Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR
MOBILISASI

Di susun oleh :
Onisimus Umbu Daha
210814901338

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021
A. Definisi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat
napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12
jam (Rahayu & Yunarsih, 2019)
Sedangkan gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika
individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Sulistyowati &
Handayani, 2012).
B. Faktor resiko
Berbagai faktor fisik, psikologis dan lingkunga dapat menyebabkan immobiliasi pada
usia lanjut seperti pada table berikut :
1. Gangguan muskuloskeletal:
a) Artritis
b) Osteoporosis
c) Fraktur (terutama panggul dan femur)
d) Problem kaki (bunion, kalus)
2. Gangguan neurologis
a) Stroke
b) parkinson Penyakit
3. Penyakit kardiovaskular
a) Gagal jantung kongensif (berat)
b) Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)
c) Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)
4. Penyakit paru
a) Penyakit paru obstruksi kronis (berat)
5. Faktor sensorik
a) Gangguan penglihatan
b) Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)
6. Penyebab lingkungan
a) mobilisasi yang dipaksakan (di rumah sakit atau panti werdha)
b) Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat
C. Etiologi
Menurut (Sari & Wahid, 2015) Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa
nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis. Penyebab
secara umum :
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan system saraf pusat
4. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari gangguan mobilitas fisik, antara lain:
1. gangguan sikap berjalan
2. penurunan keterampilan motorik halus
3. penurunan keterampilan motorik kasar
4. penurunan rentang gerak
5. waktu reaksi memanjang
6. kesulitan membolak-balik posisi
7. ketidaknyamanan melakukan aktivitas lain.
E. Klasifikasi
Klasifikasi mobilisasi yaitu:
1. Mobilisasi penuh
2. Mobilisasi sebagian: keterbatasan gerak karena gangguan syaraf motorik dab
otonom
3. Mobilisasi sebagian temporer : keterbatasan gerak dengan batasan sementara
4. Mobilisasi sebagian permanen : keterbatasan gerak dengan batasan menetap.
F. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan
atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.
Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana
hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas
dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.

Mobilisasi

Tirah baring yang


Kehilangan daya
lama Gastro intestinal
tahan otak

Tirah baring yang


Penurunan otot lama Gangguan metabolis

Perubahan sistem Intoleran aktifitas Anoreksia


muskuloskeletal

Gangguan mobilitas Defisit perawatan diri Konstipasi


fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x tulang
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang.
2. Laboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa.
3. Radiologis
a) Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral
b) Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
c) Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera dan
ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu
sebelum tindakan dan sesudah tindakan)
H. Penatalaksanaan
a. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas
pasien.
Tujuan:
a) Mempertahankan kenyamanan
b) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
c) Mempertahankan kenyamanan
b. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
a) Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan:
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Menfasilitasi fungsi pernafasan
b) Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan:
1) Melancarkan peredaran darah ke otak
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
4) Memberikan obat peranus (inposutoria)
5) Melakukan pemeriksaan daerah anus
c) Posisi trendelenburg adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan : untuk melancarkan
peredaran darah.
d) Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi
terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
Tujuan:
1) Perawatan daerah genetalia
2) Pemeriksaan genetalia
3) Posisi pada proses persalinan
c. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda
Tujuan:
1) Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
d. Membantu pasien berjalan
Tujuan:
1) Toleransi aktifitas
2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus
d. Kemampuan Mobilitas

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori


Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
e. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda
pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi).
f. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskular
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak

Skala Prosentase Kekuatan Normal Karakteristik


Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan
sebagainya.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan mobilitias fisik
b. Intoleran aktivitas
c. Defisit perawatan diri
d. Konstipasi
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intevensi


D.0054 Ganggua Setelah dilakukan tindakan SIKI : Dukungan Mobilisasi 1.05173
n mobilitias fisik keperawatan selama 1x24 jam maka OBSERVASI :
(SDKI) di harapkan mobilitas fisik klien 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
meningkat dengan kriteria hasil : lainnya
SLKI : Mobilitas Fisik L.05042 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Pergerakan ekstremitas pergerakan
2. Kekuatan otot 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
3. Rentang gerak (ROM) mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
2. Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sedehana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur
D.0056 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan SIKI :Terapi Aktivitas 1.05186
Aktivitas ( SDKI) keperawatan selama 3x 24 jam maka Obsevasi :
di harapkan toleransi aktivitas klien 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
SLKI :Toleransi Aktivitas L.05047 aktivitas tertentu
1. Frekuensi nadi Terapeutik :
2. Keluhan lelah 1. Fasilitasi fokus pada kemampuan bukan
3. Dispnea saat aktivitas defisit yang dialami
4. Dispnea setelah aktivitas 2. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
3. Fasilitasi makna aktivitas yang di pilih
Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang di
pilih
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas,jika perlu
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas,jika perlu
D.0109 Setelah dilakukan tindakan SIKI :Dukungan Perawatan Diri 1.11348
Defisit perawatan keperawatan selama 3x 24 jam maka Observasi :
diri (SDKI) di harapkan perawatan diri klien 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
meningkat dengan kriteria hasil : diri sesuai usia
SLKI :Perawatan Diri L.11103 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
2. Kremampuan menggunakan diri,berpakian berhias dan makan
pakaian Terapeutik :
3. Kemampuan makan 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis:
4. Kemampuan toilet (BAK/BAB) suasana hangat,rilek privasi)
5. Verbalisasi keinginan 2. Siapkan keerluan pribadi ( mis:parfum,sikat
melakukan perawatan diri gigi,dan sabun mandi )
6. Minat melakukan perawatan 3. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
diri Edukasi :
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
D.0049 konstipasi Setelah dilakukan tindakan SIKI :Manajemen Eliminasi Fekal 1. 04151
( SDKI) keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
diharapkan eliminasi fekal klien 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan
membaik dengan kriteria hasil : obat pencahar
SLKI : Eliminasi Fekal L.04033 2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
1. Koontrol pengeluaran feses kondisi gastrointestinal
2. Konsistensi feses 3. Monitor buang air besar (mis:
3. Frekuensi defekasi warna,frekuensi,volume)
4. Peristaltik usus 4. Monitor tanda dan gejala diare,konstipasi
atau impaksi
Teraputik :
1. Berikan air hangat setelah makan
2. Jadwalkan aktu defekasi bersama pasien
3. Sediakan makanan tinggi serta
Edukasi :
1. Jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan keteraturan peristaltik
2. Anjurkan mencatat warna
,frekuensi,konsistensi, volume feses
3. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik,sesuai
toleransi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
anal,jika perlu

4. Implementasi

No Diagnosa Implementasi
D.0054 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
mobilitias fisik (SDKI) 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
4. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
5. Mengajarkan mobilisasi sedehana yang harus dilakukan (mis: duduk
di tempat tidur
D.0056 Intoleransi 1. Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas
Aktivitas ( SDKI)
2. Memfsilitasi fokus pada kemampuan bukan defisit yang dialami
3. Mengkoordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
4. Menjelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari jika perlu
5. Mengkolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas,jika perlu
D.0109 1. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Defisit perawatan diri 2. Memonitor tingkat kemandirian :
(SDKI)
3. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat,rilek
privasi)
4. Mengannjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
D.0049 konstipasi ( SDKI) 1. Memnitor buang air besar (mis: warna,frekuensi,volume)
2. Memonitor tanda dan gejala diare,konstipasi atau impaksi
3. Memberikan air hangat setelah makan
4. Menjelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik
5. Mengkolaborasi pemberian obat supositoria anal,jika perlu

Daftar Pustaka

Rahayu, D., & Yunarsih, Y. (2019). Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Op Sectio Caesarea. Jurnal

Keperawatan, 11(2), 111–118.


Sari, S. H., & Wahid, A. (T.T.). Batasan Karakteristik Dan Faktor Yang Berhubungan (Etiologi)

Diagnosa Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke. 10.

Sulistyowati, D., & Handayani, F. (2012). Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Personal Hygiene

Menurut Persepsi Pasien Imobilisasi Fisik. Jurnal Keperawatan Diponegoro, 1(1), 169–

174.

Tista Venuzela, Tri Anjaswarni, Ragil Catur Adi W. (2018). Hubungan Antara Pelayanan

Personal Hygiene Oleh Perawat Dengan Kepuasan Pasien Imobilisasi Di Ruang

Kenanga Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soepraoen Malang | Venuzela | Nursing News: Jurnal

Ilmiah Keperawatan. Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Fikes/Article/View/970

Anda mungkin juga menyukai