Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GLUKOMA
Di ajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Disusun oleh:
MALIK FAJAR
KHGC 18030
4A S1 KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes KARSA HUSDA GARUT
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya
tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-
bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan
penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi
pengelihatan

B. ETIOLOGI
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus
dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan
terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang
pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
C. PATOFISIOLOGI

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos

humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat

keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi

didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh

peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera

occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama.

Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan

struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai

dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf

optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan,

glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya

titik buta pada lapang pandang

D. Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Jaringan Peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan Pengaliran Pergerakan Iris Kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri TIO Meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan Saraf Optik Tindakan Operasi


Gangguan Persepsi Perubahan Penglihatan Ansietas Kurang
Sensori Perifer Pengetahuan
Penglihatan

Kebutaan

E. Manifestasi Klinis
1) Glaukoma primer
a) Glaukoma sudut terbuka

 Kerusakan visus yang serius

 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas

 Perjalanan penyakit progresif lambat

b) Glaukoma sudut tertutup

 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya

 Pandangan kabur

 Sakit kepala

 Mual, muntah

 Kedinginan

 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat

sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan

lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

2) Glaukoma sekunder

 Pembesaran bola mata


 Gangguan lapang pandang

 Nyeri didalam mata

3) Glaukoma kongential

 Gangguan penglihatan

F. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a) Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium
tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia
sementara.
 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum
adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide
sudah tidak efektif lagi.

b) Obat Tetes Mata Lokal


 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
untuk menurunkan TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan
mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal
ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5)  EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan
oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri  : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
1. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien
saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya
ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah

c. POLA ELIMINASI
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau
keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR


 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
 sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola
tidur klien tidak normal.
f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak
jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien
sering merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak
PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan
pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan
dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan
klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
 keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien
mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA  REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat
melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka
yang mengalami penyakit mata.

k. POLA KEYAKINAN-NILAI
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-
hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf
oleh karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang
pengetahuan tentang prosedur pembedahan
4. Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang

 Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
C. Rencana Tindakan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan a. Kaji tipe, intensitas, a. Mengenal berat
peningkatan tindakan dan lokasi nyeri ringannya nyeri dan
TIO keperawatan selama menentukan terapi
1 x 24 jam b. Pantau derajat nyeri b. Untuk
diharapakan nyeri mata setiap 30 mentit mengidentifikasi
hilang/ berkurang selama masa akut kemajuan atau
dengan Kriteria penyimpanan dari
Hasil: hasil yang
 Klien dapat diharapkan.
mengidentifikasi c. Pertahankan istirahat c. Mengurangi
penyebab nyeri di tempat tidur dalam rangsangan terhadap
 Klien ruangan yang tenang syaraf sensori dan
menyebutkan dan gelap dengan mengurangi TIO
faktor-faktor kepala ditinggikan
yang dapat 30° atau dalam posisi
meningkatkan nyaman
nyeri d. Berikan lingkungan d. Stress dan sinar
 Klien mampu yang nyaman menimbulkan TIO
melakukan yang mencetuskan
tindakan untuk nyeri
mengurangi e. Anjurkan tehnik e. Keadaan rileks dapat
nyeri. relaksasi. mengurangi nyeri.
f. Kolaborasi tentang f. untuk mengurangi
pemberian analgesic nyeri

2. Penurunan Setelah dilakukan a. Kaji dan catat a. Menentukan


persepsi tindakan ketajaman penglihatan kemampuan visual
sensori keperawatan selama b. Kaji tingkat deskripsi b. Memberikan
visual / 1 x 24 jam fugnsional terhadap keakuratan terhadap
penglihatan diharapakan penglihatan dan penglihatan dan
b.d serabut peningkatan perwatan perawatan
saraf oleh persepsi sensori c. Sesuaikan lingkungan c. Meningkatkan self
karena dapat berkurang dengan kemampuan care dan mengurangi
peningkatan dengan Kriteria penglihatan ketergantungan
TIO Hasil: d. Kaji jumlah dan tipe d. Meningkatkan
 Klien dapat rangsangan yang dpat rangsangan pada
meneteskan obat diterima klien waktu kemampuan
mata dengan penglihatabn menurun
benar e. Observasi TTV e. Mengetahui kondisi
 Kooperatif dan perkembangan
dalam tindakan klien secara dini
 Menyadari f. Kolaborasi dengan tim f. Untuk mempercepat
hilangnya medis dalam proses penyembuhan
pengelihatan pemberian terapi
secara permanen
 Tidak terjadi
penurunan visus
lebih lanjut

3. Cemas b.d Setelah dilakukan a. Hati-hati penyampaian a. Jika klien belum siap
Penurunan tindakan hilangnya penglihtan akan menambah
ketajaman keperawatan selama secara permanen kecemasan
penglihatan, 1 x 24 jam b. Berikan kesempatan b. Mengekspresikan
Kurang diharapakan Cemas klien perasaan membantu
pengetahuan klien dapat mengekspresikan Kx mengidentifikasi
tentang berkurang dengan tentang kondisinya sumber cemas
prosedur Kriteria Hasil: c. Pertahankan kondisi c. Rileks dapat
pembedahan  Berkurangnya yang rileks menurunkan cemas
perasaan gugup d. Observasi TTV d. Untuk mengetahui
 Posisi tubuh TTV dan
rileks perkembangannya
 Mengungkapkan e. Siapkan bel ditempat e. Dengan memberikan
pemahaman tidur dan instruksikan perhatian akan
tentang rencana klien memberikan menambah
tindakan tanda bila mohon kepercayaan klien
bantuan
f. Kolaborasi dengan tim f. Diharapkan dapat
medis dalam mempercepat proses
pemberian terapi penyembuhan
4. Resiko cedera Setelah dilakukan a. Orietasikan klien a. Mengurangi
b/d penurunan tindakan terhadap lingkungan kecelakaan atau cidera
lapang keperawatan selama ketika tiba.
pandang 1 x 24 jam b. Lakukan modifikasi b. Menimalkan tingkat
diharapakan Klien lingkungan untuk cidera yang berasal
tidak mengalami meindahkan semua dari gangguan ini
cedera dengan bahaya:
Kriteria Hasil:  Singkirkan
 Klien mampu rintangan pada
mendemontrasi tempar lalu lalang
kan tentang  Sungkirkan
kewaspadaan gulungan dari kaki
kecemasan  Singkirkan
 Klien meminta barang-barang
bantuan petugas yang mungkin
saat memenuhi dapat mencederai
kebutuhan. klien.
c. Serahkan benda- c. Mengurangi resiko
benda termasuk bel terjatuh
pemanggil, alat
bantu ambulasi
kepada klien
d. Bantu klien dan d. Mempertahankan yang
keluarga aman setelah pulang.
mengevaluasi
lingkungan rumah
terhadap bahaya
yang mungkin
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai