Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


CARDIAC DYSTRITMIA ATAU ARITMIA

Disusun Oleh

Kelompok IV :

1. Aisyah Zuyyina 105111101619


2. Qonita 105111100610
3. Aisyah Mustika Amrul 105111100119
4. Nur Laila 105111100819
5. Maslang 105111102019

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat taufik dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan pada pasien aritmia. Makalah ini

merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i maupun para pembaca untuk bidang Ilmu

Pengetahuan. Makalah ini dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata

kuliah keperawatan gawat darurat.

Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan

mudah dimengerti oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran

yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Makassar, 20 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ektra kardiak,

tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai mekanisme yang

sama dan penatalaksanaan yang sama juga. Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada

pasien usia muda atau usia lanjut.

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan

elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman

grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas

pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan

konduksi (Hanafi, 1996)

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,

terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan

orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat,

kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan

kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR abnormal tidak harus

terjadi bersamaan.

Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut

bradiaritmia - kurang dari 60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang

cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 kali per menit).


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar medis aritmia?

2. Bagaiamana konsep dasar asuhan keperawatan Aritmia?

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan aritmia.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui konsep dasar medis aritmia.

b) Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan aritmia.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Aritmia adalah gangguan atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke

miokardium. Sistem konduksi jantung yang berawal dari otomatisitas sel-sel P di

nodus SA, depolarisasi atrium, depolarisasi nodus atrioventrikular (AV), propagasi

impuls sepanjang berkas His dan sistem Purkinje hingga depolarisasi ventrikel

merupakan rangkaian konduksi impuls yang teratur dan presisi.

Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau ektra

kardiak, tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya mempunyai

mekanisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama juga. Kelainan irama jantung

ini dapat terjadi pada pasien usia muda atau usia lanjut.

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.

Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi

yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak

hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan

kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).


Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,

terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan

orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat,

kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan

kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR abnormal tidak harus

terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat

(disebut bradiaritmia - kurang dari 60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan

HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 kali per menit). Kedua keadaan

tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam

sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan

menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan

bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi

berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada

keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.

Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami

kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan

takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit).

Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak

terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat

dengan kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.


2. Aritmia Dapat digolongkan menjadi :

a. Gangguan pembentukan impuls

Pada Nodus Sinoatrial Pada Atrium


 Bradikardia Sinus  Ekstrasistolik atrial
 Takikardia Sinus  Takikardia atrial
 Aritmia Sinus  Atrial Flutter
 Henti Sinus  Fibrilasi Atrial

Pada Pengubung AV Node Pada Ventrikel


 Ekstrasistolik penghubungAV  Ekstrasistolik Ventrikular
 Takikardia penguhung AV  Takikardia Ventrikular
 Ventrikular Flutter

b. Gangguan panghantaran impuls


1) Blok sino-atrial
2) Blok sino-ventrikular
3) Blok intraventrikular

Keterangan :

Kelainan Ciri-ciri Hasil EKG


Bradikardia - Kecepatan jantung < 60x/menit
Sinus - Biasanya terjadi karena peningkatan
tekanan intrakranial dan IM
- Irama teratur
- RR interval jaraknya sama dalam 1
lead panjang
- PP interval jaraknya sama dalam 1
lead panjang
- Komplek QRS harus sama dalam 1
lead panjang
- Impuls dari SA node yang ditandai
dengan adanya gel P yang
mempunyai bentuksama dalam 1
lead panjang.
- Adanya gel P yang selalu diikuti
komplek QRS
- Gel P dan komplek QRS normal
dan sama bentuknya dalam satu
lead.

Takikardia - HR : > 100x/menit


Sinus - Gel P, normal, diikuti gel QRS & T
- PR : normal (0,12-0,20)
- Irama : reguler, semua gel. Sama
Aritmia - Terdapat perbedaan interval PP
Sinus terpanjang dan terpendek > 0,12
detik
- Irama tidak teratur
- Frekuensi 60-100x/menit
- Gel P normal dan dikuti ole gel
QRS & T
- Interval PR normal 0,12-0,20 detik
- Gel QRS normal 0,06-0,12 detik

Henti Sinus - Irama teratur kecuali pada grafik


yang hilang
- Frekuensi biasanya <60x/menit
- Gel P normal kecuali pada grafik
yang hilang tidak ada gel P
- Interval PR normal kecuali pada
grafik yang hilang
- Gel QRS normal 0,12-0,20 detik

