Minggu III
GANGGUAN PERKEMBANGAN
PSIKOLOGIS DAN ASSESSMENT
PSIKOLOGIS
OLEH
ARSY CAHYA RAMADHANI
H1A 012 008
Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber
jurnal dan buku terkait dengan Gangguan Perkembangan Psikologis dan Assessment
Psikologis. Dan harapan saya nantinya tugas ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri ini.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya.
Penyusun
2|page
PENDAHULUAN
Gangguan perkembangan merupakan sekelompok kondisi karena adanya penurunan
daerah fisik, belajar, bahasa, atau perilaku. Kondisi ini dimulai pada periode perkembangan,
dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari, dan biasanya berlangsung sepanjang hidup seseorang
(CDC. 2015).
Kemampuan seperti menginjakkan langkah pertama, tersenyum untuk pertama
kalinya, dan melambaikan tangan merupakan tahap perkembangan. Anak-anak mencapai
milestone saat mereka bermain, belajar, berbicara, berperilaku, dan bergerak (misalnya,
merangkak dan berjalan). Milestone perkembangan memberikan gambaran umum tentang
perubahan yang diharapkan seiring dengan pertambahan usia anak (CDC. 2015).
Gangguan perkembangan bisa terjadi kapan saja selama periode perkembangan dan
biasanya berlangsung sepanjang hidup seseorang. Kebanyakan cacat perkembangan dimulai
sebelum bayi lahir, tetapi beberapa dapat terjadi setelah lahir bias disebabkan karena cedera,
infeksi, atau faktor lainnya (CDC. 2015).
Gangguan perkembangan diduga disebabkan oleh berbagai factor yang kompleks.
Faktor-faktor ini termasuk genetika; kesehatan orangtua dan perilaku (seperti merokok dan
minum beralkohol) selama kehamilan; komplikasi selama kelahiran; infeksi ibu selama
kehamilan atau infeksi bayi; pengaruh lingkungan, seperti timah (CDC. 2015).
3|page
ISI
Gangguan-gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologi
umumnya mempunyai gambaran, onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak,
adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan
kematangan biologis dari susunan saraf pusat, berlangsung secara terus-menerus tanpa
adanya remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Yang khas adalah
hendaya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun deficit yang
lebih ringn sering menetap sampai masa dewasa) (Maslim Rusdi. 2001)
Pedoman Diagnositik
Gangguan perkembangan khas dimana penggunaan suara untuk berbicara dari anak,
berada di bawah tingkat yang sesuai dengan usia mentalnya, sedangkan tingkat
5|page
Terlambat bicara / late talking merupakan indikator perkembangan bahasa pada usia
2 tahun, dan merupakan faktor risiko terjadinya kelemahan kemampuan berbahasa
selanjutnya (Poll GH. 2013).
Pedoman Diagnostik
pengertian bahasa dalam batas-batas normal., dengan atau tanpa gangguan artikulasi.
Meskipun terdapat variasi individual yang luas dalam perkembangan bahasa yang
normal, tidak adanya kata atau beberapa kata yang muncul pada usia 2 tahun, dan
ketidak-mampuan dalam mengerti kata majemuk sederhana pada usia 3 tahun, dapat
terganggu.
Sebagai kompensasi dari kekurangannya, anak akan berusaha berkomunikasi dengan
menggunakan demonstrasi, lagak (gesture), mimic, atau bunyi yang non bahasa.
Kegagalan dalam member respons terdapat nama yang familiar (tidak adanya
petunjuk non verbal)pada ulang tahun yang pertama, ketidakmampuan dalam
identifikasi beberapa objek yang sederhana dalam usia 18 bulan, atau kegagalan
dalam mengikuti instruksi sederhana pada usia 2 tahun, dapat dicatat sebagai tandatanda dari kelambatan. Di kemudian hari kesulitan-kesulitan mencakup ketidak
mampuan untuk mengerti struktur tata bahasa (bentuk kalimat negative, pertanyaan,
perbandingan dsb) dan kekurangan dalam mengerti aspek penghalus dari bahasa
7|page
Gangguan emosi dan perilaku sering menyusul beberapa bulan setelah pertama kali
mengalami gangguan berbahasa, tetapi hal itu cenderung membaik pada saat anak
mendapatkan cara-cara berkomunikasi.
scholastic skills).
Gangguan dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung dari gangguan yang lain
(seperti retardasi mental, deficit neurologis yang besar, masalah visus dan daya denger
uang tidak terkoreksi, atau gangguan emosional), walaupun mungkin terdapat
Pedoman Diagnostik
8|page
d. Harus tidak ada faktor luar yang dapat menjadi alas an untuk kesulitan skolastik
(misalnya: kesempatan belajar, sistem pengajaran, pindah sekolah, dsb);
e. Tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tidak
terkoreksi.
Dengan petunjuk diatas, diagnosis gangguan perkembangan belajar khas harus
berlandaskan temuan positif dari gangguan kinerja skolastik yang secra klinis
bermakna, yang berkaitan dengan faktor-faktor dalam (intrinsic) dari perkemabngan
anak.
Kemampuan membaca anak harus secra bermakna lebih rendah tingkatannya daripada
kemampuan diharapkan berdasarkan pada usianya, inteligensia umum, dan tingkatan
sekolahnya.
Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat gangguan
Gangguan utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna dalam
perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat gangguan membaca khas, yang
bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental, masalah ketajaman penglihatan,
pendengaran atau fungsi neurologis, dan juga bukan didapatkan sebagai akibat
Gangguan ini meliputi hendaya yang khas dalam kemampuan berhitung yang tidak
dapat diterangkan berdasarkan adanya retardasi mental umum atau tingkat pendidikan
di sekolah yang tidak adekuat. Kekurangannya ialah penguasaan pada kemampuan
dasar berhitung yaitu tambah, kurang, kali, bagi (bukan kemampuan matematika yang
Keterampilan membaca dan mengeja harus dalam batas normal sesui dengan umur
mental anak.
Kesulitan dalam berhitung bukan disebabkan oleh pengajaran yang tidak adekuat,
atau efek langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi naurologis,
dan tidak didapatkan sebagai akibat dari gangguan naurologis, gangguan jiwa, atau
gangguan lainnya.
fungsi neurologis.
Gangguan yang memenuhi criteria pada F81.2, F81.0 atau F81.1
Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan
kordinasi motorik yang tidak semata-mata disebabkan oleh retardasi mental atau
gangguan neurologi khas baik yang didapat atau yang kongenital (selain dari yang
secara implicit ada kelainan koordinasi). Sesuatu yang biasanya bahwa kelambanan
motorik dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas
kognitif visuo-spasial.
Koordinasi motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus secara bermakna di
bawah rata-rata dari yang seharusnya berdasarkan usianya dan intelegensia umum.
Keadaan ini terbaik dinilai dengan tes baku dari koordinasi motorik.
Kesulitan dalam koordinasi harus sudah tampak sejak dalam fase perkembangan
awal(bukan merupakan hendaya yang didapat), dan juga bukan akibat langsung dari
gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari gangguan neurologis lainnya.
11 | p a g e
Jangkauan dari gangguan yang meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat
luas, dan pola hendaya motorik bervariasi sesuai usia. Tahap perkembangan motorik
dapat terlambat dan dapat berkaitan dengan kesulitan berbicara (khususnya mengenai
gangguan artikulasi). Anak tampak aneh cara berjalannya, lambat belajar berlari,
meloncat dan naik turun tangga. Terdapat kesulitan belajar mengikat tali sepatu,
memasang dan melepaskan kancing, serta melempar dan menangkap bola. Anak
tampak lamban dalam gerak halus dan kasar, benda yang dipegang mudah jatuh,
terjatuh, tersandung, menabrak, dan tulisan tangan tangan yang buruk. Tak pandai
menggambar, dan sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan peralatan
konstruksional, menyusun bentuk bangunan, membangun model, main bola serta
menggambar dan mengerti peta. Sering disebut juga the Clumsy Child Syndrome.
Kesulitan bersekolah dapat dijumpai dan kadang-kadang tarafnya sangat berat, dalam
beberapa kasus terdapat juga masalah perilaku sosio-emosional, tetapi frekuensi dan
bahwa lintasan perkembangan dapat diubah secara positif, khususnya yang berkaitan dengan
bahasa dan perkembangan kognitif. Komite ahli merekomendasikan program pendidikan
untuk anak-anak prasekolah dengan gangguan perkembangan pervasif dilakukan setidaknya
25 jam /minggu (Chakrabarti. 2005).
Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial
yang timbal balik dan dalam pola komunikasi serta minat dan aktivitas yang terbatas,
stereoptik, berulang. Kelainan kualitatif ini menunjukkan gambaran yang pervasive dari
fungsi-fungsi individu dalam semua situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat
keparahannya.
Gangguan perkembangan pervasif ditandai dengan beberapa gangguan dalam domain
komunikasi sosial, interaksi sosial serta aspek lain dari perkembangan seperti bermain
simbol. Peran obat dalam mengobati gangguan perkembangan pervasift sangat terbatas,
berbagai intervensi psikologis telah dikembangkan untuk menangani gangguan ini. Beberapa
di antaranya memiliki dukungan empiris yang kuat, beberapa bersifat kontroversial (Poddar S
et al. 2014).
Gangguan perkembangan pervasive yang ditandai oleh adanya kelainan dan atau
hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3tahun dan dengan cirri kelainan
fungsi dalam tiga bidang interaksi soasial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan
berulang.
Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya, tetapi bila
ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3 tahun, sehingga
diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya (sindrom) dapat di
menggunakan isyarat sosial dan integrasi yang lemah dalam perilaku sosial,
emosional dan komunikatif, dan khususnya kurangnya respons timbale balik sosio-
emosional.
Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini berbentuk
kurangnya penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki di dalam hubungan sosial,
hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi sosial, keserasian yang buruk dan
kurangnya interaksi timbale balik dalam percakapan, buruknya keluwesan dalam
bahasa ekspresif dan kreatifitas dan fantasi dalam proses piker yang relatif kurang,
kurangnya respon emosional terhadap ungkapan verbal dan non-verbal orang lain,
hendaya dalam menggunakan variasi irama atau penekanan sebagai modulasi
komunikatif, dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau member arti
Gangguan perkembangan pervasive yang berbeda dari autism dalam hal usia onset
maupun tidak terpenuhnya ketiga kriteria diagnostik. Jadi kelainan dan atau hendaya
perkembangan menjadi jelas untuk pertama kalinya pada usia setelah 3 tahun, dan
atau tida cukup menunjukkan kelinan dalam satu atau dua dari tiga bidang
14 | p a g e
psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme (interaksi sosial timbale balik,
komunikasi, dan perilaku terbatas stereotipik, dan berulang) meskipun terdapat
-
penjuluran lidah dan air liur yang menetes, dan kehilangan dalam ikatan sosial.
Secara khas tampak anak tetap dapat senyum sosial (social smile), menatap
seseorang dengan kosong, tetapi tidak terjadi interaksi sosial dengan merekapada
sosial.
Biasanya terjadi regresi yang berat atau kehilangan kemampuan berbahasa, regresi
dalam kemampuan bermain, keterampilan sosial, dan perilaku adaptif, dan sering
dengan hilangnya pengendalian buang air besar atau kecil, kadang-kadang disertai
autism.
Dalam hal-hal tertentu sindrom ini mirip dengan dementia pada orang dewasa, tetapi
berbeda dalam tiga hal biasanya tidak ada bukti penyakit atau kerusakan organic yang
dapat ditemukan 9walaupun beberap tipedisfungsi otot organic dapat ditelesuri),
kehilangan keterampilan dapat diikuti dengan beberapa derajat perbaikan, hendaya
dalam fungsi sosial dan komunikasi mempunyai kualitas lebih berciri autistic daripada
kemunduran intelektual.
F84.4 Gangguan Aktivitas Berlebih Yang Berhubungan dengan Retardasi Mental dan
Gerakan Stereotipik
Pedoman diagnostik :
- Diagnosis ditentukan oleh kombinasi antara perkembangan yang tak serasi dari
-
c. Adanya pola perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas, berulang dan
-
stereotipik.
Mungkin terdapat atau tidak terdapat masalah dalam komunikasi yang sama seperti
yang berkaitan dengan autism, tetapi terdapatnya keterlambatan berbahsa yang jelas
akan menyingkirkan diagnosis ini.
F84.8 Gangguan Perkembangan Pervasif Lainnya
F84.9 Gangguan Perkembangan Pervasif YTT
Keberhasilan intervensi dimulai dengan penilaian yang tepat. Langkah pertama adalah
17 | p a g e
menggunakan tugas analisis, dan setiap langkah yang diajarkan menggunakan teknik perilaku
seperti shaping, prompting, and chaining. Selain itu, untuk mengurangi perilaku maladaptive
digunakan tehnik punishment dan differential reinforcement. Rangsangan aversif tidak
berkondisi seperti semprotan air langsung pada wajah atau centang ringan atau bau
menyengat mungkin bisa berhasil dalam pengelolaan perilaku. Stimulus aversif terkondisi,
koreksi berlebihan dan interupsi respon dan pengarahan ulang merupakan metode lain,
nantinya sangat berguna dalam mengurangi stereotypy vokal dan meningkatkan vokalisasi
yang tepat ((Poddar S et al. 2014).
Assessment
Komponen Assessment penting untuk mendiagnosis Gangguan perkembangan pervasive
(Vermont. 2009)..
1. Riwayat dari berbagai sumber, diantaranya:
18 | p a g e
gangguannya;
riwayat perkembangan, khususnya dari lahir sampai usia enam tahun,
mengenai
termasuk:
i. kehamilan dan riwayat perinatal;
ii. komunikasi, motorik dan adaptif milestone;
iii. riwayat regresi;
iv. tingkat perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi / bermain,
riwayat pengobatan
Masalah kejiwaan termasuk:
i. suasana hati dan kecemasan
ii. perhatian, gelisah, dan impulsif
iii. tics dan perilaku obsesif-kompulsif
iv. gangguan kepribadian
v. masalah perilaku
vi. stresor psikososial atau trauma
vii. riwayat pengobatan
viii. factor herediter, mengenai gangguan perkembangan, belajar dan
psikologi.
2. Wawancara sistematik dengan pengasuh utama (sangat direkomendasikan untuk
penggunaan alat standar seperti Autism Diagnostic Interview-Revised (ADI-R).
3. Pengamatan sistematis pada perilaku sosial dan komunikatif dan bermain (dianjurkan
menggunakan alat standar seperti Autism Diagnostic Observation Scale (ADOS)).
4. Penilaian interaksi terhadap rekan, baik melalui pengamatan langsung, rekaman
video, deskripsi narasi dan / atau alat standar (misalnya Sosial Responsiveness skala,
Skill Sosial Rating System, dll).
5. Untuk anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa yang dapat melaporkan gejala,
wawancara klinis.
6. Penilaian multidisiplin lain yang relevan
assessment psikologis: tingkat kognitif dan fungsi adaptif
19 | p a g e
indikasi.
7. Formulasi diagnostic klinis yang komprehensif, berdasarkan kriteria dalam versi saat
ini dari Diagnostik dan Statistik Manual untuk Gangguan Mental (DSM Saat-IV-TR)
(Vermont. 2009).
20 | p a g e
PENUTUP
Gangguan-gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologi
umumnya mempunyai gambaran, onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak,
adanya hendaya atau kelambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan
kematangan biologis dari susunan saraf pusat, berlangsung secara terus-menerus tanpa
adanya remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwaKondisi ini dimulai
pada periode perkembangan, dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari, dan biasanya
berlangsung sepanjang hidup seseorang . Gangguan perkembangan bisa terjadi kapan saja
selama periode perkembangan dan biasanya berlangsung sepanjang hidup seseorang.
Gangguan perkembangan diduga disebabkan oleh berbagai factor yang kompleks. Faktorfaktor ini termasuk genetika; kesehatan orangtua dan perilaku (seperti merokok dan minum
beralkohol) selama kehamilan; komplikasi selama kelahiran; infeksi ibu selama kehamilan
atau infeksi bayi.
21 | p a g e
Daftar Pustaka
CDC. 2015. Facts About Developmental Disabilities. Centers for Disease Control andm
Prevention. Available at
http://www.cdc.gov/ncbddd/developmentaldisabilities/facts.html
Chakrabarti. 2005. Pervasive Developmental Disorders in Preschool Children: Confirmation
of High Prevalence. Am J Psychiatry ; 162:11331141
Levi SV. 2013. The Development of Language-Specific and Language Independent Talker
Processing. J Speech Lang Hear Res; 56(3): 913920.
Maslim Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ
III. Bagian Ilmu Kedikteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta
Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ-III),
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayan Medik, 1993. Cetakan
Pertama
Poddar S et al. 2014. Psychological interventions in pervasive developmental disorder: An
overview. Ind Psychiatry J.; 23(2): 94100.
Poll GH. 2013. Late talking, typical talking, and weak language skills at middle childhood.
Learn Individ Differ; 26: 177184.
Preston JL. 2013. Preschool speech error patterns predict articulation and phonological
awareness outcomes in children with histories of speech sound disorders. Am J
Speech Lang Pathol. 2013 May ; 22(2): 173184.
Vermont. 2009. Best Practice Guidelines for the Diagnosis of Pervasive Developmental
Disorders 2009. Department of Disabilities, Aging and Independent Living.
Available at: http://www.ddas.vermont.gov/ddas-policies/policiesdds/policies-dds-documents/guidelines-diagnosis-of-pdd
22 | p a g e