Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Komunitas
.:,
Name : KoerniaNardaPtrhma
b.
. ,'
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Deryan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan
Komunitas pada Program Studi Ners Spesialis Keperawatan, Fakultas IImu
Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di Depok
Il
Nama : KoerniaNandaPratama
NPM :1206195432
Malrasiswa Program : Ners Spesialis Keperawatan komunitas
Peminatan : Keperawatan Komunitas
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan karya
ilmiah aktrir saya yang berjudul : Gerakan Remaja Anti Rokok Sebagai Strategi
Intervensi Keperawatan Komunitas Mencegatr Peiryalahgunaan NAPZA (Rokok)
PadaRemajaDi SmpNegeri S Sukatani, Depok
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagia[ .mdra saya akan
menerima sanksi yang telatl di tstapkan.
Pratama)
tv
NPM :1206195432
Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Komunitas
Fakultas : IlmuKeperawatan
Sukatani, Depok
Beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan IIak Bebas Royalti Non
eksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan /formatkaru
mengelola dalam bentuk pangkalan deta (datobose), merawaf, dan
mempublikasikan karya ilmiah akhir saya selama tetap mencantumkan narna saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik IIak Cipta.
(KoerniaNanda hatama)
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan praktik manajemen
keperawatan komunitas tepat pada waktunya sehingga laporan praktik yang
berjudul “gerakan remaja anti rokok sebagai strategi intervesi keperawatan
komunitas mencegah penyalahgunaan NAPZA (rokok) pada remaja di SMPN S
Kota Depok” dapat tersusun. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Komunitas Peminatan
Keperawatan Komunitas pada Program Ners Spesialis Keperawatan Komunitas,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Penulis mengharapkan masukan dan saran untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhirnya, penulis sangat berharap laporan ini dapat
bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu dan perkembangan Ilmu
Keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas.
Penulis
vi
Karakteristik perkembangan remaja adalah selalu mencoba sesuatu hal yang baru
bersama kelompoknya dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang negatif, salah
satunya adalah perilaku merokok. Perawat spesialis komunitas memiliki peran
melakukan upaya pencegahan masalah tersebut. Gerakan Remaja Anti Rokok
(GERAK) merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan komunitas untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan
memberikan gambaran pelaksanaan GERAK dalam asuhan keperawatan
komunitas, melalui integrasi Teori Manajemen, HBM, TTM, HPM dan CSHM
pada remaja di SMPN S Kota Depok. Metode yang digunakan adalah dengan
menghitung sampel kemudian pengambilan data dengan kuisioner dan kemudian
di analisis. Hasil intervensi menunjukan peningkatan signifikan p-value (0,000),
peningkatan pengetahuan siswa (0,02%), sikap (0,01%) dan tindakan (0,11%).
Strategi intervensi GERAK dapat diaplikasikan untuk melakukan upaya
pencegahan risiko penyalahgunaan perilaku merokok pada remaja di sekolah.
Kata kunci :
GERAK, remaja, penyalahgunaan NAPZA (merokok), Keluarga, keperawatan
komunitas
viii
Keywords:
Youth movement refused smoking (GERAK), adolescent, Drug abuse (Smoking)
Family, community nursing
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 TujuanUmum ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Khusus ....................................................................................... 13
1.3 Manfaat ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
xi
xii
xiii
xiv
Bab ini akan menguraikan latar belakang, tujuan dan manfaat dari penerapan
program Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK), sebagai salah satu strategi
intervensi asuhan keperawatan pada keluarga dan komunitas dengan agregat
remaja disekolah yang berisiko menyalahgunakan NAPZA yaitu rokok di SMP
Negeri S Sukatani Kota Depok.
1 Universitas Indonesia
Pasal 1 ayat (1), definisi dari anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan, oleh
kerena itu kategori usia remaja dapat diambil dari rentang usia 10 sampai
dengan 18 tahun. Remaja juga dapat diartikan sebagai masa muda atau masa
pubertas, dimana remaja mengalami perubahan sebagai fase dari sebuah
perkembangan anak, dinamika perubahan remaja mencakup dimensi fisik,
kognitif, dan sosial-kultural (Allender, Rector, & Warner, 2010).
Universitas Indonesia
Aspek psikologis yang terdapat pada remaja tersebut adalah rasa ingin tahu
yang sangat besar, senang terhadap petualangan dan tantangan, serta remaja
berani menanggung resiko yang akan menimpanya tanpa mempertimbangkan
terlebih dahulu pada saat melakukannya. Beberapa alasan di atas dapat
menempatkan remaja pada kelompok yang berisiko terhadap masalah
kesehatan di masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Perkembangan pada remaja begitu cepat baik secara kognitif maupun social,
bahkan sering tidak seimbang dengan cara berfikir yang rasional pada remaja,
sehingga sering mengalami masalah. Akibat dari hal tersebut remaja mudah
sekali terpengaruh oleh pergaulan yang kurang sehat dengan rekan
sebayanya, namun tidak hanya hal tersebut yang dapat mempengaruhi remaja.
Lingkungan eksternal lainnya yang kurang baik, seperti penyakit masyarakat
seks bebas, kenakalan remaja, dan penyalahgunaan NAPZA, hal ini
menjadikan remaja menjadi kelompok yang beresiko dalam masyarakat
(DHHS, 2008 dalam Saucier, 2009).
Permasalah yang terjadi pada usia remaja sangat komplek. Hal tersebut perlu
penanganan, pembinaan dan kerja sama yang baik dan aktif dari semua pihak
yang terkait, baik tenaga profesi maupun non profesi yang ada di lingkungan
masyarakat. Salah satu permasalahan pada remaja dan menjadi masalah
secara umum adalah kebiasaan merokok pada remaja, dimana dari tahun ke
tahun angka kesakitan karena merokok semakin meningkat. Namun data yang
Universitas Indonesia
Banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-
lembaga untuk mrngatasi masalah rokok. Upaya yang telah dilakukan dalam
mengurangi tingginya angka merokok yaitu diperingati hari bebas tembakau
Universitas Indonesia
pada tanggal 31 mei, hal ini di lakukan guna membatasi penggunaan rokok.
Pemerintah telah memberikan peraturan sebagai landasan hokum gunak
membatasi ruangan untuk merokok. Peraturan pemerintah no 81 tahun 1999
dan no 38 tahun 2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan dan perihal
kawasan tanpa rokok yaitu pasal 23, 24, dan 25 serta pasal 26 (Gatra, 2001).
Pemerintah daerah khususnya di Depok telah memberlakukan perda no 03
Tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok (KTR). Hal ini sebagai upaya untuk
menekan jumlah perokok remaja yang semakin banyak, namun kenyataan
yang ada adalah terus menerus rokok pada remaja sudah sampai menjamah ke
usia remaja muda dan sekolah dasar.
Universitas Indonesia
sebesar 84% untuk menggunakan zat, sedangkan nilai yang tinggi yaitu
99,5% mengenai keterjangkauan informasi dan cara untuk mendapatkan zat.
Hal ini didukung dengan niat dari individu untuk menggunakan zat sebesar
98,9%. Sehingga dapata disimpulkan bahwa penyalahgunaan NAPZA pada
remaja disebabkan oleh niat, teman sebayanya dan mudahnya mendapatkan
rokok bagi remaja.
Hasil dari survey yang dilakukan oleh BNN (2011), di Indonesia diperkirakan
jumlah penyalahguna NAPZA sebanyak 3,7 juta sampai dengan 4,7 juta
orang. Terdapat dua kelompok yang memberikan kontribusi terbesar secara
absolut dalam jumlah penyalahgunaan narkoba, yaitu kelompok pekerja
(70%) dan pelajar (22%). Hal yang sama berdasarkan hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, persentase wanita dan pria belum kawin
umur 15-24 tahun yang merokok selama 3 bulan terakhir menunjukan data
pada wanita teridentifikasi 10 persen merokok, untuk pria sebanyak 80 persen
merokok.
Universitas Indonesia
WHO adalah melakukan GSPS di kota Depok. Depok adalah kota di propinsi
jawa barat yang berbatasan dengan ibu kota yaitu Jakarta. Terdapat 126
sekolah menengah pertama (SMP) yang tersebar di 6 wilayah, terdiri atas 14
SMP Negeri dan 112 SMP swasta (Humas Pemerintahan Kota Depok, 2003).
Samapai saat ini belum ada data mengenai masalah merokok, baik mengenai
perilaku merokok pada guru dan karyawan SMP di kota Depok.
Praktik residensi keperawatan ini dilandasi oleh teori Pender’s, Health Belive
Models (HBM). Penulis menggunakan teori ini, karena ingin melihat
kepercayaan diri remaja untuk tidak merokok dan berhenti merokok.
Berdasarkan teori model ini penulis menggunakan beberapa komponenya
untuk mendukung strategi proyek inovasi ini, antara lain 1).Ancaman
(persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit dan persepsi tentang
kondisi kesehatannya), 2).Harapan (persepsi tentang keuntungan suatu
tindakan dan persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan
itu), 3) Pencetus tindakan: (Media, Pengaruh orang lain, Hal-hal yang
mengingatkan reminders), 4) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan,
umur, jenis kelamin/gender, suku bangsa), 5) Penilaian diri (Persepsi tentang
kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu). Pelaksanaan proyek inovasi
ini penulis menggunakan sistem Multi Level Promotion sehingga berbeda
dengan strategi intervensi yang lainnya.
Bagian dari teori HBM di atas sangat diperlukan guna pelayanan kesehatan
dan peer leader educator sebagai lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepercayaan diri remaja. Hal ini dapat digunakan sebagai layanan kesehatan
remaja di sekolah. Gerakan remaja anti rokok (GERAK) merupakan bentuk
dari peer leader educator. Setiap anggota GERAK dapat menjadi leader
untuk teman sebayanya baik di lingkungan sekolah maupun di tempat
tinggalnya. Strategi intervensi keperawatan komunitas ini merupakan
program yang di dapatkan dari gabungan teori keperawatan seperti Health
Belive Models (HBM), Transteoritical Models, Comprehensive School Health
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk
mencegah risiko penyalahgunaan NAPZA khususnya merokok pada remaja
adalah dengan melakukan penguatan terhadap keluarga remaja tersebut,
sehingga keluarga dapat melakukan peran yang sesuai terhadap kebutuhan
remaja. Model intervensi yang digunakan sebagai salah satu rujukan teori
atau model guna melihat kepercayaan diri remaja untuk tidak merokok dan
berhenti merokok adalah model Pender’s Health believe model (HPM).
Berdasarkan dari teori model ini perlu pelayanan kesehatan dan peer leader
educator sebagai lingkungan yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berdasarkan dari uraian diatas telah nampak bahwa pencegahan dan solusi
masalah merokok pada remaja mutlak diperlukan dengan melakukan
intervensi keperawatan yang berfokus pada pembinaan dan evaluasi program
masalah merokok pada remaja di sekolah. Program dinas kesehatan yang
bertanggung jawab pada masalah merokok pada remaja yaitu melalui
promkes dalam wadah trias UKS di sekolah serta wadah KIA di puskesmas.
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan program GERAK sebagai strategi
intervensi pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas pada remaja
dengan risiko penyalahgunaan NAPZA yaitu rokok guna mendukung
program kawasan tanpa rokok (KTR) di SMP N S Kelurahan Sukatani
kecamatan Tapos Kota Depok Jawa Barat.
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
1.3.1 Pelayanan Kesehatan
1.3.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok
Program Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK) sebagai salah satu
strategi intervensi keperawatan untuk mencegah bahkan mengurangi
masalah merokok pada remaja disekolah sebagai bentuk peromotif
dan preventif. Program GERAK dapat menjadi dasar dalam
merumuskan pengembangan program kawasan tanpa rokok (KTR) di
Kota Depok.
1.3.1.4 Sekolah
Program Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK) dapat membantu
pihak sekolah di bawah Dinas Kesehatan untuk meningkatkan peran,
fungsi dan pemberdayaan kader pada siswa secara optimal melalui
pelaksanaan pelatihan dan pendidikan kesehatan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan sekolah untuk membentuk perilaku pencegahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan peran
fungsi keperawatan komunitas, remaja sebagai populasi beresiko, masalah
merokok pada remaja, Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK) model Manajemen
Pelayanan Kesehatan, Health Belive Model (HBM), Transteoritical Models
(TTM), Health Promotion Model (HPM) dan Comprehensive School Health
Model (CSHM) dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas pada agregat
remaja dengan masalah merokok.
16 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Transisi yang dialami oleh remaja dapat menimbulkan stres, hal ini
disebabkan karena perubahan pola kehidupan dan lingkungan tempat
tinggal yang dapat menimbulkan tekanan psikologis, dan dapat menetap
dengan waktu yang relatif lama. Kondisi ini memerlukan suatu
mekanisme koping sebagai bagian dari proses adaptasi. Tingkat
pemikiran remaja yang belum matang menyebabkan koping yang
bersifat negatif menjadi pilihan remaja sebagai bentuk cara dalam
beradaptasi. Perilaku seks bebas, minuman keras beralkohol, konsumsi
narkoba, dan merokok adalah perilaku menyimpang yang sering
dilakukakn oleh remaja (Santrock, 2011).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2009, menjelaskan bahwa narkotika adalah zata tau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan dari tanaman baik sintesisi atau semisintesis
yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan
kesadaran seseorang sehingga dapat menjadi hilang rasa, bahkan dapat
mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri, kemudian zat ini dapat
mengakibatkan ketergantungan pada penggunanya.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang bukan termasuk dalam undang-
undang narkotika dan psikotropika, namun zat ini sering dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi para penggunanya bahwan
sering disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
(Joewana, 2005). Zat adiktif ini yang sering di jumpai dalam kehidupan
sehari-hari bahkan tingkat konsumsinya paling banyak adalah rokok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3 Inovasi Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK) Sebagai Bentuk Intervensi
Keperawatan Komunitas
Upaya untuk megatasi masalah meroko pada remaja telah banyak dilakukan,
namun berdasarkan hasil riset dan penelitian maupun survey angka remaja
yang mengkonsumsi rokok pada remaja masih terus meningkat. Oleh karena
itu perlu untuk mengembangkan satu terobosan dalam bentuk inovasi
terhadap masalah merokok pada remaja di sekolah.
Salah satu cara atau intervensi yang dapat dilakukan adalah Gerakan Remaja
Anti Rokok (GERAK). Program ini adalah sebuah strategi intervensi yang
dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah merokok pada
remaja disekolah.
2.3.1 Konsep Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK)
Gerakan Remaja Anti Rokok (GERAK), diciptakan berdasarkan
pengalaman penulis dalam system pemasaran MLM dengan
memperbanyak jaringan dan membentuk organisasi seperti ranting
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berikut ini akan dipaparkan beberapa strategi yang akan digunakan untuk
melakukan pencegahan masalah rokok pada remaja disekolah yaitu: 1)
Pendidikan kesehatan; 2) Proses kelompok; 3) Pemberdayaan masyarakat
(empowerment); 4) Kemitraan (partnership). Pendidikan kesehatan,
merupakan strategi pembelajaran yang dapat mendukung perilaku sehat atau
merubah perilaku tidak sehat (Fredman, Bowdwn, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
adalah itu berbuat tidak baik lagi menuju ke sebagai aturan ketika tindakan
dikira kebanyakan permasalahan perilaku kesehatan. Berita gembira adalah
itu untuk merokok dan latihan hanya sekitar 15% dari orang-orang mundu di
semua jalan langkah Precontemplation. Mayoritas yang luas mundur ke
Preparation atau Contemplating.
1. Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak
dimasa depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-
orang yang mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak
diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat
menentang atau tanpa motivasi atau mempersiapkan promosi kesehatan.
Untuk individu seperti ini program promosi kesehatan tradisional sering
tidak dirancang sesuai dengan keputusan mereka.
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
a. Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
b. Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional
c. Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke
lingkungan.
2. Contemplation / Perenuangan.
Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar
akan pro mengubah perilaku tetapi juga sangat sadar akan
memberdayakan. Tahapan ini menyeimbangkan antara biaya dan
keuntungan untuk menghasilkjan 2 sifat bertentangan yang dapat
menyimpan dalam periode lama. Belum membuat keputusan yang tepat
suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :
Self-reevaluation : penilaian kembali pada diri sendiri
3. Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa
yang lalu. Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti
sambungan suatu kelas pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter
Universitas Indonesia
mereka, membeli suatu buku bantuan diri atau bersandar pada suatu
perubahan.
Pada tahap preparation ke action melalui proses : self liberation
4. Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun
dalam model ini perilaku tidak menghitung semua tindakan. Langkah
action adalah juga langkah dimana kewaspadaan melawan terhadap
berbuat tidak baik lagi adalah kritis.
Mulai aktif berperilaku yang baru.
Pada tahap action ke maintenance melalui proses :
a. Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa
punishment juga.
b. Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain
untuk mengubah perilaku.
c. Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.
d. Stimulus control : aadanya control pengacu untuk merubah perilaku.
5. Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi
tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya
orang-orang dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk
terakhir. Ketika hasil dari maintenance positif / dapat mengubah perilaku
yang lebih baik maka akan terjadi termination / perhentian.
Ketika setelah maintenance terjadi relaps maka bisa kembali pada tahap
contemplation-preparation-action-maintence. Tidak lagi kembali ke
Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat. Transtheoretical
Model mengusulkan satu set membangun format itu adalah suatu ruang
hasil multivariate dan meliputi ukuran yang adalah sensitif untuk maju di
seluruh langkah-langkah. Ini membangun meliputi yang pro dan kontra
dari Decisional Balance Scale, Temptation atau Self-efficacy, dan perilaku
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Self Efficacy adalah faktor utama dalam konstruksi dari Health Promotion
Model (Crawford, 2008). Self efficacy adalah kemampuan persepsi individu
untuk dapat menunjukkan suatu perilaku. Ketika seseorang percaya diri akan
kemampuannya, untuk melengkapi tugas perkembangan seperti latihan maka
seseorang akan lebih termotivasi untuk menunjukkan perilaku tertentu
(Pender et al, 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
melakukan cara yang negatif atau cara positif. (Pender et al., 2002 dalam
Crawford, 2008).
Pender (1996) juga berasumsi bahwa individu dengan aktif mencari informasi
untuk mengatur perilaku-perilaku mereka sendiri, mereka saling berhubungan
dan mengubah lingkungan, dan bertransformasi setiap waktu. Profesi
kesehatan diasumsikan menjadi bagian dari lingkungan interpersonal yang
dapat mempengaruhi dan mengubah individu tersebut. Ketika
mengintegrasikan perilaku-perilaku promosi kesehatan ke dalam suatu gaya
hidup yang sehat yang akan mengakibatkan peningkatan kesehatan,
peningkatan kemampuan fungsional dan memperbaiki kualitas hidup dalam
setiap stase perkembangan (Crawford, 2008).
Universitas Indonesia
2.11.2 Pengajaran dan pembelajaran, pilar ini meliputi sumber daya, kegiatan,
dan kurikulum dimana siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman
yang sesuai dengan usia mereka, dan membantu membangun keterampilan
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
2.11.3 Kebijakan sekolah yang sehat, pilar ini meliputi praktek manajemen,
proses pengambilan keputusan, peraturan, prosedur dan kebijakan di semua
tingkatan yang meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, dan bentuk
lingkungan sekolah yang ramah dan penuh perhatian.
2.11.4 Kemitraan dan jasa, meliputi hubungan antara sekolah dan orang tua
siswa, hubungan kerja pendukung di sekolah (staf dan siswa), antara
sekolah, dan antar sekolah dan lainnya organisasi masyarakat, kesehatan,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Remaja atau siswa di SMP N S Sukatani Depok yang menjadi target ataupun
sasaran utama program UKS perlu sekali dilakukan tindakan intervensi
keperawatan preventif sepeti, primer, skunder, dan tersier. Contoh dari
tindakan tersebut antara lain pendidikan kesehatan, deteksi dini/screening,
modifikasi perilaku, konseling, couching, guadiance, dan belajar
berkomunikasi efektif baik yang di berikan secara perorangan maupun
54 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
FRAMEWORK GERAKAN REMAJA ANTI ROKOK DI SMP NEGERI S SUKATANI KOTA DEPOK
INPUT OUTPUT
PROSES
Pelayanan Kep.
Teori Manajemen: 1. Perencanaan:
1. Perencanaan:Visi-misi dan tujuan, renstra, dan alokasi sumber daya. a. Sosialisasi pembentukan MANAJEMEN PELAYANAN
(penyusunan program GERAK) (tujuan) 1. Tersosialisasikannya pembentukan sekolah
Masalah peduli kesehatan remaja 80%
2. Pengorganisasian: Rekrutmen SDM GERAK
keperawatan b. Perencanaan SDM, dana,
2. Teridentifikasinya jumlah SDM, dana, sarana
3. Pengarahan dan pendelegasian: Supervisi program GERAK yang terkait sarana dan prasarana serta
tempat dan prasarana serta tempat. 60%
4. Pengawasan: Evaluasi Program gerak masalah 3. Terbentuknya struktur organisasi/ tim sekolah
(Huber,2000). MANAJEMEN 2. Pengorganisasian: Pembentukan self
kesehatan PELAYANAN : help Group / Support group peduli kesehatan remaja 70%
aktual dan 1. Perencanaan 3. Pengarahan : 4. Peningkatan PS kader remaja terhadap
Health Promotion Models penurunan masalah merokok 70%
1. Faktor personal (biologis, psikologis, dan sosial budaya)
risiko : 2. Pengorganisasian
a. Pelatihan /penyegaran kader
remaja 5. Teridentifikasi jumlah remaja merokok di
1. Manajemen
2. Faktor persepsi ; manfaat, hambatan, dan kepercayaan diri
keperawatan
3. Pengarahan b. Sistem rujukan sekolah 90 %
(merokok & kespro). 6. Tersusunnya mekanisme bagan sistem
3. Pengaruh interpersonal (Keluarga, peer/models, dan 2. Keperawatan 4. Pengawasan 4. Pengendalian
a. Supervisi program rujukan masalah kesehatan remaja 70%
layanan kesehatan – Trias UKS) komunitas 7. Dilaksanakannya supervisi dan monev secara
b. Monitoring dan Evaluasi
4. Pengaruh situasi (opini, media, dan lingkungan sekolah) 3. Keperawatan periodik terkait sekolah sehat (kelengkapan
program
(Pender, Murdough, & Parsons, 2002) keluarga pencatatan dan pelaporan) 70%
(aktual, risiko,
Transteoritical Models Perencanaan
potensial) Inovasi Komunitas
1. Prekontemplasi (niat sebelum 6 bln) 1. Penkes NAPZA
2. Kontemplasi (perenungan 6 bln berikut)
Keperawatan Komunitas
2. Kampanye NAPZA 1. Peningkatan pengetahuan, sikap, dan
3. Persiapan “GERAK” 3. Latihan asertif latihan keterampilan siswa 80%.
4. Aksi komunikasi efektif pada remaja, 2. Peran serta kader meningkat 90% setelah
5. Pemeliharaan Komunitas latihan penilaian diri dan
1. Pendidikan pelatihan/ penyegaran
6. Keputusan ( Prochaska & Diclemente, 1983; Prochaska, pengelolaan stres, latihan 3. Terintegrasinya Program pelatihan dalam
DiClemente, & Norcross, 1992; Prochaska & Velicer, kesehatan meningkatkan tanggung jawab kurikulim mata ajar 60 %
1997) 2. Screening faktor dan kepercayaan diri, latihan cara 4. Teridentifikasinya jumlah remaja merokok
risiko merokok menangani konflik terintegrasi 80%
Health Belive Model: Perawat dengan mata ajar BK.
3. Rujukan 5. Penurunan risiko penyalahgunaan narkoba
a) Ancaman 4. Promosi kesehatan tentang
• Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit. Komunitas 4. Perubahan
narkoba melalui komik singkat.
80%
6. Peningkatan pencegahan risiko
• Persepsi tentang kondisi kesehatannya. perilaku gaya
Keluarga 5. Lomba membuat media berupa penyalahgunaan narkoba pada siswa
b) Harapan hidup
komik yang berisi informasi 7. Terbentuknya SG /SHG: (struktur dan
• Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan kesehatan tentang rokok (kertas)
• Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan kegiatan)
8. Teridentifikasinya faktor risiko mengenai
tindakan itu. Remaja
c) Pencetus tindakan: (Media, Pengaruh orang lain, Hal-hal yang merokok
mengingatkan reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis
kelamin/gender, suku bangsa).
Keluarga Keluarga
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk 1. Penkes NAPZA Keluarga
melakukan tindakan itu). 1. Penkes 2. Konseling 1. Peningkatan pengetahuan keluarga setelah
(Glanz, Rimer, & Lewis, 2002) NAPZA 3. Terapi perilaku edukasi dan pemberian informasi 80%
2. Konseling 4. Latihan asertif 2. Status kesehatan dapat dipertahankan 90%
3. Terapi perilaku 5. Latihan komunikasi efektif 3. Penurunan risiko penyalahgunaan rokok
Comprehensive School Health Model (CSHM) dengan anak remaja
4. Latihan dalam keluarga
1. Lingkungan fisik dan sosial: kualitas hubungan antara staf dan siswa di sekolah, komunikasi 6. Modifikasi lingkungan 4. Peningkatan cakupan tingkat kemandirian
kesejahteraan emosional siswa, lingkungan fisik meliputi bangunan. 7. Modifikasi perilaku dan gaya keluarga menjadi mandiri III dan IV
asertif hidup
2. Pengajaran dan pembelajaran: kegiatan extra kurikuler, dan kurikulum pengajaran.
8. Perubahan mainset mengenai
3. Kebijakan sekolah yang sehat: proses pengambilan keputusan, peraturan. merokok
4. Kemitraan dan jasa: sekolah dan orang tua siswa, staf dan siswa, puskesmas, BNN
Kota Depok
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari jumlah penduduk yang beraneka ragam tersebut, maka sudah jelas akan
berimbas kepada mata pencaharian. Penduduk asli wilayah Kecamatan Tapos
pada umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang, buruh pabrik, ojek,
supir, karyawan, PNS, TNI/POLRI. Dengan demikian maka kecamatan Tapos
penduduknya bermata pencaharian heterogen. Melihat kondisi yang demikian
ini, maka dapat disimpulkan bahwa daya dukung masyarakat lingkungan
sekitar terhadap posisi dalam pengembangan SMP Negeri S Depok sangat
heterogen.
Universitas Indonesia
orang, D1/D2 sebanyak 2 orang dan SMA sebanyak 2 orang baik yang sudah
PNS maupun masih guru bantu. Daftar Data Orang Tua Peserta Didik SMP N
S Sukatani Depok 2014 yang berprofesi PNS sebanyak 23.15%, TNI/POLRI
sebanyak 4.77%, Petani sebanyak 2.25%, Swasta sebanyak 53.33%,
Pedagang sebanyak 6.07%, dan lain-lain sebanyak 10.43% (Profil SMP N S,
2014).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
SMP N S pernah berkontribusi pada lomba sekolah sehat tingkat kota, dan
meraih juara 1. Terdapat kegiatan ekstrakulikuler tentang kesehatan yaitu
(UKS, PMR, Pramuka dan K7), dan mempunyai materi berupa dokumen dan
video konseling. Sekolah menjalin kerja sama lintas sektor, salah satunya
dengan Puskesmas Sukatani untuk penjaringan kesehatan secara rutin, Selain
itu sekolah bekerja sama dengan wali murid (polisi/tenaga kesehatan) untuk
membantu membina siswa SMP N S Sukatani. Sekolah menyediakan sarana
ksesenian untuk menyalurkan bakat positif siswa SMP N S Sukatani. Guru
pernah mengikuti berbagai pelatihan salah satunya peer konselor yang di
adakan oleh Dinkes Depok.
Universitas Indonesia
Sistem multi level health promotions yang digunakan oleh perawat komunitas
yaitu dengan memanfaatkan jejaring bertingkat baik vertical maupun
horizontal untuk memperluas informasi terkait kesehatan yang dilakukan oleh
remaja yang telah di latih. Sistem Kerja sistem ini yaitu menjaring calon
remaja yang ingin di rekrut menjadi anggota yang sekaligus berfungsi sebagai
konsumen dan member (anggota GERAK) dari yang melakukan praktek
multi level health promotions. Adapun secara terperinci dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
64 Universitas Indonesia
Pada saat deteksi kesehatan remaja dalam menyusun perencanaan yaitu belum
memiliki perencanaan screening terkait risiko masalah penyalahgunaan NAPZA
Universitas Indonesia
Pada visi dan misi serta target yang dimiliki oleh SMN S Sukatani Depok belum
ada yang mengarah untuk meningkatkan derajat kesehatan sekolah dan
khsusunya terkait dengan masalah perilaku merokok pada remaja di SMPN S
Sukatani Depok. Visi dan misi masih terkait dengan bidang akademik dan non
akademik, tetapi tidak di jelaskan terkait dengan kesehatan. Masalah merokok
atau kesehatan di SMPN S menjadi banyak, menurut penulis wajar karena
sekolah belum berfokus ke hal meningkatkan derajat kesehatan remaja di
sekolah. Upaya yang sudah dilakukan masih di bawah mata ajar penjaskes yang
terkait tindakan preventif di sekolah. Menurut Gillies (2000; dalam Swansburg,
1999) bahwa kegiatan yang dilakukan selama perencanaan merupakan analisis,
pengkajian suatu sistem, penyusunan tujuan jangka panjang (strategi) dan jangka
pendek (operasional) serta memprioritaskan aktivitas termasuk alternatif.
Universitas Indonesia
Pada saat ini dalam perencanaan kegiatan kesehatan remaja di Dinas kesehatan
Depok dilakukan melalui seksi kesehatan keluarga+gizi dan seksi promosi
kesehatan dibawah penanggung jawab program kesehatan anak dan remaja.
Perencanaan kegiatan secara umum adalah pembinaan kesehatan reproduksi dan
pembinaan pelayanan kesehatan anak sekolah dan remaja yang untuk tahun 2014
masih sama dengan tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2014 ini lebih
mengarah ke PHBS terkait dengan permasalahan merokok. Pada tahun 2014
sudah terbentuk peraturan daerah mengenai larangan untuk merokok di kawasan
tanpa rokok (KTR). Sosialisasi dilakukan baik di masyarakat maupun di sekolah
bekerjasama dengan mahasiswa residen keperawatan komunitas UI tahun 2014.
Universitas Indonesia
Salah satu fakor yang mempengaruhi hal di atas adalah keterbatasan dari sumber
daya manusia dan anggaran (budgeting) untuk kegiatan tersebut. Hal ini
merupakan aktivitas tentang sumber daya keuangan (financial resources) yang
sengaja disediakan untuk kegiatan dan waktu tertentu (Siswanto, 2009). Keadaan
seperti ini dapat menyebabkan kurang maksimalnya perencanaan dalam
pelayanan kesehatan pada remaja khususnya kegiatan trias UKS yang
didalamnya terdapat program PKPR tentang pencegahan penyalahgunaan
NAPZA. Keterbatasan SDM dan sumber dana dapat menyebabkan manajemen
pelayanan kesehatan pada remaja tidak berjalan dengan baik.
Pada uraian di atas dapat terlihat jelas bahwa perencaaan pelayanan kesehatan
pada kelompok usia remaja masih belum menjadi prioritas bidang kesehatan di
Dinas Kesehatan Kota Depok karena kelompok remaja dianggap tidak
bermasalah karena rendahnya angka kesakitan yang belum jelas indicator
pengambilannya dan jumlah kematian usia tersebut. Dalam perencanaan
pelayanan kesehatan terhadap usia remaja perlu dilakukan perubahan paradigm
oleh yankes, karena permasalahan remaja khususnya masalah penyalahgunaan
NAPZA yaitu merokok merupakan masalah psikososial setiap individu dan
berdampak terhadap masalah social di masyarakat yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan kematian remaja apabila tidak tertangani dengan benar
(Depkes RI, 2005).
Universitas Indonesia
struktur hirarki organisasi yang menjelaskan mengenai jalur birokrasi dari atas
dan ke bawah; (3) adanya uraian tugas dan fungsi setiap elemen yang ada dalam
suatu organisasi; (4) adanya prosedur atau aturan dalam bekerja; dan (5) adanya
seleksi tenaga yang sesuai dengan bidang yang di butuhkan dan kompeten
dalam bidangnya serta memiliki promosi bidang yang jelas (Weber dalam
Marquis dan Huston, 2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jumlah tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Depok yang bertugas sebagai
PJ dalam pelayanan kesehatan masih mengandalkan 1 orang saja, akan tetapi
melalui bidang promkes dan kesga yang menjalankan kegiatan pelayanan
kesehatan khususnya pada remaja, PJ kegiatan yang dimiliki oleh puskesmas
Sukatani memiliki 1 orang yang di tugaskan menjadi PJ. Pada saat pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan masih mengandalkan satu orang saja yaitu PJ,
yang seharusnya dapat bekerja sama dengan bidang lain yang dimiliki Dinas
Kesehatan Kota Depok.
Universitas Indonesia
Wadah UKS dan pelatihan peer konselor pernah dilaksanakan di sekolah, namun
adanya rotasi pegawai menjadikan berkurangnya jumlah guru yang dipersiapkan
atau sudah dilatih menjadi peer konselor di sekolah. Guru yang ada dan pernah
diberi pelatihan terkait dengan kesehatan hanya ada 1 guru saja. Awalnya
terdapat 3 guru namun karena adanya mutasi atau rotasi menjadikan 2 guru
pindah ke sekolah lain. Hal tersebut di rasa sangat menjadi tugas yang besar
untuk satu guru yang pernah mendapat pelatihan dari Dinas Kesehatan
dikarenakan jumlah siswa yang banyak menjadikan PJ UKS di sekolah menjadi
kewalahan.
Hasil dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa fungsi dari staffing
pada pelayanan kesehatan remaja melalui PKPR di Kota Depok adalah : 1).
Keterbatasan ruang untuk pegawai Dinas kesehatan dan Puskesmas dalam
mengembangkan jenjang pendidikan formalnya, 2). Rasio ketenagaan masih
sangat kurang, baik di Dinas kesehatan, puskesmas, dan sekolah sehingga
menjadikan satu pegawai memegang double kerjaan. 3). Beban kerja pegawai di
tingkat puskesmas sangat besar, 4). Kegiatan PKPR di sekolah tidak maksimal,
dan jumlah guru atau pegawai di sekolah masih sangat kurang guna
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan pada siswa.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sebatas teknis pelaksanaan administrasi dan proses kegiatan Trias UKS saja.
Pengarahan yang baik melalui komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan
pada delegasi tugas yang baik sehingga akan mencegah konflik dalam
pengorganisasian (Marquis & Huston, 2000).
Universitas Indonesia
untuk indikator dalam suatu pelayanan akan digunakan untuk menilai seperti (1)
apakah program berjalan dengan benar, dan bagaimana kemajuannya, adakah
penyimpangan atau masalah; (2) adakah input dan proses yang dilakukan
menghasilkan perbaikan ke arah yang sesuai dengan tujuan; (3) apakah umpan
balik tentang output dan proses dikaitkan dengan iput yang di dapatkan; serta
(4) apakah terdapat faktor lingkungan atau secara eksternal (masyarakat,
geografis, kebijakan setempat) dan faktor secara internal (provider dan saran)
yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan program pada kesehatan kelompok
remaja.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
80
Sasaran pelayanan program PKPR selama ini yaitu pembinaan dalam tatanan
sekolah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas
Sukatani, namun pada praktik manajemen pelayanan keperawatan komunitas
ini residen/penulis akan mencoba mengintervensi dua masalah manajemen
pelayanan keperawatan komunitas yang menjadi prioritas utama. Berdasarkan
prioritas masalah tersebut, masalah manajemen pelayanan keperawatan
komunitas terhadap risiko masalah merokok pada remaja yang akan
dilakukan intervensi pada satu tahun ini adalah:
a. Belum adanya support group di Kelurahan Sukatani untuk melakukan
kegiatan program pengendalian risiko penyalahgunaan NAPZA
khususnya terkait dengan masalah merokok secara mandiri berhubungan
dengan SDM masih kurang dan tidak ada pedoman dalam melakukan
program secara mandiri.
b. Belum adanya koordinasi terkait kegiatan PKPR di sekolah dan
masyarakat belum optimal, berhubungan dengan alur komunikasi tidak
efektif, keterlibatan orang tua/masyarakat tidak ada, dan rapat koordinasi
antara dinas kesehatan, puskesmas, kelurahan dan sekolah belum
dilakukan secara berkesinambungan terkait dengan pelaksanaan program
kesehatan yang dilakukan di sekolah.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
81
Masalah Manajemen 1:
B. Masalah
Belum adanya support group pada remaja di SMPN S untuk melakukan
kegiatan program pengendalian risiko penyalahgunaan NAPZA pada
remaja khususnya terkait dengan masalah merokok secara mandiri
berhubungan dengan SDM masih kurang dan tidak ada pedoman dalam
melakukan program secara mandiri.
C. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
selama 1 tahun diharapkan terbentuk dan terlaksana support group pada
remaja melalui program inovasi GERAK di masyarakat.
D. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
melalui program GERAK selama 8 bulan diharapkan :
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
82
E. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Masalah Manajemen 2:
A. Masalah
Belum adanya koordinasi terkait kegiatan PKPR di sekolah dan
masyarakat belum optimal, berhubungan dengan alur komunikasi
tidak efektif, keterlibatan orang tua/masyarakat tidak ada, dan rapat
koordinasi antara dinas kesehatan, puskesmas, kelurahan dan sekolah
belum dilakukan secara berkesinambungan terkait dengan pelaksanaan
program kesehatan yang dilakukan di sekolah.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
83
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
melalui GERAK selama 1 tahun diharapkan terjadi koordinasi
kegiatan PKPR terutama pengendalian risiko penyalahgunaan NAPZA
khususnya masalah merokok di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga (BPMK), Puskesmas (Dinas Kesehatan), Kolegium atau
organisasi keperawatan (PPNI), BNN Kota Depok dan LSM lain yang
terkait.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
melalui GERAK selama 8 bulan diharapkan :
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
84
D. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
85
usaha konter pulsa di depan rumah, namun setelah An. R lahir sudah
tidak meneruskan usahanya tersebut. Anak pertama adalah An. R (21
tahun) merupakan anak perempuan satu-satunya dan An. R (13 tahun
merupakan anak kedua dan merupakan anak laki-laki dari Bpk. N dan
Ibu. W. Keluarga Bpk.N termasuk dalam jenis keluarga Core Family
karena dalam satu atap rumah terdapat 4 anggota keluarga inti yaitu
Bpk.N (49th), Ibu.W (48 th), An.R (21 th) dan An.R (13 th).
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
86
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
87
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
88
An. R dan An. R bisa dikatakan paling dekat dengan Ibu W, karena suami
Ibu W sering keluar rumah untuk mengantar barang dagangannya, dan
jarang melakukan komunikasi jika sedang banyak kerjaan. An.R bisa
dikatakan masih mau menuruti nasihat dari Ibu W, namun untuk An. R
(kakak) cukup sulit untuk mau menuruti Ibu W, terkadang di depan Ibu W
terlihat menurut tetapi di belakang Ibu W tidak mengetahui apakah benar-
benar menurutinya atau tidak, karena An. R (kkak) sering bermain dan
bergaul dengan teman-teman sebayanya. Sebagai kepala keluarga Bp. U
harus lebih dapat memperhatikan, menjaga dan mengarahkan anggota
keluarganya sehingga dapa berfungsi optimal (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
89
An R mengatakan masih banyak yang sedang dipikirkan pada saat ini, yitu
ingin membahagiakan Bpk dan Ibunya. Sebentar lagi akan mengikuti ujian
semester di SMP N S. Sedangkan masalah Ibu W yang sedang di pikirkan
pada saat ini adalah masih banyak tanggungan yang harus di selesaikan
untuk tanggung jaabnya menjadi orang tua. Saat pengkajian Ibu W sedang
bertengkar dengan Bapak N dan sudah tidak berkomunikasi secara efektif
dengan Bapak N.
Bpk N semakin kepikiran apabila An.R masih seperti anak kecil dan susah
di bilangin, karena sekarang sudah mau naik kelas Sembilan di SMP N S
Sukatani. Ia juga seringkali memikirkan kondisi istrinya. Ia mengatakan
ingin sekali melihat An. R dapat sekolah dan lulus ke jenjang yang lebih
tinggi dari orang tuanya.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
90
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada remaja
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
91
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
92
Implementasi:
TUK : 1-2 media lembar balik digunakan untuk 1) berdiskusi bersama Bp.
N, Ibu W dan An. R untuk mengenali masalah risiko masalah merokok
pada remaja; 2) memberikan bimbingan kepada keluarga agar dapat
mengidentifikasi anggota keluarganya yang berisiko untuk merokok; 3)
Memberikan pujian atas kemampuan keluarga berhasil mengidentifikasi
anggota keluarga yang berisiko risiko untuk merokok; 4) memberikan
waktu untuk berdiskusi bersama keluarga tentang akibat lanjut yang dapat
terjadi terhadap remaja yang merokok; 5) memberikan kesempatan pada
keluarga untuk menyatakan pendapatnya terkait akibat yang dapat terjadi
jika masalah risiko pada An. R tidak diatasi; 6) memberi pujian pada
keluarga atas kemampuan mengungkapkan pendapat; 7) memberikan
bimbingan konseling pada keluarga Bapak N dan Ibu W dalam mengambil
keputusan untuk merawat anggota keluarga yang berisiko; 8) memberikan
motiviasi keluarga untuk mengambil keputusan segera merawat An. R.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
93
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
94
Hasil Evaluasi: Hasil pertemuan kedua dan ketiga keluarga sudah mampu
mencapai tujuan 1 dan 2, dimana keluarga sudah mampu mengenal
masalah dan memutuskan untuk segera merawat anggota keluarganya yang
berisiko untuk merokok. An. R menyebutkan bahwa merokok merupakan
tindakan yang merugikan diri sendiri dan termasuk dalam penyalahgunaan
NAPZA, rokok termasuk zat psikoaktif lainnya. An.R menyebutkan bahwa
tahap ketergantungan rokok meliputi tahap kompromi, coba-coba,
toleransi, kebiasaan, ketergantungan, intoksikasi dan kematian. An. R
mengatakan setiap remaja berisiko untuk merokok, bahkan sudah banyak
yang sudah mengkonsumsi rokok sampai dengan kecanduan, hal ini
disebabkan terutama karena pengaruh negatif dari ajakan teman. An. R
mampu menyebutkan bahaya rokok bisa berdampak secara fisik misalnya
penyakit kanker paru. Bpk. N dan Ibu W berharap mahasiswa dapat
memberikan informasi banyak tentang bahaya rokok bagi An. R
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
95
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
96
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, di harapkan keluarga mampu 1)
menyebutkan masalah kesehatan remaja dan perilaku risiko merokok pada
remaja, 2) memahami tugas perkembangan keluarga, 3) merawat anak
remajanya dengan menggunakan ketrampilan terapi perilaku dan teknik
manajemen stress pada remaja.
Pelaksanaan:
Pertemuan 1 dan 2: Intervensi dilakukan agar keluarga mampu mengenal
masalah dan mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang
memiliki perilaku kesehatan cenderung berisiko. Tindakan keperawatan
yang dilakukan meliputi: 1) mendiskusikan bersama keluarga Bpk. N dan
Ibu W untuk mengenali perilaku kesehatan cenderung berisiko pada An.
R; 2) memberikan bimbingan kepada keluarga agar dapat mengidentifikasi
faktor penyebab perilaku kesehatan cenderung berisiko pada An. R; 3)
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
97
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
98
Evaluasi:
Hasil pertemuan kedua dan ketiga keluarga sudah mampu mencapai tujuan
1 dan 2, dimana keluarga sudah mampu mengenal masalah dan
memutuskan untuk segera merawat anggota keluarganya yang berisiko
mengalami perilaku kesehatan cenderung berisiko. An. R menyebutkan
bahwa mencegah perilaku kesehatan cenderung berisiko adalah perilaku
yang memiliki risiko seperti terhadap masalah merokok. An.R mengatakan
bahwa perilaku kesehatan cenderung berisiko banyak dilakukan oleh usia
remaja, perilaku tersebut lebih mengarah ke hal yang negatif. Merokok
merupakan salah satu contoh perilaku yang tidak sehat, konsumsi alkhol,
dan bat-obatan terlang. Hal ini dapat berpengaruh besar terhadap tingkat
kesehatan manusia terutama remaja.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
99
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
100
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
101
1,96 = 0,05
1,64 = 0,01
Besar sampel diperoleh 246. Dimana nilai P adalah prevalensi yang besarnya
0,20 dan d adalah deviasi dari prediksi proporsi atau presisi absolute.dan
diklaikan dengan standar normal deviasi untuk α.
1,962 X 0,20 (1-0,20)
0,052
=
246 orang.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
102
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
103
Gambaran sikap siswa dari hasil olah data di dapatkan bahwa 58,1 memiliki
sikap yang baik walaupun pernah di pengaruhi oleh temannya. Sedangkan
gambaran mengenai perilaku siswa di SMP N S tentang penyalahgunaan
NAPZA khususnya masalah rokok sebesar 60,2 memiliki perilaku yang sudah
baik. Nilai skor rata-rata pengetahuan setelah dilakukan intervensi
keperawatan pada siswa sebesar 12,14 dengan nilai tertinggi 14 dan nilai
terendah 8. Skor rata-rata sikap setelah dilakukan intervensi pada siswa
sebesar 12,62, dengan nilai tertinggi 14 dan nilai terendah 9 dan skor rata-rata
tentang perilaku setelah dilakukan intervensi keperawatan pada siswa sebesar
11,86 dengan nilai tertinggi 14 dan nilai terendah 6. Nilai rata-rata tersebut
didapatkan dari hasil analisis dengan menggunakan cut of point (COP) yang
bertujuan untuk melihat besar persentase data yang diperoleh.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
104
Kurang
pengetahuan Harga diri rendah
tentang manfaat pada remaja Gambar 4.1. Web of Causation
tidak merokok Asuhan Keperawatan Komunitas
Terkait Risiko Penyalahgunaan
Tugas NAPZA khususnya masalah
rokok pada Aggregate Remaja di
perkembangan
SMPN Universitas
S Sukatani Depok.
Indonesia
individu
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
105
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan tindakan manajemen layanan keperawatan komunitas
selama 6 bulan pembinaan dan pelatihan anggota GERAK disekolah menjadi
optimal khususnya dalam upaya pencegahan risiko penyalahgunaan NAPZA
khususnya masalah rokok pada remaja.
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 8
bulan, diharapkan: 1) Meningkatkan fungsi sistem komunitas dalam
menangani risiko penyalahgunaan NAPZA melalui pembentukan kelompok
remaja, 2) Meningkatkan pengetahuan remaja tentang risiko penyalahgunaan
NAPZA melalui pendidikan kesehatan; 3) Meningkatnya perilaku kesehatan
remaja yang sehat; 4) Terbentuknya kader kesehatan dan peer educator
“GERAK” (Gerakan Remaja Anti Rokok); 5) Tersusunnya rencana kerja peer
educator “GERAK”; 6) Tersusunnya modul pencegahan penyalahgunaan
NAPZA khususnya masalah rokok pada remaja disekolah; 7) Terlaksanya
pelatihan kader kesehatan dan peer educator “GERAK” dalam upaya
pencegahan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja; 8) Terdapat
peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dan peer
educator “GERAK” sebesar 20% mengenai pencegahan risiko
penyalahgunaan NAPZA pada remaja.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
106
Pembenaran:
Peningkatan kualitas kesehatan dapat di dukung dengan peningkatan
pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Pada remaja di sekolah
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan institusi pendidikan. Sekolah
sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus menjadi
“Health Promoting School” artinya “Sekolah yang dapat meningkatkan
derajat kesehatan warga sekolahnya”. Hal ini dapat terwujud apabila sekolah
terus mengembangkan kegiatan melalui trias UKS di sekolah. Hal ini
diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan Veugelers dan Margaret (2010),
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
107
Pembentukan kader kesehatan sekolah yang berasal dari guru dan peer
educator yang berasal dari siswa, kegiatan ini dilaksanakan tanggal 18
Desember 2014. Kegiatan dilakukan dengan membentuk struktur organisasi
dan rencana kerja GERAK . Guru yang dilibatkan dalam kader kesehatan
adalah guru yang tertarik dengan bidang kesehatan dan memiliki waktu lebih
luang, serta banyak melakukan interaksi dengan siswa. Sedangkan peer
educator yang dilibatkan adalah perwakilan siswa dari masing-masing kelas
yang dipilih oleh guru BK. Pemilihan siswa didasarkan pada keaktifan siswa
dalam organisasi, bersedia dan memiliki komitmen untuk berbagi
pengetahuan dengan teman sebaya, bersedia meluangkan waktu untuk
kegiatan peer educator, bersedia mengikuti kegiatan (gerakan remaja anti
rokok) GERAK .
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
108
perwakilan siswa. Peer educator yang terbentuk diberi nama gerakan remaja
anti rokok disingkat dengan “GERAK”. Kegiatan ini akan dibina oleh 6
orang kader kesehatan yang berasal dari guru BK. Kegiatan diawali dengan
penjelasan tentang konsep GERAK, yang dilanjutkan dengan pembentukan
struktur dan program kerja “GERAK”. Struktur “GERAK” yang dibentuk
terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
109
Hasil Evaluasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 9 bulan di peroleh hasil : 1)
adanaya peningkatan pengetahuan tentang NAPZA yaitu setelah dilakukan
implementasi meningkat menjadi 44,3% pengetahuan baik, ada peningkatan
44,3%. Hasil uji Wilcoxon di dapatkan nilai p-value 0,000, dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan pengetahuan tentang NAPZA setelah intervensi
keperawatan sebesar 13,8% dari jumlah sampel. Rerata perilaku sebelum
intervensi 11,96 dan setelah intervensi 12,14 dengan standar deviasi 1,162
dan 1,029, hasil uji statistik di dapatkan nilai p-value 0,000, maka dapat
disimpulkan resiko remaja menyalahgunaan NAPZA menurun, sedangkan
rerata sikap positif sebelum dan sesudah intervensi adalah 6,9% meningkat
dan 93,1% tetap. rerata perilaku anggota sebelum intervensi 11,73 point
setelah intervensi menjadi 11,86 point, ada peningkatan sebesar 0,13 point,
sehingga ada penigkatan perilaku kea rah positif. 2) telah terbinanya
kelompok pendidik sebaya di SMP N S Sukatani dengan nama GERAK
(Gerakan Remaja Anti Rokok), 3) telah terbinanya kelompok pendidik sebaya
di SMP N S Sukatani dan 100 % remaja mendukung kegiatan GERAK.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
110
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan tindakan manajemen layanan keperawatan komunitas
selama 6 bulan fungsi pengarahan: Pola koping remaja tentang risiko
penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMP N S menjadi optimal.
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 8
bulan, diharapkan: 1) Meningkatkan keberfungsian pola koping remaja di
komunitas tentang risiko penyalahgunaan NAPZA melalui forum diskusi
antara orang tua dan remaja; 2) Meningkatkan pelayanan sosial di komunitas
dalam melayani risiko penyalahgunaan NAPZA melalui aktivitas remaja yang
bermanfaat; 3) Meningkatkan aksesibilitas sumber-sumber untuk pemecahan
masalah risiko penyalahgunaan NAPZA
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
111
Melakukan kampanye tentang kawasan tanpa rokok KTR dan manfaat tidak
merokok pada remaja yang dilakukan dengan pemasangan poster, poster
dipasang disetiap sudut sekolah, ruang BK dan ruang UKS. Poster yang
dipasang merupakan poster dari Dinas Kesehatan Kota Depok. Pemasangan
poster ditiap-tiap sudut sekolah melibatkan peer educator “GERAK”. Tidak
hanya poster pembagian stiker (KTR, Stop rokok, area KTR, keren tanpa
rokok) yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dan untuk
penempelan dilaksanakan oleh anggota GERAK.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
112
Rencana Tindak Lanjut: Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah
melakukan pendidikan kesehatan tentang perokok pasif terhadap siswa kelas
7 dan 8, kegiatan ini akan dilaksanakan pada semester ganjil dimana aktifitas
pembelaajaran siswa masih banyak di dalam lingkungan sekolah atau tidak
sedang dalam kegiatan praktik lapangan dan persiapan menghadapi ujian
nasional. Diperlukan kerjasama dengan puskesmas, Dinas Kesehatan maupun
BNN Kota depok untuk melakukan pembinaan secara berkelanjutan.
Universitas Indonesia
Gerakan remaja..., Koernia Nanda Pratama, FIK UI, 2015
BAB 5
PEMBAHASAN
a. Perencanaan
Pada visi hanya terkait prestasi, iman, taqwa, dan peduli lingkungan
sedangkan misi sekolah masih berfokus pada kegiatan belajar mengajar
sehingga, SMPN S belum ada yang terkait dengan masalah kesehatan
siswa di sekolah. Kegiatan yang terkait dengan kesehatan siswa
disekolah adalah UKS. SMPN S memiliki wadah UKS yang masih aktif
sampai saat residen komunitas datang. Kegiatan ekstrakulikuler PMR
juga masih dilaksanakan oleh siswa di SMPN S Sukatani Depok. Trias
UKS merupakan payung dari setiap program ataupun kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan. Kegiatan kesehatan melalui wadah
UKS merupakan kegiatan yang dilakukan dalamm bentuk pembinaan
dengan bekerjasama dengan lintas sektor dan lintas program. Kegiatan
ini diharapakan dapat meningkatakan derajat kesehatan siswa dan siswa
di sekolah, sehingga dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang
sehat, cerdas, sejahtera, berkualitas dan berdaya saing yang bagus, serta
memiliki akhlak yang mulia berdasarka ajaran Tuhan Yang Maha Esa
(Diknas, 2010).
UKS dijalankan oleh struktur organisasi yang terdiri dari tim pembina
dan pelaksana. Tim pembina UKS melaksanakan upaya pembinaan dan
pengembangan UKS secara terpadu dan terkoordinasi, sedangkan tim
pelaksana UKS melaksanakan tiga program pokok UKS (Trias UKS)
(Dinkes, 2010). Berdasarkan hasil intervensi keperawatan komunitas
yang telah di kelola, perencanaan pada program di dalam trias UKS
telah tersusun dengan program utama yakni upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA (merokok). Program yang didukung dengan
adanya kegiatan unggulan yaitu gerakan remaja anti rokok (GERAK)
yang dihasilkan dari hasil modifikasi peer konselor yang merupakan
proyek inovasi dari perawat komunitas (penulis) di SMPN S Kota
Depok. Sesuai dengan pendapat dari Huber (2000) bahwa sebagai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Organisasi
Pembentukan kelompok GERAK merupakan bagian dari pelaksanaan
salah satu fungsi pengorganisasian dalam manajemen pelayanan
keperawatan. Fungsi pengorganisasian bertujuan untuk menghimpun
semua sumber daya yang dimiliki dan memanfaatkannya secara efisien
sesuai tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Swansburg, 2000; Marquis & Huston, 2010). Keluarga
merupakan ranah utama dalam menjalankan intervensi keperawatan
komunitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ritanti (2010), tentang multi dimensi keluarga sebagai bentuk
intervensi keperawatan komunitas untuk mencegah penyalahgunaan
NAPZA pada usia remaja di Kelurahan Tugu Kota Depok, hasil
penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
pendidikan kelompok sebaya terhadap pengetahun remaja tentang risiko
penyalahgunaan.
Universitas Indonesia
c. Ketenagaan
SMPN S memiliki lima guru BK yang aktif dan bersemangat tinggi.
Kegiatan konseling untuk remaja SMPN S sudah dilaksanakan namun
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan oleh perawat komunitas di sekolah dengan
memberdayakan komponen sekolah terutama remaja yang telah di bina
melalui kegiatan GERAK memberikan perubahan yang cukup
signifikan. Melalui kegiatan pendidikan kesehatan, pelatihan
komunikasi efektif dan komunikasi asertif, melakukan latihan self
hypnocaring untuk mencegah perilaku merokok, melakukan tindakan
promotif dan preventif pada teman sebayanya terjadi perubahan yang
signifikan dengan nilai p-value (0,000), peningkatan pengetahuan siswa
(0,02%), sikap (0,01%) dan tindakan (0,11%).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Evaluasi
Pada saat awal kegiatan GERAK ini residen telah melakukan beberapa
kegiatan untuk mengatasi masalah remaja dengan risiko
penyalahgunaan NAPZA khususnya masalah merokok. Pada
pembentukan pertama siswa di SMPN S yang mengikuti dan menjadi
pengurus GERAK berjumlah 13 remaja. Remaja tersebut telah diberi
pembinaan dari residen keperawatan komunitas, salah satunya adalah
dengan mengajarkan keterampilan komunikasi efektif. Anggota
GERAK yang diberikan pengetahuan mengenai kepemimpinan dan
kegiatan yang dilakukan oleh GERAK. Kegiatan di GERAK salah
satunya adalah pemberdayaan remaja di SMPN S Sukatani Depok.
Pemberdayaan remaja dengan mencari downline atau akar dari
uplinenya untuk diberikan materi yang sama dengan yang uplinenya
terima dari perawat komunitas di setting sekolah. Hasil dari kegiatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengumpulan data selain dengan cara menyebarkan kuisioner (di isi oleh
siswa), penulis menggunakan teknik wawancara, Penulis melakukan
perhitungan jumlah sampel yang digunakan untuk mewakili dari semua
jumlah siswa di SMPN S. Perhitungan sampel dilakukan menggunakan
prevalensi dari Gobal Youth Tobacco Survey (GYTS) (2009) yakni sebesar
20,3% remaja usia 13-15 tahun perokok aktif. Sehingga penulis
menggunakan rumus untuk mengestimasi proporsi suatu kejadian. Jumlah
siswa SMP Negeri S sebanyak 1448 orang, maka dihitung dengan rumus
perhitungan sampel (Dharma, 2011). Besar sampel diperoleh 246. Dimana
nilai P adalah prevalensi yang besarnya 0,20.
Universitas Indonesia
Gambaran sikap siswa dari hasil olah data di dapatkan bahwa 58,1 %
memiliki sikap yang baik walaupun pernah di pengaruhi oleh temannya.
Sedangkan gambaran mengenai perilaku siswa di SMP N S tentang
penyalahgunaan NAPZA khususnya masalah rokok memiliki perilaku
yang sudah baik. Nilai skor rata-rata pengetahuan siswa telah meningkat
Skor rata-rata sikap siswa sebesar 12,62, dan skor rata-rata perilaku siswa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada awal pertemuan dan akhir pertemuan di keluarga dilakukan pre test
dan post test. Tujuan dari pre test dan post test ini adalah untuk mengukur
tingkat pengetahuan anggota keluarga tentang perkembangan remaja dan
kemampuan komunikasi. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan
intervensi keperawatan adalah terjadi peningkatan pengetahuan pada post
test sebesar 10% dari hasil pre test. Kemampuan psikomotor komunikasi
efektif dan deteksi dini mengalami peningkatan karena anggota keluarga
bisa melakukan semua dengan benar melalui sedikit bimbingan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
permasalahan yang hamper sama yaitu risiko perilaku merokok pada anak
remajanya. Dari hasil kegiatan intervensi keperawatan keluarga perawata
menggunakan indicator tingkat kemandirian keluarga sebagai keberhasilan
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Universitas Indonesia
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan anggaran dalam menyediakan sarana dan prasana pelayanan
kesehatan sekolah seperti penyediaan ruangan khusus UKS sehingga tidak
gabung dengan ruangan BK, beserta alat-alatnya, pencegahan risiko perilaku
merokok kendala utama dalam menjalankan fungsi dan peran sekolah
sebagai institusi yang ikut bertanggungjawab dalam pemeliharaan kesehatan
remaja dan tindakan preventif yang secara berkelanjutan memerlukan
komitmen yang kuat untuk tidak merokok bagi yang sudah merokok dari
setiap komponen di sekolah.
Ruang konseling yang nyaman belum di temukan pada saat praktik residensi
keperawatan komunitas di SMPN S. Ruangan yang nyaman, aman, dan
tenang sangat di butuhkan oleh siswa untuk bercerita. Ruang konseling masih
terbuka dan menjadi satu dengan ruang guru BK dan UKS sehingga tidak
kondusif untuk konseling siswa ke guru. Siswa masih dianggap sebagai klien
sehingga selalu disalahkan apabila ada hal yang dianggap kurang tepat oleh
guru.
Universitas Indonesia
kegiatan inovasi ini. Waktu yang sempit anak sekolah dalam mengikuti
kegiatan inovasi ini, hal ini disebabkan jadwal yang padat di kurikulum
pendidikan pada saat ini, sehingga residen harus mencari waktu yang tepat
dalam waktu yang sempit di kegiatan kurikulum pendidikan SMPN S Depok.
Jadwal yang padat menjadikan remaja sangat sedikit waktu untuk kegiatan-
kegiatan GERAK di sekolah.
5.3 Implikasi
5.3.1 Implikasi terhadap Pelayanan Keperawatan Komunitas
Pelaksanaan perogram GERAK sangat tepat diaplikasikan disekolah,
khususnya terkait upaya pencegahan risiko penyalahgunaan nakoba pada
remaja disekolah. Strategi ini berdampak terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa dan guru. Penerapan strategi
GERAK disekolah dapat dilakukan atau dikembangnkan melalui
pelayanan konseling, edukasi sebaya, promosi kesehatan, proses
kelompok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab
sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan asuhan keperawatan komunitas yang
telah dibandingkan dengan konsep dan referensi/penelitian terkait.
6.1 Kesimpulan
Manajemen pelayanan kesehatan komunitas telah dilakukan dengan baik.
Perencanaan terkait program kegiatan kesehatan disekolah dalam upaya
pencegahan terhadap perilaku merokok pada remaja dengan nama gerakan
remaja anti rokok (GERAK). Pengorganisasian kegiatan GERAK masuk
dalam kegiatan UKS dan telah memiliki struktur kepengurusannya.
Ketenagaan di sekolah belum dapat memfasilitasi kegiatan GERAK secara
maksimal, hal ini disebabkan karena jumlah guru yang tidak sesuai dengan
jumlah siswa di SMPN S Depok. Selain itu banyaknya tugas dan kerjaan yang
tumpang tindih menyebabkan upaya kesehatan di sekolah belum optimal.
Hasil dari projek inovasi GERAK di SMPN S telah berhasil menemukan
strategi baru guna menanggulangi risiko perilaku merokok pada remaja di
sekolah.
6.2 Saran
6.2.1 Dinas Kesehatan
a. Strategi intervensi GERAK dapat dijadikan intervensi promotif dan
preventif bagi Dinas Kesehatan sebagai dasar usulan pengembangan
program PKPR.
b. Program PKPR, khususnya pelatihan peer educator yang telah
dilaksanakan Dinas Kesehatan, perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi dan ditingkatkan melalui strategi intervensi GERAK dengan
memperluas cakupan peserta pelatihan.
c. Penyuluhan tentang rokok di rubah menjadi kebaikan-kebaikan dari
tidak merokok, bukan lagi mengenai keburukan-keburukan dari
merokok.
6.2.2 Puskesmas
a. Puskesmas dapat mengaplikasikan strategi program GERAK dalam
meningkatkan cakupan pendidikan kesehatan remaja terkait
pencegahan risiko perilaku merokok pada remaja disekolah.
b. Puskesmas perlu melakukan supervisi dan monitoring secara
terencana, berupa kunjungan langsung untuk berdiskusi, memberikan
motivasi, dan memberikan arahan serta berita ataupun isue terbaru
mengenai perkembangan keilmuan kesehatan terkait upaya
pencegahan risiko perilaku merokok pada remaja
c. Perlu di adakan poli khusus untuk remaja di puskesmas sebagai wadah
tindakan promotif, preventif, fisik, tumbuh kembang/psikologis secara
langsung ataupun rehabilitasi, sehingga remaja memiliki tempat di
pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan data terkait aggregate
remaja menjadi lengkap.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Anderson JE, Jorenby DE, Scott WJ, Fiore MC. (2002). Community Health
Nursing : Promotion & Protecting The Public‟s Health. Seventh Edition.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Allender, Judith A., Rector, Cherie, & Warner, Kristine D., (2010), Community
Health Nursing Promoting and Protecting The Public‟s Health, 7th
Edition, Philadelphia ; Lippincott Williams & Wilkins.
Allender, J. A., & Spradley, B.W. (2010). Community Health Nursing: Promoting
& Protecting The Public‟s Health. sixth Edition. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Allender, J. A., & Spradley, B.W. (2005). Community Health Nursing: Promoting
& Protecting The Public‟s Health. sixth Edition. Philadelphia: Lippincott.
Aslan Dilek & Sahin Ayten (2007). Adolescent peer and anti-smoking activities.
Promotion and Educations 2007, 14, 1- Pg.36 Proquest Nursing & Allied
Health Source.
Ashari, Muhammad Fatkhan (2010), Peran Dan Tugas Guru Dalam Manajemen
Sekolah Dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Jurusan
Sejarah,Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Badan Narkotik Kota Depok. (2008). Laporan tahunan Badan Narkotik Kota
Depok Tahun 2008. Depok: BNK
Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Biro Pusat Statistik Kota Depok, 2004, Depok Dalam Angka, Pemerintah Kota
Depok.
Depkes RI. (2003), Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Dirjen
Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI, (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI, (2007), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Depkes RI. Jakarta.
Elligot, Deborah, Katheleen Leask Capitulo, Diana Lynn Morris & Elizabeth R.
Click, (2010). The Effect of a Holistic Program on Health-Promoting
Behavior in Hospital Registered Nurse. Journal of Holistic Nursing,
American Holistic Nurses Assocoation, Vo. XX. X,2010.
Ennett, S. T., Rosenbaum, D. P., Flewelling, R. L., Bieler, G. S., Ringwalt, C. L.,
& Bailey, S. L. (1994). Long-term evaluation of Drug Abuse Resistance
Education. Addictive Behaviors, 19(2), 113–125.
Friedman, Marilyn M., Bowden, Vicky R, & Elaine G, Jones, (2003), Family
Nursing ; Research, Theory, & Practice, Fifth Edition, New Jersey ;
Prentice Hall.
Friedman, M., Bowden, V. r., & Jones, E.G. (2010). Family Nursing : Research,
Theory & Practice. Connectius : Appleton & Lange.
Green, L.W., & Kreuter, M.W. (2000). Health promotion planning an educational
and environmental approach. (2nd ed.). Mountain View: Mayfield
Publishing Company.
Harlina & Satya Joewana. (2008). Belajar Hidup Bertanggung Jawab, Menangkal
Narkoba dan Kekeraasan. Cet. 3. Jakarta : Balai Pustaka.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
caring in action. Albani : Delmas Publisher.
Janis Irving L & Mann Leon. (1985). Decision Making A Psychological Analysis
of Conflict, Choice, and Commitment. London: The Free Press.
Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2006), Leadership Roles And Roles Management
Functions In Nursing: Theory And Application. 5th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Nies, M.A., and McEwan, M. (2007). Community health nursing: promoting the
health of population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis Company.
Peraturan Daerah Kota Depok No. 03 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa
Rokok.
Pender, N.J., Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A. (2006). Health promotion in
nursing practice. (4th ed). New Jersey: Prentice Hall
Rosenstock, Irwin M., (1974). The Health Belief and Preventive Health
Behavior. Health Education Monograph, 2(4): 354.
Santrock, John W., (2011), Life – Span Development, Thirteenth Edition, New
York; McGraw-Hill.
Saucier, L.K., Janes, S., (2009). Community health nursing; caring for the
public‟s health. Second edition. USA: Jones and Bartlett Publisher, LLC
Setiadi dan Nugroho. (2003). Perilaku konsumen konsep dan impplikasi untuk
strategi dan Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta
Stanhope, Marcia & Lancaster, Jeannette (2004), Community and Public Health
Nursing, Sixth Edition, Mosby.
Siregar, R.A. (2006). Harga Diri Pada Remaja Obesitas. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Velicer, W.F., Rossi, J.S., Prochaska, J.O., & DiClemente, C.C. (1996). A
criterion measurement model for health behavior change. Addictive
Behaviors, 21, 555-584. PMID: 8876758.
Wahyuni, Dwi & Rahmadewi, (2011), Kajian Profil Penduduk Remaja, Jakarta :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).