Takikardia - Irama teratur


Atrial - Komplek QRS normal
- PR interval <0,12detik dan
- Frekwensi jantungnya > 150x/menit

Atrial - Irama teratur/ irreguler


Flutter - Frekuensinya 250-400x/menit
- Ciri utama yaitu gelombang P tidak
ada digantika dengan bentuk yang
mirip gigi gergaji (saw tooth).
- Komplek QRS normal, interval RR
normal
- Gel T bisa ada namun tertutup
dengan gel flutter

Fibrilasi - Frekuensinya 350-600x/menit


Atrial - Gel P tidak jelas, tampak undulasi
yang ireguler
- QRS tampak normal
- Irama ireguler dan biasanya cepat

Begemini - Frekuensinya dapat terjadi biasanya


Ventrikel <90x/menit
- Gel P dapat tersembunyi dalam
komples QRS
- Irama ireguler

Takikardia - Frekuensi 150-200x/menit


Ventrikular - Gel P bisa terlihat bisa tidak
- Irama reguler tetapi dapat juga
terjadi takikardia ventrikular
ireguler
Torsade de - Irama tidak teratur
Point - Frekuensi 200-300x/menit
- Gel P tidak ada
- Interval PR tidak dapat dihitung
- Interval QT memanjang
- Kompleks QRS tidal normal (besar)

Asistol - Frekuensi tidak ada


Ventrikular - Gel P mungkn ada tetapi tak dapat
dihantarkan ke nodus AV dan
ventrikel
- Irama tidak ada

Blok AV I - Gel P mendahului setiap kompleks


QRS
- Interval PR > 0,20 detik
- Gel P bertumpuk pada gel T
didepannya
- Kompleks QRS mengikuti P
- Irama biasanya reguler

Blok AV II - Irama irregular


- Gel P normal, PP interval regular
- Komplek QRS bisa normal atau
bisa juga tidak normal,
- RR interval irregular
- PR interval harus sama di tiap
beat!!
- Panjangnya bisa normal dan lebih
dari normal.
- Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak
diikuti oleh komplek QRS.

Blok AV - Irama regular


total - Tidak ada hubungan antara atrium
dengan ventrikel.
- Makanya kadang gelombang P
muncul bareng dengan komplek
QRS.
- Komplek QRS biasanya lebar dan
bentuknya berbeda dengan komplek
- QRS lainya karena gel P juga ikut
tertanam di komplek QRS, RR
interval regular.
- Gel P normal, kadang bentuknya
beda karena tertanam di komplek
QRS.
3. Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis

karena infeksi)

b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),

misalnya iskemia miokard, infark miokard.

c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti

aritmia lainnya

d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan

irama jantung

f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi

jantung)

4. Manisfestasi Klinis Aritmia

a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit

nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat,

sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun

berat.

b. Sinkop pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan

pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,

gelisah

d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas

tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi

pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena

tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

e. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis

siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

5. Klasifikasi aritmia ( sesuai dengan prognosis )

a. Aritmia minor

Ini tidak memerlukan tindakan segera sebab tidak mengganggu sirkulasi dan

tidak berlanjut ke aritmian yang saerius, biasanya tidak memerlukan terapi.

b. Aritmia mayor

Dapat menimbulkan gangguan penurunan curah jantung & dapat berlanjut ke

aritmia yang mengancam jiwa. Memerlukan tindakan segera dan terapi.

c. Aritmia mengancam jiwa / lethal

Aritmia yang memerlukan resusitasi segera untuk mencegah kematian.

6. Macam-Macam Aritmia

a. Sinus Takikardi

Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah :

laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P

tegak disandapan I,II dan aVF.


b. Sinus bradikardi

Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah

laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan

aVF.

c. Komplek atrium prematur

Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan

kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran

ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda

bentuknya dengan gelombang P berikutnya.

d. Takikardi Atrium

Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium

prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.

e. Fluter atrium.

Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan

teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti

gambaran gigi gergaji

f. Fibrilasi atrium

Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri

multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit

g. Komplek jungsional prematur

h. Irama jungsional

i. Takikardi ventrikuler
7. Tipe-tipe Aritmia

a. Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal dari

atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan

terapi.

b. Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang paling

umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung. Ini merupakan

denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2 mengalami. Pada beberapa

orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau

terlalu banyak latihan. Tetapi kadang-kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit

jantung atau ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs

dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang dokter

jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC biasanya tidak berbahaya dan

jarang memerlukan terapi.

c. Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang sering

menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara abnormal.

d. Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau lebih sirkuit

yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih terorganisir dan teratur

dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini terjadi paling sering pada orang

dengan penyakit jantung, dan selama minggu pertama setelah bedah jantung.

Aritmia ini sering berubah menjadi atrial fibrilasi.

e. Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat,

biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT mulai dan

berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path tachycardia dan AV

nodal reentrant tachycardia (lihat bawah).


f. Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur atau

hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls berjalan

melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini membuat impuls berjalan

di jantung dg sangat cepat menyebabkan jantung berdenyut dg cepat.

g. AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari satu jalur

melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar), pingsan

atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat disembuhkan dg menggunakan

suatu manuver sederhana yang dilakukan oleh seorang profesional medis yang

terlatih, dg obat2an atau dengan suatu pacemaker.

h. Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari ruang bawah

jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung terisi cukup darah, oleh

karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp

aritmia yang serius, khususnya pd orang dengan penyakit jantung dan mkn

berhubungan dg lebih banyak gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya

mengevaluasi aritmia ini.

i. Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak terorganisir

yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak mampu berkontraksi atau

memompa darah ke tubuh. Ini merupakan kondisi emergensi yang harus diterapi

dg CPR dan defibrilasi sesegera mungkin.

j. Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang merepresentasikan

waktu yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi dan kemudian relaksasi,

atau yang diperlukan impuls listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika

interval QT memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”,

suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT syndrome

merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan kematian


mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi dengan obat2 antiaritmia,

pacemaker, electrical cardioversion, defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant

atau terapi ablasi.

k. Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat muncul dari

kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya adalah sinus node

dysfunction dan blok jantung.

l. Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA node yang

abnormal. Diterapi dengan pacemaker.

m. Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik ketika

berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat terjadi pada AV node

atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut ireguler dan sering lebih lambat. Jika

serius blok jantung perlu diterapi dengan pacemaker.

8. Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau

kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

a. Penyakit Arteri Koroner

Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,

kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir

semua jenis aritmia jantung.

b. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri

koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal,

yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

c. Penyakit Jantung Bawaan

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.


d. Masalah pada Tiroid

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid

terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak

teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya,

metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon

tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

e. Obat dan Suplemen

Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat

berkontribusi pada terjadinya aritmia.

f. Obesitas

Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat

meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

g. Diabetes

Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan

meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah

(hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

h. Obstructive Sleep Apnea

Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas

yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia

jantung dan fibrilasi atrium.

i. Ketidakseimbangan Elektrolit

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),

membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung. Tingkat elektrolit

yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls elektrik pada

jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.


j. Terlalu Banyak Minum Alkohol

Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam

jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial

fibrillation). Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak

kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

k. Konsumsi Kafein atau Nikotin

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih

cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.

Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung

dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi

ventrikel (ventricular fibrillation).

9. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.

Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat

jantung.

b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk

menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di

rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek

obat antidisritmia.

c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan

dengan disfungsi ventrikel atau katup

d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan

miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan

dinding dan kemampuan pompa.


e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang

menyebabkan disritmia.

f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat

mnenyebabkan disritmia.

g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan

atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat

menyebabkan.meningkatkan disritmia.

i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh

endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi

disritmia.

10. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

1) Kelas 1 A

Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk

mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang

menyertai anestesi.

Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2) Kelas 1 B

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel

takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

3) Kelas 1 C

Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)

Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan

hipertensi

Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)

Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

b. Terapi mekanis

1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan

disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.

2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat

darurat.

3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan

mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien

yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik

berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian primer :

1) Airway

a) Apakah ada peningkatan sekret ?

b) Adakah suara nafas : krekels ?

2) Breathing

a) Adakah distress pernafasan ?

b) Adakah hipoksemia berat ?

c) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?

d) Apakah ada bunyi whezing ?

3) Circulation

a) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?

b) Apakah ada takikardi ?

c) Apakah ada takipnoe ?

d) Apakah haluaran urin menurun ?

e) Apakah terjadi penurunan TD ?

f) Bagaimana kapilery refill ?

g) Apakah ada sianosis ?

b. Pengkajian sekunder

1) Riwayat penyakit

a) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

b) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup

jantung, hipertensi
c) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya

kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi

d) Kondisi psikososial

2) Pengkajian fisik

1) Aktivitas : kelelahan umum

2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak

teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut

menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,

berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.

3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,

menolak,marah, gelisah, menangis.

4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap

makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit

5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,

perubahan pupil.

6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang

atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan

kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki,

mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal

jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;

hemoptisis.

8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,

edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan


2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan

kebutuhan oksigen

c. Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung

d. Ansietas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian.

e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama

Tujuan :
Dalam waktu 2x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
TTV dalam batas yang dapat diterima dan bebas gejala gagal jantung
Kriteria Hasil :
1) Klien akan melaporkan episide dispnea
2) Tekanan darah dalam batas normal
3) Nadi 80x/menit tidak terjadi disritmia
4) Denyut jantung dan irama teratur
5) CRT <3 detik
INTERVENSI
 Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung
 Periksa keadaan klien dengan auskultasi nadi, aspek : kaji frekuensi, irama
jantung
 Palpasi nadi perifer
 Pantau output urine, catat kepekatan atau konsentrasi urine.
 Kaji perubahan pada sensorik (cemas)
 Berikan istirahat semirekumben pada tempat tidur.
 Berikan istirahat sikologis dengan suara yang tenang
 Kolaborasi
Pemberian obat anti disritmia
 Berikann bretilium dan amiodaron

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan :
Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas
Kriteria Hasil :
Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat terutama
mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI
 Catat frekuensi jantung, irama, serta perubahan tekanan darah selama dan
sesudah aktivitas
 Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak
berat
 Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen, (mengejan saat defekasi)
 Pertahankan tirah baring sementara sakit akut
 Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
 Berikan waktu yang cukup untuk istirahat dan aktivitas
 Pertahankan penambahan Oksigen sesuai kebutuhan
 Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja, dan frekuensi napas serta
keluhan subjektif

c. Penurunan fungsi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung

Tujuan :
Perbaikan perfusi perifer
Kriteria Hasil :
1) Kulit hangat dan kering
2) Klien memperlihatkan perbaikan status mental
3) Klien mengatakan nyeri dada hilang/ berkurang
4) Mendemonstrasikan teknik relaksasi
5) Klien terlihat rileks
INTERVENSI
 Kaji status mental klien secara teratur
 Kaji warna kulit, suhu, sianosis,nadi perifer, dan diaforesis secara teratur
 Kaji kualitas peristaltik, pasang sonde
 Kaji adanya kongesti hepar pada kuadran kanan atas
 Ukut tanda vital, periksa Lab, : Hb, Ht, BUN, Sc, BGA sesuai kebutuhan

d. Ansietas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ansietas berkurang
Kriteria Hasil :
1) Gelisah hilang dan klien kooperatif
2) Tindakan di programkan
3) Mengenal perasaannya dengan petugas
INTERVENSI
 Kaji tanda tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan
 Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan
tenang dan suasana penuh istirahat
 Temani pasien selama periode kecemasan tinggi, beri dorongan dan suara tenang
 Bantu Klien mengekspresikan perasaan marah, takut
 Hindari konfrontasi
 Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
 Lakukan pendekatan dan komunikasi
e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya informasi.

Tujuan :
Pasien dapat memahami tentang kondisi dan cara pengobatan.
Kriteria hasil :

1) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan


2) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
INTERVENSI
 Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
 Jelaskan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
 Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
 Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
 Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aritmia adalah gangguan atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke

miokardium. Sistem konduksi jantung yang berawal dari otomatisitas sel-sel P di nodus

SA, depolarisasi atrium, depolarisasi nodus atrioventrikular (AV), propagasi impuls

sepanjang berkas His dan sistem Purkinje hingga depolarisasi ventrikel merupakan

rangkaian konduksi impuls yang teratur dan presisi.

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu

cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya.

Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang

menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat

menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan

HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau

dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 kali per menit). Aritmia

bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 kali per

menit). Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa

darah ke seluruh tubuh.

Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam

sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan

menimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan

bahkan sampai pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi

berkurang bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada

keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.


Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami

kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan

takut karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit).

Pada keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak

terkendali, maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat

dengan kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan agar dapat diterapkan

pada saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien Aritmia.


DAFTAR PUSTRAKA

Hampton,John R.2006.Dasar-Dasar EKG.Jakarta: EGC

Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014.Jakarta:EGC

Muttaqin,Arif.2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler.Jakarta : Salemba Medika

Sudoyo,Aru W.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III,Edisi IV.Jakarta :FKUI

Anda mungkin juga menyukai