Anda di halaman 1dari 11

Enzim Jantung dan Fungsinya serta Cara

pemeriksaannya
Sponsors Link
Enzim jantung atau enzim pada jantung terdiri dari bermacam-macam jenisnya. Pada dasarnya,
enzim merupakan molekul protein yang kompleks dan fungsinya sebagai katalisator. Katalisator adalah
zat yang berfungsi mempercepat proses sebuah reaksi. Enzim bukan zat yang bereaksi, tetapi fungsinya
mempercepat reaksi. Strukturnya pun tak berubah dari sebelum reaksi dan sesudah reaksi. Jadi
kehadiran enzim dalam proses reaksi tidak akan mengubah keseimbangan.
ads

Baca juga: Bagian-Bagian Jantung, Kelainan Jantung Bawaan, Penyakit Jantung Tiroid.

Enzim ada di hampir seluruh organ tubuh kita. Pada setiap organ tubuh kita pun, enzim tidak hanya terdiri
dari satu macam saja. Tak terkecuali jantung, ada berbagai macam jenis enzim dalam jantung kita.
Dilihat dari kinerjanya, ada 2 macam jenis enzim, yaitu:

 Enzim fungsional adalah enzim ekstrasel yang sengaja disekresikan dalam aliran darah dan bekerja
ketika diperlukan. Enzim ini terdiri dari beberapa macam seperti enzim trombokinase dan enzim
fibrinolisis.
 Enzim nonfungsional adalah enzim yang tidak bekerja dalam plasma tetapi ada di tempat tersebut.
Enzim nonfungsional terbagi menjadi dua yaitu enzim ekstrasel dan enzim intrasel.

Dalam jantung sendiri, ada beberapa jenis enzim yang umum diketahui. Beberapa enzim jantung atau
enzim kardiovaskular tersebut antara lain:

Glutamic Oxaloacetic Transaminase (GOT)


Nama lainnya adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT). Ini adalah enzim yang ada
pada otot jantung dan hati, namun konsentrasi keberadaan enzim ini berada di area otot rangka, ginjal,
serta pankreas. SGOT ini sebenarnya merupakan enzim hati. Enzim ini berpotensi meningkat ketika
terdapat kerusakan sel hati. Meski begitu, kenaikan enzim SGOT tidak selalu berbanding lurus dengan
kerusakan sel hati karena sejatinya enzim ini terdapat di beberapa organ tubuh lainnya.

Kadar SGOT dalam tubuh kita normal berada pada kisaran 5 sampai 40 unit per liter serum (bagian yang
cair dari darah). Ada beberapa kemungkinan yang membuat SGOT menjadi naik, yaitu:

 kerusakan hati,
 keracunan zat kimia (karena konsumsi alkohol berlebihan),
 makan dalam porsi besar dan tidak membiasakan sarapan,
 konsumsi obat dalam jangka waktu panjang,
 konsumsi makanan dengan minyak goreng yang terlalu banyak, dan
 konsumsi makanan yang terlalu matang, terlalu gosong, atau terlalu mentah.

Glutamat Piruvat Transaminase (GPT)


Enzim yang memiliki nama lain alanine amino transferase ini adalah enzim yang ada di sebagian besar
jaringan tubuh mamalia, terutama pada area otot jantung, jaringan hati, dan juga diketahui ada pada
serum darah. Serum GPT ini lebih sensitif dalam pemeriksaan yang bertujuan mengetahui kerusakan
pada hati.

Baca juga:

 CT Scan Jantung
 Detak Jantung Normal
 Manfaat Senam bagi Jantung

SGOT dan SGPT sebenarnya dua jenis enzim yang saling berdekatan. Kelebihan jumlah keduanya
dalam tubuh adalah indikasi kerusakan pada hati. Kemungkinan penyakit lain yang ditandai dengan
peningkatan kadar SGOT dan SGPT adalah:

 Hepatitis, mulai dari Hepatitis A, B, dan C. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada hati yang
kemudian membengkak, merusak, dan mematikan sel-sel hati.
 Penumpukan lemak hati atau fatty liver yang mana sel-sel hati mengalami kerusakan lantas diganti
dengan sel lemak.
 Sumbatan empedu, yang terjadi akan menenggelamkan sel-sel hati.

Creatine Phosphokinase (CK aftau CPK)


Enzim ini adalah enzim yang biasa ditemukan pada organ tubuh kita, terutama pada area otot (tak
terkecuali otot jantung, yaitu CK-MB). Enzim ini menjadi enzim yang diukur untuk mengetahui kerusakan
sel pada otot. Misalkan ketika ada serangan jantung, maka kadar CPK bisa meningkat dalam waktu 4
hingga 8 jam dan puncaknya ketika dalam waktu 18 jam. CKMB sebagai isoenzim dari CPK, akan
meningkat dalam waktu 3 hingga 6 jam setelah serangan jantung dengan waktu puncak 12 hingga 24
jam. Kemungkinan yang menjadikan kadar CKMB meningkat signifikan selain serangan jantung adalah
karena adanya miokarditis, gagal jantung, dan trauma otot jantung.

CPK dan CKMB memiliki kadar normal yang harus Anda ketahui. Pada wanita, kadar CPK normal berada
pada kisaran 40 sampai 150 mikro per liter serum, sedangkan pada pria adalah kisaran 38 sampai 175
mikro per liter serum. Untuk kadar CKMB, kadar normal berada pada angka kurang dari 3% dari CPK
seseorang.

Baca juga:

 Makanan untuk Anak Sakit Jantung


 Penyebab Jantung Berdetak Kencang dan Penyebabnya

Sponsors Link

Troponin T (TnC, TnI, dan TnT)


Ini adalah molekul protein yang bisa ditemui di area otot rangka dan toto jantung. Troponin dikenal
sebagai enzim kompleks yang terdiri dari 3 sub unit, yaitu Troponin I atau TnI, Troponin C atau TnC, dan
Troponin T atau TnT. Troponin justru tidak terdeteksi pada darah orang yang sehat. Troponin baru terlihat
pada pemeriksaan orang dengan kerusakan atau adanya kematian sel otot. Enzim ini paling sering
digunakan untuk mengukur kematian sel otot jantung. Meningkatnya kadar troponin bisa terjadi karena
beberapa sebab, seperti:

 Kerusakan sel jantung


 Radang sel otot jantung
 Radang perikarditis
 Trauma otot antung
 Gagal jantung kronik
 Gangguan irama jantung
 Diseksi aorta

Baca juga: Kebocoran Katup Aorta, Kebocoran Katup Trikuspid.

Risiko Ketika Enzim Meningkat


Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, peningkatan enzim adalah indikasi terjadinya kerusakan atau
kebocoran pada organ, terutama liver (hati). Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa hal, misalnya
kerusakan hati atau konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu panjang dan ternyata
berpengaruh pada kinerja hati.

Risiko dari peningkatan enzim ini tak jauh dari indikasi sejumlah penyakit. Untuk penyakit yang berkaitan
dengan organ jantung, peningkatan enzim-enzim ini bisa berpengaruh pada kemunculan seperti penyakit
serangan jantung – yang selain menjadi penyebab juga bisa menjadi akibat. Kenaikan enzim ini bisa
berpengaruh pada kemunculan berbagai penyakit lain yang menyerang hati. Konsultasikan dengan
dokter untuk penanganan tepat ketika Anda mengetahui hasil pemeriksaan enzim ini meningkat.

Baca juga:

 Daftar Makanan Pasca Pemasangan Ring


 Jus untuk Jantung Tersumbat
 Suplemen Jantung Terbaik

Pemeriksaan Enzim Jantung


Pemeriksaan terhadap enzim jantung dan fungsinya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Untuk
enzim SGOT dan SGPT, pemeriksaan biasanya dilakukan dengan metode fotometri atau
spektrofotometri. Hasil pengujian ini bisa menunjukkan kerusakan bila jumlah enzim terbukti lebih besar
dari kadar normal. Beberapa kondisi yang bisa mendukung peningkatan enzim ini antara lain:

 Peningkatan SGOT atau SGPT hinggga lebih dari 20 kali normal. menyebabkan atau indikasi: hepatitis
akut, nekrosis hati.
 Peningkatan sebanyak 3 sampai 10 kali kadar normal, menyebabkan atau indikasi: infeksi mononuklear,
hepatitis kronis (aktif), sindrom Reye, infark miokard.
 Peningkatan 1 hingga 3 kali normal merupakan indikasi penyakit pankreatitis, perlemakan pada hati, dan
siroris.

Pemeriksaan pada CK atau CPK dilakukan dengan tes khusus yang membutuhkan sampel darah
seseorang yang hendak diteliti. Kondisi-kondisi yang diyakini merupakan indikasi peningkatan kadar CK
atau CPK dalam tubuh antara lain:
 Peningkatan 5 kali atau lebih dari kadar normal: infrak jantung, polimiositis, distropia muskularis duchene.
 Peningkatan 2 hingga 4 kali dari kadar normal: trauma, kerja terlalu berat, akibat tindakan bedah, miopati
alkoholika, infark miokard.
 Dengan hipitiriodisme: psikosis akut.

Sponsors Link

Pemeriksaan pada Troponin T dilakukan dengan pengujian yang dinamakan Uji Troponin. Sesuai
namanya, uji ini berfungsi dalam mendiagnosis serangan jantung, mendeteksi dan mengevaluasi adanya
cedera miokardium, serta membedakan nyeri dada yang mungkin disebabkan oleh serangan jantung
atau penyebab lain.

Cara Menjaga Enzim Jantung Tetap Normal


Bagaimana menjaga enzim kardiovaskular tetap normal? Hal ini tergantung pada enzim yang
dimaksudkan. Cara-cara menjaga dan merawat jantung tetap sehat dan memastikan enzim jantung pada
keadaan normal akan dibahas per bagian enzim kardiovaskular berikut ini.

 Merawat SGOT dan GPT (SGPT)

Untuk menjaga kadar enzim ini tetap normal, kami menyarankan konsumsi temulawak. Bahan dapur ini
mengandung fraksi pati, kurkuminoid, serta minyak asiri dalam kadar 3 hingga 12%. Kandungan yang
berperan cukup besar dalam menormalkan enzim SGOT dan SGPT ini adalah fraksi pati-nya, kandungan
ini dipercaya sebagai detox alami untuk hati.

Baca juga: Manfaat Mengkudu untuk Jantung, Terapi Ablasi Jantung

 Merawat CK atau CPK

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kadar CPK tetap normal adalah berolahraga tanpa
harus melakukan olahraga berat, menjaga massa otot untuk tidak terlalu tinggi, dan meminimalisir
penggunaan obat-obatan yang bisa mendongkrak kadar CK atau CPK dalam tubuh seperti wine,
amphotericin, dan ampicillin.

 Merawat Troponin T

Enzim ini hadir ketika adanya permasalahan fisik pada organ tubuh seperti jantung dan rangka. Maka
tindakan pencegahan untuk menjaga enzim ini berada dalam kadar normal (nol persen), kita harus
berpola hidup sehat dan berusaha menghindari makanan dan minuman tinggi minyak dan lemak.
Menjaga kesehatan jantung dengan olah raga cukup juga menjadi saran dalam meminimalisir kehadiran
enzim troponin dalam tubuh.

Demikianlah informasi yang bisa kami berikan terkait dengan enzim jantung dan fungsinya. Semoga
informasi ini bisa memperkaya informasi Anda tentang kesehatan jantung khususnya dengan
memperhatikan enzim jantung.
Dokter Post

 Home

19 June 2016 / kardiologi

Tatalaksana ST Elevasi Miokard Infark


(STEMI) di Rumah Sakit dengan Fasilitas
PCI
Sindroma Koroner Akut masih menjadi salah satu kasus "pembunuh" nomor wahid di
Indonesia. Frekuensinya cukup sering dijumpai di Instalasi Gawat Darurat. Dokter Instalasi
Gawat Darurat perlu menguasai pengetahuan yang memadai tentang penatalaksanaan ideal kasus
Sindroma Koroner Akut.

ST ELevasi Miokard Infark (STEMI) adalah salah satu spektrum klinis Sindroma Koroner
Akut yang dapat berakibat fatal. Begitu pasien terdiagnosis STEMI, sebuah tindakan gawat
darurat PCI idealnya dilakukan as soon as possible. Pasien STEMI yang mendapatkan terapi PCI
dalam 1 jam pertama onset memiliki prognosis yang jauh lebih baik dari pasien yang tidak
mendapat tatalaksana PCI.

Tatalaksana STEMI di RS dengan Fasilitas


PCI
Artikel ini ditulis dengan merangkum hal-hal penting dalam buku EIMED (Emergency in
Internal Medicine) PAPDI biru tentang penatalaksanaan kasus STEMI di Rumah Sakit dengan
fasilitas PCI. Sejawat juga dapat membaca lebih lanjut tentang penatalaksanaan gawat darurat
kasus STEMI di Rumah Sakit tanpa faslitas PCI di buku EIMED (Emergency in Internal
Medicine) PAPDI biru.

Diagnosis STEMI
Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran EKG (elektrokardiografi) dan
pemeriksaan biomarka jantung (cardiac biomarkers).

Gejala klinis STEMI adalah

1. Nyeri dada yang khas atau tipikal yang menetap (lamanya berlangsung >20 menit),
2. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat,
3. Nyeri dapat menjalar ke rahang bawah, leher, lengan kiri atau punggung, dan disertai gejala
penyerta seperti keringat dingin, mual dan muntah.

Nyeri dada yang tipikal pada STEMI bersifat substernal, berlokasi ditengah atau kiri dada seperti
ditekan benda berat, diremas dan ditusuk. Gejala penyerta yang juga dapat timbul adalah pusing
seperti melayang, sinkop, dan sesak napas.

Beberapa gejala yang tidak khas berupa mual/muntah, sesak napas, lemas, berdebar-debar dan
pingsan. Kadang-kadang nyeri dada dapat dirasakan di daerah epigastrium dan dapat menyerupai
gejala dispespia. Gejala tidak khas lebih sering didapatkan pada wanita, usia lanjut dan pasien
diabetes.

Nyeri dada perlu dibedakan dengan nyeri dada/angina tipikal pada penyakit jantung koroner
(coronary artery disease/CAD) stabil.

Adapun yang disebut sebagai angina tipikal pada CAD stabil memenuhi tiga kriteria dibawah ini

1. Nyeri dada yang bersifat substernal,


2. Dipicu oleh aktivitas atau peningkatan emosi,
3. Dan berkurangnya dengan istirahat dan atau pemberian nitrat dalam beberapa menit.

Disebut angina atipikal bila hanya memenuhi dua kriteria di atas. Sedangkan, dsebut non-anginal
chest pain bila hanya memenuhi satu atau tidak memenuhi kriteria diatas.

Gambaran EKG yang khas adalah:

1. Peningkatan segmen ST di V2 sampai V3


o Lebih dari 2 mm (0,2 mV) pada laki-laki
o Dan lebih dari 1,5 mm (0,15 mV) pada wanita.
2. Dan peningkatan lebih dari 1 mm (0,1 mV) pada lebih dari 1 sadapan dada lain atau sadapan
ekstremitas lainnya yang berhubungan.

Adapun gambaran EKG lainnya dapat berupa:

1. Left Bundle Brach Block (LBBB) onset baru,


2. Ventricular paced rhythm,
3. Klinis angina tipikal yang menetap tanpa peningkatan segmen ST yang khas,
4. Infark miokard posterior terisolasi
5. Elevasi segment ST di sadapan aVR.

Lokasi infark berdasarkan letak perubahan gambaran EKG yaitu:

1. Anterior : V1-V6
2. Anteroseptal : V1-V4
3. Anterior ekstensif : V1, V6, I-AVL
4. Inferior : II, III, AVF
5. Lateral : I, AVL, V5-V6
6. Posterior : V7-V9
7. Ventrikel kanan : V3R-V4R

Pemeriksaan biomarka jantung yang paling spesifik adalah troponin T atau troponin I. Bila tidak
tersedia pemeriksaan troponin, maka dapat dilakukan pemeriksaan CKMB. Troponin mulai
meningkat 3 jam setelah onset dan bertahan hingga 14 hari. CKMB mulai meningkat setelah 3
jam setelah onset dan bertahan dalam 48-72 jam.

Bila pemeriksaan pertama hasilnya negatif maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang bila gejala
klinis dicurigai sebagai infark mikoard akut. Diagnosis STEMI dapat ditegakkan tanpa
menunggu hasil pemeriksaan biomarka jantung sehingga terapi revaskularisasi atau reperfusi
dapat secepatnya bila memungkinkan. Pemeriksaan biomarka jantung perlu dilakukan secara
serial untuk menentukan prognosis.

Pada layanan kesehatan yang mempunyai fasilitas ekokardiografi, pemeriksaan ekokardiografi


dilakukan bila ada kecurigaan diseksi aorta, emboli paru, efusi perikard massif atau kompliasi
mekanik. Pemeriksaan ekokardiografi tidak boleh sampai menyebabkan penundaan terapi yang
diberikan.

Tatalaksana Pra Rumah Sakit


Bagi Orang Awam
Kemampuan untuk mengenali gejala serangan jantung penting untuk dikuasai. Bila pasien curiga
Sindroma Koroner Akut sudah teridentifikasi, segera mengantarkan pasien mencari pertolongan
ke layanan kesehatan atau menelpon rumah sakit terdekat meminta dikirimkan ambulan beserta
petugas kesehatan terlatih.

Petugas Kesehatan
Tindakan-tindakan penyelamatan yang penting dilakukan seorang petugas kesehatan adalah

1. Mengenali gejala sindrom koroner akut


2. Tirah baring dan pemberian oksigen 2-4 L/menit.
3. Melakukan pemeriksaan EKG sesegera mungkin.
4. Berikan aspirin 160-320 mg tablet kunyah bila tidak ada riwayat alergi aspirin.
5. Berikan preparat nitrat sublingual misalnya isosorbid dinitrat 5 mg dapat diulang setiap 5-15
menit sampai 3 kali.
6. Bila memungkinkan pasang jalur infus
7. Segera kirim ke rumah sakit terdekat dengan fasilitas Percutaneus Coronary intervention (PCI)
primer (bila memungkinkan dalam 120 menit).
8. Bila tidak ada PCI maka dikirm kefasilitas layanan kesehatan yang dapat melakukan trombolitik.
9. Bila tidak ada kedua fasilitas tersebut, maka dikirim ke rumah sakit terutama yang memiliki
ruang perawatan intensif.

Tatalaksana Non-Medikamentosa
1. Tirah baring
2. Pemberian oksigen 2-4 L/menit untuk mempertahankan saturasi oksigen >95%
3. Pasang jalur infus dan monitor

Tatalaksana Nyeri
1. Preparat nitrat
o Nitrat oral sublingual yaitu isosorbid dintrat 5 mg dapat diulang tiap 5 menit sampai 3
kali untuk mengatasi nyeri dada.
o Nitrat intravena dapat diberikan bila nyeri menetap atau ada indikasi lain (seperti
edema paru). Pemberian dimulai dengan dosis 10 mcg/kg/menit, dititrasi sampai nyeri
teratasi.
o Nitrat dikontraindikasikan pada kecurigaan infark ventrikel kanan, tekanan darah sistolik
< 90 mmHg, atau riwayat penggunaan obat PDE5 inhibotor (sildenafil, tadalafil,
vardenafil) dalam 24-28 jam sebelumnya.
2. Opioid intravena (morfin 2-4 mg) dengan dosis tambahan 2 mg dengan interval 5-15 menit.
(hati-hati efek samping hipotensi, bradikaradia, depresi napas). Dosis maksimal tidak lebih dari
20 mg.

Tatalaksana Di Rumah Sakit dengan Fasilitas Percutaneous


Coronary Intervention (PCI)
1. Aspirin oral 160-320 mg
2. Loading dose penghambat resptor P2Y12
o Clopidogel 600 mg, dilanjutkan dosis pemeeliharaan 75 mg atau ,
o Ticagleror 180 mg, dilanjutkan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg atau,
o Prasugrel 60 mg dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 x 10 mg (kontra indikasi pad pasien
riwayat stroke atau TIA, usia >75 tahun).
3. GP IIB/IIIA inhibitor:
o Abciximab 0,25 mg/kg BB bolus IV dilanjutkan 0,123 µg/menit selama 12 jam pada
pasien risiko tinggi atau terdapat bukti trombus yang masif secara angiografi
o Tirofiban bolus dosis tinggi: 25 mcg/kg IV, dilanjutkan 0.15 mcg/kg/min; atau
o Eptivibatide dua kali bolus, bolus pertama: 180 mcg/kg IV bolus, dilanjutkan 2
mcg/kg/min; bolus kedua 180 mcg/kg diberikan 10 menit setelah bolus pertama
4. Antikoagulan
o Unfractionated Heparine (UFH)
 Dengan antagonis reseptor GP IIb/IIIa: Bolus 50-70 unit/kg IV untuk mencapai
target terapi ACT.
 Tanpa antagonis reseptor GP IIb/IIIa: Bolus 70-100 unit/kg IV untuk mencapai
target terapi ACT.
o LMWH
 Enoxaparine 0,5 mg iv bolus
 Fondaparinux tidak disarankan sebagai antikoagulan tunggal untuk PCI primer
o Bivalirudin
 Bivalirudin: 0,75 mg/kg IV bolus, dilanjutkan 1,75 mg/kg/jam dengan atau tanpa
pemberitahuan UFH sebelumnya. Tambahan dosis bolus 0,3mg/kg dapat
diberikan bila diperlukan
 Kecepatan infus dikurangi 1 mg/kg/jam pada perkiraan CrCI <30 ml/menit.
 Lebih dipilih UFH dengan antagonis reseptor GP IIb/IIa pada pasien dengan
risiko tinggi pendarahan.

PCI adalah pilihan pertama bagi pasien yang terdiagnosis STEMI. Pasien dapat dilakukan PCI
dalam 60 menit pertama tanpa harus menunggu hasil biomarker jika hasil EKG sudah
mengkonfirmasi peningkatan segmen ST.

Selanjutnya pasien diberikan terapi rumatan yang akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Semoga bermanfaat^^

=
Sponsored Content

Anda Seorang Dokter Umum di IGD??


Internis?? PPDS Interna atau PPDS Interna
"Wanna Be"??
Buku EIMED BIRU (Emergency in Internal Medicine Advance) adalah buku yang anda
butuhkan.

Buku Seberat 1,3 kg ini berisi puluhan topik kegawatdaruratan spesifik di bidang penyakit dalam

1. Kegawatdaruratan Sidroma Koroner Akut


2. Kegawatdaruratan Pneumonia (CAP, HAP dan VAP)
3. Kegawatdaruratan Krisis Hiperglikemia (KAD dan HONK)
4. Kegawatdaruratan Sepsis
5. Kegawatdaruratan Infeksi Virus Dengue
6. Kegawatdaruratan Penyakit Ginjal Kronik
7. dan Puluhan Topik Kegawatdaruratan Spesifik yang lain
Jika anda sudah membaca EIMED MERAH (Emergency in Internal Medicine Basic), melengkap
kompetensi anda dengan EIMED BIRU adalah pilihan cerdas di era BPJS dan MEA seperti saat
ini.

Jadi Tunggu Apalagi, segera pesan buku EIMED BIRU melalui CS Dokter Post SMS/WA
085608083342 (Yahya) via kontakin.com/dokterpost

Dokter Post

Clinical Researcher, Book Author, Creative Scientific Blogger

Read More

Internal Medicine

Diagnosis dan Terapi Infeksi Leptospirosis


Di musim penghujan seperti ini, beberapa daerah di Indonesia sedang dilanda banjir. Salah satu
masalah kesehatan yang sering berkaitan erat dengan banjir adalah infeksi leptospirosis. Infeksi
kuman yang ditularkan melalui kencing tikus ini

Dokter Post

Internal Medicine

Diagnosis Dan Tatalaksana Meningitis Bakteri


Meningitis bakteri adalah kegawatdaruratan yang sering ditemui di Instalasi Gawat Darurat.
Gejala utama yang menyertai biasanya adalah demam disertai dengan penurunan kesadaran.
Prognosis penyakit ini tidak terlalu baik, sehingga dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat

Dokter Post
Dokter Post © 2018 Latest Posts Facebook Ghost

Sumo

Focus Retriever

Anda mungkin juga menyukai