Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DAMPAK TEKNOLOGI TERHADAP KESEHATAN JIWA


Dibuat Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Advance Theory Conceft Of Mental Illness

Disusun Oleh :

1. Irfan Safarudin Ahmad


2. Nadia Sintia Wardani
3. Nova Mardiana
4. Regi Pratama
5. Santi Rinjani
6. Stepanus Prihasto Seeptiawan
7. Ratu Hidyah Awaliah
8. Murandari
9. Endah Sarwendah
10. Muhamad Iqbal Martani
11. Angga Dipa Nagara

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah
Subhanahuwata’ala yang mana berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang dampak teknologi terhadap kesehatan jiwa.
Sholawat beserta salam mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi
Muhammad SAW, Kepada keluarganya, kepada shabat, tabi’i nya sampailah kepada kila selaku
umatnya. Ammin.
Dalam makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami memohon
kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
kami kedepan.

Bandung, Juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu. Dahulu,
pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini memerlukan
standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah
ditetapkan, guru mempunyai pedoman Melalui standar yang telah ditetapkan, guru
mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang hendak dicapai.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia, baik
dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad ke 21 teknologi
telah masuk kedalam berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dalam bidang
pendidikan. Guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut
memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang
harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era
informasi ini (Yana, 2013).
Perkembangan teknologi tidak dapat kita hindari lagi di abad 21 ini.
Perkembangan teknologi yang merata dan semakin marak disetiap bidang kehidupan
termasuk dalam bidang Pendidikan memaksa umat manusia untuk mengikuti laju
perkembangan teknologi. Dalam pendidikan abad 21 teknologi sudah menjadi pelengkap
utama dalam setiap kegiatan pembelajaran. Inovasi-inovasi baru mucul untuk menunjang
kegiatan pembelajaran sebagai dampak dari perkembangan teknologi. Banyak dampak
yang tercipta dari perkembangan teknologi. Dampak positif antara lain; 1) dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan semakin mudah dan cepat 2) dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan fasilitas e-mail, chat, sampai komunikasi secaral angsung
(pembicaraan) sekalipun melalui internet atau yang sering disebut videocall. 3)
munculnya bermacam macam komunitas dari internet guna menjalin relasi baru. 4)
memudahkan dalam mencari informasi yang butuhkan. 5) memungkinkan berbelanja
melalui media internet/online. 6) akses internet dapat kita lakukan dengan dan murah. 7)
Mendapat hiburan, sebagai contoh games online, dan lain-lain. Dampak negative antara
lain; 1) munculnya penipuan melalui telfon, sms, dan internet 2) Mudahnya mengakses
video porno. 3) munculnya penjiplakkan (plagiatisme). 4) pembobolan rekening atau
kartu kredit (hacker) atau cybercrime 5) meningkatnya sikap konsumerisme. 6) Perjudian
online 7) miss-informasi. 8) lupa menjalankan kewajiban belajar, beribadah, dan lain-lain.
Timbilnya dampak perkembangan teknologi mengharuskan kita untuk lebih cerdas lagi
dalam mengontrol teknologi.

Abad 21 ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat


serta perkembangan otomasi dimana banyak pekerjaan yang sifatnya pekerjaan rutin dan
berulang-ulang mulai digantikan oleh mesin, baik mesin produksi maupun komputer.
Sebagai mana sudah diketahui dalam abad ke 21 ini sudah berubah total baik masyarakat
maupun dunia pendidikannya. Namun dalam dunia pendidikan sudah dirasakan adanya
pergeseran, dan bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada tataran filsafat, arah serta
tujuannya. Tidaklah berlebihan bila dikatakan kemajuan ilmu tersebut dipicu oleh
lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan piranti mana kemajuan sains dan
teknologi terutamadalambidang cognitive science, bio-molecular, information technology
dannano-science kemudian menjadi kelompok ilmu pengetahuan yang mencirikan abad
ke-21. Salah satu ciri yang paling menonjol pada abad ke-21 adalah semakin bertautnya
dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi diantaranya menjadi semakin cepat. Dalam
konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan, telah
terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama
ini menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh
umat manusia (BSNP:2010).

Internet dapat digun akan dalam keperawatan jiwa. Salah satunya bisa
menggunakan CBT (Cognitive Behaviour Therapy) yang berbasis internet, yang disebut
ICBT (Internet Cognitive Behaviour Therapy). Terapi ini bisa digunakan pada pasien jiwa
dengan gangguan panic dan agoraphobia yang efektif dilakukan dengan terapi CBT.
Terapi ini dilakukan untuk Program perawatan berbasis internet digunakan untuk
mengatasi hambatan untuk perawatan seperti terbatasnya kemampuan dokter atau perawat
jiwa, stigma jika datang keprofesional kesehatan mental, dan ketidakmampuan banyak
pasien untuk menghadiri perawatan selama jam kerja. Pemerintah Federal Australia telah
mengakui potensi ICBT dalam meningkatkan kesehatan mental yang ada didalam
pelayanan dan sekarang mendanai beberapa dokter sehingga program ICBT terkoordinir
dengan sangat baik. Sangat penting bahwa keefektifan, penerimaan, dan kemampuan, dari
program tersebut selalu dievaluasi (Titov, 2007).

Namun penggunaan internet seperti ini juga mempunyai sisi negative dalam
melakukan asuhan keperawatan jiwa. Hal negativenya adalah pertama melalui internet
hanya memfokuskan kondisi yang spesifik dan gejala yang spesifik saja pada pasien
dengan peningkatan gejala tanpa langsung ditangani. (Titovet al, 2009). Kedua adalah
saat perawatan beberapa pasien gagal diikut sertakan karena misalnya sedang dilakukan
untuk terapi panic sedangkan mayoritas peserta yang ikut adalah dengan gejala
kecemasan (Carlbring, 2006). Ketiga perawatan dengan metode internet membatasi
pertemuan antara pasien dengan perawat jiwa dan dokter. Hal ini akan membuat dan
mempengaruhi lama pengobatan dan kemajuan pengobatan yang telah dicapai.

B. Tujuan
a. Melakukan identifikasi pentingnya penerapan prosedur teknologi pada keperawatan
jiwa
b. Mengetahui dampak positif dan dampak negative dari teknologi bagi keperawatan
jiwa
c. Mengetahui peran keperawatan jiwa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teknologi
1. Pengertian Teknologi
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu techne artinya ‘keahlian’ serta kata logia
yang berarti ‘pengetahuan’. Kata Teknologi dalam pengertian yang sempit, teknologi mengacu
pada obyek benda yang digunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti mesin,
perkakas, atau perangkat keras (Rusman, 2012).
Teknologi berkembang secara lambat beberapa tahun yang lalu, tetapi, saat ini,
kebudayaan dan peradaban berkembang secara pesat sehingga perkembangan teknologi
berkembang dengan cepat. Apabila kebudayaannya semakin berkembang, makan teknologinya
maju, karena teknologi merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat
(Adib, 2011). Teknologi dapat pula dimaknai sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana
membuat sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana melakukan sesuatu” (know-
how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai yang
tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya (Martono, 2012).
Istilah teknologi mencakup dua macam yaitu :
a) Teknologi merupakan sebuah alat yaitu unsur yang digunakan untuk menyelesaikan tugas.
Teknologi merujuk pada peralatan seperti komputer.
b) Keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan menggunakan peralatan
yang lebih mendalam.

2. Komponen Teknologi
Menurut Wahab, S. A., Rose, R. C., & Osman, S. I. W. (2012), teknologi terdiri dari
dua komponen utama:
1) komponen fisik yang terdiri dari barang-barang seperti produk, perkakas, peralatan,
cetak biru, teknik, dan proses;
2) komponen informasi yang terdiri dari pengetahuan dalam manajemen, pemasaran,
produksi, kontrol kualitas, keandalan, tenaga kerja terampil dan bidang fungsional.

3. Manfaat Teknologi
Bentuk teknologi baik yang sederhana maupun yang canggih sangat bermanfaat bagi
kehidupan. Bentuk-bentuk teknologi dan manfaatnya dalam kehidupan yaitu:
- Bidang telekomunikasi, melahirkan telepon dengan berbagai fungsi hingga muncul
telepon genggam
- media radio dan televise yangberfungsi untuk hiburan atau peristiwa dari daerah lain
dengan mudah
- Tersedianya media penyimpanan digital dalam bentuk cakram optik yang biasa
kitakenal dengan sebutan CD (compact disk), flash memori atau fashdisk
- internet mempermudah untuk mendpatkan berbagai macam informasi apapun dari
belahan dunia mana saja, hanya dengan duduk di depan computer (Wahab, S. A.,
Rose, R. C., & Osman, S. I. W, 2012).

B. Dampak Teknologi Untuk Kesehatan Jiwa

Perkembangan teknologi semakin canggih dan berkembang. Kebutuhan akan


teknologi saat ini merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting karena hampir
semua masyarakat menggunakan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Gadget
merupakan salah satu perkembangan teknologi yang dapat merubah pola hidup
masyarakat, serta menyasar semua kalangan. Namun sebagaimana hal lainnya gadget juga
hadir dengan membawa dampak positif dan dampak negatif.

1. Dampak Positif

Dampak positif dari teknologi untuk individu diantaranya yaitu saat ini
perkembangan teknologi membantu hidup manusia menjadi lebih praktis. Untuk
menjaga hubungan yang sudah terjalin sebelumnya antar keluarga maupun teman, dan
untuk membentuk hubungan yang baru karena biasanya terdapat satu grup chat di
salah satu sosial media yang mereka gunakan untuk ,memberikan kabar dan
berkomunikasi sehingga dapat memunculkan perasaan atau emosi yang positif.

Menurut Severin dan Tankard (2005), sejumlah penelitian tentang dampak


dan pemanfaatan internet menunjukkan bahwa internet menjadi sumber utama untuk
belajar tentang apa yang sedang terjadi di dunia seperti untuk hiburan, bergembira,
relaksasi, untuk melupakan masalah, menghilangkan kesepian, untuk mengisi waktu
sebagai kebiasaan dan melakukan sesuatu dengan teman atau keluarga

Teknologi juga dapat berdampak positif bagi anak usia dini, seperti pada
penelitian Hidayah (2019) Pada anak usia dini dapat merangsang indera penglihatan
dan pendengaran. Diberikan gadget untuk menghilangkan rasa jenuh atau bosan,
anak-anak dapat mengakses hal yang menyenangkan (permainan) sekaligus belajar.

Dampak positif media sosial bagi anak-anak menurut Alciano Gani (2015)
yaitu, media sosial dapat dimanfaatkan untuk memperluas jaringan pertemanan, anak
dan remaja dapat termotivasi untuk belajar mengembangkan diri, melalui temanteman
yang dijumpai ketika anak mengakses media sosial, situs media sosial membuat anak
lebih bersahabat, perhatian dan empati

Sedangkan dampak positif adanya teknologi dan internet untuk kesehatan


menurut Kemenkes (2020) yaitu :

a. Sebagai media telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan


b. Sebagai media telemedicine yang mengacu pada praktik merawat pasien dari jarak
jauh yang berkaitan dengan masalah fisik ataupun masalah kesehatan jiwa yang
berupa edukasi publik, layanan konsultasi dan pendampingan (dengan membuat
perjanjian via telepon atau vicon meeting).
.

2. Dampak Negatif
Keadaan teknologi yang terus berkembang juga dapat menimbulkan dampak negatif
bagi kesehatan jiwa, apalagi jika sudah terjadi ketergantungan menggunakan gadget.
Ketergantungan ini yang menjadi salah satu dampak negatif yang sangat berpengaruh
(Prasetyo, 2013). Beberapa diantaranya dampak yang timbul akibat ketergantungan
teknologi atau gadget, yaitu:
a. Kecemasan
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
ponsel dan internet dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi, terutama ketika
penggunaan ponsel dan internet itu berbasis teks daripada berbasis panggilan.
Individu yang kecanduan ponsel mereka memiliki tingkat kecemasan sosial yang
lebih tinggi. Setelah mengeksplorasi alasan para remaja terlibat dalam pesan yang
diketik (chatting), peneliti menemukan bahwa peserta merasa lebih nyaman
mengirim pesan daripada memiliki interaksi kehidupan nyata (Park, 2010).
Penelitian oleh (Panova & Lleras, 2016), dimaksudkan untuk mengamati
bagaimana siswa menggunakan ponsel mereka untuk mengatasi atau melarikan
diri dari perasaan yang berkaitan dengan situasi yang memicu kecemasan. Hasil
menunjukkan bahwa ponsel mungkin menawarkan efek "selimut keamanan" yang
berdampak kecil, menurunkan reaksi negatif awal terhadap stres. Akan tetapi
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan jangka panjang sebagai
strategi koping emosional dapat memiliki pengaruh negatif pada kesehatan mental
dan / atau memperburuk kecenderungan kesehatan mental.
b. Depresi
Penelitian di Swedia, (Thomee, 2011) menyimpulkan bahwa hal yang
dapat berkontribusi pada fungsi psikologis yang tidak sehat adalah bahwa
penggunaan ponsel menunjukkan hubungan yang signifikan dengan depresi,
gangguan tidur, dan stres saat ini
Individu dengan gangguan depresi menggunakan ponsel lebih intensif
untuk memanfaatkan jejaring sosial mereka untuk membantu mengatasi
permasalahan dari kondisi mereka, tetapi penelitian menunjukkan bahwa stres
yang dikombinasikan dengan chatting yang tinggi menyebabkan kesejahteraan
emosional yang lebih rendah (Murdock, 2013) dan bahwa frekuensi penggunaan
ponsel tidak memiliki hubungan dengan dukungan yang dirasakan oleh individu
dengan depresi, baik pria ataupun wanita (Thomee, 2011).
c. Perubahan Fungsi Kognitif
Sebuah penelitian oleh (Small, 2009) mempresentasikan serangkaian
temuan baru yang menunjukkan perbedaan dalam pola aktivasi otak sesuai dengan
tingkat pengalaman yang dimiliki individu dalam mencari informasi di Internet.
Studi ini membandingkan pola fMRI dari dua kelompok peserta berdasarkan
paparan mereka sebelumnya terhadap penggunaan Internet. Kelompok Internet
Savvy digolongkan sebagai mahir menggunakan Internet dan dapat melakukan
berbagai tugas menggunakan fungsi pencarian, dengan kelompok Internet Naïve
hanya memiliki pengalaman terbatas di bidang yang sama.
Pada kondisi pertama kedua kelompok diminta untuk membaca teks linear
normal dengan hasil yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam aktivasi otak. Dalam kondisi kedua, peserta diminta untuk melakukan
aktivitas pencarian berbasis web sederhana dengan hasil yang menunjukkan
perbedaan pola aktivasi otak untuk kedua kelompok. Pada kelompok Internet
Savvy ada peningkatan aktivasi korteks prefrontal dorsolateral. Area ini yang
bertanggung jawab untuk fungsi kognitif yang terkait dengan pengambilan
keputusan, integrasi pemikiran / sensasi serta elemen memori kerja.
Kecenderungan individu untuk mencari stimulasi yang ditingkatkan
menyebabkan potensi Internet dan media digital menjadi mekanisme untuk aspek
kecanduan (Hadlington, 2015). Hasil penelitian (Hadlington, 2015) pun
menunjukkan hubungan yang signifikan antara kecanduan internet, penggunaan
ponsel dengan permasalahan pada terjadinya kegagalan kognitif dalam kehidupan
sehari-hari yang menyebabkan individu memiliki kontrol perhatian dan kerja dari
kapasitas memori yang rendah.
d. Perundungan Cyber dan Internet Addiction
Menurut Donegan (2012) internet telah merubah cara dalam berinteraksi,
terutama pada remaja. Internet memiliki peran penting dan memiliki hal positif,
akan tetapi remaja tidak sepenuhnya menggunakan internet secara positif, karena
ada peluang remaja juga menggunakan internet untuk mengakses konten yang
negatif. Salah satu dampak negatif akibat penggunaan internet pada remaja yaitu
munculnya fenomena perundungan siber yang dapat menyebabkan korban
berperilaku pasif, mengalami kemurungan, tidak adanya harga diri dan sering
mengalami kecemasan yang tinggi [ CITATION Pat10 \l 1057 ].
Intensitas menggunakan gadget ini berpengaruh pada interaksi dengan
keluarga atau kehidupan responden di dunia nyata, seperti berkurangnya
komunikasi tatap muka dengan keluarga dan temannya, interaksi sosial yang
digantikan dengan interaksi dalam online, hal itu menyebabkan responden menjadi
pribadi yang antisosial, tidak suka berbaur dengan keluarga dan lingkungannya
atau mengikuti musyawarah baik di lingkungan maupun keluarga dan asosial,
menjadi bersikap acuh tak acuh dengan sekitarnya.
Alasan remaja yang mengalami kecanduan internet dikarenakan ia tidak
memperoleh kepuasan diri ketika melakukan hubungan sosial secara langsung atau
face to face maka dari itu individu tersebut harus bergantung pada komunikasi
online untuk memenuhi kebutuhannya dalam berinteraksi secara sosial. Ketika
online, individu merasa bergairah, senang, bebas, serta merasa dibutuhkan dan
didukung, sebaliknya ketika off line individu merasa kesepian, cemas, tidak
terpuaskan, bahkan frustasi (Neto dan Barros, 2000). Individu yang mengalami
kegelisahan dalam berinteraksi secara sosial melihat interaksi secara online
menjadi suatu cara yang aman untuk berinteraksi dibandingkan harus bertatap
muka (Ybarra, Alexander & Mitchell, 2005; Mesch, 2012)

C. PERAN PERAWAT JIWA DALAM KESEHATAN JIWA


Kebijakan Kesehatan mental di Indonesia telah mempunyai peran perawat dalam
kesehatan jiwa, terlihat pada UUD 1945 no 18 tahun 2014 menjelaskan bahwa perawat
mempunyai peranan tertentu dalam Kesehatan jiwa yaitu:
1. Peran perawat dalam prevensi primer
a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa
b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tngkat kemiskinan dan
pendidikan
c. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuhan dan perkembangan
dan pendidikan seks
d. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa
e. Membantu pasien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri
f. Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk
meningkatkan fungsi kelompok
g. Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa

2. Peran perawat dalam prevensi sekunder diantaranya adalah


a. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
b. Melakukan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di ruamh
c. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum
d. Menciptakan lingkungan terapeutik
e. Melakukan supervisi pasien yang mendapatkan pengobatan
f. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
g. Memberikan konsultasi
h. Melaksanakan intervensi krisis
i. Memberikan psikoterapi pada individu, keluarga, dan kelompok pada semua usia
j. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang teridentifikasi
masalah
3. Peran perawat dalam prevensi tersier
a. Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi
b. Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit
jwa untuk memudahkan transisi edari rumah sakit komunitas
c. Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada pasien.

Peran tersebut dapat dilakukan perawat untuk semua pasien terutama pasien dalam sector
apapun terutama dalam perkembangan teknologi, dimana perawat dapat banyak
melakukan preventive melalui social media dan sebagainya.

ARTIKEL 1: Sistem Informasi Manajemen Pos Pelayanan Terpadu Kesehatan Jiwa Di Desa
Bongkot (Athi Linda Yani , Mohamad Ali Murtadho Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang)

Desa Bongkot merupakan sebuah desa yang warganya banyak menderita gangguan jiwa.
Tercatat sekitar lima puluh warga menderita gangguan jiwa. Posyandu kesehatan jiwa merupakan
pelayanan yang diselenggarakan oleh desa untuk menangani Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) di Desa Bongkot. Pelayanan di Posyandu kesehatan jiwa Desa Bongkot ini terdiri dari
lima kegiatan yang ditandai dengan adanya lima meja pelayanan. Prediksi gangguan jiwa di meja
tiga biasanya dilakukan melalui wawancara. Kader yang di pantau perawat jiwa perlu mengisi
formulir yang disediakan di Kartu Menuju Sehat Jiwa (KMSJ) pada saat wawancara. Formulir
tersebut perlu diisi berdasarkan hasil wawancara untuk memprediksi apakah orang yang
diwawancara menderita gangguan jiwa atau tidak. Bila dari hasil wawancara diprediksi
mengalami gangguan jiwa, maka kader akan merekomendasikan tindak lanjut yang tepat. Proses
ini tentu saja rawan kekeliruan karena hanya bergantung pada pengetahuan kader. Kekeliruan
prediksi tentu akan mempengaruhi rekomendasi yang diberikan. Oleh sebab itu, dalam program
pengabdian masyarakat ini, di usulkan untuk menerapkan Information Technology (IT) atau
Teknologi Informasi untuk mengurangi resiko kekeliruan tersebut. Sistem tersebut diberi nama
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Posyandu Kesehatan Jiwa. Sistem tersebut diharapkan
mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan di posyandu, luaran dari pengabdian ini
menghasilkan sebuah aplikasi berbasis online terkait pelayanan posyandu kesehatan jiwa dengan
alamat www. poskeswa.com. Aplikasi SIM posyandu kesehatan jiwa dibuat agar lebih
efesien dan memudahkan kader dalam proses pendokumentasian data pasien. Sebelumnya pada
aplikasi ini telah dilakukan beberapa kali uji coba untuk input data pasien, setelah hasil data yang
diperoleh valid dan aplikasi dapat diakses secara online tim abdimas datang ke lokasi mitra untuk
koordinasi terkait sosialisasi dan launcing penerapan apilasi SIM posyandu kesehatan jiwa di
desa bongkot. Mitra sangat merespon baik dan antusias terkait progam baru posyandu kesehatan
jiwa yang berbasis IT, progam ini merupakan satu-satunya progam yang ada di posyandu jiwa
bongkot. Sesuai dengan rencana kegiatan yang sudah dibuat oleh tim abdimas. tim pengabdian
masyarakat mengusulkan untuk membuat sistem yang diharapkan mampu mengelola data
posyandu dengan lebih efektif dari pada KMSJ. Mulai dari mencatat kehadiran, mencari data
pasien, menyimpan riwayat pemberian obat dan vitamin, menyimpan data tindakan medis,
menyimpan data status keterampilan hidup, keterampilan kemandirian hidup pasien ODGJ,
menyimpan jenis gangguan jiwa lebih banyak dari KMSJ, mengadopsi ilmu diagnosis kesehatan
jiwa untuk memprediksi jenis gangguan jiwa, dan mampu memberikan rekomendasi yang lebih
bervariasi berdasarkan jenis gangguan. Selain itu, sistem tersebut juga dapat digunakan sebagai
media untuk promosi hasil kerajinan ODGJ yang selama ini masih belum terpublikasikan dengan
baik..

ARTIKEL 2: Effects of a prevention program for internet addiction among middle school
students in South Korea (Sun-Yi Yang, & Hee-Soon Kim. 2018).

Penelitian ini dilakukan di Korea Selatan dengan responden adalah 79 anak sekolah menengah
(SMP) dengan metode quasy experimental dengan kontrol grup pre dan post test. Penelitian ini
mengukur skala kontrol diri, skala efikasi diri, skala ketergantungan dan kecanduan internet.
Program ini dilakukan di sekolah oleh perawat sekolah yang mengintegrasikan dan menerapkan
efikasi diri dan pengaturan diri untuk mencegah kecanduan internet. Teori yang diterapkan dalam
penelitian ini berdasarkan dengan teori kognitif social Bandura 1986 sebagai mediator untuk
mempromosikan positif kegiatan dan bisa menjadi model yang cocok untuk pencegahan
kecanduan internet. Strategi yang dilakukan untuk mengurangi kecanduan internet adalah dengan
intervensi preventif, menggunakan kelompok kecil yang berpusat pada interaksi kegiatan,
komunikasi empatik, dan dukungan teman sebaya untuk meningkatkan hasil kinerja strategi
tersebut. Intervensi ini dilakukan selama 45 menit seminggu sekali dengan cara bermain peran,
mengamati kasus, menonton video dan juga relaksasi. Relaksasi yang dilakukan seperti relaksasi
otot, aktivitas fisik, latihan kelenturan dan pijatan dilakukan untuk meningkatkan keadaan afektif
psikologis. Hasil dari penelitian ini adalah adanya peningkatan pada kontrol diri dan juga efikasi
diri terhadap kecanduan internet, sehingga terjadi penurunan penggunaan internet yang signifikan
pada kelompok intervensi.

