Anda di halaman 1dari 539

 Beranda

perawat cilik
窗体顶端

窗体底端
 Home
 Business »
 Downloads »
 Parent Category »
 Featured
 Health »
 Uncategorized

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

00.16 No comments

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan latihan


a. Definisi / Deskripsi Kebutuhan
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik
atau keadaan bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada
waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat
baik oleh klien maupun perawat. (Priharjo, 1993 : 1 ).
Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan,
banyak aspek-aspek pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara
lain : gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan
seseorang dalam melakukan suatu aktivitas.
b. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament,
tulang, kartilago, persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja
bersama-sama untuk menghasilkan gerakan. Ada tiga jenis otot utama
pada manusia, yaitu : otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Dari ketiga
otot tersebut, otot yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau pergerakan
yaitu otot rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam
berkas yang disebut fasikel, semakin besar otot semakain banyak
serabutnya.
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar
dan tersusun dari 260.000 serabut.
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya
terdiri dari 1.500 serabut.
Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem
muskuloskeletal yaitu :
a. Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1. F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-
aktin yang berpilin satu sama lain.
2. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang
memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi sisi
yang berkaitan dengan crossbridge miosin.
3. Molekul troponin berkaitan dengan molekul
tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang pada
molekul tropomiosin.
b. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat
yang identik dan dua pasang rantai ringan.
1. Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama
lain dengan dua kepala protein globular atau
crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.
2. Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke
filament tipis. Setiap crossbridge memiliki sisi
pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas
ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas ATP).
3. Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam
setiap filamen tebal dengan ekor cambuknya yang
saling bertumpang tindih dan kepala globularnya
menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin
berikatan dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau
endosketeleton. Sistem rangka yang tersusun dari beragam jenis tulang
tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat
pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu,
rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal
sebagai alat gerak aktif.
Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami
pembesaran. tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan otot
dengan periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ). Tendon
menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi.
Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang
mengikat antara satu tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang
untuk bergerak. Tulang diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.
Menurut bentuknya :
· tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
· tulang pendek (karpal dan tarsal)
· tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
· tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
· tulang sesamoid ( patella)
Menurut lokasinya :
· tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang
rusuk, dan sternum)
· tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna,
metacarpal, tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal)
Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi
yang kuat dan berfungsi untuk menyokong pada beberapa bagian
tubuh, seperti saluran pendengaran, dan bagian invertebrata.
Persendian merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan setiap
persendian mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi. Bursa
merupakan kantong cairan synovial yang terletak pada lokasi
gesekan di sekitar persendian antara tendon, ligament, dan tulang.
Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada struktur yang saling
bersinggungan.
c. Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal
· Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek,
dengan pernafasan yang pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga
dapat muncul intoleransi aktivitas.
· Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
· Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
· usia
d. Macam – macam gangguan
· Fraktur
· Gout
· Arthritis oleh bakteri
· Cidera jaringan lunak / keras

1. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas dan


Latihan
a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
· Riwayat aktivitas dan olah raga
· Toleransi aktivitas
· Jenis dan frekuensi olah raga
· Faktor yang mempengaruhi mobilitas
· Pengararuh imobilitas
2. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
· Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan
dan perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna
mengamati :
o bahu dan pinggul sejajar
o jari - jari kaki mengarah kedepan
o tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang
lain
· Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko
cedera akibat jatuh.
o Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang
lurus
o Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari
kaki
o Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan
kaki di sisi yang berlawanan
o Gaya berjalan halus, terkoordinasi,
· Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian
rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang
dikaji yaitu :
o Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
o Deformitas
o Adanya nyeri tekan
o Krepitasi
o Peningkatan temperature di sekitar sendi
o Perkembangan otot yang terkait dengan masing –
masing sendi
o Derajat gerak sendi
· Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
o Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan
klien untuk bergerak
o Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus,
gips )
o Keseimbangan dan koordinasi klien
o Adanya hipotensi ortostatik
o Kenyamanan klien
· Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk
bergerak, langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang
otot dan cedera tubuh baik pada klien maupun perawat.

Tingkatan kekuatan otot


Skala Kekuatan (%) Cirri
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat
adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh
menentanggravitasi, dengan
sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan tahana penuh

(Priharjo, 2006 :
159)
· Toleransi aktivitas
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan
kemandirian klien yang mengalami :
o Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik

3. Pemeriksaan penunjang
· Pemeriksaan Diagnostik
o Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,
dan perubahan hubungan tulang.
o CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit untuk dievaluasi (mis: asetabulum).
o MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang).
· Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi
mengenai masalah musculoskeletal primer atau
komplikasi yang terjadi (infeksi).
o Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi
perdarahan akibat trauma).

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
1. Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis
atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang
dibutuhkan atau diperlukan.
2. Batasan Karakteristik / faktor resiko
· Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
· Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
· Riwayat intoleransi
3. Faktor – Faktor yang Berhubungan
· Gangguan kardiovaskular

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas


1. Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam
memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
2. Batasan Karakteristik
· Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
· Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan
darah abnormal
· Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
· Dispneu dan ketidaknyamanan
3. Faktor – Faktor yang Berhubungan
· Tirah baring atau imobilisasi
· Kelemahan secara menyeluruh
· Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
· Gaya hidup yang menetap

Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik


1. Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu
atau pada satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara
total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
2. Batasan Karakteristik
· Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
· Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik
kasar
· Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan
motorik halus
· Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
· Keterbatasan ROM
· Sulit berbalik
· Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit
memulai langkah, kaki diseret, goyah pada posisi lateral)
· Penurunan waktu reaksi
· Gerakan menjadi napas pendek
· Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan
perhatatian dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, focus
dalam tidak mampu beraktivitas)
· Gerak lambat
· Gerakan menyebabkan tremor
3. Faktor – Faktor yang Berhubungan
· Pengobatan
· Terapi pembatasan gerak
· Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
· IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
· Kerusakan sensori persepsi
· Nyeri, tidak nyaman
· Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
· Intoleransi aktivitas
· Depresi mood atau cemas
· Kerusakan kognitif
· Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
· Keengganan untuk memulai gerak
· Gaya hidup menetap, tidak fit
· Malnutrisi umum atau spesifik
· Kehilangan integritas struktur tulang
· Keterlambatan perkembangan
· Kekakuan sendi atau kontraktur
· Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
· Berhubungan dengan metabolisme seluler
· Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
· Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan
aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur

c. Perencanaan
· Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah teratasi
Kriteria Hasil :
· berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
· melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
diukur
· menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologi
Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap 1. Membantu dalam respon
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi fisiologi terhadap stress aktivitas
lebih dari 20 kali per menit diatas dan, bila ada merupakan indicator
frekuensi istirahat ; peningkatan dari kelebihan kerja yang berkaitan
TD yang nyata selama/sesudah dengan tingkat aktivitas.
aktivitas (tekanan sistolik
meningkat 40 mmHg atau tekanan
diastolic meningkat 20 mmHg) ;
dispnea atu nyeri dada ; keletihan
dan kelemahan yang berlebihan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.

2. Instruksikan pasien tentang 2. Teknik menghemat energi


teknik penghematan energi, mis : mengurangi pengurangan energi,
penggunaan kursi roda saat mandi, juga membantu keseimbangan
dduduk ssat menyisir antara suplai dan kebutuhan
rambut,melakukan aktivitas oksigen.
dengan perlahan.

3. Berikan dorongan untuk 3. Kemajuan aktivitas bertahap


melakukan aktivitas / perawatan mencegah peningkatan kerja
diri bertahap jika dapat ditoleransi. jantung tiba-tiba. Memberikan
Berikan bantuan sesuai kebutuhan. bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas

· Dx. 2
Tujuan :
· setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah teratasi
Kriteria Hasil :
· berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
· melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
diukur
· menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
fisiologi

Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap 1. Membantu dalam respon
aktivitas, perhatikan frekuensi fisiologi terhadap stress aktivitas
nadi lebih dari 20 kali per menit dan, bila ada merupakan
diatas frekuensi istirahat ; indicator dari kelebihan kerja
peningkatan TD yang nyata yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas (tekanan aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20
mmHg) ; dispnea atu nyeri dada ;
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan ; diaphoresis ;
pusing/pingsan.

2. Instruksikan pasien tentang 2. Teknik menghemat energi


teknik penghematan energi, mis : mengurangi pengurangan energi,
penggunaan kursi roda saat juga membantu keseimbangan
mandi, dduduk ssat menyisir antara suplai dan kebutuhan
rambut,melakukan aktivitas oksigen.
dengan perlahan.
3. Kemajuan aktivitas bertahap
3. Berikan dorongan untuk mencegah peningkatan kerja
melakukan aktivitas / perawatan jantung tiba-tiba. Memberikan
diri bertahap jika dapat bantuan hanya sebatas
ditoleransi. Berikan bantuan kebutuhan akan mendorong
sesuai kebutuhan. kemandirian dalam melakukan
aktivitas

· Dx. 3
Tujuan :
· Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam masalah
teratasi
Kriteria Hasil :
· Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan
ekstremitaskatkan
· Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu
mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
· Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan
kemampuan untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1. Identifikasi factor-faktor yang 1. Memberikan kesempatan
mempengaruhi kemampuan untuk memecahkan masalah
untuk aktif, seperti temperature untuk mempertahankan atau
yang sangat tinggi, insomnia, meningkatkan mobilitas.
pemasukan makanan yang tidak
adekuat.
2. Meningkatkan kemandirian
2. Anjurkan klien untuk dan rasa control diri, dapat
melakukan perawatan diri menurunkan perasaan tidak
sendiri, sesuai dengan berdaya.
kemampuan maksimal yang
dimiliki klien. 3. Menurunkan tekanan terus
menerus pada daerah yang sama,
3. Lakukan perubahan posisi mencegah kerusakan kulit.
secara teratur ketika klien tirah Meminimalkan spasme fleksor
baring di tempat tidur atau lutut dan panggul.
dikursi.
4. Bermanfaat dalam
mengembangkan program
4. Konsultasikan dengan ahli latihan individual dan
terapi fisik atau terapi kerja mengidentifikasi kebutuhan alat
untuk menghilangkan spasme
otot, meningkatkan fungsi
motorik, menurunkan atrofi, dan
kontraktur pada system
musculoskeletal.

3. Daftar Pustaka
· Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.
Bandung : Yayasan IAPK
· Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan.
Jakarta : EGC.
· Priharjo, Robert. 1993. Perwatan nyeri Pemenuhan Aktivitas
Istirahat Pasien. Jakarta : EGC
· NANDA 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.
· Mubarak, Wahit Iqbal ; Nurul Cahyati. 2007. Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC
· Doenges, E. Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Social Profiles

窗体顶端

窗体底端
 Popular
 Tags
 Blog Archives

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN



definisi keluarga

laporan pendahuluan nyeri



Ya Ala Baitin Nabi _ Sulis


Cinta Rasul

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MILITUS


Diberdayakan oleh Blogger.

Labels
 AKEP KEPERAWATAN
 MATERI KEPERAWATAN
 SAP KEPERAWATAN

Blog Archive
 ▼  2015 (7)

o ►  April (1)

o ▼  Maret (2)

 laporan pendahuluan nyeri


 LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
LATIHA...

o ►  Februari (4)

Blogger templates
Rizki Chubiell Bratbretbrot

Buat Lencana Anda

Blogger news

Blogroll

Hitwebcounter.com
Copyright © 2015 perawat cilik | Powered by Blogger
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Best Blogger Themes |
www.top10Wordpress.com
Home Makalah Makalah Keperawatan Makalah Kebidanan Sub Menu 2.1 Sub Menu 2.2
Sub Menu 2.3 Laporan Pendahuluan Penyakit Sub Menu 3.1 Sub Menu 3.2 Sub Menu
3.3 Laporan Pendahuluan Daftar Artikel Sunday, September 20, 2015 Satya Excel Site -
‫ ساتيا ممتاز‬Topics : Home Laporan Pendahuluan Per Kebutuhan LAPORAN
PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT LAPORAN
PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT Minggu, 01 Juli
2012 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT Disusun Oleh : Satya Putra
Lencana M11.01.0015 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2012 LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT A. PENGERTIAN Aktivitas adalah
suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang
tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel. Kebutuhan
aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan
kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat. Seseorang
dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan berbagai
aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang
itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas
sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal
tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. B. KONSEP DASAR Fisiologi
Pergerakan Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system
musculoskeletal dan system persarafan. Sistem Musculoskeletal berfungsi sebagai : a.
Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh b. Melindungi bagian tubuh tetentu
seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru c. Tempat melekatnya otot dan tendon d. Sumber
mineral seperti garam dan posfat e. Tempat produksinya sel darah Sistem Otot Berfungsi
Sebagai : a. Pergerakan b. Membentuk postur c. Produksi panas karena adanya kontraksi
dan relaksasi C. NILAI NILAI NORMAL Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut : Tingkat Aktivitas / Mobilisasi Kategori Tingkat 0 Mampu merawat diri
sendiri secara penuh Tingkat 1 Memerlukan penggunaaan alat Tingkat 2 Memerlukan
bantuan atau pengawasan orang lain Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan D. RENTANG GERAK SENDI Gerak Sendi Derajat
Rentang yang Normal Bahu : Ø Aberhubungan denganuksi 180 Siku : Ø Fleksi 150
Pergelangan Tangan : Ø Fleksi Ø Ekstensi Ø Hiperekstensi Ø Aberhubungan denganuksi
Ø Adduksi 80 – 90 80 – 90 70 – 90 0 – 20 30 – 50 Tangan Dan Jari : Ø Fleksi Ø Ekstensi
Ø Hiperekstensi Ø Aberhubungan denganuksi Ø Adduksi 90 90 30 20 20 Keterangan :
Fleksi ; Menekuk persendian Ekstensi : Meluruskan persensian Aberhubungan
denganuksi : Gerakkan anggota tubuh ke arah atas Adduksi : Gerkana anggota tubuh
menjauhi aksis Rotasi : Memutar atau menggerakkan suatu bagian melingkar aksis
Pronasi : Memutar ke bawah Supinasi : Memutar ke atas Infers : Menggerakkan ke dalam
Efersi : Menggerakkan ke luar E. DERAJAT KEKUATAN OTOT Untuk mengetahui
seberapa derajat kekuatan otot dapat digunakan dengan sekala sebagai berikut : Skala
Kakuatan Otot (%) Keternagan 0 0 Paralisis sempurna 1 10 Tidak ada gerakkan,
kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat 2 25 Gerakkan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan 3 50 Gerkkan yang normal melawan gravitasi 4 75 Gerakkan penuh
yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal 5 100 Kekuatan normal,
gerkkan penh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh F. POSTUR
TUBUH (BODY ALIGMENT) Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-
bagian tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari
postur tubuh adalah persendian,, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian
tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan
fungsi tubuh maksimal, seperti dala posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar. Potur
tubuh yang baik dapat meningkatkan fungssi tangan dengan baik, mengurangi jumlah
energy yang digunakan, memperthaankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru dan menigkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal. Untuk
mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan,
diantaranya : 1. Keseimbangan dapar dipertahankan jika garis gravitasi (line og gravy –
garis imajiner vertical) melewati pusat gravitasi (center of gravity – titik yang berada di
pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support – posisi menyangga atau
menopang tubuh) 2. Jikia dara tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah,
kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar. 3. Jika gravitasi berada di luar pusat dasar
tumpuan, enegi akan lebih banya digunakan untuk memperthanakan keseimabangan. 4.
Dasar tumpuan yang luas dan bagian – bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energy dan mencegah kelelahan otot. 5. Perubahan dalam posisi tubuh
membantu mencegah ketidak nyamanan otot. 6. Mempertkuat otot yang lemah dapat
membantu mencegah kekakuan otot dan ligament. 7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi
dapat membantu mempertahankan otot dan mencegah kelelahan. 8. Pergantian antara
masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan. 9. Membagi keseimbangan antara
aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban belakang. 10. Postur yang buru
dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur. G.
BODY MECHANIC Mekanika adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai
fungsinya. Melakukan aktivitas dan istirahat pada posisi yang benar akan meningkatkan
kesehatan. Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan dari kerusakan struktur tubuh
seperti pada orang yang mengalami gangguan otot. Orang yang bedrest lama akan
menurunkan tonus otot. Perlu dipahami tentang body aligment, keseimbangan dan
kooerdinasi. a. Body aligment/postur Postur yang baik karena menggunakan otot dan
rangka tersebut secara benar. Misalnya pada posisi duduk, berdiri, mengangkat benda, dll.
b. Keseimbangan Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan
sentralnya adalah gravitasi. c. Koordinasi pergerakan tubuh Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mengangkat benda, maksimal 57 %
dari berat badan. H. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTUR
TUBUH DAN PERGERAKKAN Tingkat perkembangan tubuh Usia akan mempengaruhi
tingkat perkembangan neorumuskuler dan tubuh secara proporsional, postur, pergerakan
dan refleks akan berfungsi secara optimal. Kesehatan fisik Penyakit, cacat tubuh dan
immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh Keadaan nutrisi Kurangnya nutrisi
dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi
kurang bebas Emosi Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian
sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas Kelemahan neorumuskel dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis dan kiposis dapat berpengaruh
terhadap pergerakan Pekerjaan Seseorang yang bekerja dikantor kurang melakukan
aktivitas bila dibandingkan dengan petani atau buruh. Status kesehatan Gaya hidup
Perilaku dan nilai I. MOBILISASI Pengertian Mobilisasi Mobilisasi adalah suatu kondisi
dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kosier, 1989) Tujuan dai
mobilisasi antara lain : a. Memnuhi kebutuhan dasar manusia b. Mencegah terjadinya
trauma c. Mempertahankan tingkat kesehatan d. Memperrthanakan interaksi social dan
peran sehari – hari e. Mencegah hilangnya kamampuan funsi tubuh. Faktor yang
mempengaruhi mobilisasi : a. Gaya hidup b. Proses penyakit dan injuri c. Kebudayaan d.
Tingkat energy e. Usia dan satud perkembangan J. IMOBILISASI Imobilisasi adalah
ketidakmamapuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment
(gangguan pada alat / organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi juga dapat
diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak/tirah baring yang terus – menerus selama
5 hari akibat perubahan fungdi fisiologis (Lindgren et al, 2004) K. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERGERAKAN ATAU IMMOBILISASI
Gangguan musculoskeletal a. Osteoporosis b. Atropi c. Kontraktur d. Kekakuan dan sakit
sendi Gangguan kardiovaskuler a. Postural hipotensi b. Vasodilatasi vena c. Peningkatan
penggunaan valsava maneuver Gangguan system respirasi a. Penurunan gerak pernafasan
b. Bertambahnya sekresi paru c. Atelektasis d. Hipotesis pneumonia L. FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TOLERANSI AKTIVITAS Faktor fisiologis a.
Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan b. Tipe penyakit atau operasi dalam 12
bulan terakhir c. Status kardiopulmonar ( mis. Dispneu, nyeri dada ) d. Status
musculoskeletal ( mis. Penurunan massa otot ) e. Pola tidur f. Keberadaan nyeri,
pengontrolan nyeri g. Tanda-tanda vital: frekuensi pernapasan dan nadi kembali ke
tingkat istirahat dalam 5 menit setelah latihan, tekanan darah kembali seperti semula
dalam 5-10 menit setelah latihan h. Tipe dan frekuensi aktivitas latihan i. Kelainan hasil
laboratorium seperti penurunan konsentrasi O2 arteri, penurunan kadar hemoglobin,
kadar elektrolit yang tidak normal Faktor emosional a. Suasasana hati (mood), depresi,
cemas b. Motivasi c. Ketergantungan zat kimia (mis. Obat-obatan, alcohol, nikotin ) d.
Gambaran diri Faktor Perkembangan a. Usia b. Jenis kelamin c. Kehamilan d. Perubahan
massa otot karena perubahan perkembangan e. Perubahan system skeletal karena
perubahan perkembangan. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
DAN ISTIRAHAT A. PENGKAJIAN Tanggal Masuk : Jam : No. CM : Tanggal
Pengkajian : Jam : Diagnosa Medis : BIODATA a. Identitas klien Nama : Tempat Tanggal
Lahir : Umur : Jenis kelamin : Agama : Pendidikan : Pekerjan : Suku / Bangsa : Status :
No. CM : Alamat : b. Identitas penanggung jawab Nama : Tempat Tanggal Lahir : Umur :
Jenis kelamin : Agama : Pendidikan : Pekerjaan : Suku / Bangsa : Status : Alamat :
Hub.dg klien : RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan utama Yang biasa muncul pada
pasien dengan gangguan aktivitas dan latihan adalah rasa nyeri, lemas, pusing, mengeluh
sakit kepala berat, badan terasa lelah, muntah tidak ada, mual ada, bab belum lancar
terdapat warna kehitaman dan merah segar hari belum bab, urine keruh kemerahan,
parese pada ekstermitas kanan ataupun fraktur. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik
tergantung lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri klien digunakan: 1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri. 2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk. 3) Region :
radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,
dan dimana rasa sakit terjadi. 4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya. 5) Time: berapa lama nyeri berlangsung,
kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. b. Riwayat penyakit
sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari nyeri/fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya nyeri/fraktur tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya nyeri bisa diketahui nyeri yang lain. Ø Waktu
terjadinya sakit Kapan mulai terjadi nyeri dan seberapa sering atau frekuensi nyeri yang
dirasakan, apakah hilang timbul, sering, dan sebagainya. Ø Proses terjadinya sakit Perlu
dikaji bagaiamana proses dapat terjadinya sakit, kapan. Ø Upaya yang telah dilakukan
selama sakit Ø Hasil pemeriksaan sementara / sekarang c. Riwayat penyakit dahulu.
Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi apakah sebelumnya
pasien pernah mengalami penyakit seperti saat ini. d. Riwayat kesehatan keluarga. Perlu
dikaji penyakit riwayat keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang atau tidak.
Penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D) e. Riwayat kesehatan
lingkungan klien f. Genogram Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur
anggota keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum
pasien. Berikan keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah,
yang sudah meninggal dunia serta pasien yang sakit. POLA FUNGSI KESEHATAN
(GORDON) a. Persepsi Terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan 1) Tingkat
pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan selam sakit 2) Perilaku
untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan selam sakit 3) Faktor-
faktor resiko sehubungan dengan kesehatan b. Pola Aktivitas Dan Latihan Menggunakan
tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur,
berpindah, ambulansi, naik tangga, serta berikan keterangan skala dari 0 – 4 yaitu : 0 :
Mandiri 1 : Di bantu sebagian 2 : Di bantu orang lain 3 : Di bantu orang dan peralatan 4 :
Ketergantungan / tidak mampu Aktifitas 0 1 2 3 4 Makan √ Mandi √ Berpakaian √
Eliminasi √ Mobilisasi ditempat tidur √ Berpindah √ Ambulansi √ Naik tangga √ c. Pola
Istirahat Tidur Ditanyakan : 1) Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur 2)
Sonambolisme 3) Kualitas dan kuantitas jam tidur d. Pola Nutrisi - Metabolic Ditanyakan
: 1) Berapa kali makan sehari 2) Makanan kesukaan 3) Berat badan sebelum dan sesudah
sakit 4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari e. Pola Eliminasi 1) Frekuensi dan
kuantitas BAK dan BAB sehari 2) Nyeri 3) Kuantitas f. Pola Kognitif Perceptual Adakah
gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra) g. Pola Konsep Diri 1) Gambaran diri
2) Identitas diri 3) Peran diri 4) Ideal diri 5) Harga diri h. Pola Koping Cara pemecahan
dan penyelesaian masalah i. Pola Seksual – Reproduksi Ditanyakan : adakah gangguan
pada alat kelaminya. j. Pola Peran Hubungan 1) Hubungan dengan anggota keluarga 2)
Dukungan keluarga 3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat. k. Pola Nilai Dan
Kepercayaan 1) Persepsi keyakinan 2) Tindakan berdasarkan keyakinan
PEMERIKSAAN FISIK a. Status kesehatan umum Keadaan penyakit berat, keadaan
umum tampak lemah, kesadaran compos mentis mengarah apatis, Tekanan darah mmHg,
suhu tubuh …O◦C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS : E=.. M=… V=..,
BB ( sakit ), BB ( Sblm Sakit ), hasil pengukuran lainnya, seperti LL dll. b. Sistem
integument Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut hitam
dan berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit; muka tampak pucat. c. Kepala
Normo cephalic, simetris, nyeri kepala/sakit kepala, benjolan tidak ada. d. Muka
Asimetris, odema y, otot muka dan rahang kekuatan lemah , sianosis tidak ada e. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor, sclera ikterus (-/
-), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat dievalusai, mata tampak cowong.
f. Telinga Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal g. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.
h. Mulut dan faring Bau mulut y, stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah
merah mudah, kelainan lidah tidak ada. Terpasang NGT i. Leher Simetris, kaku kuduk
tidak ada, vena jugularis 5 + 2cm H2O. tidak ada benjolan limphe nodul. j. Thoraks
Gerakan dada simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan,
rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi. k. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan
dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan S2 tunggal; dalam batas
normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2 – 3 detik . l. Abdomen Bising usus;
hiperperistaltik, bunyi bruit sangat jelasa, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada,
perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (-). m. Inguinal-Genitalia-Anus Nadi
femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada
hemoroid, terpasang kateter hr.III n. Ekstrimitas Akral hangat, edema -/-, kekuatan 2/2,
gerak yang tidak disadari -/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik, atropi -/-. Perifer tampak
pucat. o. Tulang belakang Tidak ada lordosis, kifosis atau scoliosis. PEMERIKSAAN
PENUNJANG Darah Lengkap(18–11–2007) Hb : 9.3 (13-16) Hematokrit : 28,2 (40-48)
Eritrosit : 3.15 (4.50-5.50) MCV :89.5 (82 – 92) MCH : 29.5 (27 – 31) MCHC : 33.0 (32
– 36) Leukosit :10.400 (5–10x 103 ) Trombosit :208.000 (15-40x104) Darah Lengkap
(19-11-2007,jam 09) LED : 20.0 (0.0-10.0) Hb : 8.0 (13-16) Hematokrit : 23,3 (40-48)
Eritrosit : 2.58 (4.50-5.50) MCV :90.3 (82 – 92) MCH : 31.0 (27 – 31) MCHC : 34.3 (32
– 36) Leukosit :9.200 (5–10x 103 ) Trombosit :206.000 (15-40x104) Hitung Jenis Basofil
: 0.0 (0.0-1.0) Eosinofil : 0.0 (1.0-3.0) Neutrofil : 88 (52-76) Limfosit : 9.1 (20.0-40.0)
Monosit :3.3 (2.0-8.0) PT : 13.2 (11.0-14.0) PT control : 12.3 APTT : 27.0 (27.3-37.6)
APTT control : 31.7 Kadar fibrinogen : 268.3 (200.0-400.0) D Dimer Kuantitatif:100.00
(0.00-300.00) Kimia Darah Billirubin : Negative Urobilinogen : 3.2 (3.2) Nitrit :
Negative Esterase leukosit : Trace SGOT/AST : 16 (10-35) SGPT/ALT : 15 ( 10-36)
Albumin : 3.50 (3.40-4.80) Kolesterol total: 140 (120-200) Trigliserida : 139 (50-150)
Kolesterol HDL: 34 (40-55) Kolesterol LDL : 85.00 (50.00-130.00) Natrium darah : 138
(135-147) Kalium darah : 5.04 (3.50-5.50) Klorida darah : 113.0 (100.0-106.0) Ureum
darah :119 (10-50) Kreatinin darah :4.5 (0.5-1.5) Glukosa darah : 132 (70-110) Glukosa 2
jam PP : 149 (70-140) Urinalisa - Warna : kuning - Kejernihan : jernih Sedimen: - sel
epitel : + - Leukosit : 5- 6 - eritrosit : 0-1 - Silinder : +, koral 0-1 - Kristal : - - Bakteri : - -
BJ : 1.015 - PH : 5.5 - Protein : 2+ - Keton : Trace - Glukosa : Negative Analisa Gas
Darah - PH : 7.369 - PCO2 : 23,0 - PO2 : 133 - HCO3 : 12,9 - tCO2 ; 17.6 - ABE ; - 10,9
- SBE ; - 11,4 - SBC ; 15,8 - tHB ; 9,0 g/dl - O2 Sat : 98.1% - Na/K/Cl : 139/4,6/99 -
Hasil CT Scan ;Perdarahan pada basal ganglia dan Thalamus kiri kurang lebih p: 5,2x5.0
mm banyaknya perdarahan 23 cc - Hasil Foto rongen; gambaran infiltrate minimal, CTR
>50% - Hasil ECG; SR;92x/mnt, MI lead I, AVL,V5-V6 poor r, saran konsul kardiologi
konsul gastro dan ginjal, echokardiograf, tranfusi PRC.. - Hasil konsul dengan IPD,
gastroenterology prinsipnya sama terapi dilanjutkan dan rencanakan USG ginjal, dan
Koloscopy setelah HB >10 gr/dl TERAPI Obat-obatan (17–11–2007) Nama obat Dosis
Pemakaian Efek Samping (evaluasi perawat ) Citicolin 2x500 gr Injeksi Metabolisme
cerebral yang tidak adequat IVFD Asering 8 Jam Infus Resti infeksi Captopril 3 x 12,5
mg Oral Hipotensi Paracetamal 3 x 500 mg Oral Hipotermia & stress ulcer ranitidin 2x 1
ampl Injeksi Mual muntah O2 2 l/mnt Kanul Keracunan O2 Obat-obatan (20–11–2007)
Nama obat Dosis Pemakaian Efek Samping (evaluasi perawat ) Citicolin 2x500 gr Injeksi
Metabolisme cerebral yang tidak adequat IVFD Asering 8 Jam Infus Resti infeksi
Captopril 3 x 12,5 mg Oral Hipotensi Paracetamal 3 x 500 mg Oral Hipotermia & stress
ulcer ranitidin 2x 1 ampl Injeksi Mual muntah O2 2 l/mnt Kanul Keracunan O2 Adalat
1x3 mg oral hipotensi B6,12,Asam folat 2 x 1 tb oral Meningginya fungsi hati Transmin 3
x 1 ampl injeksi Pembekuan darah secara sistemik Vit K 3 x 1 ampl injeksi Pembekuan
darah secara sistemik Cefriaxon 2 x 1 gr injeksi Alergi sistemik HCT 1 x 25 mg oral
Output cairan berlebih/tidak terkontrol laculac 3 x 1 sdk Oral (sirup) a. Data hasil
pemeriksaan yang mungkin ditemukan : Pengkajian keperawatan dilihat dari dua bagian,
Mobilisasi dan Imobilisasi. Kedua area ini biasa dikaji selama pemeriksaan fisik lengkap.
1) Mobilisasi Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada rentang gerak , gaya berjalan,
latihan dan toleransi aktivitas serta kesejajaran tubuh. a) Rentang gerak Rentang gerak
merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu
potongan tubuh : Sagital, Frontal, Transversal. Potongan frontal adalah garis yang
melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang membagi
tubuh kanan dan kiri Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh
menjadi bagian atas dan bawah b) Gaya Berjalan Digunakan menggambarkan cara utama
atau gaya ketika berjalan. Siklus gaya berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu
tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama c) Latihan dan
Toleransi aktivitas Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh
meningkatkan kesehatan dan menmpertahankan kesehatan jasmani. Toleransi aktivitas
adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian
toleransi aktivitas meliputi data fisiologis, emosional dan tingkat perkembangan. d)
Kesejajaran tubuh Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada pasien yang berdiri
tegak, duduk atau berbaring. Langkah pertama dalam mengkaji kesejajaran tubuh adalah
menempatkan klien dalam posisi istirahat sehingga tidak kaku. Ø Berdiri Kepala tegak
Bahu dan panggul sejajar pada arah posterior Tulang belakang lurus pada arah posterior
Dari arah lateral : kepala tegak, garis tulang belakang digaris dalam pola S terbalik Dari
arah anterior : tulang belakang adalah cembung, tulang belakang torakal pada arah
posterior cembung Tulang belakang lumbal pada arah anterior adalah cembung. Arah
lateral : perut berlipat kebagian dalam dengan nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki
agak melengkung. Lengan klien nyaman disamping Kaki sedikit berjauhan sebagai dasar
penopang, jari kaki di depan Dari arah anterior dilihat pusat gravitasi berada ditengah
tubuh, garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara
kedua kaki. Ø Duduk Kepala tegak, leher dan tulang belakang sejajar Berat badan rata
pada bokong dan paha Paha sejajar pada potongan horizontal Kedua kaki ditopang ke
lantai Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada
permukaan lutut bagian posterior Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan,
dipangkuan atau diatas meja depan kursi Ø Berbaring Pada orang sadar akan mempunyai
control otot volunteer dan persepsi normal terhadap tekanan Pengkajian dengan posisi
berbaring membutuhkan posisi lateral pada klien dengan satu bantal dan tanpa penopang.
2) Imobilisasi Melakukan pengkajian fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki, selain itu
berfokus pada area fisiologis, seperti aspek psikososial dan perkembangan klien. a)
Faktor Fisiologis b) Sistem Metabolik Evaluasi atrofi otot Evaluasi status cairan
Elektrolit atau kadar serum protein Penyembuhan luka untuk perubahan transport nutrient
Mengkaji asupan makanan Pola eliminasi Ada tidaknya dehidrasi atau edema Ada
tidaknya anoreksia c) Sistem Respirasi yang perlu dikaji Inspeksi pergerakan dada
( dinding dada ) selama siklus inspirasi – ekspirasi jika klien mempunyai area atelektasis
maka gerakan dada asimetris Auskultasi area paru-paru untuk mengidentifikasi gangguan
suara napas, crakles atau mengi d) Sistem kardiovaskuler Kaji TD Kaji nadi apeks atau
nadi perifer Abservasi tanda-tanda statis vena ( edema & penyembuhan luka buruk ) e)
Sistem Muskuloskeletal Kaji penurunan tonus otot Kaji kehilangan masa otot dan
kontraktur Kaji rentang gerak f) Sistem integument Mengkaji tanda-tanda kerusakan Kaji
kebersihan kulit g) Sistem Eliminasi Kaji asupan jumlah dan jenis cairan melalui oral
atau parenteral Kaji adanya dehidrasi Kaji ada tidaknya konstipasi b. Pengkajian Pada
Lansia Faktor Psikososial Perubahan status psikososial klien biasa terjadi lambat dan
sering diabaikan tenaga kesehatan. Observasi perubahan tingkah laku Menentukan
penyebab perubahan tingkah laku / psikososial untuk mengidentifikasi terapi keperawatan
Observasi pola tidur klien Observasi perubahan mekanisme koping klien Observasi dasar
perilaku klien sehari-hari B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnosa yang
mungkin muncul yaitu : 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
mobilisasi 2. Resiko cedera berhubungan dengan ketidaktepatan posisi 3. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan tirah baring 4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan ketidaktepatan posisi tubuh 5. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan ketidaknyamanan C. PERENCANAAN / INTERVENSI NoDP Tujuan Intervensi
Rasional 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam diharapkan pasien
dapat melakukan aktivitasnya dengan normal ditandai : Activity Tolerance ; Ø (000501)
Pemenuhan keb O2 mencukupi dalam memenuhi aktv dalam batas normal Ø (000502)
Rata-rata TD dalam batas normal Ø (000503) Rata-rata pernapasan dalam batas normal Ø
(000507) Warna kulit normal Ø (000513) Laporan dalam pencapaian kebutuhan sehari-
hari Keterangan : 1 : Selalu menunjukkan. 2 : Sering menunjukkan. 3 : Kadang
menunjukkan. 4 : Jarang menunjukkan. 5 : Tidak pernah menunjukkan. Activity Therapy
( 4310 ): Monitor emosi, fisik, social pasien dalam pemenuhan program aktivitas : Ø
Anjurkan ps untuk meningkatkan batasan aktv yang dicapainya Ø Fokuskan pada aktv
yang bias dilakukan pasien Ø Anjurkan klg untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien
Ø Kolaborasikan dengan terapis dalam latihan pemenuhan aktivitas Dengan mencatat
segala keb program aktv ps maka dapat diketahui sejauh mana tingkat pemenuhan keb
Semakin meningkat aktv yang dicapai maka semakin cepat ps mandiri dalam pemenuhan
keb Jika ps tidak mampu melakukan aktv terlalu banyak jangan dipaksa Ps akan terbantu
dalam pemenuhan keb selama belum bias mndiri Dengan adanya kolaborasi akan lebih
efektif dan efisien dalam memenuhi keb. 2 Setelah dilakukan tindakan kep selama….x24
jam diharapkan resiko cedera dapat dihindari ditandai dengan : Risk Control : Ø (190202)
Monitor lingkungan yang dapat menjadi penebab resiko cedera Ø (190205) Dapat
mengatur control resiko yang diperlukan Ø (190208) Merubah gaya hidup untuk
mengurangi resiko cedera Ø (190211) dapat mengidentifikasi resiko cedera Ø (190214)
Menerima dukungan orang lain untuk mengontrol resiko cedera. Keterangan : 1 : Tdk
prnh menyebutkan. 2 : Jarang menyebutkan. 3 : Kadang menyebutkan. 4 : Sering
menyebutkan. 5 : Selalu menyebutkan. Enviromental Management Safety (6480) : Ø
Identifikasi keamanan yang diperlukan ps Ø Identifikasi agen-agen penyebab cedera di
sekitar Ps Ø Gunakan alat-alat pelindung Ø Ajarkan tentang agen resiko tinggi yang dapat
menyebabkan cedera Ø Kolaborasikan dengan tim medis lain dalam menciptakan
lingkungan yang aman Dengan lingkungan yang aman Ps terhindar dari cedera Untuk
mengamankan Ps dari resiko cedera yang bias disebabkan oleh agen-agen cedera tsb
Menciptakan / menyiapkan alat pelindung akan bermanfaat untuk keamanan Ps Dengan
adanya pengetahuan tsb Ps akan dapat menciptakan lingkungan aman sec mandiri Hal ini
akan sangat membantu agar kondisis Ps lebih terjaga 3 Setelah dilakukan tindakan kep
selama…x24 jam diharapkan pasien mampu dalam mobolisasi secara mandiri ditandai
dengan : Mobility Level : Ø (020801) Keseimbangan dalam aktv Ø (020803) Rentang
otot normal skala 5 Ø (020806) Berjalan mandiri Ø (020804) rentang sendi normal.
Keterangan : 1 : Tidak memerlukan bantuan. 2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan
alat 3 : Membutuhkan bantuan oarang lain. 4 : Membutuhkan bantuan alat. 5 : Mandiri
penuh. Bed Rest Care (0740) : Ø Jelaskan alasan Bedrest Ø Monitor kondisi kulit Ø
Monitor konstipasi Ø Jaga agar linen tetap bersih Ø Ajarkan latihan ditempat tidur
Menjelaskan semua tindakan kep kepada ps penting untuk proses kep Bed rest lama tanpa
perubahan posisi akan bias melukai kulit Bed rest lama akan menyebabkan perubahan
peristaltic Memberikan kenyamanan pada Ps Untuk mengurangi kekakuan sendi dan otot
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..x24 jam diharapkan Ps tidak
mengalami gangguan pernapasan ditandai dengan : Airway Patency : Ø (041001) tidak
ada demam Ø (041004) pernapasan dalam batas normal Ø (041006) tidak ada sputum
dalam jalan napas Ø (041007)tidak ada suara tambahan dalam pernapasan Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan. 2 : Sering menunjukkan. 3 : Kadang menunjukkan. 4 : Jarang
menunjukkan. 5 : Tidak pernah menunjukkan. Airway Management (3140) : Ø Buka
jalan napas Ø Posisikan ps untuk mendapat ventilasi pernapasan max Ø Ajarkan tekhnik
terapi dada Ø Gunakan ET atau Ø nasotrakeal sesuai keb Ø Anjurkan Ps untuk Ø
menggunakan inhaler Ø Gunakan terapi O2 sesuai keb Menghindari ketidakakuatan O2
pada klien Dengan ventilasi pernapasan lancer maka O2 akan terpenuhi Dengan tekhnik
terapi dada akam membantu mrlancarkan keluarnya sputum Alat ini dapat membantu
jalan napas lebih efektif Akan melegakan pernapasan sebagai terapi Memenuhi keb O2
yang lebih adekuat 5 Setelah dilakukan tindakan kep selama…x24 jam diharapkan pasien
dapat mencukupi keb pola tidur yang seimbang ditandai dengan : Sleep : Ø (000401) pola
tidur terpenuhi 8 jam / hari Ø (000404) mencapai kualitas tidur yang baik Ø (000408)
merasa lebih baik setelah tidur Ø (000407) rutinitas tidur terpenuhi Ø (000414) Vital sign
dalam batasan normal. Keterangan : 1 : Selalu menunjukkan. 2 : Sering menunjukkan. 3 :
Kadang menunjukkan. 4 : Jarang menunjukkan. 5 : Tidak pernah menunjukkan Sleep
Enchancement (1850) : Ø Kaji pola tidur & istirahat Ps Ø Ajarkan pentingnya istirahat
yang adekuat bagi kesehatan Ø Anjurkan untuk menambah jumlah waktu istirahat & tidur
Ø Kolaborasikan dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi
istirahat pasien Dengan mendata pola istirahat & tidur dapat diketahui bagaimana keb
istirahat terpenuhi Dengan demikian Ps akan lebih banyak istirah & tidak melakukan aktv
berlebih Kebutuhan istirahat tidur akan terpenuhi secara adekuat Lingkungan yang
nyaman & tenang akan menstimulasi otak untuk istirahat DAFTAR PUSTAKA Potter &
Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC Tarwoto-
Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I. Jakarta :
Salemba Medika A. Aziz Alimul Hidayat. 2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta : EGC Nanda NOC-NIC Find me on facebook : Satya Excel Share this
article : Diposkan oleh Mecer Kes di 19.58 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi
ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Laporan Pendahuluan Per Kebutuhan Reaksi: You
might also like this post 0 Comments 0 Comments Posting Lebih Baru Posting Lama
Beranda Your comment here Radio Rodja 756AM Last Detik News rss feed widget Satya
Excel Site Entri Populer LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN &
ELEKTROLIT LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT Disu... LAPORAN
PENDAHULUAN GASTROENTERITIS (GE) / DIARE A. Definisi Gastroenteritis
adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan frek... MAKALAH PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC
KIDNEY DISEASE, CKD) MAKALAH TENTANG PENYAKIT CKD (CHRONIC
KIDNEY DISEASE) DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN
DEWASA II Dosen Pengampu : Ns.... Recent Post Dapatkan Widget Ini Ingat
Angkringan, Ingat Jogja Istimewa... Angkringan (berasal... KARENA BERBAGI ITU,
INDAH... Selasa, 27 Januari... YANG KECIL BUKAN KERDIL, TEMUKAN TITIK
KEBAHAGIAAN HIDUPMU ... PENGALAMAN ITU PENTING..!! Hari ini adalah...
Blog Archive ► 2015 (4) ► 2014 (1) ► 2013 (53) ▼ 2012 (113) ► November 2012
(25) ► Oktober 2012 (29) ► September 2012 (6) ▼ Juli 2012 (8) CACAR Fotografer
Indonesia "Mengkloning" Dirinya Puluhan... PONSEL ANTI MALING INILAH JAKET
BER-AC BUATAN JEPANG Dokter Angkat Cacing 13 cm dari Mata Pria India
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI 7 Faktor Penyebab Pikun
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRA... ► Juni
2012 (33) ► Mei 2012 (12) Jurnal Kedokteran Indonesia Indonesian Sciientific Journal
Database Jurnal Kesehatan Depkesz Jurnal Kesehatan Dinkes Jateng, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas Jurnal Kesehatan Masyarakat UNES Jurnal Lab UGM Jurnal
Makara Kesehatan UI Jurnal Manajemen Keperawatan Online Jurnal UGM Jurnal UI
Jurnal UII Jurnal UNDIKSHA Jurnal UNDIP Jurnal UNILA Jurnal Universitas Airlangga
Jurnal Universitas Islam 45 Bekasi Jurnal UNY Majalah Kedokteran Indonesia Publikasi
Ilmiah International Medical Journal Accademic Journals AHA Journal American Journal
of Clinical Nutrition American Journal of Epidemology American Journal of Public
Health Annals of Internal Medicine Bioline International BMC Pregnany and Childbirth
British Medical Journal (BMJ) Canadian Medical Association Journal (CMAJ) Center of
Disesase Control EBSCO Environmental Health European Journal of Clinical Nutrition
Free Medical Journal Indian Journal of Occupational and Enviromental Medicine
International Journal of Enviromental Research and Public Health - Open Acces Journal
International Journal of Epidemology JOGN Nursing : Journal of Obstetric, Gynecology
& Neonatal nursing Jornal of American Mediical Association Journal NEJM Journal of
Enviromental Health Research Journal of Environmental and Public Health Journal of
Epidemology Journal of Epidemology & Community Health Journal of Occupational &
Enviromental Medicine Journal of Occupational Health Journal of Reproduction &
Infernity Journal Sciencedirect Journal Spingerlink Nutrition Journal Occupational &
Enviromental Medicine Occupational Medicine PMC Journal ProQuest Journal
Reproduction, Fertility and Development The Journal of Reproduction and Development
The Oncologist Followers Murottal Terjemah Rodja widgeo.net Blogroll About Try
Relay: the free SMS and picture text app for iPhone. It's Me Foto Saya Mecer Kes Lihat
profil lengkapku Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template Copyright
© 2011. Satya Excel Site - ‫ ساتيا ممتاز‬- All Rights Reserved Template Created by Creating
Website Inspired by Sportapolis Shape5.com Proudly powered by Blogger

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Made Gading
Tampaksiring, 23 Agustus 2011

Jumat, 16 September 2011


Laporan Pendahuluan: Gangguan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuataan sistem persarafan dan muskuluskeletal.

A. Konsep Dasar Penyakit


I. DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .
II. EPIDEMOLOGI/ INSIDEN KASUS
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post
cedera dan post trauma.
III. ETIOLOGI / PENYEBAB
- Kelainan Postur
- Gangguan Perkembangan Otot
- Kerusakan Sistem Saraf Pusat
- Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan Otot
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur.
II. PATOFISIOLOGI terjadinya PENYAKIT
- Kaki tidak mampu menopang berat badan
- Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
- Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
- Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
III. GEJALA KLINIS
” Tidak mampu bergerak secara mandiri”
IV. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tingkat Kesadaran
b. Postur / bentuk tubuh
- Skoliosis
- Kiposis
- Lordosis
- Cara Berjalan
c. Ekstermitas
- Kelemahan
- Gangguan Sensorik
- Tonus otot
- Atropi
- Tremor
- Gerakan tak terkendali
- Kekuataan otot
- Kemampuan jalan
- Kemampuan duduk
- Kemampuan berdiri
- Nyeri sendi
- Kekakuan sendi
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
” pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi)”
II. PROGNOSIS
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko
terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada
umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi
yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia
berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
III. THERAPHY (tindakan penanganan)
- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan - miring kiri

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I. PENGKAJIAN
1. Tingkatan aktivitas sehari-hari
a. Pola Aktifitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh
c. Ektermitas
II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Intoleran aktifitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi
fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-sehari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. kelemahan umum
b. bedres yang lama (Imobilisasi)
c. motivasi yang kurang
d. pembatsan pergerakan
e. nyeri
2. Keletihan
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja
fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat

Kemungkinan b.d:
a. menurunnya produksi metabolisme
b. pembatasan diet
c. anemia
d. ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
3. Gangguan mobilitas fisik
: Kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan b.d:
a. gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Ganguan neuromuskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi
4. Defisit perawatan diri
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak dapat melkaukan sebagian
atau seluruh aktivitas sehari-hari spt; makan, berpakaian dan mandi,
dan lain-lain.
Kemungkinan b.d:
A. Gangguan neuromoskuler
B. Menurunnya kekekuatan otot
C. Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
D. Kerusakan persepsi kognitif
E. Depresi
F. Gangguan fisik
III. Rencana Tindakan dan Rasional
1. untuk Dx. Keperawatan Intoleransi aktivitas
intervensi :
- Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan
saat aktivitas
- Bantu pasien dalam melakukan aktifitas
sendiri
- Catat tanda vital
- Kolaborasi dengan dokter
- Lakukan aktivitas yang adekuat

Rasional :
- Merencanakan intervensi dengan tepat
- Pasien dapat memilih dan merencanakannya
sendiri.
- Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan
selama aktivitas

2. untuk DX. Keperawatan Keletihan


Intervensi :
- Monitor keterbatasan aktivitas
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
sendiri
- Catat tanda vital sebelum dan sesuadah
aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter dalam latihan
aktivitas
- Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi
ahli diet
- Berikan pendidikan kesehatan.
Rasional :
- Merencanakan intervensi dengan tepat
- Pasien dapat memilih dan merencanakannya
sendiri.
Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

3. untuk Dx. Keperawatan Gangguan mobilitas fisik


Intervensi :
- Pertahanan body alignment dan posisi yang
nyaman
- Cegah pasien jatuh
- Lakukan latihan aktif maupun pasif
- Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
- Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
Rasional :
- mencengah iritasi dan komplikasi
- mempertahankan keamanan pasien
- meningkatkan sirkulasi dan mencengah
kontraktur
- meningkatkan fungsi paru
4. untuk Dx. Keperawatan Defisit Perawatan diri
Intervensi :
- Lakukan kajian kemampuan pasien dalam
perawatan diri terutama ADL
- Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
- Jaga privasi dan keamanan pasien
- Lakukakn latihan aktif dan pasif
- Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum
dan sesudah ADL
Rasional :
- memberikan informasi dasar dalam menentukan
rencana keperawatan
- Perencanaan yang matang dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
- Memberikan keamanan
- Meningkatkan sirkulasi darah.

IV. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien yang terganggu kesejajaran tubuh
dan mobilisasi berdasarkan kriteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu :
- klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstermitas
atas
- klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4kali sehari
dengan perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi

Diposkan oleh Made Gading di 07.40


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

--------
semoga bermanfaat teman!

Pengikut
Arsip Blog
 ▼  2011 (1)

o ▼  September (1)
 Laporan Pendahuluan: Gangguan Aktivitas dan Latiha...

Mengenai Saya

Made Gading
Lihat profil lengkapku

Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

 Home
 About Me
 Contact Me
 Macrofag
Television
 Tukeran Link Yuk
 Sahabat Macrofag

PESAN SEGERA
Dengan 50rb dapatkan : 1 ASKEP atau, 2 SAP+2Leaflet, atau 2 Artikel, atau 3 Askep
Persentation dan Terima Pesanan

Home » SAP (Satuan Acara Penyuluhan) » Askep Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Tuesday, February 19, 2013
Askep Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Kapevi Hatake | 6:26 AM | Artikel | Asuhan Keperawatan | Laporan Pendahuluan | SAP (Satuan Acara
Penyuluhan)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Pengertian

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia


memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas antara
lain: tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem saraf dan sendi.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .
Latihan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan
atau memelihara kebugaran tubuh

B. Jenis Aktivitas dan Latihan


Jenis aktivitas antara lain:
1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik.

Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


a) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
b) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system
saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf
motorik dan sensorik.

Jenis latihan :
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan daya
tahan kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka pendek.
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat badan atau
kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur memperbaiki
kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah penyakit
kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan obesitas.

C. Faktor yang Mempengaruhi


a) Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
b) Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan
aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
c) Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami
gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.
d) Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e) Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan
stamina, Depresi mood dan cema

D. Nilai Aktivitas dan Latihan


1) Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Aktivitas
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

2) Rentang gerak (range of motion-ROM)


Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral 180
dari posisi sampiong ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelanga Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
n tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan 80-90
tangan dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan 70-90
ke arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan 0-20
ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan 30-50
ke arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan 30
ke belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan 20
dari posisi abduksi

3) Derajat kekuatan otot


Skala Persentase Kekuatan Karakteristik
Normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan
minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

Nilai-nilai normal tanda-tanda vital


1) Nadi: 60-100x/menit ( dewasa)
2) Tekanan darah: 120/80mmHg (dewasa)
3) Pernafasan: 16-24x/menit (dewasa)
4) Lama istirahat / tidur:
Remaja: 7,5 jam/hari
Dewasa muda:
7-9 jam/hari
Dewasa tengah:
± 7 jam/hari
Lansia: ±
6 jam/hari

HY (tindakan penanganan)
- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan - miring kiri

KONSEP ASUHAN PERAWATAN PASIEN DENGAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN

I. Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan adalah
sebagai berikut:
1. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan
kebutuhan aktivitas dan latihan.
2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri
untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic.
4. Kemampuan aktivitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
5. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan
kaki.
6. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system
pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak,
adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.
Sedangkan yang berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti
nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
8. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan aktivitas
dan iaktivitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan
dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


MENURUT NANDA
1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas struktur tulang
akibat fraktur, dan nyeri.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (neglected fraktur tibia fibula dekstra)
3. Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing, dressing/grooming,
feeding berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dan kelemahan.
III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1 Gangguan aktivitas NOC : NIC :
fisik v Mobility Level Exercise therapy :
Definisi : v Self care : ADLs ambulation
Keterbatasan dalam v Transfer performance § Monitoring vital sign
kebebasan untuk Kriteria Hasil : sebelum/sesudah latihan dan
pergerakan fisik v Klien meningkat dalam lihat respon pasien saat latihan
tertentu pada bagian aktivitas fisik § Ajarkan pasien atau tenaga
tubuh atau satu atau v Mengerti tujuan dari kesehatan lain tentang teknik
lebih ekstremitas peningkatan aktivitas ambulasi
Batasan karakteristik: v Memverbalisasikan § Kaji kemampuan pasien
- Postur tubuh perasaan dalam dalam mobilisasi
yang tidak stabil meningkatkan kekuatan dan § Latih pasien dalam
selama melakukan kemampuan berpindah pemenuhan kebutuhan ADLs
kegiatan rutin harian v Memperagakan secara mandiri sesuai
- Keterbatasan penggunaan alat Bantu kemampuan
kemampuan untuk untuk mobilisasi (walker) § Dampingi dan Bantu pasien
melakukan saat mobilisasi dan bantu
keterampilan motorik penuhi kebutuhan ADLs ps.
kasar § Berikan alat Bantu jika
- Keterbatasan klien memerlukan.
kemampuan untuk § Ajarkan pasien bagaimana
melakukan merubah posisi dan berikan
keterampilan motorik bantuan jika diperlukan
halus
- Keterbatasan
ROM
- Usaha yang
kuat untuk perubahan
gerak
Faktor yang
berhubungan :
- Kurang
pengetahuan tentang
kegunaan pergerakan
fisik
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
2 Nyeri akut NOC : NIC :
v Pain Level, Pain Management
Definisi : v Pain control, § Lakukan pengkajian nyeri
Sensori yang tidak v Comfort level secara komprehensif termasuk
menyenangkan dan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
pengalaman v Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
emosional yang nyeri (tahu penyebab nyeri, presipitasi
muncul secara aktual mampu menggunakan § Observasi reaksi nonverbal
atau potensial tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
kerusakan jaringan untuk mengurangi nyeri, § Gunakan teknik komunikasi
atau menggambarkan mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
adanya kerusakan v Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
(Asosiasi Studi Nyeri berkurang dengan § Evaluasi pengalaman nyeri
Internasional): menggunakan manajemen masa lampau
serangan mendadak nyeri § Evaluasi bersama pasien
atau pelan v Mampu mengenali nyeri dan tim kesehatan lain tentang
intensitasnya dari (skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol nyeri
ringan sampai berat dan tanda nyeri) masa lampau
yang dapat v Menyatakan rasa nyaman § Bantu pasien dan keluarga
diantisipasi dengan setelah nyeri berkurang untuk mencari dan
akhir yang dapat v Tanda vital dalam menemukan dukungan
diprediksi dan dengan rentang normal § Kurangi faktor presipitasi
durasi kurang dari 6 nyeri
bulan. § Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Batasan karakteristik : § Evaluasi keefektifan kontrol
- Laporan secara nyeri
verbal atau non verbal § Tingkatkan istirahat
- Fakta dari § Kolaborasikan dengan
observasi dokter jika ada keluhan dan
- Gerakan tindakan nyeri tidak berhasil
melindungi § Monitor penerimaan pasien
- Tingkah laku tentang manajemen nyeri
berhati-hati
- Gangguan
tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Fokus
menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
- Perubahan
dalam nafsu makan
dan minum

Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)
3. Kurangnya NOC: NIC:
perawatan diri(self Perawatan diri ADL Self-care assistance
care deficit) Kriteria hasil: § Monitor kemampuan klien
v Klien secara mandiri dalam melakukan ADL secara
mampu makan, berganti mandiri.
pakaian, toileting, mandi, § Monitor kebutuhan klien
merawat diri, menjaga akan alat bantu dalam
kebersihan diri dan melakukan ADL.
menjaga kebersihan mulut § Sediakan peralatan-peralatan
pribadi yang dibutuhkan klien
(seperti deodoran, pasta gigi,
dan sabun mandi).
§ Bantu klien dalam
melakukan ADL sampai klien
mampu melakukannya dengan
mandiri.
§ Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
§ Dorong klien untuk mandiri,
tetapi bantu klien bila klien
tidak bisa melakukannya
sendiri.
§ Ajari keluarga untuk
mendorong kemandirian klien,
dan hanya membantu jika
klien tidak mampu
melakukannya sendiri.
§ Lakukan perawatan diri
secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan,buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta:
EGC.
Johnson, Marion, Maas, Meridean, and Moorhead, Sue. 2000. Nursing Outcomes
Classification (NOC) second edition. USA: Mosby.
McCloskey, Joanne and Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classification
second edition. USA: Mosby.
North American Nursing Diagnosis Association. NANDA nursing diagnoses: definitions
and classification 2007-2008. Philadelphia: The association.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.

Diposkan oleh Kapevi Hatake di 6:26 AM


Reaksi:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)
DUNIA KEPERAWATAN. Powered by Blogger.

Search
窗体顶端

窗体底端

Translate
Select Language▼

About Me

Kapevi Hatake
View my complete profile

Followers
Popular Posts

Satuan Acara penyuluhan (SAP)


Gagal Jantung


Askep Gastroenteritis (Diare) Pada Anak



Askep Ischialgia (Nyeri Pada


Pantat)

Askep Keluarga Berencana (KB)



Askep Stroke

Pengaruh Nilai Sosial Budaya


Terhadap Keshatan

Askep Perawatan Kesehatan


Masyarakat (PERKESMAS)


Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Laporan Pendahuluan Hipertensi



Makalah Etika Keperawatan - Isu


Etik dan Bioetik Keperawatan

Blog Archive
 ►  2014 (79)

 ▼  2013 (396)

o ►  December (1)

o ►  November (6)

o ►  October (31)

o ►  September (56)

o ►  August (28)

o ►  July (17)

o ►  June (29)

o ►  May (20)

o ►  April (10)

o ►  March (93)

o ▼  February (105)
 Pengertian, Bentuk dan Domain Perilaku
 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
 Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap Keshatan
 Askep Anak Tetanus
 Askep Anak Spina Bifida
 SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Perawatan Luka
 Askep Cedera Kepala
 Apakah IMUNISASI Itu??
 Laporan Pendahuluan Vaksin
 Askep Meningitis Anak
 Askep Epilepsi
 Askep Anak Encephalitis
 Askep Diare (Gastroenteritis) Grade I
 Askep Anak dengan Kejang Demam
 Askep Bronchopneumonia Pada Anak
 Jurnal Bronchopneumoni
 Askep Ventrikel Septal Defect (VSD)
 Askep Congenital Heart Desease
 Jurnal Congenital Heart Desease
 Askep Kawasaki (sindrom nodus limfa mukokutan) pad...
 Askep Atsma (asma Bronchiale) pada Anak
 Askep Anak dengan Tumor Will
 Askep TYPOID / TYPHUS ABDOMINALIS
 Askep Anak Dengan Thalasemia
 Askep Anak dengan Nefrotik Syndrome
 JURNAL MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
 Askep Anak dengn Campak (Morbili)
 Askep Meconium Aspiration Syndrome (MAS)
 Askep MAS (Meconium Aspiration Syndrome)
 Askep Anak Leukimia
 Askep ITP (Idiopathic Trombocytopenic Purpura)
 Askep Gagal Ginjal (GGA/GGK) pada Anak
 Askep Gastroenteritis (Diare) Pada Anak
 Askep Anemial Aplastik
 Makalah Diabetes Pada Anak
 Askep Dermatitis Pada Anak
 Artikel Rhabdomyosarcoma
 Format Tindakan Inhalasi
 Askep Tumor Paru
 Askep Trauma Abdomen
 Format Pengkajian Keperawatan Luka Bakar
 Konsep dan Perawatan Luka Kolostomi
 Askep Carsinoma Colon
 Askep Tuberculosis (TBC) Paru
 Askep Harga Diri Rendah
 Askep Jiwa Isolasi Sosial
 Contoh Kasus Askep Maternitas
 Askep Intrapartum / Intranatal
 Askep Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Intranatal
 Askep Hipospadia
 Askep Campak
 Askep HIV AIDS
 JURNAL HODKIN LYMPHOMA
 SAP Limpoma Hodkin
 ASKEP LYMPHOMA HODGKIN
 FUNGSI CAIRAN EMPEDU
 KTI Gambaran Mekanisme Koping Mahasiswa
 KTI Gmbaran Tingkat Kecemasan Ibu Monepouse
 KTI KONSEP DIRI PADA PASIEN GANGRENE
 KTI Gambaran Harga Diri Mantan TKI
 Penelitian/KTI Kecerdasan Emosional
 Askep Rmaja Putri Pubertas
 Askep Stroke
 BAB III : Tinjauan Kasus Post Partum Cecarea
 BAB II : Askep Post Partum Cecarea
 Askep Ibu Post Partum Sectio Cecarea
 BAB III : Metode Penelitian jiwa Perilaku Kekerasa...
 BAB II : Konsep Jiwa (Perilaku Kekerasan)
 Pendahuluan KTI Jiwa (Perilaku Kekerasan)
 Analisa Data JIwa Perilaku Kekerasan
 Abstrak KTI Jiwa Perilaku Kekerasan
 Transkip Verbatim Hasil Wawancara Jiwa Perilaku Ke...
 Angket Penelitian Jiwa Perilaku Kekerasan (bahasa ...
 Angket Penelitian Jiwa Perilaku Kekerasan
 Makalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
 Perbaikan Gizi Makro
 Makalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
 Konsep Nursing Center
 Askep Post Op Cesarea Atas Indikasi Perdarahan Ant...
 Askep Sectio Cessarea
 PROGRAM PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS
 Kesehatan Ibu dan Anak
 ASKEP USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
 Askep Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS)
 Askep Kebutuhan Seksual
 HIPERSENSITIVITAS TIPE I
 REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE 4
 Makalah Filsafat Keperawatan
 Pendahuluan Askep Cemas
 Askep DBD/DHF (Dengue Haemoragic Fever)
 Askep Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
 ENZIM TUBUH MANUSIA
 Askep Kebutuhan Oksigenasi
 Artikel, Askep dan SAP Kesehatan
 IMUNISASI
 Jurnal Dengue Hemoragic Fever
 ASKEP ANAK DENGAN MARASMUS
 Askep Diabetes Melitus
 Jurnal influenza
 Askep Meningitis
 Askep Hematemesis Melena
 Satuan Acara penyuluhan (SAP) Gagal Jantung
 Vaksin Influenza
 Ca Cervics Vaccine (Human Pappiloma virus)
 Laporan Pendahuluan Askep Gagal Ginjal (Kidney Fai...

[ Vistory ]
726918
 Abstrak KTI Jiwa Perilaku
Kekerasan
 Analisa Data JIwa Perilaku Kekerasan
 Angket Penelitian Jiwa Perilaku Kekerasan
 Angket Penelitian Jiwa Perilaku Kekerasan (bahasa sunda)
 Antropologi Kesehatan
 Antropologi sosiologi Kesehatan
 Artikel
 Artikel Brachidaktyl
 Artikel Hipersensitivitas Tipe II
 Artikel Kesehatan
 Artikel Manfaat Tertawa Bagi Kesehatan
 Artikel Polidactyl
 Artikel Posbindu
 Artikel Rhabdomyosarcoma
 Artikel Sejarah PMI
 Artikel Sickle Cell Anemia (Anemia Sel Sabit)
 Askep Abortus
 Askep Acute Myeloid Leukimia (AML)
 Askep Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Intranatal
 Askep Anak dengan Tumor Will
 Askep Anak Ensefalitis
 Askep Anak Leukimia
 Askep Anak Tetanus
 Askep Anemial Aplastik
 Askep Atsma/Asma
 Askep Campak
 Askep Carsinoma Colon
 Askep cedera kepala
 Askep Congestive Heart Failure
 Askep dan SAP Kesehatan
 Askep DBD/DHF (Dengue Haemoragic Fever)
 Askep Epilepsi
 Askep Gagal Ginjal pada Anak
 Askep Gastroenteritis
 Askep Harga Diri Rendah
 Askep Hematemesis Melena
 Askep HIV AIDS
 Askep ITP (Idiopathic Trombocytopenic Purpura)
 Askep Jiwa
 Askep Jiwa Isolasi Sosial
 Askep Kasus Abortus Imminens
 Askep Kawasaki (sindrom nodus limfa mukokutan)
 Askep Kegawat Daruratan Akibat Gigitan Hewan Beracun
 Askep Kejang Demam
 ASKEP LIMFOMA HODGKIN
 Askep Meningitis
 Askep Nefrotik Syndrome
 Askep Penyakit Jantung Bawan
 Askep Post Op Cesarea Atas Indikasi Perdarahan Ante Partum
 Askep Rmaja Putri Pubertas
 Askep SAM
 Askep Spina Bifida
 Askep Thalasemia
 Askep Trauma Abdomen
 Askep Tumor Paru
 Askep TYPOID / TYPHUS
 Askep Ventrikel Septal Defect (VSD)
 Asuhan Keperawatan
 BAB I : Askep Ibu Post Partum
 BAB I KTI Jiwa Perilaku Kekerasan
 BAB II : Askep Post Partum Cecarea
 BAB II : Konsep Jiwa (Perilaku Kekerasan)
 BAB III : Metode Penelitian jiwa Perilaku Kekerasan
 BAB III : Tinjauan Kasus Post Partum Cecarea
 bios
 Biostatistik Kesehatan
 Contoh Kasus Askep Maternitas
 ENZIM TUBUH MANUSIA
 Etika Kesehatan
 Filsafat Kesehatan
 Format Tindakan Inhalasi
 FUNGSI CAIRAN EMPEDU
 HIPERSENSITIVITAS TIPE 4
 HIPERSENSITIVITAS TIPE I
 IMUNISASI
 INFORMASI
 Jurnal Bronchopneumoni
 Jurnal Congenital Heart Desease
 Jurnal Desa Siaga
 JURNAL HODKIN LYMPHOMA
 Jurnal influenza
 Jurnal Kesehatan
 JURNAL MECONIUM ASPIRATION SYNDROME
 Jurnal Penyakit Infeksi Menular
 Karya Tulis Ilmiah
 Kesehatan Ibu dan Anak
 Konsep dan Perawatan Luka Kolostomi
 konsep epidemiologi
 Konsep Nursing Center
 Kontrasepsi Non Hormonal
 KTI
 KTI Gambaran Harga Diri Mantan TKI
 KTI Gambaran Mekanisme Koping Mahasiswa
 KTI Gmbaran Tingkat Kecemasan Ibu Monepouse
 KTI KONSEP DIRI PADA PASIEN GANGRENE
 Laporan Pendahuluan
 Leaflet Kesehatan
 Lembar Balik Kesehatan
 Makalah : Keperawatan sebagai Profesi
 Makalah Diabetes Pada Anak
 Makalah Etika Keperawatan
 Makalah Filsafat Keperawatan
 MAKALAH KESEHATAN
 Makalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
 Makalah Konsep Puskesmas Era Desentralisasi
 Makalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
 Makalah PKMD
 Makalah PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
 Makalah Posyandu
 Model Konsep Keperawatan
 Pendahuluan Askep Cemas
 Penelitian/KTI Kecerdasan Emosional
 Pengkajian Luka Bakar
 Pengkajjian Fisik Prenatal
 persenta
 Persentasi Kesehatan
 PROGRAM PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS
 PROSEDUR PEMASANGAN WSD (Water Seal Drainage)
 SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
 SAP Kesehatan
 SAP Limpoma Hodkin
 SAP Perawatan Luka
 Skripsi
 Standard Operasional Prosedure (SOP)
 Tesis
 Transkip Verbatim Hasil Wawancara Jiwa Perilaku Kekerasan
Exit Jangan Lupa Klik Like & Follow Ya!!
Copyright © 2015 DUNIA KEPERAWATAN | Template By : Widget Craft | Created By
- Hardeep Asrani

Mar
31

Asuhan keperawatan pada Ny. A


dengan GANGGUAN AKTIVITAS
(kelompok 4)
Tugas keperawatan gerontik
Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS

Disusun oleh:
Dwi kirnawati
Juliansyah
Fauzi herawan
Sari dwi ratman
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940
SAMPIT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN AKTIVITAS”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Sampit, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... .iii
BAB I PEMBAHASAN
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT
.......................................................................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................
2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
PENGKAJIAN..............................................................................................
ANALISA DATA..........................................................................................
RENCANA KEPERAWATAN......................................................................

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar penyakit

a. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

b. Epidemologi/insiden kasus
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.

c. Etiologi/penyebab
- Kelainan postur
- Gangguan perkembangan otot
- Kerusakan system saraf pusat
- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
- Kekakuan otot

d. Factor predisposisi
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
- IMT diatas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood dan cemas
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum dan spesifik
- Kehilangan integrasi struktur tulang
- Keterbatasan lingkungan fisik dan social
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur

e. Patofisiologi terjadinya penyakit


- Kaki tidak mampu menopang berat badan
- Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
- Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
- Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
f. Gejala klinis
“tidak mampu bergerak secara mandiri”

g. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
o Skoliosis
o Kiposis
o Lordosis
o Cara berjalan
c. Ekstremitas
o Kelemahan
o Gangguan sensorik
o Tonus otot
o Atropi
o Tremor
o Gerakan tak terkendali
o Kekuatan otot
o Kemampuan jalan
o Kemampuan duduk
o Kemampuan berdiri
o Nyeri sendi
o Kekakuan sendi

h. Pemeriksaan diagnostic
“pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)”

i. Prognosis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya,
perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan
dengan klien yang lebih muda.

j. Therapy (tindakan penanganan)


- Fisiotheraphy
- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri

2. Konsep dasar keperawatan

a. Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik

2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak nafas

3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan

4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur bentuk tubuh

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy
fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelemahan umum
b. Bedres yang lama (imobilisasi)
c. Motivasi yang kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri

2. Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan mental
yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya produksi metabolism
b. Pembatasan diet
c. Anemia
d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

3. Gangguan mobilitas fisik


Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan persepsi kognitif
b. Imobilisasi
c. Gangguan neuro muskuler
d. Kelemahan
e. Pasien dengan traksi

4. Deficit perawatan diri


Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau
seluruh aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-
lain.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuskuler
b. Menurunnya kekuatan otot
c. Menurunnya control otot dan koordinasi
d. Kerusakan persepsi kognitif
e. Depresi
f. Gangguan fisik

c. Rencana keperawatan
1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital
o Kolaborasi dengan dokter
o Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Untuk mengoptimalkan pergerakan

2. Untuk diagnose keperawatan keletihan


Intervensi:
o Monitor keterbatasan aktivitas
o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
o Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
o Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
o Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
o Berikan pendidikan kesehatan
Rasional:
o Merencanakan intervensi dengan tepat
o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
o Mempercepat proses penyembuhan
o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan
o Menambah pengetahuan pasien

3. Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik


Intervensi:
o Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman
o Cegah pasien jatuh
o Lakukan latihan aktif maupun pasif
o Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
o Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
Rasional:
o Mencegah iritasi dan komplikasi
o Mempertahankan keamanan pasien
o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
o Meningkatkan fungsi paru
o Memaksimalkan mobilisasi
4. Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri
Intervensi:
o Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama
ADL
o Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
o Jaga privasi dan keamanan pasien
o Lakukan latihan aktif dan pasif
o Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL
Rasional:
o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari
o Memberikan keamanan
o Meningkatkan sirkulasi darah
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan
mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas
- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
- Tidak ada kontraktur sendi

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012

A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. A
TTL : Sampit, 13 juli 1949
Jenis kelamin : perempuan
Gol. Darah :B
Agama : islam
Pendidikan :-
Status perkawinan : janda
TB/BB : 145 cm, 43 kg
Penampilan : rapi
Ciri-ciri : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit
pucat, agak bungkuk
Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru ketapang,
RT 04, RW 05, kabupaten kotawaringin timur
Orang yang dekat : Ny. K
Hubungan : anak klien
Alamat/telpon : 0852459734xx

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Garis
keturunan
:
Perempuan
:
Tinggal
serumah
:
Garis
hubungan
:
Meninggal

2. Riwayat
keluarga
Klien adalah anak
kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien meninggal sepuluh tahun yang
lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat penyakit menurun maupun
menular berbahaya lainnya. Saat muda klien bekerja sebagai petani dan
suami klien bekerja sebagai tukang kayu. Kedua orang tua klien bekerja
sebagai petani. Sejak kecil hingga menikah klien hidup serba kekurangan,
tapi klien masih bisa membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien
sudah bekerja dan menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien
sering mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai
bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa
memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun
mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri
lama.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak
tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki. Saat
ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap bulan dan
semua kebutuhan klien terpenuhi.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi
lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia cukup,
tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat dapur tertata
rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan lantainya licin.
Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang membahayakan. Klien
tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan kedua cucunya (5 orang dalam
satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah tersebut. Tetangga terdekat klien
adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan apapun
dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang kampong
tiap lebaran.

F. SISTEM PENDUKUNG
Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit
dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah
dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya berjalan dan
mandi.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.

H. STATUS KESEHATAN
Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan
pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama berdiri
sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal tersebut.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu
3. Region : di punggung dan seluruh persendian
4. Severity scale :4
5. Timing : setiap sebelum tidur
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya
menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah
memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri ketempat
pelayanan kesehatan lainnya.
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor
lingkungan.
Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu
keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal hygine
klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun semenjak
kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi. Klien juga
jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.

J. PSIKOLOGI
Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun, klien
menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai akhir
hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
Status mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,
orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar. Klien
mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya. Klien tidak
memiliki vertigo.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3
Mini mental state exam (MMSE) :3
Geriatric depression scale :4
APGAR :7

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD:
140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4˚C, TB: 145cm, BB: 43kg.

PENGKAJIAN PERSISTEM

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola nafas
regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada pembersaran
jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.

PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien
mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan
menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.
Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.
Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada
otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.
Indera perasa dan peraba klien normal.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-
6x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau,
tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada benjolan,
tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites.
BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar dan
lavemen.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak ada
dislokasi, dan tidak ada hematom.
Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.

REPRODUKSI
Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.

ENDOKRIN
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.

PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: “saya sering merasa Kelemahan Gangguan mobilitas
nyeri punggung dan nyeri fisik
sendi”

DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4˚C

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik

DIAGNOSA MASALAH
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan

RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Pertahanan body 1. Mencegah iritasi dan
tindakan keperawatan, aligment dan posisi komplikasi
diharapkan gangguan yang nyaman
mobilitas fisik
berkurang atau teratasi, 2. Cegah pasien jatuh 2. Mempertahankan
dengan criteria hasil: keamanan pasien
- klien dapat
melakukan aktivitas 3. Lakukan latihan 3. Meningkatkan
secara adekuat aktif maupun pasif sirkulasi dan
- k/u baik mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera
- klien meningkatkan 4. Lakukan 4. Meningkatkan fungsi
aktivitas sesuai batas fisiotheraphy dada paru
toleransi dan postural
5. Memaksimalkan
5. Tingkatkan aktivitas mobilisasi
sesuai batas toleransi
IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1 1. mempertahanan body aligment dan posisi S: “saya masih merasa lemah saat
1. yang nyaman terlalu lama berdiri”
Hasil: klien mempertahankan body aligment.
O:
2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah
Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat
sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera

3. melakukan latihan aktif maupun pasif A: masalah belum teratasi


Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan
berjalan ditempat selama 1 menit P: lanjutkan intervensi

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas


toleransi
Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi
masih dalam pengawasan

DAFTAR PUSTAKA

Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC


Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria
0

Tambahkan komentar

My World and My Life

Tempat berbagi,mengadu,dan "pamer"

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis
1.

2.

Mar
3.

31
4.

5.

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA Ny. R DENGAN
MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2
(kelompok 5)
6.

LAPORAN PENDAHULUAN
7.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. R

8.

DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2

9.

10.

11.

12.
13.

14.

15.

16.

17.

KELOMPOK 5:
18.

19.

ADITYA TAGAF
20.

DESI NOVIANTY
21.

RYAN NOOR PRATAMA


22.

SUMIANTI
23.

WANTO ANDREANTO
24.

25.

26.
27.

AKADEMI KEPERAWATAN
28.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR


29.

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960


30.

2012
31.

KATA PENGANTAR
32.

33.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
34.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY.R DENGAN MASALAH GANGGUAN O2 DAN CO2”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
35.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
36.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.
37.

38.

39.

40.

41.

42.

Sampit, Maret 2012


43.

44.

45.

46.

Penulis
47.

48.

49.
50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

DAFTAR ISI
57.

58.

HALAMAN JUDUL i
59.

KATA PENGANTAR ii
60.

DAFTAR ISI iii


61.

BAB I PENDAHULUAN
62.

1.1 LATAR BELAKANG 1


63.

1.2 TUJUAN PENULISAN 1


64.

1.3 RUMUSAN MASALAH 2


65.

1.4 METODE PENULISAN 2


66.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 2


67.

BAB II PEMBAHASAN
68.

2.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA NY R DENGAN GANGGUAN O2 DAN
CO2
69.

A. Pengertian oksigenasi
70.

B. Tujuan pemberian oksigenasi


71.

C. Anatomi fisiologi sistem pernafasan


72.

D. Factor yang mempengaruhi sistem pernafasan


73.
E. PENATALAKSANAAN
74.

F. MASALAH KEPERAWATAN
75.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
76.

H. RENCANA KEPERAWATAN
77.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
78.

2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA NY DENGAN GANGGUAN o2 dan co2
79.

PENGKAJIAN 15
80.

ANALISA DATA 18
81.

RENCANA KEPERAWATAN 19
82.

BAB III PENUTUP


83.

3.1 KESIMPULAN 22
84.

3.2 SARAN 22
85.
DAFTAR PUSTAKA
86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

93.

BAB I
94.

PENDAHULUAN
95.

96.

A. Latar Belakang
97.
O2 dan CO2 merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas oksigenasi
ikut menentukan kualitas hidup. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi
oksigenasi seperti dijelaskan dalam makalah ini.
98.

B. Tujuan
99.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
100.

101.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah menyelesaikan bab ini, peserta didik akan mampu untuk :
1. Menjelaskan pengertian oksigenasi
2. Menjelaskan tujuan pemberian oksigen
3. Menguraikan stuktur anatomi sistem pernapasan serta fungsinya
4. Menguraikan fisiologi sistem pernapasan ( ventilasi, difusi dan transportasi )
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan
6. Menjelaskan masalah-masalah yang timbul dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
7. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan dan memenuhi
kebutuhan pertukaran O2 dan CO2 :
a. Pengaturan posisi
b. Latihan nafas dalam
c. Batuk efektif
d. Hidrasi
e. Inhalasi
f. Pemberian O2
g. Fisioterapi dada (vibrasi dan perkusi)
h. Postural drainage
i. Massage punggung
j. Pengumpulan dahak
8. Menjelaskan pengkajian fungsi pernapasan
9. Menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang timbul
10. Menjelaskan perencanaan, tujuan yang akan dicapai secara umum
11. Menjelaskan intervensi keperawatan serta evaluasi
102.
103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

C. Manfaat
110.

1. Bagi mahasiswa
111.

Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan


oksigenasi pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada saat praktik lapangan.
112.

2. Bagi institusi dan civitas akademika


113.

Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah


dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber bacaan
tambahan di perpustakaan
114.
D. Rumusan Masalah
115.

1. Apa pengertian oksigenasi?


116.

2. Apa tujuan pemberian oksigenasi?


117.

3. Apa saja anatomi sistem pernafasan?


118.

4. Apa fisiologi sistem pernafasan ?


119.

5. Apa saja factor – factor yang mempengaruhi pernafasan?


120.

121.

E. Metode Penulisan
122.

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode deskriptif
dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-
langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang dibahas
123.

124.

F. Sistematika Penulisan
125.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan. Bab III Penutup
yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
126.

127.

128.

129.

130.

131.

BAB II
132.

PEMBAHASAN
133.

134.

135.

136.

137.
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
138.

139.

II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI


1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
140.

141.

III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


A. Saluran Nafas Atas
142.

143.

1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalan dengan pertambahan usia
144.
2. Faring
145.

• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan


hidung
146.

dan rongga mulut ke laring


147.

• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
148.

(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
149.

3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan
150.

faring dan trakea


• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk
151.

jakun (Adam’s apple)


152.

- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)
153.

- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
154.

- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
155.

4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
156.

157.

B. Saluran Nafas Bawah


1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
158.

159.

2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
160.

161.

3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
162.

163.

4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi
dan jalan udara pertukaran gas
164.

165.

5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar


• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
166.

167.

6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
168.

169.

PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
170.

171.
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
172.

173.

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
174.

1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan
gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
175.

176.

2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
177.

3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
178.

sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.


Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan
sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
179.

180.

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
181.

1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
182.

2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan
tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga
akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh
darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-
kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
183.

3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
184.

4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-
sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
185.

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
186.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas
atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah
satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah
hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal
volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.
Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat
mentoleransi hipoksia hanya selama 3 – 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.
Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
187.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat,
denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali
pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
188.

8. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi :
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti
makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar
atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama
inhalasi (inspirasi).
189.

190.

VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
191.

1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)


Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
192.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
193.

3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
194.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
195.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
196.

6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
197.

7. Riwayat spiritual
198.

8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga
kedudukan trakhea dapat diketahui.
199.
200.

201.

d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal
(1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal
adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu
keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah
udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul
yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur
yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi
yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas
seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta
di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
202.

203.

204.

• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang
dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan
dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau
cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya
jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada
apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih
mudah terasa karena suara pria besar
205.

206.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
207.

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
208.

209.

2. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
210.

Kemungkinan faktor penyebab :


• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps
paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
211.

212.

3. Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
213.

214.

4. Penurunan kardiak output


Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
215.

Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi
kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
216.

217.

218.

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke
dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan
pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal
219.

220.

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif


Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan
secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari
terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
221.
222.

C. Posisi yang baik


• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal
karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi,
ambulasi dan latihan
223.

224.

D. Pengisapan lendir (suctioning)


Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction
dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
225.

226.

E. Pemberian obat bronkhodilator


Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus
dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau
menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
227.

228.

2. Mobilisasi sekresi paru


A. Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien 2 – 2,5 liter perhari, tetapi
dalam±mengkonsumsi cairan yang banyak batas kemampuan/cadangan jantung.
229.

B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
230.

231.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan
trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 – 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 – 2 menit
- Vibrasi 4 – 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
232.

233.

3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru


A. Latihan napas
234.

Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui


peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui
pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental
235.

236.

B. Pemasangan ventilasi mekanik


237.

Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan


udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara
otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
238.
239.

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage


240.

Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik,
satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada
dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open
pneumothoraks, flail chest.
241.

Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks
dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif
dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
242.

4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia


Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)
243.

244.

5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output


Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
245.
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
246.

b. Health restoration and maintenance


• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant
other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang
mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal
asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada
247.

248.

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI


Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan
dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
249.

250.

251.
252.

253.

254.

255.

256.

257.

258.

259.

260.

261.

262.

263.

264.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


265.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
266.

267.

Tanggal Pengkajian : 25 Maret


2012
268.

A. DATA BIOGRAFI
269.

Nama : Ny ”R”
270.

TTL : 26 November 1939


271.

Jenis Kelamin : perempuan Gol.Darah : O


272.

Pendidikan : SD
273.

Agama : Islam
274.

Status Perkawinan :Janda


275.

TB/BB : 160 cm, 44 kg


276.

Penampilan : Rapi, berjilbab Ciri-ciri tubuh : Kurus, kulit sawo matang


277.

Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05


278.

Kec.Kota Besi Telp/HP 08125086514


279.
Kab.Kotamadya
280.

Orang Yang Dekat : Anak


281.

Hubungan : Ibu dan anak


282.

Alamat/ Telpon : Kel.Kota Besi Hulu RT 02/RW 05


283.

284.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
285.

1. Genogram
286.
287.

288.

289.

290.
291.

291.

292.

293.

294.
295.

296.

Keterangan : : Laki – laki


: Garis Keturunan
297.

: Perempuan ....... :
Tinggal Serumah
298.

: Garis Hubungan
: Meninggal
299.

300.

301.

2. Riwayat Keluarga
302.

Dalam keluarga klien tidak ada yang mnderita penyakit menurun seperti
DM,hipertensi, asma, dll. Tidak ada pula yang mnderita penyakit menular seperti
TBC.
303.

304.

C.RIWAYAT PEKERJAAN
305.

Pekerjaan saat ini :saat ini klien bekerja sebagai petani


306.

Alamat pekerjaan :-
307.
Jarak dari rumah : 1km
308.

Alat transportasi : jalan kaki


309.

Pekerjaan sebelumnya : sebelumnya klien bekerja sebagai petani juga


310.

Jarak dari rumah : 1km


311.

Alat transportasi : jalan kaki


312.

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: pendapatan klien di


dapat dari hasil panen, dan juga biasanya didapat dari anak-anaknya yang sudah
bekerja.
313.

314.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


315.

Jenis lantai rumah : Kayu


316.

Kondisi lantai : Kering


317.

Tangga rumah : Ada : aman (ada pegangan)


318.

Penerangan : cukup
319.

Tempat tidur : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)


320.

Alat dapur : tertata rapi


321.
WC : Ada : aman (posisi duduk ,ada pegangan)
322.

Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang membahayakan)


323.

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang


324.

Tetangga Terdekat : Ada


325.

E.RIWAYAT REKREASI
326.

Hobby atau Minat : berkebun, bertani, menjahit, memasak


327.

Keanggotaan organisasi : ketua arisan kampong, anggota arisan keluarga


328.

Liburan atau Perjalanan : pernah memunaikan ibadah Haji


329.

330.

331.

F.SISTEM PENDUKUNG
332.

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : perawat
333.

Jarak dari rumah : 500 meter


334.

Rumah Sakit : tidak ada


335.

Klinik : ada, jarak 1 km


336.

Pelayanan Kesehatan Di rumah : tidak ada


337.

Makanan yang dihantarkan : tidak ada


338.

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada


339.

340.

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
341.

Kebiasaan Ritual : klien biasa nya tiap malam jumat menyiapkan sesajian untuk
leluhur
342.

Yang lainnya : -
343.

H.STATUS KESEHATAN
344.

Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: asma, rematik, vertigo
345.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : asma, batuk - batuk
346.

Keluhan Utama: asma


347.

1.Provocative / Paliative : sesak nafas


348.

2.Quality/ Quantity : seperti tertusuk - tusuk


349.

3.Region : ulu hati


350.

4.Severity Scale : 5 (skala sedang)


351.

5.Timing : hilang timbul


352.

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : biasa nya bila timbul klien
minum obat yang telah di anjurkan dan sering minum air hangat.
353.

354.

Obat-obatan :
355.
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1. Salbutamol 2mg 3x1
2. dexametason 3x1
3. Vit. C 3X1

356.

357.

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) :


358.

Obat-obatan : tidak ada


359.

Makanan : tidak ada


360.

Faktor Lingkungan : cuaca dingin, debu, polusi


361.
362.

Penyakit yang diderita : asma, rematik, vertigo


363.

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


364.

Indeks KATZ : A
365.

Oksigenasi :
366.

Cairan dan Elektrolit : klien minum air putih 1500ml per hari,di dampingi teh
dan kopi
367.

Nutrisi : klien makan nasi, lauk, dan sayur 3kali sehari


368.

Eliminasi : BAK 3kali perhari , BAB 1 kali perhari


369.

Aktivitas : tiap hari klien pergi ke sawah untuk bertani


370.

Istirahat dan Tidur : istirahat klien cukup, tidur sehari kira2 10 jam
371.

Personal Hygiene : klien mampu mandi, BAB,BAK sendiri tanpa bantuan


372.

Seksual : kebutuhan seksual tidak terpenuhi karena suami klien sudah


lama meninggal
373.

374.

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


375.
Konsep Diri : klien mampu menerima bahwa dirinya seorang lansia
376.

Emosi : stabil
377.

Adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar


378.

Status mental : baik


379.

Tingkat Kesadaran : compos mentis


380.

Dimensia : tidak
381.

Orientasi : normal
382.

Bicara : normal
383.

Bahasa yang digunakan : jawa, indonesia


384.

Kemampuan membaca : bisa


385.

Kemampuan interaksi : sesuai


386.

Vertigo : ya
387.

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) =


388.

Mini – Mental State Exam (MMSE)=


389.

Geriatrik Depresion Scale =


390.

APGAR =
391.

392.

393.

K.TINJAUAN SISTEM
394.

Keadaan Umum : Baik


395.

Tingkat Kesadaran :Composmentis


396.

Tanda – tanda Vital : TD 130 /90 mmHg Nadi: 88 x/menit


397.

RR 26 X/menit Suhu :36,2 0c


398.

TB :160 cm BB: 44 Kg
399.

PENGKAJIAN PERSISTEM
400.

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


401.

1.Bentuk dada : Simetris


402.

2.Sekresi dan Batuk


403.

Batuk : ya
404.
Sputum : tidak ada
405.

Nyeri waktu bernafas : ya


406.

3.Pola nafas
407.

a.Frekwensi Nafas : 28 x/menit


408.

Irguler
409.

Hiper
Ventilasi
410.

411.

4.Bunyi nafas
412.

a.Normal
413.

vesikuler di.........................................
414.

Bronchial di..............................................
415.

Broncho vesikuler di.....................................


416.

b.Abnormal
417.

Stridor
lokasi............................
418.
Streror

lokasi...............................
419.

Wheezing
lokasi..........................
420.

Rales
lokasi...............
421.

Ronchi
lokasi....................
422.

Krepitasi

lokasi.................................
423.

Friction Rap
lokasi.......................
424.

c. Resonen Lokal
425.

Pectoreloguy
426.

Bronchofoni
427.

Egofoni
428.

429.

5.Pergerakan dada
430.

Intercostal Supra
Clavicula Tracheal Tag
Lain lain
431.

Substernal
Suprasternal Flail Chest
432.

6.Tractil Fremitis/Fremitus
Vokal
433.

Meningkat lokasi
434.

Menurun lokasi
435.

Lain-lain
436.

7.Alat Bantu Pernafasan


437.

Nasal Bag and


Mask Tracheostomi
438.

Masker Respirator
439.

CARDIOVASKULER ( B2 :
BLEEDING )
440.
1.Nadi
441.

Frekuensi 88 x/menit
442.

Reguler Kuat
443.

2.Bunyi Jantung
444.

Normal
445.

3.Letak Jantung
446.

Ictus cordis teraba


pada.................
447.

4.Pembesaran Jantung
448.

tidak
449.

5.Nyeri Dada
450.

Ya
451.

6.Edema : Tidak Ada


452.

7.Clubbing Finger
453.

Tidak
454.
PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )
455.

Tingkat Kesadaran :
456.

Compos Mentis
457.

1.GCS :
458.

Eye :4 Verbal :5 Motorik :6


459.

Total GCS :15


460.

2.Refleks
461.

Normal
462.

3.Koordinasi Gerak : Ya
463.

4.Kejang Tidak
464.

5.Lain-
lain..........................................
465.

466.

467.

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )


468.
1. Mata ( Penglihatan )
469.

a. Bentuk
470.

Normal

471.

b. Visus.....................
472.

Pupil :
473.

Isokor
474.

c. Gerak bola Mata :


475.

Normal
476.

d. Medan Penglihatan :
477.

Normal
478.

e. Buta Warna
479.

Tidak
480.

f. Tekanan intra
okuler
481.

Meningkat
482.

483.

2. Hidung (Penciuman )
484.

a. Bentuk :
Normal
485.

b. Gangguan
Penciuman :
Tidak
486.

487.

3. Telinga ( Pendengaran )
488.

a. Aurikel :
Normal
489.

b. Membran tympani
490.

Terang

491.

c. Otorrhoea :
492.
Ya,jenis....................... Tidak
493.

d. Gangguan
Pendengaran :
Tidak
494.

e. Tinitus :
Tidak
495.

4. Perasa
496.

Normal
497.

5. Peraba
498.

Normal
499.

500.

PERKEMIHAN –
ELIMINASI URI ( B4 :
BLADDER )
501.

Masalah Kandung Kemih


502.

Tidak ada masalah


503.

Produksi Urine 250


ml/hari Frekuensi 5.x/hari
504.

Warna kuning pekat, Bau


amoniakLain-lain....................................
505.

506.

507.

508.

509.

510.

PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)


511.

1. Mulut dan Tenggorokan


512.

a. Mulut
513.

Selaput Lendir Mulut


514.

Lembab
515.

b. Lidah
516.

bersih
517.

c. Kebersihan
Rongga Mulut
518.
Tidak Berbau Gigi Bersih
519.

d. Tenggorokan :
520.

tidak ada sakit


menelan
521.

e. Abdomen
522.

Kenyal

523.

Nyeri tekan,
tidak ada
524.

Benjolan,
tidak ada
525.

f. Pembesaran
hepar tidak
526.

g. Pembesaran
Lien tidak
527.

h. Asites
tidak
528.

i. Lain –
lain.............................
529.

530.
2. Masalah usus besar dan rektum/anus
531.

BAB 1 X/hari
532.

Tidak ada masalah


533.

534.

OTOT,TULANG DAN
INTEGUMENT ( B6 : BONE )
535.

1. Otot dan Tulang


536.

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )


537.

Terbatas
538.

Kemampuan kekuatan
otot
539.

Fraktur
540.

Tidak
541.

Dislokasi
542.

Tidak
543.

Haemotom
544.
Tidak
545.

2. Integumen
546.

Warna Kulit :sawo


matang
Akral : hangat
547.

548.

Turgor : Tidak Elastic


549.

550.

551.

552.

REPRODUKSI
553.

Perempuan :
554.

Payudara
555.

Bentuk Simetris
556.

Benjolan tidak
557.

Kelamin
558.
Bentuk normal
559.

Keputihan tidak
560.

561.

562.

ENDOKRIN
563.

1. Faktor Alergi
564.

Tidak
565.

Manifestasi : tidak ada


566.

Cara Mengatasi : tidak ada


567.

2. Kelainan endokrin: tidak ada


568.

569.

PENGETAHUAN :
570.

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien mengetahui jika dirinya mempunyai
penyakit asma biasanya minum obat yang dianjurkan dan juga minum air hangat saat
terasa nyeri
571.

572.
573.

574.

575.

576.

Sampit, 25 Maret 2012


577.

Mahasiswa yang mengkaji,


578.

579.

580.

581.

582.

.........................................
583.

NIM.
584.

585.

586.
ANALISA DATA
587.

588.

589.

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS-:Klien mengatakan “saya kerusakan Gangguan pertukaran gas
sesak nafas bila cuaca membrane alveoli O2 dan CO2
dingin dan ada debu”

DO:-Klien Nampak sesak


nafas disertai batuk
kering

-tidak ada sputum

-frekuensi nafas 28x/mnt

-type pernafasan kusmaul

- terdengar bunyi ronchi


pada apex paru
kiri/kanan

590.

591.

592.

RENCANA KEPERAWATAN
593.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Gangguan pertukaran 1. Kaji dan monitor 1. Sebagai indicator adanya
O2 dan CO2 frekuensi nafas gangguan nafas dan
teratasi dengan indicator dalam tindakan
criteria: selanjutnya
- Kilen
mengatakan sesak 2. Berkurangnya tekanan
nafas berkurang diafragma keatas sehingga
atau hilang 2. Beri posisi yang ekspresi paru maksimal
- Klien tidak menyenangkan sesuai sehingga klien dapat
batuk lagi dengan keinginan klien. bernafas dengan leluasa
- Frekuensi nafas (posisi semi fowler)
dalam batas normal 3. Batuk yang efektif
(16 – 18 x/mnt) merupakan salah satu cara
3. Ajarkan klien untuk yang baik dan efektif untuk
batuk efektif mengeluarkan secret.

4. Menurunkan jumlah
konsumsi atau kebutuhan
selama periode penurunan
4. klkien untuk membatasi pernafasan sehingga dapat
aktifitas menurunkan gejala
gangguan pertukaran gas O2
dan CO2.

5. Untuk mempertahankan
sirkulasi O2 dan CO2

5. Pertahankan sirkulasi O2
dalam ruangan

594.

595.

596.

597.

No. Dx. Implementasi Evaluasi


Kep.
1. 1. 1 1. Mengkaji dan monitor frekuensi nafas S : Klien mengatakan “saya masih
sering sesak nafas”
2. memberi posisi yang menyenangkan sesuai
dengan keinginan klien.(posisi semi fowler) O : Klien Nampak sesak nafas
3. mengajarkan klien untuk batuk efektif disertai batuk kering

4.menganjurkan klien untuk membatasi -tidak ada sputum


aktifitas
-frekuensi nafas 28x/mnt
5.mempertahankan sirkulasi O2 dalam
ruangan -type pernafasan kusmaul -
terdengar bunyi ronchi pada
apex paru kiri/kanan

598.

599.

600.

BAB III
601.

PENUTUP
602.

603.

3.1 KESIMPULAN
604.

Lansia mengalami persoalan khusus tentang gangguan O2 dan CO2 , itu tidak
jauh dari penyebab penurunan fungsi tubuh dan factor usia. Kita tentunya
mengetahui fungsi tubuh sangat memerlukan O2 dan CO2 yang disurvey melalui
system Kardiovaskuler, apabila dalam sytem kardiovaskuler tergganggu tentu
akan mengganggu dalam pertukaran gas O2 dan CO2 keberbagai jaringan tubuh.
Akhir – akhir ini banyak masalah yang terjadi di kota – kota besar dalam masalah
kesehatan udara, terutama polusi yang semakin hari semakin mengkhawtirkan
karena merusak kesehatan terutama terhadap manula.
605.

606.

3.2 SARAN
607.

Perlu diingat dalam masalah kesehatan pernapasan dalam hal O2 dan CO2
sangat penting dijaga karena 2 hal ini sangat penting dan diperlukan dalam system
hidup. Maka dari itu Kita harus menjaga sejak dini. Banyak cara agar kita hidup
selalu sehat baik itu dengan gaya hidup yang tidak sehat perlu ditinggalkan,
konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang, dan olahraga teratur. Semua yang
kita akukan pada masa muda akan kita petik saat tua.
608.

609.

610.

611.

612.

613.
614.

615.

616.

617.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


618.

0
619.

Tambahkan komentar

620.
621.

622.

Mar
623.

31
624.

625.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
(kelompok6)
626.

627.
OLEH :
628.

HENDRYANTO
629.

IDA KUSUMADINATA
630.

SYARIFAH NUR HASANAH. A


631.

632.

KATA PENGANTAR
633.

634.

PujisyukurkehadiratTuhan Yang MAhaEsa, atasberkat, rahmaddanhidayah-Nya,


sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahdenganjudul “Psikologi Pada Lansia”
635.

636.

Dalampenyusunanmakalahini kami banyakmengalamiberbagaimasalah,


atasbantuandandukungandariberbagaipihak, makalahinidapatselesai.
637.

638.

Dalamkesempatanini kami banyakmengucapkanterimakasihkepadarekan-


rekanmahasiswasertadosenAkper yang banyakmembantudalampenyelesaianmakalahini.
639.

640.
Kami menyadaridalampenulisanmakalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitu
saran dankritik yang sifatnyamembangunsangat kami
harapkanuntukpenyempurnaanmakalahinidansemogabermanfaatbagikitasemua.
641.

642.

643.

644.

645.

Sampit, maret 2012


646.

647.

648.

Tim Penulis
649.

650.

651.

652.

653.
654.

655.

656.

DAFTAR ISI
657.

658.

KATA PENGANTAR i
659.

DAFTAR ISI ii
660.

BAB I PENDAHULUAN
661.

1.1 LATAR BELAKANG 1


662.

1.2 TUJUAN PENULISAN 1


663.

1.3 METODE PENULISAN 1


664.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1


665.

BAB II PEMBAHASAN
666.

2.1 DEFINISI
667.
2.2 ETIOLOGI
668.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN


669.

BAB III PENUTUP


670.

3.1 KESIMPULAN
671.

672.

DAFTAR PUSTAKA
673.

674.

675.

676.

677.

678.

679.

680.

681.
682.

683.

684.

685.

BAB I
686.

PENDAHULUAN
687.

1.1. LATAR BELAKANG


688.

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses


penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya
proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi.
Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang
normal dan tidak normal serta mengetahui konsep gangguan psikologi pada lansia.
689.

690.

1.2. TUJUAN PENULISAN


691.

Penulisan makalah bertujuan agar pembaca mengetahui dan memahami konsep


psikologi pada lansia.Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat kedalam praktek lapangan.
692.

693.

1.3. METODE PENULISAN


694.

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan.


695.

696.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN


697.

Sistematika penulisan yaitu : BAB I PENDAHULUAN, BAB II PEMBAHASAN,


BAB III PENUTUP.
698.

699.

700.

701.

702.

703.

704.

705.

706.

BAB II
707.
PEMBAHASAN
708.

2.1. PENGERTIAN
709.

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
jiwa secara khusus pada lansia.
710.

Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
711.

Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari


masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif
dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
712.

Psikologi Lansia
713.

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
714.

1.Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.


715.

2.Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif


716.

3.Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.
717.

4.Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga


membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.
718.

ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS PADA PENUAAN


719.

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah tentang
lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental
yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :
720.

721.

A. Kepribadian, intelegensi dan sikap


722.

Tes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada


lansia.Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil
dan sedikit sulit untuk diubah.
723.

B. Teori aktivitas dan pelepasan


724.

- Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan bersama


menarik diri dari masyarakat.
725.

- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk
aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.
726.

PERUBAHAN ASPEK PSIKOSOSIAL


727.

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan


fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
728.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami


perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
729.

1.Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak


banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
730.

2.Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
731.

3.Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
732.

4.Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya
menjadi morat-marit.
733.

5.Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
734.

PERUBAHAN DALAM PERAN SOSIAL DI MASYARAKAT


735.

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan


sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia.Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan
masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan
terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang
terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.
736.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang


memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung
karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan
pengorbanan.Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena
hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.
737.

KEPERAWATAN GERONTIK - GERIATRI NURSING


738.

- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan
perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara
komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS
merupakan bagian dari gerontic nursing.
739.

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA


740.

A. Pendekatan fisik
741.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
742.

- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
743.

- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau
sakit.
744.

745.
746.

B. Pendekatan psikis
747.

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif


pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.
748.

C. Pendekatan sosial
749.

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
750.

D. Pendekatan spiritual
751.

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
752.

MASALAH KEPERAWATAN PSIKOSOIAL PADA LANSIA :


753.

Ø Berduka disfungsional,
754.

Ø Ketidakberdayaan,
755.

Ø Gangguan pola tidur,


756.

Ø Resiko terhadap cedera,


757.

Ø Perubahan nutrisi,
758.

Ø Defisit perawatan diri,


759.

Ø Ansietas.
760.

TUJUAN & TINDAKAN


761.

Tujuan : mengajarkan klien untuk bersepons emosional yang adaptif.


762.

Tindakan :
763.

Ø Lingkungan aman,
764.

Ø Cegah terjadinya kecelakaan,


765.

Ø Hubungan saling percaya perawat – klien,


766.

Ø Dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan untuk mengurangi


intensitas masalah,
767.

Ø Ubah pikiran negatif dan identifikasi aspek positif (kemampuan, keberhasilan),


768.

Ø Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif menjadi positif,


769.

Ø Beri pujian,
770.

Ø Libatkan dalam kegiatan dan interaksi sosial ,


771.

Ø Meningkatkan status kesehatan : perawatan diri, istirahat, makan, minum.


772.

773.

774.

BAB III
775.

PENUTUP
776.

A. KESIMPULAN
777.

Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
778.

Aspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan
mental yang kurang.Oleh karena itu Untuk para perawat agar dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang didapat kedalam praktek lapangan.
779.

780.

781.

DAFTAR PUSTAKA
782.

Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.
783.

Nugroho, Wahjudi. “Keperawatan Gerontik”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.


784.

Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
785.

Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003


786.

787.

788.

CONTOH ASKEP PSIKOSOSIAL PADA LANSIA


789.

I. PENGKAJIAN
790.

A. DATA BIOGRAFI
791.

Nama : Ny.R
792.

Jenis Kelamin : Perempuan


793.

Golongan Darah :-
794.

Tempat Tanggal Lahir : Pembuang,


795.

Pendidikan Terakhir : SD
796.

Agama : Islam
797.
Status Perkawinan : Janda
798.

TB/BB : 130 cm
799.

Penampilan : Rapi, berjalan agak lambat sudah ada tanda kifosis


800.

Alamat : Baamang, RT 2, RW 1
801.

Orang yang mudah Dihub. : Juai


802.

Alamat & telepon : 085752752487


803.

804.

A. Riwayat Keluarga
805.

Genogram :
806.

807.

808.

B. Riwayat Pekerjaan
809.

Pekerjaan saat ini : Tidak ada


810.

Alamat pekerjaan :-
811.
Berapa Jarak Dari Rumah : -
812.

Alat Transportasi :-
813.

Pekerjaan Sebelumnya : Memantat


814.

Berapa jarak dari rumah : ± 100 meter


815.

Alat Transportasi : Tidak ada (jalan kaki)


816.

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:cukup untuk


kebutuhan sehari-hari.
817.

C. Riwayat Lingkungan Hidup


818.

Type tempat tinggal : Permanen


819.

Ø Jenis Lantai : tanah, x tegel, porselin, lainya. Sebutkan !papan


820.

Ø Kondisi lantai : licin, x lembab, kering, lainnya. Sebutkan !.............................


821.

Ø Tangga Rumah :
822.

Tidak ada x
823.

Ada : aman (ada pegangan), tidak aman


824.
Ø Penerangan : x cukup, kurang
825.

Ø Tempat Tidur : x aman, (pagar pembatas, tidak terlalu tinggi), tidak aman
826.

Ø Alat dapur : x berserakan, tertata rapi,


827.

Ø WC :
828.

Tidak ada
829.

x Ada : x aman (posisi duduk, ada pegangan), tidak aman (lantai licin, tidak ada
pegangan)
830.

Ø Kebersihan lingkungan :x bersih (tidak ada yang membahayakan), tidak bersih dan
tidak aman (pecahan kaca, gelas, paku,dll.)
831.

832.

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :5 orang


833.

Derajat Privasi :Baik


834.

Tetangga Terdekat :Suriansyah


835.

Alamat dan Telpon :-


836.
837.

D. Riwayat Rekreasi
838.

Hobbi/Minat : Memasak
839.

Keanggotaan dalam organisasi :PKK


840.

Liburan/perjalanan :-
841.

842.

E. System Pendukung
843.

Perawat/Bidan/dokter/fisiotherapi :Perawat dan bidan


844.

Jarak dari rumah :2 KM


845.

Rumah Sakit : RSUD Dr. MURJANI Jaraknya ± 15 KM


846.

Klinik :
847.

Pelayanan kesehatan di rumah :Tidak ada


848.

Makanan yang dihantarkan :Nasi, Sayur, dan Lauk.


849.

Perawat sehari-hari yang dilakukan keluarga :Menyediakan Makanan.


850.
Lain-lain :-
851.

852.

F. Diskripsi Kekhususan
853.

Kebiasaan ritual :Klien sudah tidak sholat lagi, karena sudah tua.
854.

Yang lainnya : Sering memberi sesajen di air.


855.

856.

857.

858.

859.

860.

G. Status Kesehatan
861.

Riwayat Penyakit dahulu :Klien tidak pernah sakit yan serius yang harus
diopname dirumah sakit, namun klien sering
merasa pusing, dan nyeri-nyeri di kakinya.
862.

Keluhan Utama :P : Destruksi sendi, Q : menusuk-nusuk, R ; Kaki, S :


3 (Sedang) T : kadang-kadang.
863.

Obat-obatan :
864.

NO NAMA OBAT DOSIS KET

865.

Alergi :
866.

- Obat-obatan :Tidak Ada


867.

- Makanan :Tidak Ada


868.

- Faktor Lingkungan :Tidak Ada


869.

- Penyakit yang diderita : Reumatik


870.

871.

H. Aktifitas Hidup Sehari-hari


872.

Indeks Katz :A
873.

Oksigenasi, Cairan dan elektrolit :RR = 18x/menit, dada simetris, tidak ada sianosis,
minum air kopi dan air putih ± 600 cc/hari.
874.

Nutrisi:Klien makan 3x/hari, sekali makan ± 1 sendok nasi.


875.

Eliminasi:BAK 2x/hari, BAB 1x/hari


876.

Aktifitas:klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan, namun secara postur
klien semestinya memakai tongkat karena sudah ada tanda kifosis.
877.

Istirahat dan Tidur: Klien tidur malam selama 7 jam, tidur siang selama 1 jam.
878.

Personal hygiene: Klien mandi 2x/hari.


879.

Seksual: merasa sudah tidak ada lagi kepikiran masalah seksual karena merasa
dirinya sudah tua dan sudah tidak memilliki pasangan lagi.
880.

881.

I. Psikologis, Kognitif dan perceptual


882.

· Konsep Diri : Klien merasa kurang percaya diri apabila tidak ada keluarganya
disampingnya.
883.

· Emosi : Klien Tidak pernah menunjukan emosi yang berlebihan.


884.

· Adaptasi : Klien sangat akrab dengan penghuni rumah dan tetangganya,


namun agak
885.

malu-malu dengan penulis.


886.

· Mekanisme pertahanan diri : Bila ada masalah klien selalu mengutarakan


masalahnya kepada
887.

anak dan cucunya.


888.
Ø Status Mental:
889.

· Tingkat Kesadaran:kompos mentis


890.

· Afasia: Tidak ada, klien dapat dengan jelas berbicara


891.

· Dimentia :xya, tidak


892.

· Orientasi : x normal, bingung, tidak ada respon


893.

Ø Bicara : x normal, gagap, afasia, Blocking


894.

Ø Bahasa yang digunakan : Banjar


895.

Ø Kemampuan membaca : x bisa, tidak


896.

Ø Kemampuan interaksi : x sesuai, tidak. Sebutkan!


897.

Ø Pendengaran : x normal, terganggu kanan/kiri, alat bantu


pendengaran
898.

Ø
899.

900.

Penglihatan : xnormal, kacamata, lensa kontak, terganggu kanan/kiri,


buta kanan/kiri, kabur kanan/kiri, lainnya. Sebutkan!
901.

Ø Vertigo : ya, tidak


902.

· Short Portable Mental Status Quenstionare :


903.
· Mini-Mental State Exam (MMSE) :Gangguan Intelektual Ringgan
904.

· Inventaris Depresi Beck :Kemungkinan Defresi


905.

906.

J. Pengkajian Fisik
907.

1. Data Klinik :
908.

· Keadaan umum : Baik,


909.

· Tingkat Kesadaran :CM


910.

· GCS :M = 4, V = 5, P = 6, (15)
911.

ü Tinggi Badan :130cm Berat badan : 36 Kg.


912.

ü Temperatur :366̊ cNadi : 80x/menit.


913.

ü Tekanan Darah :120/90mmHg


914.

915.

2. Pernapasan dan sirkulasi :


916.

Ø Frekuensi napas :18x/menit


917.

Ø Kualitas : : normal, dangkal, cepat


918.

Ø Batuk : ya, tidak, Jelaskan, kadang-kadang


919.

Ø Auskultasi :
920.

· Lobus kanan atas : normal, pucat, menurun, tidak ada,


suara tidak normal
921.

· Lobus kiri atas : normal, pucat, menurun, tidak ada,


suara tidak normal
922.

· Lobus kanan bawah : normal, pucat, menurun, tidak ada,


suara tidak normal
923.

· Lobus kiri bawah : normal, pucat, menurun, tidak ada,


suara tidak normal
924.

925.

3. Metabolik Integumen
926.

Ø Kulit :
927.

· Warna : normal, pucat, cianosis, kunin, lainnya! Bintik-


bintik hitam
928.

· Turgor : norma, menurun


929.

· Lecet: tidak, ya !sebutkan.................


930.

· Bengkak: tidak, ya !sebutkan.............


931.

· Bercak: tidak, ya !sebutkan................


932.
Ø Mulut
933.

· Gusi : normal, putih, lecet, lainnya................


934.

· Gigi : normal, lainya! Sebutkan beberapa ada.


935.

Ø Skore Norton : jelas, 19 (kecil sekali/tidak terjadi)


936.

937.

4. Persarafan Sensori
938.

Ø Pupil : sama, tidak sama, sebutkan, disebelah kanan ada selaput putih
939.

Ø Reaksi terhadap cahaya


940.

· Kiri : ya, tidak


941.

· Kanan : ya tidak
942.

Ø Mata : jelas, berair, kabur, lainnya. Sebutkan.....................


943.

944.

945.

5. Muskuloskeletal
946.

Ø Range of motion : penuh, tidak.sebutkan..............


947.

Ø Keseimbangan : Stabil, tidak stabil.sebutkan..............


948.

Ø Menggenggam
949.

· Kanan : Kuat, Lemah


950.

· Kiri : Kuat, Lemah


951.

Ø Kekuatan otot kaki :


952.

· Kanan : Kuat, lemah


953.

· Kiri : Kuat, lemah


954.

K. Pengetahuan
955.

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:


956.

Klien mengatakan jarang sakit. Hanya sewaktu-waktu nyeri di kaki dan pusing
957.

958.

959.
960.

961.

ANALISA DATA
962.

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


.
1. DS : “saya cemas dg anak-anak Social ekonomi ansietas
saya yang masih belum kerja dan
berkeluarga”

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum


bekerja dan berkeluarga
- Klien sering termenung
- Susah tidur krg lbih sehari
Cuma 5 jam
- Nafsu makan menurun
- Kebutuhan sehari-hari
terpenuhi dg cukup
963.
964.

Diagnosa keperawatan:
965.

Ansietas berhubungan dengan social ekonomi


966.

Ditandai dengan:
967.

DS : ““saya cemas dg anak-anak saya yang masih belum kerja dan berkeluarga”
968.

969.

DO : - anak ke- 3 dan ke-4 belum bekerja dan berkeluarga


970.

- Klien sering termenung


971.

- Susah tidur krg lbih sehari Cuma 5 jam


972.

- Nafsu makan menurun


973.

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dg cukup

974.

RENCANA KEPERAWATAN
975.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Selama dilakukan 1. Kaji tingkat cemas klien 1.respon ndividu dapat
tindakan keperawatan 2. Catat pembatasan focus bervariasi tergantung pada
diharapkan cemas klien pikiran pola kultural yang
teratasi dengan kriteria3. Observasi pola bicara dipelajari.Persepsi yang
hasil: klien apakah cepat atau menyimpang dari situasi
- Menunjukan lambat mungkin dapat
ekspresi tenang 4. Diskusikan dengan klien memperbesar perasaan.
- Waktu tidur tentang apa yang 2.Penyempitan focus
trpenuhi dicemaskan oleh klien umumnya merefleksikan
- Nafsu makan 5. Tanyakan mekanisme rasa takut
meningkat koping yang digunakan 3.Menyediakan petunjuk
oleh klien jika sedang lengenai factor-faktor
cemas seperti tingkat
6. Pertahankan kontak ansietas,kemampuan
sering dengan klien untuk untuk memahami tingkat
mendengarkan klien kerusakan otak ataupun
bercerita perbedaan bahasa
4.pasien mungkin perlu
menolak realitas sampai
siap untuk menghadapinya
5.Mungkin dapat
menghadapi situasi dg
baik pada waktu itu
6.Untuk memantapkan
hubungan &
meningkatkan ekspresi
perasaan
976.

977.

978.

IMPLEMENTASI
979.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. Mengaji tingkat cemas klien S : “Makasih sudah mau
2. Mencatat pembatasan focus pikiran mendengarkan cerita saya”
3. Mengobservasi pola bicara klien apakah
cepat atau lambat O: - klien tampak senang bercerita
4. Mendiskusikan dengan klien tentang apa masalahnya
yang dicemaskan oleh klien - Klien tersenyum
5. Menanyakan mekanisme koping yang - Klien mempunyai teman
digunakan oleh klien jika sedang cemas cerita yaitu Cucunya
6. Mempertahankan kontak sering dengan
klien untuk mendengarkan klien bercerita A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat cemas klien
2. Catat pembatasan focus
pikiran
3. Observasi pola bicara klien
apakah cepat atau lambat
4. Diskusikan dengan klien
tentang apa yang dicemaskan
oleh klien
5. Tanyakan mekanisme koping
yang digunakan oleh klien jika
sedang cemas
6. Pertahankan kontak sering
dengan klien untuk
mendengarkan klien bercerita
980.

981.

982.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


983.

0
984.

Tambahkan komentar

985.

1.

2.

Mar
3.

31
4.

5.
MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK
PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA
(kelompok 10)
6.

MAKALAH
7.

KEPERAWATAN GERONTIK
8.

9.

10.

11.

PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA


12.

13.

14.

15.

16.

17.
KELOMPOK 10:
18.

· Eny Novianti
19.

· Harianto
20.

· Melinda Lestari
21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

AKADEMI KEPERAWATAN
29.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR


30.

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960


31.
2012
32.

33.

34.

35.

BAB II
36.

PEMBAHASAN
37.

38.

39.

KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE


40.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.
41.

42.

Pengertian
43.

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan
psikis (Tarwoto, 2004).
44.

Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang
meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan
dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
45.

46.

Klasifikasi
47.

Menurut Tarwoto (2004), macam-macam personal hygiene antara lain:


48.

Perawatan kulit kepala dan rambut

Perawatan mata

Perawatan hidung

Perawatan telinga

Perawatan kuku kaki dan tangan

Perawatan genetalia

Perawatan kulit seruruh tubuh

Perawatan tubuh secara keseluruhan

Menurut Effendy (1997), jenis kebersihan diri antara lain:


1. Kebersihan rambut
2. Kebersihan gigi dan mulut
3. Kebersihan mata
4. Kebersihan telinga
5. Kebersihan kuku
6. Kebersihan kulit

Tujuan

Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

Memelihara kebersihan diri seseorang


Memperbaiki personal hyiene yang kurang

Mencagah penyakit

Meningkatkan rasa percaya diri

Menciptakan keindahan

Faktor – factor yang dapat mempengaruhi

Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.


Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola Personal Hygiene.
3. Status sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

Dampank yang sering timbul

Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya


kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

B. PERSONAL HYGIENE Pada lansia


Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan
perawatan sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang
berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut dan
kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur (Nugror, 1995).

Perawatan secara umum bagi lansia terbagi 2, yaitu:


1. Mereka yang masih aktif
Dimana keadaan fisiknya mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
kebutuhan sehari – hari dapat terenuhi.
2. Mereka yang pasif
Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan pertolongan orang lain, seperti sakit
atau lumpuh.

Bagi mereka yang masih aktif, hal –hal yang perlu di perhatikan antara lain:
1. Mandi
Mandi agar dibatasi karena kulit lansia biasanya mengering. Hal ini disebabkan
kelenjar kulit yang mengeluarkan lemak mulai kurang bekerja. Maka sehabis
mandi kulit lansia sebaiknya diolesi baby oil terutama di lengan, siku, ketiak,
paha, dan sebagainya.
2. Kebersihan mulut
Kenersihan mulut adalah sangat penting. Perlu diingat atau dibantu para lansia
untuk menyikat gigi yang hanya tinggal beberapa buah. Gigi palsu perlu mendapat
perhatian khusus, dibersihkan dengan sabun dan sikat. Untuk menghilangkan bau
gigi palsu direndam dalam air hangat yang telah dibubuhi obat pembersih mulut
beberapa tetes selama 5 – 10 menit, setelah itu bilas sampai bersih dari sabun dan
bubuk pembersih mulut tersebut. Sebaiknya jangan mencuci gigi palsu di bawah
air mengalir untuk mencegah bahaya gigi palsu terjatuh dan pecah.
3. Perawatan rambut
Lanjut usia terutama wanita kadang – kadang mengalami kesulitan dalam mencuci
rambut sehingga perlu mendapat bantuan perawat atau ank cucunya. Sama halnya
dengan kulit, rambut orang lansia juga kehilngan lemaknya sehingga sehabis
keramas perlu diberi conditioner. Setelah selesai mencuci rambut harus segera
dikeringkan agar lansia tidak kedinginan.
4. Perawatan kuku
Kuku jari tangan dan kaki perlu mendapatkan perawatan, Menggunting kuku
jangan terlalu pendek dan jangan sampai terluka karena luka pada orang tua lebih
sulit sembuh.
5. Pakaian
Pakaian hendaknya jangan terbuat dari bahan yang kasar. Dasar pakainan harus
lunak, harus mudah dikenakan dan dibersihkan. Pakaian lansia dijaga agar tetap
rapi karena cenderung para lansia tidak peduli lagi terhadap pakaiannya. Lansia
lebih enak dengan piyama tipis jangan pakaian dari wool karena bias terjadi
iritasi.
6. Mata
Elastisitas lensa mata pada lansia berkurang akibatnya tulisan kecil terlihat kabur
pada jarak normal, sedangkan pada jarak jauh akan terlihat terang. Gejala yang
tidak normal antara lain:
· Penglihatan menjadi ganda
· Bintik hitam atau ada daerah yang gelap
· Sakit pada mata
· Terlihat ada warna atau terang disekitar ujung – ujung objek
· Mata yang kemerahan
· Tiba – tiba kehilangan melihat dengan jelas
7. Lingkungan
Suasana lingkungan harus disesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembapan
ruang tidur atau ruangan lainnya dirumah dengan memasang humidifier.
Perubahan temperature secara tiba – tiba harus dihindarkan.

Bagi mereka yang pasif


Bagi lansia yang terus beristirahat di tempat tidur, kebersihan di tempat tidur perlu
tetap diperhatikan, yaitu:
1. Diusahakan agar bantal tidak terlalu keras atau lembek
2. Latihan bangun dan tidur dengan usaha sendiri agar oto badan tetap aktif dan
menghindarkan pegal – pegal serta atrofi otot
3. Letak tidur diatur antara lain:
· Letak guling dibawah lutut
· Berikan bantal angin yang berbentuk cincin untuk mencegah lecet pada
tumit dan bokong
· Letak tidur dimiringkan bergantian pada sisi kana atau kiri
· Pada letak atau posisi setengah duduk, di bagian kepala tempat tidur diberi
sandaran atau papah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada lansia antara lain:
1. Faktor Pengetahuan
Menurut Purwanto (1999) dalam Friedman (1998), domain kognitif berkaitan
dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berabstraks, analisa,
memecahkan masalah dan lain-lain). Yang meliputi pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comperehension), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesis
(synthesis) dan evaluasi (evaluation).
Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri akan selalu
menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi / keadaan sakit
(Notoatmodjo, 1998).
2. Kondisi Fisik Lansia dan Psikis Lansia
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di
bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan
sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho,
2000).
Menurut Zainudin (2002) penurunan kondisi psikis pada lansia bisa disebabkan
karena Demensia di mana lansia mengalami kemunduran daya ingat dan hal ini
dapat mempengaruhi ADL (Activity of Daily Living yaitu kemampuan seseorang
untuk mengurus dirinya sendiri), dimulai dari bangun tidur, mandi berpakaian dan
seterusnya.
3. Faktor Ekonomi
Menurut Geismer dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998), besar pendapatan
keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas
dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan
kelangsungan hidup keluarga.
4. Faktor Budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan hygiene.
Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik perawatan diri
yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang
kesehatan dan perawatan diri (Potter dan Ferry, 2005).
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi
atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup lingkungan
berpengaruh terhadap kemampuan untuk meningkatkan dan mempertahankan
status fungsional, dan meningkatkan kesejahteraan (Potter dan Ferry, 2005).
6. Faktor Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu (Stuart & Sundeen, 1999 dalam Setiadi 2005).
7. Faktor Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat setiap anggotanya begitu juga
status kesehatan dari setiap individu mempengaruhi bagaimana fungsi unit
keluarga dan kemampuan untuk mencapai tujuan. Pada saat kepuasan keluarga
terpenuhi tujuannya melalui fungsi yang adekuat, anggota keluarga tersebut
cenderung untuk merasa positif mengenai diri mereka sendiri dan keluarga
mereka (Potter dan Ferry, 2005).

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kurang perawatan diri, makan berhubungan degan penurunan kemampuan visual


dan motorik, keleamahan otot
Intervensi :
· Pastikan dari klien atau anggota keluarga makanan apa yang disukai atau
tidak disukai klien.
· Ciptakan lingkungan nyaman untuk makan yang tidak memgganggu
· Pertahankan suhu makanan yang konstan ( makanan panas, dingin)
· Berikan teknik pengurangan nyeri, sejak nyeri mempengaruhi nafsu makan
dan kemampuan untuk makan sendiri
· Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
· Dorong klien untuk menggunakan gigi palsu dan kacamata
· Tempatkan klien dalam posisi paling normal yang sesuai dengan
ketidakmampuan fisiknya (terbaik dalam posisi duduk di kursi dengan meja)
· Berikan kontak sosial selama makan
· Untuk kekurang-kurangan yang nampak
- Pilih tempat makan dengan warna yang berbeda untuk membantu
memmbedakan artikel (misal baki merah, piring putih )
- Pastikan pola makan yang biasanya dari individu dan berikan artikel
makan sesuai dengan yang disukai (atau atur artikel makan dalam pola
makan yang menyerupai jam); catat pada rencana pengaturan perawatan
yang digunakan (misal, daging jam 6, kentang jam 9, sayur - sayur jam
12)
- Dorong makan dengan menggunakan tangan ( missal, makan - makanan
roti, daging, buah, hot dog) untuk meningkatkan kemandirian
· Untuk meningkatkan jumlah maksimum kemandirian, berikan alat bantu
adaptif yang diperlukan
- Perlindungan piringu ntuk menghindari terdorongnya makanan keluar
dari piring
- Alat bantu hisap dibawah piring atau mangkok untuk menstabilkan
- Ganggang bantalan pada alat makanan untuk meamanan memegang
- Belatan pergelangan atau tangan dengan klem untuk memegang alat
makan
- Cangkir minuman khusus
- Pisau atau alat pemotong
· Bantu dengan pengadaan jika dibutuhkan: alat pembuka, serbet, sediaan
bumbu, alat pemotong daging, roti, mentega
· Untuk klien dengan kekurangan kognitif
- Berikan lingkungan tenang terisolasi sampai klien dapat untuk makan
dan tidak mudah mengalihkan perhatian dari tugas
- Orientasikan individu atau klien terhadap lokasi dan tujuan dari
perlengkapan untuk makan
- Tempatkan individu atau klien pada posisi paling normal untuk makan,
secara fisik klien dapat makan
- Dorong individu atau klien untuk menjalani tugas, tetapi waspada
terhadap kelemahan, frustasi, atau agitasi

· Untuk individu atau klien yang sangat ketakutan akan keracunan


- Biarkan klien untuk membuka makanan kaleng
- Makan satu potong roti dulu
- Pastikan mendapatkan gaya makanan keluarga
· Kaji untuk meyakinkan bahwa individu dan keluarga memahami alasan dan
tujuan seluruh intervensi

2. Kurang perawatan diri, mandi / hygiene berhubungan dengan penurunan


kemampuan visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
· Dorong individu untuk menggunakan lensa koretif yang diresepkan atau
alat bantu pendengaran
· Pertahankan kehangatan suhu kamar mandi, pastikan suhu air yang disukai
klien
· Berikan privasi selama mandi rutin
· Berikan seluruh perlengkapan mandi dalam batas yang mudah dicapai
· Berikan keamanan dalam kamar mandi (lantai tidak licin, batang pegangan)
· Jika klien secara fisik mampu, dorong penggunaan bak mandi atau
pancuran, tergantung pada fasilitas yang ada dirumah (klien harus latihan di
RS dalam persiapan pulang ke rumah)
· Berikan peralatan adaptif jika dibutuhkan
- Kursi atau tempat duduk tidak ada sandaran sewaktu mandi dengan bak
mandi atau pancuran
- Pemegang spon yang panjang untuk mencapai punggung atau
ekstremitas bawah
- Tempat pegangan pada dinding kamar mandi jika dibutuhkan untuk
mobilisasi
- Papan mandi untuk pindah kekursi
- Alas atau keset kaki yang tidak licin pada lantai kamar mandi, bak
mandi atau pancuran
- Sarung tangan pencuci dengan kantong untuk sabun
- Sikat gigi yang sudah teradaptasi
- Alat pencukur
- Pemegang semprotan pancuran
· Untuk individu dengan kemunduran kognitif:
- Berikan waktu konsisten untuk mandi rutin sebagai bagian dari suatu
program struktur untuk membantu menurukan ansietas
- Pertahankan intruksi sederhana dan hindari pengalihan, orientasi tujuan
adanya perlengkapan mandi
- Jika klien tidak dapat untuk memandiakan keseluruhan tubuh, biarkan
klien memandikan satu bagian tubuhnya sampai dikerjakan dengan
benar, berikan umpan balik positif terhadap keberhasilan
- Aktivitas pengawasan dilakukan samapi klien dapat dengan aman
melaksanakan tugas yang tidak dibantu
- Dorong perhatian terhadap tugas, tetapi waspada terhadap kelelahan
yang dapat meningkatkan ansietas
· Pastikan fasilitas mandi di rumah tersedia dan bantu dalam menentukkan
jika ada berbagai kebutuhan beradaptasi, rujuk keterapi ekupasi atau
pelayanaan sosial untuk membantu dalam mendapatkan pelengkapan yang
dibutuhkan

3. Kurang perawatan diri berpakaian atau berdandan berhubungan dengan penurunan


kemampuan visual dan motorik, kelemahan otot
Intervensi :
· Dorong individu untuk menggunakan lensa korektif yang diresepkan atau
alat bantu pendengaran
· Tingkatkan kemandirian dalam mengenakan pakaian melalui latihan ters
menerus dan tidak dibantu
· Pilih pakaian yang tidak sempit, dengan lengan baju besar dan celana
pendek serta bukan bagian depan
· Sediakan waktu yang cukup untuk mengenakan pakaian dan melepaskan
pakaian, sejak tugas dapat melemahkan, membuat nyeri atau mengalami
kerusakan
· Renacanakan individu untuk belajar dan mendemonsrtasikan satu bagian
dari aktivitas sebelum berkembang lebih lanjut
· Susun pakaian dalam urutan dimana mereka menggunakannya
· Berikan bantuan dalam mengenakan pakaian jika di perlukan (umumnya
beberapa bantuan yang digunakan termasuk gantungan pakaian, penarik
ritsleting, kancing, sendok sepatu yang panjang, pengikat sepatu yang elastis
· Dorong individu atau klien untuk menggunakan pakaian atau luar biasa
daripada pakaian malam
· Berikan privasi selama menggunakan pakaian rutin
· Untuk individual dengan kemunduran kognitif
- Tentukan suatu waktu rutin yang konsisten dalam mengenakan pakaian
untuk memberikan suatau program terstruktr untuk menurunkan ansietas
- Pertahankan instruktsi sederhana dan ulangi instruksi tersebut dengan
sering, hindari pengalihan
- Perkenalkan satu aksesoris pakaian pada suatu waktu
- Dorong perhatian terhadap tugas, waspada terhadp kelelahan dimana
dapat meningkatkan ansietas
· Kaji pemahaman dan pengetahuan individu serta keluarga terhadap
instruksi dan rasional diatas

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal pengkajian : 28 Maret 2012


Jam 08.00 WIB
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. H
TTL : Sampit, 10 November 1942
Jenis kelamin : Perempuan
Golongan darah : O
Pendidikan :-
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin / Janda
TB / BB : 151 cm / 51 kg
Penampilan : Tampak tidak rapi dan tidak terawat
Ciri – ciri tubuh : Rambut beruban, kulit keriput, badan agak bungkuk.
Alamat : Kel. Baamang RT / RW : 07 / 03
Kec. Baamang Tengah Telp / Hp : -
Kabupaten / Kotamadya : Kotawaringin Timur
Orang yang dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telpon : Baamang Tengah

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram

Keterangan : Laki – laki


Garis
keturunan Pasien
Perempuan
Tinggal serumah
Garis
hubungan
Meninggal

2. Riwayat Keluarga
Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
Klien seorang janda dan mempunyai 6 orang anak
Klien tinggal bersama 1 orang anaknya

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :-
Alamat pekerjaan :-
Jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya : -
Jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-
Sumber – sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Klien
mendapat uang bulanan dari anak - anaknya

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal : Permanen (rumah pribadi)
Jenis lantai rumah : Papan
Kondisi lantai : Kering
Tangga rumah : Tidak ada
Penerangan : Cukup
Tempat tidur : Aman, tidak tinggi
Alat dapur : Rapi
WC : Aman, lantai tidak licin
Kebersihan lingkungan : Cukup baik
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 2 orang
Derajat privasi : Cukup terjaga
Tetangga terdekat : Ny. M
Alamat / Telpon : Baamang Tengah

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan / Perjalanan : Keluar kota (mengunjungi anak)

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : L (perawat)
Jarak dari rumah : ± 1 km
Rumah Sakit : RSUD DR. MURJANI / ± 3 km
Klinik : PKM BMG I / ± 1,5 km
Pelayanan kesehatan di rumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari – hari yang dilakukan keluarga : -
Lain – lain :-

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Klien beragama Islam, melaksanakan solat 5 waktu.
Yang lainnya :-

H. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : Klien sering merasa lemah dan
cepat lelah jika
beraktifitas banyak.
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Klien tidak ada menderita
penyakit berat. Paling hanya
sakit kepala, demam, batuk, atau flu biasa.
Keluhan Utama
1. Provocative / Paliative : -
2. Quality / Quantity : -
3. Region : -
4. Severity Scale : -
5. Timing : -
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Jika sakit klien biasa
membeli obat di warung
Obat – obatan
-
Alergi (Catatan agent dan reaksi spesifik)
Obat – obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :-
Penyakit yang diderita
-

I. AKTIVTAS HIDUP SEHARI – HARI (ADL)


Indeks KATZ :A
Oksigenasi : Baik, tidak ada alat bantu
Cairan & Elektrolit : Minum ± 6 gelas / hari, ± 250 ml / gelas
Nutrisi : Nafsu makan baik, makan 3x/hari
Eliminasi : Lancar, tidak ada gangguan
Aktivitas : Mandiri namun terbatas karena klien merasa lemah dan cepat
lelah
Istirahat & Tidur : Tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam
Personal Hygiene : Kurang baik, tampak tidak rapi, dan tidak terawat
Seksual : Tidak ada keinginan untuk berhubungan lagi karena merasa
sudah tua
Rekreasi : Mengunjungi anak di luar kota

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL


Konsep diri :Baik
Emosi :Stabil
Adaptasi :Baik
Mekanisme pertahanan diri : Baik
Status mental :Baik
Tingkat kesadaran :Composmentis
Afasia :Tidak ada
Dimensia :Tidak ada
Orientasi :Normal
Bicara : Normal
Bahasa yang digunakan :Banjar
Kemampuan membaca : Kurang / terbatas
Kemampuan interaksi :Baik
Vertigo :Tidak ada
Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan Intelektual
Sedang)
Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan Intelektual Sedang)
Geriatrik Depression Scale : Skor 4
APGAR : 6 (Sedang)

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum :Baik
Tingkat kesadaran :Composmentis
Tanda – tanda vital :TD 130 / 80 mmHg TB 151 kg
N 72 x/m BB 51 kg
RR 20 x/m
S 36,4

PENGKAJIAN PERSISTEM
§ PERNAFASAN (B1:
BREATHING)
1. Bentuk Dada :
Simetris
2. Sekresi dan Batuk :
Tidak Ada
3. Pola Nafas
a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur
4. Bunyi Nafas
b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : Simetris
6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -
7. Alat Bantu Pernafasan : -

§ CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1. Nadi
Frekuensi : 72x/m dan reguler
2. Bunyi jantung : Normal
3. Letak jantung : Normal
4. Pembesaran jantung : Tidak
5. Nyeri dada : Tidak
6. Edema : Tidak
7. Clubbing finger : Tidak

§ PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat Kesadaran: Composmentis
1. GCS
Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6
Total GCS: 14
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi gerak : Ya
4. Kejang : Tidak
5. Lain-lain : -

§ PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Visus : -
c. Pupil : Isokor
d. Gerak bola mata : Normal
e. Medan penglihatan : Menyempit
f. Buta warna : Tidak
g. Tekanan Intra Okuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
b. Gangguan Penciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran tympani : Keruh
c. Otorrhae : Tidak
d. Gangguan Pendengaran : Ya
e. Tinitus : Ya
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal

§ PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Masalah kandung kemih : Sering
Produksi urine : ± 1000 ml/hari
Frekuensi : ± 4 – 5 x/hari
Warna : Kuning Jernih
Bau : Amoniak

§ PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1. Mulut dan Tenggorokan
a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab
b. Lidah : Hiperemik
c. Kebersihan Rongga Mulut : Berbau
d. Tenggorokan : Tidak ada sakit menelan
e. Abdomen : Kenyal
f. Pembesaran Hepar : Tidak
g. Pembesaran Lien : Tidak
h. Asites : Tidak
2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus
BAB : ± 1 x/hari, Tidak ada masalah
Obat pencahar : Tidak
Lavemen : Tidak

§ OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


1. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas
Kemampuan kekuatan otot:
- Tidak ada fraktur
- Tidak ada dislokasi
- Tidak ada haematom
2. Integumen
Warna kulit : Hiperpigmentasi
Akral : Hangat
Turgor : Tidak Elastik
Tulang belakang : Kiposis

REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

ENDOKRIN
Klien tidak memiliki kelainan endokrin

PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia,
merasa lemah dan sering cepat lelah sehingga terbatas dalam melakukan perawatan
diri.

ANALISA DATA

No
Data Etiologi Problem
.

1. DS : “Saya merasa lemah dan sering KelemahAn otot Kurang perawatan


cepat lelah bila beraktivitas jadi diri
untuk perawatan diri ya seadanya
saja”

DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan
tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
I. PRIORITAS MASALAH
1. Kurang perawatan diri

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kurang perawatan diri b/d penurunan kelemahan otot

RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien mandi 1. Menjaga kebersihan
tindakan keperawatan 2x sehari dan ajarkan dan kelembaban kulit
selama 1 x 24 jam, klien memakai baby oil 2. Menjaga kebersihan dan
klien mampu setiap habis mandi kesegaran mulut
melakukan perawatan 2. Anjurkan klien 3. Menjaga kebersihan
diri dengan kriteria menyikat gigi minimal rambut dan kelembaban
hasil : setiap mandi kulit kepala
1. Klien tampak 3. Anjurkan klien 4. Menjaga
bersih, rapi, dan mencuci rambut rutin kerapianrambut
terawat 3x seminggu, memakai 5. Menjaga kebersihan
2. Klien tampak sehat conditioner dan kuku, menghindari
anjurkan untuk minta terjadi luka karena akan
bantuan orang sulit sembuh
terdekat / anak 6. Menjaga kenyamanan
4. Anjurkan klien dan menjaga agar selalu
menyisir rambutnya rapi dan tidak terjadi
tiap hari dan ditata rapi iritasi
5. Anjurkan klien minta 7. Meningkatkan
bantuan pada orang pengetahuan dan
terdekat / anak untuk kesadaran klien akan
memotong kuku bila pentingnya tetap
panjang, bila bisa melakukan perawatan
mandiri ingatkan untuk diri / menjaga kebersihan
hati – hati dan jangan diri meskipun sudah
terlalu pendek atau lansia
sampai menimbulkan
luka
6. Anjurkan klien untuk
memakai pakaian yang
tidak berbahan kasar,
tidak tebal, mudah dan
nyaman dipakai
7. Berikan penkes
tentang pentingnya
melakukan perawatan
diri / menjaga
kebersihan diri bagi
lansia

IMPLEMENTASI
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. Menganjurkan klien mandi 2x sehari dan Tanggal 28 Maret 2012
mengajarkan klien memakai baby oil setiap Jam 17.00 WIB
habis mandi
2. Menganjurkan klien menyikat gigi S : “Saya sudah mulai mencoba
minimal setiap mandi menjalankan anjuran – anjuran
3. Mengnjurkan klien mencuci rambut rutin untuk perawatan diri saya dan saya
3x seminggu, memakai conditioner dan meminta bimbingan dari anak saya
menganjurkan untuk minta bantuan orang karena saya sudah tua begini tidak
terdekat / anak bisa melakukannya sendiri”
4. Mengnjurkan klien menyisir rambutnya
tiap hari dan ditata rapi O:
5. Menganjurkan klien minta bantuan pada - Klien tampak bersih, rapi, dan
orang terdekat / anak untuk memotong terawat
kuku bila panjang, bila bisa mandiri - Klien tampak sehat
ingatkan untuk hati – hati dan jangan
terlalu pendek atau sampai menimbulkan A : Masalah teratasi
luka
6. Menganjurkan klien untuk memakai P : Lanjutkan intervensi
pakaian yang tidak berbahan kasar, tidak
tebal, mudah dan nyaman dipakai
7. Memberikan penkes tentang pentingnya
melakukan perawatan diri / menjaga
kebersihan diri bagi lansia

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan
perawatan sehari – hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang
berhubungna dengan kebershan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut
dan kuku, serta kebersihan tempat tidur dan posisi tidur.

3.2 SARAN
Perawat mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang kebersihan diri, yaitu sebagai family advocacy. Perawat berperan sebagai
pendamping bagi keluarga baik bagi lansia maupun keluarganya ketika dihadapkan
pada suatu masalah termasuk dalam hal kebersihan diri. Perawat sebagai conselor
perawat di mana perawat dapat memberikan ide atau pendapat kepada lansia dan
kepada keluarga sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Perawat memberikan
asuhan dengan kebutuhan perawat sebagai pendidikan memberikan pendidikan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J, 2000. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC


Nugroho, 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC Kedokteran
Setiabudhi, T & Hardiwinoto, 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria
0

Tambahkan komentar

1.

2.

Mar
3.

31
4.

5.

Asuhan Keperawatan GErontik


dengan Masalah Cairan dan
Elektrolit (kelompok9)
6.

7.

KELOMPOK 8 :
8.

GILANG RAMADAN
9.

ISTIQOMAH
10.

NOVITA SARI
11.

RETNO WULANDARI RIPHA


12.
13.

14.

BAB I
15.

PENDAHULUAN
16.

17.

1.1 Latar Belakang


18.

Air (H 0) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam


tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun
bergantung kepadakandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai
persentase ini dapat bervariasiantara 50-70% dari total beratbadan orang dewasa.Oleh
karenaitu maka tubuh yang terlatih &terbiasa berolahraga sepertitubuh seorang atlet
biasanyaakan mengandung lebih banyakair jika dibandingkan tubuh nonatlet.
19.

Di dalam tubuh, sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi antara lain


adalahsel-sel otot dan organ-organ padarongga badan, seperti paru-paruatau jantung,
sedangkan sel-selyang mempunyai konsentrasi airpaling rendah adalah sel-seljaringan
seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian
bagitubuh manusiaadalahmengkonsumsi1 ml air untuksetiap 1 kkalkonsumsi energy
tubuhataudapat juga diketahui berdasarkan estimasi totaljumlah air yang keluar dari
dalam tubuh. Secara rataratatubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 Lcairan per harinya.
Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluarmelalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400ml
keluar dalam bentuk uap air melalui prosesrespirasi (pernafasan) dan 100 mlkeluar
bersama dengan feces(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-
10gelas (1 gelas ≈240 ml) biasanyadijadikan sebagai pedomandalam pemenuhan
kebutuhancairan per- harinya.
20.

21.

1.2 Rumusan Masalah


22.

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

23.

1. Bagaimana anatomi cairan tubuh?

24.

2. Apa pengertian dari cairan tubuh

25.

3. Apapenyebab terjadinya ketidakseimbangan volume cairan?

26.

4. Bagaimana patofisiologinya?

27.

5. Apasaja tanda dan gejalanya?

28.

6. Sebutkan klasifikasinya?

29.

7. Apa saja pemeriksaan diagnostic?


30.

8. Bagaimana penatalaksanaanna?

31.

9. Apa saja diagnosa keperawatannya?

32.

10. Bagaiamana asuhan keperawatannya?

33.

34.

1.3 Tujuan Penulisan


35.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang cairan dan
elektrolit. Selain itu, makalah ini juga untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik.
36.

37.

1.4 Metode Penulisan


38.

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini berupa tinjauan
pustaka dari berbagai macam sumber data yang memiliki kaitan dengan asuhan
keperawatan gerontik baik melalui buku kepustakaan ataupun melalui kepustakaan dari
media elektronik/dunia maya (internet).
39.

40.
1.5 Sistematika Penulisan
41.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi,
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Daftar Pustaka.
42.

43.

44.

BAB II
45.

PEMBAHASAN
46.

47.

2.1 ANATOMI CAIRAN TUBUH

48.

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya


dapat berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
seseorang. Pada bayi usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1 tahunmengandung air sebanyak 70-
75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentasejumlah cairan
terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki
dewasa50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat
badan.Hal ini terlihatpada tabel berikut :

49.
Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia
50.
Usia Kilogram Berat (%)
Bayi premature 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1-2 tahun 59
11-16 tahun 58
Dewasa 58-60
Dewasa dengan obesitas 40-50
Dewasa kurus 70-75
51.

Dikutip dari : Garner MW: Physiology and pathophysiology of the body


fluid, St.Louis,1981, Mosby.
52.

53.

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi


padaperdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif
maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat.Jika
gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan
bedah, maka resikopenderita menjadi lebih besar.Seluruh cairan tubuh
didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dankompartemen
ekstraselular.Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan
intravaskular dan intersisial.
54.

a. Cairan intraselular
55.

Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada


orangdewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar
70kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakancairan
intraselular.
56.

b. Cairan ekstraselular
57.

Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairanekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengahdari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlahcairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
Inisebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70kg.
58.

Cairan ekstraselular dibagi menjadi:


59.

· Cairan Interstitial
60.

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11-12
liter pada orang dewasa.Cairan limfe termasuk dalam
volumeinterstitial.Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2
kalilipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
61.

· Cairan Intravaskular
62.

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnyavolume


plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6Ldimana 3 liternya
merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah,sel darah putih dan
platelet.
63.
· Cairan Transeluler
64.

Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu


sepertiserebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresisaluran pencernaan.Pada keadaan sewaktu, volume cairan
transeluleradalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat
masuk dankeluar dari ruang transeluler.
65.

66.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit.
67.

· Elektrolit
68.

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
69.

Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kationdan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
70.

o Kation
71.

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkankation utama
dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).Suatusistem pompa terdapat di dinding
sel tubuh yang memompa keluar sodiumdan potassium ini.
72.

73.
74.

o Anion
75.

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) danbikarbonat (HCO3-),
sedangkan anion utama dalam cairan intraselularadalah ion fosfat (PO43-).Karena
kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinyasama maka nilai
elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraselulertetapi tidak
mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
76.

a) Natrium
77.

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan didalam
mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter. Kadarnatrium
dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
78.

- Left atrial stretch reseptor


79.

- Central baroreseptor
80.

- Renal afferent baroreseptor


81.

- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)


82.

- Atrial natriuretic factor


83.

- Sistem renin angiotensin


84.
-Sekresi ADH
85.

-Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
86.

87.

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB


dapatberubah-ubah.Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter
dankeringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
88.

Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupunke
dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare)sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi
disertai kekurangannatrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti
dengan air dan natriumdari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus
berlangsung, air akan ditarik daridalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat
dipertahankan terjadilahkegagalan sirkulasi.
89.

b) Kalium
90.

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperanpenting di


dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalamtubuh
sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak
dapatberpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel.Kadar kalium
plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.Keseimbangan kalium
sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresikalium lewat urine 60-
90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.
91.

c) Kalsium
92.

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkanlewat
faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada
intake,besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi
olehkelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar
(99%)ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat
dalamsel.
93.

d) Magnesium
94.

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan.Kebutuhan unruk pertumbuhan +10


mg/hari.Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
95.

e) Karbonat
96.

Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasilakhir
daripada metabolisme.Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekalibikarbonat
yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dansangat
penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.
97.

98.

· Non elektrolit
99.

Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat
100.

lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.


101.
102.

2.1 PENGERTIAN CAIRAN TUBUH

103.

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi
oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel.
Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah
cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.

104.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi


tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

105.
106.

2.2 PENYEBAB TERJADINYA CAIRAN TUBUH

107.

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan


tubuh yangpaling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling
umum adalah kehilangan cairandi gastrointestinal akibat muntah,
penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula.

108.

Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera


jaringan lunak, infeksi,inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus,
dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangancairan yang cepat akan
menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat danjantung.
Pada kehilangan cairan yang lambat lebih sdapat ditoleransi sampai
defisi volumecairan ekstraselular yang berat terjadi.

109.

110.

2.3 PATOFISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

111.

Proses Pergerakan Cairan Tubuh


112.

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan


113.

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak


membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan
energi.Difusi dan osmosis adalahmekanisme transpor pasif.Sedangkan mekanisme
transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.
114.

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:


115.

a) Osmosis
116.

Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membrane semipermeabel


(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutanberkadar lebih
tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeable terhadap air,
sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama.Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidakdapat dilalui
zat terlarut misalnya protein.
117.

Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan tekananosmotik
kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat).Larutan dengan
tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkanlebih tinggi disebut
hipertonik.
118.

b) Difusi
119.

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
darikonsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik
pembuluhdarah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut.Jadi
difusitergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.
120.

c) Pompa Natrium Kalium


121.

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ionnatrium
keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dariluar ke
dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaanhiperosmolar
di dalam sel.
122.

123.

124.

2.4 TANDA DAN GEJALA KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN


DAN ELEKTROLIT

125.

Perubahan cairan tubuh


126.

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :


127.

1. Perubahan volume
128.

129.

130.

131.

132.

133.
Tabel.3 Tanda-tanda klinis dehidrasi
134.

135.

Symptom/Sig Dehydratio Moderate Dehydration


n Mild n Severe
Dehydration
Level of Alert Lethargic Obtunded
consciousness
*
Capillary 2 Seconds 2-4 Greater than
refill* Seconds 4
seconds, cool
limbs
Mucous
Membranes* Normal Dry Parched,
cracked
Tears* Normal Decrease Absent
d
Heart rate Slight Increased Very
increase increased
Respiratory Normal Increased Increased
rate and
hyperpnea
Blood Normal Normal, Decreased
pressure but
orthostasi
s
Pulse Normal Thready Faint or
impalpable
Skin turgor Normal Slow Tenting
Fontanel Normal Depresse Sunken
d
Eyes Normal Sunken Very sunken
Urine output Decreased Oliguria Oliguria/anu
ria
136.

137.

* Best indicators of hydration statuss


138.

Tabel. 4 Derajat dehidrasis


139.
Dehidrasi Dewasa Anak
Ringan 4% 4%-5%

Sedang 6% 5 % - 10 %
Berat 8% 10 % - 15 %
Shock 15-20% 15 % - 20%
140.

asi Dewasa
141.

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan


kebutuhan
142.

cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.
143.

Beberapa pendekatan terangkum dalam tabel 5.


144.

145.
Tabel.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit
146.

Tabel.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar


147.

Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan,


cairan rumatanyang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung
disesuaikan.
148.

149.

Cararehidrasi:
150.

1) Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan
(D) =derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
151.

2) Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24


jamatau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
152.

3) Pemberian cairan :
153.

o 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot)


154.

o 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot)


155.

156.

Kelebihan volume
157.

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenic


(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan
NaClataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan air)
ataupundapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun
gagaljantung kongestif.Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi
kelebihancairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
158.

159.

160.

161.

2. Perubahan konsentrasi
162.

- Hiponatremia
163.

Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi,iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
makaakan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleheuvolemia
(SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal,diare, muntah, third
space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).
164.

Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ ≥ 125 mg/L) atau NaCl3%
ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
165.
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahanlahan,sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung
Naserum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:
166.

Na= Na1 – Na0 x TBW


167.

keterangan :
168.

Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)


169.

Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan


170.

Na0 = Na serum yang actual


171.

TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)


172.

- Hipernatremia
173.

Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahanmental, letargi,
kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan olehkehilangan cairan (diare,
muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringatberlebihan), asupan air kurang, asupan
natrium berlebihan. Terapi keadaan iniadalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose
dalam air sebanyak {(X-140) xBB x 0,6}: 140.
174.

- Hipokalemia
175.

Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kaliumdari cairan
ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar totalkalium tubuh. Tanda
dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,perubahan EKG (QRS segmen
melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapatberupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis,
hipomagnesemia, obat-obatan), infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild
hipokalemia ;>2 mEq/L) atauinfus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan
monitoring oleh EKG (untukhipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG,
kelemahan otot yanghebat).Rumus untuk menghitung defisit kalium:
176.

K = K1 – K0 x 0,25 x BB
177.

Keterangan :
178.

K = kalium yang dibutuhkan


179.

K1 = serum kalium yang diinginkan


180.

K0 = serum kalium yang terukur


181.

BB = berat badan (kg)


182.

- Hiperkalemia
183.

Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atauobat
yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin,diuretik). Tanda
dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat(parestesia, kelemahan otot) dan
sistem kardiovaskular (disritmik, perubahanEKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat
berupa intravena kalsium klorida 10%dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq
dalam 5-10 menit, atau diuretik,hemodialisis.
184.

185.

1) Perubahan komposisi
186.

- Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)


187.

Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkanventilasi
alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat dariventilasi yang tidak
adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis,pneumonia, efusi pleura, nyeri dari
insisi abdomen atas, distensi abdomen danpenggunaan narkose yang berlebihan.
Manajemennya melibatkan koreksi yangadekuat dari defek pulmonal, intubasi
endotrakeal, dan ventilasi mekanis bilaperlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene
trakeobronkial saat post operatif adalah sangat penting.
188.

- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)


189.

Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yangdibantu.Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosisterjadi
sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untukmengkoreksi
masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia,penggunaan yang tepat
dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium yangterjadi.
190.

- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)


191.

Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau


kehilanganbikarbonat.Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula
ususkecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.Kompensasi awal yang terjadiadalah
peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2.Penyebab paling umum adalahsyok, diabetik
ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunanmetanol.Terapi sebaiknya
ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari.
192.

Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanyasetelah
kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
193.

- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)


194.

Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan bikarbonatdan
diperburuk oleh hipokalemia.Masalah yang umum terjadi pada pasien bedahadalah
hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular.Terapiyang digunakan
adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekuranganpotasium. Koreksi alkalosis
harus gradual selama perode 24 jam denganpengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit
yang sering.
195.

196.

2.5 KLASIFIKASI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

197.

§ Dehidrasi
198.

Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum


darinatrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139
mEq/L) atauhipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan
yang paling seringterjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau
hiponatremik sekitar 5-10% darikasus.
199.
1) Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir
samadengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan
natrium besarnyarelatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun
kompartemen ekstravaskular.
200.

2) Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan


dengankandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan
hipertonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan natrium yang lebih
banyak dibandingkan air yang hilang. Karenakadar natrium serum rendah,
air di kompartemen intravaskular berpindah kekompartemen
ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular.
201.

3) Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan


dengankandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan
hipotonis). Secara garisbesar terjadi kehilangan air yang lebih banyak
dibandingkan natrium yang hilang. Karenakadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemenintravaskular,
sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.
202.

203.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

204.

1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam – basa dalam darah dengan


menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)

205.

2. Pemeriksaan eletrolit terutama kadar Natrium, Kalium, dan Fofor dalam


serum.
206.

207.

2.7 PENATALAKSANAAN

208.

Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal

209.

Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat


berubah olehstres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh
adanya cedera padaparu-paru, kulit atau traktus gastrointestinal.

210.

Pada keadaan normal, seseorang mengkonsumsi air rata-rata sebanyak


2000-2500ml per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan padat dengan
kehilangan cairan rata-rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir
600 ml kehilangan cairan yangtidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan
paru-paru.

211.

Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari metabolisme


oksidatifdari karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari,
cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari
makanan padat sekitar800-1000 ml tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi
dari ekskresi urin (rata-rata1500 ml tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang
dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik),kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6
ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa yang mana volume kehilangan
bertambah pada keadaan demam yaitu 100-150 ml tiapkenaikan suhu tubuh 1
derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37 derajat celcius dansensible loss yang
banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-
paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss), traktus gastrointestinal (100-
200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap hari jika terdapat
penyakitdi traktus gastrointestinal), third-space loses.

212.

213.

Tabel.2 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasaID
GAINS FLUID LOSES

214.
FLUID GAINS FLUID LOSES
Oxidative 300 ml Kidneys 1200-1500 ml
Metabolism Skin 500-600 ml
Oral fluids 1100-1400 ml Lungs 400 ml
Solid foods 800-1000 ml GI tract 100-200 ml
TOTAL 2200-2700 ml TOTAL 2200-2700 ml
215.

216.

217.

218.

219.

220.
221.

222.

223.

224.

225.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN

226.

ANALISA DATA
227.

No. Keluhan / Data Etiologi Problem


Data objektif : Diare; kehilangan Ketidakseimbangan
1. Klien merasa lemah cairan lambung; volume cairan kurang
2. Klien merasa haus secara diaphoresis; dari kebutuhan tubuh
berlebihan polyuria.

Data subjektif :
1. Kelemahan
2. Haus
3. Penurunan turgor kulit /
penurunan intensitas tidur
4. Membrane mukosa / kulit kering
5. Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume / tekanan nadi
6. Pengisian vena menurun
7. Perubahan status mental
8. Konsentrasi urine meningkat
9. Temperature tubuh meningkat
10. Hemtokrit tinggi
11. Kehilangan berat badan seketika
228.
229.

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

230.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


231.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


232.

A. DATA BIOGRAPI
233.

Nama : Ny.” R ”
234.

TTL : 6 – agustus -1942


235.

Jenis Kelamin : perempuan GOL.darah: O


236.

Pendidikan : SD
237.

Agama : islam
238.

TB/BB : 153 Cm, 42 kg


239.

Penampilan : rapi,bersih ciri-ciri tubuh: rambut beruban


240.

Alamat : kel: basirih hulu RT/RW: 5 / 3


241.

kec: mentaya hilir selatan


242.

kabupaten: kotawaringin timur


243.

Orang Terdekat : anak


244.

Hubungan : keluarga
245.

Alamat/telp : JL. Mujahidin / 085752xxxx


246.

247.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
248.

1. Genogram
249.
xxxx
250.

251.

252.

253.

254.

255.

keterangan : : laki-laki : garis keturunan


256.

: perempuan ------ : garis serumah


257.

: garis hubungan x : meninggal


258.

: klien
259.

2. Riwayat Keluarga
260.

Aklien adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara.klien berasal dari keluarga


yang tidak berada.orang tua klien sudah meninggal,dan suami klien sudah
meninggal 5 tahun yang lalu.klien tinggal bersama ke-2 anaknya. orang
tua laki-laki klien meninggal karena hipertensi dan ibu klien meniggal
karena sakit.
261.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
262.

Pekerjaan saat ini : -


263.

Alamat pekerjaan : -
264.

Jarak dari rumah : -


265.

Alat transportasi : -
266.

Jarak dari rumah : 4000 km


267.
Alat transportasi : jalan kaki
268.

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh anak klien dan klien tinggal
bersama anaknya.
269.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


270.

Type tempat tinggal : kayu


271.

Jenis lantai rumah : kayu


272.

Kondisi lantai : kering


273.

Tangga rumah : tidak ada


274.

Penerangan : cukup
275.

Tempat tidur : tidak aman


276.

Alat dapur : tertata rapi


277.

WC : ada (tidak aman, lantai licin tidak ada pegangan)


278.

Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang yang membahayakan)


279.

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 7 orang


280.

Derajat privasi : klien merasa cukup dihargai dirumah


281.

Tetangga terdekat : ny “ S ” hubungan : keluarga


282.

Alamat/tlfn : jl. Mujahidin / 085349xxxx


283.

E.RIWAYAT REKREASI
284.

Hobby/minat : klien suka memasak dan membuat kue


285.

Keanggotaan Organisasi : Tidak Ada


286.

Liburan/perjalanan : klien lebih sering berdiam diri dirumah dan


jarang melakukan refresing
287.

F. SISTEM PENDUKUNG
288.

Perawat : disekitar rumah klien tnggal salah seorang tenaga kesehatan


puskesmas
289.

Jarak dari rumah : 1000 km


290.

Klinik : 5000 km
291.

Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada


292.
Makanan yang dihantarkan : tidak ada
293.

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : tidak ada


294.

Lainnya : klien masih mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
295.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
296.

Kebiasaan ritual : klien shalat 5 waktu dan menjalankan puasa ramadhan


297.

H. STATUS KESEHATAN
298.

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : klien mengatakan sering
mengeluh pusing dan kurang nafsu makan
299.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan pernah
mengalami diare.
300.

Keluhan utama : diare


301.

1. Provocative :
302.

2. Quality/quantity:
303.

3. Region :
304.

4. Severity scale :
305.

5. Timing :
306.

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :


307.

Obat – obatan :
308.
No. Nama obat Dosis Keterangan
1. NEO ENTROSTOP 2X1 Obat anti diare

309.

310.

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)


311.

Obat-obatan : tidak ada


312.

Makanan : tidak ada


313.

Factor lingkungan : tidak ada


314.

Penyakit yang diderita


315.

Hipetensi, lainnya : batuk,pilek,demam ,panas sakit kepala


316.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


317.

Indeks KATZ : A / B / C / D / E / F / G
318.

Oksigenasi : klien tidak menggunakan O2


319.

Cairan & elektrolit : air putih 1800 ml


320.

Nutrisi : klien makan 3x sehari


321.

Eliminasi : klien BAB 5x/ hari, BAK 3X


322.

Aktivitas : klien dapat beraktivitas dengan baik


323.

Istirahat & tidur : klien tidur ± 6 – 7 jam


324.

Seksual : klien tidak berkeinginan lagi untuk melakukan hubungan


suamiIstri
325.

Rekreasi : klien jarang rekreasi dan sering dirumah


326.

327.

328.

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF, DAN PERSEPTUAL


329.

Konsep diri : baik


330.

Emosi : stabil
331.

Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan keluarga dan tetangga


332.

Mekanisme pertahanan diri: klien dapat mempertahankan diri dengan baik


333.

Status mental
334.

Tingkat kesadaran : compos mentis


335.

Afasia : tidak
336.

Dimensia : tidak
337.

Orientasi : normal
338.

Bicara : normal
339.

Bahasa yang digunakan:bahasa banjar


340.

Kemampuan membaca : bisa


341.

Kemampuan interaksi : sesuai


342.

Vertigo : tidak
343.

Short portable mental status quetionaire (SPMSQ) : 0 – 2 fungsi menta


utuh
344.

Mini – mental state exam (MMSQ) :0 – 2 kesalahan : baik


345.

Geriatrik depresion scale :skor 5 – 9 =kemungkinan depresi


346.

Apgar : rendah
347.

K. TINJAUAN SISTEM
348.

Keadaan umum : baik


349.

Tingkat kesadaran : compos mentis


350.

Tanda- tanda vital : TD : 110/80 mmHg NADI : 88 x/m


351.

RR : 20 x/m SUHU : 36,5 0C


352.

TB : 153 cm BB : 42 kg
353.

354.

PENGKAJIAN PERSISTEM
355.

PERNAFASAN (B1 : BREATHING)


356.

1. bentuk dada
357.

358.

Simetris funne chestl


359.

asimetris pigeons chest


360.

barrel chest
361.

362.

2. sekresi dan batuk


363.

batuk: ya tidak
364.

365.

sputum: ya tidak
366.

warna :
367.

nyeri waktu bernafas : tidak


368.

369.

3. pola nafas
370.

a. frekwensi nafas : 20 x/ menit : regular


371.

4. bunyi nafas
372.
a. normal
373.

vasikuer disemua lapangan dada


374.

bronchial di manubrium sternum


375.

broncho vesikuler di intracosta 2 dipercabanga bronchus


376.

5. pergerakan dada : intercostal


377.

6. tractil fremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun


378.

7. alat bantu pernafasan : tidak ada


379.

CARDIOVASCULAR (B2 : BLEEDING)


380.

1. Nadi
381.

382.

383.

frekuensi : 88 x/menit
384.

regular kuat
385.

386.

irregular lemah
387.

388.

2. Bunyi jantung
389.

Normal
390.

Tambahan Ada Tidak,jelaskan


391.

3.Letak jantung
392.

ictus cordis teraba pada


393.

4. Pembesaran jantung
394.

395.

Ya Tidak
396.

5.Nyeri Dada
397.

398.

Ya Tidak
399.

6.Edema
400.

Palpebra anasarka ekstremitasatas


401.

402.

asites tidak ada ekstremitas bawah


403.

7. Clubbing Finger
404.

405.

Ya Tidak
406.

PERSARAFAN (B3: Brain)


407.

408.

Tingkat Kesadaran:
409.

compos mentis apatis samnolen sopor


410.

koma
411.

1. GCS:
412.

Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6


413.

Total GCS: 15
414.

2. Refleks
415.

416.

Normal parese hemi parese


417.

Babinsky paraplegi tetraplegia


418.

419.

3.koodinasi gerak : ya tidak


420.
4. kejang : ya tidak
421.

5.lain-lain :
422.

PENGINDERAAN (persepsi sensori)


423.

1. Mata (penglihatan)
424.

425.

a. Bentuk
426.

Normal enoftalmus
427.

eksoptalmus lain
428.

b. visus
429.

c. pupil
430.

iskor unisokor refleks cahaya


431.

miosis midriasis positif negative


432.

d. Gerak bola mata :


433.

434.

normal menyempit
435.

e. Medan penglihatan:
436.
f. Buta warna :
437.

438.

Ya,jenis tidak
439.

g. Tekanan Intra Okuler :


440.

441.

meningkat tidak
442.

443.

2. Hidung (Penciuman)
444.

a. bentuk : normal denasi


445.

446.

b. gangguanpenciuman : ya tidak
447.

3. Telinga (Pendengaran)
448.

449.

a. aurikel : normal anomaly keterangan


450.

451.

452.

b. membrane tympani
453.
terang keruh kemerahan
454.

intake perforasi
455.

c. otorrhoea
456.

ya,jenis
457.

458.

d. gang guan pendengaran : ya tidak


459.

460.

e. tinnitus : ya tidak
461.

4. perasa
462.

463.

normal tremor parese lain-lain,sebutkan


464.

465.

466.

5. peraba
467.

468.

normal kelainan,sebutkan
469.

470.
PERKEMIHAN – ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)
471.

masalah kandung kemih


472.

473.

tidak ada masalah menetes incosntinensia


474.

oliguria nyeri retensi


475.

polyuria panas hematuria


476.

dysuria sering nokturia


477.

pasang kateter sistostomi nokturia


478.

produksi urine: 1800 ml/hari frekuensi : 5x/hari


479.

warna: kuning bau : amoniak


480.

PENCERNAAN ELIMINASI ALVI( B5: BOWEL)


481.

1. Mulut dan tengorokan


482.

a.mulut
483.

selaput lendir mulut


484.

485.

lembab merah stomatitis


486.
b. lidah
487.

hiperemik kotor lain lain


488.

c. kebersihan rongga mulut


489.

tidak berbau berbau gigi bersih gigi kotor


490.

d. tenggorokan
491.

sakit menelan/ nyeri menelan


492.

sulit menelan lain-lain


493.

e. abdomen
494.

kenyal tegang kembung


495.

nyeri tekan, lokasi


496.

497.

benjolan, lokasi
498.

f. pembasaran hepar : ya tidak


499.

g. pembesaran lien : ya tidak


500.

501.

h. asites : ya tidak
502.
i. lain-lain
503.

2.masalah usus besar dan rectum / anus


504.

BAB :5X/hari
505.

506.

tidak ada masalah diare menelan


507.

konstipasi faeses berdarah colostomy


508.

inkontinensia feses berlendir wasir lain-lain


509.

510.

obat pencahar : ya tidak


511.

512.

lavamen : ya tidak
513.

514.

515.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


516.

1. otot dan tulang


517.

kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM)


518.

519.
bebas terbatas
520.

kemampuan kekuatan otot


521.

522.

tidak ya lokasi
523.

dislokasi
524.

525.

tidak ya lokasi
526.

haematom
527.

528.

tidak ya lokasi
529.

530.

2. integument
531.

warna kulit : akral:


532.

533.

ikterik hangat
534.

seasonik panas
535.

pucat dingin kering


536.
kemerahan dingin basah
537.

538.

hyperpigmentasi
539.

turgor : elastic tidak elastic


540.

tulang belakang
541.

lordosi: kiposis: scoliosis: lain-lain ,sebutkan


542.

543.

REPRODUKSI
544.

laki-laki :
545.

kelamin bentuk : normal tidak normal,keterangan


546.

kebersihan alat kelamin: bersih kotor keterangan


547.

perempuan
548.

payudara
549.

bentuk : simetris asimetris


550.

benjolan : ya tidak
551.

kelamin
552.

bentuk : normal tidak


553.

keputihan : ada tidak keterangan


554.

siklus haid 28 hari


555.

556.

ENDOKRIN
557.

558.

1. factor alergi
559.

ya tidak
560.

manifestasi :…………
561.

cara mengatasi :…………


562.

2.kelainan endokrin
563.

tidak ada kelainan pada endokrin


564.

565.

566.

567.
568.

PENGETAHUAN
569.

pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :


570.

klien saat merasa sakit langsung kepuskesmas diantar keluarganya


571.

572.

573.

574.

575.

576.

577.

578.

579.

580.
581.

582.

583.

584.

585.

586.

587.

588.

589.

590.

591.

592.
593.

594.

595.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


596.

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA


597.

Nama klien : Ny.”R” Tanggal : 29 – maret - 2012


598.

Jenis Kelamin : perempuan Umur : 70 tahun


599.

Agama : islam Suku : banjar


600.

Alamat : kel: basirih hulu


601.

Pewawancara :
602.

SKOR NO Pertanyaan Jawaban


+ -
1. Tanggal berapa hari ini ? 29 maret 2012
2. Hari apa sekarang ini? Kamis
3. Apa nama tempat ini? Rumah
4. Dimana alamat anda? Jl. sarigading
5. Berapa umur anda? 72 tahun
6. Kapan anda lahir? ?
7. Siapa nama presiden Indonesia sekarang? SBY
8. Siapa presiden sebelumnya? Mega wati
9. Siapa nama kecil ibu anda? Siti halimah
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 15 – 5= 10
dari setiap angka baru,semua secara 25 - 5 =10
menurun! 21 - 5 = 16

603.

604.

605.

606.

607.

608.

609.

610.

611.

612.

613.

614.
615.

616.

Nama klien : Ny.”R”


617.

No.Reg :
618.

Ruang :
619.

MINI MENTAL SKORE


620.
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh) √
2. Hari apa hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no.telp,bila tidak ada,no. rumah /jalan √
5. Berapakah usia anda? √
6. Kapan anda lahir? (tanggal/bulan/tahun) -
7. Siapa nama presiden Indonesia sekarang? √
8. Siapa nama presiden sebelumnya? -
9. Siapa nama ibumu sebelum menikah? √
10. 20 dikurang 3 dan seterunya? √
621.

622.

JUMLAH KESALAHAN
623.

0-2 Kesalahan : Baik


624.

3-4 kesalahan :Gangguan Intelektual Ringan


625.
5-7 kesalahan : Gangguan Intelektual Sedang
626.

8-10 kesalahan : Gangguan Intelektual Berat


627.

HASIL :0 – 2 kesalahan : baik


628.

629.

630.

631.

632.

633.

634.

635.

636.

637.

638.
639.

Nama klien :Ny.”R”


640.

No. Reg :
641.

Ruang :
642.

INDEKS KATZ ( AKS)


643.

Katz A Mandiri dalam :


1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Toilet,
4. Berpindah
5. Kontinen BAK/BAB
6. Makan
Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
Katz C Mandiri,kecuali mandi
Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas
Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1 fungsi
diatas
Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet, Berpindah&
1 fungsi diatas
Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas
644.

645.

646.
647.

648.

649.

650.

651.

652.

653.

654.

Nama Klien : Ny.”R”


655.

No. Reg :
656.

Ruang :
657.

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA DEPRESI)


658.
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS DENGAN TIDAK √
KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN √ YA
BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN ANDA √ YA
KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? √ YA
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT TIDAK √
YANG BAIK SETIAP SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU √ YA
YANG BURUK AKAN TERJADI PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK TIDAK √
SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK √ YA
BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH YA
DARI PADA PERGI KELUAR DAN
MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI √ YA
BANYAK MASALAH DENGAN DAYA INGAT
ANDA DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP ANDA TIDAK√
SEKARANG MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK BERHARGA √ YA
SEPERTI PERASAAN ANDA SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH SEMANGAT? TIDAK√
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA KEADAAN √ YA
ANDA TIDAK ADA HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG LAIN √ YA
LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI PADA
ANDA?
659.

*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR “ 1”


( SATU)KETERANGAN :
660.

SKOR 5-9 : KEMUNGKINANA DEPRESI


661.
SKOR 10 ATAU LEBIH : DEPRESI
662.

HASIL : skor 5 – 9 = kemungkinan depresi


663.

Nama klien :Ny.”R”


664.

No.Reg :
665.

Ruang :
666.

SKORE NORTON
667.
NO KEADAAN PASIEN SKOR
1. KONDISI FISIK UMUM
Baik 4 √
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat Buruk 1
2. KESADARAN
Komposmentis 4 √
Apatis 3
Konfus/spoor 2
Stupor/koma 1
3. AKTIVITAS
Ambualan 4 √
Ambualan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
4. MOBILITAS
Bergerak bebas 4 √
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tiduran 1
5. INKONTINENSIA
Tida ada 4
Kadang-kadang 3 √
Sering inkontinensia urine 2
Inkontinensia alvi dan urine 1
668.

669.

670.

KATEORI SKOR
671.

16-20 : kecil sekali /tidak terjadi


672.

12-15 :kemungkinan terjadi kecil


673.

< 12 :kemungkinan besar terjadi


674.

HASIL : 19, kecil sekali / tidak terjadi


675.

