetiakawanan
bersama
kesenjangan
dalam
sosial
mengurangi
dan
mengatasi
yang
dapat
kita
lakukan
sebagai
kesetiakawanan adalah :
1. Mengumpulkan Sumbangan Sosial
wujud
dari
makhluk
sosial.
Artikesetiakawanan
sangatlah
tinggi,Nilai-
bencana
yang
mencakup
pencegahan
bencana,
5. Melaksanakan
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana
pada
wilayahnya.
6. Memberikan dana hibah dan fasilitas lainnya bagi sekolah yang
melaksanakan pendidikan pengurangan risiko bencana.
7. Melaksanakan berbagai pelatihan pengurangan risiko bencana secara
berkelanjutan bagi para pengawas, kepala sekolah, guru, dan peserta didik.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi strategi
pengarusutamaan pengurangan risiko bencana.
9. Memberikan informasi kegiatan kepada masyarakat, termasuk komunitas
sekolah.
10. Membangun sistem informasi pengurangan risiko bencana yang dapat
diakses dengan mudah oleh sekolah.
11. Meningkatkan peran koordinasi dan supervisi di tingkat daerah dalam
pelaksanaan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana.
D. Langkah Strategis yang Dilakukan untuk Mengimplementasikan Tujuan
yang Tercapai.
Analisis mengenai tingkat keberhasilan gagasan dalam memperbaiki
kondisi kekinian mengenai kesetiakawanan dalam bencana dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
a. Pemberdayaan peran kelembagaan dan kemampuan komunitas masyarakat di
dalam tanggap kegiatan sosial.
b. Lembaga masyarakat menjadi pendukung utama di dalam penyebarluasan
kegiatan sosial.
c. Adanya pembagunan kemitraan dan jaringan di dalam melaksanakan kegiatan
sosial.
d. Peranan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti kesetiakawanan
dalam melaksanakan kegiatan sosial.
Pendekatan kebudayaan menjadi faktor penting di dalam melaksanakan
kesetiakawanan dalam menghadapi bencana.Oleh karena itu terdapat beberapa
poin-poin penting yang dapat di implementasikan yaitu :
a. Perilaku manusia di dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi.
b. Kerjasama multi disiplin diperlukan dalam menangani permasalahan bencana.
c. Resistensi masyarakat di dalam pengelolaan lingkungan.
d. Adanya berbagai lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan
perusahaan turut berpartisipasi dalam penaganan bencana.
Pelayanan sosial perlu dikembangkan melalui keterpaduan upaya, antara
lain bimbingan, pembinaan dan pemberian bantuan, santunan, dan rehabilitasi
8
Hal ini bisa dilakukan dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan
budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program pendidikan dan
pembinaan yang melibatkan peran masyarakat setempat.
3. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang
hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana
alam. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai
program yang diorientasikan pada peningkatan kesetiakawanan sosial dan
partisipasi masyarakat.
4. Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang
berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa.
Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil
mencapai prestasi yang membanggakan di dunia internasional. Apresiasi ini
dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian
prestasinya diangkat oleh media massa.
5. Masyarakat bahu-membahu menangani keadaan tanpa memandang suku,
agama, golongan, ataupun latar belakang ekonomi. Masjid, gereja, sekolah,
kampus, dan stadion mendadak menjadi tempat pengungsian bagi siapa pun
yang mengalamimusibah tanpa peduli status sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Kesetiakawanan Sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan
potensi spritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Beberapa aksi yang
bisa dilakukan sebagai wujud kesetiakawanan antara lain:
1. Mengumpulkan Sumbangan Sosial
2. Membentuk Posko Peduli Sosial
3. Menggalang Dukungan Sosial
4. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial
10
dalam
mewujudkan
ikut
membangun
semangat
nasionalisme
dan
yang
berusaha
melestarikan
dan
DAFTAR PUSTAKA
11
12