ARTIKEL 3 : Effects of an Integrated Internet Addiction Prevention Program on Elementary


Students’ Self-regulation and Internet Addiction (Mun, So Youn Lee, Byoung Sook.2015)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan program pencegahan kecanduan internet
yang terintegrasi dan menguji pengaruhnya kecanduan internet siswa sekolah dasar. Metode
Penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan desain pretest-posttest kelompok
kontrol nonequivalent digunakan. Peserta ditugaskan ke kelompok eksperimen (n = 28) atau
kelompok kontrol (n = 28). Isi dari program yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk
penyediaan informasi tentang kecanduan internet, intervensi untuk pemberdayaan dan metode
modifikasi perilaku. Pra-tes dan dua post-tes dilakukan untuk mengidentifikasi efek program dan
dampaknya kontinuitas. Efek diuji dengan menggunakan ANOVA tindakan Berulang, analisis
efek sederhana, dan Kontras Waktu. Hasil yang didapatkan ialah Pengaturan mandiri dari
kelompok eksperimen setelah program secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Skor untuk diagnosis mandiri kecanduan internet dan waktu penggunaan internet pada kelompok
eksperimen secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Kesimpulan dari hasil
penelitian adalah Efek terintegrasi Program pencegahan kecanduan internet untuk mencegah
kecanduan internet pada siswa sekolah dasar yang berisiko kecanduan internet divalidasi dan
sangat efektif.
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Teknologi berkembang secara lambat beberapa tahun yang lalu, tetapi, saat ini,
kebudayaan dan peradaban berkembang secara pesat sehingga perkembangan teknologi
berkembang dengan cepat. Tidak bias dipungkiri bahwa manusia akan selalu mengikuti arus dan
perkembangan zaman untuk terus mengembangkan teknologi, hamper seluruh lapisan masyarakat
dapat menikmati teknologi yang terus berkembang pesat, Kemudahan mengakses informasi
melalui akses internet dan kemudahan berinteraksi dengan orang lain melalui media social dapat
kita rasakan manfaatnya. Bagai pisau bermata dua, perkembangan teknologi memiliki manfaat
yang amat besar bagi manusia namun tidak menutup kemungkinan memiliki dampak negative
terutama jika digunakan secara berlebihan. Ketergantungan atau kecanduan dalam menggunakan
gawai atau perangkat pintar adalah salah satu dampak negative dalam perkembangan teknologi,
dalam jangka waktu lama kecanduan gawai bahkan dapat menimbulkan berbagai gangguan
kejiwaan seperti gangguan kecemasan, depresi, perubahan proses kognitif, internet addiction
hingga cyber bullying.

Dalam perkembangan teknologi perawat dapat menggunakan media telenursing /


telemedicine dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan, selain itu perawat juga dapat
berperan aktif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
pencegahan contohnya mengadakan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa, memberikan
konseling, mengadakan pelatihan maupun seminar dalam upaya “bijak dalam memanfaatkan
teknologi”. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan kesehatan mental di Indonesia, yang mana
peran perawat dalam kesehatan jiwa terlihat pada UUD 1945 no 18 tahun 2014 menjelaskan
bahwa perawat mempunyai peranan tertentu dalam kesehatan jiwa.
B. SARAN

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak dapat dicegah dan akan terus
berkembang seiring dengan prinsip manusia yang tidak pernah puas, dalam menyikapi
perkembangan teknologi agar dapat meminimalisir dampak negatifnya kita harus bijak dalam
memanfaatkannya. Terlalu mengandalkan teknologi akan membuat seseorang lupa waktu, lupa
arah, dan lupa tujuan. Karena itu kita harus membatasi penggunaan gawai dan internet serta tidak
lupa untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, teman dan melakukan aktivitas lain seperti
olahraga atau pun membaca buku agar tidak selalu bergantung kepada gawai/ internet. Selain itu
memperbanyak interaksi langsung dengan teman atau kerabat pun penting dilakukan untuk
menghindari terjadinya gangguan-gangguan kejiwaan yag diakibatkan oleh dampak negatif dari
teknologi tersebut.
Daftar Pustaka

Yani, A. L., & Murtadho, M. A. (2020). Sistem Informasi Manajemen Pos Pelayanan
TerpaduKesehatan Jiwa di Desa Bongkot. JPM (Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat), 5(1), 413-421.

Sun-Yi Yang, & Hee-Soon Kim. (2018). Effects of a prevention program for internet addiction
among middle school students in South Korea. Wiley Public Health Nursing.
https://doi.org/10.1111/phn.12394

Mun, S. Y., & Lee, B. S. (2015). Effects of an Integrated Internet Addiction Prevention Program
on Elementary Students’ Self-regulation and Internet

https://www.dictio.id/t/apakah-peran-dan-fungsi-perawat-jiwa/13820

Donegan, R. (2012). Bullying and cyberbullying: History, statistics, law, prevention and analysis.
The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications, 33-42.

Hadlington, L. (2015). Cognitive failures in daily life: Exploring the link with Internet addiction
and problematic mobile phone use. Computers in Human Behavior, 51, 75-81.

Hidayah, F. (2019). Analisa penggunaan gadget terhadap kesehatan mental anak usia dini.

Mesch, G. S. (2012). Technology and youth. New Directions for Youth


Murdock, K. K. (2013). Implications for students' burnout, sleep and well-being. Psychology of
Popular Media Culture.

Ozgur, H. (2016). The relationship between Internet parenting styles and Internet usage of
children and adolescents. Computers in Human Behavior, 411-424.

Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2010). Cyberbullying and self‐esteem. Journal of school health,
614-621.

Panova, T., & Lleras, A. (2016). Avoidance or boredom: Negative mental health outcomes
associated with use of Information and Communication Technologies depend on users’
motivations. Computers in Human Behavior, 58, 249-258.
Park, N., Hwang, Y., & Huh, E. . (2010). Exploring problematic mobile phone use: relationships
between adolescents' characteristics and mobile phone addiction. Paper presented at the
International communication Association, Singapore.
Small, G. W., Moody, T. D., Siddarth, P., & Bookheimer, S. Y, . (2009). Your brain on Google:
Patterns of cerebral activation during internet searching. The American Journal of
Geriatric Psychiatry: Official Journal of the American Association for Geriatric
Psychiatry, 17(2), 116 126.
Severin, W. J and Tankard, J.W. (2005). Communication Theoris, methods & Uses in The Massa
Media, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode & Terapan di dalam Media Massa, ed. ke-V.
Jakarta: Prenada Media
Thomee, S., Harenstam, A., & Hagberg, M. (2011). Mobile phone use and stress, sleep
disturbances, and symptoms of depression among young adults e a prospective cohort
study. BMC Public Health,.

Ybarra, M., Alexander, C., & Mitchell, K. (2005). Depressive symptomatology, youthinternet
use, and online interactions: A national survey. Journal of AdolescentHealth, 36, 9–18

Adib, Mohammad. (2011). Filsafat ilmu: onto-logi, epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu
pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Martono, Nanang. (2012). Sosiologi perubahan sosial: perspektif klasik, modern,
postmodern, dan postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rusman dkk. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta : Grfindo persada,
Wahab, S. A., Rose, R. C., & Osman, S. I. W. (2012). Defining the concepts of
technology and technology transfer: A literature analysis. International business
research, 5(1), 61-71.
Carlbring, P., Bohman, S., Brunt, S., Buhrman, M., Westling, B. E., Ekselius, L., et al. (2006).
Remote treatment of panic disorder: a randomized trial of Internetbased cognitive
behavioral therapy

Barlow JH, Ellard DR, Hainsworth JM, Jones FR, Fisher A. (2005) A review of self-management
interventions for panic disorders, phobias, and obsessive-compulsive disorders.
ActaPsychiatrScand; 111:272–285

BSNP. (2010). ParadigmaPendidikan Nasional Abad XXI. [Online]. Tersedia:


http://www.bsnpindonesia.org/id/wpcontent/uploads /2012/04/Laporan-BSNP-
2010.pdf
Persons, J. B., & Davidson, J. (2001). Cognitive-behavioral case formulation. In K. S. Dobson
(Ed.), Handbook of cognitive-behavioral therapies (pp. 86e110). New York: Guilford
Press
Titov N. (2007). Status of computerized cognitive behavioural therapy for adults. Aust N Z J
Psychiatry; 41:95–114.
Titov, N., Gibson, M., Andrews, G., &McEvoy, P. (2009). Internet treatment for social phobia
reduces comorbidity. The Australian and New Zealand Journal of Psychiatry, 43(8),
754e759.
Yana. 2013. Pendidikan Abad 21. [Online]. Tersedia: http://yana.staf.upi.edu/2015/10/11/
pendidikan-abad-21/

Anda mungkin juga menyukai