676.

677.

Nama klien :Ny.”R”


678.

No. Reg :
679.

Ruang :
680.

APGAR
681.

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada keluarga Adaptation 2
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga saya (teman-teman) Partnership 1
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga (temen-temen) saya Growth 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (temen-temen) saya Affection 1
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5. Saya puas dengan cara temen-temen saya dan saya Resolve 2
menyediakan waktu bersama-sama

Penilaian Total 8
Peryataan-peryataan yang dijawab :
selalu : skore 2
kadang-kadang :skore 1
hampir tidak pernah :skore 0
>3 = tinggi
4-6= menengah / sedang
7-10= rendah
682.

683.

684.

685.
686.

687.

688.

689.

690.

691.

ANALISA DATA
692.

No. Keluhan / Data Etiologi Problem


1. DO : Klien mengatakan, “Saya berak cair Diare Ketidakseimbangan
terus – menerus kurang lebih 5x hari ini.” volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh
DS :
1. k/u lemah
2. Klien nampak haus
3. Membrane mukosa kering
4. TTV :
TD = 110/80 mmHg RR = 20 x/m
S = 36,5 oC N = 88 x/m
5. BB sebelum sakit = 45 kg
6. BB sesudah sakit = 42 kg
7. TB = 153 cm
8. Minum = 1800 ml/hari
9. BAB = 5x/hari

693.
694.

I. PRIORITAS MASALAH
695.

1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh


696.

697.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


698.

1. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan diare.
699.

700.

RENCANA KEPERAWATAN
701.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan Mandiri :
tindakan keperawatan 1. Pantau masukan dan 1. Dengan pemantauan
selama 1 x 24 jam haluaran tersebut dapat dievaluasi
diharapkan cairan keaktifan terapi.
dalam tubuh klien
terpenuhi dengan
criteria hasil :
1. Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan
berat badan, berat
jenis urine normal, 2. Perubahan tekanan
hematokrit normal. 2. Pantau tanda vital darah dan nadi dapat
2. Tanda – tanda digunakan perkiraan
vital dalam batas kasar darah atau
normal menunjukkan perubahan
3. Tidak ada tanda – pada klien.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik,
membrane mukosa 3. Untuk mengetahui
lembab, tidak ada 3. Monitor adanya tanda sedini mungkin
rasa haus yang – tanda dehidrasi. seandainya terjadi
berlebihan. dehidrasi.

4. Anjurkan untuk 4. Menyeimbangkan


minum ± 1500 – 2500 output yang berlebihan.
ml / hari.

5. Agar klien menjadi


5. Dorong keluarga lebih nyaman dengan
untuk membantu klien adanya keluarga yang
makan. memperhatikan
nutrisinya.

6. Agar klien merasa


6. Tawarkan snack (jus / tertarik dan
buah – buahan segar) memakannya maupun
atau makanan meminumnya dengan
kesukaannya. harapan dapat membantu
kebutuhan nutrisinya.

Kolaborasi : 7. Mengetahui apakah


7. Pertahankan cairan cairan tersebut masuk ke
parenteral dan dalam tubuh secara
elektrolit. periodic agar tidak
terjadi diare misalnya.
702.

703.

704.

IMPLEMENTASI
705.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 S = Klien mengatakan, “Saya
1. Memantau masukan dan haluaran berak cair terus – menerus kurang
Hasil : lebih 5x hari ini.”
Intake :
Minum = ± 1800 ml/hari O=
Output : 1. k/u lemah
BAB = ± 800 ml/hari 2. Klien nampak haus
IWL = 3. Membrane mukosa kering
± 630 4. TTV :
ml/hari + TD = 110/80 mmHg
=± RR = 20 x/m
1430 ml/hr S = 36,5 oC
BC : I – N = 88 x/m
O 5.
= BB sebelum sakit = 45 kg
1800 6.– BB sesudah sakit = 42 kg
1430 7. TB = 153 cm
= + 270 ml/hari 8. Minum = ± 1800 ml/hari
9. BAB = 5x/hari
2. Memantau tanda vital 10. IWL = 630 ml/hari
Hasil :
TTV : A = Masalah keperawatan
TD = 110/80 mmHg ketidakseimbangan volume cairan
RR = 20 x/m kurang dari kebutuhan tubuh
S = 36,5 oC belum teratasi.
N = 88 x/m

3. Monitor adanya tanda – tanda dehidrasi. P = Lanjutkan intervensi :


Hasil : klien nampak haus, membrane Mandiri :
mukosa kering. 1. Monitor masukan dan haluaran
2. Monitor tanda vital
4. Menganjurkan untuk minum ± 1500 – 3. Observasi adanya tanda –
2500 ml / hari. tanda dehidrasi.
Hasil : minum = ± 1800 ml/hari 4. Evaluasi jumlah minum
klien antara ± 1500 – 2500
5. Mendorong keluarga untuk membantu ml / hari.
klien makan. Kolaborasi :
Hasil : keluarga klien tidak ada yang 5. Evaluasi cairan parenteral dan
membantu klien makan. elektrolit.

6. Tawarkan snack (jus / buah – buahan


segar) atau makanan kesukaannya.
Hasil : klien makan – makanan yang telah
disediakan anaknya.

7. Mempertahankan cairan parenteral dan


elektrolit.
Hasil : klien sering minum air putih atau air
teh.
706.

707.

708.

709.

710.

BAB III
711.

PENUTUP
712.

713.

714.

1.1 KESIMPULAN
715.

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat


berubahtergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi
usia< 1tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1
tahunmengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang
persentasejumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki
dewasa50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.
716.
717.

718.

719.

720.

721.

722.

723.

724.

725.

726.

727.

728.

729.

730.
731.

732.

733.

734.

735.

736.

737.

738.

739.

740.

741.

742.

743.
744.

DAFTAR PUSTAKA
745.

746.

1. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.
747.

2003;47(5):380-387.
748.

2. Kaswiyan U. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.


749.

Fakultas KEdokteran Unpad/ RS. Hasan Sadikin. 2000.


750.

3. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative


dehydrationdoes
751.

it improve outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93


752.

4. Keane PW, Murray PF. Intravenous fluids in minor surgery. Their effect on
recovery
753.

from anaesthesia. 1986; 41: 635-7.


754.

5. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th ed. Missouri:
755.

Elsevier-mosby; 2005.p3-227
756.

6. Guyton AC, Hall JE.Textbook of medical physiology. 9th ed. Pennsylvania: W.B.
757.
saunders company; 1997: 375-393
758.

7. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan. Ed.
759.

Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002


760.

8. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2nd ed.
Pennsylvania:
761.

Springhouse; 2002:3-189.
762.

9. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york:
763.

McGraw-Hill; 1999:53-70.
764.

10. Silbernagl F, Lang F. Color atlas of pathophysiology. Stuttgart: Thieme; 2000:


122-3.
765.

11. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University - Center for
766.

Veterinary Health. 2006. (Diakses tanggal 29 September2007). Tersedia dari:


767.

http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm
768.

12. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi intensif
FK
769.

Undip: Semarang; 2004: 1-60.


770.
13. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th ed.
771.

Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97.


772.

14. Sunatrio S. Resusitasi cairan. Jakarta: Media aesculapius;2000:1-58.


773.

15. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar [dikutip
6
774.

Okt 2007]. Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.


775.

16. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003


776.

17. Grsaber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia; 2003: 17-
40.
777.

778.

779.

780.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


781.

0
782.

Tambahkan komentar

783.

1.
2.

Mar
3.

31
4.

5.

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA
LANSIA (kelompok9)
6.

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA


LANSIA
7.

8.

9.

DI SUSUN OLEH :
10.

AHMAD RIZKI FAUJI


11.

RISTI WULANDARI
12.

SITI ROHANA
13.

YOGA ADI SAPUTRA


14.

MOHAMAD ARIFIN
15.
16.

AKADEMI KEPERAWATAN
17.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


18.

Tahun 2012
19.

SAMPIT
20.

21.

22.

23.

KATA PENGANTAR
24.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmad dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswa/I Akper Pemkab Kotim maupun para pembaca untuk
bidang Ilmu Pengetahuan.
25.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur . Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
26.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang


telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
27.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
28.

29.

30.

31.

32.

33.

Sampit, Maret 2012


34.

35.

Penulis
36.

37.

38.

39.

40.

41.
42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

DAFTAR ISI
49.

50.

KATA
PENGANTAR ....................................................................................................... i
51.

DAFTAR
ISI ..................................................................................................................... ii
52.

BAB I PENDAHULUAN
53.

1.1 Latar
Belakang......................................................................................... 1
54.

1.2 Tujuan
Penulisan ..................................................................................... 1
55.

1.3 Rumusan
Masalah.................................................................................... 1
56.

1.4 Metode
Penulisan..................................................................................... 2
57.

1.5 Sistematika
Penulisan............................................................................... 2
58.

BAB II PEMBAHASAN
59.

2.1 Pengertian Istirahat dan


Tidur ................................................................... 3
60.

2.2 Mekanisme
Tidur...................................................................................... 3
61.

2.3 Tahap – Tahap


Tidur................................................................................. 3
62.

2.4 Kegunaan
Tidur........................................................................................ 4
63.

2.5 Kebutuhan Tidur Rata – Rata


Perhari........................................................ 4
64.

2.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tidur .........................................


... 6
65.

2.7 Masalah – masalah Yang Terjadi Saat


Tidur.............................................. 6
66.

2.8 askep pengkajian.................................................................................


8
67.
68.

BAB III PENUTUP


69.

3.1
KESIMPULAN .....................................................................................
. 11
70.

3.2
SARAN ..................................................................................................
. 11
71.

DAFTAR PUSTAKA
72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.
83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

BAB I
91.

PENDAHULUAN
92.

1.1 Latar Belakang


93.

94.

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada
stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan
aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur
juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak
beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan
mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan.
Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan
atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
95.

Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif


tenang disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus
dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan
terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga
menyebutkan bahwa tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam
suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem
tubuh/memulihkan energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode
tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan
terjaga.
96.

Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang Pemenuhan Kebutuhan


Istirahat dan Tidur secara lebih lengkap lagi pada makalah ini.
97.

98.

1.2 Tujuan Penulisan


99.

Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Keperawatan Gerontik serta memberikan informasi dan ilmu
pengetahuan tentang Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur.
100.

1.3 Rumusan Masalah


101.

1. Apa yang dimaksud istirahat?


102.

2. Apa yang dimaksud tidur ?


103.

3. Bagaimana mekanisme tidur ?


104.

4. Apa saja tahap-tahap dalam tidur ?


105.

5. Apa kegunaan tidur ?


106.

6. Bagaimana kebutuhan rata-rata tidur perhari ?


107.

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ?


108.

8. Apa saja masalah yang terjadi pada saat tidur ?


109.

110.

1.4 Metode Penulisan


111.

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
112.

1.5 Sistematika Penulisan


113.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan.
Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
114.

115.

116.

117.
118.

119.

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127.

128.

129.

130.

BAB II
131.

PEMBAHASAN
132.

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


133.

2.1. Pengertian
134.

Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada stres
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas
apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga
merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak
beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan
mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan.
Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan lingkungan
atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi klien/pasien.
135.

Menurut Narrow (1645-1967) terdapat enam kondisi seseorang dapat


beristirahat : Merasa segala sesuatu berjalan normal ; Merasa diterima ; Merasa
diri mengerti apa yang sedang berlangsung ; Bebas dari perlukaan dan ketidak
nyamanan ; Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna ;
Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.
136.

Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang


disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari
luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga(bangun),
dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa
tidur merupakan suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu,
berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan
energi. Juga tidur sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang
disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
137.

2.2. Mekanisme Tidur


138.

Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.


139.

Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk.


140.

Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.


141.

Para Ahli neurifisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa


ngantuk
142.

Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk
143.

Instink/Naluri
144.

2.3. Tahap – Tahap Tidur


145.

Tanda-tanda menjelang tidur :


146.

· Suhu badan (SB) menurun


147.

· Pernapasan melambat
148.

· Otot2 rileks
149.

· Menguap.(tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat)


150.

Basic Rest Activity Cycle (BRAC):


151.

NREM (Non Rapid Eye Movement)


152.

“Slow wave sleep”, yang terdiri dari 4 tahap :


153.

§ Tahap I :
154.
o Mulai saat hilangnya Gel Alpha yang biasa terdapat pada seseorag
yang sedang terjaga.
155.

o Muncul gel2 yang tidak sinkron, frekuensi bercampuran dan voltase


rendah.
156.

o Merasa ingin tidur, bila banyak pikiran akan mudah dibangunkan.


157.

o Merupakan tidur paling dangkal, berlangsung selama beberapa detik –


beberapa menit.
158.

§ Tahap II :
159.

o Merupakan tidur yang tidak dalam.


160.

o Muncul gel yang berbentuk seperti spindel dengan voltase lebih tinggi,
runcing2 (Gel K)
161.

o Berlangsung 5-10 menit.


162.

§ Tahap III :
163.

o Merupakan tidur yang dalam.


164.

o Muncul gel Deltha, yang lambat dengan amplitudo besar, tinggi dan
dalam.
165.

o Biasanya sulit dibangunkan.


166.

o Berlangsung ± 10 menit
167.

§ Tahap IV :
168.

o Tidur yang paling dalam.


169.

o Pada EEG dipenuhi Gel Deltha.


170.

o Sangat sulit dibangunkan.


171.

o Terjadi mimpi sehubungan dengan kejadian sehari sebelumnya.


172.

o Lamanya 5-15 menit


173.

o Terjadi perubahan fisik :


174.

o Nadi & pernapasan melambat


175.

o TD turun
176.

o Otot-otot sangat rileks


177.

o Basal metabolisme dan SB menurun


178.

REM (Rapid Eye Movement)


179.

“Paradoksical sleep”- sebagai puncak Tidur :


180.

§ Sangat sulit dibangunkan.


181.

§ Pada orang dewasa tahap ini 20-25% dari tidur malam, bila seseorang
terbangun pada tahap ini mereka dapat mengingat mimpi mereka.
182.

§ Biasanya terjadi 80-100 menit setelah orang tertidur.


183.

§ Semakin lelah seseorang makin cepat mengalami tahap ini .


184.

Karakteristik Tahap REM :


185.

§ Terjadi pada tahap II NREM dan berlangsung selama 5-10 menit.


186.

§ Kembali ke tahap II NREM lagi.


187.

§ Saat perpindahan dari NREM ke REM biasanya terjadi hentakan otak yang
tidak disadari.
188.

§ TD menngkat.
189.

§ Sekresi getah/asam lambung meningkat


190.

§ Basal metabolisme dan SB meningkat


191.

§ Terjadi mimpi yang menyenangkan, bersemangat dan sibuk.


192.

§ Orang yang tidak mengalami periode REM biasanya tidak merasa puas dengan
tidurnya.
193.

§ Orang biasanya mengalami 4-5x masa REM


194.

195.

2.4. Kegunaan Tidur (Delment & Wolman )


196.

§ Beradaptasi terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan kecemasan.


197.

§ Memperbaiki ingatan.
198.

§ Mempermudah mempelajari sesuatu serta dalam mengatasi masalah-masalah


yang sulit.
199.

§ Relaksasi
200.

2.5. Kebutuhan Tidur Rata – Rata Perhari


201.

Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur
rata-rata 45-60 menit
202.

Bayi(s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan
tidur sepanjang malam
203.

Todler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan Tidur
sepanjang malam + tidur siang
204.

Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM


205.

Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM


206.

Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM


207.

Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM


208.

Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM


209.

Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur
210.

Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering sulit tidur
211.

2.6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tidur


212.

1.Umur
213.

Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan


tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ,
pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan
lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi
degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur.
214.
2.Penyakit
215.

Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada
kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan
klien gangguan hipertiroid.
216.

3.Motivasi
217.

Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main
game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk
tidur.
218.

4.Emosi
219.

Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa
tidur atau mempertahankan tidur.
220.

5.Lingkungan
221.

Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-jalan
umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan.
222.

6.Obat – obatan
223.

penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti


golongan sedative, hipnotika dan steroid.
224.

7.Makanan dan minuman


225.

Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak,
pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.
226.

8.Aktivitas.
227.

Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan
menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
228.
2.7. Masalah – Masalah Yang Terjadi Pada Saat Tidur
229.

- Insomnia, merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai


atau mempertahankan keadaan tidurnya.
230.

- Narkolepsi, merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit


mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering
mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba.
231.

- Somnabulisme atau disebut tidur berjalan.


232.

- Enuresa atau ngompol


233.

- Nocturia, merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada


malam hari untuk buang air kecil/BAK.
234.

- Apnea/tidak bernapas dan Mendengkur.


235.

- Delirium/Mengigau.
236.

- Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu.


237.

- Nightmares dan Nightterros (mimpi buruk)


238.

- Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse)


239.

240.

241.

242.

243.
244.

245.

246.

247.

248.

249.

250.

251.

252.

253.

254.

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH
KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR
255.

AKADEMI
KEPERAWATAN PEMKAB
KOTIM
256.

Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp.(0531)22960/ Fax (0531)22940 Sampit


257.

Kode pos : 74322


258.
259.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


260.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


261.

262.

Tanggal Pengkajian : 25 Maret


2012
263.

A. DATA BIOGRAFI
264.

Nama : Tn. M
265.

TTL : Bandung, 14 maret 1925


266.

Jenis Kelamin : Laki – laki ,Gol.Darah :O


267.

Pendidikan : SD
268.

Agama : Islam
269.

Status Perkawinan : Kawin


270.

TB/BB : 165 cm,. 60 kg


271.
Penampilan : Bersih dan rapi, Ciri-ciri tubuh : berambut pendek,
berwarna putih, bentuk tubuh bungkuk,berjanggut
272.

Alamat : Kel.Kota Besi Hulu RT/RW 05 /02


273.

Kec.Kota Besi ....Telp/HP 085753394881


274.

Kabupaten Kotawaringin Timur


275.

Orang Yang Dekat :Ny. T


276.

Hubungan : istri
277.

Alamat/ Telpon : kota besi /082154560570


278.

279.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
280.

1. Genogram
281.

282.

283.

284.

285.

286.

287.
288.

289.

290.

291.

292.

293.

294.

295.

Keterangan : :
Laki – laki
: Garis
Keturunan
296.

: Perempuan
....... : Tinggal
Serumah
297.

: Garis Hubungan
: Meninggal
298.

299.

2. Riwayat Keluarga
300.

..Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
DM, Hipertensi, Asma Dan menular seperti Hepatitis, TBC dan lain – lain.
301.

302.

C.RIWAYAT PEKERJAAN
303.

Pekerjaan saat ini : tidak ada


304.

Alamat pekerjaan : -
305.

Jarak dari rumah : - ......................km/meter*


306.

Alat transportasi : -
307.

Pekerjaan sebelumnya : PERUN TNI AD


308.

Jarak dari rumah : 20 km/meter*


309.

Alat transportasi : Tidak ada


310.

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: sumber – sumber


pendapatan d dapat dari anak dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
311.

312.

D.RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


313.

Type tembat tinggal : Rumah


314.

Jenis lantai rumah : Keramik


315.

Kondisi lantai : Kering


316.

Tangga rumah : Tidak ada


317.

Penerangan : cukup
318.

Tempat tidur : aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi)


319.

Alat dapur : tertata rapi


320.

WC
321.

Ada : aman (posisi duduk ,ada pegangan )


322.

Kebersihan lingkungan : bersih (tidak ada barang membahayakan)


323.

324.

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang


325.

Derajat privasi : klien, 1 istri, 1 anak, 1 menantu, 2 cucu.


326.

Tetangga Terdekat : ada


327.

Alamat dan Telepon :.kota besi (0851546505670)


328.

329.

E.RIWAYAT REKREASI
330.

Hobby atau Minat : memancing dan memelihara ayam dan bunga


331.

Keanggotaan organisasi : tidak ada


332.

Liburan atau Perjalanan :jalan – jalan ke pantai dan ketempat anak


333.
F.SISTEM PENDUKUNG
334.

Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterafi* : ada
335.

Jarak dari rumah : 20 km/meter*


336.

Rumah Sakit : Ada ,Jarak 5 km


337.

Klinik : tidak ada jarak - km


338.

Pelayanan Kesehatan Di rumah : tidak ada


339.

Makanan yang dihantarkan : tidak ada


340.

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada


341.

Lain-lain
342.

343.

G.DESKRIPSI KEKHUSUSAN
344.

Kebiasaan Ritual : sholat 5 waktu


345.

Yang lainnya : Tidak ada


346.

347.

348.

H.STATUS KESEHATAN
349.
Status Kesehatan umum Selama setahun yang lalu: klien pernah menderita
demam,sakit kepala, flu,batuk, maag, dan hernia. Yang sering kambuh yaitu maag.
350.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien menderita hernia.
351.

Keluhan Utama: nyeri ulu hati


352.

1.Provocative / Paliative : imflamasi mukosa lambung


353.

2.Quality/ Quantity : tertusuk – tusuk jarum


354.

3.Region : Epigastrium
355.

4.Severity Scale : skala nyeri 3(0-10)


356.

5.Timing : kalau telat makan( kadang-kadang)


357.

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Apabila kambuh klien


minum obat promaag.
358.

359.

Obat-obatan :
360.
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1. Paracetamol 500mg Sesudah makan
2. Promaag 250mg Sebelum makan

361.

362.

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik) :


363.
Obat-obatan : Tidak ada
364.

Makanan : tidak ada


365.

Faktor Lingkungan : tidak ada


366.

367.

Penyakit yang diderita :


368.

Hipertensi
Rheumatoid Asthma
Dimensia
369.

Lain-lainnya sebutkan:
hernia
370.

371.

372.

I.AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


373.

Indeks KATZ : A
374.

Oksigenasi : kebutuhan oksigenasi klien terpenuhi


375.

Cairan dan Elektrolit : klien minum air 1500ml/hari


376.

Nutrisi : klien makan 3x sehari lengkap dengan nasi, sayur,


dan lauk pauknya.
377.

Eliminasi : klien BAB 1x sehari dan BAK >3x sehari


378.
Aktivitas : klien hanya dirumah memelihara ayam dan bunga
379.

Istirahat dan Tidur : klien siang tidur dari jam 12.00 – 13.00 dan malam
dari jam 20.00 – 04.00. Kwantitas : klien sering terbangun, setiap jam klien
terbangun dan susah untuk memulai tidur lagi.
380.

Personal Hygiene : 2x sehari


381.

Seksual : 1bulan sekali


382.

Rekreasi : kepantai dan memancing


383.

384.

J. PSIKOLOGI,KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


385.

Konsep Diri : Klien puas dengan keadaan dirinya


386.

Emosi : terkontrol
387.

Adaptasi : klien mampu beradaptasi dengan baik.


388.

Mekanisme Pertahanan diri : Baik


389.

Status mental :
390.

Tingkat Kesadaran : komposmentis


391.

Afasia :-
392.

Dimensia : tidak
393.

Orientasi : normal
394.
Bicara : normal
395.

Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia, banjar dan sunda


396.

Kemampuan membaca : bisa


397.

Kemampuan interaksi : sesuai


398.

Vertigo : tidak
399.

Short Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) = Fungsi mental utuh


400.

Mini – Mental State Exam (MMSE)= baik nilai kesalahan : 1


401.

Geriatrik Depresion Scale = Tidak depresi nilai: 4


402.

APGAR =
403.

404.

K.TINJAUAN SISTEM
405.

Keadaan Umum : Baik


406.

Tingkat Kesadaran :Composmentis


407.

Tanda – tanda Vital : TD 140 / 90 mmHg Nadi: 80 x/menit


408.
0
RR 20 X/menit Suhu : 36 c
409.

TB : 165 cm BB: 60 Kg
410.

PENGKAJIAN PERSISTEM
411.

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


412.

1.Bentuk dada : simetris


413.

2.Sekresi dan Batuk : Tidak ada


414.

3.Pola nafas
415.

Frekwensi Nafas : 20 x/menit


416.

4.Bunyi nafas : Normal


417.

5.Pergerakan dada
418.

Intercostal
Supra Clavicula
Tracheal Tag Lain
lain
419.

Substernal Suprasternal Flail Chest


420.

421.

6.Tractil Fremitis/Fremitus Vokal


422.

Meningkat lokasi
423.

Menurun
lokasi
424.

Lain-lain
425.
426.

7.Alat Bantu Pernafasan


427.

Nasal Bag and


Mask Tracheostomi
428.

Masker
Respirator
429.

CARDIOVASKULER
( B2 : BLEEDING )
430.

1.Nadi
431.

Frekuensi.........80.........................x/menit
432.

Reguler
Kuat
433.

Irreguler
Lemah
434.

2.Bunyi Jantung
435.

Normal
436.

Tambahan
Ada
Tidak,Jenis..............
437.

3.Letak Jantung
438.

Ictus cordis teraba pada.................


439.

4.Pembesaran Jantung : Tidak


440.

5.Nyeri Dada : Tidak


441.

6.Edema :
442.

Palpebra
Anasarka Ekstrimitas atas
443.

Asites
Tidak Ada
Ekstrimitas bawah
444.

Lainnya.........................
445.

7.Clubbing Finger : Tidak


446.

447.

PERSYARAFAN (B3 : BRAIN )


448.

Tingkat Kesadaran : Kompos mentis


449.

1.GCS :
450.

Eye :......4........ Verbal :.....6........ Motorik :.5.................


451.

Total GCS : 15
452.
2.Refleks : normal
453.

3.Koordinasi Gerak : Tidak


454.

4.Kejang :Tidak
455.

5.Lain-lain..........................................
456.

PENGINDERAAN ( PERSEPSI SENSORI )


457.

1. Mata ( Penglihatan )
458.

a. Bentuk : Normal
459.

b. Visus.....................
460.

Pupil : isokor
461.

c. Gerak bola Mata : normal


462.

d. Medan Penglihatan : normal


463.

e. Buta Warna : tidak


464.

f. Tekanan intra okuler : tidak


465.

2. Hidung (Penciuman )
466.

a. Bentuk : Normal
467.

b. Gangguan Penciuman : Ya
468.
469.

3. Telinga ( Pendengaran )
470.

a. Aurikel : Normal
471.

b. Membran tympani : Terang


472.

c. Otorrhoea : Tidak ada


473.

d. Gangguan Pendengaran : Tidak


474.

e. Tinitus : Tidak
475.

4. Perasa : normal
476.

5. Peraba : normal
477.

478.

PERKEMIHAN – ELIMINASI URI ( B4 : BLADDER )


479.

Masalah Kandung Kemih : tidak ada masalah


480.

Produksi Urine 700 ml/hari Frekuensi > 3x /hari


481.

Warna kuning kecoklatan ,Bau khas amoniak


482.

483.

484.

PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)


485.
1. Mulut dan Tenggorokan
486.

a. Mulut
487.

Selaput Lendir Mulut : lembab


488.

b. Lidah : bersih
489.

c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau


490.

d. Tenggorokan : tidak ada masalah


491.

e. Abdomen : Nyeri tekan,lokasi epigastrium


492.

f. Pembesaran hepar tidak ada


493.

g. Pembesaran Lien tidak ada


494.

h. Asites tidak ada


495.

i. Lain – lain : tidak ada


496.

497.

2. Masalah usus besar dan rektum/anus


498.

BAB 1 X/hari
499.

Tidak ada masalah


500.

OTOT,TULANG DAN INTEGUMENT ( B6 : BONE )


501.

1. Otot dan Tulang


502.

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM )


503.

Kemampuan kekuatan otot : Bebas


504.

Fraktur : Tidak ada


505.

Dislokasi : Tidak ada


506.

Haematom : Tidak ada


507.

2. Integumen
508.

Warna Kulit : cokelat


509.

Turgor :Elastik
510.

Tulang Belakang : kiposis


511.

Akral : hangat
512.

513.

REPRODUKSI
514.

Laki –laki :
515.

Kelamin bentuk : tidak normal,keterangan terjadi pembesaran


pada alat kelamin.
516.

Kebersihan Alat Kelamin : Bersih


517.
518.

ENDOKRIN
519.

1. Faktor Alergi : tidak ada


520.

Manifestasi : tidak ada


521.

Cara Mengatasi : tidak ada


522.

2. Kelainan endokrin: tidak ada masalah.


523.

524.

525.

PENGETAHUAN :
526.

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya:


527.

.klien menganggap bahwa kesehatan dirinya itu sangatlah penting.sehingga klien


rutin melakukan control.
528.

529.

530.

531.

532.

533.

Sampit, Maret 2012


534.

Mahasiswa yang mengkaji,


535.

536.

537.

538.

539.

.........................................
540.

NIM.
541.

542.

543.

ANALISA DATA
544.

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. S: saya sering terbangun apabila Ketidak normalan Gangguan rasa
tidur malam status fisiologi nyaman(istirahat
tidur)
O : - ku baik
- konjungtiva anemis
- klien setiap 1 jam
bangun apabila tidur malam
-klien tampak lelah
-klien menguap
- TD 140/90 mmHg
N 80 x/ menit
RR 20x/ menit
S 36 C
Kuantitas tidur malam dari
jam 20.00 – 04.00
Kuantitas tidur siang dari jam
12.00 – 13.00

545.

546.

547.

RENCANA KEPERAWATAN
548.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Memberikan informasi
tindakan keperawatan masalah gangguan tidur dasar dalam menentukan
diharapkan gangguan klien, karakteristik dan rencana keperawatan.
istirahat tidur tidak penyebab kurang tidur. 2. Mengatur pola tidur.
terjadi,dengan criteria2. Lakukan persiapan untuk3. Meningkatkan tidur.
hasil: tidur malam seperti pada 4. Meningkatkan tidur.
1. Klien tampak rileks jam 9 malam sesuaidengan5. Meningkatkan tidur.
dan lebih segar pola tidur klien. 6. Meningkatkan tidur.
2. Ttv dalam batas 3. Lakukan mandi air 7. Mengurangi gangguan
normal hangat. tidur.
3. Klien dapat tidur 6-84. Anjurkan makan yang 8. Mengurangi gangguan
jam setiap malam. cukup satu jam sebelum tidur.
tidur. 9. Mengurangi gangguan
5. Berikan susu hangat tidur.
sebelum tidur. 10. Mengurangi tidur.
6. Keadaan tempat tidur 11. Meningkatkan pola tidur.
yang nyaman, bersih dan
bantal yang nyaman.
7. Bunyi telepon dan alarm
hp di kecilkan.
8. Berikan pengobatan
seperti analgetik dan
sedative,setengah jam
sebelum tidur.

9. Lakukan masase pada


daerah belakang, tutup
jendela/pintu jika perlu.
10. Tingkatkan aktivitas
sehari – hari dan kurangi
aktivitas sebellum tidur.
11. Pengetahuan kesehatan :
jadwal tidur mengurangi
stress , cemas , dan latihan
relaksasi.
549.

550.

551.

IMPLEMENTASI
552.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. melakukan pengkajian masalah gangguan S : klien mengatakan “saya masih
tidur klien, karakteristik dan penyebab sering terbangun pada malam hari”
kurang tidur. O : - : - ku baik
Hasil : klien sering terbangun pada malam - konjungtiva anemis
hari - klien setiap 1 jam
2. menganjurkan klien untuk tidur malam bangun apabila tidur
seperti pada jam 9 malam sesuaidengan pola malam
tidur klien. -klien tampak lelah
Hasil : klien tidur jam 20.00 – 04.00 wib -klien menguap
3. anjurkan keluarga klien untuk memberikan - TD : 140/90 mmHg
Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih N : 80 x/ menit
dan bantal yang nyaman. RR : 20x/ menit
Hasil : keluarga klien menuruti anjuran S : 36 C
ersebut.. Kuantitas tidur malam dari
4. meningkatkan aktivitas sehari – hari dan jam 20.00 – 04.00
kurangi aktivitas sebellum tidur. Kuantitas tidur siang dari
Hasil : klien tidak melakukan kegiatan jam 12.00 – 13.00
sebelum tidur A ; masalah belum teratasi
. P : lanjutkan intervensi

553.
554.

555.

BAB III
556.

PENUTUP
557.

A. KESIMPULAN
558.

Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks tanpa ada tress
emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti tidak
melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau
berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat.
Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka
sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang
selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan
559.

560.

B. SARAN
561.

Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam menyiapkan
lingkungan atau suasana yang nyaman untuk beristirahat bagi
klien/pasien.
562.

563.

564.
565.

566.

567.

568.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


569.

0
570.

Tambahkan komentar

571.
572.

573.

Mar
574.

31
575.

576.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA Ny. S DENGAN MASALAH
GANGGUAN SEKSUAL (kelompok7)
577.

LAPORAN PENDAHULUAN
578.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S


579.
DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL
580.

581.

582.

583.

584.

585.

586.

587.

KELOMPOK 7:
588.

589.

ENDAH MURNI
590.
REZKY FAHRUDINUR RAMADHAN
591.

TRI NURWAHYUNI
592.

593.

594.

595.

596.

597.

598.

599.

600.
601.

AKADEMI KEPERAWATAN
602.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTA WARINGIN TIMUR


603.

JL. BATU BERLIAN NO.II TELP. (0531) 22960


604.

2012
605.

KATA PENGANTAR
606.

607.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
608.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY. S DENGAN MASALAH GANGGUAN SEKSUAL”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
609.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
610.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


kita semua. Amin.
611.

612.

613.

614.

615.

616.

Sampit, Maret 2012


617.

618.

619.

620.

Penulis
621.

622.

623.

624.

DAFTAR ISI
625.

626.

HALAMAN
JUDUL............................................................................................................... i
627.

KATA
PENGANTAR ............................................................................................................
ii
628.

DAFTAR
ISI ........................................................................................................................ iii
629.

BAB I PENDAHULUAN
630.

1.1 LATAR
BELAKANG ................................................................................... 1
631.

1.2 TUJUAN
PENULISAN ................................................................................ 1
632.

1.3 RUMUSAN
MASALAH................................................................................ 2
633.

1.4 METODE
PENULISAN............................................................................... 2
634.

1.5 SISTEMATIKA
PENULISAN........................................................................ 2
635.

BAB II PEMBAHASAN
636.

2.1.. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN
GANGGUAN SEKSUAL
637.

A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia.................


638.

B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila


ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut
Kaplan..........................
639.

C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering


kali menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada
lanjut usia........
640.

D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan


sosial
641.

E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia............


642.

F. .........................................................................................................
...
643.

G.
PENATALAKSANAAN..................................................................
.........
644.

H. MASALAH
KEPERAWATAN..................................................................
645.

I. DIAGNOSA
KEPERAWATAN.................................................................
646.
J. RENCANA
KEPERAWATAN..................................................................
647.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
648.

2.2.. LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN
SEKSUAL
649.

PENGKAJIAN......................................................................................
...... 15
650.

ANALISA
DATA.........................................................................................
18
651.

RENCANA
KEPERAWATAN.......................................................................
19
652.

BAB III PENUTUP


653.

3.1
KESIMPULAN .....................................................................................
....... 22
654.

3.2
SARAN ..................................................................................................
... 22
655.
DAFTAR PUSTAKA
656.

BAB I
657.

PENDAHULUAN
658.

659.

A. Latar Belakang
660.

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga


kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang
sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan
suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis
termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
661.

Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode
ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang
menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah
terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih
didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.
662.

Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat.


Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil
31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga
terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang
penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di
atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995).
663.

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:


664.

• Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang
cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan
ketiadaan pasangan.
665.

• Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat
berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
666.

• Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari


pria, seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk
menemukan pasangan hidup.
667.

Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup
(UHH) diatas 45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap
dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan
seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga
diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia.
668.

Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual


yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis.
Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan
seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun
kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.
669.

Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual,
maka setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah.
Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus
menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan
pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan
dalam makalah ini.
670.
671.

B. Tujuan
672.

1. Tujuan Umum
673.

Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut


674.

2. Tujuan Khusus
675.

a. Mengetahui karakteristik masa usia lanjut


676.

b. Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut


677.

c. Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut


678.

d. Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia


679.

e. Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia


680.

f. Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut


681.

682.

C. Manfaat
683.

1. Bagi mahasiswa
684.
Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan
seksual pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan
pada saat praktik lapangan.
685.

686.

687.

688.

2. Bagi institusi dan civitas akademika


689.

Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah


dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber
bacaan tambahan di perpustakaan
690.

691.

D. Rumusan Masalah
692.

1. Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia?


693.

2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual?
694.

3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali
menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?
695.

4. Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?


696.
5. Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?
697.

698.

E. Metode Penulisan
699.

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


deskriptif dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan
dengan langkah-langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
studi kepustakaan yaitu mempelajari Dokumentasi Keperawatan serta sumber-
sumber lainnya yang berhubungan dengan judul makalah dan masalah yang
dibahas
700.

701.

F. Sistematika Penulisan
702.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan.
Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
703.

704.

705.

706.
707.

708.

709.

BAB II
710.

PEMBAHASAN
711.

712.

A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia


713.

714.

1. Wanita
715.

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna


dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
716.

· Vagina
717.

Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina


mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks
tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina
berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa
genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
718.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh
keber¬langsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan
kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
719.

· Uterus
720.

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya


menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih
banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-
lama akan merata dengan dinding jaringan.
721.

· Ovarium
722.

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya


menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari
ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi
seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan
fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi
inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan
progesteron.
723.

· Payudara (Glandula Mamae)


724.

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita


yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini
disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara
saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun
fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan
mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi
gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan
rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar
ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering
terjadi pada masa klimakterik.
725.

726.

2. Pria
727.

· Prostat
728.

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria


lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran
lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang
berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik
dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan
leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa
adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30
tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria
berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan
dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan
problem medik.
729.

Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena


meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron
menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi
kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua
rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan
pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH
pada usia lanjut.
730.
· Testis
731.

Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan


berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic)
pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma
berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini
menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun
adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi
banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur
lanjut.
732.

733.

B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
734.

735.

1. Fase desire
736.

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan,


harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia
wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias
bervariasi.Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria
meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan
mempengaruhi libido.
737.

2. Fase arousal
738.
· Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan
flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-
otot; iritasi uretra dan kandung kemih.
739.

· Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu
kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan
testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat.
740.

3. Lase orgasmik
741.

· Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit


konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
742.

· Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan


jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
743.

744.

4. Fase pasca orgasmik


745.

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah


sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi
seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja,
terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
746.

· Penyebab iatrogenik
747.

Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain
yang mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur
operasi terhadap fungsi seksual.
748.

· Penyebab biologik dan kasus medis


749.

Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan


langsung atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu
disfungsi seksual psikogenik.
750.

751.

C. Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali


menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :
752.

753.

1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
754.

2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya.
755.

3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.


756.

4. Pasangan hidup telah meninggal.


757.

5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
758.

759.

D. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :
760.

761.

1. Infark miokard
762.

Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak


pasien segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut
menyebabkan infark.
763.

764.

765.

2. Pasca stroke
766.

Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit


karena pasien mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya
kapasitas, takut akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan
atau rasa bersalah dan malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan
kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting untuk diketahui
sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem
saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual
mungkin tidak terpengaruh.
767.

Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi


hemiplegi permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual.
Perubahan penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-
benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar
untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan
motorik dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan
bantuan fisik atau tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan
berbicara mungkin memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.
768.

3. Kanker
769.

Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-


organ seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan
dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara
waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.
770.

4. Diabetes mellitus
771.

Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus


menyebabkan neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi
ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk
terjadinya disfungsi seksual.
772.

5. Arthritis
773.

Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau


kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai.
Nyeri dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik
sebelum aktivitas seksual.
774.

775.

6. Rokok dan alcohol


776.

Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi


seksual, khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi
metabolisme testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti
respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
777.

7. Penyakit paru obstruktif kronik


778.

Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh


karena adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas
seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat
membahayakan jiwa.
779.

8. Obat-obatan
780.

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi


seksual, antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik,
sedatif, dan lain-lain.
781.

782.

E. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia


783.

Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk


masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan
ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama
antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual
merupakan masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian,
karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan
membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.
784.

785.
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan
seksual pada lansia adalah sebagai berikut :
786.

787.

1. Anamnesa Riwayat Seks


788.

· Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan


789.

· Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup


790.

· Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah


791.

· Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya


792.

· Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat-


obatan yang dikonsumsi oieh pasien.
793.

794.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus


rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan. Juga
anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan
tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-
obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.
795.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal


dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status
gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereks pada
pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau
nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996)
796.

797.

2. Pengobatan yang diberikan mencakup


798.

· Konseling Psikoseksual
799.

· Therapi Hormon
800.

· Penyembuhan dengan obat-obatan


801.

· Peralatan Mekanis
802.

· Bedah Pembuluh
803.

804.

3. Bimbingan Psikososial
805.

Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana


manajemen gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan
pharmakologi.
806.

4. Penyembuhan Hormon
807.
· Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk
menyembuhkan viropause/andropause pada pria (pemanasan dan
ejakulasi).
808.

· Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian


estrogen pada klimakterium.
809.

5. Penyembuhan dengan Obat


810.

· Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif


811.

· Oral phentholamin
812.

· Tablet apomorphine sublingual


813.

· Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif


814.

· Penempatan intra-uretral prostaglandin


815.

816.

817.

1 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai


dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
818.

2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
819.

3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis
820.

821.

822.

RENCANA KEPERAWATAN
823.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Pasien dapat menerima 1. Bantu pasien untuk 1. Agar pasien lebih bisa
perubahan struktur mengekspresikan menerima perubahan
tubuh terutama pada perubahan fungsi tersebut
fungsi seksual yang tubuh termasuk organ
dialaminya seksual seiring
Kriteria hasil: dengan bertambahnya 2. Menambah
· Mengekspresikan usia. pemahaman klien
kenyamanan 2. Berikan pendidikan tentang semua
· Mengekspresikan kesehatan tentang perubahan yang di
kepercayaan diri penurunan fungsi alami nya agar
seksual. penurunan fungsi
seksuel tidak menjadi
beban pikiran
3. Makanan bergizi
3. Motivasi klien untuk dianjurkan untuk
mengkonsumsi menjaga daya tahan
makanan yang rendah tubuh karena biasanya
lemak, rendah pada lansia daya tahan
kolestrol, dan berupa tubuhnya menurun
diet vegetarian 4. Untuk mengurangi
4. Anjurkan klien untuk kekeringan dan rasa
menggunakan krim gatal pada vagina, serta
vagina dan gel untuk megurangi rasa
sakit pada saat
berhubungan seksual
2. 2 Pasien dapat menerima 1. Kaji
1. Untuk mengetahui
perubahan bentuk salah perasaan/persepsi seberapa jauh klien bisa
satu angota tubuhnya pasien tentang menerima keadaan nya
secara positif perubahan gambaran
Kriteria hasil: diri berhubungan
· Pasien mau dengan keadaan
berinteraksi dan angota tubuhnya yang
2. Agar klien mau
beradaptasi dengan kurang berfungsi mengungkapkan masalah
lingkungan tanpa secara normal nya
rasa malu dan 2. Lakukan pendekatan
3. Rasa menerima pada
rendah diri dan bina hubungan pasien akan membuat
· Pasien yakin akan saling percaya dengan pasien lebih percaya diri
kemampuan yang pasien 4. Agar pasien tidak terlalu
dimiliki 3. Tunjukkan rasa canggung atau malu
empati, perhatian dan dengnan orang lain karena
penerimaan pada perubahan nya
pasien 5. Untuk mengetahui apakah
4. Bantu pasien untuk klien depresi terhadap
mengadakan perubahan
hubungan dengan
orang lain

5. Beri kesempatan
pada pasien untuk
mengekspresikan
perasaan kehilangan

3. 3 Pasien dapat menerima 1. Kaji factor-faktor


1. Penting untuk membantu
perubahan pola penyebab dan dalam intervensi
seksualitas yang penunjang, yang selanjutnya
disebabkan masalah meliputi
kesehatannya. · Kelelahan
Kriteria Hasil : · Nyeri
· Mengidentifikasi · Nafas pendek
keterbatasannya · Keterbatasan
pada aktivitas suplai oksigen
seksual yang · Imobilisasi
disebabkan masalah · Kerusakan
kesehatan inervasi saraf
· Mengidentifikasi · Perubahan
modifikasi kegiatan hormone 2. Untuk menghilangkan atau
seksual yang pantas · Depresi mengurangi factor-faktor
dalam respon · Kurangnya penyebab
terhadap informasi yang
keterbatasannya tepat 3. Agar klien lebih mengerti
2. Ajarkan pentingnya dan bisa menerima bahkan
mentaati aturan medis tidak memaksakan diri
yang dibuat untuk karena keterbatasan yang di
mengontrol gejala sebabkan oleh penyakit
penyakit 4. Meminimalkan rasa sakit
3. Berikan informasi tau rasa tidak nyaman saat
yang tepat pada pasien berhubungan karena
dan pasangannya penyakit
tentang keterbatasan
fungsi seksual yang
disebabkan oleh
keadaan sakit
4. Ajarkan modifikasi
yang mungkin dalam
kegiatan seksual untuk
membantu
penyesuaian dengan
keterbatasan akibat
sakit (saran khusus)
824.

825.
826.

IMPLEMENTASI
827.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan S:klien mengatakan “ sedikit
saling percaya dengan pasien mengerti mengapa keinginan untuk
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan melakukan hubungan suami istri
merasa percaya berkurang
2. membantu pasien untuk mengekspresikan DO : - umur klien 69 tahun
perubahan fungsi tubuh termasuk organ - TD : 130 / 90 mmHg
seksual seiring dengan bertambahnya usia - Nadi : 88 x/menit
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit - Suhu : 36°C
terbuka saat di bombing untuk - RR : 18 x/menit
mengekspresikan masalah nya - Klien sudah menoupose
3. memberikan pendidikan kesehatan
tentang penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di
jelaskan tentang perubahan yang terjadi
pada nya
4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi
makanan yang rendah lemak, rendah
kolestrol, dan berupa diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi
nasi, ikan, sayur

828.

829.

830.

BAB III
831.
PENUTUP
832.

833.

A. KESIMPULAN
834.

Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi
menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan
internal,yang terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal
biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual
tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang
janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari
anak-anak, dengan berbagai alasan.
835.

Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas


dengan hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa
dan tidaak pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial
dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam
diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada
ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering
diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering
menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.
836.

Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan


terjadinya kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan
kehilangan perhatian dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun
kualitas hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak.
837.

Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat


menjelaskan kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta
pengaruhnya terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat
berpengaruh. Melalui beberapa tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi
dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu
pemecahan masalah seksual pada lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif,
melakukan olah raga ringan dan konsumsi makan seimbang, dan solusi-solusi lain
secara bertahap masalah pada lansia akan terselesaikan.
838.

839.

840.

B. SARAN
841.

Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan keluarga
lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan
kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga
dewasa lainnya mempunya hak-hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat
informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan
dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta
merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita perlu
sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia
mendapatkan kehidupan yang nayak, dan harmonis sebagai manusia dan warga
negara seutuhnya.
842.

843.

844.

845.
846.

847.

848.

849.

850.

851.

852.

853.

854.

855.

856.

857.

858.

859.
860.

861.

862.

863.

DAFTAR PUSTAKA
864.

865.

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia


(lansia).html
866.

http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada


lansia.html
867.

Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta


868.

Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008


869.

Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ).


Jakarta : FKUI
870.

Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi.


Yogyakarta. Fitramaya
871.

Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta


872.
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/

873.

874.

875.

876.

877.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


878.

879.

Tanggal pengkajian : 28 maret 2012


880.

A. DATA BIOGRAFI

881.

Nama : Ny. “S”


882.

TTL : 7 juli 1943


883.

Jenis kelamin : perempuan Golongan darah :


O
884.

Pendidikan : SD
885.

Agama : islam
886.

Status perkawinan : menikah


887.

TB / BB : 150 cm/45 kg
888.

Penampilan : bersih, rapi, ciri-ciri tubuh :


kurus, kecil
889.

Alamat :jl desa camba


890.

Orang yang dekat : klien dekat dengan anak tertua klien


891.

Hubungan : anak
892.

Alamat / telepon :-
893.

894.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

895.

1. Genogram

896.

897.

898.

Laki-laki Garis
keturunan
Perempuan Tinggal
serumah
Garis Hubungan Meninggal

899.

900.

901.

902.

903.

904.

905.

906.

907.

908.

909.

910.

911.
912.

913.

914.

915.

916.

2. Riwayat keluarga

917.

Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM ataupun
penyakit menular seperti TB paru
918.

919.

920.

C. RIWAYAT PEKERJAAN

921.

Pekerjaan saat ini : klien tidak bekerja, klien hanya


berdiam diri dirumah
922.

Alamat pekerjaaan : tidak ada


923.

Jarak dari rumah : tidak ada


924.

Alat transportasi : jalan kaki


925.
Pekerjaan sebelumnya : klien sebagai ibu rumah tangga
926.

Jarak dari rumah : tidak ada


927.

Alat transportasi : jalan kaki


928.

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : dari anak tertua


dan dari menantu klien
929.

930.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

931.

Type tempat tinggal : permanen (milik suami)


932.

Jenis lantai rumah : kayu


933.

Keadaan lantai : kering


934.

Tangga rumah : tidak ada


935.

Penerangan : cukup
936.

Tempat tidur : aman ( tidak terlalu tinggi)


937.

Alat dapur : tertata rapi


938.

WC : jamban
939.

Kebersihan lingkungan : bersih


940.

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 5 orang


941.

Derajat privasi : kurang di perhatikan oleh menantunya


942.

Tetangga terdekat : klien bertetangga dengan cucu-cucu


klien yang sudah berkeluarga
943.

Alamat dan telepon : jl. Desa camba


944.

945.

E. RIWAYAT REKREASI

946.

Hobby / minat : klien senang memancing


947.

Keanggotaan organsasi : klien tidak mengikuti organiasi apapun


948.

Liburan / perjalanan : klien hanya berdiam diri dirumah


karena jarang berekreasi
949.

950.

F. SISTEM PENDUKUNG

951.

Klien di dukung oleh seorang perawat


952.

Jarak dari rumah : 1000 km


953.

Rumah sakit : tidak ada rumah sakit


954.

Klinik : di kampung klien hanya terdapat


puskesmas pembantu
955.

Pelayanan kesehatan dirumah : tidak ada


956.

Makanan yang di hantarkan : tidak ada makanan yang di hantarkan


957.

Perawatan sehari-hari yang di lakukan keluarga : keluarga klien tidak melakukan


perawatan khusus kepada klien di rumah
958.

959.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN

960.

Kebiasaan ritual : semenjak klien tua, klien jarang


melakukan sholat lima waktu
961.

962.

H. STATUS KESEHATAN

963.

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : setahun terakhir,


klienmenderita maag dan asam urat
964.

Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : klien mengatakan tidak prnah
menderita penyakit yang parah, hsnya
penyakit biasa seperti pilek, demam
965.

966.

Keluhan utama
967.

1. Provocative / palliative : maag

968.

2. Quality / quantity : seperti di tusuk-tusuk

969.

3. Region : di uluhati

970.

4. Severity scale : 4 (0-10)

971.

5. Timing : kadang-kadang

972.

Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : klien mengerti kalau sakit


harus ke puskesmas untuk berobat. .
973.

Obat – obatan :
974.
NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN
1 ANTASIDA 2 X sehari Sebelum makan
2 Cimetidine 3 x sehari Sesudah makan
3 Paracetamol 1 x sehari Bila nyeri
4 Vit B.komplek 2 x sehari Sesudah makan
5 Allopurinol 3 x sehari Sesudah makan
6 Piroxicam 3 x sehari Sesudah makan
7 Vit B.1 2 x sehari Sesudah makan
975.

976.

Alergi (catatan agent dan reaksi spesifik)


977.

Obat – obatan : klien tidak ada alergi pada obat-obatan


978.

Makanan : klien tidak ada alergi pada makanan


979.

Factor lingkungan : klien tidak ada alergi pada lingkungan


980.

981.

Penyakit yang pernah di derita : klien menderita maag dan asam urat
982.

983.

984.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

985.

IndeksKATZ: A
986.

Oksigenasi : frekuensi nafas 18x/menit, klien tidak


menggunakan alat bantu pernafasan, bernafas
melalui hidung
987.
Cairan & elektrolit : klien minum air putih ± 1000ml/hari,
klien minum kopi setiap pagi
988.

Nutrisi : klien makan 3x sehari dengan nasi,


ikan sayur dan kadang di tambah dengan buah
989.

Eliminasi : BAB 1x/hari dengan konsisten silembek,


BAK >5x/hari
990.

Aktivitas : klien tidak bekerja, klien hanya berdiam diri


di rumah
991.

Istirahat & tidur : klien tidur cukup, tidur malam ± 7 jam


dan tidur siang ± 1 jam dalam sehari, klien
merasa puas saat bangun
992.

Personal hygiene : untuk kebersihan klien mengerti dan


membersihkan diri setiap mandi baik itu oral
hygiene maupun vulva hygiene
993.

Seksual : saat ditanya klien mengatakan bahwa


klien masih berhubungan seksual dengan
suaminya tapi sekarang sudah mulai jarang
karena keinginan untuk berhubungan itu mulai
menurun sementara suami klien masih
mempunyai keinginan yang kuat.
994.

Rekreasi : klien jarang berekreasi ketempat yang


jauh mengingat kondisi klien, klien hanya main
kerumah tetangga yang berada di dekat rumah
995.
996.

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

997.

Konsep diri : klien menyadari bahwa klien sudah lansia


998.

Emos : emosi klien labil


999.

Adaptasi : klien mulai sulit untuk beradabtasi terhadap


lingkungan maupun orang baru
1000.

Mekanisme pertahanan diri : tidak terkaji


1001.

Status mental
1002.

Tingkat kesadaran : kompos mentis


1003.

Afasia :-
1004.

Dimensia : klien mengalami dimensia sejak beberapa


tahun yang lalu
1005.

Orientasi : klien kadang bingung terhadap orang, waktu


dan tempat terutama yang baru dilihat oleh klien
1006.

Bicara : klien berbicara normal tapi sedikit lebih pelan


1007.

Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa banjar dan dayak


dalam kehidupan sehari-hari
1008.

Kemampuan membaca : klien tidak bias membaca


1009.

Kemampuan interaksi : klien mampu berinteraksi tapi secara perlahan


1010.

Vertigo : klien tidak mengalami vertigo


1011.

Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) = 2 (fungsi mental utuh)


1012.

Mini – Mental State Exam (MMSE) = 2 (baik)


1013.

Geriatric Depresion Scale = 5 (kemungkinan depresi)


1014.

APGAR = score 5 (menengah / sedang)


1015.

1016.

K. TINJAUAN SISTEM

1017.

Keadaan umum : baik


1018.

Tingkat kesadaran : compos mentis


1019.

Tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg nadi : 88x/menit


1020.

RR : 18x/menit suhu : 36 °C
1021.

TB : 150 cm BB : 50 kg
1022.

1023.

1024.

PENGKAJIAN PERSISTEM
1025.

PERNAFASAN (B1 : BREATHING)


1026.

1. Bentuk dada : simetris

1027.

2. Sekresi dan batuk : batuk dan sekresi tidak ada

1028.

Nyeriwaktubernafas : tidak nyeri saat bernafas


1029.

3. Polanafas

1030.

a. Frekuensi nafas : 18x/menit

1031.

4. Bunyinafas

1032.

a. Normal

1033.

Vasikuler di : semua lapang paru


1034.

Bronchial di : atas manubrium sternum


1035.

Bronchovesikuler di : ICS 2 percabangan bronkus


1036.

5. Pergerakan dada : intercostal

1037.

6. Tractilfremitis / fremitus vocal : tidak meningkat dan tidak menurun

1038.

7. Alat bantu pernafasan : tidak memakai alat bantu pernafasan

1039.

1040.

CARDIVASKULAR (B2 : BLEEDING)


1041.

1. Nadi

1042.

Frekuensi : 88 x/menit ,kuat


1043.

2. Bunyi jantung : normal

1044.

3. Letak jantung : ictus cordis teraba pada ICS 5

1045.

4. Pembesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung

1046.

5. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada

1047.
6. Edema : tidak ada edema

1048.

7. Clubbing finger : tidak ada

1049.

1050.

1051.

1052.

PERSARAFAN (B3 : BRAIN)


1053.

Tingkat kesadaran : kompos mentis


1054.

1. GCS : E4 M6 V5

1055.

Total GCS : 15
1056.

2. Reflex : normal

1057.

3. Koordinasi gerak : ya

1058.

4. Kejang : tidak

1059.

1060.
PENGINDERAAN (persepsisensori)
1061.

1. Mata (penglihatan)

1062.

a. Bentuk : normal

1063.

b. Visus :-

1064.

c. Pupil : isokor

1065.

d. Gerak bola mata : normal, tidak menyempit

1066.

e. Medan penglihatan : normal

1067.

f. Butawarna : klien tidak mengalami buta warna

1068.

g. Tekanan intra okuler : tidak

1069.

2. Hidung (penciuman)

1070.

a. Bentuk : normal

1071.

b. Gangguan penciuman : tidak ada

1072.
3. Telinga (pendengaran)

1073.

a. Aurikel : normal dan simetris

1074.

b. Membrab tympani : agak keruh

1075.

c. Otorrhoea : tidak ada

1076.

d. Gangguan pendengaran : ya

1077.

e. Tinnitus : tidak

1078.

4. Perasa : menurun

1079.

5. Peraba : menurun

1080.

1081.

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4 : BLADDER)


1082.

Masalah kandung kemih : tidak ada masalah


1083.

Produksi urine : 500 ml/hari


1084.

Frekuensi : >3 x/hari


1085.

Warna : kuning
1086.

Bau : khas amoniak


1087.

1088.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI ( B5 : BOWEL)


1089.

1. Mulut dan tenggorokan

1090.

a) Selaput lendir mulut : lembab, tidak ada stomatitis

1091.

b) Lidah : agak kotor

1092.

c) Kebersihan rongga mulut : tidak berbau dan gigi bersih

1093.

d) Tenggorokan : tidak sakit saat menelan

1094.

e) Abdomen : kenyal

1095.

f) Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran hepar

1096.

g) Pembesaran lien : tidak ada pembesaran lien

1097.
h) Asites : tidak ada asites

1098.

2. Masalah usus besar dan rectum / anus

1099.

Bab : 1 x/hari tidak ada masalah


1100.

Obat pencahar : tidak mengkonsumsi obat pencahar


1101.

1102.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMENT (B6 : BONE)


1103.

1. Otot dan tulang

1104.

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) : bebas


1105.

Kemampuan kekuatan otot


1106.

Fraktur : tidak ada fraktur


1107.

Dislokasi : tidak ada dislokasi


1108.

Hematom : tidak ada hematom


1109.

2. Integument

1110.

Warna kulit : kuning langsat


1111.

Akral : hangat
1112.

Turgor : tidak elastis


1113.

Tulang belakang : kiposis


1114.

1115.

REPRODUKSI
1116.

Perempuan :
1117.

Payudara
1118.

Bentuk : normal
1119.

Benjolan : tidakada
1120.

Kelamin
1121.

Bentuk : normal
1122.

Keputihan : tidak ada keputihan


1123.

Siklus haid : sudah menoupose


1124.

ENDOKRIN
1125.
1. Factor alergi : tidak ada alergi

1126.

2. Kelainan endokrin : tidak ada kelainan endokrin

1127.

PENGETAHUAN
1128.

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya : klien kurang peka terhadap masalah
kesehatan
1129.

1130.

1131.

ANALISA DATA
1132.

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : klien mengatakan “ keinginan Perubahan struktur Disfungsi seksual
untuk melakukan hubungan suami tubuh / fungsi
istri sudah mulai berkurang sejak
klien merasa memasuki usia senja
dan klien mengatakan dalam 1
minggu klien dan suaminya sangat
jarang melakukan hubungan suami
istri.
DO : - umur klien 69 tahun
- TD : 130 / 90 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36°C
- RR : 18 x/menit
- Klien sudah menoupose
1133.

1134.

RENCANA KEPERAWATAN
1135.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1 1 Pasien dapat menerima1. Lakukan pendekatan dan
1. Agar klien mau
perubahan struktur bina hubungan saling mengungkapkan masalah
tubuh terutama pada percaya dengan pasien nya
fungsi seksual yang 2. Bantu pasien untuk
dialaminya mengekspresikan
Kriteria hasil: perubahan fungsi tubuh
2. Agar pasien lebih bisa
· Mengekspresikan termasuk organ seksual menerima perubahan
kenyamanan seiring dengan tersebut
· Mengekspresikan bertambahnya usia.
kepercayaan diri 3. Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penurunan fungsi
seksual.
3. Menambah pemahaman
klien tentang semua
perubahan yang di alami nya
agar penurunan fungsi
seksual tidak menjadi beban
4. Motivasi klien untuk pikiran
mengkonsumsi 4. Makanan bergizi dianjurkan
makanan yang rendah untuk menjaga daya tahan
lemak, rendah tubuh karena biasanya pada
kolestrol, dan berupa lansia daya tahan tubuhnya
diet vegetarian menurun
1136.

1137.

IMPLEMENTASI
1138.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1 1 1. melakukan pendekatan dan bina hubungan S:klien mengatakan “ sedikit
saling percaya dengan pasien mengerti mengapa keinginan untuk
hasil : klien merasa nyaman saat ditanya dan melakukan hubungan suami istri
merasa percaya berkurang
2. membantu pasien untuk mengekspresikan DO : - umur klien 69 tahun
perubahan fungsi tubuh termasuk organ - TD : 130 / 90 mmHg
seksual seiring dengan bertambahnya usia - Nadi : 88 x/menit
hasil : klien mulai mau sedikit demi sedikit - Suhu : 36°C
terbuka saat di bombing untuk - RR : 18 x/menit
mengekspresikan masalah nya - Klien sudah menoupose
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang
penurunan fungsi seksual.
Hasil : klien sedikit lebih mengerti saat di
jelaskan tentang perubahan yang terjadi pada
nya
4. memotivasi klien untuk mengkonsumsi
makanan yang rendah lemak, rendah kolestrol,
dan berupa diet vegetarian
hasil : klien setiap hari mengkonsumsi nasi,
ikan, sayur

1139.

1140.

1141.
1142.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


1143.

PENILAIAN UNTUK MENGETAHUI FUNGSI INTELEKTUAL LANSIA


1144.

1145.

Nama klien : Ny. “S” tanggal : 28 maret 2012


1146.

Jenis kelamin : perempuan umur : 69 tahun


1147.

Agama : islam suku : dayak


1148.

Alamat : islam
1149.

Pewwancara : mahasiswa akper pemkab kotim


1150.

1151.

SKOR
NO PERYANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini ? 28
2 Hari apa sekarang ini ? Rabu
3 Apa nama tempat ini ? Rumah saya
4 Dimana alamat anda ? camba
5 Kapan anda lahir ? Tahun 43 an
6 Berapa umur anda ? lupa
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? SBY
8 Siapa presiden sebelumnya? Megawati
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Tidak tahu
10 15 - 6 9
Jumlah kesalahan total 2
1152.
1153.

1154.

Keterangan :
1155.

1156.

Kesalahan : 0-2 fungsi mental utuh


1157.

Kesalahan : 3-4 kerusakan intelektual ringan


1158.

Kesalahan : 5-7 kerusakan intelektual sedang


1159.

Kesalahan : 8-10 kerusakan intelektual berat


1160.

1161.

1162.

1163.

1164.

1165.

1166.

MINI MENTAL SKORE


1167.

1168.
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Tanggal berapa hari ini ? (dd/mm/hh) √
2 Hari apakah hari ini ? √
3 Apakah nama tempat ini ? √
4 Berapa no. Telp, bila tidak ada, no rumah / √
jalan ?
5 Berapakah usia anda ? √
6 Kapan anda lahir ? √
7 Siapa nama presiden sekarang ? √
8 Siapa nama presiden sebelumnya ? √
9 Siapa nama ibu mu sebelum menikah ? √
10 15 – 6 √
1169.

1170.

1171.

JUMLAH KESALAHAN :
1172.

0-2 Kesalahan : Baik


1173.

3-4 kesalahan : gangguan intelektual ringan


1174.

5-7 kesalahan : gangguan intelektual sedang


1175.

8-10 kesalahan : gangguan intelektual berat


1176.

1177.

HASIL : 2 kesalahan, baik


1178.

1179.

1180.

1181.

1182.

1183.

1184.

1185.

1186.

1187.

1188.

1189.

1190.

1191.

1192.
1193.

1194.

1195.

1196.

1197.

1198.

1199.

1200.

1201.

1202.

1203.

1204.

1205.

1206.
1207.

1208.

1209.

1210.

1211.

1212.

1213.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


1214.

0
1215.

Tambahkan komentar

1216.
1217.

1218.

Mar
1219.

31
1220.

1221.
Asuhan keperawatan pada Ny. A
dengan GANGGUAN AKTIVITAS
(kelompok 4)
1222.

1223.

Tugas keperawatan gerontik


1224.

Asuhan keperawatan pada Ny. A dengan GANGGUAN AKTIVITAS


1225.

1226.

1227.

1228.

Disusun oleh:
1229.

Dwi kirnawati
1230.

Juliansyah
1231.

Fauzi herawan
1232.

Sari dwi ratman


1233.

1234.

1235.

1236.
1237.

1238.

1239.

1240.

AKADEMI KEPERAWATAN
1241.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


1242.

Jalan batu berlian No.11, telp (0531) 22960/22940


1243.

SAMPIT
1244.

1245.

1246.

1247.

KATA PENGANTAR
1248.

1249.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
1250.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Anak I dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY. A DENGAN MASALAH GANGGUAN AKTIVITAS”.
Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
1251.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
1252.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
1253.

1254.

1255.

1256.

1257.

1258.

Sampit, Maret 2012


1259.

1260.

1261.

1262.

Penulis
1263.
1264.

1265.

1266.

1267.

1268.

1269.

1270.

DAFTAR ISI

1271.

1272.

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
i
1273.

KATA PENGANTAR .............................................................................................................


ii
1274.

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................


iii
1275.

BAB I PEMBAHASAN
1276.
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY DENGAN
GANGGUAN AKTIVITAS
1277.

1.2 KONSEP DASAR PENYAKIT


................................................................................................

1278.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
...............................................................................................................
1279.

2.2 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA NY DENGAN GANGGUAN
AKTIVITAS
1280.

PENGKAJIAN
..........................................................................................................
..........................................................................................................
1281.

ANALISA DATA
..........................................................................................................
..........................................................................................................
1282.

RENCANA KEPERAWATAN
..........................................................................................................
..........................................................................................................
1283.

1284.

1285.

1286.
1287.

1288.

1289.

LAPORAN PENDAHULUAN
1290.

1291.

1. Konsep dasar penyakit


1292.

1293.

a. Pengertian
1294.

Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia


memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
1295.

1296.

b. Epidemologi/insiden kasus
1297.

Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang


kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri.
1298.

Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko
tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang yang lanjut usia, post cedera dan post
trauma.
1299.

1300.

c. Etiologi/penyebab
1301.
- Kelainan postur
1302.

- Gangguan perkembangan otot


1303.

- Kerusakan system saraf pusat


1304.

- Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular


1305.

- Kekakuan otot
1306.

1307.

d. Factor predisposisi
1308.

- Pengobatan
1309.

- Terapi pembatasan gerak


1310.

- Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik


1311.

- IMT diatas 75% sesuai dengan usia


1312.

- Kerusakan sensori persepsi


1313.

- Nyeri, tidak nyaman


1314.

- Intoleransi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina


1315.

- Depresi mood dan cemas


1316.

- Keengganan untuk memulai gerak


1317.

- Gaya hidup menetap, tidak fit


1318.
- Malnutrisi umum dan spesifik
1319.

- Kehilangan integrasi struktur tulang


1320.

- Keterbatasan lingkungan fisik dan social


1321.

- Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler


1322.

- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat


disesuaikan dengan umur
1323.

1324.

e. Patofisiologi terjadinya penyakit


1325.

- Kaki tidak mampu menopang berat badan


1326.

- Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat


1327.

- Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri


1328.

- Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri


1329.

f. Gejala klinis
1330.

“tidak mampu bergerak secara mandiri”


1331.

1332.

g. Pemeriksaan fisik
1333.

a. Tingkat kesadaran
1334.

b. Postur/bentuk tubuh
1335.

o Skoliosis
1336.

o Kiposis
1337.

o Lordosis
1338.

o Cara berjalan
1339.

c. Ekstremitas
1340.

o Kelemahan
1341.

o Gangguan sensorik
1342.

o Tonus otot
1343.

o Atropi
1344.

o Tremor
1345.

o Gerakan tak terkendali


1346.

o Kekuatan otot
1347.

o Kemampuan jalan
1348.

o Kemampuan duduk
1349.

o Kemampuan berdiri
1350.

o Nyeri sendi
1351.
o Kekakuan sendi
1352.

1353.

h. Pemeriksaan diagnostic
1354.

“pemeriksaan kekuatan otot (neuthopografi)”


1355.

1356.

i. Prognosis
1357.

Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami.
Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat
dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
1358.

1359.

j. Therapy (tindakan penanganan)


1360.

- Fisiotheraphy
1361.

- Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan-miring kiri


1362.

1363.

1364.

2. Konsep dasar keperawatan


1365.

1366.

a. Pengkajian
1367.

1. Tingkat aktivitas sehari-hari


1368.

a. Pola aktivitas sehari-hari


1369.

b. Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik


1370.

1371.

2. Tingkat kelelahan
1372.

a. Aktivitas yang membuat lelah


1373.

b. Riwayat sesak nafas


1374.

1375.

3. Gangguan pergerakan
1376.

a. Penyebab gangguan pergerakan


1377.

b. Tanda dan gejala


1378.

c. Efek dari gangguan pergerakan


1379.

1380.

4. Pemeriksaan fisik
1381.

a. Tingkat kesadaran
1382.

b. Postur bentuk tubuh


1383.
1384.

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1385.

1. Intoleransi aktivitas
1386.

Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy


fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
1387.

Kemungkinan berhubungan dengan :


1388.

a. Kelemahan umum
1389.

b. Bedres yang lama (imobilisasi)


1390.

c. Motivasi yang kurang


1391.

d. Pembatasan pergerakan
1392.

e. Nyeri
1393.

1394.

2. Keletihan
1395.

Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang


berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.
1396.

Kemungkinan berhubungan dengan:


1397.

a. Menurunnya produksi metabolism


1398.

b. Pembatasan diet
1399.
c. Anemia
1400.

d. Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit


1401.

1402.

3. Gangguan mobilitas fisik


1403.

Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan


secara mandiri.
1404.

Kemungkinan berhubungan dengan:


1405.

a. Gangguan persepsi kognitif


1406.

b. Imobilisasi
1407.

c. Gangguan neuro muskuler


1408.

d. Kelemahan
1409.

e. Pasien dengan traksi


1410.

1411.

1412.

1413.

4. Deficit perawatan diri


1414.

Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau


seluruh aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan
lain-lain.
1415.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1416.

a. Gangguan neuromuskuler
1417.

b. Menurunnya kekuatan otot


1418.

c. Menurunnya control otot dan koordinasi


1419.

d. Kerusakan persepsi kognitif


1420.

e. Depresi
1421.

f. Gangguan fisik
1422.

1423.

c. Rencana keperawatan
1424.

1. Untuk diagnose keperawatan intoleransi aktivitas


1425.

Intervensi:
1426.

o Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas


1427.

o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri


1428.

o Catat tanda vital


1429.

o Kolaborasi dengan dokter


1430.

o Lakukan aktivitas yang adekuat


1431.

Rasional:
1432.
o Merencanakan intervensi dengan tepat
1433.

o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri


1434.

o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas


1435.

o Mempercepat proses penyembuhan


1436.

o Untuk mengoptimalkan pergerakan


1437.

1438.

2. Untuk diagnose keperawatan keletihan


1439.

Intervensi:
1440.

o Monitor keterbatasan aktivitas


1441.

o Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri


1442.

o Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas


1443.

o Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas


1444.

o Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet


1445.

o Berikan pendidikan kesehatan


1446.

Rasional:
1447.

o Merencanakan intervensi dengan tepat


1448.

o Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri


1449.
o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
1450.

o Mempercepat proses penyembuhan


1451.

o Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan


1452.

o Menambah pengetahuan pasien


1453.

1454.

3. Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik


1455.

Intervensi:
1456.

o Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman


1457.

o Cegah pasien jatuh


1458.

o Lakukan latihan aktif maupun pasif


1459.

o Lakukan fisiotheraphy dada dan postural


1460.

o Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi


1461.

Rasional:
1462.

o Mencegah iritasi dan komplikasi


1463.

o Mempertahankan keamanan pasien


1464.

o Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur


1465.

o Meningkatkan fungsi paru


1466.
o Memaksimalkan mobilisasi
1467.

1468.

4. Untuk diagnose keperawatan deficit perawatan diri


1469.

Intervensi:
1470.

o Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama


ADL
1471.

o Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL


1472.

o Jaga privasi dan keamanan pasien


1473.

o Lakukan latihan aktif dan pasif


1474.

o Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL


1475.

Rasional:
1476.

o Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana


keperawatan
1477.

o Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari


1478.

o Memberikan keamanan
1479.

o Meningkatkan sirkulasi darah


1480.

o Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas


1481.

1482.
d. Evaluasi
1483.

Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran tubuh dan


mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu:
1484.

- Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas


1485.

- Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
1486.

- Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
1487.

- Tidak ada kontraktur sendi


1488.

1489.

1490.

1491.

LAPORAN KASUS
1492.

1493.

1494.

Tanggal Pengkajian: 28 Maret 2012


1495.

1496.

A. DATA BIOGRAFI
1497.

Nama : Ny. A
1498.
TTL : Sampit, 13 juli 1949
1499.

Jenis kelamin : perempuan


1500.

Gol. Darah :B
1501.

Agama : islam
1502.

Pendidikan :-
1503.

Status perkawinan : janda


1504.

TB/BB : 145 cm, 43 kg


1505.

Penampilan : rapi
1506.

Ciri-ciri : rambut kelabu, kulit keriput, gigi bersih, warna kulit


pucat, agak bungkuk
1507.

Alamat : kelurahan ketapang, kecamatan mentawa baru


ketapang, RT 04, RW 05, kabupaten kotawaringin
timur
1508.

Orang yang dekat : Ny. K


1509.

Hubungan : anak klien


1510.

Alamat/telpon : 0852459734xx
1511.

1512.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1513.

1. Genogram
1514.
1515.

1516.

1517.

1518.

1519.

1520.

1521.

1522.

1523.

1524.

1525.

1526.

1527.

Keterangan :
: Laki-laki
:
Garis keturunan
1528.

:
Perempuan
: Tinggal serumah
1529.

: Garis
hubungan
:
Meninggal
1530.

1531.

2. Riwayat keluarga
1532.

Klien adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara. Suami klien


meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dikeluarga klien tidak ada riwayat
penyakit menurun maupun menular berbahaya lainnya. Saat muda
klien bekerja sebagai petani dan suami klien bekerja sebagai tukang
kayu. Kedua orang tua klien bekerja sebagai petani. Sejak kecil hingga
menikah klien hidup serba kekurangan, tapi klien masih bisa
membiayai anaknya sekolah. Saat semua anak klien sudah bekerja dan
menikah hidup klien mulai berkecukupan, tetapi klien sering
mengeluhkan nyeri sendi dan postur tulang punggung klien mulai
bungkuk dan klien agak susah saat berjalan. Tapi klien masih bisa
memenuhi kebutuhannya (makan) sendiri namun saat berjalan ataupun
mandi, klien selalu dibantu keluarganya karena klien tidak kuat berdiri
lama.
1533.

1534.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1535.

Saat ini klien sudah tidak bekerja, sebelumnya klien adalah seorang petani, dan jarak
tempat kerjanya dari rumah adalah 1km dan biasa ditempuh klien dengan jalan kaki.
Saat ini pendapatan klien bersumber dari uang yang diberikan anak-anaknya tiap
bulan dan semua kebutuhan klien terpenuhi.
1536.

1537.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


1538.

Rumah klien terbuat dari kayu, jenis lantai rumah klien terbuat dari kayu dan kondisi
lantainya kering. Tidak terdapat tangga dirumah klien, penerangan yang tersedia
cukup, tempat tidur klien aman karena berada dibawah dan tidak terlalu tinggi. Alat
dapur tertata rapi. Terdapat sebuah WC dirumah klien namun tidak ada pegangan dan
lantainya licin. Lingkungan disekutar klien bersi dan tidak ada barang yang
membahayakan. Klien tinggal dengan satu orang anak, satu orang menantu, dan
kedua cucunya (5 orang dalam satu rumah), klien mendapatkan privasinya dirumah
tersebut. Tetangga terdekat klien adalah Tn. A yang tinggal disebelah rumah klien.
1539.

1540.

E. RIWAYAT REKREASI
1541.

Hobby/ minat klien adalah membuat kue kering. Klien tidak mengikuti kegiatan
apapun dank lien jarang melakukan liburan atau perjalanan kecuali perjalanan pulang
kampong tiap lebaran.
1542.

1543.

F. SISTEM PENDUKUNG
1544.

Rumah klien dekat dengan puskesmas, kurang lebih 500m. jarak antara rumah sakit
dengan rumah klien adalah 2km. Klien jarang mendapatkan pelayanan kesehatan
dirumah dan perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga adalah membantunya
berjalan dan mandi.
1545.

1546.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
1547.

Klien selalu melaksanakan kebiasaan ritual sholat 5 waktu dirumah setiap harinya.
1548.

1549.

H. STATUS KESEHATAN
1550.

Sejak 5 tahun lalu hingga sekarang klien hanya sering mengeluh nyeri sendi dan
pinggang setiap sebelum tidur, klien juga merasa sering lemah bila terlalu lama
berdiri sehingga agak susah berjalan. Klien tidak memiliki keluhan lain selain hal
tersebut.
1551.
1. Provocative/palliative : nyeri sendi dan nyeri punggung
1552.

2. Quality/Quantity : nyut-nyutan seperti membawa batu


1553.

3. Region : di punggung dan seluruh persendian


1554.

4. Severity scale :4
1555.

5. Timing : setiap sebelum tidur


1556.

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : bila nyeri muncul klien hanya
menggosok bagian tubuh yang sakit dengan minyak urut dan klien tidak pernah
memeriksakan penyakit yang dideritanya ke dokter ataupun memeriksakan diri
ketempat pelayanan kesehatan lainnya.
1557.

Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun factor
lingkungan.
1558.

Penyakit yang diderita klien adalah reumatik.


1559.

1560.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


1561.

Indeks kats klien adalah C, karena setiap klien mandi dan berpindah selalu di bantu
keluarga. Oksigenasi, cairan & elektrolit, nutrisi, istirahat & tidur, dan personal
hygine klien tercukupi. Tetapi aktivitas klien mengalami penurunan. Sejak 10 tahun
semenjak kematian suaminya pun kebutuhan seksual klien tidak pernah terpenuhi.
Klien juga jarang melakukan rekreasi karena agak susah berjalan.
1562.

1563.

J. PSIKOLOGI
1564.

Klien merupakan anak kedua dari sepuluh bersaudara yang berusia 62 tahun,
klien menyukai semua bagian tubuhnya, klien ingin hidupnya tenang sampai
akhir hayatnya, klien merasa dirinya berharga karena seluruh keluarganya
menyayanginya. Emosi klien labil, klien gampang tersinggung. Klien dapat
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Mekanisme pertahanan diri
minimal.
1565.

Status mental :
1566.

Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tidak mengalami dimensia,


orientasi dan bicara klien normal. Bahasa yang digunakan bahasa banjar.
Klien mampu membaca dan mampu berinteraksi dengan lawan bicaranya.
Klien tidak memiliki vertigo.
1567.

Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) : 3


1568.

Mini mental state exam (MMSE) :3


1569.

Geriatric depression scale :4


1570.

APGAR :7
1571.

1572.

K. TINJAUAN SISTEM
1573.

Keadaan umum klien baik, tingkat kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital ; TD:
140/100 mmHg, RR: 20x/menit, Nadi: 82x/menit, suhu: 35,4˚C, TB: 145cm, BB:
43kg.
1574.

1575.

PENGKAJIAN PERSISTEM
1576.

1577.

PERNAFASAN (B1: BREATHING)


1578.
Bentuk dada simetris, klien tidak ada batuk dan tidak mengeluarkan sputum, pola
nafas regular dengan frekuensi 20x/menit, bunyi nafas normal.
1579.

1580.

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1581.

Nadi regular dengan frekuensi 82x/menit, bunyi jantung normal, tidak ada
pembersaran jantung, tidak ada edema dan clubbing finger.
1582.

1583.

1584.

PERSARAFAN (B3: BRAIN)


1585.

Tingkat kesadaran klien composmentis, GCS 15 (e4v5m6), reflex normal, klien


mempunyai koordinasi gerak yang baik, tidak ada kejang.
1586.

1587.

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


1588.

Bentuk Mata klien normal, pupil isokor, gerak bola mata normal, medan penglihatan
menyempit, klien tidak mengalami buta warna dan peningkatan tekanan intra okuler.
1589.

Bentuk hidung klien normal dan tidak ada gangguan penciuman.


1590.

Bentuk telinga klien normal, aurikel normal, membrane tympani terang, tidak ada
otorrhoea, tidak ada tinnitus dan tidak ada gangguan pendengaran.
1591.

Indera perasa dan peraba klien normal.


1592.

1593.
PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
1594.

Tidak ada masalah pada kandung kemih klien, produksi urine 700ml/hari, freuensi 5-
6x/hari, warna kuning terang, bau khas amoniak.
1595.

1596.

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1597.

Selaput lendir mulut lembab, lidah klien hiperemik, rongga mulut klien tidak berbau,
tidak ada kesulitan maupun nyeri saat menelan, abdomen kenyal dan tidak ada
benjolan, tidak ada pemesaran hepar, lien, dan asites.
1598.

BAB 1x/hari, tidak ada masalah pada BAB, klien tidak menggunakan obat pencahar
dan lavemen.
1599.

1600.

OTOT, TULANG DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


1601.

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai terbatas, tidak ada fraktur, tidak
ada dislokasi, dan tidak ada hematom.
1602.

Warna kulit pucat, akral dingin, turgor tidak elastic, tulang belakang klien kiposis.
1603.

1604.

REPRODUKSI
1605.

Bentuk payudara klien simetris, tidak ada benjolan, bentuk kelamin normal, tidak ada
keputihan, siklus haid 7hari.
1606.

1607.

ENDOKRIN
1608.
Tidak ada factor alergi dan kelainan endokrin pada klien.
1609.

1610.

PENGETAHUAN
1611.

Klien tidak mengetahui apa penyebab persendian dan punggungnya yang sering sakit,
klien tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Klien hanya tahu cara
menguranginya yaitu dengan menggunakan minyak urut.
1612.

1613.

ANALISA DATA
1614.

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: “saya sering merasa Kelemahan Gangguan
nyeri punggung dan nyeri mobilitas fisik
sendi”

DO:
-k/u lemah
-kesadaran compos
mentis
-P: nyeri sendi dan
punggung
-Q: nyut-nyut seperti
membawa batu
-R: di persendian dan
punggung
-S: 4
-T: setiap mau tidur
-klien tidak bisa berdiri
lama
-berjalan ataupun mandi
dibantu keluarga
-TD: 140/100mmHg
-RR: 20x/menit
-N: 82x/menit
-S: 35,4˚C

1615.

1616.
PRIORITAS MASALAH
1617.

1. Gangguan mobilitas fisik


1618.

1619.

DIAGNOSA MASALAH
1620.

1. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan


1621.

1622.

RENCANA KEPERAWATAN
1623.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Pertahanan body 1. Mencegah iritasi dan
tindakan keperawatan, aligment dan posisi komplikasi
diharapkan gangguan yang nyaman
mobilitas fisik
berkurang atau teratasi, 2. Cegah pasien jatuh 2. Mempertahankan
dengan criteria hasil: keamanan pasien
- klien dapat
melakukan aktivitas 3. Lakukan latihan 3. Meningkatkan
secara adekuat aktif maupun pasif sirkulasi dan
- k/u baik mencegah kontraktur
- tidak terjadi cidera
- klien meningkatkan 4. Lakukan 4. Meningkatkan fungsi
aktivitas sesuai batas fisiotheraphy dada paru
toleransi dan postural
5. Memaksimalkan
5. Tingkatkan aktivitas mobilisasi
sesuai batas toleransi

1624.

IMPLEMENTASI
1625.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1 1. mempertahanan body aligment dan posisi S: “saya masih merasa lemah saat
1. yang nyaman terlalu lama berdiri”
Hasil: klien mempertahankan body aligment.
O:
2. mencegah pasien jatuh -k/u lemah
Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi -aktivitas klien meningkat
sehingga mencegah terjadinya jatuh -tidak terjadi cidera

3. melakukan latihan aktif maupun pasif A: masalah belum teratasi


Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan
berjalan ditempat selama 1 menit P: lanjutkan intervensi

4. meningkatkan aktivitas sesuai batas


toleransi
Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi
masih dalam pengawasan

1626.

1627.

1628.

DAFTAR PUSTAKA
1629.

Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta. EGC


1630.

1631.

Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
1632.

1633.

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika
1634.

1635.

Stanley Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC


1636.
1637.

1638.

1639.

1640.

1641.

1642.

1643.

1644.

1645.

1646.

1647.

1648.

1649.

1650.

1651.

1652.

1653.
1654.

1655.

1656.

1657.

1658.

1659.

1660.

1661.

1662.

1663.

1664.

1665.

1666.

1667.

1668.

1669.

1670.
1671.

1672.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


1673.

0
1674.

Tambahkan komentar

1675.
1676.

1677.

Mar
1678.

31
1679.

1680.

AKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA


LANSIA DENGAN GANGGUAN
ELIMINASI (kelompok 3)
1681.

MAKALAH
1682.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN


ELIMINASI
1683.

1684.
1685.

1686.

1687.

1688.

1689.

1690.

DI SUSUN OLEH:
1691.

1692.

INKA FEBRYRIA PERTIWI


1693.

KARTA ADI WIBOWO


1694.

IRWANSYAH
1695.

ALFIANEDI
1696.

1697.

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN


KOTAWARINGIN TIMUR
1698.
2012
1699.

KATA PENGANTAR
1700.

1701.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya
lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah Asuhan
Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia”
1702.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain itu
diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam memahami
konsep eliminasi pada lansia khususnya.
1703.

Harapan kami mudah-mudahan makalah kami ini bermanfaat. Kami menyadari


sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
pembaca sangat kami harapkan sebagai masukan perbaikan makalah kami
berikutnya.
1704.

1705.

1706.

Sampit, Maret 2012


1707.

1708.

Penulis,
1709.

BAB I
1710.

PENDAHULUAN
1711.

1712.

I. LATAR BELAKANG
1713.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan – lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus – menerus
berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
makhluk hidup.
1714.

Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu
fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam
satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada
tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses
tersebut tidak tertandingi.
1715.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya


daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan
jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit
demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan.
1716.

Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses
penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya
daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi merupakan ancaman bagi
integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih harus berhadapan dengan
kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang
dicintai.
1717.

1718.

II. TUJUAN PENULISAN


1719.

Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan:


1720.

1. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia.


1721.

2. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan


ganguan eliminasi.
1722.

3. Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang penanganan


pada lansia dengan gangguan eliminasi.
1723.

1724.

III. RUMUSAN MASALAH


1725.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi.
1726.

1727.

IV. METODE PENULISAN


1728.

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.
1729.

1730.

V. SISTEMATIKA PENULISAN
1731.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka. Bab
III penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.
1732.

1733.

1734.

BAB II
1735.

TINJAUAN PUSTAKA
1736.

1737.
I. KOSEP DASAR ELIMINASI
1738.

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh baik


yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010).
1739.

Eliminasi Urine
1740.

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi


dari plasma darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk keginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi
akan diserap kembali ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan tubuh.
1741.

1742.

Ø Karakteristik urine normal:


1743.

a. Volume berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali berkemih.


1744.

b. Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna


kuning gelap atau kuning coklat, sedangkan karena obat urine dapat
berwarna merah atau orange gelap.
1745.

c. Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic yang


menyengat atau memusingkan timbul karena mengandung amonik.
1746.

d. pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun


demikian, pH dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada
vegetarian menjadi sedikit basa.
1747.

e. Berat jenis 1.003-1.030.


1748.

f. Komposiss air 93-97%.


1749.

g. Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter


1750.

h. Bakteri tidak ada.


1751.

1752.

Ø Komposisi Urine
1753.

a. Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat


serta urobilin.
1754.

b. Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak, dan


asam amino.
1755.

c. Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium


1756.

1757.

Ø Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine


1758.

1. Diet dan intake


1759.

Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein


dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
1760.

2. Respon keinginan awal untuk berkemih


1761.

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon


awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi
lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih.
Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari
normal.
1762.

3. Gaya hidup
1763.

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi


urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkah laku.
1764.

4. Stress psikologi
1765.

Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan


berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan
berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
1766.

5. Tingkat aktivitas
1767.

Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.


Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus spingter internal dan eksternal.
1768.

6. Tingkat perkembangan
1769.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola
berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun
karena adanya tekanan dari fetus atau adanya
1770.

7. Kondisi patologis
1771.

Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini


disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.
1772.

1773.

Ø Masalah-masalah eliminasi urine:


1774.

1. Retensio urine. Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih


dan ketidakmampuan pada kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi kandung kemih adalah urine yang
terdapat dalam kandung kemih melebihi 400 ml normalnya 250-400 ml.
1775.

2. Inkontinensia urine. Ketidakmampuan otot sfingter eksternal


sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis
inkontinensia urina, yaitu, Inkontinensia stres adalah strea yang terjadi
pada saat tekanan intraabdomen meningkat. Inkontinensia urgensi
adalah inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin berkemih,
terjadi akibat ISK bagian bawah atau spasme kandung kemih.
1776.

3. Enuresis. Ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang


diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna .
1777.

1778.
Ø Perubahan pola berkemih:
1779.

1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang


meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil
1780.

2. Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi pada


anak karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.
1781.

3. Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK.


1782.

4. Poliuri (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan


intake cairan, misal pada pasien DM.
1783.

5. Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine secara


tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan oliguria (urine
berkisar 100-500ml/24jam).
1784.

1785.

Eliminasi fekal
1786.

Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran


pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan
(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut
sampai anus. Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar.
Usus besar memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan
elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan
melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri,
mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.
1787.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat
refleks ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena
adanya feses dalam rectum.
1788.

Ø Proses Eliminasi
1789.

1. Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi


cairan digestif dan peristaltik lamban sehingga terjadi penurunan
kemampuan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
1790.

2. Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak
cukup cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat
juga terjadi karena tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang
melakukan latihan fisik.
1791.

3. Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan


respon terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan
pada gigi (karena sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah.
1792.

4. Keadaan sakit, misalnya : stroke akan menimbulkan kesulitan untuk


mengunyah/menelan.
1793.

5. Kadang lupa dalam konsumsi makanan.


1794.

6. Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan


vitamin-vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K).
1795.

7. Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya


akibat makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :
1796.
a) Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.
1797.

b) Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.


1798.

8. Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu


makan akibat gigi sudah lepas.
1799.

1800.

Ø Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal


1801.

1. Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya feses yang


keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh po\la defekasi yang
tidak teratur, penggunaan laksatif dalam jangka waku yang lama, stress
fsikologis, obat-obatan, kuang aktifitas dan usia.
1802.

2. Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan. Biasanya
disebabkan oleh konstipasi.
1803.

3. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar akibat
cepatnya kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu cukup untuk menyerap air. Diare disebabkan oleh stress fisik, obat-
obatan,alergi dan lain-lain.
1804.

4. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol


pengeluaaran feses dan gas yang melalui spingter anus akibat kerusakan
fungsi spingter / persarafan didaerah anus. Penyebabnya karena penyakit
neoromuskular, atau tumor spingter anus eksternal.
1805.
5. Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga
menyebabkan distensi intestinal, dapat disebakan karena konstipasi,
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek
anestesi.
1806.

6. Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan


tekanan darah tersebut. Penyebabnya adalah, konstipasi kronis, peregangan
maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.
1807.

1808.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK


1809.

1. Gerontologi
1810.

Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu


gerontologi, geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata
Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang
mempelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia.
Gerontologi Ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987) Cabang
ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada
lanjut usia (Miller, 1990).
1811.

1812.

2. Geriatri
1813.

Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie :


kesehatan/medikal.
1814.
· Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut
usia
1815.

· Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif


maupun terapeutis bagi klien lanjut usia.
1816.

· Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat
akibatnya pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari
geriatri adalah manusia lanjut usia.
1817.

· Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan


penyakit dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
1818.

· Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah


kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Matassari
Jacob, 1997).
1819.

1820.

3. Geriatric Nursing :
1821.

a. Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua


(Kozier, 1987).
1822.

b. Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada


tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia
secara komprehensif. Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita
penyakit (geriatric nursing) dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian
dari Gerontic nursing.
1823.
1824.

4. Proses Menua
1825.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994). Proses
menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses
menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya
orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan
yang menyolok (Deskripansi).
1826.

Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok


kesehatan pasdal 8 ayat 2, berbunyi : Dalam istilah sakit termasuk cacat,
kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia
dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar. Gerontologi
berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu
masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia.
1827.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya


daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun dari
luar tubuh. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori
yang menerangkan “proses menua,” mulai dari teori degeneratif yang didasari
oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu : teori yang
mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan teori imunologik,
yaitu : teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang
makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergendengan
dengan perubahan fisiologik maupun psikologik. Yang penting untuk diketahui
bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat kemunduran fungsi
alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
1828.

1829.

5. Teori-Teori Proses Menua


1830.

a. Secara individual
1831.

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.


1832.

2. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.


1833.

3. Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua.
1834.

b. Teori-teori biologi
1835.

1. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)


1836.

Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari
sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
1837.

2. “Pemakaian dan Rusak” kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel


tubuh lelah (terpakai).
1838.

3. Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori


akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine
di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia
yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendiri.
1839.

4. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.


1840.

5. Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan


gizi.
1841.

6. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses


metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar
timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah
kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).
1842.

c. Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory)


1843.

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya


virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
1844.

d. Teori stress
1845.

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.


regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
1846.

e. Teori radikal bebas


1847.

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat
regenerasi.
1848.

f. Teori rantai silang


1849.

Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,


khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
1850.

g. Teori program
1851.

Kemampuan organisme untuk menetapakan jumlah sel yang membelah


setelah sel-sel tersebut mati.
1852.

1853.

6. Teori Kejiwaan Sosial


1854.

a) Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory)


1855.

° Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan


secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
1856.

° Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
1857.
° Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
1858.

b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)


1859.

Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimilikinya.
1860.

c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)


1861.

Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran


individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh
Cumming and Henry 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
(Triple loos), yakni:
1862.

1. Kerhilangan peran (Loss of Role)


1863.

2. Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation


Ships)
1864.

3. Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores and


Values).
1865.

1866.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1867.

a. Hereditas : Keturunan/genetik
1868.

b. Nutrisi : Makanan
1869.

c. Status kesehatan
1870.

d. Pengalaman hidup
1871.

e. Lingkungan
1872.

f. Stress
1873.

1874.

8. Batasan-Batasan Lanjut Usia


1875.

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara


memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.
1876.

Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :


1877.

a) Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.


1878.

b) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun


1879.

c) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.


1880.

d) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun


1881.

Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)


1882.

Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan


dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
1883.

a) Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun


1884.

b) Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun


1885.

c) Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun


1886.

d) Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.


1887.

1888.

9. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


1889.

Perubahan-perubahan fisik
1890.

Sel
1891.

1. Lebih sedikit jumlahnya


1892.

2. Lebih besar ukurannya.


1893.

3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.


1894.

4. Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati.


1895.

5. Jumlah sel otak menurun.


1896.

6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.


1897.

7. Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.


1898.

1899.

Sistem persyarafan
1900.

1. Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
1901.

2. Cepatnya menurun hubungan persarafan.


1902.

3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
1903.

4. Mengecilnya saraf panca indera.


1904.

5. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf


pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
1905.

6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.


1906.
1907.

Sistem pendengaran
1908.

1. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)


pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi
pada usia di atas umur 65 tahun.
1909.

2. Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.


1910.

3. Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya


keratin. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
1911.

1912.

Sistem penglihatan
1913.

1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar


1914.

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)


1915.

3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas


menyebabkan gangguan penglihatan.
1916.

4. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap


kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
1917.

5. Hilangnya daya akomodasi.


1918.
6. Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.
1919.

7. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.


1920.

1921.

Sistem kardiovaskuler
1922.

1. Elastisitas, dinding aorta menurun.


1923.

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.


1924.

3. Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah


berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
1925.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas pembuluh


darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
1926.

5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari


pembuluh darah perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ± 90
mmHg.
1927.

1928.

Sistem pengaturan temperatur tubuh


1929.
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :
1930.

1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat


metabolisme yang menurun.
1931.

2. Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang


banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
1932.

1933.

Sistem respirasi
1934.

1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.


1935.

2. Menurunnya aktivitas dari silia.


1936.

3. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas


lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
1937.

4. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.


1938.

5. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg


1939.

6. CO2 pada arteri tidak berganti


1940.

7. Kemampuan untuk batuk berkurang.


1941.
8. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
1942.

1943.

Sistem gastrointestinal
1944.

1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa


terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
1945.

2. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap
di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.
1946.

3. Esofagus melebar.
1947.

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung


menurun, waktu mengosongkan menurun.
1948.

5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.


1949.

6. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)


1950.

7. Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,


berkurangnya aliran darah.
1951.

1952.
Sistem reproduksi
1953.

1. Menciutnya ovari dan uterus.


1954.

2. Atrofi payudara.
1955.

3. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun


adanya penurunan secara berangsur-angsur.
1956.

4. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi


kesehatan baik), yaitu :
1957.

1. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.


1958.

2. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan


kemampuan seksual.
1959.

3. Tidak perlucemas karena merupakan perubahan alami.


1960.

4. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi


berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan-
perubahan warna.
1961.

1962.

Sistem genitourinaria
1963.

1. Ginjal
1964.
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan
nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, fungsi
tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin,
berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1); BUN (blood urea
nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
1965.

2. Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya


menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
1966.

3. Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.


1967.

4. Atrofi vulva
1968.

5. Vagina
1969.

Orang-orang yang makin menua, sexual intercourse masih juga


membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual
seseorang berhenti. Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara
bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan
terus sampai tua.
1970.

1971.

Sistem endokrin
1972.

1. Produksi dari hampir semua hormon menurun


1973.

2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.


1974.

3. Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
1975.

4. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate)


dan menurunnya daya pertukaran zat.
1976.

5. Menurunnya produksi aldosteron.


1977.

6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan


testeron.
1978.

1979.

Sistem kulit (integumentary system)


1980.

1. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.


1981.

2. Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi


serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).
1982.

3. Menurunnya respon terhadap trauma.


1983.

4. Mekanisme proteksi kulit menurun :


1984.

a. Produksi serum menurun


1985.
b. Penurunan produksi VTD.
1986.

c. Gangguan pigmentasi kulit


1987.

5. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.


1988.

6. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.


1989.

7. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.


1990.

8. Pertumbuhan kuku lebih lambar


1991.

9. Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh.


1992.

10. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.


1993.

11. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.


1994.

12. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.


1995.

1996.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)


1997.

1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.


1998.

2. Kifosis
1999.

3. Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.


2000.

4. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).


2001.

5. Persendian membesar dan menjadi kaku.


2002.

6. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.


2003.

7. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot


mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
2004.

8. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.


2005.

2006.

III. ASUHAN KEPERAWATAN\


2007.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang


mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan langkah
pertama dalam proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data dan
menghasilkan diagnosa keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada keperawatan
sangat penting untuk menetukan diagnosa keperawatan yang dapat menentukan
intervensi dan implementasi keperawatan.
2008.

2009.

1. Pengkajian
2010.

a. Eliminasi urine
2011.
1. Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia.
Pada overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orange-
kecoklatan.
2012.

2. Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400


ml.
2013.

3. Distensi kandung kemih ® inkontinensia (tidak dapat menahan BAK)


2014.

4. Frekuensi BAK, tekanan dan desakan.


2015.

5. Kondisi-kondisi tertentu misalnya :


2016.

a) Disuria, keadaan nyeri waktu BAK.


2017.

b) Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.


2018.

c) Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anakanak).


2019.

d) Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume.


2020.

e) Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya.


2021.

f) Anuri, produksi urine <100 /hari.


2022.

g) Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya : karena


obstruksi saluran urethra.
2023.
2024.

b. Eliminasi bowel
2025.

1. Status gizi
2026.

2. Pemasukan diit
2027.

3. Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah.


2028.

4. Mengunyah dan menelan.


2029.

5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut


2030.

6. Auskultasi bising usus.


2031.

7. Palpasi apakah perut kembung, fecal.


2032.

8. Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB.


2033.

9. Keadaan diare.
2034.

2035.

2. Intervensi
2036.

a. Eliminasi Urine
2037.

1. Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari.


2038.
2. Cegah terjadinya inkontinensia :
2039.

a) Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.


2040.

b) Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh.


2041.

c) Observasi jumlah urin


2042.

d) Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.


2043.

2044.

b. Eliminasi Bowel
2045.

1. Berikan sikap fowler waktu makan


2046.

2. Pertahankan keasaman lambung.


2047.

3. Berikan makanan yang tidak membentuk gas


2048.

4. Cukup cairan
2049.

3. Untuk mencegah sembelit/konstipasi.


2050.

a. Awasi kecukupan cairan dalam diit.


2051.

b. Dorong untuk melakukan aktivitas


2052.

c. Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.


2053.

d. Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal


2054.

e. Berikan kecukupan konsumsi serat.


2055.

f. Ajarkan latihan kegel.


2056.

g. Ajarkan latihan perut.


2057.

h. Atur waktu makan dan minum.


2058.

i. Atur jumlah makan dan minum.


2059.

j. Berikan laxatif jika perlu.


2060.

2061.

2062.

BAB III
2063.

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


2064.

2065.

I. Data Biografi
2066.

Nama : Ny. S
2067.
Umur : 74 tahun
2068.

Jenis kelamin : Perempuan


2069.

Pendidikan : SD
2070.

Agama : Islam
2071.

Status perkawinan : Janda


2072.

TB/BB : 149 cm / 37 kg
2073.

Penampilan : Rapi,bersih,wangi,berpakaian sesuai, rambut


beruban, menggunakan jilbab, sedikit bungkuk.
2074.

Alamat : Jl. SukaBumi Barat No. 007


2075.

Orang yang dekat : Ny. Ati


2076.

Hubungan : Anak klien


2077.

Alamat : Sda
2078.

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


2079.

1. GENOGRAM
2080.
2081.

2082.
2083.

2084.

2085.

2086.

2087.

2088.

2089.

2090.

2091.

2092.

Keterangan:
2093.

perempuan : garis perkawinan


2094.
: laki-

laki ------ : tinggal dalam satu rumah


2095.

: garis

keturunan X : meninggal dunia


2096.

2097.

2. Riwayat Keluarga
2098.

Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari
keluarga petani. Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah
meninggal sejak klien berumur 51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut anaknya.
2099.

Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak
pertamanya dan sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBparu.
2100.

2101.

III. RIWAYAT PEKERJAAN


2102.
Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
2103.

Alamat pekerjaan :-
2104.

Jarak dari rumah :-


2105.

Transportasi :-
2106.

Pekerjaan sebelumnya : Pedagang sayur yang digendong di bahu


2107.

Jarak dari rumah : ±10 km


2108.

Transportasi : Jalan kaki


2109.

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : kebutuhan


klien dipenuhi oleh anak-anaknya.
2110.

2111.

2112.

IV. RIWAYAT LINGKUNGAN


2113.

Jenis lantai
rumah :
porselen
2114.
Kondisi
lantai
: kering
2115.

Tangga
rumah
: tidak ada
2116.

Penerangan
: cukup
2117.

Tempat
tidur
: tanpa ranjang
2118.

Alat
dapur
: tertata rapi
2119.

WC
: ada dikamar, ± 3
meter dari tempat tidur
2120.

Kebersihan
lingkungan :
lingkungan bersih, tidak ada
barang yang dapat mebahayakan
klien
2121.

Jumlah yang tinggal dalam satu


rumah : 5 (lima) orang
2122.

Derajat
privasi
: baik
2123.

Tetangga
terdekat
:Mbah Saras
2124.

Alamat
: Jl. Suka- Bumi
Barat No. 008
2125.
2126.

V. RIWAYAT REKREASI
2127.

Hobi/minat
: Klien hobby
menyulam, bernyanyi
2128.

Keanggotaan
organisasi : anggota
posyandu lansia “Kamboja”
2129.

Liburan/perjalanan
: Klien
sering diajak
anaknya jalan-jalan
ke taman kota.
2130.

2131.

VI. SISTEM PENDUKUNG


2132.

Perawat/Bidan/Dokter
: Mantri Sri
2133.
Jarak dari
rumah
: 1 km
2134.

RS
:
RSU DR. Murjani
Sampit, ± 4 km
dari rumah klien
2135.

Klinik
:
Puskesmas Baamang
1, ± 1 km dari
rumah klien
2136.

Makanan yang dihantarkan :


-
2137.

Perawatan sehari-hari yang


dilakukan keluarga:
tidak ada karena
klien masihdapat
melakukan aktivitas
madiri.
2138.

2139.

VII. DESKRIPSI KEKHUSUSAN


2140.

Kebiasaan
ritual
: Klien
selalu melaksanakan
sholat lima waktu
berjamaah di
mushola Al-Anshor
dekat rumah klien,
dan sering
mendengarkan
ceraham dari TV.
2141.

2142.

VIII. STATUS KESEHATAN


2143.

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan
kesemutan pada ektremitas, dan hipertensi
2144.
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita
sakit stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu
2145.

Keluhan utama : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh


2146.

P :-
2147.

Q :-
2148.

R :-
2149.

S :-
2150.

T :-
2151.

Obat-obatan : Ottopan (paracetamol) 500 mg 3x1


2152.

Alergi : klien tidak ada alergi


2153.

Obat-obatan :-
2154.

Makanan :-
2155.

Faktor lingkungan :-
2156.

2157.

Penyakit yang diderita : Hipertensi dan rematik


2158.
2159.

IX. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


2160.

Indeks katz : Katz A


2161.

Oksigenasi : Klien bernapas dengan hidung, RR : 20x/m


2162.

Cairan/elektrolit :
2163.

Nutrisi : Klien makan 2x sehari, klien makan nasi dan


lauk, klien tidak suka makan sayur, klien minum
air putih 3 gelas sehari (± 750 ml),
2164.

Eliminasi : 3 hari sekali baru BAB, perut dintesi, bising


usus 3x/m, BAK
2165.

2166.

Aktivitas : semua aktivitas klien sehari-hari dapat


dikerjakan secara mandiri
2167.

Istirahat&tidur : Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari


klien mulai tidur pukul 22.00 sampai 04.00 pagi.
Pada saat tidur klien sering terbangun.
2168.

Personal hygiene : Klien mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali,


berganti pakaian setiap hari
2169.
Seksual : Klien sudah menopause sejak berumum 51
tahun, dan sudah tidak memiliki pasangan, sejak menopause klien sudah tidak
ada keinginan untuk berhubungan dengan dengan lawan jenis.
2170.

2171.

X. PSIKOLOGI KOGNITIF PERSEPTUAL


2172.

Konsep diri : baik


2173.

Emosi : stabil
2174.

Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik


2175.

Status mental :
2176.

· Tingkat kesadaran : compos mentis


2177.

· Afasia : tidak ada


2178.

· Dimensia : ada
2179.

· Orientasi : baik
2180.

· Bicara : normal dan lancar


2181.

· Bahasa yang digunakan : bahasa banjar dan bahasa indonesia


2182.

· Kemampuan membaca : klien bisa membaca


2183.

· Kemampuan interaksi : klien mampu berinteraksi dengan baik dan


sesuai
2184.

· Vertigo : ada
2185.

· SPSMQ : skor 2 = fungsi mental utuh


2186.

· MMSE : skor 2 = baik


2187.

· GDS : skor 4 = tidak ada depresi


2188.

· APGAR : skor 10 = rendah


2189.

2190.

2191.

XI. TINJAUAN SISTEM


2192.

Keadaan umum : baik


2193.

Tingkat kesadaran : compos mentis


2194.

Tanda-tanda vital : TD: 190/100 mmHg, Nadi: 74x/m, RR: 20x/m,


2195.

Suhu : 36,5 ° C, TB : 149 cm, BB, 37 kg


2196.
2197.

PENGKAJIAN PERSISTEM
2198.

B1/pernapasan
2199.

· Bentuk dada : simetris


2200.

· Sekeresi dan batuk : tidak ada batuk


2201.

· Pola napas : RR: 20x/m, reguler


2202.

· Bunyi napas : vesikuler


2203.

· Pergerakan dada : normal


2204.

· Tractil fremitis : tidak ada


2205.

· Alat bantu pernapasan : klien tidak menggunakan alat bantu


pernapasan
2206.

2207.

B2/Kardiovaskuler
2208.

· Nadi : 74x/m, reguler dan kuat


2209.

· Bunyi janting : normal


2210.
· Letak jantung : ictus cordis teraba pada interkosta ke-lima
kira-kira
2211.

satu jari medial dari garis midclviucla


2212.

· Pembesaran jantung : ada


2213.

· Nyeri dada : tidak ada


2214.

· Oedeme : tidak ada


2215.

· Clubbing finger : tidak ada


2216.

2217.

B3/ persarafan
2218.

Ø Tingkat kesadaran : compos mentis


2219.

· GCS : 15, eye: 4, verbal:5, motorik: 6


2220.

· Reflek : normal
2221.

· Koordinasi gerak : Klien mampu mengkoordinasikan gerak


2222.

· Kejang : tidak ada


2223.

Penginderaan (persepsi sensori)


2224.
1. Mata
2225.

· Bentuk : normal
2226.

· Visus :-
2227.

· Pupil : isokor
2228.

· Gerak bola mata : menyempit


2229.

· Medan penglihatan : menyempit


2230.

· Buta warna : tidak ada


2231.

· Tekanan Intra Okuler : tidak


2232.

2233.

2. Hidung
2234.

· Bentuk : normal
2235.

· Gagguan penciuman : tidak ada


2236.

3. Telinga
2237.

· Aurikel : normal
2238.

· Membaran timpani : keruh


2239.

· Ottorhochea : tidak ada


2240.

· Gangguan pendengaran: ada


2241.

· Tinitus : ada
2242.

4. Perasa : normal
2243.

5. Peraba : normal
2244.

2245.

B4/perkemihan
2246.

· Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi
suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi terjadi
inkontinensia urine.
2247.

· Produksi urin : volume BAK ± 400 ml / hari


2248.

· Frekuensi BAK : 3 – 4 x/hari


2249.

· Warna : kuning
2250.

· Bau :amoniak
2251.

2252.
B5/eliminasi alvi
2253.

1. Mulut dan tenggorokan


2254.

· Mulut : mukosa lembab


2255.

· Lidah : normal
2256.

· Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong,


2257.

· Tengorokan : tidak ada keluhan


2258.

· Abdomen : dintensi
2259.

· Pembesaran hepar : tidak ada


2260.

· Pembesaran lien : tidak ada


2261.

· Asites : tidak ada


2262.

2. Masalah usus dan rektum


2263.

· BAB : 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh


2264.

· Obat pencahar :
2265.

· Lavamen :
2266.
2267.

B6/Otot/tulang/integumen
2268.

1. Otot-tulang
2269.

· Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai : bebas


2270.

Kemampuan kekuatan otot :


2271.

· Fraktur : tidak ada


2272.

· Dislokasi : tidak ada


2273.

· Hematoma : tidak ada


2274.

2. Integumen
2275.

· Warna kulit : sawo matang


2276.

· Turgor : tidak elastis


2277.

· Tulang belakang : kiposis


2278.

2279.

REPRODUKSI
2280.

Payudara
2281.
· Bentuk : simetris
2282.

· Benjolan : tidak ada


2283.

2284.

Kelamin
2285.

· Bentuk : normal
2286.

· Keputihan : tidak ada


2287.

· Siklus haid : klien sudah menopause


2288.

2289.

ENDOKRIN
2290.

· Faktor alergi : tidak ada


2291.

· Manifestasi :-
2292.

· Cara mengatasi :-
2293.

· Kelainan endokrin : tidak ada


2294.

2295.

PENGETAHUAN KLIEN TENTANG KESEHATAN DIRINYA


2296.

Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap
sakitnya itu adalah sakit orang sudah tua.
2297.

2298.

2299.

ANALISA DATA
2300.

No Data Penyebab Masalah


DS : Pemenuhan Gangguan Bowel
1. Klien mengatakan 2 hari ini tidak kebutuhan gizi Eliminasi ( BAB )
bias BAB. tidak seimbang.
2. Klien mengatakan tidak suka
makan sayur dan hanya minum air
putih sebanyak 3 gelas.

DO :
1. Klien hanya makan nasi dan
sedikit sayur mayur.
2. Bising usus 3 x /menit
3. Perkusi abdomen hypertimpani.

2301.

RENCANA KEPERAWATAN
2302.

No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
Bowel Intervensi klien mengenai tingkat pengetahuan
Eliminasi keperawatan dalam pemahaman tentang klien tentang
( BAB ) b.d waktu 2 X 24 jam nutrisi. nutrisinya.
Pemenuhan klien dapat BAB
kebutuhan secara normal. 2. Anjurkan klien 2. Sayur dan buah
gizi tidak Kriteria hasil : makan sayur dan merupakan makanan
seimbang. 1. Klien buah. yang yang tinggi serat
mendapatkan sehingga dapat
nutrisi yang cukup membantu
dengan gizi yang melancarnak n
seimbang. pencernaan.
2. Klien dapat BAB
dengan lancer 3. klien untuk 3. Untuk membantu
maksimal dalam meningkatkan intake melunakan feses.
waktu 2 X 24 jam . cairan ± 1500 cc yang
dipenuhi secara
bertahap.

4. Anjurkan klien untuk 4. Untuk mengurasi


makan makanan yang kembung/ distensi.
tidak bergas.

5. Lakukan auskultasi 5. Untuk mengetahui


bising usus. keefektifan rencana
sebelumnya.
2303.

IMPLEMENTASI
2304.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai S: “Saya sudah dapat BAB dengan
pemahaman tentang nutrisi. Hasil: “yang lancar, minum sebanyak 5 gelas /
saya tahu saya harus makan makanan yang hari, mau mencoba mengkonsumsi
sedikit garam agar tensi saya tidak naik. sayuran dan buah- buahan”.

2. Menganjurkan klien makan sayur dan O:


buah. Hasil: “ saya akan mencoba makan · Bising usus 10x / menit.
sayur” · Makan dengan lauk – pauk dan
sayuran.
3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan · Perkusi abdomen tympani.
intake cairan ± 1500 cc yang dipenuhi
secara bertahap. Hasil: “nanti saya akan A:Masalah teratasi
mencoba minum yang banyak”.
P: Hentikan intervensi
4. Menganjurkan klien untuk makan makanan
yang tidak bergas. Hasil: “saya akan
mengurangi makan singkong”

5. Melakukan auskultasi bising usus. Hasil:


bising usus 5x/m

2305.

BAB III
2306.

PENUTUP
2307.

2308.

I. KESIMPULAN
2309.

Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami perubahan seperti


kehilangan gigi, indra pengecap yang mengalami penurunan fungsi, rasa lapar
yang menurun, peristaltic yang menurun dan lain-lain. Sehingga pada lansia pola
eliminasi urine dan fekal mengalami perubahan dimana perawat harus mampu
membantu lansia dalam menghadapi perubahan tersebut.
2310.

2311.

DAFTAR PUSTAKA
2312.
2313.

Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
2314.

Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta: EGC


2315.

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC


2316.

Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC


2317.

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika


2318.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


2319.

0
2320.

Tambahkan komentar

2321.
2322.

2323.

Mar
2324.

31
2325.

2326.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA PASIEN LANSIA DENGAN
MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
(kelompok 2)
2327.

2328.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


2329.

PADA PASIEN LANSIA DENGAN


2330.

MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN


2331.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN


2332.

2333.

2334.

2335.

Disusun Oleh :
2336.

KELOMPOK 2
2337.

1. Dedi Darma Putra


2338.

2. Edi Taufikurahman
2339.

3. Kiki Apriliyanti
2340.

4. Novia Yesiana
2341.
2342.

2343.

AKADEMI KEPERAWATAN
2344.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


2345.

Jl. Batu Berlian No.11 Telp (0531) 22960


2346.

2012
2347.

2348.

KATA PENGANTAR
2349.

2350.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/I akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
2351.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul Standar ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH
PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN. Dalam
penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima
kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.
2352.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang


telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
2353.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
2354.
2355.

2356.

2357.

2358.

2359.

Sampit, Maret 2012


2360.

2361.

2362.

2363.

DAFTAR ISI
2364.

2365.

KATA
PENGANTAR ................................................................................................................
. i
2366.

DAFTAR
ISI ...............................................................................................................................
ii
2367.

BAB
I............................................................................................................................
PENDAHULUAN
2368.
A. LATAR
BELAKANG...............................................................................................
1
2369.

B. TUJUAN
PENULISAN ............................................................................................
2
2370.

C. RUMUSAN
MASALAH........................................................................................... 2
2371.

D. METODE
PENULISAN............................................................................................
2
2372.

E. SISTEMATIKA
PENULISAN.................................................................................. 2
2373.

BAB II PEMBAHASAN
2374.

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


KEAMANAN.... 3
2375.

B. KESELAMATAN DAN
KEAMANAN................................................................... 4
2376.

BAB
III.............................................................................................................................
PENUTUP
2377.

A.
KESIMPULAN ............................................................................................
............. 39
2378.

B.
SARAN .........................................................................................................
............. 39
2379.

DAFTAR PUSTAKA
2380.

2381.

2382.

2383.

BAB I
2384.

PENDAHULUAN
2385.

2386.

2387.

A. LATAR BELAKANG
2388.

Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju


dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara
tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia
(lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang
dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60
tahun (Kane, 1994).
2389.

Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari
satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala
yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan
kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya
adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994).
2390.

Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-
lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan
lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia
yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan
yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan
masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall &
Hassett, 2002).
2391.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan
paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
2392.

2393.

2394.

B. TUJUAN PENULISAN
2395.

Untuk mengidentifikasi pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan


keselamatan dan keamanan klien pada pasien lansia.
2396.

2397.

C. RUMUSAN MASALAH
2398.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan
pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
2399.

2400.

D. METODE PENULISAN
2401.

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode


kepustakaan dan dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
2402.

2403.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
2404.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I
Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan.
Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Daftar Pustaka.
2405.

2406.

2407.

BAB II
2408.

PEMBAHASAN
2409.

2410.

A. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN


2411.

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan


secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait
dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam
pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut:
2412.

1. Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan


secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan
kebutuhan keamanan.
2413.

2. Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien


dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan
keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung
jawab terhadap masalah keamanan keluarga.
2414.

3. Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan ”home visit” atau


kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.
2415.

4. Konsultan, perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi


masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
2416.
5. Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program
maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga
untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.
2417.

6. Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap


pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam
ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.
2418.

7. Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan


secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.
2419.

8. Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan


baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan
yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.
2420.

2421.

B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN


2422.

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
2423.

2424.

KONSEP DASAR
2425.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan dan keamanan


2426.

a. Usia
2427.

Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang
dilakukan. Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan
tulang.
2428.

b. Tingkat kesadaran
2429.

Pada pasien koma, menurunnya respons terhadap rangsang, paralisis, disorientasi,


dan kurang tidur.
2430.

c. Emosi
2431.

Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
2432.

d. Status mobilisasi
2433.

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun


memudahkan terjadinya risiko injuri atau gangguan integritas kulit.
2434.

e. Gangguan persepsi sensori


2435.

Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang


berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
2436.

f. Informasi/komunikasi
2437.

Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan


kecelakaan.
2438.

g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional


2439.

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik


2440.

h. Keadaan imunitas
2441.

Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
2442.

i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih


2443.
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
2444.

j. Status nutrisi
2445.

Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.
2446.

k. Tingkat pengetahuan
2447.

Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi


sebelumnya.
2448.

2449.

2. Macam-macam bahaya atau kecelakaan


2450.

a. Di rumah
2451.

· Tersedak.
2452.

· Jatuh.
2453.

· Tertelan alat-alat rumah tangga.


2454.

· Tersiram air panas.


2455.

· Jatuh dari jendela atau tangga.


2456.

· Terpotong.
2457.

· Luka tusuk atau luka gores.


2458.

· Luka bakar.
2459.
· Tenggelam.
2460.

· Terkena pecahan kaca.


2461.

· Jatuh dari sepeda.


2462.

· Keracunan.
2463.

2464.

b. Di rumah sakit
2465.

· Mikroorganisme.
2466.

· Cahaya.
2467.

· Kebisingan.
2468.

· Temperatur.
2469.

· Kelembapan.
2470.

· Cedera atau jatuh.


2471.

· Kesalahan prosedur.
2472.

· Peralatan medik.
2473.

· Radiasi.
2474.

· Keracunan inhalasi, injeksi.


2475.

· Syok elektrik.
2476.
· Asfiksia dan kebakaran.
2477.

2478.

3. Pencegahan kecelakaan di rumah sakit


2479.

a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari


kecelakaan.
2480.

b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur.


2481.

c. Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik


aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
2482.

d. Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda.


2483.

e. Menghindari kecelakaan:
2484.

· Mengunci roda kereta dorong saat berhenti.


2485.

· Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada


pasien yang gelisah.
2486.

· Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau.


2487.

· Meja yang mudah dijangkau.


2488.

· Kereta dorong ada penghalangnya.


2489.

f. Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik


misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.
2490.

g. Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah


meledak seperti tabung oksigen dan termos.
2491.
h. Memasang label pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar.
2492.

i. Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti


penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi.
2493.

j. Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat.


2494.

k. Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu


penerangan.
2495.

l. Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi.


2496.

m. Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan


mampu menggunakannya.
2497.

n. Mencegah kesalahan prosedur; identitas klien harus jelas.


2498.

2499.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PADA LANSIA


2500.

PENYEBAB KECELAKAAN PADA LANSIA:


2501.

1. Fleksibilitas ekstremitas yang berkurang


2502.

2. Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun


2503.

3. Pencahayaan yang kurang


2504.

4. Lantai licin dan tidak rata


2505.

5. Tangga tidak ada pengaman


2506.

6. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak


2507.
7. Kehilangan kesadaran tiba-tiba (syncope)
2508.

TINDAKAN PENGAMANAN PADA LANSIA:


2509.

1. Berikan alat bantu yang sesuai


2510.

2. Latih lansia untuk mobilisasi


2511.

3. Usahakan ada yang menemani jika bepergian


2512.

4. Letakkan peralatan terjangkau lansia


2513.

5. Gunakan tempat tidur tidak terlalu tinggi


2514.

6. Penataan ruangan harus bebas lalu lalang


2515.

7. Upayakan lantai bersih, tidak licin, rata, dan tidak basah


2516.

8. Hindari lampu redup/menyilaukan


2517.

2518.

PENGKAJIAN DAN PENCEGAHAN JATUH PADA LANSIA


2519.

2520.

A. DEFINISI
2521.

Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi mata ,yang
melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat yang lebih
rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben) Jatuh sering terjadi
atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di dalamnya ,kelemahan
otot ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizzines ,serta faktor
ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung benda-benda
,pengelihatan kurang terang dan sebagainya. Tidak mengejutkan bahwa jatuh
merupakan kejadian yang mempercepat patah tulang pada orang dengan
kepadatan mineral tulang {Bone Mineral Density(BMD)} rendah.
2522.

Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko patah tulang. Jatuh
adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan
meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi
punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.
2523.

Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan


harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola
gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat
meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan
risiko jatuh.
2524.

Mengurangi Risiko Jatuh


2525.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan oleh
American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American Academy
of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa rekomendasi
untuk orang tua(AGS et al.2001) .
2526.

2527.

Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungan dengan kecelakaan pada


lansia
2528.

Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu:
2529.

1. Faktor Intrinsik
2530.

Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai


penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi,
Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang
menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.
2531.

Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko


jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan
syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh dapat
juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam,
asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan.
2532.

2. Faktor Ekstrinsik
2533.

Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak
di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat
berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,
licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang
tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah
tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau
menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaannya.
2534.

2535.

2536.

2537.

B. PENCEGAHAN
2538.

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat


menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan.
dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang
tua :
2539.

2540.

1. Latihan fisik
2541.

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan


tungkai dan tangan,memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi
terhadap bahaya lingkungan,latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-
obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak
terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.(1,4,5,6)
2542.
2543.

2. Managemen obat-obatan
2544.

Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:


2545.

§ Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat


2546.

§ Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan


2547.

§ Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama


sedatif dan tranquilisers
2548.

§ Hindari pemberian obat multiple (lebih dariempat macam) kecuali atas


indikasi klinis kuat
2549.

§ Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan


2550.

2551.

3. Modifikasi lingkungan
2552.

Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas ataudingin untuk menghindari pusing
akibat suhu diantara:
2553.

§ Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam


jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2554.

§ Gunakan karpet antislip di kamar mandi.


2555.

§ Perhatikan kualitas penerangan di rumah.


2556.

§ Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
2557.
§ Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
2558.

§ Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang


biasa untuk melintas.
2559.

§ Gunakan lantai yang tidak licin.


2560.

§ Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari


tersandung.
2561.

§ Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di


kamar mandi.
2562.

2563.

4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :


2564.

§ Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.


2565.

§ Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.


2566.

§ Mengambil barang dengan cara yang benar dari Lantai.


2567.

§ Hindari olahraga berlebihan.


2568.

2569.

5. Alas kaki
2570.

Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:


2571.

§ Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar


2572.
§ Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
2573.

§ Pakai sepatu yang antislip


2574.

2575.

6. Alat bantu jalan


2576.

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya.
2577.

§ Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan


keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan
kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak
menggunakan roda. Karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
2578.

§ Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),
crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang
digunakan, pasien dianjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat
badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling
cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam
menunjang berat badan.
2579.

2580.

7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran


2581.

2582.

8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.


2583.
2584.

9. Memelihara kekuatan tulang


2585.

§ Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan


densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang
tua
2586.

§ Berhenti merokok
2587.

§ Hindari konsumsi alkohol


2588.

§ Latihan fisik
2589.

§ Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen


2590.

§ Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.


2591.

2592.

2593.

2594.

ASUHAN KEPERAWATAN
2595.

2596.

Pengkajian
2597.

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi pasien seperti


adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi:
2598.

a. Halusinasi;
2599.
b.Gangguan proses pikir;
2600.

c. Kelesuan;
2601.

d. Ilusi;
2602.

e. Kebosanan dan tidak bergairah;


2603.

f. Perasaan terasing;
2604.

g.Kurangnya konsentrasi;
2605.

h.Kurangnya koordinasi dan keseimbangan.


2606.

2607.

2. Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan lain:


2608.

a. Kesadaran menurun;
2609.

b.Kelemahan fisik;
2610.

c. Imobilisasi;
2611.

d. Penggunaan alat bantu.


2612.

2613.

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi:


2614.

Pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien
(home hazards appraisal).
2615.

a. Resiko Jatuh
2616.

§ Usia klien lebih dari 65 tahun


2617.

§ Riwayat jatuh di rumah atau RS


2618.

§ Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran


2619.

§ Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas


2620.

§ Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)


2621.

§ Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)


2622.

§ Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics,


diuretics, or laxatives)
2623.

b. Riwayat kecelakaan
2624.

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh


karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan
kecelakaan itu terulang kembali
2625.

c. Keracunan
2626.

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya
keracunan dan upaya pencegahannya.
2627.

d. Kebakaran
2628.

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana


klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan
keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.
2629.

e. Pengkajian Bahaya
2630.
Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam
keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.
2631.

f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)


2632.

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang
cukup tinggi, banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan
meninggal. Bahaya yang menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit
untuk diperbaiki, oleh karena itu diperlukan pengkajian yang spesifik tentang
keadaan rumah yang terstuktur.
2633.

Contoh pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh
Departemen kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.
2634.

2635.

2636.

2637.

2638.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (Tarwoto dan Wartonah)


2639.

2640.

1. Risiko injuri
2641.

Definisi: kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya


dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.
2642.

Y Kemungkinan berhubungan dengan:


2643.

a. Kurangnya informasi tentang keamanan;


2644.
b. Kelemahan;
2645.

c. Gangguan kesadaran;
2646.

d. Kurangnya koordinasi otot;


2647.

e. Epilepsi;
2648.

f. Episode kejang;
2649.

g. Vertigo;
2650.

h. Gangguan persepsi.
2651.

Y Kemungkinan data yang ditemukan:


2652.

a. Perlukaan dan injuri.


2653.

Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


2654.

a. AIDS;
2655.

b. Demensia;
2656.

c. Pengobatan barbiturat, halosinogen, dan benzodiazepin;


2657.

d. Epilepsi;
2658.

e. Penyakit perdarahan.
2659.

Y Tujuan yang diharapkan:


2660.

a. Injuri tidak terjadi.


2661.
Y Intervensi:
2662.

a. Cek keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada tempat
tidurnya
2663.

b. Cek tanda vital setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan


2664.

c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya


2665.

d. Siagakan alat-alat emergensi seperti suction dan intubasi pada


tempatnya
2666.

e. Kunci roda tempat tidur


2667.

f. Posisi kepala lebih ditinggikan


2668.

g. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari


2669.

h. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan


persepsi pasien
2670.

i. Bantu pasien dalam pergerakan/aktivitas ke toilet


2671.

j. Lakukan kajian keadaan kulit pasien dan gunakan tempat tidur


khusus untuk mencegah dekubitus
2672.

k. Berikan pendidikan kesehatan tentang:


2673.

· Perubahan gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol


2674.

· Pencegahan injuri di rumah


2675.

Y Rasional:
2676.

a. Pencegahan primer
2677.

b. Monitor faktor risiko


2678.

c. Mencegah terjadinya kecelakaan


2679.

d. Dibutuhkan pada saat emergensi


2680.

e. Mempertahankan keamanan
2681.

f. Mencegah aspirasi
2682.

g. Mencegah jatuh
2683.

h. Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori


2684.

i. Mencegah kecelakaan
2685.

j. Mencegah komplikasi akibat injuri


2686.

k. Mencegah injuri
2687.

2688.

2. Perubahan proteksi
2689.

Definisi: kondisi di mana pasien mengalami penurunan kemampuan untuk


melindunginya dirinya sendiri dari penyakit, baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
2690.

Y Kemungkinan berhubungan dengan:


2691.

a. Defisit imunologi;
2692.

b. Malnutrisi;
2693.
c. Kemoterapi atau efek pengobatan;
2694.

d. Penglihatan yang kurang;


2695.

e. Kurang informasi tentang keselamatan.


2696.

Y Kemungkinan data yang ditemukan:


2697.

a. Riwayat kecelakaan;
2698.

b. Lingkungan yang beresiko.


2699.

Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


2700.

a. Usia: kematangan, sangat tua;


2701.

b. Nutrisi kurang;
2702.

c. Gangguan darah;
2703.

d. Pembedahan;
2704.

e. Radiasi atau kemoterapi;


2705.

f. Penyakit imunitas;
2706.

g. AIDS.
2707.

Y Tujuan yang diharapkan:


2708.

Pasien tidak mengalami infeksi nosokomial


2709.

Y Intervensi:
2710.
a. Luangkan waktu untuk menjelaskan tentang proteksi/metode isolasi
2711.

b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan


2712.

c. Jaga pasien dari injuri dan infeksi


2713.

d. Monitor tanda vital, integritas kulit, efek obat, dan pendarahan dari
bekas suntikan
2714.

e. Tekan tempat penyutikan setelah menyuntik


2715.

f. Berikan diet adekuat


2716.

g. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:


2717.

· Pemberian pengobatan
2718.

· Mempertahankan keamanan
2719.

· Teknik isolasi
2720.

· Penggunaan alat-alat proteksi


2721.

Y Rasional:
2722.

a. Mengurangi risiko penularan penyakit


2723.

b. Mengatasi faktor penyebab


2724.

c. Mengurangi risiko infeksi


2725.

d. Data dasar untuk membandingkan adanya gangguan proteksi


2726.

e. Menghindari pendarahan
2727.

f. Meningkatkan daya tahan tubuh


2728.

g. Memberikan pengetahuan dasar tentang menjaga keamanan diri


2729.

2730.

3. Risiko tinggi infeksi


2731.

Definisi: kondisi di mana pasien mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya
virus penyakit.
2732.

Y Kemungkinan berhubungan dengan:


2733.

a. Tidak adekuatnya pertahanan primer;


2734.

b. Kerusakan jaringan;
2735.

c. Terpaparnya lingkungan yang terkontaminasi penyakit;


2736.

d. Prosedur invasif;
2737.

e. Malnutrisi;
2738.

f. Penyakit kronis.
2739.

Y Kemungkinan data yang ditemukan:


2740.

a. Kondisi kulit;
2741.

b. Nilai laboratorium;
2742.

c. Pemakaian alat-alat invasif.


2743.
Y Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
2744.

a. AIDS;
2745.

b. Infeksi bakteri dan virus;


2746.

c. Kondisi setelah operasi.


2747.

Y Tujuan yang diharapkan:


2748.

a. Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.


2749.

b. Tidak ada tanda-tanda infeksi.


2750.

Y Intervensi:
2751.

a. Monitor tanda vital setiap 4 jam


2752.

b. Gunakan metode pengontrol adanya infeksi


2753.

c. Pertahankan diet adekuat, vitamin C, dan tablet Fe


2754.

d. Catat hasil laboratorium


2755.

e. Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya


2756.

f. Informasikan tentang efek pengobatan


2757.

g. Lakukan teknik steril


2758.

h. Lakukan pendidikan kesehatan tentang:


2759.

· Pencegahan dan penularan penyakit


2760.
· Tanda dan gejala infeksi
2761.

· Hidup sehat
2762.

Y Rasional:
2763.

a. Data dasar untuk mengetahui keadaan normal


2764.

b. Melindungi pasien dari infeksi


2765.

c. Meningkatkan daya tahan tubuh


2766.

d. Mengidentifikasi adanya infeksi


2767.

e. Mencegah komplikasi
2768.

f. Mencegah infeksi silang


2769.

g. Mencegah terjadinya infeksi


2770.

h. Memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri


2771.

2772.

2773.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi (NANDA)


2774.

2775.

1. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA
adalah :
2776.

§ Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury).


2777.

Seorang klien mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila
kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan
cedera.
2778.

§ Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akibat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.
2779.

§ Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak


adekuatnya udara untuk proses bernafas.
2780.

§ Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).
2781.

§ Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.
2782.

§ Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk
yang terbuat dari lateks.
2783.

§ Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal,


sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.
2784.

§ Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko
terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem musculoskeletal yang
direncanakan atau tidak dapat dihindari.
2785.

2786.

2. Perencanaan
2787.

Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
2788.

Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan


agar lebih aman.
2789.

1. Contoh rencana asuhan keperawatan:


2790.
Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan
sensori (tidak mampu melihat)
2791.

Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh)
tidak terjadi
2792.

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi


lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien
mampu:
2793.

a. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan


kemungkinan cidera
2794.

b. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,


2795.

c. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari


cidera.
2796.

2797.

3. Intervensi
2798.

a. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.


2799.

b. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko


2800.

c. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran


tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
2801.

d. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah


2802.

e. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan


pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
2803.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan
gangguan penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara
berkala.
2804.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu
melakukan tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik
diantaranya, Klien mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas
bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi
diri dari cidera.
2805.

2806.

2807.

2808.

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU


2809.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


2810.

2811.

Tanggal Pengkajian: 22 Maret 2012


2812.

2813.

A. DATA BIOGRAFI
2814.

Nama : Ny. M
2815.

TTL : Kuala Kapuas, 15 September 1939


2816.

Jenis Kelamin : Perempuan


2817.
Pendidikan : SD
2818.

Agama : Islam
2819.

Status Perkawinan : Janda


2820.

TB/BB : 151 cm/45 kg


2821.

Penampilan : Bersih, kurang rapi, gigi ompong


2822.

Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri,
kifosis
2823.

Alamat : Jl.Batu Manyar No.21


2824.

Orang Yang Dekat : Ny. S


2825.

Hubungan : Anak kandung


2826.

Alamat/Telepon : Jl.Batu Manyar No.21


2827.

2828.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
2829.

1. Genogram
2830.

2831.

2832.

2833.
2834.

2835.

2836.

2837.

2838.

2839.

2840.

2841.

2842.

2843.

Keterangan: : Laki-laki : Garis Keturunan


2844.

Perempuan : Tinggal Serumah


2845.

:
Garis
Hubungan :
Meninggal
2846.
2847.

2. Riwayat Keluarga
2848.

Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan
petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu
klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang
pernah diderita oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal
dunia, awalnya klien tinggal bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum
akhirnya kakak pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak
keduanya sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan tepatnya
klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki 4 orang anak.
Setelah suami klien meninggal dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan
anak bungsunya di rumah.
2849.

2850.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
2851.

Pekerjaan saat ini : -


2852.

Alamat Pekerjaan : -
2853.

Jarak Dari Rumah : -


2854.

Alat Transportasi : -
2855.

Pekerjaan Sebelumnya : -
2856.

Jarak Dari Rumah : -


2857.

Alat Transportasi : -
2858.

Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :


2859.

Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan
anak-anak klien terutama anak bungsu klien.
2860.

2861.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


2862.

Tipe tempat tinggal


2863.

Jenis lantai rumah : Kayu Ulin


2864.

Kondisi lantai : Kering


2865.

Tangga rumah : -
2866.

Penerangan : Cukup
2867.

Tempat tidur : Aman


2868.

Alat dapur : Berserakan


2869.

WC : Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin


2870.

Kebersihan lingkungan : Kurang bersih


2871.

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah: 3 orang


2872.

Derajat privasi :
2873.

Tetangga terdekat : Ny.K


2874.

Alamat dan telepon : Jl. Batu berlian No.11


2875.

2876.
E. RIWAYAT REKREASI
2877.

Hobbi/Minat : Berkebun dan Menyulam


2878.

Keanggotaan Organisasi ; Organisasi Wanita Wredatama


2879.

Liburan/Perjalanan : Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi


mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin
2880.

2881.

F. SISTEM PENDUKUNG
2882.

Perawat : Ny.N
2883.

Jarak dari rumah : 2 Km


2884.

Rumah Sakit : RSUD Dr. Murjani Jarak 3,5 km


2885.

Klinik : - Jarak
2886.

Pelayanan Kes. Dirumah : -


2887.

Makanan yg dihantarkan : -
2888.

Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: -


2889.

Lain-lain : -
2890.

2891.

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
2892.

Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat


2893.

Yang Lainnya : mengaji setiap shalat magrib berakhir


2894.

2895.

H. STATUS KESEHATAN
2896.

§ Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu :


2897.

Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu
lintas dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki
klien.
2898.

§ Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang lalu :


2899.

Klien sering mengeluh sakit di punggung, dan lutut klien terasa ngilu. Keluhan itu
berlangsung sampai sekarang. Klien juga punya riwayat penyakit gastritis.
2900.

§ Keluhan Utama : lutut terasa ngilu


2901.

1. Provocative/Paliative : penumpukan Kristal asam urat


2902.

2. Quality/Quantity : ngilu-ngilu
2903.

3. Region : di daerah lutut paling terasa sakit, selain itu


juga terasa sakit di punggung sampai daerah
pinggang
2904.

4. Severity Scale : 6 (dari skala 0-10)


2905.

5. Timing : sangat terasa saat malam hari. Sifatnya hilang-


timbul dan terkadang terasa sakit berkisar antara
10-15 menit
2906.

§ Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :


2907.
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang
yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga
tahu kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam
(termasuk klien) dengan asam urat. Tapi klien sendiri tidak tahu dengan jelas apa
sebenarnya asam urat itu sendiri dan obat-obat apa yang diminum klien selama ini.
2908.

2909.

§ Obat-obatan:
2910.

Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena
sampel sudah tidak ada)
2911.

2912.

Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)


2913.

Obat-obatan : -
2914.

Makanan : -
2915.

Faktor Lingkungan : -
2916.

2917.

Penyakit Yang Diderita


2918.

Arthritis Gout (Asam Urat)


2919.

2920.

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


2921.

Indeks KATZ : A
2922.
Oksigenisasi : Baik, tanpa alat bantu
2923.

Cairan & Elektrolit : Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka


minum kopi
2924.

Nutrisi : Baik, klien terkadang makan nasi lunak. Sayur-


sayuran terutama kangkung, dan ikan
2925.

Eliminasi : BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam


sehari 3-5 kali
2926.

Aktivitas : Terbatas, klien sering merasa lelah terutama


menahan rasa cenat-cenut di lututnya. Klien
jarang melakukan aktivitas yang berlebihan dan
berat.
2927.

Istirahat & Tidur : Tidur siang kadang-kadang, tidur malam dari


pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 03.00
WIB
2928.

Personal Hygiene : Dapat dilakukan secara mandiri


2929.

Seksual : Sudah tidak memiliki keinginan untuk


melakukan hubungan seksual lagi
2930.

Rekreasi : Klien tidak pernah rekreasi selain mengunjungi


anak tertuanya di Banjarmasin tahun 2011 lalu
2931.

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


2932.

Konsep Diri : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah


lansia
2933.

Emosi : Labil, klien mudah tersinggung


2934.

Adaptasi : Baik, klien mudah membaur dengan


masyarakat sekitarnya
2935.
Mekanisme pertahanan diri : Baik
2936.

Status mental
2937.

Tingkat kesadaran : Composmentis


2938.

Afasia : -
2939.

Demensia : Tidak
2940.

Orientasi : Normal
2941.

Bicara : Normal
2942.

Bahasa yang digunakan : Dayak


2943.

Kemampuan membaca : Bisa


2944.

Kemampuan interaksi : Sesuai


2945.

Vertigo : Tidak
2946.

Short Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ) : 6 (Kerusakan


Intelektual Sedang)
2947.

Mini-Mental State Exam (MMSE) : 6 (Gangguan


Intelektual Sedang)
2948.

Geriatrik Depression Scale : Skor 4


2949.

APGAR : 6 (Sedang)
2950.

2951.
K. TINJAUAN SISTEM
2952.

Keadaan umum : Baik


2953.

Tingkat kesadaran : Composmentis


2954.

Tanda-tanda vital : TD: 130/70 mmHg N: 68x/m


2955.

RR: 20x/m T: 36,3oC


2956.

TB: 152 cm BB: 48 Kg


2957.

2958.

2959.

2960.

L. PENGKAJIAN PERSISTEM
2961.

§ PERNAFASAN (B1: BREATHING)


2962.

1. Bentuk Dada : Simetris


2963.

2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada


2964.

3. Pola Nafas
2965.

a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur


2966.

4. Bunyi Nafas
2967.

b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru


2968.
c. Abnormal : -
2969.

d. Resonen lokal : -
2970.

5. Pergerakan dada : -
2971.

6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -


2972.

7. Alat Bantu Pernafasan : -


2973.

2974.

§ CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


2975.

1. Nadi
2976.

Frekuensi : 68x/m dan reguler


2977.

2. Bunyi jantung : Normal


2978.

3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-


kira satu jari medial dari garis
midclavicula
2979.

4. Pembesaran jantung : Tidak


2980.

5. Nyeri dada : Tidak


2981.

6. Edema : Tidak
2982.

7. Clubbing finger : Tidak


2983.

2984.
§ PERSARAFAN (B3: BRAIN)
2985.

Tingkat Kesadaran: Composmentis


2986.

1. GCS
2987.

Total GCS: 14
2988.

2. Refleks : Normal
2989.

3. Koordinasi gerak : Ya
2990.

4. Kejang : Tidak
2991.

5. Lain-lain : -
2992.

2993.

§ PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)


2994.

1. Mata (Penglihatan)
2995.

a. Bentuk : Normal
2996.

b. Visus : -
2997.

c. Pupil : Isokor
2998.

d. Gerak bola mata : Normal


2999.

e. Medan penglihatan : Menyempit


3000.

f. Buta warna : Tidak


3001.
g. Tekanan Intra Okuler : Tidak
3002.

2. Hidung (Penciuman)
3003.

a. Bentuk : Normal
3004.

b. Gangguan Penciuman : Tidak


3005.

3. Telinga (Pendengaran)
3006.

a. Aurikel : Normal
3007.

b. Membran tympani : Keruh


3008.

c. Otorrhae : Tidak
3009.

d. Gangguan Pendengaran : Ya
3010.

e. Tinitus : Ya
3011.

4. Perasa : Normal
3012.

5. Peraba : Normal
3013.

3014.

§ PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


3015.

Masalah kandung kemih : Sering


3016.

Produksi urine : 250ml/hari


3017.

Frekuensi : 2-6x/hari
3018.
Warna : Kuning Jernih
3019.

Bau : Amoniak
3020.

§ PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


3021.

1. Mulut dan Tenggorokan


3022.

a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab


3023.

b. Lidah : Hiperemik
3024.

c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau


3025.

d. Tenggorokan : Sakit Menelan


3026.

e. Abdomen : Kenyal
3027.

f. Pembesaran Hepar : Tidak


3028.

g. Pembesaran Lien : Tidak


3029.

h. Asites : Tidak
3030.

2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus


3031.

BAB : 2X/hari, Tidak ada masalah


3032.

Obat pencahar : Tidak


3033.

Lavemen : Tidak
3034.

3035.
§ OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)
3036.

1. Otot dan Tulang


3037.

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas


3038.

Kemampuan kekuatan otot:


3039.

- Tidak ada fraktur


3040.

- Tidak ada dislokasi


3041.

- Tidak ada haematom


3042.

2. Integumen
3043.

Warna kulit : Hiperpigmentasi


3044.

Akral : Hangat
3045.

Turgor : Tidak Elastik


3046.

Tulang belakang : Kiposis


3047.

3048.

3049.

3050.

3051.

M. REPRODUKSI
3052.
Perempuan:
3053.

Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolan


3054.

Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause


3055.

3056.

N. ENDOKRIN
3057.

Klien tidak memiliki kelainan endokrin


3058.

3059.

O. PENGETAHUAN
3060.

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah


lansia dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali dia
sakit. Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya secara
spesifik.
3061.

3062.

3063.

ANALISA DATA
3064.

3065.

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM


1. Penumpukan Nyeri akut
DS: “Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya Kristal asam urat
cenat-cenut kalau jalan”

DO:
- klien tampak memijat kedua kakinya
- klien tampak hati-hati saat merubah
posisi dari duduk jadi berdiri
- klien kifosis
P : penumpukan Kristal asam urat
Q : ngilu, cenat-cenut
R ; di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang
S : 6 (dari 0-10)
T : di daerah lutut paling terasa sakit,
selain itu juga terasa sakit di punggung
sampai daerah pinggang

DS: “Aduh, kaki saya ini ngilu. Rasanya


cenat-cenut kalau jalan”

DS: “mata saya kadang terasa kabur


kadang tidak”
Penurunan
DO:
sensori,
- Fokus penglihatan mulai berkurang
lingkungan
- Lapang pandang menyempit
2 kurang kondusif, Resiko injuri
- Aktivitas terbatas karena sakit pada
fleksibelitas
ekstrimitas dan punggung, gerak agak
ekstremitas
pelan dan hati-hati
menurun
- Lingkungan kurang aman. WC agak
licin. Di halaman belakang terdapat
beberapa pecahan kaca, duri salak (di
halaman belakang rumah klien
tumbuh 2 pohon salak), dan tanah
agak licin karena ditumbuhi lumut

3066.

RENCANA KEPERAWATAN
3067.

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri 1. Nyeri merupakan
tindakan keperawatan respon subjektif yan
selama 2x24 jam dapat dikaji dengan
diharapkan nyeri hilang menggunakan skala
atau terkontrol dengan nyeri.
kriteria hasil: 2. Bantu klien dalam
1. Klien tidak mengidentifikasi faktor 2. Nyeri mungkin
mengungkapkan pencetus dipengaruhi oleh
perasaan nyeri kecemasan atau
2. Gerak tidak terbatas peradangan pada sen
3. Aktivitas bisa
sedikit meningkat 3. Ajarkan relaksasi: 3. Akan melancarkan
4. Skala nyeri 0 (dari teknik terkait ketegangan peredaran darah seh
0-10) otot rangka yang dapat kebutuhan oksigen p
5. Menunjukkan mengurangi intensitas jaringan terpenuhi d
ekspresi rileks nyeri mengurangi nyeri

4. Pengetahuan terse
4. Tingkatkan membantu mengura
pengetahuan tentang nyeri dan dapat
penyebab nyeri dan membantu meningk
hubungan dengan berapa kepatuhan klien terh
lama nyeri akan rencana terapeutik
berlangsung
5. Pemakaian alkoho
kafein, dan oba-oba
diuretik akan menam
5. Anjurkan klien untuk peningkatan kadar a
tidak meminum minuman urat dalam serum.
seperti alkohol, kafein
atau mengonsumsi obat-
obatan diuretik, tapi
perbanyak minum air
putih

2. 2 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor- 1. Mengidenti


tindakan perawatan faktor resiko injuri pada adanya faktor-
selama 2x24 jam klien. resiko yang mungkin
diharapkan cidera tidak timbul
terjadi dengan kriteria 2. Lakukan modifikasi
hasil: lingkungan agar lebih 2. Mengurangi
1. Mengidentifikasi aman sesuai hasil injuri akibat lingk
bahaya apa saja yang pengkajian terhadap yang tidak aman
dapat meningkatkan resiko injuri
kemungkinan cidera
terutama bahaya 3. Monitor klien secara
lingkungan berkala terutama 2 hari 3. Mencegah kecel
2. Mengidentifikasi pertama kunjungan rumah akibat faktor-faktor
tindakan preventif atas yang mungkin terjad
bahaya tertentu dialami oleh klien
3. Melaporkan 4. Ajarkan klien dan
penggunaan cara yang keluarga tentang upaya 4. Mencegah komp
tepat dalam pencegahan cidera akibat injuri
melindungi diri dari mempertahankan
cidera. keamanan
3068.

3069.

3070.

Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 1. Mengkaji karakteristik nyeri S: “kaki saya masih terasa ngilu”
(22/3/2012)
Hasil: nyeri dirasakan dominan dilutut, O:
selain itu nyeri juga dirasakan pada - klien menunjukkan bagian
punggung sampai kedaerah pinggang kakinya yang sakit, tepatnya
dengan skala nyeri 6 (dari 0-10) dilutut.
2. Membantu klien dalam - Klien kifosis
mengidentifikasi factor pencetus - Tampak hati-hati dan pelan
(22/3/2012) saat berjalan
Hasil: nyeri karena terjadinya - Ekspresi wajah sedikit
penumpukan kristal asam urat pada sendi meringis
3. Mengajarkan relaksasi: anjurkan klien - Saat merubah posisi dari duduk
untuk menggunakan air hangat untuk jadi berdiri, tampak hati-hati
mandi (22/3/2012)
Hasil: klien memahami anjuran yang A: Masalah belum teratasi
diberikan dan akan mulai melakukan apa
yang dianjurkan P: Lanjutkan Intervensi
4. Meningkatkan pengetahuan tentang - Kaji karakteristik nyeri
penyebab nyeri dan hubungan dengan - Bantu klien dalam
berapa lama nyeri akan berlangsung mengidentifikasi faktor
(22/3/2012) pencetus
Hasil: klien masih belum sepenuhnya - Ajarkan relaksasi: teknik
memahami HE yang diberikan. Klien terkait ketegangan otot rangka
hanya tahu kalau dirinya mengalami yang dapat mengurangi
asam urat begitu saja. intensitas nyeri
5. Menganjurkan klien untuk tidak - Tingkatkan pengetahuan
meminum minuman seperti alkohol, tentang penyebab nyeri dan
kafein atau mengonsumsi obat-obatan hubungan dengan berapa lama
diuretik, tapi perbanyak minum air putih nyeri akan berlangsung
(22/3/12) Anjurkan klien untuk tidak
Hasil: Karena klien suka kopi, klien meminum minuman seperti
mengatakan kalau klien akan mencoba alcohol, kafein atau obat-obatan
mengurangi minum kopi secara bertahap diuretik, tapi perbanyak minum
setelah mendengar anjuran yang air putih
diberikan dan akan minum air putih lebih
sering dibandingkan dengan kopi.
2. 2. 2 1. Mengkaji adanya faktor-faktor resiko S: -
injuri pada klien (22/3/2012)
2. Hasil: faktor resiko yang ditemukan O:
yaitu: - Fokus penglihatan mulai
a. adanya nyeri pada ekstremitas yang berkurang
akan mengurangi fleksibelitas dalam - Lapang pandang menyempit
bergerak, klien rentan terjatuh - Aktivitas terbatas karena sakit
b. Penurunan sensori penglihatan pada ekstrimitas dan punggung,
c. Lingkungan yang kurang kondusif/ tidak gerak agak pelan dan hati-hati
adekuat - Lingkungan sudah dibersihkan
3. Melakukan modifikasi lingkungan agar dari faktor-faktor resiko
lebih aman sesuai hasil pengkajian - WC masih berpotensi
(22/3/2012) menimbulkan injuri bagi klien
4. Hasil: bersama keluarga klien karena lantainya yang agak
membersihkan lingkungan rumah klien, licin
termasuk halaman belakang yang
beresiko tinggi menyebabkan injuri atau A: Masalah teratasi sebagian
trauma dengan membuang pecahan-
pecahan kaca, duri ataupun lumut yang P: Lanjutkan Intervensi
bisa menyebabkan klien jatuh - Kaji adanya faktor-faktor
resiko injuri pada klien
5. Memonitor klien secara berkala - Lakukan modifikasi
terutama 2 hari pertama kunjungan lingkungan agar lebih aman
rumah (22/3/2012) sesuai hasil pengkajian
6. Hasil: masih terdapat faktor resiko injuri terhadap resiko injuri
di sekitar klien - Monitor klien secara berkala
7. Mengajarkan klien dan keluarga tentang terutama 2 hari pertama
upaya pencegahan cidera (22/3/2012) kunjungan rumah
Hasil: klien dan keluarga memahami apa - Ajarkan klien dan keluarga
yang diajarkan seperti mengatur
tentang upaya pencegahan
pencahayaan di rumah (karena klien
mengalami penurunan sensori), menjaga cidera
lingkungan agar tetap bersih dan tidak
menimbulkan resiko cidera dan
komplikasi cidera bagi klien
3071.

3072.
3073.

BAB III
3074.

PENUTUP
3075.

3076.

A. KESIMPULAN
3077.

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan juga merupakan kebutuhan dasar bagi


lansia. Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan
secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan
Langsung (care giver), Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan
Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan, sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram.
3078.

3079.

B. SARAN
3080.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan


paling besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik,
salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
3081.

3082.

3083.
3084.

DAFTAR PUSTAKA
3085.

3086.

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika


3087.

http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian­dan­
pencegahan­jatuh­pada­lansia/
3088.

http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran­perawat­dalam­
pemenuhan­kebutuhan­keamanan­dan­keselamatan/
3089.
3090.

3091.

3092.

3093.

3094.

3095.

3096.

3097.

3098.

3099.

3100.

3101.

3102.
3103.

3104.

3105.

3106.

3107.

3108.

3109.

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


3110.

0
3111.

Tambahkan komentar

3112.
3113.

3114.

Mar
3115.

31
3116.

3117.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI (kelompok 1)
3118.

3119.

3120.

KEPERAWATAN
GERONTIK
3121.

3122.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
3123.

3124.

3125.

3126.

3127.

3128.

3129.

3130.

3131.

3132.

3133.
3134.

3135.

3136.

3137.

DI SUSUN OLEH :
3138.

BAMBANG SURYADINOR
3139.

NITA RAHMADANI
3140.

NOVA ZAHROTUL HAYYA


3141.

SUMIRLAN TRISNO
3142.

3143.

AKADEMI KEPERAWATAN
3144.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


3145.

Jl. Batu Berlian No.11 Sampit


3146.

2012
3147.

3148.

KATA PENGANTAR
3149.
3150.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
3151.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI”.
3152.

Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang


sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
3153.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
3154.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
3155.

3156.

3157.

3158.
Sampit, Maret 2012
3159.

3160.

3161.

3162.

Penulis
3163.

3164.

3165.

3166.

3167.

3168.

DAFTAR ISI
3169.

3170.

KATA PENGANTAR .....................................................................................................


ii
3171.

DAFTAR
ISI .................................................................................................................... iii
3172.

BAB I PENDAHULUAN
3173.

1.1. LATAR
BELAKANG ............................................................................ 1
3174.

1.2 TUJUAN
PENULISAN ........................................................................ 2
3175.

1.3 RUMUSAN
MASALAH....................................................................... 2
3176.

1.4 METODE
PENULISAN......................................................................... 2
3177.

1.5 SISTEMATIKA
PENULISAN................................................................ 2
3178.

BAB II PEMBAHASAN
3179.

2.1.
PENGERTIAN......................................................................
.................. 3
3180.

2.2 PROSES
MENUA.................................................................................
.. 4
3181.

2.3 KEBUTUHAN NUTRISI PADA


LANSIA........................................... 7
3182.
2.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
GIZI PADA LANSIA 8
3183.

2.5. GANGGUAN NUTRISI PADA


LANSIA............................................ 9
3184.

2.6. STATUS GIZI PADA


LANSIA............................................................. 11
3185.

2.7.
ASKEP...................................................................................
................. 12
3186.

BAB III PENUTUP


3187.

A.
KESIMPULAN .....................................................................................
.. 13
3188.

B.
SARAN ..................................................................................................
. 13
3189.

DAFTAR PUSTAKA
3190.

LAPORAN KASUS
3191.

3192.
3193.

3194.

3195.

3196.

3197.

BAB I
3198.

PENDAHULUAN
3199.

3200.

1.1. Latar Belakang


3201.

Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan


gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan
sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya.
Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik
anatomis maupun fungsionalnya.
3202.

Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan


copot, sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka
makanan harus diolah sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah
keras-keras. Makanan yang dipotong kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan
akan sangat membantu para MANULA dalam mengkonsumsi makanannya.
3203.

Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun,


sehingga makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi
kelenjar pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada
umumnya lebih mudah dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan
karbohidrat. Kadar serat yang tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus
cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis dan dengan demikian
melancarkan pula defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.
3204.

Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi


jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila
mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah
menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan
kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular
diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA. Yang umum sangat
ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit kanker.
3205.

3206.

1.2. Tujuan
3207.

Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu melakukan


Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia
3208.

3209.

1.3. Rumusan Masalah


3210.

1. Apa pengertian nutrisi


3211.

2. Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia


3212.

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia


3213.

4. Apa saja gangguan nutrisi pada lansia


3214.

5. Factor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia


3215.

3216.

1.4. Metode Penelitian


3217.

Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode


kepustakaan.
3218.

3219.

1.5. Sistematika Penulisan


3220.

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar,


Daftar Isi, Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan,
Bab II Pembahasan, Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran,
Daftar Pustaka.
3221.

3222.

BAB II
3223.

PEMBAHASAN
3224.
3225.

2.1 Pengertian
3226.

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
3227.

Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan


lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi
yang unik pada lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan
persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi
keinginan untuk makan dan peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu
sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada
berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B 12, vitamin D
dan asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi
rendahnya kebutuhan akan zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia
produktif. Asupan kalsium sebagai salah satu mineral esensial lainnya bagi
lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30
sampai 40% dari tingkat kebutuhan yang disarankan. Suplemen kalsium tidak
akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang
dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan
bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami
hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal,
peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai penurunan massa
tubuh dan cairan tubuh total.
3228.
3229.

2.2 Proses Menua


3230.

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi
pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ
tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada
masa tua. Antara lain :
3231.

§ Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah,


mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit
kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis
menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.
3232.

§ Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga


dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan
kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan.
Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi
sel syaraf pendengaran.
3233.

§ Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan


fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi
pada usia lanjut.
3234.

§ Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran


pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan,
serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.
3235.

§ Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban,


kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu
aktivitas kegiatan sehari-hari.
3236.

§ Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi,
kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan
melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan
dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya
abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas
sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah
pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi
paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
3237.

§ Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam


jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium
sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
3238.

§ Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran


merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering
diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
3239.

§ Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk


mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain
sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.
3240.

Penyakit Sistem Pencernaan


3241.

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
3242.

Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan


metabolism di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh
dan perubahan komposisi tubuh. Perubahan pada system pencernaan :
3243.

Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa


terjadi setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
3244.

Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput


lendir.atropi indera pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap di lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air
ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut
menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
3245.

Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar bagian


bawah sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan mengakibatkan usofagus
melebar (presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus
dan tidak jarang berlanjut sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya
berpangkal pada daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya
tersembunyi dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler
seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal
dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
3246.

Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan


lambung menipis diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam
lambung menurun,waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin
B12 dan zat besi menurun.
3247.

Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi


3248.

Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus


berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya
masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
3249.

Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan


reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang
efisien.
3250.

Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan


kompleks krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican
makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi sukar.
3251.

Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan


sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang dicernaakibat
berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena
berkurangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak.
3252.

Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan


karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan
karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa
terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks
disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini
mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
3253.

3254.
3255.

3256.

2.3 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia


3257.

o Kalori
3258.

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal


pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan
berkurangnya massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari
lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi
lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-
laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila
jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila
terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.
3259.

o Protein
3260.

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per
hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya
berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak
berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada
lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah
berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi
proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-
kacangan.
3261.

o Lemak
3262.

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari
40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak
tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam
lemak jenuh.
3263.

3264.

3265.

o Karbohidrat dan serat makanan


3266.

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus.
Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut.
Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar
dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen
serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya
terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap
oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian
yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
3267.

o Vitamin dan mineral


3268.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang


mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,
dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi
menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia
menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain.
Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat.
3269.

o Air
3270.

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu
fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per
hari.
3271.

3272.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia


3273.

a. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak


memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan makanan
3274.
b. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu
merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
3275.

c. .Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah


memasak untuk mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai
suatu makananyang gizinya seimbang..
3276.

d. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau


bersusah payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
3277.

e. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan


yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
3278.

f. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus.Berkurangnya


kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong,
Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran Rasa lapar menurun,
asam lambung menurun,Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan
penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit., Gerakan usus
atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi,Penyerapan makanan di usus menurun
3279.

g. penyalahgunaan alcohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan


kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi
lain.
3280.

h. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan


kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi
lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin
jauh.
3281.
3282.

2.5 Gangguan Nutrisi Pada Lansia


3283.

1. Malnutrisi
3284.

Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status
kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia.Jakarta:EGC).
3285.

2. Obesitas
3286.

Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang
berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah
yang di anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang
berlebihan terutama yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus berbagai seperti
Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
3287.

3. Osteoporosis
3288.

Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh


penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada
wanita dan 45 tahun pada pria.
3289.

4. Anemia
3290.

Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak


normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang
disebabkan kurang Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat
lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata
berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
3291.

5. Kekurangan vitamin
3292.

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn
berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu
dan tidak bersemangat.
3293.

6. Kekurangan anti oksidan


3294.

(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal


efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang
kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas,
seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga
menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.
3295.

7. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat,
makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air besar jadi
jarang.
3296.

8. Kelebihan gula dan garam


3297.

Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah,


terutama pada orangtua

Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk,


meningkatkan kolesterol dan gula darah
Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.6 Status Gizi Pada Usia Lanjut


ü Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia
cenderung mengalami kegemukan/obesitas
ü Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
ü Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
ü Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak
dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang
energi protein yang kronis
ü Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang
berserat (sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi
klaori), hal ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
ü Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi
defisiensi zat-zat gizi mikro
ü Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga
lansia menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu
terjadinya anemia
ü Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan
nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
ü Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk
menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
ü Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu
makan menurun dan menjadi kurang gizi
ü Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun
akibatnya menjadi kurang gizi
ü Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan,
yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
2.7 ASKEP
a.PENGKAJIAN
o Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa
tubuh) atau catatan yang tepat
o Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau pertambahan
berat badan saat ini
o Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka
memerlukan gigipalsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
o Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan
nutrisi
o Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan makanan dari
piring ke mult dan menelannya dengan baik
o Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk
medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap
nutrisi.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Lansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko
tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah
satu indikator yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat badan.
Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi lansia terutama di
Rumah Sakit. Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang
paling pentingdalam kehidupan sebagian lansia dan saat-saat bersantap
menjadi bagian pentingyang dialami manula setiap harinya. Makanan juga
harus menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-orang yang
berusia lanjut ini.

3.2 SARAN
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi
jangan di sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila
mereka dijaga jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah
menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan
kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular
diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.

DAFTAR PUSTAKA

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC


Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien
Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-
penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25
Maret 2012
A. DATA BIOGRAFI
Nama :Tn “S”
TTL :Sampit, 20 Oktober 1945
Jenis Kelamin :laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Perkawinan :Duda
TB / BB : 162 cm, 50 Kg
Penampilan :Rapih danbersih Ciri – ciri tubuh :Kurus
Alamat : Jl. Merdeka, Kel. Ketapang RT 3 RW V
Kec.Mentawa Baru Hilir Telp/ Hp : -
Kabupaten. Kotawaringin Timur
Orang Yang Dekat :Ny “E”
Hubungan :Anak
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.45

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
:
Perempuan
:
Meninggal dunia
: Tinggal
serumah
: Garis
pernikahan
: Garis
keturunan
: Klien

2.

RiwayatKeluarga
Klien seorang
duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama anak laki-lakinya. Di
keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti diabetes,
hipertensi, asma, TB, atau hepatitis.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : Berkebun
Alamat pekerjaan : Jl. MajuMundur
Jarak dari rumah : ± 1km
Alat transportasi : Jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Swasta
Jarak darirumah : ± 3 Km
Alat transportasi : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Type tempa tinggal :Rumah
Jenis lantai rumah :Kayu
Kondisi lantai :Kering
Tangga rumah :Tidakada
Penerangan :Cukup
Tempat tidur :Aman
Alatd apur :Rapi
WC :Aman
Kebersihan lingkungan :bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :Sendiri
Derajat privasi :Terjaga
Tetangga terdekat : Ada
Alamat dan telepon : Jl. Merdeka No. 46

E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat : Memancing
KeanggotaanOrganisasi : Pengajian
Liburan / Perjalanan : Jalan – jalan, berkunjung ketempat Anak

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi : Perawat
Jarak Dari Rumah : ±1 Km
RumahSakit : Ada Jarak ±5 Km
Klinik : Ada Jarak ±4 Km
Pelayanan Kes. Dirumah : Tidakada
Makanan Yang dihantarkan : Tidakada
Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga : Check Up kePuskesmas

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat
tahajud.
Yang Lainnya : Tidakada
H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu : klien pernah menderita
Anemia
Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu : Tidak ada masalah
KeluhanUtama :
Klien mengatakan tidak nafsu makan

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Klien sering berobat ke


puskesmas

Alergi :
Obat-Obatan :Tidakada
Makanan :Tidakada
FaktorLingkungan : Tidakada

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


IndeksKATZ :B
Oksigenisasi : Baik, RR 16 x/m
Cairan&Elektrolit : Cukup, KlienMinum±6gelas /hr
Nutrisi : Nafsu makan kurang, PolaMakan : 2x/hr, hanya
mampu menghabiskan¼ porsi makanan, konjugtiva
anemis, BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg,
klien kurang makan sayur dan jarang makan buah-
buahan, klien hidup sendiri.
Eliminasi : Baik, BAK 2x/hr BAB 1x/hr
Aktivitas : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak ada
kegiatan
Istirahat & Tidur : Baik, klien tidur 8 jam/hr
Personal Hygiene : Baik, Klien Mandi 2x/hr
Seksual : Klien tidak ada niat lagi untuk berhubungan, klien
tidak ada keinginan untuk menikah lagi
Rekreasi :klien 6 bulan sekali melakukan perjalanan (berkunjung
ke rumaha naknya).
J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL
Konsep diri : Klien merasa kehidupannya cukupt erpenuhi
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Mekanisme Pertahanan Diri : Baik
Status Mental : Stabil
Tingkat Keasadaran : Compos Mentis
Afasia : Tidak
Dimensia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Bahasa Yang Digunakan :BahasaBanjar
Kemampuan Membaca :Bisa
Kemampuan Interaksi :Sesuai
Vertigo : –
Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ) : 2 Fungsi Mental Utuh
Mini – Mental State Exam (MMSE) : 2 Baik
Geriatrik Depresion Scale : 4 Baik
APGAR : 6 Menengah

K. TINJAUAN SISTEM
KeadaanUmum :Baik
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
Tanda-Tanda Vital : TD 130/90 mmhg Nadi 80 x/m
RR 16 x/m Suhu 36,5oC
TB 168 cm BB 50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
1) PERNAFASAN (B1 : BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. SekresidanBatuk : Tidakada
Nyeriwaktubernapas : Tidakada
3. PolaNapas : RR 16 x/m, Reguler
4. BunyiNapas : Normal (tidakadaRonchi)
5. Pergerakan Dada : Intercostal
6. TractilFremitis/Fremitus Vokal :Tidakada
7. Alat Bantu Pernapasan : Tidakada
2) CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
1. Nadi : Frekuensi 80 x/m nt , Reguler
2. Bunyi Jantung : Normal
3. LetakJantung : Ictus Cordis teraba pada intercostal V, kira-
kira 1 jari medial darigaris midklavikular
4. Pembesaran Jantung : Tidakada
5. NyeriDada : Tidakada
6. Edema : Tidakada
7. Clubbing Finger : Tidak

3) PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat kesadaran : Compos Mentis
1. GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi Gerak : Ya
4. Kejang : Tidak

4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Pupil : Ishokor
c. Gerak Bola Mata : Normal
d. Medan Penglihatan : Normal
e. ButaWarna : Tidak
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
GangguanPenciuman : Tidak
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
b. Membran Tympani : Terang
c. Otorrchea : Tidak
d. GangguanPendengaran : Tidak
e. Tinitus : Tidak
4. Perasa : Normal
5. Peraba : Normal

5) PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak sering berkemih, tidak ada urin yang
tertahan saat berkemih
MasalahKandungKemih : Tidakadamasalah
Produksi Urine : 600 ml/hr Frekuensi : 2x/hr
Warna:Kekuningan Bau : Amoniak

6) PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1. MulutdanTenggorokan
a. Mulut : Rongga mulut bersih, tidak ada bau
mulut
b. Gigi : Gigi tidak lengkap, tidak ada lubang
gigi,
Selaput Lendir Mulut : Lembab
c. Lidah : Bersih, ada sariawan
d. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak Berbau
e. Tenggorokan : Tidak terlihat sulit menelan
f. Abdomen : Kenyal
g. Pembesaran Hepar : Tidak
h. Pembesaran Lien : Tidak
i. Asites : Tidak

2. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus


· BAB 1 x/hr
· Tidak ada masalah
· Obat Pencahar : Tidak
· Lavemen : Tidak

7) OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE)


1. OtotdanTulang
· Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM)
Bebas
· Kemampuan kekuatan otot :
4
4

4 4
· Fraktur : Tidak
· Dislokasi :Tidak
· Haemotom : Tidak
2. Integumen
Warna Kulit : Kuning langsat
Akral : Hangat
Turgor : Tidakelastis
Tulang Belakang : Normal
8) REPRODUKSI
Laki-laki :
Kelamin Bentuk : Normal
Kebersihan Alat Kelamin : Bersih

9) ENDOKRIN
1. Faktor Alergi : Tidak
Manifestasi : Tidakada
Cara Mengatasi : Tidakada
2. Kelainan Endokrin : Tidakada

10) PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up
untuk kesehatannya

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO :
- Gigi tidak lengkap
- Lidah ada sariawan
- PolaMakan : 2x/hr, Ketidak
hanyamampumenghabiskan ¼ Intake yang seimbangan
porsimakanan tidakadekuat nutrisi : nutrisi
- Konjugtiva anemis kurang dari
- BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kebutuhan tubuh
kg
- Klien kurang makan sayur dan jarang
makan buah-buahan
- klienhidupsendiri
RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
1. 1 Setelah dilakukan 1. Timbang berat badan 1. R/mengetahui
tindakan keperawatan setiap hari perubahan keadaan
selama 1x24 jam umum nutrisi pada klien
diharapkan
ketidakseimbangan 2. Anjurkan makan 2. R/Dilatasi gaster dapat
nutrisi : nutrisi kurang sedikit tapi sering terjadi bila pemberian
dari kebutuhan tubuh makan terlalu cepat
teratasi dengan setelah periode puasa
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan 3. Anjurkan makan- 3. R/membantu
meningkat makanan yang lunak meningkatkan intake
2. Berat badan dan mudah dicerna. makanan
meningkat
3. Adanya
perubahan pola 4. Anjurkan keluarga 4. Membantu
makan untuk menyediakan meningkatkan nafsu
4. Konjungtiva makanan kesukaan makan
normal klien.
5. Klien tampak
tidak lemah 5. Anjurkan makan 5. R/ Mencegah
makanan yang terjadinya mual dan
disajikan dalam membantu meningkatkan
kondisi hangat nafsu makan
Dx.
No. Implementasi Evaluasi
Kep.
1. 1. 1 Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib) 26 Maret 2012 (09.00 wib)
DS : “Saya sudah menghabiskan
1. Menimbang berat badan setiap hari setengah porsi makanan”
Hasil : BB = 50 kg
DO :
2. Menganjurkan makan sedikit tapi sering K/u baik
Hasil : Nafsumakanklienmeningkat
Anjuran telah di berikan , klien akan Konjungtiva normal
melakukan anjuran. TD : 100 / 70 mmhg
N : 80 x/m
3. Menganjurkan makan makanan yang RR : 20 x/m
lunak dan mudah dicerna S : 36,6 oC
Hasil : BB 50 kg
Klien setuju untuk makan makanan yang
lunak dan mudah dicerna
A : Masalah nutrisi kurang dari
4. Menganjurkan keluarga untuk kebutuhan tubuh teratasi sebagian
menyediakan makanan kesukaan klien 1. Nafsu makan meningkat
Hasil : 2. Adanya perubahan pola
Anjuran telah diberikan, keluarga makan
mengungkapkan akan melakukan apa yang 3. Konjungtiva normal
di anjurkan. 4. Klien tampak tidak lemah

5. Menganjurkan makan makanan yang P: Lanjutkan intervensi


disajikan dalamkondisi hangat
Hasil :
Klien setuju untuk makan makanan yang
disajikan dalam kondisi hangat

Diposkan 31st March 2012 oleh Inka Februaria


1

Lihat komentar

Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai