Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual
(Manual Muscle Testing) atau biasa disingkat dengan MMT. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunter. Secara fisisologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kerja kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban. Secara mekanis kekuatan otot didefinisiskan sebagai gaya (force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam kontraksi maksimal. 1. Tujuan Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian dan mengetahui adanya mobilitas. Mengukur kekuatan otot atau adanya gangguan pada bagian bagian tertentu. Berfokus pada penentuan rentang gerak sendi, kekuatan dan tonus otot, dan kondisi sendi dan otot. Untuk menentukan jenis penggunaan alat bantu gerak pada pasien yang memiliki masalah mobilisasi. 2. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi dari Tindakan Indikasi a) Stroke atau penurunan tingkat kesadaran b) Kelemahan otot c) Fase rehabilitasi fisik d) Klien dengan tirah baring Kontraindikasi a) Trombus/emboli pada pembuluh darah b) Peradangan pada daerah tersebut c) Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit d) Nyeri karena akan menghambat kontraksi otot dan tidak akan memberikan indikasi yang akurat dari kekuatan otot. Pengujian kekuatan otot dengan adanya rasa sakit dapat menyebabkan cedera lebih lanjut e) Perhatian ekstra harus diambil dimana gerakan menolak mungkin memperburuk kondisi, seperti: Pasien dengan riwayat atau berisiko mengalami masalah jantung. Pasien yang mengalami operasi perut atau pasien dengan herniasi dari dinding perut untuk menghindari stres yang tidak aman di dinding perut. Situasi di mana kelelahan dapat merugikan atau memperburuk kondisi pasien. Pasien dengan kelemahan ekstrim, misalnya mal-nutrisi, keganasan atau penyakit berat paru obstruktif kronis. Pasien-pasien ini tidak memiliki energi untuk melakukan pengujian berat. 3. Prosedur Tindakan Prosedur tindakan yang dilakukan dalam mengukur kekuatan otot adalah sebagai berikut : a) Lansia diposisikan sedemikan rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan kekuatannya b) Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian c) Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan d) Lansia mengkontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal e) Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau perut otot f) Memberikan tahanan pada otot yang bergerak dengan luas gerak sendi penuh g) Melakukan pencatatan hasil MMT
Kriteria hasil pemeriksaan MMT
a) Normal (5): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi dan melawan tahan maksimal. b) good (4): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang. c) fair (3): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawangravitasi tanpa tahanan. d) poor (2): mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawangravitasi e) Trace (1): tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi f) Zero (0): kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
Menilai kekuatan otot dan rentang gerak sendi
Pengkajian rentang gerak sendi menguji fungsi sendi; pengkajian kekuatan otot melawan tahanan menguji fungsi otot di sekitar sendi. Untuk mengkaji rentang gerak sendi, perawat meminta klien menggerakkan sendi tertentu untuk melewati rentang gerak normal. Cara mengukur kekuatan otot, perawat memberikan tekanan pada sendi atau di dekat otot atau disekeliling sendi. Perawat meminta klien untuk menahan gerakan yang diberikan perawat sekuat tenaga. Jika dua sisi yang di kaji (misalnya yang kiri atau tangan kanan hasilnya harus simetris. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten. Cara menilai Otot Ekstrimites Atas Mengukur kekuatan Otot Ekstrimitas Bawah
Referensi: Kelompok Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar FIK UI. (2006). Panduan praktikum keperawatan dasar 1. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.