Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi PNF
Metode PNF dikembangkan pertama kali oleh dr. Herman Kabat
(Neurologiau Psikolog) dari Amerika Serikat pada tahun 1950-an yang
kemudian dikembangkan oleh Margareth Knott (Fisioterapis) dan Dorothy
Voss (Okupasi Terapis) hingga tahun 1970-an. Pada awalnya PNF lebih
ditekankan pada kasus musculoskeletal. Dalam perkembangannya
dikembangkan juga untuk kasus-kasus neurologi termasuk hemiplegia
(stroke). Dengan demikian PNF dapat diartikan sebagai fasilitasi respon
neuromuskular melalui propriosensor.

B. Teknik Terapi Latihan Metode PNF


Tehnik adalah suatu upaya mempermudah yang diarahkan untuk keperluan
mencapai tujuan tertentu / spesifik.

Tujuan penggunaan berbagai tehnik dalam PNF adalah:

1. Sebagai pengantar/pembuka gerakan


2. Meningkatkan kekuatan kontraksi
3. Menaikkan tingkat rileksasi
4. Perbaikan koordinasi
5. Menurunkan nyeri
6. Meningkatkan lingkup gerak sendi
7. Meningkatkan stabilitas sendi
8. Menghindari kelelahan
9. Belajar suatu gerakan
10. Meningkatkan daya tahan

Tehnik PNF dapat berupa:

1. Fasilitasi atau inhibisi


2. Dalam satu arah gerak atau dua arah gerak
3. Untuk: (1) agonis, (2)inhibisi antagonis, (3) fascilitasi antagonis dan
(4) agonis dan antagonis.
1. RHYTMICAL INITIATION / TEHNIK PUMPING-UP

A p a Adalah suatu tehnik yang ditujukan pada agonis, menggunakan

gerakan pasif, aktif dan resisted.

Bagaimana - Terapis menggerakkan secara pasif.

- Diikuti dengan perintah kepada pasien untuk mengikuti

gerakan tersebut.

- Pasien mengikuti gerakkan tersebut secara aktif.

- Kemudian dilakukan gerakan melawan tahanan ringan.

- Gerakan dapat dilakukan pada pola agonis maupun pola

antagonis, tetapi tidak dilakukan dalam waktu bersamaan.

Tujuan - Normalisasi kecepatan gerak.

- Sebagai permulaan gerak / mengarahkan gerak.

- Perbaikan koordinasi gerak dan rasa gerak.

- Rileksasi.

- Belajar tentang gerak.

Indikasi - Kesulitan memulai gerak akibat rigiditas, spastis berat atau

ataxia.

- Irama gerak yang lemah/lesu.

- Menurunkan rasa gerak.

- Keterbatasan gerak.
2. REPEATED CONTRACTION

A p a Adalah suatu tehnik kontraksi isotonik yang ditujukan pada

agonis, yang mana pada lingkup gerak tertentu dilakukan

restretch untuk meningkatkan kontraksi.

Bagaimana - Pasien menggerakkan dengan arah diagonal.

- Pada lingkup gerak tertentu dimana kekuatan kontraksi pada

arah diagonal tersebut melemah, terapis memberi/melakukan

restretch.

- Pasien menjawab restretch tersebut dengan cara

meningkatkan kekuatan kontraksinya.

- Terapis mengikuti gerakan tersebut dengan memberikan

tahanan.

- Tidak ada rileksasi saat dilakukan restretch.

- Saat dilakukan restretch harus disertai aba-aba agar pasien

bereaksi, misalnya …dorong lebih kuat!.

- Dalam satu gerak diagonal hanya boleh dilakukan restretch

maksimal 4 kali pengulangan.

Tujuan - Perbaikan kekuatan otot dan daya tahan.

- Menyamaratakan kekuatan otot yang tidak seimbang.

- Perbaikan lingkup gerak sendi secara aktif.

- Menurunkan ketegangan atau penguluran antagonis.

- Meningkatkan tonus otot.

Kontra Indikasi - Kondisi orthopaedik yang masih akut.

- Neo operasi.
Skema repeated contraction

kontraksi

restretch

restretch

restretch

Inisiasi stretch

Lingkup gerak sendi

3. STRETCH REFLEX

A p a Adalah suatu bentuk gerakan yang ditujukan untuk

merangsang reflek monosynaptis sehingga mempunyai efek

fasilitasi pada otot yang diulur secara adequat.

Bagaimana - Posisikan anggota gerak pada elongated state (pada satu pola gerak

saja).

- lakukan stretching secara cepat dengan kekuatan ringan

dalam tiga arah gerak.

- Setelah dilakukan stretching, langsung berikan tahanan pada

gerakan yang terjadi.

- Biarkan gerakan terjadi dengan baik (di bawah pengaruh

optimal resisted).
- Aba-aba dan pemberian stretching upayakan dalam timing

yang bagus.

- Aba-aba dapat berupa…. Gerakkan! Atau… dorong tangan

saya!

Tujuan - membuka/mengantar gerakan.

- Mempercepat gerakan.

- Belajar gerakan.

- Perbaikan kekuatan otot.

- Meningkatkan mobilitas.

- Menghindari kelelahan.

- Meningkatkan rileksasi.

4. COMBINATION OF ISOTONIC

(Tehnik Gregg Johnson dan Vicky Saliba)

A p a Adalah suatu bentuk gerakan yang ditujukan pada agonis

untuk mengendalikan/mengontrol gerakan yang sulit.

Merupakan gerakan dengan kontraksi isotonik (konsentrik,

eksentrik dan maintained) dari pola gerak agonis tanpa diikuti

fase rilek yang dikombinasikan dengan ketenangan,

terkoordinasi untuk mendapatkan gerak yang fungsional.

Contoh Dari posisi duduk ke berdiri.

- Konsentrik: Dengan melawan tahanan pada crista iliaca, pasien

mengangkat pantatnya.
- Maintained: diam bertahan untuk beberapa saat pada posisi

pantat terangkat (setengah berdiri/antara duduk dan

berdiri).

- Eksentrik: Melalui crista iliaca, terapis mendorong kembali

agar pasien duduk. Pasien secara perlahan menurunkan

pantatnya hingga duduk (dengan melawan tahanan yang

diberikan terapis).

- Urutan gerak dapat divariasi.

- Untuk meningkatkan kekuatan pasien, dapat diberikan

restretch.

Tujuan - Belajar pola gerak.

- Belajar gerak fungsional.

- Perbaikan kekuatan otot pada pasien yang mempunyai fase

kelemahan pada suatu gerakan.

- Belajar kontraksi eksentrik dan isometrik.


Skema combination of isotonic

Sangat lemah lemah kuat

Isometrik

Eksentrik

Isometrik

Konsentrik

Eksentrik

Isometrik

Konsentrik

Eksentrik

Isometrik

konsentrik

5. TIMING FOR EMPHASIS (PIVOTING)

A p a Adalah suatu bentuk gerakan di mana bagian gerakan yang

lemah diberi ekstra stimulasi melalui bagian yang kuat. Dibagi

menjadi:

1) bagian yang stabil/lebih stabil (bagian yang kuat)

2) bagian yang bergerak (bagian yang lemah)

Bagaimana - Bagian yang kuat ditahan pada posisi tertentu.

- Kemudian bagian yang lemah melakukan gerakkan. Titik gerak

disebut sebagai pivot.

Tujuan - Penguatan otot bagian dari suatu pola gerak.


- Mobilisasi.

6. HOLD - RELAX

A p a adalah suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isometris yang

optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek,

dilanjutkan dengan rileksasi otot tersebut (prinsip reciproke

inhibition).

Bagaimana - Gerakan pasif atau aktif pada pola gerak agonis hingga batas

keterbatasan gerak atau hingga LGS dimana nyeri mulai

timbul.

- Terapis memberi tahanan meningkat secara perlahan pada

pola antagonisnya, pasien mesti melwan tahanan tersebut

tanpa disertai adanya gerakkan. (dengan aba-aba….

Pertahankan disini!).

- Diikuti rileksasi dari pola antagonis tersebut, tunggu hingga

benar-benar rileks.

- Gerakkan secara aktif atau pasif ke arah pola agonis.

- Ulangi prosedur tersebut di atas.

- Penguatan pola gerak agonis dengan cara menambah LGS-nya.

- Selama fase rileksasi, manual kontak tetap dipertahankan

untuk mendeteksi bahwa pasien mampu benar-benar rileks.

Tujuan - Perbaikan rileksasi pola antagonis.

- Perbaikan mobilisasi.

- Penurunan nyeri.

Kapan - Bila ada nyeri/pasien lebih kuat dibanding terapis.

7. CONTRACT - RELAX
A p a adalah suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik yang

optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek,

dilanjutkan dengan rileksasi otot tersebut (prinsip reciproke

inhibition).

Bagaimana - Gerakan pasif atau aktif pada pola gerak agonis hingga batas

keterbatasan gerak atau hingga LGS dimana nyeri mulai

timbul.

- Pasien diminta menggerakkan ke arah antagonis dengan

kontraksi isotonik (dengan aba-aba…. Dorong tangan saya!).

- Biarkan terjadi gerakan ke 3 arah gerak dengan LGS sedikit

(dekat dengan batas gerak).

- Diikuti rileksasi dari pola antagonis tersebut, tunggu hingga

benar-benar rileks.

- Gerakkan secara aktif atau pasif ke arah pola agonis.

- Ulangi prosedur tersebut di atas.

- Penguatan pola gerak agonis dengan cara menambah LGS-nya.

- Selama fase rileksasi, manual kontak tetap dipertahankan

untuk mendeteksi bahwa pasien mampu benar-benar rileks.

Tujuan - Perbaikan rileksasi/penguluran pola antagonis.

Kontra indikasi- Bila ada nyeri (maka gunakan hold-relax).

Perbedaan Hold-relax dan Contract-relax:

 Hold-relax menggunakan kontraksi isometrik

 Hold-relax dilakukan dekat dengan batas gerak/nyeri, tetapi sebelum mencapai

batas nyeri.

 Hold-relax sangat efisien pada problem nyeri.


 Hold-relax sangat efisien pada pasien dengan kekuatan yang lebih besar namun

mengalami kontraktur.

8. SLOW REVERSAL

A p a adalah suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik

bergantian antara agonis dan antagonis, tanpa diikuti dengan

fase rileks. Fenomena ini indikasi untuk fungsi normal (misalnya

berjalan, memanjat pohon, berolahraga, dll).

Bagaimana - Gerakan dimulai pada pola gerak yang lebih kuat dan diawali dengan

pemberian initiation stretch.

- Tanpa rileksasi, ganti dengan gerakan pada pola gerak yang

lebih lemah.

- Tanpa rileksasi, ganti dengan gerakan pada pola gerak yang

lebih kuat dengan diberi/melawan tahanan atau menambah

LGS-nya.

- Tehnik ini selalu diakhiri pada pola gerak yang lebih lemah.

- Gerakan pada pola agonis dan antagonis tidak harus dengan

LGS penuh.

- Aba-aba sangat penting, misalnya…. Tarik tangan saya!, …

Dorong tangan saya!

- Tehnik ini dapat dilakukan dengan gerakan cepat.

Tujuan - Perbaikan mobilisasi

- Menaikkan tingkat rileksasi.

- Memperbesar kekuatan kontraksi.

- Belajar gerakan

- Perbaikan koordinasi.

- Meningkatkan daya tahan


Perhatian -Tonus/ketegangan otot tidak boleh sampai hilang.

-Tahanan perlahan ditingkatkan saat pergantian, demikian pula

dengan LGS-nya.

Kontra indikasi- Bila gerak aktif terasa nyeri.

Catatan - Pada Tungkai: Pegangan proksimal tetap/tidak berpindah,

pegangan distal berpindah tempat.

- Pada Lengan: Pegangan proksimal berpindah tempat diikuti

oleh pegangan distal.

9. STABILIZATION

Tehnik stabilisasi sangat cocok diberikan pada sendi yang mengalami

penurunan kemampuan stabilisasinya. Tehnik ini tidak hanya dapat diberikan pada

berbagai sendi, tetapi juga dapat dilakukan pada berbagai posisi. Tehnik ini

menggunakan tekanan pada sendi atau ke arah gerak diagonal.

Pemberian tahanan dibangun secara perlahan hingga maksimum dan secara

perlahan pula dikuranginya hingga nol. Tahanan sekuat mungkin hingga stabilitas

tidak tergoyahkan.

Tehnik ini menggunakan quick approximation maupun maintained aproximation.

Skema Stabilisasi
10. STABILIZING REVERZAL

A p a adalah suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik

bergantian antara agonis dan antagonis, tanpa diikuti dengan

fase rileks, dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas.

Bagaimana - Aktivitas dimulai dengan pemberian aproksimasi pada pola gerak

yang kuat.

- Terapis memberi tahanan pada lintas gerak tersebut.

- Aba-aba: … pertahankan disini!

- Saat perpindahan letak pegangan, dilakukan bergantian (satu

tangan masih memegang saat tangan satunya berpindah

pegangan)

- Saat pergantian tanpa rileksasi.

- Sertiap pengulangan, tahanan selalu ditambah.

- Tahanan ke arah rotasi sangat penting.

- Awali pada arah yang kuat.

10. RHYTMICHAL STABILIZATION


A p a adalah suatu tehnik stabilisasi yang ritmis, terasa nyaman,

menggunakan kontraksi isometrik dari kelompok agonis dan

antagonis.

Bagaimana - Dimulai pada tempat dimana pasien belum memiliki stabilitas yang

bagus.

- Aproksimasi diberikan terus menerus (melalui tangan Terapis

atau berat badan pasien).

- Kesempatan pertama diberikan pada pola gerak yang lebih

kuat.

- Aba-aba: … pertahankan disini! , tidak boleh terjadi

pergerakan maupun rotasi.

- Mulai pada arah gerak yang kuat, tahanan secara perlahan

dipindahkan.

- Tahanan secara perlahan ditingkatkan.

- Saat perpindahan, tidak boleh ada aproksimasi yang baru.

- Penahanan oleh pasien tidak boleh dihentikan/diputus.

Tujuan - Perbaikan stabilitas sendi.

- Perbaikan mobilitas sendi.

- Peningkatan tingkat rileks.

Kontra indikasi- Keadaan NWB.

Anda mungkin juga menyukai