Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN DAN BULLYING

OLEH:

MUTIA ZAINAL

(2210110141049)

DOSEN PENGAMPU: H. IKHSAN YUSDA PP, SH, LLM

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS

AKADEMI PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

(APIKES) IRIS PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada
kita semua dan shalawat beserta salam yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga
makalah tentang “Kewarganegaraan dan Bullying” ini dapat penulis susun dengan lancar.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak H. Ikhsan Yusda PP,
SH, LLM yang telah memberikan amanah kepada penulis sehingga dapat mengambil
pembahasan ini dalam rangka pengembangan wawasan terhadap ilmu yang telah
diberikan.Kemudian penulis mengucapkan terimakasih juga kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu
yang dimiliki.Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat
memberikan kontribusi bagi penulis sehingga dapat bermanfaat dan layak dijadikan sumber
acuan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Padang, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Bullying...........................................................................................................................6
2.2 Aspek-aspek Bullying........................................................................................................................6
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying................................................................................7
2.4. Karakteristik Bullying......................................................................................................................8
2.5 Visi dan Misi Kewarganegaraan Terhadap Bullying.........................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras,
adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan. Fenomena tersebut, sebenarnya dapat
diolah dengan intergritas bangsa yang tinggi, hal mana bangsa Indonesia tidak hanya dapat
membangun dirinya untuk menjadi suatu bangsa yang utuh, tetapi juga layak untuk memperoleh
tempat sebagai bagian dunia internasional, yang dapat berdampingan dengan bangsa-bangsa lain
di dunia, salah satunya dengan pendidikan formal (sekolah).

Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal seperti Taman Kanak-


Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama, peranan guru sangat besar bahkan
dominan. Pada taraf pendidikan formal tersebut, guru mempunyai peranan yang cenderung
mutlak di dalam membentuk dan mengubah pola perilaku anak didik. Keadaan berubah setelah
anak (yang sudah menjadi remaja) memasuki Sekolah Menengah Atas. Peran guru dalam
membentuk dan mengubah perilaku anak didik dibatasi dengan peran anak didik itu sendiri
dalam membentuk dan mengubah perilakunya. Sudah tentu bahwa guru masih tetap berperan di
dalam hal membimbing anak didiknya agar mempunyai motivasi yang 2 besar untuk
menyelesaikan studinya dengan baik dan benar. Setidaknya itulah yang menjadi peranan yang
sangat diharapkan dari guru di tingkat Sekolah Menengah Atas .

Para siswa yang terdiri dari para remaja sudah mulai mempunyai sikap tertentu,
kepribadiannya mulai terbentuk dan menuju kemandirian. Oleh karena itu, para remaja mulai
mengkritik keadaan sekolah yang kadang-kadang tidak memuaskan baginya. Pada tingkat
pendidikan ini, ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi sangat
kuat. Hal ini karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka,
sehingga hanya dengan seusianya ada kedekatan fisik ataupun psikis. Mereka kadang-kadang
bergurau melampaui batas kewajaran sehingga tidak disadari membuat orang lain sekitarnya
menderita, dan bila diperingatkan biasanya tidak mau menerima dan bahkan berbuat lebih
dahsyat lagi. Hal yang demikian itu membuat remaja bangga dengan perbuatan yang dianggap
tidak wajar.

Banyak pelaku bullying memiliki karakteristik psikologis. Tetapi umumnya perilaku


bullying mereka di pengaruhi oleh toleransi sekolah atas perilaku bullying, sikap guru, dan faktor
lingkungan yang lain. Selain itu, lingkungan keluarga juga mempengaruhi perilaku bullying
siswa. Secara fisik, pelaku bullying tidak hanya didominasi oleh anak yang berfisik besar dan
kuat, anak bertubuh kecil atau sedang yang memiliki dominasi psikologis yang besar di kalangan
teman-temannya juga dapat menjadi pelaku bullying. Alasan yang paling jelas mengapa
seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa pelaku bullying merasakan kepuasaan apabila
ia berkuasa 3 dikalangan teman sebayanya. Selain itu, tawa teman-teman seklompok saat ia
mempermainkan sang korban memberikan penguatan terhadap perilaku bullying.
Bullying memang tidak ada habisnya untuk dibahas, mulai dari anak-anak sampai orang
dewasa pernah mengalaminya, tak sedikit anak yang bercerita kepada orang tuanya bahwa
mereka mengalami tindakan kekerasan (bullying) di sekolah. Anak yang mendapat perilaku
bullying antara lain, sering mendapatkan ejekan, di beri julukan yang buruk, diberi cap, serta
terkadang mereka menerima perkataan yang kasar dari teman sebayannya yang membuat mereka
rendah. Menurut Agustina (2010) Perlindungan anak sudah di atur dalam Pasal 54 UU No.23
Tahun 2002 isinya: “Anak didalam dan lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan
kekerasan yang dilakukan guru, pengelola kelas, atau teman-temannya di dalam sekolah yang
bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya”.

Bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyakiti orang yang
dianggap lemah, dilakukan dengan perasaan senang tanpa adanyanya perasaan bersalah untuk
menyakiti orang lain, perilaku bullying dilakukan karena penentangan terhadap peraturan
sekolah, guru, dan teman sebayanya. Faktor yang mendominasi siswa melakukan tindakan
bullying di sekolah adalah faktor lingkungan dimana anak itu tingal, karean tempat tinggal
mendominasi anak membawa sifat dan karakter tersebut kedalam lingkungan sekolah hal ini di
sebabkan kebanyakan para siswa-siswa yang sering melakukan tindakan bullying mereka hanya
ingin mencari perhatian dan menemukan jati diri.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian bullying?

1.2.2 Apa saja aspek dari bullying?

1.2.3 Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadi bullying?

1.2.4 Apa karateristik dari bullying?

1.2.5 ApaVisi dan Misi Kewarganegaraan Terhadap Bullying

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang bullying dan faktor penyebab terjadinya bullying.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bullying
Bullying merupakan aktivitas sadar yang tujuannya untuk melukai dan menyakiti seseorang dan
dilakukan secara berulang-ulang. Olweus (1997) mengatakan bahwa Bullying adalah perilaku
negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi
berulangulang yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan
korban. Perilaku Bullying ini tidak lepas dari yang namanya keinginan untuk berkuasa dan juga
menjadi seseorang yang ditakuti di lingkungan sekitarnya.

Menurut Para Ahli:

1. Siswanti dan Widayanti (2009) perilaku Bullying merupakan salah satu bentuk dari perilaku
agresi. Seperti ejekan, hinaan, dan ancaman seringkali merupakan sebagai suatu pancingan yang
dapat mengarah ke agresi.

2. Smith dan Thompson (Yusuf & Fahrudin, 2012) bully diartikan sebagai seperangkat tingkah
laku yang diakukan secara sengaja dan menyebabkan kecederaan fisik serta psikologis yang
menerimanya. Sehingga dapat diartikan bahwa pelaku Bullying ini menyerang korban secara
sadar dan sengaja tanpa memikirkan kondisi korban.

2.2 Aspek-aspek Bullying


a. Aspek indirect

yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menolak atau mengeluarkan dan menjauhi seseorang dari
kelompok pertemanan atau meninggalkannya dari berbagai hal secara disengaja seperti
memfitnah seseorang dengan menceritakan kebohongan tentang seseorang agar orang tersebut di
nilai buruk oleh teman-temannya

b. Aspek physical

yaitu kegiatan melukai seseorang dengan cara Memukul, menendang, mendorong,


mempermainkan atau meneror dan melakukan hal-hal yang bertujuan untuk menyakiti dan
mencederai.

Menurut Riauskina, dkk (Argiati, 2010) mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 (lima)
bentuk. Lima bentuk perilaku bullying tersebut yaitu:

1. Kontak Fisik Langsung Bentuk kontak langsung antara lain seperti memukul, mendorong,
menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar,
memeras, dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
2. Kontak Verbal Langsung Kontak verbal langsung yang ditunjukkan antara lain seperti
mengancam, mempermalukan, merendahkan, menganggu, memberi panggilan nama, mencela
atau mengejek, mengintimidasi, memaki, dan menyebarkan gosip.

3. Perilaku Non-Verbal Langsung Perilaku non-verbal langsung yang ditunjukkan antara lain
seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan,
mengejek atau mengancam (biasanya disertai dengan bullying fisik atau verbal).

4. Perilaku Nonverbal tidak langsung Perilaku non-verbal tidak langsung yang ditunjukkan
antara lain seperti mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak,
sengaja mengucilkan atau mengabaikan, dan mengirimkan surat kaleng.

5. Pelecehan Seksual Bentuk perilaku bullying dengan pelecehan seksual dikategorikan kedalam
bentuk perilaku agresi fisik atau verbal. Berdasarkan penjelasan mengenai aspek-aspek perilaku
bullying diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang menunjukkan perilaku bullying dapat
dilakukan secara Verbal, Indirect, dan secara physical dalam bentuk langsung maupun tidak
langsung.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying


1. Faktor Individu

Terdapat dua kelompok individu yang terlibat secara langsung dalam peristiwa buli, yaitu
pembuli dan korban buli. Kedua kelompok ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi
perilaku buli.

Ciri kepribadian dan sikap seseorang individu mungkin menjadi penyebab kepada suatu perilaku
buli:

a. Pembully Pembuli cenderung menganggap dirinya senantiasa diancam dan berada


dalam bahaya. Pembuli ini biasanya bertindak menyerang sebelum diserang. Biasanya,
pembuli memiliki kekuatan secara fisik dengan penghargaan diri yang baik dan
berkembang.

b. Korban bully Korban buli ialah seseorang yang menjadi sasaran bagi berbagai tingkah
laku agresif. Dengan kata lain, korban buli ialah orang yang dibuli atau sasaran
pembuli. Anak-anak yang sering menjadi korban buli biasanya menonjolkan ciri-ciri
tingkah laku internal seperti bersikap pasif, sensitif, pendiam, lemah dan tidak akan
membalas sekiranya diserang atau diganggu.

2. Faktor Keluarga

Latar belakang keluarga turut memainkan peranan yang penting dalam membentuk perilaku
bullying. Orang tua yang sering bertengkar atau berkelahi cenderung membentuk anak-anak
yang beresiko untuk menjadi lebih agresif. Anak-anak yang mendapat kasih sayang yang kurang,
didikan yang tidak sempurna dan kurangnya diberikan ajaran yang positif akan berpotensi untuk
menjadi pembuli

. 3. Faktor Teman Sebaya Teman sebaya memainkan peranan yang tidak kurang pentingnya
terhadap perkembangan dan pengukuhan tingkah laku buli, sikap anti sosial dan tingkah laku di
kalangan anak-anak. Kehadiran teman sebaya sebagai pengamat, secara tidak langsung,
membantu pembuli memperoleh dukungan kuasa, popularitas, dan status. Dalam banyak kasus,
saksi atau teman sebaya yang melihat, umumnya mengambil sikap berdiam diri dan tidak mau
campur tangan.

4. Faktor Media Paparan aksi dan tingkah laku kekerasan yang sering ditayangkan oleh televisi
dan media elektronik akan mempengaruhi tingkah laku kekerasan anakanak dan remaja.
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat diramaikan oleh perdebatan mengenai dampak tayangan
Smack-Down di sebuah televisi swasta yang dikatakan telah mempengaruhi perilaku ke-kerasan
pada anakanak.

5. Faktor Kontrol Diri Kontrol diri adalah faktor yang berasal dari diri individu. Kontrol diri
yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, ada yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada
yang memiliki kontrol diri yang rendah. Menurut Denson (2012) kontrol diri dapat menurunkan
agresi dengan mempertimbangkan aspek dan aturan yang berlaku.

2.4. Karakteristik Bullying


Dalam kasus Bullying terdapat beberapa komponen Bullying yaitu pelaku Bullying, korban
Bullying atau victim, dan partisipan atau bystander. Ketiga komponen tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sehingga dapat terlihat bahwa individu memiliki karakteristik
khususnya sebagai pelaku Bullying. Menurut Rigby (Astuti, 2008) terdapat tiga karakteristik
Bullying yang biasanya dilakukan ,antara lain:

1. Ada perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban.

2. Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga munculnya perasaan tertekan pada
korban.

3. Perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus.

Sedangkan menurut sejiwa (2008) pelaku Bullying memiliki beberapa karakteristik.


Karakteristik yang terdapat pada pelaku bullying yaitu:

1. Pelaku bullying umumnya seorang anak atau murid yang memiliki fisik besar dan kuat.

2. Pelaku bullying yang memiliki tubuh kecil atau sedang namun memiliki dominasi psikologis
yang besar dikalangan teman-teman sebaya.
3. Memiliki kekuatan dan kekuasaan di atas korban bullying.

4. Memiliki rasa puas apabila pelaku berkuasa di kalangan teman sebaya.

5. Individu memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah, sehingga cenderung melakukan bullying
untuk menutupi kekurangan pada diri individu.

2.5 Visi dan Misi Kewarganegaraan Terhadap Bullying


Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan terwujudnya sikap, perilaku yang baik,
serta tanggung jawab, sehingga sebagai warga negara Indonesia khususnya pada generasi muda
akan memiliki kesadaran hukum yang tinggi. Perilaku bullying yang di lakukan oleh seseorang
perlu di ketahui lebih lanjut lagi dan memberikan penanganan secara didini dalam
menanggulangi kasus terjadinya bullying di sekitar, serta memberikan pendidikan berkarakter
yang berbasis keislaman kepada para remaja.

Visi bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan mewujudkan masyarakat demokratis


merupakan reaksi atas kesalahan paradigma lama yang masih menggunakan istilah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). PPKn sangat mencolok dengan misi mewujudkan sikap
toleransi, tenggang rasa, memelihara persatuan kesatuan, tidak memaksakan pendapat,
menghargai, dan lain-lain yang dirasionalkan demi kepentingan stabilitas politik untuk
mendukung pembangunan nasional.

Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan dalam lingkup dunia pendidikan sekolah dewasa
ini dapat disimpulkan bagian pendahuluan pada naskah Standar Isi mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Berdasarkan praktik pendidikan selama ini Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia ternyata tidak hanya menggambarkan misi sebagai pendidikan demokrasi. Pendidikan
Kewarganegaraan mengembangkan misi, sebagai berikut:

1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Kewarganegaraan dalam arti sesungguhnya


yaitu civices education. Berdasarkan hal ini, Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina
dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan penerapan, 5
tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam berbagai aspek
kehidupan bernegaran. Misalnya Pendidikan Kewarganegaraan di munculkan dalam pelajaran
civic (Kurikulum 1957/1962). Pendidikan Kemasyarakatan yang merupakan integrasi Sejarah,
Ilmu Bumi, dan Kewarganegaraan (Kurikulum 1964); Pendidikan Kewarganegaraan Negara,
perpaduan Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civic (Kurikulum 1968/1969) dan PPKn (1994).

2. Pendidikan Kewarganegaran sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal ini Pendidikan
Kewarganegaraan bertugas dan membina dan mengembangkan nilai-nilai bangsa yang dianggap
baik sehingga terbentuk warga negara yang berkarakter baik bagi bangsa bersangkutan. Contoh:
Pendidikan dimuat dalam pembelajaran PMP (1975/1984), Pelajaran PPKn (Kurikulum 1994).
Di perguruan tinggi di berikan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Filsafat Pancasila.
3. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan bela negara. Pendidikan kesadaran bela
negara sehingga dapat diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.
Contoh, di berikan mata kuliah kewiraan di perguruan tinggi.

4. Pendidikan Kewargaengaraan sebagai pendidikan demokrasi (politik) Pendidikan


Kewarganegaraan bertugas menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang demokratis
untuk mendukung tegaknya demokrasi negara. dengan Pendidikan Kewarganegaraan, akan ada
sosialisasi, desiminasi, dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bullying merupakan aktivitas sadar yang tujuannya untuk melukai dan menyakiti seseorang dan
dilakukan secara berulang-ulang. Olweus (1997) mengatakan bahwa Bullying adalah perilaku
negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi
berulangulang yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan
korban. Perilaku Bullying ini tidak lepas dari yang namanya keinginan untuk berkuasa dan juga
menjadi seseorang yang ditakuti di lingkungan sekitarnya.Aspek-aspek Bullying yaitu Aspek
indirect dan pysical.

3.2 Saran
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Tentunya penulis sudah menyadari jika ada
kesalahan dalam penyusunan makalah ini serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, R. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku dan Korban Bullying di Indonesi. 45–47.

Novan, A.W. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

http://eprints.ums.ac.id/59879/14/

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/12

Anda mungkin juga menyukai