Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

                    1.      Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan latihan


a.       Definisi / Deskripsi Kebutuhan
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan
bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh klien maupun perawat. (Priharjo, 1993 : 1 ).
Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, banyak aspek-aspek
pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara lain : gerakan setiap persendian, postur
tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas.
b.      Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament, tulang, kartilago,
persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja bersama-sama untuk menghasilkan
gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia, yaitu : otot polos, otot rangka, dan otot
jantung. Dari ketiga otot tersebut, otot yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau
pergerakan yaitu otot rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut
fasikel, semakin besar otot semakain banyak serabutnya.
a.       Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun dari 260.000
serabut.
b.      Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500 serabut.
Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal yaitu :
a.       Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1.      F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain.
2.      Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan
melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge miosin.
3.      Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang
pada molekul tropomiosin.
b.      Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua pasang rantai
ringan.
1.      Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala protein globular atau
crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.
2.      Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis. Setiap crossbridge memiliki sisi
pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas
ATP).
3.      Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan ekor cambuknya
yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton. Sistem rangka
yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi,
aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh
sebab itu, rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai
alat gerak aktif.
Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami pembesaran. tendon
merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan otot dengan periosteum ( membrane fibrosa
yang menutupi tulang ). Tendon menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet
berkontraksi. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat
antara satu tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak. Tulang
diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.
Menurut bentuknya :
         tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
         tulang pendek (karpal dan tarsal)
         tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
         tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
         tulang sesamoid ( patella)
Menurut lokasinya :
         tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan sternum)
         tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna, metacarpal, tulang pelvis,
femur, patella, fibula, dan metatarsal)
Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang kuat dan berfungsi
untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran pendengaran, dan bagian
invertebrata. Persendian merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan setiap persendian
mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi. Bursa merupakan kantong cairan synovial
yang terletak pada lokasi gesekan di sekitar persendian antara tendon, ligament, dan tulang.
Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.
c.       Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal
         Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan pernafasan yang
pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat muncul intoleransi aktivitas.
         Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
         Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
         usia
d.      Macam – macam gangguan
         Fraktur
         Gout
         Arthritis oleh bakteri
         Cidera jaringan lunak / keras

1.      Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas dan Latihan
a.       Pengkajian
1.      Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
         Riwayat aktivitas dan olah raga
         Toleransi aktivitas
         Jenis dan frekuensi olah raga
         Faktor yang mempengaruhi mobilitas
         Pengararuh imobilitas
2.      Pemeriksaan Fisik : Data Focus
         Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan normal.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna
mengamati :
o   bahu dan pinggul sejajar
o   jari - jari kaki mengarah kedepan
o   tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
         Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh.
o   Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
o   Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
o   Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
o   Gaya berjalan halus, terkoordinasi,
         Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
o   Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
o   Deformitas
o   Adanya nyeri tekan
o   Krepitasi
o   Peningkatan temperature di sekitar sendi
o   Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
o   Derajat gerak sendi
         Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
o   Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak
o   Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
o   Keseimbangan dan koordinasi klien
o   Adanya hipotensi ortostatik
o   Kenyamanan klien
         Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak, langkah ini diambil
untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada klien maupun perawat.

Tingkatan kekuatan otot


Skala Kekuatan (%) Cirri
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat
adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh
menentanggravitasi, dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan tahana penuh

(Priharjo, 2006 : 159)


         Toleransi aktivitas
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang
mengalami :
o   Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik

3.      Pemeriksaan penunjang


         Pemeriksaan Diagnostik
o   Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
o   CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi
(mis: asetabulum).
o   MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang).
         Pemeriksaan Laboratorium
o   Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai masalah musculoskeletal
primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi).
o   Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat trauma).

b.      Diagnosa keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
1.      Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis atau psikologis dalam
memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
2.      Batasan Karakteristik / faktor resiko
         Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
         Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
         Riwayat intoleransi
3.      Faktor – Faktor yang Berhubungan
         Gangguan kardiovaskular

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas


1.      Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari
yang dibutuhkan atau diperlukan.
2.      Batasan Karakteristik
         Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
         Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal
         Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
         Dispneu dan ketidaknyamanan
3.      Faktor – Faktor yang Berhubungan
         Tirah baring atau imobilisasi
         Kelemahan secara menyeluruh
         Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
         Gaya hidup yang menetap

Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik


1.      Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih
ekstremitas . Suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya
secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
2.      Batasan Karakteristik
         Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
         Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
         Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan motorik halus
         Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
         Keterbatasan ROM
         Sulit berbalik
         Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit memulai langkah, kaki diseret, goyah
pada posisi lateral)
         Penurunan waktu reaksi
         Gerakan menjadi napas pendek
         Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatatian dalam aktivitas lain,
mengontrol perilaku, focus dalam tidak mampu beraktivitas)
         Gerak lambat
         Gerakan menyebabkan tremor

3.      Faktor – Faktor yang Berhubungan


         Pengobatan
         Terapi pembatasan gerak
         Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
         IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
         Kerusakan sensori persepsi
         Nyeri, tidak nyaman
         Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
         Intoleransi aktivitas
         Depresi mood atau cemas
         Kerusakan kognitif
         Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
         Keengganan untuk memulai gerak
         Gaya hidup menetap, tidak fit
         Malnutrisi umum atau spesifik
         Kehilangan integritas struktur tulang
         Keterlambatan perkembangan
         Kekakuan sendi atau kontraktur
         Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
         Berhubungan dengan metabolisme seluler
         Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
         Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan
umur

c. Perencanaan
         Diagnosa 1
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
         berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
         melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
         menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi Rasional
1.      kaji respon klien terhadap aktivitas, 1.      Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 terhadap stress aktivitas dan, bila ada
kali per menit diatas frekuensi merupakan indicator dari kelebihan
istirahat ; peningkatan TD yang nyata kerja yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas (tekanan aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20
mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ;
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan ; diaphoresis ;
pusing/pingsan.

2.      Instruksikan pasien tentang teknik2.      Teknik menghemat energi mengurangi


penghematan energi, mis : penggunaan pengurangan energi, juga membantu
kursi roda saat mandi, dduduk ssat keseimbangan antara suplai dan
menyisir rambut,melakukan aktivitas kebutuhan oksigen.
dengan perlahan.

3.      Berikan dorongan untuk melakukan 3.      Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
         aktivitas / perawatan diri bertahap jika peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Diag dapat ditoleransi. Berikan bantuan Memberikan bantuan hanya sebatas
nosa. sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong
2 kemandirian dalam melakukan aktivitas
Tujuan :
         setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
         berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
         melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
         menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi Rasional
1.      kaji respon klien terhadap aktivitas, 1.      Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 terhadap stress aktivitas dan, bila ada
kali per menit diatas frekuensi istirahat ; merupakan indicator dari kelebihan
peningkatan TD yang nyata kerja yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas (tekanan aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20
mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ;
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan ; diaphoresis ;
pusing/pingsan.

2.      Instruksikan pasien tentang teknik2.      Teknik menghemat energi mengurangi


penghematan energi, mis : penggunaan pengurangan energi, juga membantu
kursi roda saat mandi, dduduk ssat keseimbangan antara suplai dan
menyisir rambut,melakukan aktivitas kebutuhan oksigen.
dengan perlahan.
3.      Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
3.      Berikan dorongan untuk melakukan peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
aktivitas / perawatan diri bertahap jika Memberikan bantuan hanya sebatas
dapat ditoleransi. Berikan bantuan kebutuhan akan mendorong
sesuai kebutuhan. kemandirian dalam melakukan
aktivitas

         Diagnosa 3
Tujuan :
         Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
         Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitaskatkan
         Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan tingkat
aktivitas saat sekarang
         Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan untuk
beraktivitas
Intervensi Rasional
1.      Identifikasi factor-faktor yang
1.      Memberikan kesempatan untuk
mempengaruhi kemampuan untuk aktif, memecahkan masalah untuk
seperti temperature yang sangat tinggi, mempertahankan atau meningkatkan
insomnia, pemasukan makanan yang mobilitas.
tidak adekuat.

2.      Anjurkan klien untuk melakukan 2.      Meningkatkan kemandirian dan rasa
perawatan diri sendiri, sesuai dengan control diri, dapat menurunkan
kemampuan maksimal yang dimiliki perasaan tidak berdaya.
klien.
3.      Menurunkan tekanan terus menerus
3.      Lakukan perubahan posisi secara pada daerah yang sama, mencegah
teratur ketika klien tirah baring di kerusakan kulit. Meminimalkan
tempat tidur atau dikursi. spasme fleksor lutut dan panggul.

4.      Bermanfaat dalam mengembangkan


4.      Konsultasikan dengan ahli terapi fisik program latihan individual dan
atau terapi kerja mengidentifikasi kebutuhan alat untuk
menghilangkan spasme otot,
meningkatkan fungsi motorik,
menurunkan atrofi, dan kontraktur
pada system musculoskeletal.
DAFTAR PUSTAKA

         Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan IAPK

         Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

         Priharjo, Robert. 1993. Perwatan nyeri Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta : EGC

         NANDA 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.

         Mubarak, Wahit Iqbal ; Nurul Cahyati. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori

dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC

         Doenges, E. Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai