Anda di halaman 1dari 7

1.

Pattern of Facilitation (Pola untuk Mempermudah Respon)


Pada dasar teknik ini digunakan patern dalam suatu gerakan. Pola
gerakan yang digunakan adalah spiral dan diagonal.
Pola PNF pada anggota gerak atas:
1) Fleksi – adduksi – eksternal rotasi (dengan siku fleksi, lurus dan
ekstensi)
2) Ekstensi – abduksi – internal rotasi (dengan siku fleksi, lurus dan
ekstensi)
3) Fleksi – abduksi – eksternal rotasi (dengan siku fleksi, lurus dan
ekstensi)
4) Ekstensi – adduksi – internal rotasi (dengan siku fleksi, lurus dan
ekstensi)
2. Optimal Resistance
Optimal resistance adalah tahanan besar yang disesuaikan dengan
kondisi pasien dan diberikan kepada otot yang sedang berkontraksi.
Dalam teknik PNF, optimal resistance diberikan dengan tangan pada
semua gerakan dan ditahan terus-menerus selama gerakan terjadi. Semua
komponen gerakan harus mendapatkan tahanan optimal pada tiap
tingkatan gerakan tersebut.
Optimal resistance digunakan dalam semua teknik PNF untuk:
a. Meningkatkan daya penerimaan rangsang
b. Meningkatkan kekuatan otot
c. Meningkatkan daya tahan otot
d. Memperoleh rileksasi otot yang telah berkontraksi
e. Mengembangkan koordinasi
3. Manual Contact
Manual contact dapat memberikan fasilitasi terhadap kebutuhan
aktivitas dengan adanya sentuhan tangan dan akan merangsang
eksoreseptor. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam memberikan
manual contact harus bertujuan, terarah dan nyaman.
4. Traction and Approximation (Tarikan dan Penekanan)
Traksi dan penekanan sangat efektif untuk merangsang proprioceptif
yang berasal dari struktur persendian
a. Traksi
Penarikan ini diberikan terutama pada gerakan fleksi dan
kebanyakan pada ekstremitas superior.
b. Aproksimasi (penekanan)
Penekanan pada persendian dapat merangsang suatu posisi dari
anggota gerak dalam menahan berat tubuh. Oleh karena itu
penekanan idealnya diberikan pada gerakan – gerakan ekstensi
terutama pada ekstremitas inferior.
5. Verbal stimulatif (Aba-aba)
Suara aba-aba yang diberikan harus merupakan “verbal stimulatif”
(rangsangan perintah) sehingga dapat merangsang usaha pasien untuk
membentuk suatu gerakan.

1.2.1.1.Teknik Pelaksanaan PNF


1. Timing for Emphasis
Pemakaian timing for emphasis adalah dengan memberikan
maksimal kontraksi pada kelompok otot yang kuat untuk memperkuat
kelompok otot yang lemah.
2. Repeated Contraction (Repetisi Kontraksi)
Adalah pengulangan aktivitas dengan melawan tahanan dan
ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Teknik ini
digunakan untuk koreksi terhadap keseimbangan dan rileksasi
kelompok otot–otot antagonis dan untuk memperoleh peningkatan
ROM dalam kondisi kekakuan sendi.
3. Slow Reversal
Pemakaian slow reversal adalah dengan memberikan tahanan
optimal pada gerakan kelompok agonis kemudian diikuti dengan cepat
tanpa adanya rileksasi dengan gerakan yang berlawanan (gerakan
kelompok antagonis) dengan tahanan optimal.
4. Rythmical Stabilization
Dalam tehnik ini digunakan kontraksi otot – otot antagonis secara
isometrik dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan stabilitas
sendi. Stabilitas sendi dipertahankan dengan adanya ko-kontraksi
kelompok otot antagonis melawan resisten. Pasien disuruh menahan
saat fisioterapis memberikan optimal resisten yang berubah secara
teratur dari satu arah kearah lain

5. Hold Relax
Pemakaian hold relax: Dengan melakukan gerakan sampai pada
limit ROM tertentu dan melawan tahanan fisioterapis, pada akhir
limitasi gerak maka tahanan diubah pada posisi antagonisnya dan
pasien disuruh menahan tahanan oleh fisioterapis kearah kelompok
antagonisnya. Tehnik hold relax digunakan untuk meningkatka ROM,
mengurangi kekakuan, mengurangi nyeri terutama bila rasa nyeri
disebabkan oleh kekakuan sendi.
6. Contract Relax
Merupakan suatu teknik dimana group otot antagonis yang
memendek dikontraksikan secara isotonik yang optimal kemudian
diikuti dengan rileksasi pada group otot tersebut.
a) Gerakan dilakukan secara aktif maupun pasif ke arah pola gerak
agonis sampai pada batas nyeri atau keterbatasan sendi
b) Pasien disuruh mengontraksikan group otot antagonis dengan aba-
aba tarik dan dorong
c) Berikan pasien kesempatan untuk bergerak sedikit (isotonis) secara
3 dimensi tetapi masih dalam batas ambang nyeri atau keterbatasan
gerak sendi
d) Rileksasi total group otot antagonis diikuti gerakan pasif oleh
fisioterapis ke arah pola gerak agonis
e) Ulangi prosedur in berulang-ulang sampai 4-6 kali
7. Stretch reflex
Bentuk gerakan yang mempunyai efek fasilitasi terhadap otot-otot
yang di ulur. Caranya:
a) Panjangkan posisi anggota badan
b) Tarik pelan-pelan kemudian tarik dengan cepat dan bangunkan
stretch reflex
c) Langsung berikan tahanan setelah terjadi stretch reflex
d) Gerakan selanjutnya diteruskan dengan tahanan yang optimal
e) Berdasarkan aba-aba di waktu yang tepat.
8. Combination of Isotonic
Kombinasi kontraksi dari gerak isotonik antara kosentris dan
eksentris dari agonis patron dengan pelan-pelan. Berguna untuk
mengajarkan pola gerakan, latihan fungsional, penguatan otot,
mengajarkan kontraksi otot secara excentris dan statis.
9. Stabilizing Reversal
Bentuk gerakan isotonis dimana agonis dan antagonis saling
diaktifkan tanpa pergantian relaksasi dengan tujuan untuk
meningkatkan stabilitas. Aktifitas dimulai dengan aproksimasi di
bagian dengan patron yang lebih kuat. Terapis memberikan tahanan
di lantai.
10. Rythmic Initiation
Teknik yang dipakai untuk agonis dengan menggunakan gerakan
gerakan pasif, aktif dengan tahanan. Caranya:
a) Terapis melakukan gerakan pasif.
b) Kemudian pasien melakukan gerakan aktif seperti gerakan pasif
yang dilakukan terapis.
c) Gerakan selanjutnya diberikan tahanan sedikit.
d) Baik agonis maupun antagonis patron dilakukan dalam waktu
yang sama.
1.2.1.2. Standar Pelaksanaan Terapi PNF pada Stroke
Pelaksanaan terapi PNF pada kasus stroke dibagi dalam dua tahap
yaitu pada fase flaccid dan fase spastik dan diberikan sesuai dengan pattern
PNF baik pada ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah. Tujuan terapi
PNF pada fase flaccid adalah untuk memperbaiki fisiologi otot, fasilitasi
kontraksi dan mengajarkan kembali gerak fungsional dengan teknik
rhytmical stabilization dan slow reversal. Tujuan terapi PNF pada fase
spastic adalah untuk mengurangi spastisitas dan melatih koordinasi gerak
dengan tehnik slow reversal dan timing for emphasis.
Gait Training
1.2.2.1.Gait Training
Gait training merupakan sebuah intervensi yang bertujuan untuk
mengoptimalkan pola berjalan dengan meningkatkan kekuatan otot dan
koordinasi, meningkatkan kecepatan berjalan dan daya tahan, meningkatkan
fleksibilitas serta meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Salah satu
pemberian intervensinya yaitu Conventional Gait Training dimana berfokus
pada komponen gait dalam persiapan untuk berjalan diantaranya:
1) Symetrical Weight bearing training
2) Weight shifting
3) Stepping training (Swing/clearance)
4) Heel strike
5) Single leg standing
6) Push off/calf rise.
Fisioterapi juga dapat melatih dengan menggunakan circuit training
(mengambil benda dalam posisi duduk maupun berdiri, duduk ke berdiri,
mengangkat tumit, strengthening isokinetic dan berjalan diatas rintangan)
untuk meningkatkan kemampuan pasien.
Transfer dan Ambulasi
Transfer adalah suatu pola gerakan dimana terjadi perubahan posisi pasien.
Contohnya: dari posisi tidur keduduk di tepi tempat tidur, dari posisi duduk
keberdiri.
Ambulasi adalah perpindahan pasien dari suatu tempat ke tempat lainnya
dengan adanya jarak yang ditempuh. Contohnya berjalan.
Berikut tujuan dan manfaat dari transfer dan ambulasi :
1) Mencegah dampak immobilisasi pasca operasi meliputi: sistem integumen;
kerusakan integritas kulit seperti abrasi, sirkulasi darah yang lambat yang
menyebabkan terjadinya atrofi otot dan perubahan turgor kulit, system
kardiovaskuler; penurunan kardiak reserve, mengurangi depresi
2) Mengurangi perubahan tingkah laku
3) Memperbaiki perubahan siklus tidur
Pelaksanaan ambulasi yang aman memerlukan keseimbangan dan kekuatan
yang cukup untuk menopang berat badan dan menjaga postur. Berikut ini
diuraikan beberapa tahapan ambulasi yang diterapkan pada pasien:
1) Pre-ambulation
Bertujuan untuk mempersiapkan otot untuk berdiri dan berjalan yang
dipersiapkan lebih awal ketika pasien bergerak dari tempat tidur.
2) Sitting balance
Yaitu membantu pasien untuk duduk disisi tempat tidur. Aktivitas ini
seharusnya dilakukan 2 atau 3 kali sehari selama 10 sampai 15 menit, kemudian
dilatih untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan.
3) Standing balance
Standing balance yaitu melatih berdiri dan mulai berjalan. Perhatikan waktu
tanda-tanda vital, apakah pasien mengalami pusing atau lemas akibat hipotensi
ortostatik.
9.1.4 Bobath

9.1.4.1 Definisi Bobath

Metode Babath adalah suatu metode terapi latihan pada stroke yang berasumsi
bahwa penderita stroke seolah-olah pasien stroke kembali pada usia bayi sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan pertumbuhan bayi normal. Oleh karena
itu stroke harus dilatih mulai dari posisi berbaring, miring, tengkurap, merangkak, duduk,
berdiri, dan berjalan.
Untuk mengatasi tonus otot yang berlebihan, berikan posisi inhibisi (posisi yang
dapat menghambat terjadinya hypertonus) dan fasilitasi (posisi yang dapat mengurangi
hypertonus). Setelah itu baru latihan gerak pada pola normal.
9.1.4.2 Tujuan Bobath
Tujuan dari intervensi metode bobath adalah optimalisasi fungsi dengan
peningkatan kontrol postural dan gerakkan selektif melalui fasilitasi.
9.1.4.4 Aplikasi metode Bobath pada pasien stroke
Pada prinsipnya bentuk latihan dengan pendekatan metode bobath bersifat
individual, tergantung problem yang di temukan pada pemeriksaan. Langkah awal dalam
terapi latihan bobath yaitu dengan aktifasi otot-otot internal trunk (otot abdominal, otot
para spinal,otot pelvic floor). Otot-otot tersebut merupakan otot yang memberikan
stabilitas yang utama pada postur. Dengan stabilitas postur yang adekuat, maka fungsi
mobilitas dari ekstremitas menjadi lebih mudah. Beberapa bentuk latihan dalam
pendekatan metode bobath yang umum diberikan pada pasien stroke, diantaranya :
1) latihan foreward dan backward pelvic
2) latihan briging
3) latihan mobilisasi scapula

Anda mungkin juga menyukai