Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

UPAYA PENCEGAHAN TINDAKAN BULLYING DI


SEKOLAH UNTUK MEMBANGUN LINGKUNGAN
BELAJAR YANG NYAMAN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK

1. AMARA RISTY FAUZIYAH


2. ASHILA FAUHA PUTRI
3. ASYAM BUDI BAYANAKA
4. BAGAS RAGIL ALEXA PUTRA
5. BILQISHA PUTRI FAIRUZ Q.
6. FATHAN RAFA ATAYA

KELAS XH

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA MADIUN

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

“UPAYA PENCEGAHAN TINDAKAN BULLYING DI SEKOLAH UNTUK


MEMBANGUN LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN”

Disusun untuk memenuhi tugas Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Tahun Pelajaran 2023/2024

MAN 2 KOTA MADIUN

Disusun Oleh:
Amara Risty Fauziyah
Ashila Fauha Putri
Asyam Budi Bayanaka
Bilqisha Putri Fairuz Q.
Fathan Rafa Ataya

Plt. Kepala MAN 2 Kota Madiun Guru Pembimbing

Yuli Elveni Qomariyah, S.Pd Anita Pancawati, S.Pd.


NIP. 196907272000032001 NIP. 198601012019032018

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada umatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Pokok pembahasan pada makalah ini membahas tentang "Upaya Pencegahan


Tindakan Bullying Di Sekolah Untuk Membangun Lingkungan Belajar Yang
Nyaman". Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas kelompok Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini ke arah yang lebih baik lagi.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca. Aamiin.

Kota Madiun, 2024

Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ I

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... II

KATA PENGANTAR ............................................................................................ III

DAFTAR ISI ......................................................................................................... IV

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2

1.3 TUJUAN .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

2.1 TINDAKAN BULLYING ........................................................................ 3

2.1.1 PENGERTIAN BULLYING ............................................................. 3

2.1.2 BENTUK-BENTUK BULLYING .................................................... 4

2.1.3 CIRI-CIRI PELAKU DAN KORBAN BULLYING ........................ 6

2.2 LINGKUNGAN BELAJAR..................................................................... 7

2.2.1 DEFINISI LINGKUNGAN BELAJAR............................................ 7

2.2.2 CIRI-CIRI LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN ............ 8

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 10

3.1 BULLYING DI LINGKUNGAN SEKOLAH ....................................... 10

3.2 PENYEBAB TERJADINYA BULLYING ............................................. 12

3.3 DAMPAK TINDAKAN BULLYING .................................................... 15

3.4 UPAYA MENCEGAH TINDAKAN BULLYING ................................. 17

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 20

4.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 20

4.2 SARAN .................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22

IV
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Marak terjadi kasus bullying di antara anak-anak serta kebanyakan
terjadi justru di lingkungan sekolah. Bullying dapat mengubah kegiatan di
sekolah yang awalnya menyenangkan, menjadi menakutkan bahkan mimpi
buruk bagi mereka. Sadar atau tidak bahwa sebenarnya bullying telah
membawa cita rasa buruk pada kesan kehidupan sekolah.

Menurut Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Indonesia merupakan


negara dengan kasus bullying di sekolah yang paling banyak pelaporan
masyarakat ke komisi perlindungan anak. KPAI mencatat 369 pelaporan terkait
masalah tersebut. 25% dari jumlah tersebut merupakan pelaporan di bidang
pendidikan yaitu sebanyak 1.480 kasus.

Salah satu riset yang telah dilakukan oleh LSM Plan International dan
International Center for Research on Women yang di unggah awal Maret 2015
ini menunjukkan hasil fakta mencengangkan terkait kekerasan anak di sekolah.
Di tingkat Asia, kasus bullying yang terjadi pada siswa di sekolah mencapai
angka 70% (Qodar, 2015).

Padahal perlu diketahui, perlindungan anak sudah diatur dalam Pasal 54


UU No. 23 Tahun 2002 isinya: "Anak di dalam dan dilingkungan sekolah wajib
dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola
sekolah atau teman temannya di dalam sekolah yang bersangkutan atau
lembaga pendidikan lainnya".

Bullying merupakan salah satu tindakan perilaku agresif yang disengaja


dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang dan
dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat
mempertahankan dirinya dengan mudah (Soetjipto, 2012).

1
Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang
tega membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku
mengaku kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP. Kasus ini
membawa kepada penjelasan bahwa masyarakat dan pelajar khususnya harus
lebih paham mengenai apa itu bullying dan bagaimana dampaknya bagi pelaku.
Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai
masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menulis


makalah yang berjudul "Upaya Pencegahan Tindakan Bullying Di Sekolah
Untuk Membangun Lingkungan Belajar Yang Nyaman". Dengan dibuatnya
makalah ini, diharapkan para pelajar bisa mengetahui lebih luas tentang
bullying dan upaya untuk mencegah tindakan tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya bullying di lingkungan sekolah?
2. Bagaimana dampak tindakan bullying bagi korban bullying?
3. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi tindakan bullying di lingkungan
sekolah ?

1.3 TUJUAN
Untuk menganalisis dampak tindakan bullying dan faktor apa saja yang
menenyebabkan tindakan bullying di lingkungan sekolah, dan mengetahui
cara mencegah dan mengatasi tindakan bullying di lingkungan sekolah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINDAKAN BULLYING


2.1.1 PENGERTIAN BULLYING
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang
berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa
Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang
mengganggu orang lemah. Secara terminologi, bullying menurut Ken
Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto, 2009) adalah “sebuah hasrat
untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan
seseorang menderita. Aksi ini dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan
dilakukan dengan perasaan senang”.

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan di mana terjadi


pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang lebih “lemah”. Bullying merupakan tindakan
atau perilaku menyimpang seseorang yang dilakukan dengan cara
menyakiti baik verbal atau emosional/psikologis yang dilakukan oleh
individu maupun kelompok dan biasanya mereka menganggap lebih kuat
dari si korban yang secara kasat mata terlihat lebih lemah fisik ataupun
mentalnya dan dilakukan secara berulang-ulang tanpa mendapat
perlawanan yang bertujuan membuat korban menderita. (Satriah, 2015).

Menurut Yayasan Semai Jiwa Amini (2008) bullying adalah salah


satu tindakan yang menyalah gunakan kekuasaan untuk menindas orang
yang menurut mereka lemah dan tidak berdaya. Bentuk yang paling
umum terjadi pada kasus bullying di sekolah adalah pelecehan verbal,
yang bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek
seseorang. Kasus bullying yang awalnya hanya secara verbal dapat pula
menyebabkan munculnya perlakuan yang lebih berbahaya, seperti

3
pelecehan secara fisik seperti mendorong, menendang, menampar,
memukul.

Salah satu fenomena pelanggaran aturan yang menyita perhatian di


dunia pendidikan saat ini adalah kekerasan sekolah yang dilakukan oleh
antar siswa. Aksi tawuran dan kekerasan yang dilakukan oleh siswa di
sekolah banyak diberitakan di halaman media cetak maupun elektronik.

Bullying dapat dikelompokkan sebagai perilaku agresif yang


bersifat sangat merusak masa depan seseorang yang dilakukan dengan
sengaja/sadar dan berulang-ulang yang bertujuan untuk merugikan
korbannya serta dapat disertai adanya perbedaan atau ketidak
seimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. (Latifah, 2012).

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying


adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif dan negatif yang di lakukan
seseorang untuk menyakiti orang lain dan menggagu orang lain demi
kepuasan tersendiri.

2.1.2 BENTUK-BENTUK BULLYING


Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut
Coloroso (2007), bullying. dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bullying Fisik
Bullying fisik adalah tindakan perundungan secara kasat mata
yang melibatkan kontak fisik antar pelaku dan korban serta dapat
menyebabkan efek jangka pendek maupun panjang. Jenis penindasan
secara fisik di antaranya memukul, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, mencakar.
b. Bullying Verbal
Bullying verbal merupakan bentuk tindakan bullying atau
secara tidak langsung atau kasat mata tetapi dampaknya dapat
dirasakan. Penindasan verbal berupa julukan nama, celaan, fitnah,
kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, dapat berupa

4
perampasan uang jajan atau barang-barang, tuduhan- tuduhan yang
tidak benar, serta gosip.
c. Bullying Relasional
Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban
penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian, atau penghindaran. Penindasan relasional dapat
digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau
secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, dan
bahasa tubuh yang kasar.

Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) sebuah organisasi nirlaba


yang berupaya mendorong perlindungan anak di Indonesia (2008)
menyebutkan bentuk-bentuk bullying dapat dikelompokkan menjadi tiga
katagori: bullying fisik, bullying verbal, bullying mental psikologis.

Bullying mental psikologis Ini jenis bullying yang paling


berbahaya karena tidak terungkap mata atau telinga. Praktik bullying ini
terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan. Bullying psikologis
merupakan bentuk bullying yang tidak langsung karena bseullying ini
sangat menyakiti korban secara psikis dan juga memberikan dampak
sosial berupa percobaan bunuh dan pengucilan. Contoh: memandang
sinis penuh ancaman, mempermalukan di depan umum,
mempermalukan, meneror, memelototi, mencibir.

Sedangkan Riauskina, dkk. (2005, dalam Ariesto, 2009)


mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 kategori, yaitu:
1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, mencubit, mencakar).
2. Kontak verbal langsung (mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan sarkasme, mencela, memaki,
menyebarkan gosip).

5
3. Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan
lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek).
4. Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
5. Pelecehan seksual.

2.1.3 CIRI-CIRI PELAKU DAN KORBAN BULLYING


Banyak alasan mengapa seseorang menjadi pelaku bullying,
namun, ada alasan yang paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku
bullying adalah pelaku merasakan kepuasan apabila "berkuasa"
dikalangan teman-teman seusianya. Selain itu sorak-sorakan dari teman-
teman sekelompoknya saat pelaku mempermainkan sang korban
memberinya sanjungan karena merasa punya selera humor yang tinggi,
keren dan terkenal.

Tidak semua pelaku bullying melakukannya sebagai kompensasi


karena kepercayaan diri yang rendah. Banyak diantara mereka yang justru
memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi dan sekaligus dorongan
untuk selalu menindas dan menggencet anak (korban) yang lebih lemah
darinya. Ini disebabkan karena mereka tidak mendapat pendidikan untuk
memiliki rasa empati terhadap orang lain. Mereka melakukan tindakan
bullying terhadap orang lain sebagai pelampiasan kekesalan dan
kekecewaannya.

Menurut Abdullah Nandiyah, (2013) ciri-ciri pelaku bullying


memiliki sifat sebagai berikut:
a. Suka mendominasi orang lain.
b. Suka memanfaatkan orang lain, terutama yang dianggap lemah.
c. Sulit melihat situasi dari titik pandang orang lain.
d. Hanya peduli dengan kesenangan pribadi tanpa memikirkan perasaan
orang lain.
e. Cenderung menyakiti orang lain ketika tidak ada orang yang lebih
dewasa berada di sekitar.

6
f. Memandang orang-orang yang lemah dan tak berdaya sebagai sasaran
tindakan bullying
g. Tidak ada rasa tanggung jawab terhadap yang telah dilakukan,
walaupun terbukti bersalah.
h. Tidak memiliki pandangan yang luas dimasa depan.
i. Haus perhatian, atau sengaja mencari-cari perhatian dari orang lain.

Bullying tidak mungkin terjadi hanya dengan adanya pelaku


bullying saja, harus ada korban yang menjadi sasaran penganiayaan dan
penindasan. Beberapa ciri yang bisa dijadikan korban bullying, seperti:
berfsik kecil, lemah, berpenampilan beda, sulit bergaul, siswa yang
rendah kepercayaan dirinya, anak yang canggung, anak yang dianggap
menyebalkan, tidak cantik/ tidak ganteng, anak orang tak punya, kurang
pandai, dan anak yang gagap.

2.2 LINGKUNGAN BELAJAR


2.2.1 DEFINISI LINGKUNGAN BELAJAR
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai
lingkungan Pendidikan seperti sekolah. Menurut Hamalik (2001:195)
lingkungan belajar adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan belajar
merupakan salah satu bagian dalam proses belajar untuk mencapai tujuan
belajar, dimana lingkungan tersebut akan mempengaruhi kegiatan
belajar-mengajar di sekolah (Winarno, 2012). Menurut Wahyuningsih
dan Djazari (2013), lingkungan belajar merupakan lingkungan yang
berpengaruh terhadap proses belajar baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi individu
dan sebaliknya, individu juga dapat mempengaruhi lingkungan (Yusuf,
2011).

Lingkungan belajar seperti sarana dan prasarana, luas lingkungan,


penerangan dan kebisingan memiliki pengaruh yang besar terhadap
penilaian menyenangkan atau tidaknya lingkungan belajar sehingga

7
dapat mempengaruhi motivasi dan proses pembelajaran. Kondisi ruang
kelas yang nyaman akan membantu siswa untuk lebih mudah dalam
berkonsentrasi, memeperoleh hasil belajar yang maksimal (Samodra,
2013).

Lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang digunakan


dalam proses pembelajaran yang meliputi kondisi, keadaan maupun
fasilitas yang ada di lingkungan tersebut (Triyogo, 2014).

Lingkungan belajar tidak hanya terfokus pada fasilitas yang baik


saja, tetapi perlu diperhatikan juga terkait kenyamanan dan ketenangan
lingkungannya agar perhatiannya dapat terpusat pada pelajaran.
Lingkungan belajar yang baik menurut Saifuddin (2014) adalah
lingkungan yang menantang dan merangsang untuk belajar serta rasa
aman dan nyaman sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang
diharapkan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan


belajar merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar.
Lingkungan belajar bukan hanya benda mati yang ada disekitar tempat
belajar, tetapi orang-orang yang ada di tempat tersebut juga termasuk
lingkungan belajar.

2.2.2 CIRI-CIRI LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN


Menurut Moedjiarto, ciri-ciri lingkungan belajar dikatakan
nyaman adalah sebagai berikut:
1. Suasana pembelajaran di kelas, tenang dan jauh dari kegaduhan.
2. Adanya hubungan akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan.
3. Tampak adanya sikap mendahulukan kepentingan sekolah dan
kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
4. Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dan
dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
5. Peserta didik mendapat perlakuan adil, tidak dibeda-bedakan antara
yang miskin dan kaya, pandai dan yang lamban berpikir.

8
6. Meja dan kursi serta perlengkapan yang lainnya di kelas. senantiasa
ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya.

Pendapat Moedjiarto tersebut sejalan dengan pendapat Erwin


Widiasworo dalam bukunya "Study Smart", mengemukakan bahwa
indikator lingkungan belajar kondusif dan nyaman untuk belajar adalah
sebagai berikut:
1. Bebas dari suara berisik.
2. Bebas dari orang yang berlalu lalang.
3. Tempat Belajar yang rapi dan teratur.
4. Penerangan yang cukup.
5. Suasana yang menyenangkan.

Adapun karakteristik lingkungan belajar yang baik itu diantaranya


adalah kelas yang memiliki sifat merangsang dan menantang siswa
untuk selalu belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam
mencapai tujuan belajar (Sulistryorini, 2009: 91)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa


Lingkungan belajar yang nyaman harus ditunjang oleh berbagai fasilitas
belajar yang menyenangkan, selain itu juga penampilan dan sikap guru,
hubungna yang harmonis antara siswa dengan guru dan diantara para
siswa itu sendiri.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 BULLYING DI LINGKUNGAN SEKOLAH


Bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif dan negatif yang di
lakukan seseorang untuk menyakiti orang lain dan menggagu orang lain demi
kepuasan tersendiri. Bullying di Sekolah salah satu fenomena yang menyita
perhatian di dunia pendidikan zaman sekarang, baik yang dilakukan oleh guru
terhadap siswa, maupun oleh siswa terhadap siswa lainnya. Maraknya aksi
tawuran dan kekerasan (bullying) yang dilakukan oleh siswa di sekolah yang
semakin banyak menghiasi deretan berita di halaman media cetak maupun
elektronika menjadi bukti telah tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan (Wiyani,
2012).

Fenomena bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika sekolah.


Umumnya orang lebih mengenalnya dengan istilah-istilah seperti pemalakan,
pengucilan, intimidasi, pelecehan, dll.. Hasil Komisi Nasional Perlindungan
Anak dengan anak-anak di 18 provinsi di Indonesia pada 2007 memperlihatkan
bahwa sekolah bisa menjadi tempat yang cukup berbahaya dan sangat
menakutkan bagi anak-anak, jika ragam kekerasan di situ tidak diantisipasi.
(Wiyani, 2012).

Bullying di sekolah merupakan perilaku yang sangat agresif dan sangat


merugikan orang lain, kejadian bullying yang dialami oleh siswa di sekolah
tentu saja sangat mengganggu proses kegiatan belajar. Sekolah rentan sekali
memunculkan olok-olok kan di antara siswa, mereka menganggap olok-olok
kan sebagai permainan yang lucu. Bahkan olok-olokkan tidak hanya terjadi di
antara siswa, tetapi muncul juga di antara orang dewasa bahkan guru dengan
murid.

Karakteristik anak usia sekolah lebih pandai mengontrol emosi. Anak


dapat menyembunyikan emosinya, misalnya dengan berpura-pura menjadi
pendiam untuk menyembunyikan emosi negatifnya. Misal saat marah kepada

10
seseorang, in sengaja mengalihkan kemarahannya dengan memukul, memaki,
membentak, atau bahkan menendang barang-barang di sekitar korban.

Bentuk-bentuk tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah


bermacam-macam. Seperti contoh pada sebuah kasus pada seorang siswa
sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung diri menggunakan dasi karena dibully
oleh teman sekolahnya, Bocah berumur 8 tahun ini menjadi korban bullying
secara fisik. Ia kerap dipukuli oleh teman-temannya di sekolah.

Contoh lain datang dari Texas, Seorang remaja perempuan nekat


menembakkan pistol ke dadanya sendiri hingga tewas karena ia merasa dihujat
habis-habisan di dunia maya. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak
korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan. Seperti yang
dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh
temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap
menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP. Akibat perbuatannya,
pelaku yang masih di bawah umur ini dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-
undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, serta KUHP Pasal
340, 338, dan 351.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh muzdalifah, dkk. Tentang


tindakan bullying pada siswa pindahan di SMA Negeri 1 Maros. Peneliti
menganalisis menggunakan pendekatan studi kasus dengan jenis penelitian
kualitatif. Lokasi penelitian berada di SMA Negeri 1 Maros, Jl. Mangga No.1
Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros. Subyek penelitian ini adalah siswa di
SMA Negeri 1 Maros, terkhusus pada siswa pindahan yang merasakan perilaku
bullying tentang bagaimana alasan perilaku bullying terjadi pada siswa
pindahan di SMA Negeri 1 Maros serta bagaimana dampak perilaku bullying
yang terjadi pada siswa pindahan di SMA Negeri 1 Maros. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
Jumlah informan pada penelitian ini adalah 10 orang yang dipilih menggunakan
teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

11
Berdasarkan dari hasil yang dilakukan peneliti tersebut menemukan 5
alasan perilaku bullying yang terjadi pada siswa pindahan di SMAN 1 Maron,
yaitu sikap temperamen, tradisi senioritas, rasa percaya diri, bullying verbal,
dan bullying mental.

Dari beberapa contoh kasus tersebut, dapat kami simpulkan bahwa


tindakan bullying yang sering terjadi dikalangan pelajar baik SD, SMP, dan
SMA adalah bullying verbal, seperti mengejek, mengolok-olok, dan bullying
fisik.

3.2 PENYEBAB TERJADINYA BULLYING


Berdasarkan dari jurnal hasil penelitian yang dilakukan oleh muzdalifah,
dkk. menemukan 5 alasan. Alasan pertama, karena sikap temperamen menjadi
kepribadian seseorang yang memiliki emosi berlebihan sehingga ketika
meluapkan emosi tersebut salah satu pemicunya ialah seseorang mengeluarkan
pemikirannya kemudian mengatakan sesuatu tanpa memikirkan perasaan orang
lain.
Alasan kedua, karena adanya tradisi senioritas. Tradisi senioritas di SMA
Negeri 1 Maros tidak hanya terjadi karena pada kakak kelas saja atau berbeda
angkatan, melainkan bisa juga terjadi pada siapa yang lebih tua atau lebih
dahulu berada di sekolah tersebut
Alasan ketiga, karena rasa percaya diri. Pelaku yang memiliki ego besar
terhadap dirinya, memiliki tingkat kepercayaan diri yang kuat.
Alasan keempat, terjadinya bullying verbal. Bullying verbal ialah bentuk
bullying yang bisa dilihat karena bisa tertangkap oleh indra pendengaran.
Alasan kelima, terjadinya bullying mental. Bullying mental yaitu bentuk
bullying yang tidak kelihatan dan berdampak lebih parah.
Selain itu, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku bullying
meliputi:
1. Kondisi Keluarga Tidak Sehat : Pengalaman negatif di lingkungan keluarga,
seperti kekerasan, konflik berkelanjutan, atau pengabaian, dapat
mempengaruhi cara individu memperlakukan orang lain di luar keluarga.

12
2. Model Perilaku : Individu dapat terpengaruh oleh orang-orang di sekitar
mereka yang terlibat dalam perilaku bullying, baik itu dalam lingkungan
sekolah, masyarakat, atau media. Menjadi bagian dari kelompok atau
lingkungan di mana bullying dianggap sebagai norma dapat mendorong
seseorang untuk mengikuti contoh tersebut.
3. Rasa Kuasa dan Pengendalian: Perilaku bullying dapat memberikan rasa
kuasa dan pengendalian kepada pelaku. Mereka mungkin merasa puas
ketika dapat mendominasi atau mempengaruhi orang lain.
4. Kurangnya Empati dan Pengetahuan: Beberapa orang mungkin kurang
memahami dampak emosional dan psikologis dari perilaku bullying
terhadap korban. Kurangnya empati dan pengetahuan tentang bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi orang lain dapat memicu perilaku bullying.
5. Gangguan Mental : Beberapa gangguan mental, seperti gangguan perilaku,
gangguan kepribadian, atau kecenderungan psikopatik, dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk mengontrol perilaku agresif dan
menghasilkan perilaku bullying.
6. Faktor Sosial dan Lingkungan: Budaya atau lingkungan yang mendorong
persaingan yang ekstrem, atau penolakan terhadap kelompok atau individu
tertentu dapat memperkuat perilaku bullying dan masih banyak lagi faktor
lain.

Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying


antara lain:
a. Keluarga
Pelaku bullying sering kali berasal dari keluarga yang bermasalah
orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi
rumah yang penuh stres, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang
tua mereka, dan kemudian menirunya.
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini.
Akibatnya, anak- anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan

13
penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap
anak lain.
c. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di
sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka
bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan
tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan
akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak
heran jika terjadi pemalakan antar siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi
tayangan yang mereka tampilkan. Survei yang dilakukan kompas (Saripah,
2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang
ditontonnya, mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
Menurut Yamin dkk (2018), faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa
melakukan perilaku bullying, antara lain:
1. Perbedaan kelas, masalah ekonomi, etnisitas atau rasisme.
Faktor bullying dapat terjadi ketika terdapat perbedaan ekstrem
individu dengan suatu kelompok dimana ia bergabung dan jika tidak dapat
disikapi dengan baik dapat menjadi faktor penyebab bullying.
2. Tradisi atau kebiasaan dalam senioritas.
Senioritas sering di jadikan alasan tindakan bullying. Senioritas ini
tidak berhenti begitu saja, senioritas termasuk dalam perilaku yang
berulang. Senioritas ini terjadi dengan alasan untuk memuaskan keinginan
mencari masalah, dan menunjukkan kekuasaan.
3. Keluarga tidak rukun.

14
Adanya berbagai masalah internal dari keluarga seperti
ketidakhadiran orang tua, menderita depresi, kurangnya komunikasi dan
ketidakharmonisan merupakan penyebab tindakan kekerasan.
4. Iklim lingkungan sekolah yang tidak hangat dan tidak bersahabat atau
diskriminatif.
5. Karakter inidividu atau kelompok.
Memiliki rasa dendam dalam pergaulan teman sebaya, kesalahan
interpretasi pada perilaku korban

3.3 DAMPAK TINDAKAN BULLYING


Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini sangat luas cakupannya.
Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai
masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang
lebih mungkin diderita korban bullying, antara lain seperti depresi, kegelisahan
dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan
kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak
aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan
prestasi akademis.

Siswa yang terperangkap dalam perilaku bullying, tidak dapat


mengembangkan hubungan yang sehat, tidak memiliki empati serta
menganggap dirinya kuat dan di sukai. Efek jangka panjang bagi pelaku
bullying adalah pelaku akan mudah menjadi kriminal (Psychologymania,
2012). Adapun dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh tindakan
bullying yaitu:
1. Takut atau malas berangkat ke sekolah
Korban yang mengalami tindakan bullying akan memiliki ingatan
yang tidak enak seperti pelecehan melalui kata-kata, rasa sakit yang
dirasakan di sekujur tubuh jika mengalami bullying secara fisik. Hal ini
membuat para korban tidak ingin mengalami hal yang serupa. Dari sini
munculah rasa malas dan takut untuk pergi ke sekolah.
2. Prestasi akademik menurun

15
Tindakan bullying tidak hanya memberi dampak terhadap fisik
korban. Tindakan tersebut juga memberi dampak kepada psikologis korban,
seperti rasa takut. Rasa takut yang berlebih akan membebani pikiran korban
dan dapat memecah fokus korban.
3. Merasa tidak dihargai di lingkungan sekitar
Perilaku semena-mena yang diterima korban perundungan, menyadari
tidak ada seorang pun yang menolongnya untuk keluar dari situasi
perundungan serta ejekan dan tertawaan yang dilontarkan kepadanya
membuat dirinya merasa tidak dihargai.

Menurut Yayasan Semai Jiwa Amini (2008) dampak bullying yang umum
terjadi antara lain: mengurung diri (school phobia), anak jadi penakut, marah-
marah. memar, tidak bersemangat, menjadi pendiam, mudah sensitif, menjadi
rendah diri, menyendiri, menjadi kasar, berkeringat. tidak percaya diri, mudah
tersinggung.

Sedangkan menurut Nahuda (2007) dampak dari kekerasan (bulllying)


dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Dampak langsung.
a. Kerusakan menetap pada susunan syaraf pusat yang dapat
mengakibatkan masalah belajar, kesulitan belajar, gangguan motorik
kasar dan halus.
b. Perkembangan kejiwaan mengalami gangguan seperti gangguan.
kecerdasan, emosi, konsep diri, agresif, hubungan sosial.
2. Dampak tidak langsung.
a. Kehilangan semangat untuk pergi ke sekolah dan tidak memperhatikan
apa yang guru ajarkan.
b. Muncul perasaan seperti merasa salah, malu, dan ada rasa menyalahkan
diri.
c. Gangguan perasaan seperti cemas dan depresi.
d. Melakukan isolasi terhadap diri sendiri dan dendam terhadap orang lain.

16
3.4 UPAYA MENCEGAH TINDAKAN BULLYING
Pencegahan bullying di sekolah sangat penting karena dapat
menghasilkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Mencegah tindakan
bullying melibatkan upaya bersama dari masyarakat, sekolah, orang tua, dan
individu untuk menciptakan lingkungan yang aman, penuh kasih sayang, dan
menghormati satu sama lain. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil untuk mencegah tindakan bullying:
1. Pendidikan dan Kesadaran : melakukan program pendidikan dan sosialisasi
tentang bullying di sekolah, tempat kerja, dan masyarakat, Tingkatkan
kesadaran mengenai konsekuensi dari bullying bagi korban, dan pelaku.
2. Peran Sekolah : Implementasikan kebijakan antibullying yang jelas di
sekolah, termasuk sanksi untuk pelaku bullying. Fasilitasi diskusi terbuka
dan edukasi tentang tindakan bullying serta cara mengatasi dan
melaporkannya.
3. Peran Orang Tua dan Wali : Ajari anak-anak tentang empati, penghargaan,
dan bagaimana berperilaku dengan baik terhadap sesama.
4. Mengajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik : Latih anak-anak
untuk mengembangkan keterampilan sosial. Ajarkan cara menyelesaikan
konflik secara positif dan membangun hubungan yang sehat.
5. Fasilitasi Lingkungan Positif dan Dukungan : Ciptakan lingkungan yang
terbuka, akrab, dan berpengharapan di rumah, sekolah, dan tempat kerja.
Dorong siswa untuk membentuk kelompok-kelompok sosial yang positif
dan saling mendukung.
6. Pentingnya Pelaporan dan Keterlibatan Komunitas : Dorong korban dan
saksi untuk melaporkan tindakan bullying kepada otoritas yang berwenang.
Bangun keterlibatan komunitas dalam pencegahan bullying dengan
melibatkan polisi, organisasi sosial, dan kelompok masyarakat.
7. Penyuluhan tentang Penggunaan Teknologi Secara Aman : Berikan
informasi kepada anak-anak tentang etika dan kesadaran digital untuk
mencegah cyberbullying. Ajari mereka cara menggunakan media sosial dan
teknologi secara positif dan aman.

17
Selain itu, Upaya mencegah dan mengatasi bullying di sekolah bisa
dimulai dengan:
1. Menciptakan Budaya Sekolah yang Beratmosfer Belajar yang Baik.
Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa
takut, melalui pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan
bullying di sekolah dengan melibatkan siswa, menciptakan sekolah model
penerapan sistem antibullying, serta membangun kesadaran tentang
bullying.
2. Menata Lingkungan Sekolah Dengan Baik.
Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak
didik merasa nyaman.
3. Dukungan Sekolah terhadap Kegiatan Positif Siswa.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok kelompok kegiatan agar
diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses
pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan
sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap
tindakan bullying.

Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau


bahkan menghilangkan bullying. Menurut Nandiyah (2013) ada beberapa cara
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Harus dibangun kesadaran dan pemahaman tentang bullying dan
dampaknya kepada setiap siswa. Salah satu cara bisa dengan menempelkan
poster tentang bahaya dan dampak yang sangat serius terhadap perilaku
bullying.
b. Dibangun sistem untuk mencegah dan menangani kasus bullying di
sekolah. Dengan adanya penyuluhan tentang bullying diharapkan dapat
menjadikan korban bullying dapat melaporkan kepada guru tanpa rasa takut
dan malu.
c. Menghentikan praktek atau kebiasaan bullying yang terjadi di sekolah,
dengan pola pendidikan yang seru, asyik, dan ramah tamah bagi siswa
dalam penerapan disiplin dan positif.

18
d. Membangun kapasitas anak dalam melindungi diri dari perilaku bullying
dan tidak menjadi pelaku.

langkah pencegahan bullying tidak hanya mengurangi insiden bullying


tetapi juga berkontribusi pada peningkatan performa akademis siswa. Ketika
siswa merasa aman, fokus mereka dapat lebih terarah pada pembelajaran di
dalam kelas. Selain itu, upaya pencegahan memainkan peran kunci dalam
mengatasi dampak psikologis dan emosional yang mungkin dialami korban.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan suatu
tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan
tersebut bertujuan membuat seseorang merasa tidak nyaman. Fenomena ini
sering terjadi antar remaja/siswa dilingkungan pendidikan seperti disekolah,
disebab karena faktor ekonomi, perbedaan kelas, senioritas maupun rasisme.

Perilaku bullying memberikan dampak yang buruk bagi pelajar disekolah,


hilangnya semangat belajar, prestasi menurun, kurang fokus dan membuat
lingkungan belajar juga tidak nyaman.

Dengan membangun lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan dan


mempromosikan empati, kita dapat mencegah dan mengatasi bullying secara
efektif. Melalui kesadaran, edukasi, dan kolaborasi, kita dapat membantu
menciptakan sekolah yang aman dan mendukung bagi semua siswa.
Menciptakan sekolah tanpa bullying bukanlah tugas yang mudah, tetapi hal ini
sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
nyaman.

Semua pihak, termasuk sekolah, guru, staf, orang tua, dan masyarakat,
perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan ini. Dengan adanya komitmen
bersama, kita dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang bebas dari rasa takut
dan intimidasi, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal dan
menjadi individu yang lebih baik. Melalui upaya upaya di atas, kita dapat
bersama-sama menciptakan sekolah yang tidak hanya menjadi tempat belajar,
tetapi juga menjadikan suatu lingkungan yang aman, nyaman, dan
menginspirasi bagi setiap siswa dalam mengembangkan potensi akademisnya.

20
4.2 SARAN
Dari kesimpulan diatas, kami memberikan beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman,
diantaranya :

1. Pihak sekolah hendaknya memberikan pengajaran kepada para siswa tentang


cara berinteraksi dengan baik, serta memantau tindakan siswa selama disekolah
dan juga menetapkan sanksi yang tegas bagi para pelaku tindakan bullying
antar siswa, sehingga dengan hal tersebut dapat mewujudkan lingkungan
belajar yang aman dan nyaman.
2. Hendaknya orang tua turut andil dalam memberikan pemahaman dan nasihat
kepadanya anaknya agar terhindar dari perilaku bullying. Juga selalu ciptakan
lingkungan keluarga yang saling menyayangi dan menjaga antar sesama
3. Untuk para remaja khususnya pelajar hendaknya selalu merasa bersyukur
terhadap apa yang dimiliki, selalu menghargai antar teman sebaya baik
disekolah, di rumah maupun dimasyarakat, ciptakan selalu kerukunan dan
wujudkan lingkungan yang positif dimanapun berada.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dafiq, N., Dewi, C. F., & Dkk. (2020, Oktober). Upaya Edukasi Pencegahan
Bullying Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Manggarai Ntt.
Jurnal Pengabdian Masyarat, 3, 120-129. Doi:10.36928/Jrt.V3i3.610

Habibah, M. (2023, Oktober 2). Mengenal Lebih Dalam Tentang Bullying, Faktor
Oenyebab, Bahaya Dan Cara Pencegahannya. Dipetik Februari 14, 2024

Kusmini, U., & Zulyanti, Z. (2019, November). Penerapan Model Pembelajaraan


Berbasis Film Pendek Untuk Mengurangi Tindakan Bullying Pada Siswa
Kelas V Sdn 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Ii. Dipetik Januari 28, 2024
Mahdalina. (T.Thn.). Pengaruh Minat Belajar, Dukungan Orang Tua Dan
Lingkungan Belajar Terhadap Perilaku Belajar Siswa Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa. 18(2), 332-351. Dipetik Februari 20, 2024

Mashuddin, M., Ahmad, R. S., & Arifin, Z. (2022, Maret). Perilaku Bullying Di
Sma Negeri 1 Maros (Studi Kasus Pada Siswa Pindahan). Sociology
Education, 2(1), 142-152. Dipetik Februari 20, 2024
Rachma, A. W. (2022). Upaya Pencegahan Bullying Di Lingkung Sekolah.
Research Articel, 10(2), 2777-0818. Dipetik Februari 14, 2024
Rahmawati, D. E., Widyastuti, D. A., & Muhliawati, Y. (T.Thn.). Peningkatkan
Pemahaman Bahaya Bullying Melalui Bimbingan Klasikal Teknik Diskusi
Di Kelas Xi Akl 2 Smk Al Falah Moga. Dipetik Januari 28, 2024
Suhendar, R. D. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa Di Smk
Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi, 53-64. Dipetik Februari
14, 2024

Wardani, Tarishah Kusuma; Putra, Ikhsan Maulana; Dkk. (2021, November 26).
Perilaku Bullying Dan Dampak Pada Korban. Dipetik Februari 14, 2024
Wulandari, R. J. (2021). Rational Emotive Behavior Therapy In Reducing Of
Bullying Behaviour Among Student. 2, 43-45.
Doi:Https://Doi.Org/10.29210/08jces57800
Zain, Z. E., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017, Juli). Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Penelitian & Ppm, Iv,
129-389. Dipetik Januari 28, 2024

22

Anda mungkin juga menyukai