TERJADINYA BULLIYING
Disusun Oleh
NAMA : 1.Azmi Intan P.(05)
2.Nayla Nurfa’izzatul J.(25)
KELAS : X-7
MAPEL : Sosiologi
GURU MATA PELAJARAN : Anna Luthfiyah S.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa pula Shalawat serta Salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang insyaallah akan memberkati kita di hari akhir nanti.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi sebagai bahan
penambah pengetahuan dan informasi bagi pembacanya. Makalah ini kami susun dengan
segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Anna Luthfiyah S.Pd.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca agar nantinya kami dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi.
Tim penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................... 5
1.4 Metode Penelitian........................................................................................ 5
Kasus bullying kini marak terjadi, tidak hanya di masyarakat namun kasus ini terjadi di
dunia pendidikan yang membuat berbagai pihak semakin prihatin termasuk komisi
perlindungan anak. Berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir kejadian bullying di sekolah
termasuk salah satunya komnas perlindungan anak mendesak ke pihak sekolah untuk lebih
melindungi dan memperhatikan murid-muridnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian SEJIWA (Semai Jiwa Amini) tahun 2008, bullying diilhami
dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti `banteng’ yang suka menanduk. Bullying adalah
perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang
seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri.
School bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang
atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih
lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut (Levianti, 20).
a. Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah seperti orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stres, agresi, dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak
5
ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar
bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying.
b. Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama
anggota sekolah.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam
usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun
mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
a. Karakteristik kepribadian
Menurut para ahli Yinger dan Cuber dalam Rafdi, 2012 kepribadian adalah
keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan dari
sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Kepribadian seseorang yang baik
sangat mendukung terbentuknya karakter yang baik dan sebaliknya. Jika karakteristik
mewarnai semua aktifitas yang dilakukan seseorang, maka kepribadian adalah akibat dari
semua aktivitas itu.
Pengalaman anak adalah suatu kejadian yang telah dialami anak di masa lalu.
Pengalaman anak terhadap bullying pada masa lalu dapat menjadikan anak sebagai pelaku
bullying di kemudian hari. Anak cenderung melakukan bullying setelah mereka sendiri pernah
disakiti oleh orang yang lebih kuat. Anak yang sering menjadi korban bullying, kemungkinan
6
besar akan ikut melakukan bullying, atau setidaknya menganggap bullying sebagai hal wajar
dan akan membiarkan bullying terjadi begitu saja di lingkungannya tanpa melakukan tindakan
untuk menghentikannya (sikap positif terhadap bullying) (Levianti, 2008).
c. Pola asuh
Brooks (2011) mendefiniskan bahwa pola asuh adalah sebuah proses dimana orang tua
sebagai individu yang melindungi dan membimbing dari bayi sampai dewasa serta orang tua
juga menjaga dengan perkembangan anak pada seluruh periode perkembangan yang panjang
dalam kehidupan anak untuk memberikan tanggung jawab dan perhatian yang mencakup :
kasih sayang dan hubungan dengan anak yang terus berlangsung, kebutuhan material seperti
makanan, pakaian dan tempat tinggal, disiplin yang bertanggung jawab, menghindarkan diri
dari kecelakaan dan kritikan pedas serta hukuman fisik yang berbahaya, pendidikan intelektual
dan moral, persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa, mempertanggung
jawabkan tindakan anak pada masayarakat luas. Berdasarkan definisi pengasuhan di atas dapat
disimpulkan bahwa pola asuh merupakan suatu proses perlakuan yang diaplikasikan oleh orang
tua kepada anak yang terbentuk oleh budaya dan lingkungan sekitar yang berlangsung seumur
hidup, terikat, berproses, setulus hati dan penuh kasih sayang.
Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak terbesar
dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013). Dampak yang dialami oleh korban bullying
adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang
rendah (low psychological well-being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah
diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan (Akbar, 2013). Bullying
merupakan tindakan intimidasi bagi anak. Intimidasi secara fisik ataupun verbal dapat
menimbulkan depresi. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan dengan meningkatnya
perilaku bunuh diri (Firmiana, 2013).4
Dampak bullying yang paling mudah dikenali adalah yang muncul dalam jangka
pendek. Sebagai korban, baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami hal-hal di
bawah ini sebagai akibat bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.
7
1. Masalah Psikologis
Korban bully seringkali menunjukkan adanya gejala masalah psikologis, bahkan setelah
perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering muncul adalah depresi dan gangguan
kecemasan.Selain itu, efek bullying juga bisa menyebabkan gejala psikosomatis, yaitu masalah
psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik.Hal ini tidak hanya berlaku pada orang
dewasa, tapi juga anak-anak. Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak akan merasa
sakit perut dan sakit kepala, meski secara fisik tidak ada yang salah di tubuhnya. Hal inilah
yang disebut sebagai gejala psikosomatis.
2. Gangguan Tidur
Dampak negatif bullying yang juga bisa terlihat jelas adalah gangguan tidur. Para korban
bullying seringkali kesulitan untuk tidur yang nyenyak. Sekalipun bisa tidur, tidak jarang waktu
tersebut justru dihiasi dengan mimpi buruk.
Dampak bullying bagi korban yang satu ini, tidak hanya bisa menghampiri pikiran
orangdewasa. Korban bullying berusia anak-anak dan remaja pun berisiko memiliki pikiran
untuk mengakhiri hidup. Tidak jarang ada laporan kejadian tentang anak berusia sekolah yang
meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-teman sepantarannya. Inilah
bahaya bullying yang harus orangtua waspadai.
Salah satu dampak akibat bullying yang perlu diwaspadai adalah kesulitan untuk menyatu
dengan orang-orang di sekitar.Anak maupun orang dewasa yang mengalami bullying, secara
tidak langsung ditempatkan pada status sosial yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini
membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, dan berujung pada
turunnya rasa percaya diri.
5. Gangguan Prestasi
Dampak dari bullying lainnya, yaitu anak cenderung akan mengalami kesulitan dalam
mencapai prestasi belajar. Mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak
masuk sekolah, dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang ada di sekolah.
Dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan adalah sulit percaya dengan orang
lain.Saat seorang anak menjadi korban bully, ia semakin sulit untuk memercayai orang lain di
sekitarnya.Mungkin salah satu dampak buruk akibat dari bullying ini tidak terlihat saat korban
masih kecil. Namun, ketika beranjak dewasa, ia dapat kesulitan untuk membangun hubungan
dengan orang lain.Dampak bullying menurut para ahli ini bisa membuat anak mengalami
kegagalan saat berteman atau mencari pasangan di masa depan.
Travis Hirschi (1969) mengembangan Teori Kontrol Sosial untuk dapat menjelaskan, mengapa
seseorang dapat taat pada peraturan dan norma. Menurut Hirschi kontrol sosial berpotensi
menentukan perilaku seseorang, agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan tersebut
(Adilla, 2009: 57). Hirschi menjelaskan bahwa social bonds meliputi (empat) unsur,
yaitu attachment, involvement, commitment, dan belief. Attachment diartikan sebagai
keterikatan seseorang pada orang lain (orang tua) atau lembaga (sekolah) dapat mencegah atau
menghambat yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan. Involvement berarti bahwa
frekuensi kegiatan seseorang akan memperkecil kecenderungan yang bersangkutan untuk
terlibat dalam kejahatan. Commitment diartikan bahwa sebagai suatu investasi seseorang
dalam masyarakat antara lain dalam bentuk pendidikan reputasi yang baik dan kemajuan dalam
bidang wiraswasta. Belif merupakan unsur yang mewujudkan pengakuan seseorang akan
norma-norma yang baik dan adil dalam masyarakat. 5
Seperti contoh kasus bullying ada ada di ruang lingkup taruna berikut ini, Aldama
Putra (19), seorang mahasiswa ATKP Makassar mengembuskan napas terakhirnya di Rumah
Sakit Sayang Rakyat Makassar, pada 5 Februari 2019. Meninggal dengan luka lebam.
9
“Jadi pelanggaran dan dilihat yang tidak menggunakan helm, di situlah ditegur, baru
dipanggil ke kamar salah satu senior. Dan di situlah terjadi kasus penganiyaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia,” ujar Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Wahyu
Dwi Ariwibowo. Muhammad Rusdi (21) ditetapkan sebagai tersangka akibat perbuatannya
tersebut. Penetapannya dilakukan setelah melakukan pemeriksaan secara maraton. Pihak
kepolisian pun telah memeriksa sebanyak 24 orang saksi lainnya, termasuk pihak kampus.
Kasus bullying tersebut mengindikasikan bahwa kontrol sosial yang terdapat pada
jenjang tinggi sekalipun belum bisa diterapkan apabila tiap individu yang melakukan
perbuatan perundungan belum mendapatkan edukasi yang cukup dan sistem sanksi yang
tegas, hal tersebut dapat terulang kembali apabila kasus-kasus perundungan hanya dianggap
sepele.
Dengan adanya kontrol sosial pada setiap lapisan individu, maka akan berpengaruh
pada setiap perilaku negatif terkait perundungan. Sebab, adanya tindakan pencegahan seperti
halnya pemberian edukasi mengenai dampak dari adanya perundungan atau bullying.
Solusi dari adanya kasus bullying dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan-
pencegahan secara menyeluruh, dimulai dari anak, keluarga, sekolah, masyarakat.6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
➢ Bullying adalah perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang atau lebih
kepada orang lainnya. Perbuatannya yang tidak baik dapat berupa hal-hal yang
menyakiti secara fisik, seperti memukul, mendorong dan lain-lain.
➢ Faktor penyebab dari adanya kasus bullying meliputi keluarga, kelompok
sebaya, sekolah dan lain lain.
➢ Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak
terbesar dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013). Dampak yang
dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan
yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-
being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta
tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan (Akbar,
2013).
➢ Travis Hirschi (1969) mengembangan Teori Kontrol Sosial untuk dapat
menjelaskan, mengapa seseorang dapat taat pada peraturan dan norma.
Menurut Hirschi kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang,
agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan tersebut (Adilla, 2009: 57).
2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di
atas.
12
DAFTAR PUSTTAKA
Yaumil Navira Andini Putri.Pengaruh Kontrol Sosial Pada Perilaku Bullying.Universitas
Binus.2017.hlm 4
Sri Lestari, dkk.Perilaku Bullying. Universitas Lampung.2018.hlm 6
Ella Zain, dkk. Bullying Pada Remaja.2018.Vol 4.No 2,hlm 329
KusumaSari, Farida, Dominikus. Bullying di sekolah.UPI.Vol.5.(2019).hlm 5
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan.Vol.17(2019).(1)