Anda di halaman 1dari 7

KESEHATAN MENTAL YANG TERJADI PADA MASA PANDEMI COVID 19

Oleh :
Maria Putri Sania Enjelu
Kelas G keperawatan
NIM : 21201203
Universitas katolik Indonesia santu Paulus Ruteng
Email: putrysania24@gmail.com
ABSTRAK
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera dimana individu menyadari
potensi yang dimilikinya,mampu menanggulangi tekanan hidup normal,bekerja secara
produktif,serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya.Namun perkembangan
mental pada zaman ini banyak memberi pengaruh yang positif ataupun negatif khususnya pada
remaja. Melihat fenomena masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak dan remaja di
Indonesia pada masa pandemi, diperlukan upaya strategis dalam mengevaluasi sistem PJJ
sekaligus memberikan dukungan kesehatan mental bagi anak dan remaja. Penyediaan layanan
dukungan sosial yang memberikan fasilitas layanan kesehatan mental (mental health) bagi para
siswa melalui sekolah merupakan hal strategis yang perlu diperkuat pada era pandemi saat ini.
Dengan adanya penyediaan layanan ini baik online maupun offline, baik melalui masyarakat
maupun konseling sebaya, harapannya masyarakat dapat dengan mudah mengakses dukungan
sosial jika diperlukan. Pemberian layanan kesehatan mental bagi anak dan remaja juga dapat
diperkuat oleh sekolah
Kata-kata kunci : kesehatan mental,Remaja,covid 19
ABSTRACT
Mental health or mental health is a state of well-being in which individuals realize their potential,
are able to cope with the pressures of normal life, work productively, and are able to contribute
to their environment. Seeing the phenomenon of mental health problems that occur in children
and adolescents in Indonesia during the pandemic, strategic efforts are needed in evaluating the
PJJ system while providing mental health support for children and adolescents. The provision of
social support services that provide mental health service facilities for students through schools
is a strategic thing that needs to be strengthened in the current pandemic era. With the provision
of these services both online and offline, both through the community and peer counseling, it is
hoped that the community can easily access social support if needed. The provision of mental
health services for children and adolescents can also be strengthened by schools
Keywords: mental health, youth, covid 19

1|kesehatan mental pada remaja


PENDAHULUAN mental emosional merupakan suatu keadaan
yang di alami oleh individu ditandai dengan
Kesehatan mental menurut WHO
perubahan emosional dan apabila
(World Health Organization) yaitu mencakup
berkelanjutan akan berkembang menjadi
pencapaian kesejahteraan dan optimalisasi
keadaan patologis.
potensi diri dan kontribusi terhadap orang lain
ataupun masyarakat dan tidak hanya terbatas Seperti yang kita ketahui dampak yang
pada ketiadaan gangguan mental dalam diri besar dihadapi oleh remaja pada masa
individu (Boas & Morin, 2014). Kesehatan sekarang yaitu bersekolah harus dari rumah
mental dibagi atas dua dimensi yaitu karena dampak Covid-19. Penelitian mengenai
psychological distress (Efek negatif yang dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan
menggambarkan kondisi stres yang mental telah dilakukan di beberapa negara
karakteristik dengan ekspresi emosi negatif dengan metode daring melalui Form yang
seperti kemarahan, kecemasan dan kelelahan) disebar pada media sosial atau pada platform
dan psychological well being (Efek positif survey online. Dari penelitian di Spanyol
dimana ditandai dengan perasaan bahagia dan menunjukkan bahwa 72% subjek penelitian
kekuatan diri) (Afriani & Lestari, 2017). yang berusia 18 tahun keatas mengalami
distress psikologi selama Covid-19. Jumlah
Remaja adalah kelompok individu
paling banyak yang menderita distress
yang paling rentan mengalami gangguan
psikologi adalah pada perempuan dan subjek
mental. Sebab, banyak faktor risiko yang
yang memiliki usia lebih muda beresiko
dihadapi remaja yang berpotensi memengaruhi
mengalami tingkat distress yang lebih tinggi.
kesehatan mental mereka. Faktor-faktor yang
Penelitian lain juga dilakukan di China 2
dapat menyebabkan stres selama masa remaja
minggu setelah Covid-19 menyebar. Penelitian
antara lain keinginan besar untuk lebih
dilakukan pada partisipan berusia 14-35 tahun.
mandiri, tekanan saat menyesuaikan diri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir
dengan teman sebaya, serta peningkatan akses
40.4% partisipan memiliki permasalahan
dan penggunaan teknologi. Faktor penentu
psikologis dan sebanyak 14.4% menunjukkan
lainnya termasuk kondisi rumah tangga dan
adanya simptom Post Traumatic Stress-
kekerasan seksual yang rentan menimpa para
Disorder (PTSD). Faktor tingkat pendidikan
remaja. Perubahan dan persoalan yang terjadi
yang rendah, memiliki simtom PTSD dan
pada masa remaja jika tidak dapat terkontrol
strategi koping negatif akan memengaruhi
dengan baik dapat memicu terjadinya masalah
seseorang untuk lebih rentan mengalami
mental emosional pada remaja.
permasalahan psikologis. Adanya pembatasan
Mental emosional adalah suatu kondisi sosial dan aktivitas fisik serta ditutupnya
dimana seseorang mengalami distress sekolah bagi remaja menjadi faktor yang dapat
psikologik, terjadi perubahan psikologis pada memengaruhi kesehatan mental remaja .
keadaan tertentu tetapi bisa kembali pulih Kesehatan Mental didefinisikan sebagai suatu
seperti semula, akan tetapi masalah mental keadaan kesejahteraan dimana individu
emosional ini apabila tidak ditangani secara menyadari kemampuannya sendiri, dapat
tepat akan menimbulkan dampak yang buruk mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat
bagi proses perkembangan remaja . Masalah bekerja secara produktif dan bermanfaat serta

