Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun oleh :
Dery Retno Syndia

PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan KM.1 By Pass Karawang
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan latihan


1. Definisi / Deskripsi Kebutuhan
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan
bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat
memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh klien maupun
perawat. (Priharjo, 1993 : 1 ).
Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, banyak aspek-
aspek pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara lain : gerakan setiap
persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam melakukan
suatu aktivitas.
2. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament, tulang, kartilago,
persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja bersama-sama untuk
menghasilkan gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia, yaitu : otot polos,
otot rangka, dan otot jantung. Dari ketiga otot tersebut, otot yang paling
berpengaruh untuk aktivitas atau pergerakan yaitu otot rangka.
a. Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang
disebut fasikel, semakin besar otot semakain banyak serabutnya:
1) Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun
dari 260.000 serabut.
2) Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500
serabut.
b. Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal yaitu :
1) Molekul aktin tersusun dari tiga protein :
a) F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang
berpilin satu sama lain.
b) Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi
subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge
miosin.
c) Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan
menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin.
2) Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan
dua pasang rantai ringan.
a) Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua
kepala protein globular atau crossbridge, menonjol di salah satu
ujungnya.
b) Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis. Setiap
crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan
aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).
c) Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal
dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala
globularnya menghadap ke ujungnya.

Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan dengan kepala


miosin. Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton.
Sistem rangka yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak
secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang
menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu, rangka (tulang)
dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai alat gerak
aktif.

Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami pembesaran.


tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan otot dengan
periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ). Tendon menyebabkan
tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi. Ligamen merupakan
jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat antara satu tulang
dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak. Tulang
diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.

Menurut bentuknya :

 tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)


 tulang pendek (karpal dan tarsal)
 tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
 tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
 tulang sesamoid ( patella)

Menurut lokasinya :

 Tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan
sternum)
 Tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna, metacarpal,
tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal) Kartilago merupakan
jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang kuat dan berfungsi untuk
menyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran pendengaran, dan
bagian invertebrata. Persendian merupakan pertemuan antara dua atau
lebih dan setiap persendian mempunyai rentang gerak yang
bervaskularisasi. Bursa merupakan kantong cairan synovial yang terletak
pada lokasi gesekan di sekitar persendian antara tendon, ligament, dan
tulang. Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada struktur yang saling
bersinggungan.

3. Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal


1) Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan
pernafasan yang pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat muncul
intoleransi aktivitas.
2) Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
3) Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
4) Usia

4. Macam – macam gangguan


1) Fraktur
2) Gout
3) Arthritis oleh bakteri
4) Cidera jaringan lunak / keras
B. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas
dan Latihan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
 Riwayat aktivitas dan olah raga
 Toleransi aktivitas
 Jenis dan frekuensi olah raga
 Faktor yang mempengaruhi mobilitas
 Pengararuh imobilitas
b. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
1) Kesejajaran Tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi
pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna mengamati :
 bahu dan pinggul sejajar
 jari - jari kaki mengarah kedepan
 tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
2) Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat
jatuh :
 Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
 Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
 Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang
berlawanan
 Gaya berjalan halus, terkoordinasi,
3) Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak
aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
 Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
 Deformitas
 Adanya nyeri tekan
 Krepitasi
 Peningkatan temperature di sekitar sendi
 Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
 Derajat gerak sendi
4) Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
 Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk
bergerak
 Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
 Keseimbangan dan koordinasi klien
 Adanya hipotensi ortostatik
 Kenyamanan klien
5) Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak,
langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh
baik pada klien maupun perawat.

Tingkatan kekuatan otot

Skala Kekuatan (%) Cirri


0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat
adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh
menentanggravitasi, dengan
sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan tahana penuh
(Priharjo, 2006 : 159)

6) Toleransi aktivitas
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian
klien yang mengalami :
 Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
 Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan
hubungan tulang.
 CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit
untuk dievaluasi (mis: asetabulum).
 MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang).
b. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai masalah
musculoskeletal primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi).
 Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat
trauma).

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
a. Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis atau
psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau
diperlukan.
1) Batasan Karakteristik / faktor resiko
 Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
 Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
 Riwayat intoleransi
2) Faktor – Faktor yang Berhubungan
 Gangguan kardiovaskular
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi
aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
1) Batasan Karakteristik
 Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
 Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah
abnormal
 Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
 Dispneu dan ketidaknyamanan
2) Faktor – Faktor yang Berhubungan
 Tirah baring atau imobilisasi
 Kelemahan secara menyeluruh
 Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
 Gaya hidup yang menetap

Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik


a. Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu
atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan
kemampuan bergeraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas.
1) Batasan Karakteristik
 Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
 Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
 Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan motorik halus
 Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
 Keterbatasan ROM
 Sulit berbalik
 Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit memulai langkah,
kaki diseret, goyah pada posisi lateral)
 Penurunan waktu reaksi
 Gerakan menjadi napas pendek
 Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatatian
dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, focus dalam tidak mampu
beraktivitas)
 Gerak lambat
 Gerakan menyebabkan tremor

