Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS

DI SUSUN OLEH

NAMA : AISYAH MUSTIKA AMRUL

NIM : 105111100119

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM D III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

A. Organ yang berperan dalam kebutuhan aktivitas


1. Tulang, tempat pelekatan otot, membentuk tubuh, melindungi orgn dalam
2. Otot, memiliki kemampuan untuk berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak.
Dan tendon menghubungkan antar tulang dan otot
3. Ligament, bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang
4. Sistem saraf yang terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi yang mengatur
aktivitas
5. Sendi, tempat pertemuan tulang

B. Mobilitas
Mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, dan
teratur sehingga dapat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat guna untuk
mempertahankan kesehatannya ( Lyndon Saputra ).
Faktor yang mempengaruhi mobilitas, antara lain:
1. Gaya hidup
2. Proses penyakit dan cidera mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
3. Kebudayaan
4. Tingkat energi
5. Usia dan status perkembangan

C. Imobilitas
Imobilitas adalah keaadaan dimana seseorang tidak mampu untuk bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakannya ( Lyndon Saputra ).
Perubahan sistem tubuh akibat imobilitas, antara lain :
1. Perubahan metabolisme, pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan
katabolisme protein, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang,
gangguan dalam mengubah zat gizi dan gangguan gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan persandian protein menurun
dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan
cairan tubuh. Terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler keintestinal menyebabkan
edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan perubahan zat gizi, disebabkan menurunnya pemasukan protein dan kalori
yang mengakibatkan perubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana
sel tidak mampu menerima glukosa, asam amino, dan oksigen dalam jumlah yang
cukup untuk melakukan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan fungsi gastrointestinal imobilitas, menurunkan hasil makanan yang dicerna
sehingga terjadi penurunan jumlahmasukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan
seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan ganggan
proses eliminasi.
5. Perubahan sistem pernapasan, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun
dan terjadi lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu.
6. Perubahan kardiovaskuler, berupa hipotensi yang disebabkan karena menurunnya
kemampuan saraf otonom pada posisi yang aman dan tetap, refleks neurovaskuler
akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi kemudian darah terkumpul pada
vena bagian bawah sehingga aliran darah kepembentukan thrombus yang terjadi
karena penurunan kontraksi moskular sehingga meningkatkan arus balik vena.

7. Perubahan sistem muskuloskeletal :


a. Gangguan muskular, turunnya kekuatan otot secara langsung menyebabkan atropi
secara langsung
b. Gangguan skeletal, terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis
8. Perubahan sistem integumen, penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sistem
sirkulasi darah dan iskemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka
dekubitus sebagai akibat tekanan kulit kuat dan sirkulasi yang kurang ke jaringan.
9. Perubahan eliminasi, penurunan jumlah urine karena kurangnya asupan dan
perubahan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.
10. Perubahan perilaku, timbul rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosi tinggi, depresi,
perubahan sirkulasi tidur dan menurunna koping mekanisme.
D. JENIS-JENIS IMOBILITAS FISIK
1. Range Of Motion/ ROM ( aktif dan pasif )
Definisi:

Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan


pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiaannya sesuai
gerkan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Jenis ROM :

a) ROM aktif
pasien secara mandiri dapat menggerakkan persendian melalui ROMnya secara
penuh ( latihan isotonik ).
Biasa dilaukan pada :
1) Pasien dengan kelumpuhan sebagian.
2) Pasien dengan istirahat total ( tanpa kontra indikasi ).

b) ROM pasif
Pasien tidak mampu bergerak secara bebas dan perawat menggerakkan setiap
persendian melalui ROM.
Biasa dilakukan pada :
1) Pasien yang tidak sadar
2) Pasien usia lanjut dengan pergerakan lanjut terbatas
3) Pasien istirahat total
4) Pasien dengan kelumpuhan total.

Tujuan ROM :
a) Mencegah keterbatasan gerak
b) Mencegah timbulnya kekakuan
c) Mamperlancar sirkulasi darah
d) Mengetahui sejauh mana tingkat pergerakan dari tulang
e) Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot
f) Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
g) Mencegah kontraktur dan kekuan pada sendi.
Harus dipehatikan selama pelaksanaan ROM :

a) Perlu untuk mematuhi aturan dokter/perawat


b) Gerakan dimulai secara perlahan dengan gerakan yang halus dan secara ritmik
c) Lakukan dengan lembut, perlahan, pergerakan sesuai dengan ritme
d) Biarkan pasien membantu dengan gerakan yang bisa dilakukannya
e) Gunakan latihan ROM dua kali sehari secara reguler untuk membentuk kamampuan
otot dan sendi

Tipe pergerakan tubuh :


a) Fleksi : gerakan memperkecil sudut antara dua tulang yang menyatu
b) Ekstensi : gerakan memperbesar sudut antara dua tulang yang menyatu
c) Hiperekstensi : gerakan bagian tubuh yang melebihi batas normal posisi
ekstensinya
d) Pronasi : permukaan depan/ ventral bagian tubuh manghadap ke bawah
e) Supinasi : permukaan depan/ ventral bagian tubuh menghadap ke atas
f) Abduksi : gerakan ekstremitas menjauh dari garis tengah tubuh
g) Adduksi : gerakan ekstremitas ke atas dalam
h) Circumduction : rotasi ekstremitas dalam satu lingkaran penuh
i) Rotasi : gerakan sendi berputar pada sumbunya

2. Manisfestasi klinis
a) Tidak dapat bergerak secara bebas
b) Kemampuan menurun
c) Keadaan terganggu

3. Penatalaksanaan
a. Secara primer
Merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan episodik. Sebagai
suatu proses yang berlangsung , mobilitas dan aktifitas tergantung pada system yang
ada di dalam tubuhnya, melakukan mobilitas fisik yang dapat di lakukan sesuai
kemampuannya beristirahat dengan cukup. Karna terpengaruh pada :
i. Hambatan terhadap latihan
ii. Pengembangan program latihan
iii. Keamanan imobilitas fisik
b. Pencegahan sekunder
Memberikan mobilitas fisik sesuai dengan intervensi yang di berikan ,
memperhatikan keadaannya selama proses latihan mobilitas fisik. Menjaga
lingkungan yang dapat membuat keadaannya menjadi drop.
4. Pengaturan posisi
a. Posisi fowler ( setengah duduk )
b. Posisi sims ( posisi miring ke kiri dan ke kanan )
c. Posisi trendelembung ( posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada kaki )
d. Posisi dorsal recumbent ( posisi berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi )
e. Posisi litotomi ( posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya kebagian atas perut )

5. Indikasi
 Gangguan musculoskeletal
 Gangguan neurologi
 Gangguan fisik
 Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
 Kelemahan otot
 Fase rehabilitasi fisik
 Klien dengan tirah baring lama.

6. Kontra indikasi
Apabila klien memaksa dirinya untuk melakukan mobilitas fisik secara normal akan
berpengaruh pada keadaannya diantaranya akan menyebabkan
 Perubahan fisik
 Perubahan perilaku
 Trombus/ emboli pada pembuluh darah
 Kelainan sendi atau tulang
 Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit ( jantung ).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperwatan meliputi gangguan mobilitas ( misalnya nyeri, kelemahan otot,
dan kelelahan ), tingkat mobilitas, daerah yang mengalami gangguan mobilitas, lama terjadi
gangguan mobilitas.
Selain itu, hal yang perlu dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah di derita seperti riwayat
penyakit sistem neurologis ( misalnya trauma kepala dan cedera medula spinalis ), riwayat
penyakit sistem kardiovaskuler ( misalnya gagal jantung kongesif ), riwayat penyakit sistem
muskuluskeletal ( misalnya fraktur, osteoporosis ), riwayat penyakit sistem pernapasan ( misalnya
pneumonia ) dan lain-lain.
b. Kemampun fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain dilakukan pada tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, dan
kaki kiri untuk menilai ada tidaknya kelemahan, kekuatan dan spastis.
c. Kemampuan rentang gerak ( range of motion/ROM )
d. Perubahan intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas yang dikaji adalah intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan sistem
kardiovaskuler yang meliputi suara napas, analisa gas darah, gerakan dinding thoraks, seta ada
tidaknya mukus, batuk produktif disetai panas, nyeri saat bernapas.
Pengkajian intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan sistem kardiovaskuler meliputi
nadi dan tekanan darah, serta ada tidaknya gangguan sirkulasi perifer, trombus, dan perubahan
TTV setelah beraktivitas atau saat bergerak.
e. Kemampuan mobilitas
Untuk menilai kemampuan gerak keposisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas sebagai berikut :

Tingkat aktivitas / mobilitas Kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan ataupun alat
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.

f. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran
2. Postur/bentuk tubuh
• Skoliosis
• Kiposis
• Lordosis
• Cara berjalan
3. Ekstremitas
• Kelemahan
• Gangguan sensorik
• Tonus otot
• Atropi
• Tremor
• Gerakan tak terkendali
• Kekuatan otot
• Kemampuan jalan
• Kemampuan duduk
• Kemampuan berdiri
• Nyeri sendi
• Kekakuan sendi

g. Pemeriksaan diagnostic

• Pemeriksaan kekuatan otot : Neuthopografi


• Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
• CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi (mis:
asetabulum).
• MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang).
• Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai masalah musculoskeletal
primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi).
- Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat trauma)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan pertahanan otot
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi

3. INTERVENSI
Tujuan dan intervensi menurut NOC & NIC
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan penurunan pertahanan otot
Tujuan manurut NOC
 Tujuan
1) Join movement : active
2) Mobility level
3) Self care : ADL
4) Transfer performance
 Kriteria hasil
1) Klien meningktkan dalam aktivitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3) Mengverbalisasikan perasaan dalam meningkatkn kekuatan dan kemampuan berpindah
 Intervensi menurut NIC
1) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Rasional : untuk mengetahui kemampuan gerak klien
2) Observasi vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Rasional : mengetahui TTV klien dan mengetahui apakah ada hambatan saaf bergerak
3) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Rasional : alat bantu dapat memperlancar klien dalam bergerak
4) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan alat bantu jika diperlukan
Rasional : alat bantu dapat mempercepat dan memperlancar klien dalam bergerak
5) Konsultasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi
Rasional: tehnik profram terapi dapat membantu mempercepat penyembuhan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilitas
Tujuan dan intervensi menurut NOC & NIC
 Tujuan menurut NOC
1) Energy conservation
2) Activiti tolerance
3) Self care : ADLs
 Kriteria hasil
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
3) TTV dalam batas normal
4) Sirkulasi status baik
 Intervensi menurut NIC
1) Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan 0-4
Rasional : Pasien mampu berdiri ( I ) karena memerlukan bantuan untuk berdiri
2) Observasi TTV klien
Rasional : Untuk mengetahui apakah TTV klien itu semua normal sebelum dan sesudah
beraktivitas
3) Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda dll
Rasional : alat bantu aktivitas dapat membantu aktivitas pergeraan klien
4) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Rasional : untuk mengetahui hambatan atau keluhan saat beraktivitas
5) Konsultasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi
Rasional: tehnik profram terapi dapat membantu mempercepat penyembuhan

c. Gangguan mobilitas fisik


1. Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman
R : mencegah iritasi dan komplikasi
2. Cegah pasien jatuh
R : mempertahankan keamanan pasien
3. Lakukan latihan aktif maupun pasif
R: memperlancar aliran darah
4. Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
R: meningkatkan fungsi paru
5. Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
R: memaksimalkan mobilisasi

d. Deficit perawatan diri


1. Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL
R: memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
2. Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
R: perencanaan yang matang dalam melakukan kegiatan sehari-hari
3. Jaga privasi dan keamanan pasien
R: memberikan keamanan
4. Lakukan latihan aktif dan pasif
R: memperlancar aliran darah
5. Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL
R: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

4. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya

5. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasialan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Marmi (2016). Keterampilan dasar praktek klinik, celeban timur: pustaka pelajar (Anggota
IKAPI)

Andini & yuni (2017) kebutuhan dasar manusia.Yogyakarta Pustaka baru press

Adi Sitti Jamilah, L. S. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia . Tangeran Selatan: BINARUPA
AKSARA.

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA


MEDIS & NANDA. Yogyakarta : MediAction.

Tarwoto , & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta
selatan: Selemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai