psikosis masa kanak-kanak (childhood schizophrenia autism), tuli kongentinal, palsi serebral berat,
depresi social (deprivasi maternal, deprivasi lingkungan, isolasi sosial, stimulasi yang tidak adekuat)
dan penyebab lain (over proteksi maternal). Penyebab gangguan berbahasa secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Kelainan genetic
Gen FOXP2 diduga menjadi penyebab gangguan perkembangan otak yang berhubungan
dengan bahasa
b. Kerusakan sel otak
Peda penelitian post mortem orang dengan gangguan berbahasa yang dilakukan secara
pencitraan radiologis ternyata didapatkan adanya peningkatan ectopias (sel yang berlebihan
dan menempati tempat yang salah) pada otak dan dispasia (perubahan sel menjadi besar
dan merusak membrane sel otak)
c. Kesimetrisan hemisfer
Anak dengan gangguan berbahasa juga memiliki hemisfor otak yang cenderung simetris,
bahkan hemisfer kiri yang dominan untuk berbicara ditemukan lebih kecil. Struktur otak
yang spesifik pada anak dengan gangguan berbahasa tidak terjadi namun pada anak yang
memiliki struktur otak seperti diatas beresiko tinggi mengalami gangguan berbahasa
d. Herediter
DSMV mengemukakan tingginya angka kejadian gangguan berbahasa pada anak keluarga
yang memiliki Riwayat yang sama.
Secara umum gangguan berbahasa dapat dikelompokkan menjadi gangguan yang berhubungan
dengan:
1. Defisit kognitif atau lingkngan
2. Autism dan gangguan perkembangan
3. Gangguan pendengaran
4. Factor social atau lingkungan
5. Gangguan atau penyakit lain
Bishop dan Rosenbloom (1989) menguraikan 2 kategori kelainan berbahasa yaitu dari pendekatan
medis dan dari pendekatan linguistic, pendekatan medis berasal dari kemungkinan etiologi
sedangkan linguistic berasal dari perilaku berbahasa. Kedua kategori tersebut dapat digunakan
secara bersamaan.
a. Pendekatan medis berdasarkan adanya defek pada organ bicara, gangguan pendengaran,
disfungsi susunan saraf pusat prenatal atau perinatal maupun disfungsi yang didapat,
gangguan emosi atau perilaku, pengaruh lingkungan serta factor etiologi yang tidak jelas.
b. Pendekatan linguistic dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu gangguan reseptif atau
komprehensi Bahasa dan gangguan ekspresif atau produksi Bahasa (fonologi, sintaks,
semantic, pragmatic)
Jenis gangguan Bahasa berdasarkan diagnostic and statistical manual of mental disorder-V (DSM-V)
merupakanbagian dari gangguan komunikasi yang berdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a. Gangguan Bahasa. Merupakan dfisit persisten dalam komprehensi atau produksi Bahasa,
sehingga anak tidak dapat berkomunikasi sesuai anak seusianya. Gangguan ini mulai terjadi
pada masa perkembangan awal dan tidak disebabkan oleh gangguan atau kondisi lainnya.
b. Gangguan Bicara Suara. Merupakan defisit persisten produksi suara untuk bicara, tidak
sesuai usia, dan di bawah usia perkemabngan normal, bukan karena gangguan system lain
seperti saraf atau pendengaran.
c. Gangguan Kefasihan Onset Anak (Gagap). Merupakan gangguan pola bicara normal dan
kefasihan yang mempengaruhi prestasi.
d. Gangguan Komunikasi Sosial (Pragmatis). Merupakan deficit primer dalam memahami dan
mengikuti praktik sosial dari komunikasi verbal dan non verbal yang pada keadaan normal,
secara fungsional mengganggu anak, tidak dijelaskan secara lebih baik oleh jenis defisit
lainnya.
e. Gangguan Komunkasi yang Tidak Terspesifikasi. Terdapat gejala gangguan komunikasi yang
signifikan secara klinis, namun tidak cocok dengan kriteria dari semua gangguan komunikasi
atau saraf dan perkembangan, serta klinis tidak memberikan alasan spesifik.
Kesepakatan definisi tentang adanya gangguan atau keterlambatan sampai saat ini belum ada.
Definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Skrining merupakan hal penting dan sederhana untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami
gangguan dalam berbahasa atau berbicara. Skrining yang dilakukan harus bersifat sederhana dan
mudah serta membutuhkan waktu yang singkat. Evaluasi dan intervensi diperlukan bila pada skrining
ditemukan adanya gangguan atau kelainan.
Identifikasi dini dan diagnosis yang akurat sebaiknya dilakukan pada usia di bawah tiga tahun.
Pemahaman mengenai perkembangan bicara yang spesifik, mengenali tanda-tanda kesulitan bicara
dan tahapan yang harus dilakukan jika ada gangguan sangat diperlukan untuk dapat mengidentifikasi
gangguan bicara.
Anamnesis Riwayat penyakit yang lengkap dan pemeriksaan fisik merupakan kunci penegakan
diagnosis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Dokter spesialis IKFR akan melakukan penilaian kapasitas
fungsional yang diakibatkan oleh penyakit. Diagnosis fungsional menjadi dasar perencanaan
program penatalaksanaan terapeutik dan tujuan fungsional yang dapat dicapai.
Riwayat medis
Data diagnostic medis dan prognosis didapatkan dari diagnosis yang sudah ditegakkan
oleh spesialis yang berhubungan (Spesialis anak, THT, mata, jiwa, dan lain-lain)
Paparan terhadap zat teratogenic (alcohol, obat-obatan, infeksi virus dan lain-lain)
Pertumbuhan anak
Riwayat perawatan di unit intensif pada masa neonates
Obat0obatan yang dikonsumsi anak
Terapi yang sudah pernah dijalanakan
Riwayat perkembangan
Keterampilan motoric (kasar, halus, oromotor)
Berbahasa (bicara) : penilaian ekspresif, represif dan penglihatan
Kognitif
Psikososial
Aktivitas bermain (jenis, level, alat permainan)
Perkembangan personal atau sosial: kontak mata, perilaku repetif/berulang, terpaku
pada benda-benda tertentu
Psokososial (kontak sosial)
Kegiatan luar sekolah (ekstrakurikuler)
2. Observasi perilaku terutama dilakukan pada fungsi komunikasi yang meliputi kemampuan
berbicara dan berbahasa, baik terhadap anak sebayanya maupun dengan orang dewasa.
INTERVENSI
Tujuan seorang klinis Bahasa dan komunikasi dan komunikasi dalam memberikan intervensi tidak
hanya mengajar berbahasa namun melatih anak menjadi komunikator yang baik. Tujuan terapi pada
anak perlu diidentifikasi dengan jelas dan didefinisikan dengan hasil yang dapat diukur. Tidak ada
jenis intervensi bicara atau Bahasa yang terbaik untuk semua anak. Jenis intervensi ditujukan
langsung pada permasalahan komponen tertentu dari Bahasa (seperti pengucapan dan tata Bahasa),
karena perbaikan dalam satu area tidak selalu menyebabkan perbaikan pada area lainnya. Intervensi
hendaknya juga memperhatikan tingkat perkembangan dan Bahasa. Kekuatan dan kebutuhan anak
tersebut.
Intervensi dini dapat mempercepat perkembangan Bahasa anak secara keseluruhan dan
memberikan hasil fungsional jangka Panjang yang lebih baik. Evaluasi menyeluruh dan uji fungsi yang
tepat, penting untuk membandingkan kemajuan anak dengan perkembangan anak lain seusianya.
Evaluasi menyeluruh sebaiknya dilakukan setidaknya satu kali dalam setahun.
Dokter spesialis IKFR harus mempertimbangkan hal-hal di bawah ini untuk menentukan jenis
intervensi gangguan bicara pada anak:
Diagnosis penyakit yang menyebabkan gangguan fungsi gerak, bicara dan kognitif
Prognosis penyakit
Proses penyembuhan penyakit
Plastisitas otak
Karakteristik perkembangan : motoric, bicara Bahasa, kognitif
Proses belajar
Modal dasar yang masih dimiliki anak
Status Kesehatan anak (mis: nutrisi, kardiorespirasi, medikamentosa)
Pencegahan komplikasi
Pendekatan langsung diberikan secara individu yaitu anak dilatih oleh satu terapis, sedangkan
beberapa ahli lainnya memberikan terapi secara berkelompok yang terdiri atas gabungan beberapa
anak dengan gangguan perkembangan Bahasa yang sama. Jenis terapi ini dapat dilakukan di rumah
(program pelatihan di rumah) atau di lokasi lainnya (kantor, sekolah, tempat penitipan anak atau di
sarana masyarakat).
Pilihan pemberian terapi individu, bergantung pada beberapa factor yaitu sesuai dengan kebutuhan
anak dan kondisi keluarga anak, factor ini meliputi usia dan tingkat perkembangan anak, tipe dan
beratnya derajat gangguan komunikasi, gangguan Kesehatan atau keterlambatan perkembangan
lainnya, pendekatan dan kemampuan keluarga dalam berkontribusi dalam Latihan, dan Bahasa yang
digunakan oleh anak dan keluarganya.
Intervensi lainnya adalah penedkatan kelompok yang terdiri atas dua orang anak atau lebih yang
mendapatkan intervensi yang sama. Intervensi dalam kelompok berkisar dari kelompok kecil, terdiri
atas dua orang anak, sampai skala kelompok besar dalam ruang kelas khusus. Ukuran, jumlah
anggota kelompok dan struktur kelompok dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan
kemampuan anak, Teknik terapi dan pengaturan tatalaksana pemberian terapi. Beberapa kelompok
terapi dapat mengikutsertakan orang tua.
AAC dapat meningkatkan kemampuan komunikasi, Bahasa dan belajar pada anak dengan gangguan
komunikasi, yang cukup berat. Efek intervensi AAC terhadap area perkembangan dapat dilihat pada
table 3 berikut.
KESIMPULAN
Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang perkembangan dan gangguan fungsi
komunikasi. Program habilitas atau rehabilitasi terhadap fungsi komunikasi merupakan hal yang
sangat penting dalam perkembangan seorang anak, karena kemampuan komunikasi merupakan
salah satu indicator keberhasilan seorang anak dalam menghadapi tantangan hidupnya.