OLEH:
KELOMPOK II
Hasmi (C12115002)
Ita Dewi Pratiwi (C12115008)
Musfika Haddise (C12115014)
Yulianti Rizal (C12115020)
Hastuti (C12115026)
Nurfajri Atira (C12115032)
Ayu Wardhani (C12115038)
Monalisa (C12115304)
Luspianti Suardi (C12115310)
Andi Juniarti Fahmi (C12115316)
Nur Hikma (C12115322)
Andi Muhammad Ali Imran (C12115502)
Nur Wanti Maulindasari (C12115508)
Andi Nila Kusuma (C12115514)
Delvi Maizora (C12115520)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
makalah ini baik dari segi bentuk, susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan segala saran dan kritik dari para pembaca
agar kami dapat memperbaiki dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam
memahami materi yang berhubungan dengan “Konsep Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi dan Sirkulasi”.
Penyusun
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. OKSIGENASI..............................................................................................3
1. Definisi..................................................................................................3
2. Struktur dan Fungsi Sistem Pernapasan................................................3
3. Pengaturan Pernapasan..........................................................................9
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Pernapasan...........9
5. Gangguan dalam Fungsi Pernapasan..................................................13
B. SIRKULASI...............................................................................................18
1. Definisi................................................................................................18
2. Struktur dan Fisiologi Sistem Kardiovaskular....................................18
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Kardiovaskular...28
4. Gangguan dalam Fungsi Kardiovaskular............................................33
BAB III PENUTUP...............................................................................................39
A. Kesimpulan................................................................................................39
B. Saran...........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi
dan sirkulasi pada manusia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar baik penulis maupun
pembaca dapat lebih memahami bagaimana konsep pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan sirkulasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. OKSIGENASI
1. Definisi
3
Gambar 1. Struktur Anatomi Sistem Pernapasan
Laring adalah sturktur kartilago yang bila dilihat dari luar disebut jakun.
selain perannya dalam berbicara, laring sangat penting untuk mempertahankan
kepataenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari makanan dan
minuman yang ditelan. Selama menelan, pintu masuk ke laring (epiglotis)
menutup, mengarahkan makanan masuk ke esophagus. Epiglotis terbuka
selama bernapas, yang memungkinkan udara bergerak bebas ke jalan napas
bawah.
Di bawah laring, trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri
(bronkus primer) dan menjadi pengatur saluran udara paru. Di dalam paru
bronkus primer terbagi-bagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dan semakin
4
kecil berakhir dengan bronkiolus terminal. Seluruh jalan napas ini dikenal
sebagai pohon bronkial. Trakea dan bronkus dilapisi oleh epitel mukosa, sel ini
menghasilkan lapisan tipis lendir, “ selimut lender” , yang menangkap patogen
dan materi partikel yang sangat kecil.
Sebelum udara
melalui bronkiolus terminal
dan memasuki bronkiolus
dan alveolus pernapasan,
maka tidak yterjadi
pertukaran gas. Zona
pernapsan paru terdiri atas
bronkiolus pernapasan
(yang memiliki kantung
udara yang tersebar di
dindingnya) duktus
alveolus, alveolus.
Alveolus memiliki dinding
yang sangat tipis yang
terdiri atas lapisan sel epitel Gambar 2. Struktur Anatomi Alveolus
tunggal yang diselimuti
oleh jalinan kapiler paru yang tebal. Dinding alveolar dan kapiler membentuk
membran pernapasan, tempat terjadinya pertukaran gas antara udara pada area
alveolar dan darah pada area kapiler. Jalan napas memindahakan udara ke dan
dari alveolus, ventrikel kanan dan system vascular paru menghantarkan darah
ke area kapiler membrane.
Permukaan luar paru di selimuti oleh lapisan jaringan ganda tipis yang
dikenal sebagai pleura. Pleura parietal melapisi toraks dan permukaan
diafragma . lapisan mengganda kembali untuk membentuk pleura visceral yang
melapisi permukaan eksternal paru.
5
pernapasan harus utuh dan sistem saraf pusat mampu mengatur siklus
pernapasan. [ CITATION Pot06 \l 1057 ]
1) Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan yang terdiri dari inspirasi
(inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat udara
mengalir keluar dari paru. Keadekuatan ventilasi bergantung pada beberapa
faktor:
a) Kebersihan jalan napas
b) Keutuhan system saraf pusat dan pusat pernapasan
c) Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi
d) Keadekuatan komplians dan rekoil paru
6
c) Komplians paru, kemampuan pengembangan atau peregangan jaringan
paru, memainkan peran penting dalam kemudahan ventilasi. Yang
berlawanan dengan komplians paru adalah rekoil paru, kecenderungan
kontinu paru untuk selalu kolaps menjauhi dinding paru.
7
dioksida harus di transport dari jaringan kembali ke paru. Normalnya sebagian
besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan hemoglobin (pigmen merah
pembawa oksigen) di dalam sel darah merah dan dibawah ke jaringan sebagai
oksihemoglobin (senyawa oksigen dan hemoglobin). Sisa oksigen kemudian
dilarutkan dan di transportasikandi dalam cairan plasma dan sel. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kecepatan transport oksigen dari paru ke jaringan :
a) Curah jantung
Setiap kondisi patologis yang mengurangi curah jantung (misalnya
kerusakan otot jantung, kehilangan darah, atau pengumpulan darah di
pembuluh darah perifer) mengurangi jumlah oksigen yang di hantarkan ke
jaringan. Jantung mengompensasi ketidakadekuatan curah jantung dengan
meningkatkan frekuensi pompa jantung.
b) Jumlah eritrosit dan hematokrit darah
Pada pria jumlah eritrosit yang beredar normalnya berkisar 5 juta
permilimeter kubik darah dan wanita sekitar 4 ½ juta permilimeter kubik.
Normalnya hematokrit adalah dekitar 40% -54% pada pria dan 37%-48%
pada wanita.
c) Olah raga/latihan
Olahraga juga memberi pengaruh langsung pada transport oksigen. Pada
atlet yang terlatih dengan baik transport oksigen dapat ditingkatkan menjadi
20 kali frekuensi normal sebagian dikarenakan peningkatan curah jantung
dan sebagian karena peningkatan penggunaan oksigen oleh sel.
8
3. Pengaturan Pernapasan
a. Faktor fisiologis
1) Penurunan kapasitas angkut O2. Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin
untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut
dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh.
9
Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun.
Kondisi tersebut dapat mengaibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
2) Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini terjadi akibat penggunaan
alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan.
3) Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan (misalnya pada
penderita syok atau dehidrasi berat).
4) Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan
demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju
metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
5) Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada
seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal, trauma, penyakit
otot, penyakit susunan saraf pusat, dan penyakit kronis.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa
hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan
oleh surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
2) Bayi dan anak-anak. Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran
napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misalnya, makanan dan permen).
3) Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini berisiko mengalami
infeksi saluran napas akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang
tidak sehat, kurang berolahraga merupakan faktor yang dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
5) Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
pada fungsi normal pernapasa, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang, yang
10
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.
Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi sistem
pernapasan menjadi sangat penting, perubahan-perubahan tersebut adalah :
a) Dinding dada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis.
b) Jumlah pertukaran udara menurun.
c) Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
d) Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
e) Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
f) Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun.
g) Terjadi penurunan efisiensi sistem imun.
h) Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi pada lansia dan
meningkatkan risiko aspirasi. Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering
kali menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respons
inflamasi.
(Mubarak & Chayatin, 2008)
c. Lingkungan
1) Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga
bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
2) Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen.
3) Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, terdesak, dan berbagai gangguan pernapasan lain
pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak
tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.
(Mubarak & Chayatin, 2008)
d. Faktor perilaku
11
1) Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat eksansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
2) Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
3) Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang
berlebihan dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
a) Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan.
b) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernapasan.
4) Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan frekusi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
5) Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam
rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
(Mubarak & Chayatin, 2008)
e. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit
tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan
pada sistem pernapasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, serta penyakit
obstruksi pernapasan atas. (Mubarak & Chayatin, 2008)
12
5. Perubahan dan Gangguan dalam Fungsi Pernapasan
a. Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidakcukupan oksigen di tempat manapun di
dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. Ada beberapa penyebab
hipoksia, antara lain:
1) Hipoventilasi, ketidakadekuatan ventilasi alveolar karena penyakit otot
pernafasan, obat-obatan, atau anestesi. Hipoventilasi juga dapat
menyebabkan hiperkarbia(hiperkapnia) yaitu kondisi dimana karbon
dioksida menumpuk dalam darah.
2) Penurunan difusi oksigen dari alveolus ke darah arterial seperti pada edema
paru atau terdapat masalah pada penghantaran oksigen ke jaringan missal
anemia, gagal jantung, dan embolisme. Kondisi ini biasa disebut
hipoksemia.
3) Sianosis, penurunan saturasi oksigen hemoglobin yang ditandai dengan
kebiruan pada kulit, bantalan kuku, dan membrane mukosa.
Tanda-tanda hipoksia:
13
b. Perubahan Pola Pernafasan
Pola pernafasan menunjukkan frekuensi, volume, irama, dan kemudahan
relatif atau upaya pernafasan. Eupnea (respirasi normal) bersifat tenang,
berirama, dan tanpa meneluarkan usaha. Adapun perubahan pola pernapasan
terdiri dari:
1) Takipnea (frekuensi cepat) yaitu pernapasan memiliki frekuensi lebih dari
24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis
(pengembangan paru yang tidak lengkap) atau terjadinya emboli.
Pernapasan ini dijumpai pada saat demam, asidosis metabolic, nyeri, dan
hiperkapnia atau hipoksemia. [ CITATION Hid06 \l 1057 ]
2) Bradipnea adalah pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per
menit. Pola ini dapat ditemukan dalaam keadaan peningkatan tekanan
intrakranial yang disertai narkotik atau sedatif. [ CITATION Hid06 \l
1057 ]
3) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida
dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak
cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang
dapat terjadi akibat atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapasan, depresi
pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan
jaringan paru dan toraks, serta penurunan compliance paru dan toraks.
Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi karbon
dioksida dalam tubuh sehingga tekanan karbon dioksida meningkat (akibat
hipoventilasi) dan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
[ CITATION Hid06 \l 1057 ]
4) Hiperventilasi atau biasa disebut hiperventilasi alveolar yaitu keadaan
dimana terjadi peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru.
Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat, dan
lebih banyak CO2 yang dibuang daripada dihasilkan. [ CITATION Koz11 \l
1057 ]
14
5) Ortopnea yaitu ketidakmampuan untuk bernafas kecuali dalam posisi tegak
atau berdiri. Pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru. [ CITATION Koz11 \l 1057 ]
6) Dispnea yaitu kesulitan atau ketidaknyamanan pernafasan. Dispnea
ditandai dengan kulit tampak gelap, frekuensi jantung meningkat, tampak
cemas, dan dapat mengalami pendek napas [shortness of breath(SOB)].
Dispnea disebabkan karena gangguan jantung atau pernafasan.
[ CITATION Koz11 \l 1057 ]
7) Gasping adalah pola napas satu-satu. [ CITATION Koz11 \l 1057 ]
8) Kusmaul merupakan pola napas cepat dan dangkal yang dapat ditemukan
pada orang dalam keadaan asidosis metabolik. [ CITATION Hid06 \l
1057 ]
9) Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal, sering
ditemukan pada keadaan atelektaksis. [ CITATION Hid06 \l 1057 ]
10) Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran pernapasan yang umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea
atau obstruksi laring. [ CITATION Hid06 \l 1057 ]
11) Apnea adalah henti napas. [ CITATION Koz11 \l 1057 ]
15
karena lidah akan terjatuh ke belakang menutup orofaring saat seseorang tidak
sadar, atau saat sekresi menumpuk di saluran nafas. Ini dapat diindikasikan
oleh dengkuran tinggi selama inhalasi. Sedangkan obstruksi jalan nafas bawah
melibatkan sumbatan parsial atau komplet jalan nafas di bronkus dan paru.
Obstruksi ini tidak terlalu mudah dipahami. Stridor, yaitu suara keras yang
bernada tinggi dapat didengar selama inspirasi.
16
oksigen yang rendah untuk stimulus pernapasan (kecenderungan hipoksia)
sehingga diperlukan pemberian oksigen yang banyak untuk menghilangkan
kecenderungan hipoksia ini. Untuk itu, pasien penderita PPOM biasanya diberi
oksigen 1-2 L/menit.
d. Asma
Asma terjadi akibat sensitifitas terhadap alergen. Selain itu juga akibat
adanya stress. Pada penderita asma, tubuh berespons dengan meningkatkan
produksi mukus dijalan napas, menimbulkan spasme otot bronkial, daan
menyebabkan membran mukosa melapisi dinding saluran pernapasan untuk
membengkakkan. Pasien mengalami dispnea dan wheezing akibat aliran udara
terhambat pada ekspirasi. Pengobatan jangka lama terdiri atas penentuan
alergen dan pemusnahannya. Untuk mengurangi serangan asma, pasien diberi
obat untuk menurunkan pembengkakan dan mendilatasi bronkiolus. Asma
yang kronik dapat menyebabkan PPOM.
e. Emfisema
Ciri-ciri emfisema antara lain: kehilangan sebagian elastisitas alveolus
yang kecil, alveolus tidak bisa mengecil seperti seharusnya saat ekspirasi,
sebagian karbon dioksida tertahan dalam alveolus, dan kemungkinan
pertukaran gas yang baik berkurang. Akibatnya mempengaruhi pertukaran gas
dalam paru yang menambah tegangan dalam pembuluh darah dan jantung
sehingga jantung pun membesar dan terjadi gagal jantung, ekspirasi menjadi
sulit sehingga pasien penderita emfisema menunjukkan ciri-ciri badan
cenderung ke depan dengan bahu terangkat saat mencoba mengeluarkan
karbon dioksida dari paru-paru serta pasien-pasien ini rentan terhadap infeksi.
f. Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan ke orang
lain melalui droplet dari bersin dan batuk. Organisme biasanya menyerang
paru-paru, tapi bagian tubuh lain juga dapat diserangnya. Ketika tubuh
dimasuki organisme ini untuk pertama kalinya, tubuh berespons dengan
melingkupi organisme tersebut dengan sel darah putih yang berfungsi khusus
untuk melindungi. Area yang sudah dilingkupi tersebut dinamakan tuberkel.
Orang tersebut dikatakan menderita infeksi tuberkel. Jika organisme ini banyak
17
dan sistem imun tubuh rendah maka tidak semua organisme terlingkupi
akhirnya organisme menyebar dan menyebabkan kerusakan paru atau organ
tubuh lainnya. Tanda-tanda penyakit tuberkulosis diantaranya: lemah, demam,
penurunan berat badan, hemoptisis (batuk darah), berkeringat malam, batuk.
[ CITATION Heg03 \l 1057 ]
B. SIRKULASI
1. Definisi
a. Jantung
18
untuk mengalirkan darah ke jaringan, dimana darah mengalir menuruni gradien
konsentrasi yaitu dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. (Sherwood,
2016)
Jantung memiliki empat ruang berongga yang terdiri dari dua atrium dan
dua ventrikel yang dipisahkan oleh septum interventrikel. Atrium dan ventrikel
saling dipisahkan katup atrioventrikularis (AV), dimana katup trikuspidalis-
19
untuk yang bagian dekstra
dan katup bikuspidalis
untuk bagian sinistra.
Sedangkan untuk ventrikel
dipisahkan oleh katup
semilunaris dari pembuluh
darah baik dari pembuluh
darah besar aorta di sebelah
kiri maupun arteri
pulmonalis disebelah kanan.
Katup berfungsi untuk
mengarahkan aliran darah
yang bergerak dari atrium
ke ventrikel kemudian Gambar 7. Ruangan Jantung
dilanjutkan ke pembuluh
darah besar, tapi mencegah
aliran balik.
Sirkulasi Koroner
Aliran darah melalui atrium dan ventrikel tidak menyuplai oksigen dan
nutrien untuk miokardium itu sendiri, tapi melalui sirkulasi koroner. [ CITATION
Pot06 \l 1057 ]. Sirkulasi koroner merupakan cabang sirkulasi sistemik yang
menyuplai oksigen dan nutrien ke miokardium dan membuang sampah dari
miokardium. Miokardium ini disuplai oleh sebuah jaringan pembuluh darah yang
disebut arteri koroner.
20
kekurangan oksigen dan klien dapat mengalami nyeri dada (angina) atau
mengalami infark miokard (serangan jantung). Vena jantung mengalirkan darah
yang tidak mengandung oksigen dari miokardium ke sinus koroner, yang
mengalirkan darah ke atrium dekstra.
Siklus Jantung
21
Hubungan antara fase siklus jantung dan bunyi jantung normal diuraikan
sebagai berikut:
Kontraksi otot jantung adalah peristiwa mekanis yang terjadi sebagai respon
terhadap rangsang listrik. Otot jantung bersifat unik (otomatisitas), yaitu tidak
seperti otot rangka, otot jantung dapat menghasilkan impuls listrik dan
berkontraksi secara independen terhadap sistem saraf. Sebuah jaringan yang
terdiri atas sel-sel dan alur khusus yang dikenal sebagai sistem konduksi jantung
normalnya mengontrol aktivitas listrik dan kontraksi jantung.
Pacu jantung primer adalah nodus sinoatrial (SA atau sinus), terletak di tempat
vena kava superior memasuki atrium kanan. Nodus SA normalnya memulai
impuls listrik yang dihantarkan ke seluruh jantung dan menghasilkan kontraksi
ventrikel. Pada orang dewasa, nodus SA biasanya mengeluarkan impuls pada
kecepatan teratur yaitu 60 sampai 100 kali per menit, yang merupakan denyut
jantung “normal”. Impuls kemudian menyebar ke seluruh atrium via alur
interatrial. Alur konduksi ini berkumpul dan menyempit ke nodus AV, sedikit
memperlambat transmisi impuls ke ventrikel. Perlambatan ini memungkinkan
atrium untuk berkontraksi sesaat sebelum terjadinya kontraksi ventrikel. Dari
nodus AV, impuls kemudian berlanjut menuruni septum intraventrikular ke alur
konduk si ventrikel: berkas his, cabang berkas kanan dan kiri, dan serabut
purkinye. Serabut ini berakhir di otot ventrikel, yang menstimulasi kontraksi
22
Gambar 9. Sistem Konduksi Jantung dan Penyebaran Eksitasi Jantung
Curah Jantung
Saat ventrikel berkontraksi selama sistol, darah mengalir keluar dari ventrikel
menuju pembuluh darah besar dan sirkulasi sistemik dan pulmonal. Otot jantung
kemudian relaks (fase diastolik), memungkinkan ventrikel terisi dan otot jantung
diperfusi. Kontraksi dan relaksasi jantung ini disebut siklus jantung atau denyut
jantung.
Pada setiap berkontraksi, sejumlah darah tertentu, yang disebut volume sekuncup,
diejeksikan dari ventrikel ke sirkulasi. Pada orang dewasa, rata-rata volume
sekuncup adalah sekitar 70 ml per denyut. Curah jantung (cardiac output, CO)
adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel dalam 1 menit. Curah jantung di
hitung dengan mengalikan volume sekuncup (stroke volume, SV), jumlah darah
yang dikeluarkan pada setiap kontraksi dikalikan denyut jantung (heart rate, HR).
Dengan demikian, SV X HR = CO. Curah jantung merupakan indikator penting
untuk mengetahui seberapa bagus kerja jantung sebagai sebuah pompa. Apabila
curah jantung buruk maka perfusi jaringan menurun dan oksigen serta nutrisi
tidak dapat mencapai sel yang memang membutuhkannya.
1) Denyut jantung
23
Peningkatan denyut jantung meningkatkan curah jantung, meskipun isi
sekuncupnya tetap konstan dan begitupun sebaliknya. Denyut jantung
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, tekanan darah, hormon seperti
hormon tiroid, dan beberapa obat-obatan.
2) Preload
Preload merupakan derajat peregangan serabut otot di ventrikel pada akhir
periode relaksasi (diastol). Preload sangat bergantung pada jumlah darah
yang kembali ke jantung dari sirkulasi vena: peningkatan volume
menyebabkan peningkatan regangan, yang menyebabkan kontraksi serabut
otot jantung menjadi lebih kuat. Kerja fisiologis ini disebut sebagai Hukum
Frank-Starling Jantung. Panjang serabut otot ventrikel (regangan) di akhir
diastol secara langsung memengaruhi kekuatan (daya) kontraksi. Misalnya
olahraga meningkatkan darah balik vena dan jumlah darah ventrikel
sebelum kontraksi. Oleh karena itu, jantung berkontraksi lebih kuat dan
volume sekuncup serta curah jantung meningkat selama olahraga.
3) Kontraktilitas
Kontraktilitas adalah kemampuan serabut otot jantung yang diturunkan
untuk berkontraksi. Volume sekuncup menurun jika kontraktilitas buruk,
mengurangi curah jantung. Kontraktilitas juga dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom dan obat-obatan tertentu yang disebut obat-obatan inotropik. Obat
inotropik yang positif meningkatkan kontraktilitas dan yang negatif
menurunkan kekuatan kontraktil.
4) Afterload
Adalah tahanan yang harus dihadapi jantung ketika memompa darah untuk
mengeluarkan darah ke sirkulasi. Darah mengalir dari area bertekanan tinggi
ke area bertekanan rendah. Untuk mengalirkan darah ke sistem sirkulasi,
ventrikel harus menghasilkan tekanan yang cukup kuat untuk mengatasi
tahanan vaskuler. Ventrikel kanan memompa darah ke sistem vaskular
pulmonal yang bertekanan rendah dan memiliki tahanan yang rendah. Oleh
karena itu, tekanan yang dihasilkan oleh ventrikel kanan agak rendah.
Sedangkan yang terjadi pada ventrikel kiri bekerja sebaliknya terhadap
sistem sirkulasi sistemik. Vasokonstriksi sistemik meningkatkan tekanan
24
darah arteri dan meningkatkan afterload yang meningkatkan beban kerja
jantung, begitupun sebaliknya pada proses vasodilatasi.
b. Pembuluh Darah
Kecuali kapiler, dinding pembuluh darah memiliki tiga lapisan berbeda, atau
tunika. Lapisan terdalam, tunika intima adalah endotelium halus yang
mempermudah aliran darah. Tunika medika terbuat dari serabut elastik dan sel
otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Ini memungkinkan
pembuluh darah menyempit atau melebar, bergantung pada kebutuhan tubuh.
Tunika media arteri tebal dan lebih berotot di arteri dibandingkan di vena,
sebuah karakteristik yang membantu mempertahankan tekanan darah dan
25
sirkulasi yang terus menerus ke jaringan. Lapisan pembuluh darah terluar adalah
tunika adventisia, sebuah lapisan jaringan ikat yang menyokong, melindungi,
dan mengaitkan pembuluh darah ke jaringan sekitar. Kapiler hanya mengandung
lapisan tunika intima yang tipis, memungkinkan gas dan molekul berdifusi di
antara darah dan jaringan.
Sirkulasi Arteri
Sikulasi arteri mengalirkan darah yang dipompa oleh jantung ke jaringan,
sehingga mempertahankan aliran konstan ke dasar kapiler meski kerja pompa
jantung terjadi secara intermiten.
Aliran darah, volume darah yang mengalir ke pembuluh darah tertentu,
organ, atau seluruh sirkulasi dalam periode tertentu, ditentukan oleh perbedaan
dan resistensi tekanan. Semakin besar perbedaan tekanan, semakin besar aliran
darah. Tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure, MAP) adalah tekanan yang
mempertahankan darah mengalir ke jaringan selama sirkulasi jantung. MAP
adalah hasil perkalian dari curah jantung dengan resistensi vaskular perifer
(peripheral vascular resistance, PVR) atau CO X PVR= MAP.
Resistensi adalah hambatan terhadap aliran, resistensi vaskular perifer
merintangi atau menghalangi aliran darah ke jaringan. PVR ditentukan oleh:
1) Viskositas atau kekentalan darah
2) Panjang pembuluh darah
3) Diameter pembuluh darah
26
Gambar 10. Sirkulasi Paru dan Sistemik
c. Darah
1) Pengangkutan oksigen, zat gizi, dan hormon ke sel, dan pengangkutan sisa
metabolik dari jaringan untuk dibuang
27
2) Pengaturan suhu, pH, dan volume cairan tubuh
3) Pencegahan infeksi dan kehilangan daraah.
Beberapa faktor ini disebut faktor risiko, karena bila muncul dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Faktor risiko yang telah
diidentifikasi adalah faktor risiko untuk penyakit arteri koroner, hipertensi, dan
penyakit vaskular perifer, dan sebagian besar faktor risikonya adalah sama.
a. Faktor Risiko
28
b) Usia. Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung utama orang
yang berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit jantung koroner juga dapat
terjadi pada orang muda, tetapi pada umumnya resiko meningkat seiring
dengan pertambahan usia.
c) Jenis kelamin. Selama masa dewasa sampai pertengahan (sampai
menopause), estrogen memiliki efek proteaktif pada wanita dengan
memperlambat perburukan asteroklerosis dam mengurangi resiko
penyakit kardiovaskular. Efek estrogen akan menghilang pada saat
menopause, tetapi terapi sulih hormon (HRT) dapat bermanfaat
mengurangi resiko ini pada usia lanjut. Kemungkinan manfaat HRT
harus lebih besar dari resikonya. Ini merupakan analisis kompleks dan
memerlukan diskusi panjang antara wanita dan tenaga kesehatan yang
merawatnya. Dikalangan orang berusia 40 – 50an tahun, pria memiliki
insiden hipertensi yang lebih besar dibanding wanita.
2) Faktor resiko modifiable
a) Peningkatan kadar lipid serum
Terdapat hubungan erat antara peningkatan lipid serum dan terjadi
penyakit jantung koroner. Lipoprotein bersirkulasi didalam darah dan
tersusun atas kolesterol, trigliserida,dan fosfolipid. Tingginya asupan diet
lemak jenuh aalah faktor kritis pada terjadinya peningktan lipid serum.
b) Hipertensi
Hipertensi ( tekanan darah tinggi ) meningkatkan resiko penyakit jantung
koroner dalam beberapa cara ; pertama, hipertensi meningkatkan beban
kerja jantung, sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen dan aliran
darah koroner. Peningkatan beban jantung juga menyebabkan hipertrofi.
Seiring dengan waktu keadaan tersebut akan menyebabkan gagal jantung.
Kedua. Hipertensi menyebabkan kerusakan endotel pembukuh darah
yang menstimulasi pembentukan aterosklerosis, oksigenasi jaringan
dapat terganggu.
c) Merokok
Nikotin meningkatkan frekuensi jantung, tekanan darah, dan tahanan
vascular perifer,yang meningkatan beban kerja jantung. Merokok
29
menyebabkan vasokonstriksi da di area pembuluh darahnya telah
menyempit oleh aterosklerosis, oksigenasi jaringan dapat terganggu.
d) Diabetes
Diabetes melitus meingkatkan resiko penyakit jantung koroner, infark
miokardium, dan penyakit pembuluh darah perifer.. gula darah tinggi
dikaitkan dengan peningkatan pembentukan aterosklerosis serta
peningkatan kadar lipid serum dan trgliserida. Pemantauan kadar gula
darah secara cermat pada penderita diabetes dan pengukuran kadar gula
darah pada semua klien yang mengalami peningkatan kadar gula darah
merupakan sebuah fungssi keperawatan yang penting. Pengontrolan
kadar gula darah dapat sangat mengurangi resiko dan memperlambat p-
embentukan aterosklerosis.
e) Kegemukan
Orang yang kegemukan memiliki resiko tinggi mengalami penyakit
jantung. Kegemukan seringkali disertai dengan peningktan kadar lipid
serum, yang meningkatkan resiko. Selain itu, kegemukan menyebabkan
peningkatan beban kerja jantung, yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
f) Gaya hidup banyak duduk
Olahraga atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi jantung dan oleh
karna itu meningkatkan suplai oksigen didalam tubuh. Dengan giat
berolahraga secara teratur, otot jantung menjadi lebih kuat dan efisien.
Senam aerobik memperlambat proses aterosklerotik, sehingga
mengurangi resiko penyakit jantung. Sebaliknya. Orang yang banyak
duduk beresiko tinggi menderita penyakit kardiovaskuler.
30
Sebagai respons terhadap panas, pembuluh darah perifer mengalami
dilatasi; akibatnya, darah mengalir ke kulit, meningkatkan jumlah panas yang
hilang dari permukaan tubuh. Dengan vasodilatasi, limen pembuluh darah
membesar, sehingga menurunkan tahanan aliran darah. Peningkatan curah
jantung memerlukan oksigen tambahan, yang didapat melalui peningkatan
frekuensi dan kedalaman pernapasan.
2) Status Kesehatan
31
Stres menyebabkan respons neurohormonal. Respons stres melibatkan
sejumlah respons dan pengaruh yang saling berkaitan. Sebuah efek utama stres
adalah pelepasan hormon medula adrenal : epinefrin dan norepinefrin.
Epinefrin memiliki beberapa efek termasuk menyebabkan jantung berkontraksi
lebih kuat, meningkatkan frekuensi jantung, dan menstimulasi avasokonstriksi
perifer. Norepinefrin menyebabkan penyebaran vasokonstriksi, yang
meningkatkan tekanan darah.
4) Diet
5) Alkohol
32
Homosistein adalah sebuah asam amino yang telah terbukti meningkat
pada banyak penderita aterosklerosis. Klien dengan peningkatan kadar
homosistein dapat mengalami peningkatan risiko infark miokard dan trauma
serebrovaskular (stroke). Klien dapat mengurangi kadar homosistein mereka
dengan meminum folat dan vitamin B12 (Reeder, Hoffman, Magdic, &
Rodgers, 2000).
Tiga gangguan utama pada fungsi kardiovaskular adalah penurunan curah jantung,
gangguan perfusi jaringan, dan jaringan yang memengaruhi komposis atau jumlah
darah tersedia untuk angkutan gas.
33
1) Infark miokard atau serangan jantung, terutama terjadi di ventrikel kiri,
curah jantung menurun karena otot yang terkena tidak lagi dapat
berkontraksi. Istilah infark miokard/serangan jantung koroner ini merujuk
pada saat dimana jantung tiba-tiba tidak berfungsi dengan benar. Serangan
jantung terjadi jika arteri koroner yang memberi nutrisi pada jantung
tersumbat. Bagian otot jantung yang disuplai oleh pembuluh darah ini
mengalami iskemia (kehilangan suplai darah). Jika sirkulasi ini tidak
diperbaiki dengan cepat, sel akan mati (infark). Jika terlalu banyak jaringan
yang mati, orang tersebut tidak akan bertahan hidup. Serangan jantung
koroner disebut juga:
a) Oklusi koroner: tersumbatnya arteri koroner
b) Trombosis koroner: jika terbentuk trombus (bekuan darah yang tidak
berpindah) di tempat tersebut yang menyumbat aliran darah.
c) Emboli koroner: jika bekuan darah yang bergerak atau partikel yang
tidak larut, emboli, yang terbentuk dimana saja dan bergerak, yang
akhirnya berkumpul dan menyumbat arteri.
34
b) Sesak napas
c) Peningkatan frekuensi jantung
d) Peningkatan frekuensi pernapasan
e) Vasokonstriksi perifer; ekstremitas dingin, pucat
f) Distensi vena leher.
Selain itu, penyakit lain seperti miokarditis dan kardiomiopati dapat juga
memengaruhi otot jantung, mengganggu kemampuannya untuk berkontraksi
dan memompa darah.
Frekuensi jantung yang sangat tidak teratur atau sangat cepat atau sangat
lambat dapat menurunkan curah jantung. Pada frekuensi jantung yang tidak
teratur atau sangat cepat, ventrikel mungin tidak terisi darah secara adekuat
pada setiap denyutan, sehingga volume sekuncup (jumlah darah yang dipompa
setiap kali denyutan) menurun. Apabila frekuensi jantung terlalu lambat,
jantung mungkin tidak mampu meningkatkan isi sekuncupnya secara cukup
untuk mempertahankan curah jantung. Ketidaknormalan frekuensi dan ritme
jantung dikenal sebagai distritmi dan dapat diidentifikasi pada
elektrokardiogram (EKG). Perubahan struktur jantung dapat memengaruhi
curah jantung. Defek jantung kongenital menyebabkan aliran darah abnormal
dan bahkan dapat menyebabkan darah vena dan arteri tercampur. Dalam kasus
ini, suplai oksigen ke jaringan terganggu. Penyakit jantung didapat, seperti
endocarditis bakteri dan demam reuma dapat merusak katup jantung
memengaruhi aliran darah di dalam jantung dan kedarah besar. Misalnya, jika
katup mitral (bikuspidalis) mengalami jaringan parut dan stenosis (konstriksi),
katup tiak akan terbuka secara lengkap, sehingga mengganggu pengisian darah
di ventrikel kiri. Atau, jika katup mitral tidak tertutup secara utuh (insufisiensi
mitral), darah dapat kembali atau mengalami regurgitasi ke atrium kiri dan
bukan masuk ke aorta pada setiap kontraksi ventrikel.
35
tersumbat, jaringan distal mendapatkan lebih sedikit darah, oksigen, dan zat
gizi. Iskemia adalah kurangnya suplai darah akibat sumbatan sirkulasi.
Setiap arteri dalam tubuh dapat terkena aterosklerosis, walaupun efeknya
sering kali berhubungan dengan arteri coroner menyebabkan iskemia
miorkard, yang kerap menimbulkan angina pectoris. Jika pembulu darah
serebral terkena, akibatnya bias berupa serangan iskemia transien transient
ischemic attack, TLA) atau stroke. Penyakit pembulu darah perifer
menyebabkan iskemia jaringan distal seperti tingkat dan kaki. Gangrene dan
amputasi dapat terjadi. Tanda gangguan sirkulasi perifer dapat terdiri atas
a) Penurunan nadi perifer
b) Warna kulit pucat
c) Ekstremitas dingin
d) Penurunan distribusi rambut
2) Hipertensi adalah nama lain tekanan darah tinggi. Asal penyakit ini tidak
diketahui atau penyakit ini dapat dapat mengikuti penyakit lain yang
mempengaruhi organ-organ seperti pembuluh darah, ginjal, dan hati.
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis yang
semakin mempersempit pembuluh darah, meningkatkan stress jantung,
meningkatkan kerusakan dindingbpembuluh darahsehingga lebih mudah
terjadi ruptur serta membatasi lebih jauh aliran darah ke organ tubuh.
Hipertensi dapat diobati dengan obat-obatan penurun tekanan darah,
diet rendah garam, melarang merokok, pembedahan simpatektomi (suatu
prosedur dimana persarafan yang menyebabkan pembuluh darah
berkontriksi dipotong sehingga pembuluh darah dilatasi), mengajari pasien
untuk tidak melakukan gaya hidup yang berlebihan. [ CITATION Heg03 \l
1057 ]
3) Angina pektoris dikenal juga sebagai nyeri kardia ini, pembuluh darah
arteri koronaria tidak mampu membawa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen jantung. Hal ini terjadi secara bertahap selama beberapa
waktu bersamaan dengan pembentukan ateroma (daerah yang kasar pada
36
dinding pembuluh darah akibat timbunan lemak), kemudian tiba-tiba
bersamaan dengan konstriksi pembuluh darah. Faktor pencetus adanya nyeri
ini antara lain: aktivitas, makan berlebihan serta stres emosional. Hal ini
dapat ditangani dengan mengajarkan pasien menghindari stres dan
pengeluaran energi yang banyak, obat-obatan yang merilekskan arteri
koronaria, bedah pintas arteri koronaria serta angioplasti (prosedur
pembedahan untuk membuka pembuluh darah). [ CITATION Heg03 \l 1057
]
Pada sisi vena, katup yang tidak kompeten dapat menyebabkan darah
tergenang didalam vena, menyebabkan edema dan mengurangi aliran balik
vena ke jantung.vena juga dapat mengalami inflamasi, yang mengurangi aliran
darah dan meningkatkan risiko bentukan thrombus (bekuan). Thrombus
kemudian dapat pecah dan terpencar, menjadi embolus. Embolus ini cenderung
berjalan mengikuti paru, di paru embolus terperangkap di dalam pembuluh
darah kecil (embolus oaru), menyumbat suplai darah disisi kapiler alveolus.
Walaupun ventilasi alveolar ke area yang terkena sering kali tetap adekuat,
namun tidak terjadi pertukaran gas disana karena aliran darah terganggu. Tanda
embolisme paru akut tidak spesifik dan beragam tetapi dapat mencakup;
c. Gangguan darah
Karena sebagian besar oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk berikatan
dengan hemoglobin, masalah ketidakadekuatan sel darah merah (SDM), kadar
37
hemoglobin yang rendah, atau struktur hemoglobin yang abnormal dapat
memengaruhi oksigenasi jaringan.
Beberapa contoh gangguan perfusi jaringan diantaranya:
1) Anemia adalah kondisi yang diakibatkan oleh penurunan kualitas dan
kuantitas sel darah merah. Penyebabnya antara lain diet yang buruk,
rendahnya produksi sel darah merah yang baru, serta kehilangan darah
seperti pada hemoragi. Jenis-jenis anemia antara lain:
a) Pernisiosa: ketidakmampuan menyerap vitamin B12 (diperlukan untuk
memproduksi sel darah merah) yang paling sering dijumpai pada orang
tua.
b) Sickle cell (bulan sabit): ketidakmampuan membentuk hemoglobin
normal. Jenis anemia ini ditularkan secara genetik dan paling sering
dijumpai pada orang kulit hitam.
c) Defisiensi: pemasukan zat besi yang tidak adekuat, ketidakmampuan
menyerap zat besi, atau kehilangan zat besi yang berlebihan
d) Diet: pemasukan zat besi dan vitamin yang tidak adekuat
2) Leukemia atau biasa disebut kanker darah ini dapat menyerang usia muda
atau tua dan penderitanya sangat rentan terhadap infeksi. Penyebab
leukemia ini tidak diketahui. Jumlah sel darah putih meningkat, tetapi
mempunyai kualitas yang rendah.
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat semoga dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi kita semua agar kita dapat mengetahui dan memahami segala
sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan
bagaimana kaitannya dengan sistem sirkulasi. Selain itu kami menyadari bahwa
39
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami meminta saran
kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, M. I., dkk. (2015). Buku Ajar Anatomi Umum, Bagian Anatomi Unhas.
Makassar.
Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. .. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik, Ed. 7, Vol. 2. Jakarta: EGC.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Potter, P., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, Ed 4, Vol.2. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem Ed.8. Jakarta: EGC.
40