DI SUSUN OLEH
KELOMPOK
KELAS XH
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Disusun Oleh:
Amara Risty Fauziyah
Ashila Fauha Putri
Asyam Budi Bayanaka
Bilqisha Putri Fairuz Q.
Fathan Rafa Ataya
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada umatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca. Aamiin.
Penulis
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ I
IV
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu riset yang telah dilakukan oleh LSM Plan International dan
International Center for Research on Women yang di unggah awal Maret 2015
ini menunjukkan hasil fakta mencengangkan terkait kekerasan anak di sekolah.
Di tingkat Asia, kasus bullying yang terjadi pada siswa di sekolah mencapai
angka 70% (Qodar, 2015).
1
Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang
tega membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku
mengaku kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP. Kasus ini
membawa kepada penjelasan bahwa masyarakat dan pelajar khususnya harus
lebih paham mengenai apa itu bullying dan bagaimana dampaknya bagi pelaku.
Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai
masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
1.3 TUJUAN
Untuk menganalisis dampak tindakan bullying dan faktor apa saja yang
menenyebabkan tindakan bullying di lingkungan sekolah, dan mengetahui
cara mencegah dan mengatasi tindakan bullying di lingkungan sekolah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pelecehan secara fisik seperti mendorong, menendang, menampar,
memukul.
4
perampasan uang jajan atau barang-barang, tuduhan- tuduhan yang
tidak benar, serta gosip.
c. Bullying Relasional
Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban
penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian, atau penghindaran. Penindasan relasional dapat
digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau
secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang
agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, dan
bahasa tubuh yang kasar.
5
3. Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan
lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek).
4. Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau
mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
5. Pelecehan seksual.
6
f. Memandang orang-orang yang lemah dan tak berdaya sebagai sasaran
tindakan bullying
g. Tidak ada rasa tanggung jawab terhadap yang telah dilakukan,
walaupun terbukti bersalah.
h. Tidak memiliki pandangan yang luas dimasa depan.
i. Haus perhatian, atau sengaja mencari-cari perhatian dari orang lain.
7
dapat mempengaruhi motivasi dan proses pembelajaran. Kondisi ruang
kelas yang nyaman akan membantu siswa untuk lebih mudah dalam
berkonsentrasi, memeperoleh hasil belajar yang maksimal (Samodra,
2013).
8
6. Meja dan kursi serta perlengkapan yang lainnya di kelas. senantiasa
ditata dengan rapi dan dijaga kebersihannya.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
seseorang, in sengaja mengalihkan kemarahannya dengan memukul, memaki,
membentak, atau bahkan menendang barang-barang di sekitar korban.
11
Berdasarkan dari hasil yang dilakukan peneliti tersebut menemukan 5
alasan perilaku bullying yang terjadi pada siswa pindahan di SMAN 1 Maron,
yaitu sikap temperamen, tradisi senioritas, rasa percaya diri, bullying verbal,
dan bullying mental.
12
2. Model Perilaku : Individu dapat terpengaruh oleh orang-orang di sekitar
mereka yang terlibat dalam perilaku bullying, baik itu dalam lingkungan
sekolah, masyarakat, atau media. Menjadi bagian dari kelompok atau
lingkungan di mana bullying dianggap sebagai norma dapat mendorong
seseorang untuk mengikuti contoh tersebut.
3. Rasa Kuasa dan Pengendalian: Perilaku bullying dapat memberikan rasa
kuasa dan pengendalian kepada pelaku. Mereka mungkin merasa puas
ketika dapat mendominasi atau mempengaruhi orang lain.
4. Kurangnya Empati dan Pengetahuan: Beberapa orang mungkin kurang
memahami dampak emosional dan psikologis dari perilaku bullying
terhadap korban. Kurangnya empati dan pengetahuan tentang bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi orang lain dapat memicu perilaku bullying.
5. Gangguan Mental : Beberapa gangguan mental, seperti gangguan perilaku,
gangguan kepribadian, atau kecenderungan psikopatik, dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk mengontrol perilaku agresif dan
menghasilkan perilaku bullying.
6. Faktor Sosial dan Lingkungan: Budaya atau lingkungan yang mendorong
persaingan yang ekstrem, atau penolakan terhadap kelompok atau individu
tertentu dapat memperkuat perilaku bullying dan masih banyak lagi faktor
lain.
13
penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap
anak lain.
c. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di
sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka
bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan
tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan
akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak
heran jika terjadi pemalakan antar siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi
tayangan yang mereka tampilkan. Survei yang dilakukan kompas (Saripah,
2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang
ditontonnya, mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).
Menurut Yamin dkk (2018), faktor-faktor yang melatarbelakangi siswa
melakukan perilaku bullying, antara lain:
1. Perbedaan kelas, masalah ekonomi, etnisitas atau rasisme.
Faktor bullying dapat terjadi ketika terdapat perbedaan ekstrem
individu dengan suatu kelompok dimana ia bergabung dan jika tidak dapat
disikapi dengan baik dapat menjadi faktor penyebab bullying.
2. Tradisi atau kebiasaan dalam senioritas.
Senioritas sering di jadikan alasan tindakan bullying. Senioritas ini
tidak berhenti begitu saja, senioritas termasuk dalam perilaku yang
berulang. Senioritas ini terjadi dengan alasan untuk memuaskan keinginan
mencari masalah, dan menunjukkan kekuasaan.
3. Keluarga tidak rukun.
14
Adanya berbagai masalah internal dari keluarga seperti
ketidakhadiran orang tua, menderita depresi, kurangnya komunikasi dan
ketidakharmonisan merupakan penyebab tindakan kekerasan.
4. Iklim lingkungan sekolah yang tidak hangat dan tidak bersahabat atau
diskriminatif.
5. Karakter inidividu atau kelompok.
Memiliki rasa dendam dalam pergaulan teman sebaya, kesalahan
interpretasi pada perilaku korban
15
Tindakan bullying tidak hanya memberi dampak terhadap fisik
korban. Tindakan tersebut juga memberi dampak kepada psikologis korban,
seperti rasa takut. Rasa takut yang berlebih akan membebani pikiran korban
dan dapat memecah fokus korban.
3. Merasa tidak dihargai di lingkungan sekitar
Perilaku semena-mena yang diterima korban perundungan, menyadari
tidak ada seorang pun yang menolongnya untuk keluar dari situasi
perundungan serta ejekan dan tertawaan yang dilontarkan kepadanya
membuat dirinya merasa tidak dihargai.
Menurut Yayasan Semai Jiwa Amini (2008) dampak bullying yang umum
terjadi antara lain: mengurung diri (school phobia), anak jadi penakut, marah-
marah. memar, tidak bersemangat, menjadi pendiam, mudah sensitif, menjadi
rendah diri, menyendiri, menjadi kasar, berkeringat. tidak percaya diri, mudah
tersinggung.
16
3.4 UPAYA MENCEGAH TINDAKAN BULLYING
Pencegahan bullying di sekolah sangat penting karena dapat
menghasilkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Mencegah tindakan
bullying melibatkan upaya bersama dari masyarakat, sekolah, orang tua, dan
individu untuk menciptakan lingkungan yang aman, penuh kasih sayang, dan
menghormati satu sama lain. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
diambil untuk mencegah tindakan bullying:
1. Pendidikan dan Kesadaran : melakukan program pendidikan dan sosialisasi
tentang bullying di sekolah, tempat kerja, dan masyarakat, Tingkatkan
kesadaran mengenai konsekuensi dari bullying bagi korban, dan pelaku.
2. Peran Sekolah : Implementasikan kebijakan antibullying yang jelas di
sekolah, termasuk sanksi untuk pelaku bullying. Fasilitasi diskusi terbuka
dan edukasi tentang tindakan bullying serta cara mengatasi dan
melaporkannya.
3. Peran Orang Tua dan Wali : Ajari anak-anak tentang empati, penghargaan,
dan bagaimana berperilaku dengan baik terhadap sesama.
4. Mengajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik : Latih anak-anak
untuk mengembangkan keterampilan sosial. Ajarkan cara menyelesaikan
konflik secara positif dan membangun hubungan yang sehat.
5. Fasilitasi Lingkungan Positif dan Dukungan : Ciptakan lingkungan yang
terbuka, akrab, dan berpengharapan di rumah, sekolah, dan tempat kerja.
Dorong siswa untuk membentuk kelompok-kelompok sosial yang positif
dan saling mendukung.
6. Pentingnya Pelaporan dan Keterlibatan Komunitas : Dorong korban dan
saksi untuk melaporkan tindakan bullying kepada otoritas yang berwenang.
Bangun keterlibatan komunitas dalam pencegahan bullying dengan
melibatkan polisi, organisasi sosial, dan kelompok masyarakat.
7. Penyuluhan tentang Penggunaan Teknologi Secara Aman : Berikan
informasi kepada anak-anak tentang etika dan kesadaran digital untuk
mencegah cyberbullying. Ajari mereka cara menggunakan media sosial dan
teknologi secara positif dan aman.
17
Selain itu, Upaya mencegah dan mengatasi bullying di sekolah bisa
dimulai dengan:
1. Menciptakan Budaya Sekolah yang Beratmosfer Belajar yang Baik.
Menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa
takut, melalui pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan
bullying di sekolah dengan melibatkan siswa, menciptakan sekolah model
penerapan sistem antibullying, serta membangun kesadaran tentang
bullying.
2. Menata Lingkungan Sekolah Dengan Baik.
Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak
didik merasa nyaman.
3. Dukungan Sekolah terhadap Kegiatan Positif Siswa.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok kelompok kegiatan agar
diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses
pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan
sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap
tindakan bullying.
18
d. Membangun kapasitas anak dalam melindungi diri dari perilaku bullying
dan tidak menjadi pelaku.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan suatu
tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan
tersebut bertujuan membuat seseorang merasa tidak nyaman. Fenomena ini
sering terjadi antar remaja/siswa dilingkungan pendidikan seperti disekolah,
disebab karena faktor ekonomi, perbedaan kelas, senioritas maupun rasisme.
Semua pihak, termasuk sekolah, guru, staf, orang tua, dan masyarakat,
perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan ini. Dengan adanya komitmen
bersama, kita dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang bebas dari rasa takut
dan intimidasi, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal dan
menjadi individu yang lebih baik. Melalui upaya upaya di atas, kita dapat
bersama-sama menciptakan sekolah yang tidak hanya menjadi tempat belajar,
tetapi juga menjadikan suatu lingkungan yang aman, nyaman, dan
menginspirasi bagi setiap siswa dalam mengembangkan potensi akademisnya.
20
4.2 SARAN
Dari kesimpulan diatas, kami memberikan beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman,
diantaranya :
21
DAFTAR PUSTAKA
Dafiq, N., Dewi, C. F., & Dkk. (2020, Oktober). Upaya Edukasi Pencegahan
Bullying Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Manggarai Ntt.
Jurnal Pengabdian Masyarat, 3, 120-129. Doi:10.36928/Jrt.V3i3.610
Habibah, M. (2023, Oktober 2). Mengenal Lebih Dalam Tentang Bullying, Faktor
Oenyebab, Bahaya Dan Cara Pencegahannya. Dipetik Februari 14, 2024
Mashuddin, M., Ahmad, R. S., & Arifin, Z. (2022, Maret). Perilaku Bullying Di
Sma Negeri 1 Maros (Studi Kasus Pada Siswa Pindahan). Sociology
Education, 2(1), 142-152. Dipetik Februari 20, 2024
Rachma, A. W. (2022). Upaya Pencegahan Bullying Di Lingkung Sekolah.
Research Articel, 10(2), 2777-0818. Dipetik Februari 14, 2024
Rahmawati, D. E., Widyastuti, D. A., & Muhliawati, Y. (T.Thn.). Peningkatkan
Pemahaman Bahaya Bullying Melalui Bimbingan Klasikal Teknik Diskusi
Di Kelas Xi Akl 2 Smk Al Falah Moga. Dipetik Januari 28, 2024
Suhendar, R. D. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying Siswa Di Smk
Triguna Utama Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi, 53-64. Dipetik Februari
14, 2024
Wardani, Tarishah Kusuma; Putra, Ikhsan Maulana; Dkk. (2021, November 26).
Perilaku Bullying Dan Dampak Pada Korban. Dipetik Februari 14, 2024
Wulandari, R. J. (2021). Rational Emotive Behavior Therapy In Reducing Of
Bullying Behaviour Among Student. 2, 43-45.
Doi:Https://Doi.Org/10.29210/08jces57800
Zain, Z. E., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017, Juli). Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Penelitian & Ppm, Iv,
129-389. Dipetik Januari 28, 2024
22