Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWTAN DASAR GANGGUAN MOBILITAS

DI WILAYAH PUSKESMAS SUNGAI JINGAH


BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD FIKRI AKBAR
NIM : 11409719063

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI / TANJUNGPURA


2020
LEMBAR PENGESHAN

Laporan praktik klinik asuhan keperawatan dengan gangguan mobilitas di wilayah


puskesmas sungai jingah, Banjarmasin. Telah di setujui oleh pihak pembimbing
akademik.

Banjarmasin,…. September 2020

Mengetahui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

M. Husni.,S.Kep.,M.kes Muhammad Fikri Akbar


l. Konsep Dasar

A. Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan dimana seseorang bergerak secara bebas,


mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit suatu jaringan atau organ untuk aktualisasi (Mubarak, 2015).
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2014).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan dimana individu
yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasn gerakan fisik. Individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan fisik antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih,
individu yang kehilangan fungsi antaomi akibat perubahan isiolohi (kehilangan
fungsi motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda), penggunaan alat
eksternal (seperti gips atau traksi) dan pembatasan gerakan volunteer
(Potter&Perry,2015)

B.ETIOLOGI

a. Penurunan kendali otot


b. Penurunan kekuatan otot
c. Kekakuan sendi
d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal
f. Gangguan neuromuscular
g. Keengganan melakukan pergerakan
C.Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik

a.Gejala dan Tanda Mayor


1) Subjektif
- Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2) Objektif
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) menurun.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
- Sendi kaku
hannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

D.Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem


otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang
dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi
dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot
yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang,
pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam
pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium,
berperan dalam pembentukan sel darah merah.
E.Pathway
https://images.app.goo.gl/gYJV1dgwCrGTVATw5
F.Penatalaksaan

1. Membantu pasien duduk di tempat tidur

Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas


pasien. Tujuan;

a.Mempertahankan kenyamanan

b.Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas

c.Mempertahankan kenyamanan

2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur


l. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk. Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
ll. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri. Tujuan
:
1) Melancarkan peredaran darah ke otak
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
4) Memberikan obat peranus (inposutoria)
5) Melakukan pemeriksaan daerah anus
lll. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidurddengan
ggshjsksibagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan :
1) untuk melancarkan peredaran darah
lV. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kakidditekuk
shakdalddan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.

1. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan :


a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
b. Mempertahankan kenyamanan pasien
c. Mempertahankan kontrol diri pasien
d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
2. Membantu pasien berjalan Tujuan :
a. Toleransi aktifitas
b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi

Range of motion atau ROM merupakan latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range
of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2016).

a.Nilai Normal ROM

Kategori tingkat kemampuan aktifitas adalah sebagai berikut

Tingkatan 0 : Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkatan 1 : Memerlukan penggunaan alat

Tingkatan 2 : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkatan 3 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

Tingkatan 4 : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpatisasi dalam
dfhfvhydswfcfdperawatan

b.Rentang Gerak Sendi

Bahu:

- Abderhubungan denganuksi:180

Siku:

- Fleksi:150

Pergelangan Tangan:
- Fleksi : 80-90

- Ekstensi : 80-90

- Hiperekstensi : 70:90

- Abderhubungan denganuksi : 0-20

- Aduksi : 20

c.Derajat Kekuatan Otot

Untuk mengetahui seberapa derajat kekuatan otot dapat digunakan dengan skala
berikut :

Skala Kekuatan Otot Keterangan


0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan,
kontraksasi otot dapat di
palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh
3 50 Gerakan yang normal
4 75 Gerakan penuh yang
normal
5 100 Kekuatan Normal

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography)
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
ll. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1.Pemeriksaan Fisik

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat


tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang

1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)

3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang

berlebihan)

c. Mengkaji system persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot

Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran


masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.

e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis
-stroke, cara berjalan selangkah-selangkah - penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar - penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

g. Mengkaji fungsional klien

- Kategori tingkat kemampuan aktivitas Rentang gerak

- Rentang gerak ROM

Range of motion atau ROM merupakan latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range
of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2016).

a. Nilai Normal ROM

Kategori tingkat kemampuan aktifitas adalah sebagai berikut

Tingkatan 0 : Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkatan 1 : Memerlukan penggunaan alat

Tingkatan 2 : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Tingkatan 3 : Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

Tingkatan 4 : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpatisasi dalam
perawatan

b. Rentang Gerak Sendi

Bahu:
- Abderhubungan denganuksi:180

Siku:

- Fleksi:150

Pergelangan Tangan:

- Fleksi : 80-90

- Ekstensi : 80-90

- Hiperekstensi : 70:90

- Abderhubungan denganuksi : 0-20

- Aduksi : 20

c.Derajat Kekuatan Otot

Untuk mengetahui seberapa derajat kekuatan otot dapat digunakan dengan skala
berikut :

Skala Kekuatan Otot Keterangan


0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan,
kontraksasi otot dapat di
palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh
3 50 Gerakan yang normal
4 75 Gerakan penuh yang
normal
5 100 Kekuatan Normal

H. Pemeriksaan Penunjang
e. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
f. CT scan (Computed Tomography)
g. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
h. Pemeriksaan Laboratorium:
I. Diagnosa Keperawatan
1) Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
ditandai dengan keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan
motorik kasar dan keterbatasan rentang gerak sendi

J.INTERVENSI

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1 Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan NIC Label Exercise 1. Menentukan batas gerakan
Fisik berhubungan asuhan keperawatan Therapy: Joint gagyang akan dilakukan
dengan intoleransi 1 x 60 menit Mobility 2. Motivasi yang tinggi dari
aktivitas ditandai diharapkan pasien hshjpasien dpt melancarkan
dengan keterbatasan dapat tetap 1. Kaji keterbatasan lllllllllatihan
kemampuan mempertahankan gerak sendi 3. Agar pasien beserta
melakukan pergerakannya, keluarga jdhfdapat memahami
keterampilan motorik dengan criteria: 2. Kaji motivasi klien dan sjjjjj jdjjdmengetahui asan
kasar NOC Label : Body untuk pemberian jajjdlatihan
Mechanics mempertahankan 4. Agar dapat memberikan
Performance pergerakan sendi gshdintervensi secara tepat
1. Menggunakan 3. Jelaskan 5. Cedera yg timbul dapat
posisi duduk alasan/rasional sjfhfmemperburuk kondisi klien
yang benar pemberian latihan 6. Memaksimalkan latihan
2. Mempertahank kepada pasien/ 7. ROM dapat
an kekuatan keluarga mempertahankan
otot jsjjjpergerakan sendi
3. Mempertahank 4. Monitor lokasi 8. ROM pasif dilakukan jika
an fleksibilitas ketidaknyamanan gdgklien tidak dapat melakukan
sendi atau nyeri selama fhdlsecara mandiri
aktivitas 9. Meningkatkan harga diri
5. Lindungi pasien dari klien
cedera selama
latihan

6. Bantu klien ke posisi


yang optimal untuk
latihan rentang
gerak
7. Anjurkan klien untuk
melakukan latihan
range of motion
secara aktif jika
memungkinkan
8. Anjurkan untuk
melakukan range of
motion pasif jika
diindikasikan

9. Beri reinforcement
positif setiap
kemajuan klien
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H., A. Aziz, 2016, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Alimul H., A. Aziz, 2016, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, jilid 2. Jakarta : Salemba
Medika.

Joanne&Gloria. 2017 . Nursing Interentions Classification Fourth Edition, USA : Mosby


Elsevier

Moorhead,Sue. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA : Mosby
Elsevier

Mubarak, Wahit & Chayatin,2017.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktik , Jakarta : EGC.

NANDA,2017, Diagnosa Keperatawan : Definisi dan Klasifikasi 2016-2017, Jakarta : Prima


Medika

Potter & Perry, 2015,Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,dan Praktik
,Ed.4. Vol.2 Jakarta: EGC.

T.Heather Herdman .2011.NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-


2020, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai