Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan ROM (Range Of Motion)


1.1 Definisi ROM
ROM adalah latihan gerakkan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi
dan pergerakan otot. Dimana klien menggerakan masing-masing persendian
sesuai gerakkan normal baik secara aktif maupun pasif.

Menurut Suratun. Dkk. (2008). ROM adalah gerakkan dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Latihan ROM adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

Adapun tujuan ROM yaitu menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot
dalam melakukan pergerakan, mengkaji tulang sendi dan otot, mencegah
terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah, memelihara
mobilitas persendian, mencegah kelainan bentuk.

Rom dibagi menjadi 2 macam, yaitu:


a. Rentang pergerakkan sendi (RPS) aktif / ROM aktif merupakan latihan
dengan klien secara mandiri menggerakkan setiap sendi melalui RPS yang
lengkap. Peregangan seluruh kelompok otot secara maksimal pada setisp
bidang diatas sendi.
b. Rentang pergerakkan sendi pasif / ROM pasif merupakan bantuan yang
dilakukan oleh orang lain dengan menggerakkan setiap sendi klien secara
lengkap dan meregangkan seluruh kelompok otot secara maksimal pada
setiap bidang sendi.

1.2 Fisiologi Sistem / Fungsi Normal Sistem Muskuloskletal


Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal
yang berarti tulang.
a. Otot ( Muskulus / Muscle )
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah
energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi
untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan
lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang.Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.
 Fungsi Sistem Otot
1) Pergerakan
2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur
3) Produksi panas
 Jenis-Jenis Otot
1) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
 Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas
perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang
terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada.Kontraksinya sangat
cepat dan kuat.
 Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja
secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan
lamban.
 Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur
yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada
jantung.Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
 Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya
bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
 Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling
mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya
pronator teres dan pronator kuadrus.
 Mekanisme Kontraksi Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan
difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori
kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini
menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set
filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan
miosin.

Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling


menggelincir satu sama lain, sehingga sarkomer pun juga
memendek.Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap
rangsang disebut asetilkolin.Otot yang terangsang menyebabkan
asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan
aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang
melekat pada tulang bergerak.

b. Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan
tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.

Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan
tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan
terjadi tanpa tulang.
 Fungsi Rangka
1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen,
otot, jaringan lunak dan organ.
2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
3) Produksi sel darah (red marrow)
4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan
lunak.
5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak karena adanya persendian.
 Jenis Tulang
1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
 Tulang Rawan (kartilago)
a) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung
tulang pipa.
b) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan
(tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
c) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis
dan faring.
 Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem
rangka.Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa
(periosteum). Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga
sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
2) Berdasarkan matriksnya, yaitu:
 Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
 Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
3) Berdasarkan bentuknya, yaitu:
 Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran
panjangnya terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
 Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek.
Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan,
dan ruas-ruas tulang belakang.
 Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar.
Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
 Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk
yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
 Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.
 Organisasi Sistem Rangka
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu
kerangka tubuh.Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai
berikut.
1) Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang
tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.
 Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8
tulang kranial dan 14 tulang fasial.
 Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah
 Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat
diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan
beberapa otot mulut dan lidah1 buah
 Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh
dan memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi
dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang
belakang berjumlah 26 buah
 Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama
dengan tulang dada membentuk perisai pelindung bagi organ-
organ penting yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan
jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang,
berjumlah 12 ruas

2) Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-
tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah
terdiri atas 126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan
kaki.Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian yaitu
ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah.

Indikasi ROM:
1. Pasif
a. Pada daerah dimana terdapat jaringan akut yang apabila dilakukan
pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan.
b. Ketika pasien tidak dapat atau tidak memperbolehkan untuk bergerak
aktif pada ruas atau seluruh tubuh misalnya keadaan semikoma,
kelumpuhan atau bed rest total.
c. Pasien usia lanjut dengan mobilitas terbatas.
2. Aktif
a. Pada saat pasien melakukan kontraksi otot secara aktif dan
menggerakkan ruas sendinya secara baik dengan bantuan atau tidak.
b. Pada pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat mengerakkan
persendian sepenuhnya dapat digunakan untuk latihan aerobic.
c. Untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak
dapat bergerak

Kontaindikasi ROM:
1. Trombus/ emboli pada pembuluh darah.
2. Kelainan sendi atau tulang.
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit jantung.
4. Jangan lakukan latihan ini pada sendi yang terinfeksi.
5. Jangan dilakukan pasien yang hypermobility adalah gerakan sendi yang
berlebih misalnya pada orang yang dapat menekuk jempol kebelakang
pergelangan tangan, menepatkan kaki kebelakang kepala karena hal ini
dapat mempengaruhi kerja sendi tubuh lainnya
1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem Muskuloskletal
1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium
b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti
konstipasi)
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal
f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan
g. neurosensori: sensori deprivation
2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling
umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-
bangun, dan gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi ( lambat )
1.4 Macam – Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem
Muskuloskletal
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu kondisi tulang yang melemah, dan lebih mungkin
untuk tulang patah.
b. Osteomalacia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikan
oleh kurangnya mineral dari tulang pada orang dewasa, osteomalasia
berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah
dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan
tuang sudah lengkap.
c. Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi yang terjadi pada tulang, infeksi ini lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum.
d. Rheumatoid Arthtritis
Rheumatoid Arthtritis adalah suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras etnik didunia. Penyakit ini merupakan
suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif
simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali
juga melibatkan organ tubuh lainnya.

1.5 Gerakan-Gerakan ROM

1.5.1 Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan


1. Jelaskan prosedur yang kan dilakukan
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku
menekuk
3. dengan lengan.
4. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain
memegang
5. pergelangan tangan pasien.
6. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
7. Catat perubahan yang terjadi.

1.5.2 Fleksi dan Ekstensi Siku


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak
mengarah ke tubuhnya.
3. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
4. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
5. Catat perubahan yang terjadi.

1.5.3 Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


1. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku
menekuk.
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
4. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap
ke arahnya.
7. Kembalikan ke posisi semula.
8. Catat perubahan yang terjadi.
1.5.4 Pronasi Fleksi Bahu
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
4. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5. Catat perubahan yang terjadi.

1.5.5 Abduksi dan Adduksi Bahu


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
4. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
(Abduksi).
5. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
1.5.6 Rotasi Bahu
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
3. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
4. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak.
5. tangan menghadap ke bawah.
6. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
7. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak
8. tangan menghadap ke atas.
9. Kembalikan lengan ke posisi semula.
10. Catat perubahan yang terjadi.

1.5.7 Fleksi dan Ekstensi Jari-jari


1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain
memegang kaki.
3. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
4. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
1.5.8 Infersi dan efersi kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
3. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang
lain
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.

1.5.9 Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki


1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu
tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
4. Kembalikan ke posisi semula.
5. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
6. Catat perubahan yang terjadi.
1.5.10 Fleksi dan Ekstensi lutut.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
3. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
4. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
5. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke
atas.
6. Kembali ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.

1.5.11 Rotasi pangkal paha


1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan
yang lain di atas lutut.
3. Putar kaki menjauhi perawat.
4. Putar kaki ke arah perawat.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
1.5.12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur gerakkan kaki menjauhi badan pasien
4. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.

II. Rencana asuhan keperawata dengan gangguan kebutuhan ROM


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawat
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari
kesalahan. Jika mungkin, gunakan ruangan yang cukup luas sehingga
pasien dapat bergerak bebas saat pemeriksaan gerakan atau berjalan.
Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi
dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh,
fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Dasar pengkajian adalah perbandingan simetris bagian tubuh. Kedalaman


pengkajian bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan
dan semua petunjuk fisik yang ditemukan. Pemeriksa harus melakukan
eksploitasi lebih jauh. Hasil pemeriksaan fisik harus didokumentasikan
dengan cermat dan informasi tersebut diberitahukan kepada dokter yang
akan menentukan diagnosis dan penatalaksanaan lebih lanjut.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Fototerapi.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I : Hambatan Mobilitas Fisik
2.2.1 Definisi
suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat
dari tubuh atau satu ektremitas atau lebih.
Tingakt 0 : Mandiri total
Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2: Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,
pengawasan,, atau pengajaran
Tingkat 3 : Membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat
bantu
Tingkat 4 : Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas

2.2.2 Batasan karakteristik


- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan membolak-balik
- Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya:
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, focus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit)
- Dyspnea setelah beraktivitas
- Perubahan cara berjalan
- Gerakan bergetar
- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motoric halus
- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motoric kasar
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Tremor akibat pergerakan
- Ketidakstabilan postur
- Pergerakan lambat
- Pergerakan tidak terkoordinasi

2.2.3 Faktor yang berhubungan:


- Intoleran Aktivitas
- Perubahan metabolism seluler
- Ansietas
- Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
- Gangguan kognitif
- Kontraktur
- Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
- Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh
- Penurunan kendali otot
- Penurunan massa otot
- Penurunan kekuatan otot
- Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
- Keadaan mood depresif
- Keterlambatan perkembangan
- Ketidaknyamanan
- Kaku Sendi
- Kurang dukungan lingkungan (missal: fisik atau social)
- Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
- Kerusakan integritas struktur tulang

Diagnosa 2 : Hambatan berkursi roda


Definisi :
Keterbatasan mengoprasikan kursi roda secara mandiri pada lingkungan
tertentu
2.2.3 Batasan karakteristik
- Kursi roda manual trotoar
- Kursi roda listrik trotoar
- Kursi roda manual di permukaan rata
- Kursi roda listrik di permukaan rata
- Kursi roda manual tidak rata
- Kursi roda listrik tidak rata
- Kursi roda manual di jalan tanjakan
- Kursi roda listrik di jalan tanjakan
- Kursi roda manual di jalan turunan
- Kursi roda listrik di jalan turunan

2.3.4 Faktor yang berhubungan


- Gangguan kognitif
- Kelemahan
- Alam perasaan defresi
- Kendala lingkungan
- Gangguan penglihatan
- Kekuatan otot tidak mencukupi
- Defisiensi pengetahuan
- Daya tahan terbatas
- Nyeri

Diagnosa 3 : Hambatan berjalan


Definisi
Keterbatasab pergerakan mandiri dalam lingkungan dengan berjalan kaki.
2.3.5 Batasan karakteristik
- Menaiki tangga
- Menyusuri trotoar
- Berjaan pada area menurun ataau menanjak
- Berjalan padapermukaan tidak rata
- Berjalan yang membutuhkan jarak
- Berjalan yang membutuhkan jarak

2.3.6 Faktor yang berhubungan


- Gangguan kognitif
- Ketidakbugaran fisik akibat kurang gerak
- Alam perasaan depresi
- Kendala lingkunga
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan penglihatan
- Insflisiensi kekuatan otot
- Kurang pengetahuan
- Keterbatasan daya tahan
- Gangguan moskuluskeletal
- Ganggun neuromuskuletal
- Obesitas
- Nyeri
2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Hambatan Mobilitas Fisik
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Memperihatkan mobilitas, yang dibutikan oleh indikator sebagai berikut
( sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
mengalami gangguan):
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan sendi dan otot
Berjalan
Bergerak dengan mudah

2.3.2 Intervensi Keperawatan dan rasional


Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
(Rasional : Meningkatkan kemandirian pasien)
Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
(Rasional : Membantu indvidu untuk mengubah posisi tubuhnya)
Dukung latihan ROM aktif dan pasif
(Rasional : gerakan tubuh aktif dan pasif untuk mempertahankan atau
mengembalikan gerakan tubuh)

Diagnosa 2 : Hambatan berkursi roda


2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
 Memperlihatkan Mobilitas, yaitu dibuktikan oleh indikator berikut (1-5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan)
Keseimbangan, kordinasi, dan performa psisi tubuh
Performa berpindah.
 Memperlihatkan ambulasi : Kursi roda, yaitu dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
mengalami gangguan)
Menggerakkan kursi roda dengan aman
Manuver berjalan di trotoar
Manuver membuka pintu
Manuver di jalur landaiMendorong kursi roda dalam jarak
dekat/sedang/jauh)

2.3.4 Intervensi Keperawatan dan rasional


 Kaji mobilitas sendi dan kekuatan otot
(Rasional : Untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot).
 Cek posisi pasien dikursi roda saat pasien duduk dudukdengan bantalan
tertentu dan menggunakan alas kaki yang tepat
(Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan, meningkatkan integritas
kulit, dan mendukung kemandirian)
 Kolaborasi dengan ahli terapi/okupasi jika diperlukkan
(Rasional : untuk menentukan atau memastikan ukuran dan tipe kursi
roda yang sesuai untuk pasien)

Diagnosa 3 : Hambatan berjalan


2.3.5 Tujuan dan Kriteria Hasil
 Tidak mengalami hambatan berjalan, yang dibuktikan oleh : Ambulasi :
berjalan, keseimbangan, ketahanan : pergerakan sendi aktif, dan
mobilitas
 Menunjukkan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (
sebutkan 1-5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak
mengalami gangguan)

2.3.6 Intervensi dan rasional


 Latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif
(Rasional : untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot)
 Kaji mobilitas pasien secara terus menerus
(Rasional : Memantau perkembangan gerakan tubuh aktif dan pasif
untuk mempertahankan atau mengembalikan gerakan tubuh)
 Gunakan ahli terapi fisik/ okupasi
(Rasional : sebagai sumber dalam penyususnan rencana untuk
mempertahankan dan meningkatkan mobilitas ditempat
III. DAFTAR RUJUKAN
Berman. Audrev dkk. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. V. Jakarta:
EGC

Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Ed. VIII. Jakarta: EGC

Price. Anderson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed. V.


Jakarta: EGC

Suratun dkk. (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta: EGC

Http://repository.usu.ac.id/bitstreaam/123456789.pdf

Banjarmasin, November 2016

Preseptor akdemik, Preseptor Klinik

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai