Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDUHULUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

MATA KULIAH: PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL”

oleh :

MARIA PUTRI SANIA ENJELU (632301200004)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehaidat Tuhan Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan tugas penulisan makalah “pemeriksaan sistem
muskuloskeletal”dengan baik tanpa kendala apapun.
Makalah berjudul “pemeriksaan sistem muskuloskeletal”ini
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah praktik KMB.Penulis memohon
maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,baik
secara materi maupun penyampaian dalam makalah ini.Penulis mengetahui
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik
serta saran dari pembaca sangat dibutuhkan demi kemajuan makalah ini.
Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat dan
berdampak besar sehingga dapat memberi inspirasi bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot,
jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting
dalam gerakan tubuh.
Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal termasuk penilaian awal
kemampuan fungsional dalam manuver pemeriksaan fisik tingkat lanjut
dapat menentukan kelainan spesifik pada tulang, otot, dan sendi. Evaluasi
Keperawatan berfokus terutama pada penilaian kemampuan fungsional.
Teknik Pemeriksaan dan palpasi dilakukan untuk menilai integritas tulang,
postur,fungsi sendi, kekuatan otot, gaya berjalan dan kinerja pasien
kegiatan sehari-hari.
Evaluasi sistem muskuloskeletal sering kali diintegrasikan ke
dalam pemeriksaan kesehatan berkala. Sistem ini berkaitan erat dengan
sistem saraf dan sistem kardiovaskular, sehingga umum untuk
mengevaluasi ketiga sistem tersebut dilakukan secara bersamaan. Dasar
evaluasi adalah perbandingan simetri bagian tubuh. Kedalaman penilaian
tergantung pada keluhannya.Riwayat fisik dan medis pasien serta temuan
fisik didokumentasikan oleh pemeriksa.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami tentang cara pengkajian otot skelet, tulang
belakang, sistem persendian, otot, cara berjalan, pengkajian kulit dan
sirkulasi perifer.
C. Manfaat
 Mengetahui cara pemeriksaan fisik sistem skelet
 Mengatahui cara pengkajian tulang belakang
 Mengetahui cara pengkajian persendian
 Mengetahui cara pengkajian sistem otot
 Mengetahui cara pengkajian cara berjalan
 Mengetahui cara pengkajian kulit dan sirkulasi perifer
BAB II
ISI
A. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSKULOSKELETAL
Prinsip dasar dalam pemeriksaan muskuloskeletal adalah
 Observasi keadaan umum pasien
- Observasi (mengakses kelainan nyata yang terlihat pada kulit
dan komponen sistem muskuloskeletal lainnya)
- Palpasi (Menggunakan tekanan ringan hingga kuat untuk
mengidentifikasi dan mengukur kelainan sistem
muskuloskeletal, nyeri/nyeri, titik pemicu.)
- Manipulasi  (Terdiri dari berbagai teknik untuk mengakses
rentang gerak (ROM), kekuatan, sensasi, refleks, dan gaya
berjalan.) 

 Rentang Gerak (ROM)

ROM bisa aktif atau pasif. ROM aktif dilakukan oleh pasien, yang
tidak hanya dapat mengakses mobilitas sendi tetapi juga sistem
muskuloskeletal dan saraf yang utuh.  Membandingkan dengan
pihak yang tidak terpengaruh sangatlah diperlukan(Bandingkan
kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain)

 Kekuatan
Untuk mengevaluasi kekuatan, skala kekuatan otot (skala MCR)
biasanya digunakan yang menilai kekuatan menjadi 0 hingga 5
- 0 – Tidak ada kontraksi
- 1 – Berkedip atau bekas kontraksi
- 2 – Gerakan aktif penuh, tanpa gravitasi
- 3 – Gerakan aktif melawan gravitasi
- 4 – Gerakan aktif melawan gravitasi dan hambatan
- 5 – Kekuatan normal
 Pemeriksaan Refleks dan Sensorik
Skor kerusakan neuropati (NIS) adalah salah satu skala paling
langsung untuk mengevaluasi korelasi antara sistem saraf dan
sistem muskuloskeletal. NIS dapat ditingkatkan dengan
menambahkan pengetahuan dermatom pada tes sensasi.Berikut ini
cara menilai refleks dan sensasi (tekanan sentuhan, tusukan jarum,
dan getaran)
- 0 – Biasa
- 1 – Menurun
- 2 – Tidak ada

 Analisis Gaya Berjalan

Metode penggerak manusia yang paling penting adalah gaya


berjalan; ini memberikan kemandirian dan memungkinkan
fungsionalitas, menjadi dasar aktivitas kehidupan sehari-
hari. Analisis gaya berjalan klinis adalah evaluasi dan pengukuran
fungsi biomekanik berjalan, hubungan antara tubuh bagian atas
dan tubuh bagian bawah, dan dislokasi pusat gravitasi. Analisis
gaya berjalan dapat mendukung dan meningkatkan diagnosis
klinis, pengambilan keputusan, dan tindak lanjut kasus klinis
pasien.

 Poin Pemicu

Titik pemicu myofascial (MTrP) sering terjadi pada individu


dengan nyeri muskuloskeletal. Ada titik pemicu aktif dan
laten; perbedaannya adalah trigger point aktif menyebabkan nyeri
spontan dan nyeri alih pada palpasi, trigger point laten
menyebabkan nyeri lokal dan bukan nyeri spontan.  Reproduksi
nyeri alih sebagai respons terhadap kompresi MTrP 

B. PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


a. Pengkajian Otot skelet
Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformitas dan kesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat adanya tumor tulang
dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomi harus dicatat.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
sendi biasanya menunjukkan adanya patah tulang.
b. Pengkajian tulang belakang
Kurvatur normal tulang belakang adalah biasanya konveks pada
bagian dada dan konkaf pada bagian leher dan pinggang.
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi adalah skoliosis
deviasi lateral kurvatura tulang belakang, kifosis kenaikan
kurvatura tulang belakang pada bagian dada, dan lordosis
kurvature tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan.
Pada saat inspeksi tulang belakang, buka seluruh baju
pasien untuk menampakkan seluruh punggung, bokong dan
tungkai. Pemeriksa memeriksa kurvatura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan
lateral. Berdiri di belakang pasien, pemeriksa dapat
memeperhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka.
Lipatan bokong normalnya simetris. Simetris bahu dan pinggul,
begitu pula kelurusan tulang belakang, diperiksa dengan pasien
berdiri tegak dan membungkuk kedepan fleksi.
c. Pengkajian sistem Persendian
Sistem persendian diperiksa dengan memeriksa luas
gerakan, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Luas gerakan
dievaluasi baik secara aktif sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi
maupun secara pasif sendi digerakkan oleh pemeriksa.
Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa
nyeri, maka harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam
kapsulnya effusi, pembengkakan, dan peningkatan suhu yang
mencerminkan proses inflamasi aktif. Kita harus mencurigai
adanya effusi bila sendi tampak membengkak ukurannya dan
tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat yang paling sering
mengalami effusi adalah lutut.
Palpasi sendi sementara sendi digerakkan secara pasief
akan memberikan informasi mengenai integritas sendi. Normalnya
sendi bergerak secara halus. Suara gemelutuk menunjukkan adanya
ligamen yang tergelincir diantara tonjolan tulang.
Jaringan di sekitar sendi diperiksa akan adanya benjolan.
Reumatoid artritis, gout, dan osteoartritis menimbulkan benjolan
yang khas. Benjolan di bawak kulit pada rheumatoid artritis
bersifat lunak dan terdapat di dalam dan sepanjang tendon yang
memberikan fungsi ekstensi pada sendi.
d. Pengkajian sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memeperhatikan kemampuan
mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Kelemahan otot atau sekelompok otot
menunjukkan bernagai macam kondisi seperti, polineuropathi,
gangguan elektrolit khususnya kalsium dan kalium, miastenia
gravis, poliomielitis, dan distrofi otot. Dengan melakukan palpasi
otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif, perawat dapat
merasakan tonus otot.
Lingkar ekstremitas harus diukur untuk memantau
pertambahan ukuran akibat adanya edema atau perdarahan ke
dalam otot, juga digunakan untuk mendeteksi pengurangan ukuran
akibat atrofi. Ekstremitas yang sehat digunakan sebagai acuan.
Pengukuran dilakukan pada lingkar ekstremitas terbesar. Perlu
diingat bahwa pengukuran harus dilakukan pada lokasi yang sama
pada ekstremitas dan dengan ekstremitas pada posisi yang sama
dengan otot dalam keadaan istirahat.
e. Pengkajian Jalan Berjalan
Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat
pemeriksa sampai beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara
berjalan mengenai kehaluasan dan iramanya. Setiap adanya
gerakan yang yang tidak teratur dan ireguler biasanya terlihat pada
lansia dianggap sebagai suatu yang abnormal.
f. Pengkajian Kulit dan Sirkulasi perifer
Sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus
melakukan inspeksi kulit dan melakukan pengkajian sirkulasi
perifer. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih
panas atau lebih dingain dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi
periferdapat dikaji dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu,
dan waktu pengisian kapiler.

BAB III
PENERAPAN SOP PADA KASUS
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik :
 Memperkenalkan diri kepada pasien dan mengecek gelang nama
pasien supaya menghindari salah pasien
 Selalu meminta izin kepada pasien sebelum melakukan
tindakan(informed consent)
 Jaga privasi pasien
 Jelaskan tujuan,manfaat,dan bagaimana cara tindakan yang akan
dilakukan
 Gunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
 Jangan menyakiti pasien
2. Tujuan pemeriksaan Fisik
 Memperoleh data dasar mengenai kesehatan pasien
 Menegakkan diagnosa keperawatan
 Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
pasien
 Mengevaluasi tindakan keperawatan
3. Manfaat Pemeriksaan fisik
 Memahami masalah kesehatan yang dirasakan pasien
 Memilih intervensi keperawatan yang sesuai
 Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang sudah dilakukan
4. Teknik Pemeriksaan fisik
 Inspeksi(melihat)
Yaitu teknik pemeriksaan secara langsung dengan melihat seluruh
tubuh pasien dan dilakukan pertama kali saat awal interaksi dengan
pasien. Teknik inspeksi dapat diperoleh hasil tentang bentuk,
warna, ukuran, tekstrur, posisi, dan sebagainya.
 Palpasi (Meraba)
Teknik pemeriksaan yang dilakukan dengan meraba atau menekan
bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Teknik palpasi
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh (temperatur), konsistensi,
bentuk, pergerakan, dan sebagainya. Biasanya bunyi yang
dihasilkan seperti pekak, sonor, hipersonor, redup, timpani.
 Perkusi(mengetuk)
Teknik pemeriksaan dengan mengetuk atau memukul untuk
mendengarkan bunyi getaran bagian tubuh yang diperiksa. Teknik
ini dilakukan dengan menggunakan tangan atau jari. Stetoskop
merupakan alat yang biasa digunakan saat teknik perkusi. Bunyi
yang biasa dikaji menggunakan stetoskop yaitu bunyi jantung,
paru, abdomen (peristaltik usus).
5. Masalah dalam Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang harus dilakukan
agar perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat
rencana asuhan keperawatan. Dalam proses tersebut tentunya ada beberapa
masalah atau hambatan dalam melakukan pemeriksaan fisik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dimana
dijelaskan bahwa hanya sebagian perawat yang melakukan pemeriksaan
fisik pada pasien. Sedangkan aspek pasca-prosedur pun dikategorikan
rendah.Membuat kontrak waktu sebelum melakukan pemeriksaan fisik
juga hamper tidak dilaksanakan . Penelitian yang dilakukan oleh
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menghambat
pelaksanakan proses pengkajian keperawatan yaitu kurangnya kemampuan
perawat dalam mengumpulkan data pengkajian yang komperhensif, malas
untuk mengkaji, adanya beban kerja yang tinggi, dan mengkaji memakan
waktu. Perawat juga mengungkapkan bahwa keengganan mengkaji adalah
hambatan dalam melaksanakan proses pengkajian keperawatan, dan juga
waktu yang sangat sempit juga menyebabkan pengkajian kepada pasien
kurang maksimal.
6. Dampak Tidak Terlaksananya Pemeriksaan Fisik
Dampak tidak melakukan pemeriksaan fisik yaitu dapat mengancam
keselamatan klien.
Hal ini dikarenakan pengkajian keperawatan yang tidak terstruktur dengan
baik, dan hanya berfokus hanya pada pengkajian tanda-tanda vital. Selain
itu juga mutu pelayanan asuhan keperawatan juga berkurang akibat tidak
dilaksanakannya pemeriksaan fisik.
7. Teknik Pemeriksaan Fisik Sistem Muskuloskeletal
a. Data umum: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, dan sebagainya
b. Keluhan utama: Secara umum tanda dan gejala dari muskuloskeletal
yaitu nyeri, kaku sendi, perubahan sensori, pembengkakan, terbatasnya
pada rentang gerak (ROM), dan infeksi. Tanda dan gejala ini dapat
mempengaruhi kemampuan untuk melakukan akktivitas harian
c. Kualitas nyeri (derajat, lokasi, dan sebagainya)
d. Gangguan fungsi organ, kelainan pada kulit
e. Riwayat penyakit lalu (trauma, operasi)
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Status ekonomi
h. Riwayat alergi dan pemakaian obat-obatan
Pada pemeriksaan muskuloskeletal terbagi menjadi:
a. Pemeriksaan umum: kondisi pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital, posisi
b. Pemeriksaan regional: pemeriksaan pada sisi yang sakit, dan dibandingkan
dengan sisi yang normal.
c. Inspeksi
Inspeksi pada sisi anterior, lateral, dan posterior, ektremitas atas dan
bawah diperiksa dari proksimal ke distal (apakah ada pemendekan,
deformitas, pembengkakan, ulkus, dan sebagainya). Selain itu,
pengkajian muskuloskeletal dilakukan dengan melakukan observasi
dari cara berjalan, mobilitas tubuh, postur pergerakan sendi secara
umum, kelemahan otot. Observasi hubungan antara bagian tubuh
yang satu dengan yang lainnya misalnya kaki ke tungkai, tungkai ke
panggul, panggul ke pelvis.
d. Palpasi. Palpasi suhu, krepitasi, nyeri
e. Pemeriksaan tonus otot, diperiksa dalam keadaan relaksasi,
dilakukan dengan perabaan
f. Pemeriksaan atrofi otot, mengukur lingkaran anggota
lengan/tungkai, membandingkan ukuran otot
g. Pemeriksaan sendi, Range of Motio (ROM) dinilai secara aktif atau
pasif
h. Skala kekuatan otot
0:paralisis otot
1:Tidak ada gerakan,teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2:Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gaya
gravitasi(hanya bergeser)
3:Bisa melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawan
tahanan pemeriksa
4:Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
5:Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
8. Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang dan Pelvis
a. Look
1. Inspeksi tulang belakang saat berdiri
2. Inspeksi tulang belakang saat berbaring
3. Inspeksi tulang belakang saat bergerak
4. Inspeksi bentuk dan postur tubuh dari depan, belakang, samping
(scoliosis, kifosis, lordosis, gibbus, muscle spasme), round back
5. Inspeksi posisi scapula
b. Feel
1. Celah yang kosong antara 2 prosesus spinosus menandakan bahwa
tulang belakang yang tidak tersusun dengan benar
2. Palpasi untuk mendeteksi nyeri akibat tekanan vertical
3. Palpasi tulang belakang, sendi sakro-iliaka dan otot-otot punggung
c. Move (Minta klien membungkuk menyentuh jari-jari tangannya ke
jari-jari kakinya untuk menilai fleksi punggung )
9. Pemeriksaan Fisik Ekstremitas Atas dan Bawah
Melihat bagian (Deformitas,hiperemi,luka,jejas,strofi dan scar),menyentuh
bagian yang akan diperiksa (nyeri,suhu kulit,krepitasi,dan false
movement,status vascular) dan menggerakan bagian yang diperiksa secara
aktif dan pasif dan di catat di ROM.

