OLEH:
KELOMPOK 7
1. Sutarto
2. Yusak
3. Dance
4. Maya Sermumes
5. Herlina Rumbiak
6. Rachel Kakisina
7. Lelaki Dowansiba
8. Yulius Mandacan
9. Christi H Monim
10.Laurina Demonggreng
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Taktik-taktik Koruptor
untuk Mengelabui Aparat Pemeriksa dan Masyarakat yang Semakin Canggih” tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Anti Korupsi . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Adnan Lira, SH., MH,
selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam hal pendidikan anti korupsi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di televisi, surat kabar, majalah, sering kita lihat, dengar, kita baca banyak pejabat
negara maupun penyelenggara negara di Indonesia ini melakukan tindak pidana korupsi.
Harta Negara yang di korupsi, tidak hanya jutaan, miliaran, bahkan sampai triliunan. Kasus
bank Century, proyek Hambalang, Simulator SIM, pejabat daerah yang korupsi dan masih
banyak yang lainnya, ini menunjukan korupsi di negara Indonesia sudah menjadi sebuah
penyakit yang kronis. Walaupun perkara-perkara korupsi diatas, sudah ditangani oleh
lembaga-lembaga yang berwenang menangani hal tersebut.
Beberapa kasus korupsi yang telah terungkap tidak membuat jera para pelaku korupsi
lainnya, dan semakin gencarnya pemerintah melakukan pemberantasan terhadap aksi
korupsi maka semakin cerdik pula tindakan para pelaku korupsi untuk mengelabui para
aparat pemrintahan khususnya. Kedudukan dan jabatan yang dipunyai menjadi senjata
ampuh di samping beberapa alasan untuk mengelabui para aparatur hukum Negara di bidang
pemberantasan korupsi.
Masalah korupsi memang merupakan masalah yang besar dan menarik sebagai
persoalan hukum yang menyangkut jenis kejahatan yang rumit penanggulangannya, karena
korupsi mengandung aspek yang majemuk dalam kaitannya dengan (konteks) politik,
ekonomi, dan sosial-budaya. Berbagai upaya pemberantasan sejak dulu ternyata tidak
mampu mengikis habis kejahatan korupsi. Karena dalam Masalah pembuktian dalam tindak
pidana korupsi memang merupakan masalah yang rumit, karena pelaku tindak pidana
korupsi ini melakukan kejahatannya dengan rapi. Sulitnya pembuktian dalam perkara
korupsi ini merupakan tantangan bagi para aparat penegak hukum untuk tetap konsisten
dengan penuh rasa tanggung jawab.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana taktik-taktik koruptor
untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang semakin canggih?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin, corruptio atau corruptus. Corruptio sendiri berasal
dari kata corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah turun ke
bayak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu corruption; dan
Belanda yaitu cnorruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia
yaitu korupsi. (Andi Hamzah, 2005:4). Dalam Kamus Hukum (2002), kata korupsi berarti
buruk; rusak; suka menerima uang sogok; menyelewengkan uang/barang milik perusahaan
atau negara; menerima uang dengan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
The Lexicon, 1979, mengartikan kata corruption berarti suatu perbuatan busuk, buruk, bejat,
tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, dan kata-kata atau
ucapan yang menghina atau memfitnah.
Kata korupsi dalam Webster’s Third New International Dectionary (1961) diartikan
sebagai “perangsang (seorang pejabat pemerintah) berdasarkan itikad buruk (seperti suap)
agar ia melakukan pelanggaran terhadap kewajibannya”. Sedangkan “suap” (sogokan)
didefinisikan sebagai “hadiah, penghargaan, pemberian atau keistimewaan yang
dianugerahkan atau dijanjikan, dengan tujuan merusak pertimbangan atau tingkah laku,
terutama dari seseorang dalam kedudukan terpercaya (sebagai pejabat pemerintah).” Korupsi
juga mencakup nepotisme atau sifat suka memberi jabatan kepada kerabat dan famili saja,
serta penggelapan uang negara. Dalam kedua hal ini terdapat “perangsang dengan
pertimbangan tidak wajar.” Jadi korupsi, sekalipun khusus terkait dengan penyuapan dan
penyogokan, adalah istilah umum yang mencakup penyalahgunaan wewenang sebagai hasil
pertimbangan demi mengejar keuntungan pribadi, keluarga dan kelompok.
Masyarakat lambat laun akan mampu membuat pembedaan yang lebih tajam antara
“suap” dan “transaksi”, dan semakin mampu membuat pembedaan-pembedaan ini dalam
praktek. Dan dalam setiap zaman, suatu masyarakat cenderung menemukan sekurang-
kurangnya empat definisi suap yang berbeda: definisi dari kaum moralis yang lebih maju”,
definisi hukum sebagaimana tertulis”, definisi hukum sejauh ditegakkan, dan definisi
praktek yang lazim.
Berdasarkan latar belakang sejarahnya, pengertian korupsi itu sangat berkaitan erat
dengan Sistem kekuasaan dan pemerintahan di zaman dulu maupun di zaman modern ini.
Adapun pengertian korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan pertama kali dipopulerkan
oleh E. John Emerich Edwards Dalberg Acton, yang mengatakan: “The Power tends to
corrupt, but absolute power corrupts absolutely” (Kekuasaan cenderung korupsi, tetapi
kekuasaan yang berlebihan mengakibatkan korupsi yang berlebihan pula).
B. Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Korupsi dapat terjadi di Negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia,
adapun hambatan-hambatan ataupun kendala-kendala dalam upaya pemberantasan korupsi
di Indonesia adalah:
1. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah;
2. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang cenderung
terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur;
3. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol, sehingga
tidak ada check and balance;
4. Banyaknya celah/lubanglubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi pada sistem politik
dan sistem administrasi Indonesia;
5. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-contoh
kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari tuduhan yang
diajukan oleh jaksa;
6. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat, dan rasti yang
semakin canggih; dan
7. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan amanah
yang diemban (I Putu Hedi Sasrawan et.al, 2012: 6).
A. Kesimpulan
Salah satu kendala dari pemberantasan korupsi adalah taktik-taktik para koruptor
dalam mengelabui apparat dan masyarakat yang semakin canggih, keprofesionalan koruptor
umumnya bukan ditentukan oleh kemarnpuannya dalam melakukan korupsi, tetapi juga
kepiawaiannya (kelihaian dalam berkelit dan meloloskan diri dari jeratan hukum.
Kepiawaian ini dimulai dengan mengatur mutasi, reposisi, restrukturisasi, dan seleksi atas
sosok yang hendak memimpin instansi penegakan hukum (law enforcement). Ada beberapa
cara koruptor untuk mengelabui apparat, salah satunya adalah modus pencucian uang,
modus pencucian uang yang sering terjadi di Indonesia secara umum yaitu para pelaku
koruptor memakai tiga modus, yakni penempatan (placement), transaksi berlapis-lapis
(layering), dan penggabungan dengan bisnis sah (integration). Indikasi pencucian uang
lainnya adalah tidak memasukkan aset itu ke dalam laporan harta kekayaan penyelenggara
negara serta membuat laporan keuangan palsu.
B. Saran
Adapun saran saya dalam makalah kali ini adalah diharapkan kepada Instansi
Pendidikan Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana yang merupakan
fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya
dalam praktik klinik dan pembuatan makalah serta diharapkan penulis dapat menggunakan
atau memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien secara optimal.