Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR PENYEBAB

TERJADINYA BULLIYING

Disusun Oleh
NAMA : 1.Azmi Intan P.(05)
2.Nayla Nurfa’izzatul J.(25)
KELAS : X-7
MAPEL : Sosiologi
GURU MATA PELAJARAN : Anna Luthfiyah S.Pd

SMA NEGERI I KARANGBINANGUN


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa pula Shalawat serta Salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang insyaallah akan memberkati kita di hari akhir nanti.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi sebagai bahan
penambah pengetahuan dan informasi bagi pembacanya. Makalah ini kami susun dengan
segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Anna Luthfiyah S.Pd.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca agar nantinya kami dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi.

Karangbinangun, Mei 2023

Tim penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................... 5
1.4 Metode Penelitian........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6


2.1 Pengertian Bullying ..................................................................................... 6
2.2 Faktor Penyebab Bullying .......................................................................... 6
2.3 Dampak Kasus Bullying ............................................................................ 8
2.4 Pengaruh Teori Kontrol Sosial terhadap Kasus Bullying ............................ 10
2.5 Solusi Kasus Bullying .................................................................................. 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 16


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16
3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang disengaja dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap
seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah (Soetjipto,
2012)Salah satu riset yang telah dilakukan oleh LSM Plan International dan International
Center for Research on Women (ICRW) yang di unggah awal Maret 2015 ini menunjukkan
hasil fakta mencengangkan terkait kekerasan anak di sekolah. Di tingkat Asia, kasus bullying
yang terjadi pada siswa di sekolah mencapai angka 70% (Qodar, 2015).

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2016) mengidentifikasi kasus yang


mengacu pada klaster perlindungan anak dari tahun 2011-2016. KPAI menyebutkan angka
korban bullying di atas 50 sejak 2011-2016. Terakhir, pada tahun 2016 angka korban mencapai
81. Angka tersebut ditemukan pada kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Untuk
angka pelaku bullying, KPAI (2016) menemukan jumlah di atas 40 orang. Pada tahun 2016,
jumlah pelaku bullying di lingkungan sekolah mengalami kenaikan menjadi 93 orang. 1

Kasus bullying kini marak terjadi, tidak hanya di masyarakat namun kasus ini terjadi di
dunia pendidikan yang membuat berbagai pihak semakin prihatin termasuk komisi
perlindungan anak. Berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir kejadian bullying di sekolah
termasuk salah satunya komnas perlindungan anak mendesak ke pihak sekolah untuk lebih
melindungi dan memperhatikan murid-muridnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan kasus bullying?
2. Faktor apa sajakah yang menjadi penyebab adanya kasus bullying?
3. Apa sajakah dampak dari adanya kasus bullying?
4. Bagaimanakah pengaruh teori kontrol sosial terhadap kasus bullying?
5. Bagaimanakah solusi yang dapat dilakukan atas kasus bullying?
2

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kasus bullying


2. Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab kasus bullying
3. Untuk mengetahui dan memahami dampak kasus bullying
4. Untuk mengetahui dan memahami keterkaitan antara kasus bullying dengan teori
kontrol sosial
5. Untuk mengetahui dan memahami solusi dari kasus bullying

1.4 Metode Penelitian

1. Lokasi : SMAN 1 KARANGBINANGUN


2. Waktu : -
3. Teknik Pengumpulan Data : Kualitatif (Observasi)
3
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kasus Bullying

Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan


segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau
sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Bullying adalah perbuatan tidak baik yang
dilakukan oleh seseorang atau lebih kepada orang lainnya. Perbuatan tidak baik yang dimaksud
bisa berupa hal-hal yang menyakiti secara fisik, seperti memukul, mendorong, dan lain-lain.

Berdasarkan penelitian SEJIWA (Semai Jiwa Amini) tahun 2008, bullying diilhami
dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti `banteng’ yang suka menanduk. Bullying adalah
perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang
seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri.

Olweus (1999) mendefinisikan bullying sebagai masalah psikososial dengan menghina


dan merendahkan orang lain secara berulang-ulang dengan dampak negatif terhadap pelaku
dan korban bullying di mana pelaku mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan korban. 2

School bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang
atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih
lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut (Levianti, 20).

2.2 Faktor Penyebab Kasus Bullying


Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti, 2011) dan Kholilah (2012), penyebab terjadinya
bullying antara lain :3

a. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah seperti orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stres, agresi, dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak
5

ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar
bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying.

b. Sekolah

Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama
anggota sekolah.

c. Faktor Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam
usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun
mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Faktor internal penyebab terjadinya bullying :

a. Karakteristik kepribadian

Menurut para ahli Yinger dan Cuber dalam Rafdi, 2012 kepribadian adalah
keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan dari
sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Kepribadian seseorang yang baik
sangat mendukung terbentuknya karakter yang baik dan sebaliknya. Jika karakteristik
mewarnai semua aktifitas yang dilakukan seseorang, maka kepribadian adalah akibat dari
semua aktivitas itu.

b. Pengalaman masa lalu

Pengalaman anak adalah suatu kejadian yang telah dialami anak di masa lalu.
Pengalaman anak terhadap bullying pada masa lalu dapat menjadikan anak sebagai pelaku
bullying di kemudian hari. Anak cenderung melakukan bullying setelah mereka sendiri pernah
disakiti oleh orang yang lebih kuat. Anak yang sering menjadi korban bullying, kemungkinan
6

besar akan ikut melakukan bullying, atau setidaknya menganggap bullying sebagai hal wajar
dan akan membiarkan bullying terjadi begitu saja di lingkungannya tanpa melakukan tindakan
untuk menghentikannya (sikap positif terhadap bullying) (Levianti, 2008).

c. Pola asuh

Brooks (2011) mendefiniskan bahwa pola asuh adalah sebuah proses dimana orang tua
sebagai individu yang melindungi dan membimbing dari bayi sampai dewasa serta orang tua
juga menjaga dengan perkembangan anak pada seluruh periode perkembangan yang panjang
dalam kehidupan anak untuk memberikan tanggung jawab dan perhatian yang mencakup :
kasih sayang dan hubungan dengan anak yang terus berlangsung, kebutuhan material seperti
makanan, pakaian dan tempat tinggal, disiplin yang bertanggung jawab, menghindarkan diri
dari kecelakaan dan kritikan pedas serta hukuman fisik yang berbahaya, pendidikan intelektual
dan moral, persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa, mempertanggung
jawabkan tindakan anak pada masayarakat luas. Berdasarkan definisi pengasuhan di atas dapat
disimpulkan bahwa pola asuh merupakan suatu proses perlakuan yang diaplikasikan oleh orang
tua kepada anak yang terbentuk oleh budaya dan lingkungan sekitar yang berlangsung seumur
hidup, terikat, berproses, setulus hati dan penuh kasih sayang.

2.3 Dampak Kasus Bullying

Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak terbesar
dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013). Dampak yang dialami oleh korban bullying
adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang
rendah (low psychological well-being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah
diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan (Akbar, 2013). Bullying
merupakan tindakan intimidasi bagi anak. Intimidasi secara fisik ataupun verbal dapat
menimbulkan depresi. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan dengan meningkatnya
perilaku bunuh diri (Firmiana, 2013).4

Dampak bullying yang paling mudah dikenali adalah yang muncul dalam jangka
pendek. Sebagai korban, baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami hal-hal di
bawah ini sebagai akibat bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.
7

1. Masalah Psikologis

Korban bully seringkali menunjukkan adanya gejala masalah psikologis, bahkan setelah
perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering muncul adalah depresi dan gangguan
kecemasan.Selain itu, efek bullying juga bisa menyebabkan gejala psikosomatis, yaitu masalah
psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik.Hal ini tidak hanya berlaku pada orang
dewasa, tapi juga anak-anak. Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak akan merasa
sakit perut dan sakit kepala, meski secara fisik tidak ada yang salah di tubuhnya. Hal inilah
yang disebut sebagai gejala psikosomatis.

2. Gangguan Tidur

Dampak negatif bullying yang juga bisa terlihat jelas adalah gangguan tidur. Para korban
bullying seringkali kesulitan untuk tidur yang nyenyak. Sekalipun bisa tidur, tidak jarang waktu
tersebut justru dihiasi dengan mimpi buruk.

3. Pikiran untuk Bunuh Diri

Dampak bullying bagi korban yang satu ini, tidak hanya bisa menghampiri pikiran
orangdewasa. Korban bullying berusia anak-anak dan remaja pun berisiko memiliki pikiran
untuk mengakhiri hidup. Tidak jarang ada laporan kejadian tentang anak berusia sekolah yang
meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-teman sepantarannya. Inilah
bahaya bullying yang harus orangtua waspadai.

4. Tidak Bisa Menyatu dengan Orang-orang Sekitar

Salah satu dampak akibat bullying yang perlu diwaspadai adalah kesulitan untuk menyatu
dengan orang-orang di sekitar.Anak maupun orang dewasa yang mengalami bullying, secara
tidak langsung ditempatkan pada status sosial yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini
membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, dan berujung pada
turunnya rasa percaya diri.

5. Gangguan Prestasi

Dampak dari bullying lainnya, yaitu anak cenderung akan mengalami kesulitan dalam
mencapai prestasi belajar. Mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak
masuk sekolah, dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang ada di sekolah.

6. Sulit Percaya Orang Lain


8

Dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan adalah sulit percaya dengan orang
lain.Saat seorang anak menjadi korban bully, ia semakin sulit untuk memercayai orang lain di
sekitarnya.Mungkin salah satu dampak buruk akibat dari bullying ini tidak terlihat saat korban
masih kecil. Namun, ketika beranjak dewasa, ia dapat kesulitan untuk membangun hubungan
dengan orang lain.Dampak bullying menurut para ahli ini bisa membuat anak mengalami
kegagalan saat berteman atau mencari pasangan di masa depan.

2.4 Pengaruh Teori Kontrol Sosial terhadap Kasus Bullying

Travis Hirschi (1969) mengembangan Teori Kontrol Sosial untuk dapat menjelaskan, mengapa
seseorang dapat taat pada peraturan dan norma. Menurut Hirschi kontrol sosial berpotensi
menentukan perilaku seseorang, agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan tersebut
(Adilla, 2009: 57). Hirschi menjelaskan bahwa social bonds meliputi (empat) unsur,
yaitu attachment, involvement, commitment, dan belief. Attachment diartikan sebagai
keterikatan seseorang pada orang lain (orang tua) atau lembaga (sekolah) dapat mencegah atau
menghambat yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan. Involvement berarti bahwa
frekuensi kegiatan seseorang akan memperkecil kecenderungan yang bersangkutan untuk
terlibat dalam kejahatan. Commitment diartikan bahwa sebagai suatu investasi seseorang
dalam masyarakat antara lain dalam bentuk pendidikan reputasi yang baik dan kemajuan dalam
bidang wiraswasta. Belif merupakan unsur yang mewujudkan pengakuan seseorang akan
norma-norma yang baik dan adil dalam masyarakat. 5

Dalam hubungannya dengan perilaku delinkuensi dan siklus bullying di sekolah,


maka faktor metode pendisiplinan dan pengajaran yang dilakukan oleh pihak sekolah dapat
mempengaruhi pola perilaku pelajar, disamping interaksinya dengan teman bermain. Pelajar
yang mempunyai komitmen rendah terhadap sekolah, juga berpotensi gagal dalam bidang
akademis dan rentan mempunyai perilaku menyimpang, bahkan bullying (Jenkins, 1995).
Keterlibatan (involvement) pada kegiatan pendidikan dan yang bersifat konvensional
(ekstrakulikuler, olah raga, organisasi, keagamaan, dan lain sebagainya), akan menempatkan
seorang pelajar untuk tetap berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat.

Seperti contoh kasus bullying ada ada di ruang lingkup taruna berikut ini, Aldama
Putra (19), seorang mahasiswa ATKP Makassar mengembuskan napas terakhirnya di Rumah
Sakit Sayang Rakyat Makassar, pada 5 Februari 2019. Meninggal dengan luka lebam.
9

disekujur tubuh, Aldama diketahui menjadi korban penganiayaan oleh seniornya.


Penganiayaan terjadi pada Minggu 3 Februari 2019, sekira Pukul 21.30 WITA. Tepatnya
Aldama dianiaya saat itu karena ia tidak mengenakan helm saat masuk ke lingkungan kampus
yang berada di Jalan Salodong, kecamatan Bringkanaya, Makassar.

“Jadi pelanggaran dan dilihat yang tidak menggunakan helm, di situlah ditegur, baru
dipanggil ke kamar salah satu senior. Dan di situlah terjadi kasus penganiyaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia,” ujar Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Wahyu
Dwi Ariwibowo. Muhammad Rusdi (21) ditetapkan sebagai tersangka akibat perbuatannya
tersebut. Penetapannya dilakukan setelah melakukan pemeriksaan secara maraton. Pihak
kepolisian pun telah memeriksa sebanyak 24 orang saksi lainnya, termasuk pihak kampus.

Kasus bullying tersebut mengindikasikan bahwa kontrol sosial yang terdapat pada
jenjang tinggi sekalipun belum bisa diterapkan apabila tiap individu yang melakukan
perbuatan perundungan belum mendapatkan edukasi yang cukup dan sistem sanksi yang
tegas, hal tersebut dapat terulang kembali apabila kasus-kasus perundungan hanya dianggap
sepele.

Dengan adanya kontrol sosial pada setiap lapisan individu, maka akan berpengaruh
pada setiap perilaku negatif terkait perundungan. Sebab, adanya tindakan pencegahan seperti
halnya pemberian edukasi mengenai dampak dari adanya perundungan atau bullying.

2.5 Solusi Yang Dapat Dilakukan untuk Kasus Bullying

Solusi dari adanya kasus bullying dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan-
pencegahan secara menyeluruh, dimulai dari anak, keluarga, sekolah, masyarakat.6

1. Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :


• Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying
• Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya
• Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi
(melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan,
melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)
2. Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan
memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :
10

• Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama


• Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan
cara beinterakasi antar anggota keluarga.
• Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak serta
mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi
• Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap
menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan
• Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet
dan media elektronik lainnya.
3. Pencegahan melalui sekolah
• Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada
murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti
bullying”.
• Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
• Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah
• Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
• Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
• Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah 5
4. Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang
peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan
Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat : PATBM).
11

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
➢ Bullying adalah perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang atau lebih
kepada orang lainnya. Perbuatannya yang tidak baik dapat berupa hal-hal yang
menyakiti secara fisik, seperti memukul, mendorong dan lain-lain.
➢ Faktor penyebab dari adanya kasus bullying meliputi keluarga, kelompok
sebaya, sekolah dan lain lain.
➢ Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak
terbesar dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013). Dampak yang
dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan
yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-
being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta
tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan (Akbar,
2013).
➢ Travis Hirschi (1969) mengembangan Teori Kontrol Sosial untuk dapat
menjelaskan, mengapa seseorang dapat taat pada peraturan dan norma.
Menurut Hirschi kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang,
agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan tersebut (Adilla, 2009: 57).
2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di
atas.
12

DAFTAR PUSTTAKA
Yaumil Navira Andini Putri.Pengaruh Kontrol Sosial Pada Perilaku Bullying.Universitas
Binus.2017.hlm 4
Sri Lestari, dkk.Perilaku Bullying. Universitas Lampung.2018.hlm 6
Ella Zain, dkk. Bullying Pada Remaja.2018.Vol 4.No 2,hlm 329
KusumaSari, Farida, Dominikus. Bullying di sekolah.UPI.Vol.5.(2019).hlm 5
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan.Vol.17(2019).(1)

Anda mungkin juga menyukai