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot,
jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting
dalam gerakan tubuh.
Evaluasi Keperawatan berfokus terutama pada penilaian
kemampuan fungsional. Teknik Pemeriksaan dan palpasi dilakukan untuk
menilai integritas tulang, postur,fungsi sendi, kekuatan otot, gaya berjalan
dan kinerja pasien kegiatan sehari-hari.Sistem ini berkaitan erat dengan
sistem saraf dan sistem kardiovaskular, sehingga umum untuk
mengevaluasi ketiga sistem tersebut dilakukan secara bersamaan.

2. Saran
Bagi pembaca,hasil makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan tentang “Pemeriksaan sistem Muskuloskeletal’.Besar harapan
melalui makalah ini,banyak manfaat bagi pembaca ,serta saran yang baik
untuk melanjutkan makalah dengan versi yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Renato C. Vilella; Anil Kumar Reddy Reddivari.(2022). Musculoskeletal

Examination(National Library Of Medicine). United States National


Library of Medicine

Bonefasius, GA 2022, '… PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM


MUSKULOSKELETAL BERBASIS YOUTUBE SESUAI DENGAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) …',
repository.unhas.ac.id, http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/17806/

Silaban, H 2021, 'Mata Kuliah: Sistem Muskuloskeletal', repository.uki.ac.id,


http://repository.uki.ac.id/4987/1/BuktikinerjablokSistemMuskuloskeletal.
pdf

Anda mungkin juga menyukai