2|kesehatan mental pada remaja


mampu memberikan kontribusi ke dihubungkan dengan data sosiodemografi
komunitasnya. Kesehatan mental merupakan dengan menggunakan uji beda Mann-Whitney.
suatu hal yang penting bagi setiap individu
HASIL PENELITIAN
karena berkaitan dengan perilaku di semua
tahap kehidupan (WHO, 2004). Total sebanyak 205 remaja berpartisipasi
dalam penelitian ini, sebanyak 28,8% partisipan
METODE berjenis kelamin laki-laki dan 71,2% partisipan
berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan usia
Penelitian ini menggunakan metode
partisipan, sebagian besar partisipan memiliki usia
penelitian kuantitatif survey, pada metode ini
17 tahun (42%) dan usia 16 tahun (33,7%).
memberikan gambaran kuantitatif atau
numerik mengenai tren, sikap atau pendapat Data Sosiodemografi Sosiodemografi
pada suatu populasi dengan mempelajari Frekuensi (Persentase) Jenis Kelamin Laki-laki 59
sampel dari populasi tersebut. Dilakukan (28,8%) Perempuan 146 (71,2%) Usia 15 28
dengan menggunakan pendekatan cross- (13.7%), 16 69 (33.7%) ,17 86 (42%) ,18 22
(10,7%).Perubahan Jam Tidur Berkurang dari
sectional dimana hanya dilakukan satu kali
biasanya 73 (35,6%).Lebih lama dari biasanya 59
pengambilan data (Creswell JW, 2018). (28,8%) Sama seperti biasanya 73 (35,6%)
Kriteria yang digunakan adalah remaja berusia Perubahan aktivitas olahraga. Berkurang dari
15 – 18 tahun, terdaftar sebagai siswa biasanya 111 (54,1%) Lebih lama dari biasanya 34
SMA/SMK di kota Bandung serta memiliki (16,6%) Sama seperti biasanya 60 (29,3%). Durasi
akses menggunakan internet. Penyaringan PJJ 4 jam 48 (23,4%) 5 jam 67 (32,7%) 6 jam 47
partisipan menggunakan responden drive (22,9%) 7 jam 27 (13,2%) 8 jam 16 (7,8%).
sampling. Metode ini dilakukan dengan Perubahan durasi screen time Berkurang dari
merekrut peserta dari mulut ke mulut, sering biasanya 3 (1,5%) Lebih lama dari biasanya 186
kali melalui media sosial dan saluran informal (90,7%) Sama seperti biasanya 16 (7,8%).
lainnya (Gosling & Mason, 2015). PEMBAHASAN
Pengambilan data dilakukan pada periode 24
Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan
Agustus hingga 15 September 2020. Total
secara online membuat banyak sekali perubahan,
partisipan yang diperoleh sebanyak 205
baik dari segi metode pembelajaran maupun dari
partisipan. Data dikumpulkan melalui link segi penilaian. Hal itu juga tentunya memiliki
google form yang disebarkan melalui media banyak kendala yang dialami oleh guru maupun
sosial seperti Instagram dan Twitter, serta siswanya. Selama menjalani proses pembelajaran
pada grup chat. Data sosiodemografi yang jarak jauh, banyak para siswa yang mengalami
akan dijaring pada penelitian adalah jenis kesulitan ketika melakukan pembelajaran secara
kelamin, usia, perubahan jam tidur, perubahan online. Di antaranya yaitu akses internet yang
aktvitas olahraga, jam sekolah pada kurang memadai, pemahaman materi yang kurang
Pembelajaran Jarak Jauh serta waktu yang maksimal, dan melawan rasa malas yang semakin
digunakan untuk screen time. Analisa akan meningkat. Akses internet merupakan salah satu
dilakukan menggunakan bantuan perangkat kendala yang cukup banyak dialami bagi para
lunak statistik SPSS 22.0. Analisa deskriptif siswa ketika melakukan pembelajaran secara
dibuat dengan melakukan analisa persebaran online. Salah satu faktornya adalah ketersediaan
skor, rata-rata dan standar deviasi pada skor sinyal yang kurang bagus di berbagai daerah,
terlebih bagi siswa yang berada di daerah
pastisipan yang didapatkan dari pengisian alat
pedalaman yang masih susah sinyal. Selain itu,
ukur. Selanjutnya skor dari GHQ-12 akan
bagi para siswa jenjang SMP dan SMA yang rata-

3|kesehatan mental pada remaja


rata sudah memiliki gawai, kuota merupakan juga menjadi lebih banyak waktu untuk bermain
sumber masalah berikutnya, di mana jika tidak gawai. Seperti bermain game, membuka
menggunakan wifi di rumahnya, maka siswa harus instagram, twitter, youtube, dan sosial media
mengeluarkan uang lebih untuk membeli kuota lainnya dibandingkan dengan belajar. Akibatnya
internet.Pembelian kuota internet memiliki muncul rasa malas yang sangat susah untuk
kendala apabila orang tua dari siswa tersebut dilawan dan juga sulitnya berkonsentrasi ketika
sedang kesusahan, sehingga siswa kesulitan juga belajar, terlebih ketika guru malah sering
untuk membeli kuota internet. Proses untuk memberikan banyak tugas yang malah akan
mengikuti pembelajaran secara online pun menjadi membuat siswa semakin bosan dan stress ketika
terkendala dan siswa menjadi tidak bisa fokus belajar.
mengikuti pembelajaran jika sinyal terganggu
Dengan kebijakan tersebut, tentunya para
akibat cuaca buruk dan lain sebagainya.
siswa mengalami perubahan drastis terkait dengan
Sulit Memahami Materi aktivitas normal di sekolah. Sejatinya aktivitas di
sekolah adalah sarana untuk belajar dan bermain
Akibat akses internet yang mengalami
bagi anak dan remaja. Jadi, sejak pemberlakuan
gangguan, maka proses pembelajaran pun menjadi
pembatasan, beragam aktivitas tersebut harus
terganggu, sehingga pemahaman siswa terhadap
dilakukan di rumah bersama anggota keluarga dan
materi pun mengalami kesulitan. Jika siswa ketika
orang tua mereka. Hilangnya waktu bermain dan
belajar secara tatap muka langsung saja masih
belajar bersama dengan teman di sekolah,
belum paham, apalagi jika belajar yang dilakukan
terbatasnya kesempatan untuk berkunjung ke area
dengan sistem online. Maka dari itu, siswa harus
bermain, ataupun pengalaman menyaksikan secara
inisiatif belajar mandiri dan juga mencari sumber-
langsung dampak Covid-19 terhadap orang tua
sumber lain di internet untuk menambah
atau anggota keluarga mereka (dampak fisik,
pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
ekonomi, dan psikologi), adalah pengalaman yang
Dikutip dari medcom.id memaparkan sulit bagi anak-anak dan remaja. Anak-anak
bahwa menurut survey yang dilakukan oleh mungkin banyak yang belum atau tidak mampu
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menghadapi perubahan yang terjadi secara cepat
terhadap 1.700 siswa selama pembelajaran jarak dan tiba-tiba ini. Kemampuan anak dan remaja
jauh, dalam empat minggu pertama saja sudah dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
ditemukan banyak siswa yang tidak senang dengan akibat Covid-19 ini tentu saja sangat dipengaruhi
proses belajar online. KPAI menyebutkan oleh beberapa faktor, seperti usia, kematangan,
presentase siswa yang tidak senang belajar di ataupun tahapan perkembangan anak. Sebagai
rumah sebanyak 76,7 persen dan 23,3 persen contoh, bagi anak usia dini, pengalaman belajar di
menyatakan senang dengan pembelajaran jarak rumah mungkin merupakan kesempatan emas bagi
jauh dari rumah.Dari hasil survey tersebut mereka untuk selalu meluangkan waktu bersama
membuktikan bahwa belajar online ternyata tidak orang tua di rumah. Akan tetapi, karena
membuat siswa senang, tetapi malah sebaliknya. kemampuan resonansi psikologis anak usia dini
Siswa tidak suka belajar online karena guru lebih terhadap orang tuanya sangat tinggi, tidak
banyak memberikan tugas tetapi minim penjelasan mengherankan jika mereka mampu merasakan
dan juga materi. kecemasan, kekhawatiran atau stres yang dialami
orang tua mereka secara langsung. Dengan
Rasa Malas dan Sulit Berkonsentrasi
demikian, tidak jarang anak usia dini yang
Belajar secara online justru malah mengalami hal yang sama ketika terjadi masalah
menambah rasa malas dan juga sulit untuk mental pada orang tua mereka. Sebaliknya, ketika
berkonsentrasi bagi siswa. Selain karena sudah anak sudah memasuki usia sekolah dasar maupun
pusing dengan tugas-tugas yang diberikan, siswa usia remaja, pembatasan aktivitas di luar rumah

4|kesehatan mental pada remaja


dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman bagi merindukan teman-temannya, dan 10% anak
aktivitas sosial mereka. Hal ini disebabkan merasa khawatir tentang kondisi ekonomi
perkembangan sosial anak yang mulai nyaman keluarga. Kondisi ini apabila tidak diatasi,
melakukan aktivitas bersama teman-temannya di tentunya akan menyebabkan hal yang lebih fatal.
sekolah di samping mereka membutuhkan sarana Sebut saja, MI, 16, seorang remaja siswa kelas 2
untuk eksistensi diri. Jadi, dengan adanya SMA di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang
pembatasan aktivitas di luar rumah dalam waktu nekat mengakhiri hidupnya dengan menenggak
lama, anak-anak dan remaja secara umum akan racun rumput (17/10/20) karena diduga mengalami
rentan untuk mengalami tekanan psikologi dan depresi akibat tekanan pembelajaran jarak jauh
gangguan kesehatan mental. yang dialaminya. Sebelum meminum racun
tersebut, MI sempat mengeluh kepada temannya
Masalah Kesehatan Mental bahwa dia mengalami kesulitan dalam mengakses
tugas belajar di sekolah akibat sinyal di area
Siswa Penelitian yang dipublikasikan di
rumahnya yang tidak baik. Hal ini merupakan
JAMA Pediatrics Journal dan dilakukan di Hubei
bukti nyata bahwa anak dan remaja yang
China serta melibatkan 2.330 anak sekolah
mengalami pembatasan aktivitas belajar di rumah
membuktikan bahwa anak-anak usia sekolah yang
adalah kelompok rentan mengalami gangguan
mengalami karantina proses belajar akibat Covid-
kesehatan mental.
19 menunjukkan beberapa tanda-tanda tekanan
emosional. Bahkan, penelitian lanjutan dari Dukungan Kesehatan Mental bagi Siswa
observasi tersebut menunjukkan bahwa 22,6% dari
Melihat fenomena masalah kesehatan
anak-anak yang diobservasi mengalami gejala
mental yang terjadi pada anak dan remaja di
depresi dan 18,9% mengalami kecemasan. Hasil
Indonesia pada masa pandemi, diperlukan upaya
survei yang dilakukan oleh pemerintah Jepang
strategis dalam mengevaluasi sistem PJJ sekaligus
juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu 72%
memberikan dukungan kesehatan mental bagi anak
anak-anak Jepang merasakan stres akibat Covid-
dan remaja. Penyediaan layanan dukungan sosial
19.
yang memberikan fasilitas layanan kesehatan
Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat.
mental (mental health) bagi para siswa melalui
Investigasi yang dilakukan oleh Centre for Disease
sekolah merupakan hal strategis yang perlu
Control (CDC) menunjukkan 7,1% anak-anak
diperkuat pada era pandemi saat ini. Dengan
dalam kelompok usia 3 hingga 17 tahun telah
adanya penyediaan layanan ini baik online maupun
didiagnosis dengan kecemasan, dan sekitar 3,2%
offline, baik melalui masyarakat maupun
pada kelompok usia yang sama menderita depresi.
konseling sebaya, harapannya masyarakat dapat
Bahkan, penelitian lainnya menunjukkan bahwa
dengan mudah mengakses dukungan sosial jika
isolasi akibat Covid-19 ini menyebabkan kondisi
diperlukan. Pemberian layanan kesehatan mental
kesehatan mental anak-anak berkebutuhan khusus,
bagi anak dan remaja juga dapat diperkuat oleh
seperti ADHD, ASD, dan disabilitas lainnya
sekolah. Sebagai pihak yang bertanggung jawab
semakin buruk. Di Indonesia, implementasi
terhadap proses pembelajaran jarak jauh, pihak
kebijakan pembatasan kegiatan pembelajaran di
sekolah selaiknya memperhatikan kondisi para
sekolah ini tentunya berdampak signifikan pada
siswanya tidak hanya pada kualitas kemajuan
kesehatan mental para siswa meskipun dengan
pembelajarannya. Akan tetapi, hal yang lebih
derajat yang bervariasi. Data yang diperoleh dari
penting adalah memberikan perhatian lebih atas
survei penilaian cepat yang dilakukan oleh Satgas
keamanan, kondisi kesejahteraan mental anak, dan
Penanganan Covid-19 (BNPB, 2020)
hal lain terkait dengan tantangan yang dihadapi
menunjukkan bahwa 47% anak Indonesia merasa
oleh anak dalam proses pembelajaran di rumah.
bosan di rumah, 35% merasa khawatir ketinggalan
Penyediaan layanan kesehatan mental bagi anak
pelajaran, 15% anak merasa tidak aman, 20% anak
dan remaja serupa telah diimplementasikan di

5|kesehatan mental pada remaja


berbagai negara dan berhasil menurunkan berbagai dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi
permasalahan terkait yang dialami oleh anak dan dengan lebih baik.
remaja akibat pandemi ini. Sebagai contoh,
pemerintah China, Australia, ataupun Jepang PENUTUP
secara intensif menyediakan layanan konseling Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat
telepon (hotline), online, maupun offline bagi dikatakan bahwa sebagian besar remaja
masyarakatnya sebagai pertolongan pertama pada mengalami permasalahan psikologis selama
masalah kesehatan mental di negara tersebut. Jadi, Pandemi Covid-19. Remaja mengalami
permasalahan kesehatan mental kelompok rentan,
permasalahan psikologi yang berhubungan
khususnya anak dan remaja, dapat teratasi dengan
dengan distress psikologis dan disfungsi sosial
baik sebelum menyebabkan efek yang lebih serius.
seperti merasakan kurang dapat
Penguatan Pendidikan Keluarga berkonsentrasi, merasa dibawah tekanan dan
Meskipun diyakini bahwa pengasuhan dan kurang dapat menikmati aktivitas seharihari.
pendampingan belajar anak selama pandemi Remaja perempuan dan remaja yang
merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi mengalami perubahan jam tidur (baik yang
keluarga dan tidak satu pun keluarga pernah lebih lama maupun berkurang dari biasanya)
mengalami ini sebelumnya. Keluarga memiliki memiliki kecenderungan yang lebih besar
peran dan tanggung jawab utama dalam untuk mengalami permasalahan psikologis.
menyediakan bimbingan yang baik dalam proses Sehingga, selama pandemi remaja perempuan
belajar anak di rumah maupun menjaga kesehatan memerlukan perhatian yang lebih
mental anak selama pandemi.Penguatan fungsi dibandingkan dengan laki-laki dan pola tidur
keluarga dalam mengasuh anak dan remaja serta
perlu diperhatikan agar tidak berdampak pada
mendampingi proses belajar jarak jauh di rumah
distress psikologis dan disfungsi sosial selama
menjadi hal vital yang harus dilakukan selama
pandemi. Keluarga sebagai pihak yang paling pandemi Covid-19.
tidak tersiapkan dalam menghadapi berbagai DAFTAR PUSTAKA
problematika selama pandemi adalah pihak yang
paling strategis untuk dapat terus didampingi, baik Layla Takhfa Lubis1 , Laras Sati 2 , Naura
oleh pemerintah maupun berbagai lembaga Najla Adhinda3 , Hera Yulianirta4 , Bahril
nonpemerintah lainnya. Pendampingan keluarga Hidayat5
melalui penguatan kapasitas keluarga dengan
implementasi strategi positif mendampingi anak Yasipin1, Silvia Ayu Rianti2, Nurman Hidaya3
belajar online di rumah serta mengidentifikasi Halodoc.com
berbagai indikator permasalahan mental pada anak
dipercaya merupakan cara efektif untuk Hidayanti, laeli. 2020. Kendala Belajar Online
meminimalisasi permasalahan terkait anak dan bagi Siswa saat Pandemi Covid-
remaja pada masa pandemi ini. Meskipun pandemi 19, https://kumparan.com/laeli-hidayanti/kend
ini belum berakhir, dampak tekanan psikologi dan ala-belajar-online-bagi-siswa-saat-pandemi-
kesehatan mental yang dirasakan anak dan remaja covid-19-1tfb7OwtV7i, diakses pada 5 Juni
semakin nyata. Kondisi kesehatan mental yang
2021.
dialami anak-anak dan remaja kita tidak terlepas
dari peran keluarga, sekolah, dan masyarakat https://nasional.sindonews.com/read/
dalam mendampingi anak menghadapi berbagai 228580/18/ancaman-kesehatan-mental-siswa-
bentuk perubahan. Oleh karena itu, hal ini pada-masa-pandemi-1605096692, diakses
tentunya harus menjadi perhatian seluruh pihak
pada 5 Juni 2021.
untuk memaksimalkan kolaborasi sedini mungkin

6|kesehatan mental pada remaja


7|kesehatan mental pada remaja

Anda mungkin juga menyukai