Dosen Pengampu:
Siti Sufaidah, S.Kom, M.Si
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa pula Shalawat serta Salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabu Muhammad
SAW. yang insyaallah akan memberkati kita di hari akhir nanti.Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan sebagai bahan penambah pengetahuan dan
informasi bagi pembacanya. Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan
semaksimal mungkin. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Siti Sufaidah, S.Kom, M.Si
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca agar nantinya kami dapat menyusun makalah yang lebih
baik lagi.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
2.1 Pengertian Bullying ..................................................................................... 6
2.2 Faktor Penyebab Bullying ........................................................................... 8
2.3 Dampak Kasus Bullying .............................................................................. 10
2.4 Pengaruh Teori Kontrol Sosial terhadap Kasus Bullying ................
2.5 Solusi Kasus Bullying ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus bullying kini marak terjadi, tidak hanya di masyarakat namun kasus ini terjadi
di dunia pendidikan yang membuat berbagai pihak semakin prihatin termasuk komisi
perlindungan anak. Berbagai cara dilakukan untuk meminimalisir kejadian bullying di
sekolah termasuk salah satunya komnas perlindungan anak mendesak ke pihak sekolah untuk
lebih melindungi dan memperhatikan murid-muridnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian SEJIWA (Semai Jiwa Amini) tahun 2008, bullying diilhami
dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti `banteng’ yang suka menanduk. Bullying adalah
perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang
seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri.
School bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang
atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang lebih
lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut (Levianti, 20).
a. Keluarga
2
KusumaSari, Farida, Dominikus. Bullying di sekolah.UPI.Vol.5.(2019).hlm 5
3
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan.Vol.17(2019).(1)
4
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah seperti orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stres,
agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-
konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-
temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-
cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk
berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.
b. Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama
anggota sekolah.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam
usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun
mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
a. Karakteristik kepribadian
Menurut para ahli Yinger dan Cuber dalam Rafdi, 2012 kepribadian adalah
keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan
dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Kepribadian seseorang yang
baik sangat mendukung terbentuknya karakter yang baik dan sebaliknya. Jika karakteristik
mewarnai semua aktifitas yang dilakukan seseorang, maka kepribadian adalah akibat dari
semua aktivitas itu.
Pengalaman anak adalah suatu kejadian yang telah dialami anak di masa lalu.
Pengalaman anak terhadap bullying pada masa lalu dapat menjadikan anak sebagai pelaku
bullying di kemudian hari. Anak cenderung melakukan bullying setelah mereka sendiri
pernah disakiti oleh orang yang lebih kuat. Anak yang sering menjadi korban bullying,
kemungkinan besar akan ikut melakukan bullying, atau setidaknya menganggap bullying
sebagai hal wajar dan akan membiarkan bullying terjadi begitu saja di lingkungannya tanpa
melakukan tindakan untuk menghentikannya (sikap positif terhadap bullying) (Levianti,
2008).
c. Pola asuh
Brooks (2011) mendefiniskan bahwa pola asuh adalah sebuah proses dimana orang
tua sebagai individu yang melindungi dan membimbing dari bayi sampai dewasa serta orang
tua juga menjaga dengan perkembangan anak pada seluruh periode perkembangan yang
panjang dalam kehidupan anak untuk memberikan tanggung jawab dan perhatian yang
mencakup : kasih sayang dan hubungan dengan anak yang terus berlangsung, kebutuhan
material seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal, disiplin yang bertanggung jawab,
menghindarkan diri dari kecelakaan dan kritikan pedas serta hukuman fisik yang berbahaya,
pendidikan intelektual dan moral, persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa,
mempertanggung jawabkan tindakan anak pada masayarakat luas. Berdasarkan definisi
pengasuhan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan suatu proses perlakuan
yang diaplikasikan oleh orang tua kepada anak yang terbentuk oleh budaya dan lingkungan
sekitar yang berlangsung seumur hidup, terikat, berproses, setulus hati dan penuh kasih
sayang.
Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak terbesar
dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013). Dampak yang dialami oleh korban
bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan
psikologis yang rendah (low psychological well-being) dimana korban akan merasa tidak
nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana
korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan
(Akbar, 2013). Bullying merupakan tindakan intimidasi bagi anak. Intimidasi secara fisik
6
ataupun verbal dapat menimbulkan depresi. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan
dengan meningkatnya perilaku bunuh diri (Firmiana, 2013).4
Dampak bullying yang paling mudah dikenali adalah yang muncul dalam jangka
pendek. Sebagai korban, baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami hal-hal di
bawah ini sebagai akibat bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.
1. Masalah Psikologis
Korban bully seringkali menunjukkan adanya gejala masalah psikologis, bahkan setelah
perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering muncul adalah depresi dan gangguan
kecemasan.Selain itu, efek bullying juga bisa menyebabkan gejala psikosomatis, yaitu
masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik.Hal ini tidak hanya berlaku
pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak
akan merasa sakit perut dan sakit kepala, meski secara fisik tidak ada yang salah di tubuhnya.
Hal inilah yang disebut sebagai gejala psikosomatis.
2. Gangguan Tidur
Dampak negatif bullying yang juga bisa terlihat jelas adalah gangguan tidur. Para korban
bullying seringkali kesulitan untuk tidur yang nyenyak. Sekalipun bisa tidur, tidak jarang
waktu tersebut justru dihiasi dengan mimpi buruk.
Dampak bullying bagi korban yang satu ini, tidak hanya bisa menghampiri pikiran
orangdewasa. Korban bullying berusia anak-anak dan remaja pun berisiko memiliki pikiran
untuk mengakhiri hidup. Tidak jarang ada laporan kejadian tentang anak berusia sekolah
yang meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-teman sepantarannya.
Inilah bahaya bullying yang harus orangtua waspadai.
Salah satu dampak akibat bullying yang perlu diwaspadai adalah kesulitan untuk menyatu
dengan orang-orang di sekitar.Anak maupun orang dewasa yang mengalami bullying, secara
tidak langsung ditempatkan pada status sosial yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini
membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, dan berujung pada
turunnya rasa percaya diri.
4
Ella Zain, dkk. Bullying Pada Remaja.2018.Vol 4.No 2,hlm 329
7
5. Gangguan Prestasi
Dampak dari bullying lainnya, yaitu anak cenderung akan mengalami kesulitan dalam
mencapai prestasi belajar. Mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak
masuk sekolah, dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang ada di sekolah.
Dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan adalah sulit percaya dengan orang
lain.Saat seorang anak menjadi korban bully, ia semakin sulit untuk memercayai orang lain di
sekitarnya.Mungkin salah satu dampak buruk akibat dari bullying ini tidak terlihat saat
korban masih kecil. Namun, ketika beranjak dewasa, ia dapat kesulitan untuk membangun
hubungan dengan orang lain.Dampak bullying menurut para ahli ini bisa membuat anak
mengalami kegagalan saat berteman atau mencari pasangan di masa depan.
Travis Hirschi (1969) mengembangan Teori Kontrol Sosial untuk dapat menjelaskan,
mengapa seseorang dapat taat pada peraturan dan norma. Menurut Hirschi kontrol sosial
berpotensi menentukan perilaku seseorang, agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan
tersebut (Adilla, 2009: 57). Hirschi menjelaskan bahwa social bonds meliputi (empat) unsur,
yaitu attachment, involvement, commitment, dan belief. Attachment diartikan sebagai
keterikatan seseorang pada orang lain (orang tua) atau lembaga (sekolah) dapat mencegah
atau menghambat yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan. Involvement berarti
bahwa frekuensi kegiatan seseorang akan memperkecil kecenderungan yang bersangkutan
untuk terlibat dalam kejahatan. Commitment diartikan bahwa sebagai suatu investasi
seseorang dalam masyarakat antara lain dalam bentuk pendidikan reputasi yang baik dan
kemajuan dalam bidang wiraswasta. Belif merupakan unsur yang mewujudkan pengakuan
seseorang akan norma-norma yang baik dan adil dalam masyarakat.5
5
Yaumil Navira Andini Putri.Pengaruh Kontrol Sosial Pada Perilaku Bullying.Universitas Binus.2017.hlm 4
8
(ekstrakulikuler, olah raga, organisasi, keagamaan, dan lain sebagainya), akan menempatkan
seorang pelajar untuk tetap berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat.
Seperti contoh kasus bullying ada ada di ruang lingkup taruna berikut ini, Aldama
Putra (19), seorang mahasiswa ATKP Makassar mengembuskan napas terakhirnya di Rumah
Sakit Sayang Rakyat Makassar, pada 5 Februari 2019. MeninggalMeninggal dengan luka
lebam disekujur tubuh, Aldama diketahui menjadi korban penganiayaan oleh seniornya.
Penganiayaan terjadi pada Minggu 3 Februari 2019, sekira Pukul 21.30 WITA. Tepatnya
Aldama dianiaya saat itu karena ia tidak mengenakan helm saat masuk ke lingkungan kampus
yang berada di Jalan Salodong, kecamatan Bringkanaya, Makassar.
“Jadi pelanggaran dan dilihat yang tidak menggunakan helm, di situlah ditegur, baru
dipanggil ke kamar salah satu senior. Dan di situlah terjadi kasus penganiyaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia,” ujar Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Wahyu
Dwi Ariwibowo. Muhammad Rusdi (21) ditetapkan sebagai tersangka akibat perbuatannya
tersebut. Penetapannya dilakukan setelah melakukan pemeriksaan secara maraton. Pihak
kepolisian pun telah memeriksa sebanyak 24 orang saksi lainnya, termasuk pihak kampus.
Kasus bullying tersebut mengindikasikan bahwa kontrol sosial yang terdapat pada
jenjang tinggi sekalipun belum bisa diterapkan apabila tiap individu yang melakukan
perbuatan perundungan belum mendapatkan edukasi yang cukup dan sistem sanksi yang
tegas, hal tersebut dapat terulang kembali apabila kasus-kasus perundungan hanya dianggap
sepele.
Dengan adanya kontrol sosial pada setiap lapisan individu, maka akan berpengaruh
pada setiap perilaku negatif terkait perundungan. Sebab, adanya tindakan pencegahan seperti
halnya pemberian edukasi mengenai dampak dari adanya perundungan atau bullying.
Solusi dari adanya kasus bullying dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan-
pencegahan secara menyeluruh, dimulai dari anak, keluarga, sekolah, masyarakat.6
6
Sri Lestari, dkk.Perilaku Bullying. Universitas Lampung.2018.hlm 6
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Bullying adalah perbuatan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang atau lebih
kepada orang lainnya. Perbuatannya yang tidak baik dapat berupa hal-hal yang
menyakiti secara fisik, seperti memukul, mendorong dan lain-lain.
Faktor penyebab dari adanya kasus bullying meliputi keluarga, kelompok
sebaya, sekolah dan lain lain.
Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak
terbesar dialami oleh korban bullying (Soedjatmiko, 2013). Dampak yang
dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan
yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-
being) dimana korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta
tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke
sekolah bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan (Akbar,
2013).
Travis Hirschi (1969) mengembangan Teori Kontrol Sosial untuk dapat
menjelaskan, mengapa seseorang dapat taat pada peraturan dan norma.
Menurut Hirschi kontrol sosial berpotensi menentukan perilaku seseorang,
agar sesuai dengan norma sosial di lingkungan tersebut (Adilla, 2009: 57).
2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis
11
DAFTAR PUSTAKA
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2016). Rincian Data Kasus Berdasarkan Klaster
Perlindungan Anak, 2011-2016 [Tabel Ilustrasi KPAI Juli 17, 2016]. Diakses pada tanggal 5
Desember, 2021 melalui :
http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-tahun/rincian-data-kasus-berdasarkan-
klaster-perlindungan-anak-2011-2016.