2) Faktor – Faktor yang Berhubungan


 Pengobatan
 Terapi pembatasan gerak
 Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
 IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
 Kerusakan sensori persepsi
 Nyeri, tidak nyaman
 Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
 Intoleransi aktivitas
 Depresi mood atau cemas
 Kerusakan kognitif
 Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
 Keengganan untuk memulai gerak
 Gaya hidup menetap, tidak fit
 Malnutrisi umum atau spesifik
 Kehilangan integritas struktur tulang
 Keterlambatan perkembangan
 Kekakuan sendi atau kontraktur
 Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
 Berhubungan dengan metabolisme seluler
 Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
 Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang
tepat disesuaikan dengan umur
4. Perencanaan
Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
 berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
 melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
 menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap 1. Membantu dalam respon fisiologi
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi terhadap stress aktivitas dan, bila
lebih dari 20 kali per menit diatas ada merupakan indicator dari
frekuensi istirahat ; peningkatan kelebihan kerja yang berkaitan
TD yang nyata selama/sesudah dengan tingkat aktivitas.
aktivitas (tekanan sistolik
meningkat 40 mmHg atau tekanan
diastolic meningkat 20 mmHg) ;
dispnea atu nyeri dada ; keletihan
dan kelemahan yang berlebihan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.
2. Teknik menghemat energi
2. Instruksikan pasien tentang teknik
mengurangi pengurangan energi,
penghematan energi, mis :
juga membantu keseimbangan
penggunaan kursi roda saat mandi,
antara suplai dan kebutuhan
dduduk ssat menyisir
oksigen.
rambut,melakukan aktivitas
dengan perlahan.
3. Kemajuan aktivitas bertahap
3. Berikan dorongan untuk mencegah peningkatan kerja
melakukan aktivitas / perawatan jantung tiba-tiba. Memberikan
diri bertahap jika dapat ditoleransi. bantuan hanya sebatas kebutuhan
Berikan bantuan sesuai kebutuhan. akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas
Dx. 2
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
teratasi
Kriteria Hasil :
 berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
 melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
 menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap 1. Membantu dalam respon
aktivitas, perhatikan frekuensi fisiologi terhadap stress aktivitas
nadi lebih dari 20 kali per menit dan, bila ada merupakan
diatas frekuensi istirahat ; indicator dari kelebihan kerja
peningkatan TD yang nyata yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas (tekanan aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20
mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ;
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan ; diaphoresis ;
pusing/pingsan.
2. Teknik menghemat energi
2. Instruksikan pasien tentang teknik
mengurangi pengurangan energi,
penghematan energi, mis :
juga membantu keseimbangan
penggunaan kursi roda saat
antara suplai dan kebutuhan
mandi, dduduk ssat menyisir
oksigen.
rambut,melakukan aktivitas
dengan perlahan. 3. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja
3. Berikan dorongan untuk
jantung tiba-tiba. Memberikan
melakukan aktivitas / perawatan
bantuan hanya sebatas kebutuhan
diri bertahap jika dapat
akan mendorong kemandirian
ditoleransi. Berikan bantuan
dalam melakukan aktivitas
sesuai kebutuhan.
Dx. 3
Tujuan : Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam masalah
teratasi
Kriteria Hasil :
 Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan
ekstremitaskatkan
 Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu
mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
 Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan
untuk beraktivitas

Intervensi Rasional
1. Identifikasi factor-faktor yang 1. Memberikan kesempatan untuk
mempengaruhi kemampuan untuk memecahkan masalah untuk
aktif, seperti temperature yang mempertahankan atau
sangat tinggi, insomnia, meningkatkan mobilitas.
pemasukan makanan yang tidak
adekuat.
2. Meningkatkan kemandirian dan
2. Anjurkan klien untuk melakukan rasa control diri, dapat
perawatan diri sendiri, sesuai menurunkan perasaan tidak
dengan kemampuan maksimal berdaya.
yang dimiliki klien.
3. Menurunkan tekanan terus
3. Lakukan perubahan posisi secara menerus pada daerah yang sama,
teratur ketika klien tirah baring di mencegah kerusakan kulit.
tempat tidur atau dikursi. Meminimalkan spasme fleksor
lutut dan panggul.

4. Konsultasikan dengan ahli terapi 4. Bermanfaat dalam


fisik atau terapi kerja mengembangkan program latihan
individual dan mengidentifikasi
kebutuhan alat untuk
menghilangkan spasme otot,
meningkatkan fungsi motorik,
menurunkan atrofi, dan
kontraktur pada system
musculoskeletal.

C. Daftar Pustaka
Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan IAPK
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Priharjo, Robert. 1993. Perwatan nyeri Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta :
EGC
NANDA 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.
Mubarak, Wahit Iqbal ; Nurul Cahyati. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
Doenges, E. Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai