Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS FEBRIS


DI RUANG IGD TK.III DR. R SOEHARSONO
BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD FIKRI AKBAR


NIM : 11409719063
TINGKAT : II (DUA)
SEMESTER : III (TIGA)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Fikri Akbar


NIM : 11409719063
Ruangan : IGD

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan dengan kasus Febris di ruang IGD, TK.III. Dr. R. Soeharsono
Banjarmasin.

Banjarmasin, Desember 2020

Muhammad Fikri Akbar


Nim : 11409719063

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Rizki Rohimah Fitri Amd.Kep Hj. Tri Mawarni S.Kep, Ns, M.Kep

NIP. 197404032001122002

1
I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Febris (demam) adalah proses alami tubuh untuk melawan
infeksi yang masuk kedalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu
tubuh normal (>37,5ºC). Demam adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamur, atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupum obat – obatan (Surinah dalam hartini,2015).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.

B. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan kesehaan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

C.  KLASIFIKASI FEBRIS
Tipe - tipe demam.diantaranya:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik

2
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik

3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa
jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari
sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana

4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.

5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang
baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

3
D.  PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai
pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada
suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal
set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan
mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu
tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari
dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen
eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada
banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya
respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks
pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari
reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas
protein krusial untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi
lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar
dan lamanya demam.

4
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi
tergantung pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan  gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

5
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi

F. DATA PENUNJANG
1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari
ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa
perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan
factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit
piruvat (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse
alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar
tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.

6
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa

G. PENATALAKSANAAN
1.  Penatalaksanaan non medis
a.    Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b.    Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c.    Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
truyimeningkat
d.   Memberikan kompres

2.  Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid
adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4
x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½
sendok teh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2
sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in
diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama
dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada
pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam

7
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.     Pengkajian
a.  Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b.  Riwayat kesehatan
c.  Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e.  Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f.  Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
h. Pemeriksaan persistem
1) Sistem persepsi sensori
2) Sistem persyarafan: kesadaran
3) Sistem pernafasan
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem integument
7) Sistem perkemihan
i. Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan

8
9) Pola hubungan dan peran
j. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) Foto rontgent
3) USG

2. Intervensi
Diagnosa Keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh b/d proses penyakit.
Tujuan                   : kenaikan suhu tubuh dapat teratasi.
KH                         : suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 C).
                                tidak terjadi tanda-tanda hypertensi.

Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang terjadinya
peningkatan suhu tubuh akibat-akibat dari suhu tubuh yang tinggi.
b. Berikan kompres kompres dingin pada daerah axila.
c. Anjurkan kx untuk menggunakan baju yang tipis dan longgar serta
menyerap keringat.
d. Obs. gejala kordinal tiap 2 jam atau bilamana diperlukan.
e. Anjurkan pada klien minum 2-3 liter/hari.
f. Berikan kesempatan pada kx untuk beristirahat.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Rasional :
a. Dengan penjelasan maka kx dan keluarga dapat diajak untuk
bekerja sama dalam mengatasi masalah tersebut.
b. Daerah axila banyak terdapat pembuluh darah dan saraf yang
dapat mempengaruhi hipotalamus.
c. Pakaian longgar dan tipis menimbulkan proses penguapan panas
akan lebih cepat.
d. Dapat diketahui perkembangan kondisi dan adanya kelainan
secara dini.
e. Minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan yang meningkat.

9
f. Istirahat dapat menurunkan metabolisme tubuh bekerja karena
dengan peningkatan metabolisme dapat menimbulkan panas.
g. Membantu mempercepat penurunan suhu tubuh.
Diagnosa Keperawatan II
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya b/d kurang informasi.
Tujuan : rasa cemas berkurang atau hilang.
KH       : pasien mampu mengungkapkan tentang proses penyakit
dan perawatannya.
pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab penyakit.

Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan gejala-gejala dan
perawatan yang akan dilakukan.
b. Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan
identifikasikan kecemasan.
c. Alihkan perhatian pasien dan melakukan aktifitas yang
diperbolehkan.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman.
Rasional :
a. Diharapkan pasien dapat mengerti tentang penyakitnya dan juga
dapat melakukan perawatan serta bersifat kooperatif.
b. Diharapkan dapat mengurangi beban perasaan dan untuk
mengetahui tingkat kecemasan.
c. Dengan melakukan aktivitas dapat melupakan masalah yang
dihadapi.
d. Diharapkan dapat memberikan ketenangan perasaan yang dapat
mendukung proses kesembuhan.   

Diagnosa Keperawatan III


Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nafsu makan menurun.
Tujuan  : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, dapat menstabilkan berat
badan secara bertahap.
KH :     pasien dapat menghabiskan porsi yang disediakan, BB
meningkat.

10
Rencana tindakan :
a. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya nutrisi dan akibat bila
kekurangan nutrisi.
b. Sajikan makanan dalam porsi kecil dan sering.
c. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi makanan tambahan
tetapi yang tidak bertentangan dengan diet.
d. Obs. Intake dan output dalam 24 jam.
e. Hidangkan menu dalam keadaan hangat.
f. Kolaborasi dengan tim dokter.

Rasional :
a. Diharapkan pasien dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam
pemberian askep.
b. Rasa mual dan muntah dapat berkurang.
c. Dapat menambah kebutuhan zat makanan.
d. Mengatur makanan yang dimakan oleh pasien dalam sehari,
sehingga mempermudah dideteksi dini pemasukan yang adekuat.
e. Diharapkan mampu merangsang nafsu makan pasien
f. Dapat memberikan diet yang sesuai dengan penyakit dan kondisi
pasien

11
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2015). Buku keperawatan anak sakit.


Jakarta:EGC.   
Corwin.(2015). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2016). Rencana
Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Keperawatan. Jakarta:EGC.
Nanda. (2014). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Nur.(2018). Pengertian febris. Jogja:EGC
Suriadi dan Yuliani, R.(2015). Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

12

Anda mungkin juga menyukai