NIM : 1605512041
Demikian halaman pernyataan ini saya buat, apabila pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia menanggung resiko sanksi apabila ditemukan pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam laporan kerja praktek ini.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Blok D, F dan G
RSUD Kabupaten Badung di Jalan Raya Kapal, Desa Kapal, Kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung, Bali sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.3 RKS dan Gambar Kerja ................................................................... 30
2.3.1 RKS .................................................................................................. 30
2.3.2 Gambar Kerja ................................................................................... 32
BAB III PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN ............................................ 33
3.1 Umum .............................................................................................. 33
3.2 Lingkup Pekerjaan ........................................................................... 33
3.2.1 Lingkup Pekerjaan Sebelum Kerja Praktek ..................................... 33
3.2.2 Lingkup Pekerjaan Selama Kerja Praktek ....................................... 34
3.2.3 Lingkup Pekerjaan Setelah Kerja Praktek ....................................... 35
3.3 Teknik Pelaksanaan Selama Kerja Praktek ..................................... 36
3.4 Tinjauan Khusus Kerja Praktek ....................................................... 63
3.4.1 Perencanaan Pekerjaan Kolom ........................................................ 63
3.4.2 Persiapan Sebelum Dilakukan Pekerjaan Kolom ............................ 68
3.4.3 Pemasangan Pekerjaan Kolom ......................................................... 69
3.4.4 Pemeliharaan Dilakukan Pada Kolom ............................................. 72
3.5 Kontrol ............................................................................................. 72
3.5.1 Kontrol Waktu ................................................................................. 73
3.5.2 Kontrol Presentase Pekerjaan .......................................................... 74
3.5.3 Kontrol Kualitas ............................................................................... 75
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 81
4.1 Ringkasan......................................................................................... 81
4.2 Rekomendasi.................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Gambar 3D Pembangunan Gedung D, F dan G RSUD Kabupaten
Badung ............................................................................................... 4
Gambar 2. 1 Struktur organisasi pengelola proyek pembangunan Gedung D,F,G
RSUD Kabupaten Badung ............................................................... 24
Gambar 3.1 Denah Kolom Lantai Basement ........................................................ 63
Gambar 3.2 Denah Kolom Lantai 1 ...................................................................... 64
Gambar 3.3 Denah Kolom Lantai 2 ...................................................................... 64
Gambar 3.4 Denah Kolom Lantai 3 ...................................................................... 65
Gambar 3.5 Detail Penulangan Kolom Gedung G #1 ........................................... 65
Gambar 3.6 Detail Penulangan Kolom Gedung G #2 ........................................... 66
Gambar 3.7 Potongan Portal A' Gedung G ........................................................... 67
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur ............................................................................. 67
Gambar 3.8 Detail 2 Joint Tulangan Kolom Gedung G........................................ 67
Gambar 3.9 Pemasangan Sambungan yang tidak sesuai dengan shopdrawing .... 68
Gambar 3.10 Gudang Penyimpanan Bahan-Bahan ............................................... 69
Gambar 3.11 Menentukan titik as Marking .......................................................... 69
Gambar 3.13 Pemasangan Decking ...................................................................... 70
Gambar 3.14 Kontrol Ketegakan Kolom Dengam Metode Lot Bangunan ........... 71
Gambar 3.16 Uji Slump Untuk Pelat .................................................................... 76
Gambar 3.17 Uji Slump Untuk Kolom ................................................................. 76
Gambar 3. 18 Kuat tekan rata-rata perlu ............................................................... 79
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten dari sembilan kabupaten/kota yang
terdapat di Provinsi Bali yang berada pada posisi 08o14’17” – 08o50’57” Lintang Selatan dan
115o05’02” – 115o15′ 09″ Bujur Timur, wilayahnya membentang di tengah-tengah pulau Bali.
Kabupaten Badung memiliki batas-batas wilayah yaitu, sebelah Selatan berbatasan dengan
Samudera Hindia, bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, Timur berbatasan dengan
Kabupaten Gianyar, Bangli dan Kota Denpasar, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan
wilayah Tabanan. Luas daerah yang dimiliki Kabupaten Badung ialah 418,62 km 2 atau sekitar
7,43% dari luas keseluruhan Bali. Pada tahun 2019 jumlah penduduk di Kabupaten Badung
mencapai 67.020.000 jiwa. Secara administratif Wilayah kabupaten ini terbagi menjadi 6
kecamatan, yaitu: Petang, Kecamatan Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara dan Kuta Selatan.
Kabupaten Badung dikenal dengan kabupaten yang kaya akan daerah pariwisata, dan
banyak turis-turis dari manca negara yang datang untuk berlibur. Dengan jumlah penduduk yang
ada dan turis-turis yang berwisata, maka Kabupaten Badung banyak membuat fasilitas-fasilitas
yang mendukung terutama dibidang kesehatan. Pada bidang kesehatan Kabupaten Badung
memiliki 8 rumah sakit diantaranya yaitu RS Khusus Bedah BIMC, RS Umum Graha Asih, RS
Umum Daerah Kab. Badung Mangusada, RS Umum Kasih Ibu Kedonganan, RS Khusus Bedah
BIMC Nusa Dua, RS Umum Siloam Bali, RS Umum Surya Husadha Nusa Dua, RS Umum Bali
Jimbaran.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dibidang kesehatan yaitu melakukan
peningkatan pembangunan fasilitas kesehatan. RS Umum Daerah Kab. Badung Mangusada
merupakan upaya yang telah dijalankan yaitu melakukan pembangunan gedung tambahan di
rumah sakit umum daerah Kabupaten Badung yang dibangun di Jalan Raya Kapal, Mangupura,
Mengwi, Kapal, Kabupaten Badung, Bali. Hal ini bertujuan untuk menunjang fasilitas kesehatan
seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat yang berkunjung, maka dibangunlah tambahan
gedung blok D, F dan G RSUD Kabupaten Badung. Pembangunan gedung blok D, F dan G RSUD
Kabupaten Badung ini memiliki banyak target untuk kelengkapan fasilitas rumah sakit seperti
ruang rawat inap kelas I dan kelas II untuk pasien, poliklinik, sistem cluster, dan lain sebagainya,
1
dimana nantinya RSUD Kabupaten Badung mampu menjadi smart hospital, menjadi rujukan bagi
masyarakat, dan menjadi role mode bagi rumah sakit lainnya, yang dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan kesehatan di Bali.
Kerja Praktek (KP) adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Sarjana Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana yang berupa praktek kerja di lapangan sebagai wahana yang
tepat untuk terciptanya proses transfer pengetahuan. Mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu
yang didapat selama perkuliahan dengan ilmu praktek di lapangan. Mahasiswa dalam kerja praktek
juga dapat membentuk sarana komunikasi secara langsung terhadap dunia kerja. Mahasiswa dapat
mengamati dan menyerap informasi mengenai teknologi baru yang mungkin tidak ada di dalam
perkuliahan yang berkembang di sebuah perusahaan/instansi dalam melaukan pembangunan.
Kerja praktek dapat membentuk kemandirian mahasiswa dalam pembelajaran. Kerja praktek dapat
dilakukan dalam dunia usaha swasta maupun pemerintah.
Sebagai mahasiswa Program Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
memilih untuk melaksanakan kerja praktek di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung.
Proyek ini dilaksanakan oleh PT. Tunas Jaya Sanur sebagai general kontraktornya dan Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Badung sebagai ownernya. Hingga saat ini
pembangunan gedung D, F dan G sedang dilaksanakan untuk memberikan kenyamanan dan
pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat. Hal tersebut melatarbelakangi kegiatan kerja praktik
mahasiswa pada proyek pembangunan gedung blok D, F, dan G RSUD Badung.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proyek yang menjadi sasaran dalam
penyajian laporan kerja praktek ini, maka perlu menyajikan secara singkat mengenai data-data
secara umum dari proyek tersebut:
1. Nama Proyek : Gedung D, F dan G RSUD Kabupaten Badung
2. Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Badung
2
3. Nama Pekerjaan : Pembangunan Gedung D, F, G RSUD Mangusada
4. Manajemen Konstruksi : PT. Yodya Karya
5. Kontraktor Pelaksana : PT. Tunas Jaya Sanur
6. Konsultan Perencana
dan pengawas : PT. Dana Sularsa Cipta
CV. Permata Konsultan
7. Sumber Dana : APBD Kabupaten Badung
8. Nilai Kontrak : Rp 232.407.944.482,11 sudah termasuk
PPN 10%
9. Jangka Waktu : 24 bulan atau 720 hari kalender dimulai dari 27 November
2018 s/d 15 November 2020
3
D
B A
F C
E
Berdasarkan Gambar 1.1 adapun pembagian dan fasilitas gedung G RSUD Kabupaten
Badung, antara lain:
Basement
- Parkir Mobil
- Gudang
- Kantor Gudang
- MEP & Workshop
- Pos Satpam
- Ruang Staff
- Lobby
- ATK
- Cetak
- Toilet
- Ruang Kins
First Floor
- Lobby
4
- Hemodialisa
- Injeksi Udara
- HBsAG
- Linen Bersih
- Linen Kotor
- ADM
- Ruang Rourse
- Waste Collector
- Ruang RO
- Gudang HD Set
- Pantry Ruang Perawat
- Ruang Admin, Karu, Dokter, Staff
- Klinik Ginjal
- Cafetaria
- Laundry
- Dapur
- Gudang
- Toilet
Second Floor
- Wadir
- Ruang Tunggu
- Ruang Direktur
- Lab Skill
- Ruang Diskusi
- Kabit Perencanaan
- Penjamin Mutu
- Kabid SDM, Pelayanan, Perawat, Penunjang.
- Toilet
Third Floor
- Lobby
- Auditorium
5
- Ruang Coding
- Komite
- Ruang Konsling
- Toilet
2. Area Proyek
Hal yang paling mendasar dalam pembangunan proyek adalah memastikan luas lahan yang
dilaksanakan sesuai dengan sertifikat tanah yang dimiliki owner. Setiap proyek memiliki luas
lahan yang berbeda-beda tergantung dari jenis pembangunan proyek. Sebelum mulai dilakukannya
proyek pembangunan gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung, terdapat bangunan lama yang
telah dibongkar. Perataan lahan sebagai persiapan sudah dilakukan oleh pelaksana proyek sejak
Desember 2008 lalu. Berikut akan dijabarkan perincian dari area bagian bangunan gedung G
RSUD Kabupaten Badung sebagai berikut:
a. Basement : 2.233,70 m2
b. First Floor : 1.860,78 m2
c. Second Floor : 2.676,11 m2
d. Third Floor : 2.534,82 m2
Adapun tujuan selama proses kerja praktek bagi mahasiswa sebagai berikut.
8
d. Memahami tata cara pemeliharaan kolom
e. Memahami pengawasan terhadap waktu pelaksanaan proyek.
f. Memahami pengawasan terhadap mutu pelaksanaan pekerjaan beton.
9
Gambar 1.2 Lokasi proyek
Sumber: Google Maps (2019)
Dari Gambar 1.3 di atas batas-batas proyek pembangunan gedung D, F, G RSUD Kabupaten
Badung sebagai berikut:
Utara : Jalan Raya Denpasar - Gilimanuk
Timur : Ruang Jenazah
Barat : Apotek Setia
Selatan : Persawahan
10
BAB II
ADMINISTRASI
2.1 Umum
Administrasi merupakan kegiatan penunjang proyek dan sangat diperlukan. Tugas
administrasi proyek ini adalah mengurus dan menyelesaikan kegiatan proyek yang bersifat
administratif, keuangan, dan umum, menyiapkan berita acara lapangan, menyusun dokumentasi.
Administrasi proyek konstruksi dibagi menjadi tiga tahapan yaitu administrasi pra pelaksanaan,
administrasi pelaksanaan, dan administrasi pasca pelaksanaan. (Sunatha, 2017)
1. Administrasi Pra Pelaksanaan merupakan administrasi yang diperlukan sebelum proyek
dilaksanakan terdiri atas organisasi (struktur organisasi pengelola proyek, job description
pengelola proyek, dan hubungan kerja pengelola proyek), desain (studi kelayakan dan
dokumen perencanaan), tender (dokumen tender dan jenis tender), dan kontrak (jenis kontrak
dan isi kontrak).
2. Administrasi Pelaksanaan merupakan administrasi yang diperlukan selama proyek
dilaksanakan, terdiri atas administrasi teknik (time schedule, gambar kerja, termin, laporan
harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan), administrasi keuangan (laporan biaya upah
kerja, bahan, dan peralatan), dan administrasi logistik (laporan ketersediaan tenaga kerja,
bahan, dan peralatan).
3. Administrasi Pasca Pelaksanaan merupakan administrasi yang diperlukan ssetelah proyek
dilaksanakan, terdiri atas administrasi teknik (laporan akhir pelaksaan proyek dan dokumen
operasional proyek), administrasi keuangan (laporan akhir keuangan proyek), administrasi
logistik (laporan akhir bahan, tenaga kerja, dan peralatan).
2.1.1 Tender
Tender pelaksanaan suatu bangunan dalam bidang pemborongan jasa konstruksi, atau
sering disebut pelelangan adalah salah satu sistem pengadaan bahan dan jasa. Dalam upaya
mendapatkan pekerjaan pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses pelelangan.
Tender adalah suatu kegiatan yang tersistematis berupa penawaran yang diajukan kepada pihak
penyelengara (owner) untuk diseleksi dan ditetapkan. Penetapan harga pelelangan ditentukan
dengan berbagai pertimbangan dan segala sesuatunya harus rasional. Penetapan pemenang tender
11
akan ditunjuk sebagai perusahaan atau badan yang mengerjakan paket pekerjaan tertentu.
Persyaratan untuk mengikuti tender, yaitu:
1. Kelegalan perusahaan dibuktikan dengan akta perusahaan, Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
dokumen kualifikasi yang lain yang diminta.
2. Mencari Informasi pengadaan yang tersedia di media masa atau pada portal e-procurement
milik pemerintah daerah, atau datang ke lembaga/instansi yang bersangkutan seperti Eproc.
3. Periksa dokumen tender untuk mengetahui metode penilaian dokumen yang akan dilakukan
oleh pejabat pengadaan.
4. Telitilah dalam pengisian dokumen penawaran. Perhatikan penjelasan yang diberikan dan
jangan merubah setiap deskripsi dalam dokumen tersebut.
5. Hindarilah upaya mengintimidasi calon penyedia lainnya.
6. Jika Anda telah ditunjuk sebagai pemenangtender tersebut, berikan barang/jasa yang sesuai
dengan spesifikasi, type, jenis, dan jumlah volume sesuai dengan dokumen penawaran yang
telah dibuat.
12
1. Kualifikasi usaha perusahaan non kecil
2. Memiliki ijin usaha
3. Memiliki NPWP
4. Memiliki Surat Keterangan Dukungan Keuangan dari Bank Pemerintah atau Swasta untuk
Mengikuti Pengadaan Barang/Jasa
5. Telah Melunasi Kewajiban Pajak Tahun Terakhir
6. Yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, dan
kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan
7. Tidak Masuk dalam Daftar Hitam
8. Tenaga Ahli dan tenaga teknis yang berpengalaman dibidangnya
9. Kemampuan untuk Menyediakan Fasilitas atau Peralatan atau Perlengkapan
10. Memiliki dan melampirkan hasil pemindaian scan sertifikat OHSAS 18001 2007 untuk
sistem Manajemen K3, sertifikat ISO 14001 2015 untuk sistem Manajemen Lingkungan 3,
sertifikat ISO 9001 2015 untuk sistem Manajemen Mutu, sertifikat sistem Manajemen
Keselamatan dan Keseharan Kerja SMK3 yang masih berlaku serta dilampirkan Bukti Audit
terakhir
11. Memiliki Dokumen Keuangan
12. Memiliki Surat Keterangan Tidak Pailit per 1 Januari 2018 dari Pengadilan Niaga yang
terdekat dengan alamat Badan Usaha sebagaimana tertera pada Surat Izin Tempat Usaha
SITU Izin Domisili uu kepailitan dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga
13. Memiliki kapasitas menandatangani kontrak
14. Memiliki dan melampirkan hasil pemidaian scan sertifikat BPJS Ketenagakerjaan
perusahaan dan melampirkan bukti pembayaran tiga bulan terakhir
Berdasarkan syarat kualifikasi diatas, PT. Tunas Jaya Sanur terpilih sebagai general
kontraktor pembangunan gedung D, F, G RSUD Kabupaten Badung karena dapat memenuhi
syarat kualifikasi.
2.1.3 Kontrak
Kontrak adalah perjanjian tertulis yang mengikat secara hukum antara 2 pihak atau lebih
yang membuat perjanjian dimana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu pekerjan dan pihak
lain menerima imbalan tersebut. Menurut Pasal 1 Ayat (5) UUJK, kontrak kerja kostruksi
merupakan keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan
13
penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Kontrak kerja konstruksi dibuat secara
terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk
pekerjaan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan (Pasal 1 UU No. 18/1999). Berdasarkan PP
29/2000, kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan:
1. Bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah imbalan jasa,
gabungan lump sum dan harga satuan, atau aliansi
2. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari: tahun tunggal, atau tahun
jamak
3. Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu sesuai kemajuan pekerjaan, atau secara berkala.
Agustini (2015), berdasarkan Undang Undang (UU) RI Nomor. 18 Tahun. 1999 Tentang Jasa
Konstruksi Pasal 20 Bab III Kontrak Kerja Konstruksi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor. 29
Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, kontrak kerja konstruksi dibedakan
berdasarkan:
1. Bentuk imbalan, terdiri atas:
a. Lumpsum
Kontrak jasa atas penyelesaian seluruh perjanjian dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah
harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian
pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi
tidak berubah.
b. Unit Price/Harga Satuan
Kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan
harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis
tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedian jasa.
c. Biaya tambahan imbalan jasa
Kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis
jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya
dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah
pekerja dan lain- lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
4. Aliansi
14
Kontrak pengadaan jasa dimana suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume
pekerjaan yang belum diketahui ataupun diperinci secara pasti sedangkan pembayarannya
dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan suatu pembagian tertentu yang disepakati
bersama atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya
dan harga kontrak referensi.
2. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, terdiri atas:
a. Tahun tunggal
Pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai dalam satu tahun.
b. Tahun jamak
Pekerjaan pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai lebih dari satu tahun.
3. Cara pembayaran hasil pekerjaan
a. Pembayaran sesuai kemajuan pekerjaan (Progress Payment)
b. Pembayaran secara berkala bulanan (Monthly Payment )
c. Pembayaran setelah pekerjaan selesai (Turn Key Payment).
15
8. Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan
akibat ketidaksepakatan
9. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja
konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak
10. Keadaan memaksa (force majeure), memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar
kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
11. Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna
jasa atas kegagalan bangunan;
12. Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial
13. Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang
lingkungan.
Tujuan dari pembuatan kontrak ini adalah:
1. Membuat suatu dokumen yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan pekerjaan.
2. Agar antar pemborong dari pemberi tugas mempunyai keseragaman penaksiran tentang
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
16
2.1.5 Nilai Kontrak
Nilai kontrak dari proyek pembangunan Gedung D, F, G RSUD Kabupaten Badung
menghabiskan dana sebesar Rp 232.407.944.482,11 sudah termasuk PPN. Sumber dana proyek
ini, bersumber dari APBD Kabupaten Badung. Sementara, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
proyek ini dimulai sejak tanggal 27 Nopember 2018 sampai dengan tanggal 15 Nopember 2020
atau setara dengan 24 Bulan atau 720 hari pelaksanaan.
17
Pekerjaan : Pembangunan Gedung D, F, dan G RSUD Kabupaten Badung (Tahun Jamak)
Gedung : RSUD Kabupaten Badung Gedung D, F, G
No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume Jumlah (Rp)
1. Pekerjaan Persiapan ls 1,00
Sub Total -
2. Gedung D
Pekerjaan Arsitektur ls 1,00
Pekerjaan Struktur ls 1,00
MEP ls 1,00
Sub Total -
3. Gedung F
Pekerjaan Arsitektur ls 1,00
Pekerjaan Struktur ls 1,00
MEP ls 1,00
Sub Total -
4. Gedung G
Pekerjaan Arsitektur ls 1,00
Pekerjaan Struktur ls 1,00
MEP ls 1,00
Sub Total -
5. Pekerjaan Infratruktur Is 1,00
Sub Total -
6. Pekerjaan Lanscape ls 1,00
Sub Total -
Sub. Total -
PPN 10% -
Grand Total Rp 232.407.944.482,11
18
Terbilang: Dua Ratus Tiga Puluh Dua Miliyar Empat Ratus Tujuh Juta
Sembilan Ratus Empat Puluh Empat Ribu Empat Ratus Delapan Puluh
Dua Sebelas Rupiah)
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur (2019)
Kualifikasi badan usaha merupakan bagian dari proses registrasi badan usaha untuk
menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut disiplin
keilmuan/keterampilan/keahlian yang dinyatakan dalam bentuk Sertifikat Badan Usaha (SBU).
Kualifikasi dikelompokkan dalam usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar, yang
diperhitungkan dari pengalaman; kualifikasi tenaga terampil/ahli yang dimiliki; memiliki
dukungan keuangan yang sesuai. Kualifikasi Kecil (K), Menengah (M) atau Besar (B) tergantung
kepada kemampuan modal yang dimiliki dan rencana strategis proyek pekerjaan ke depan.
Penjelasan mengenai penetapan kualifikasi usaha pelaksanaan konstruksi diatur dalam peraturan
LPJK No. 2 Tahun 2013.
Berikut ini adalah klasifikasi kontraktor dan konsultan pada proyek pembangunan Gedung
D, F, G RSUD Kabupaten Badung.
1. Kontraktor Pelaksana yaitu PT. Tunas Jaya Sanur
a. Kualifikasi usaha : usaha besar
b. Sub kualifikasi : B1
- Klasifikasi SBU besar B1
Ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 4 sub klasifikasi bidang usaha
jasa pelaksana konstruksi.
a) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK)
b) Persyaratan kekayaan bersih, yaitu memiliki kekayaan bersih paling sedikit Rp
50.000.000,00
c) Persyaratan pengalaman kerja, yaitu persyaratan tenaga kerja tidak dibutuhkan
- Klasifikasi SBU kecil K1
Ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 6 sub klasifikasi bidang usaha
jasa pelaksana konstruksi.
19
a) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK)
b) Persyaratan kekayaan bersih, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp 200.000.000,00
s/d Rp 500.000.000,00
c) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki pengalaman kerja sesuai sub bidang
secara komulatif paling sedikit Rp 1.750.000.000,00 yang diperoleh selama
kurun waktu 10 tahun
c. Klasifikasi usaha:
- Pekerjaan Struktur
- Pekerjaan Architectur
- Pekerjaan Landscape
- Pekerjaan Hardscape
- Pekerjaan Softscape
- Pekerjaan Interior
- Pekerjaan Mechanical Electrical Plumbing
d. Sub klasifikasi usaha:
- Pemerintah (Gedung dan Infrastruktur)
- Rumah Tinggal / Pribadi
- Bangunan Komersiil
- Hotel & Resorts
- Perkatoran
- Villas & Spa
- Apartments
- Restaurants
- Tempat Rekreasi & Taman
2. Konsultan Perencana dan Pengawas:
1) PT. Dana Sularsa Cipta
a. Kualifikasi usaha : usaha kecil
b. Sub kualifikasi : K1 – K2
- Klasifikasi SBU kecil K1
20
Ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 4 sub klasifikasi bidang usaha
jasa pelaksana konstruksi.
a) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK)
b) Persyaratan kekayaan bersih, yaitu memiliki kekayaan bersih paling sedikit Rp
50.000.000,00
c) Persyaratan pengalaman kerja, yaitu persyaratan tenaga kerja tidak dibutuhkan
- Klasifikasi SBU kecil K1
Ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 6 sub klasifikasi bidang usaha
jasa pelaksana konstruksi.
a) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK)
b) Persyaratan kekayaan bersih, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp 200.000.000,00
s/d Rp 500.000.000,00
c) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki pengalaman kerja sesuai sub bidang
secara komulatif paling sedikit Rp 1.750.000.000,00 yang diperoleh selama
kurun waktu 10 tahun
c. Klasifikasi usaha:
- Pengembangan pertanian dan pedesaan
- Telematika
- Keuangan
- Pendidikan
- Jasa konsultasi manajemen
- Jasa survey
d. Sub klasifikasi usaha:
- Jasa Arsitektur Lainnya
- Jasa Desain Arsitektural
- Jasa Desain Interior
- Jasa Nasihat dan Pradisain Arsitektural
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Konstruksi Pondasi Serta Struktur Bangunan
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Mekanikal dan Elektrikal Dalam Bangunan
21
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi
- Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung
- Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Teknik Sipil Transportasi
- Jasa Pengembangan Pemanfaatan Ruang
- Jasa Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Bangunan dan Lansekap
- Jasa Perencanaan dan Perancangan Perkotaan
- Jasa Perencanaan Wilayah
2) CV. Permata Konsultan
a. Kualifikasi usaha : usaha kecil
b. Sub kualifikasi : K1 – K2
- Klasifikasi SBU kecil K1
Ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 4 sub klasifikasi bidang usaha
jasa pelaksana konstruksi.
a) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK)
b) Persyaratan kekayaan bersih, yaitu memiliki kekayaan bersih paling sedikit Rp
50.000.000,00
c) Persyaratan pengalaman kerja, yaitu persyaratan tenaga kerja tidak dibutuhkan
- Klasifikasi SBU kecil K1
Ketentuan maksimum 2 klasifikasi yang berbeda dan 6 sub klasifikasi bidang usaha
jasa pelaksana konstruksi.
a) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki minimal 1 orang tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKTK)
b) Persyaratan kekayaan bersih, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp 200.000.000,00
s/d Rp 500.000.000,00
c) Persyaratan tenaga kerja, yaitu memiliki pengalaman kerja sesuai sub bidang
secara komulatif paling sedikit Rp 1.750.000.000,00 yang diperoleh selama
kurun waktu 10 tahun
c. Klasifikasi Usaha:
- Pengembangan pertanian dan pedesaan
- Telematika
22
- Jasa studi, penelitian dan bantuan teknik
d. Sub klasifikasi usaha:
- Jasa Desain Arsitektural
- Jasa Nasihat dan Pradisain Arsitektural
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Konstruksi Pondasi Serta Struktur Bangunan
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Mekanikal dan Elektrikal Dalam Bangunan
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Pekerjaan Teknik Sipil Air
- Jasa Desain Rekayasa Untuk Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi
- Jasa Konsultasi Lingkungan
- Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung
- Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Teknik Sipil Air
- Jasa Pengawas Pekerjaan Konstruksi Teknik Sipil Transportasi
- Jasa Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Bangunan dan Lansekap
- Jasa Survey Bawah Tanah
Pada dasarnya setiap organisasi memiliki struktur organisasi dan tentunya disetiap proyek
memiliki struktur organisasi dan penamaan yang berbeda. Berikut adalah struktur organisasi
pengelola proyek dan struktur organisasi kontraktor dari PT. Tunas Jaya Sanur selaku pelaksana
proyek pembangunan gedung D, F, dan G RSUD Kabupaten Badung. Maka dari itu, berikut akan
dijabarkan struktur organisasi proyek ini adalah:
23
Gambar 2. 1 Struktur organisasi pengelola proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD
Kabupaten Badung
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur (2019)
struktur organisasi dalam proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung,
meliputi:
24
a. Mempunyai hak tertinggi dalam penentuan kebijaksanaan serta pengambilan
keputusan mengenai pembangunan.
b. Mengambil keputusan terakhir dalam penentuan segala sesuatu yang terkait dengan
pembangunan proyek.
c. Menerima atau menolak usul atau saran pada tahap perencanaan, anggaran biaya
pelaksanaan dan lain-lain yang ada hubungannya dengan proses pembangunan proyek.
d. Mengambil keputusan terakhir tentang pemilihan kontraktor, penyalur bahan,
konsultan perencana, serta konsultan-konsultan ahli.
e. Menandatangani semua surat perintah kerja (SPK) dengan kontraktor, serta
mengesahkan dokumen pembayaran kepada kontraktor.
f. Merumuskan dan menyampaikan keinginan, kebutuhan, dan sasaran yang hendak
dicapai.
g. Menyediakan dana dan sarana yang diperlukan, sesuai dengan jumlah dan jadwal yang
telah disepakati.
h. Menunjuk atau membentuk sebuah tim atau wakil yang diberi wewenang penuh untuk
membuat keputusan yang sah dan mengikat.
i. Mengambil ketetapan, pengarahan dan keputusan secepatnya untuk menjamin
kelancaran pekerjaan.
2. Pengawas Proyek
Pengawas merupakan badan hukum atau perorangan yang diangkat atau ditunjukan oleh
owner. Pada proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung, pengawasan
struktur dan pengawasan arsitektur dilaksanakan oleh pengawas yang sama dan merangkap
menjadi pengawas MK yaitu PT Yodya Karya.
3. Pelaksana Proyek
Pelaksana adalah perusahaan perorangan maupun badan hukum yang menerima pekerjaan
dari owner untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi, yang dalam hal ini berupa proyek
pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung.
Nama : PT. Tunas Jaya Sanur
Direktur : I Wayan Suwirta (Direktur Utama).
Alamat : Jalan By Pass Ngurah Rai No. 52XX, Sanur Kauh, Denpasar Selatan.
25
4. Project Manager (Manager Proyek)
Manajer Proyek ( Ketut Sukarata) adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab
oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, mengawasi, serta membuat keputusan yang
terbaik dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Selaku manager proyek, sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan pada proyek pembangunan
Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung, mempunyai beberapa tugas, adalah meliputi:
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.
b. Menyusun rencana mutu proyek termasuk jadwal serta metode kerja bersama-sama
dengan Site Manager pada awal proyek.
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAP) berdasarkan RAP awal dari Estimate
Manager dan mempresentasikan pada direksi hingga diperoleh persetujuan.
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses kegiatan
konstruksi di proyek dan bertanggung jawab terhadap owner.
Selama proyek berlangsung, I Ketut Agus Suadnyana, S.T. selaku project manager dari
pihak kontraktor yang bertanggung jawab untuk menandatangani jika terjadi permasalahan
dalam pelaksanaan proyek, seperti apabila terjadi kemunduran pembangunan dari time
schedule yang direncanakan.
5. Site Manager (Manager Lapangan)
I Made Budi Atmika, ST selaku site manager pada proyek pembangunan Gedung D,F,G
RSUD Kabupaten Badung mempunyai tugas-tugas dari manager lapangan yang dalam
melaksanakan tugasnya selalu bertanggung jawab kepada manager proyek untuk
membantu kelancaran pekerjaan di lapangan, adalah meliputi:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode konstruksi untuk memenuhi
persyaratan mutu, waktu, dan biaya yang telah disepakati pada awal pekerjaan.
b. Memberikan pengarahan dan pembinaan staf yang ada di bawahnya.
c. Membuat keputusan dalam batasan yang telah digariskan oleh manager proyek.
d. Mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengawasi tenaga kerja agar efisien terhadap
pemakaian tenaga, alat, dan material serta target kemajuan proyek agar tercapai sesuai
dengan time schedule yang telah ditetapkan.
e. Memeriksa bobot pekerjaan setiap akhir bulan dan jika terjadi kemunduran dari time
schedule, maka site manager memutuskan untuk melaksanakan pekerjaan lembur.
26
f. Mempelajari kemungkinan-kemungkinan perubahan metode konstruksi yang lebih
menguntungkan.
g. Memeriksa laporan pemakaian alat dan membuat surat permohonan pemindahan alat
dan bahan bila diperlukan.
h. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
bersangkutan dengan masalah teknis atau pengelola proyek tersebut.
i. Bertanggung jawab penuh atas adanya surat masuk dan surat keluar dari proyek
tersebut.
j. Harus menjamin hal-hal berikut, adalah:
- Tersedianya tenaga kerja, material dan alat yang memadai.
- Tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh mandor atau sub kontraktor.
- Tersedianya dana pembayaran upah atau opname mandor.
6. Pelaksana MEP (Mechanical, Electrical, dan Plumbing)
I Nyoman Raka Swadnyana, ST (Mechanical) dan I Nyoman Semara (Electrical), selaku
pelaksana MEP pada proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung,
mempunyai tugas yaitu:
a. Melakukan review gambar MEP dari konsultan MEP.
b. Melakukan kordinasi dengan arsitek, arsitek landscape, dan divisi lainnya untuk
menjalankan berbagai proyek.
c. Melakukan pengecekan dan juga mengkoreksi gambar dari konsultan dengan aplikasi
CAD.
7. Pelaksana Arsitektur
Pelaksana arsitektur proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung,
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menata letak bangunan-bangunan yang memiliki keterikatan fungsi dalam sebuah site
dan mendesain site tersebut.
b. Mengolah tata ruang sebuah bangunan.
c. Menentukan konsep desain interior sebuah bangunan (termasuk perletakan
furniturenya, dan lain sebagainya).
d. Mengolah bentuk luar dan tampak sebuah bangunan.
e. Menentukan jenis dan letak sistem struktur pada bangunan.
27
f. Menentukan jenis dan letak instalasi listrik pada bangunan.
g. Menentukan jenis dan letak instalasi pipa air dan jalur penghawaan udara (gas
pembuangan).
h. Menentukan jenis dan letak alat-alat transportasi dalam bangunan (tangga, lift, ramp
dan lain sebagainya).
i. Menghitung biaya konstruksi sebuah bangunan.
Pelaksana arsitektur pada proyek Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung adalah:
- I Wayan Sudarnat, ST (Site engineer arsitektur)
- I Putu Eka Adnyana (Pelaksana finishing)
- I Gede Eka (Pelaksana finishing)
8. Pelaksana Struktur
Pelaksana struktur proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung,
mempunyai tugas adalah meliputi:
a. Sebagai penanggung jawab teknis tertinggi pelaksanaan Pengendalian Rencana Desain
Struktur dalam konstruksi.
b. Bertanggung jawab atas hasil evaluasi dan koreksi Rencana Desain Struktur yang
dihasilkan oleh perencana struktur.
c. Bertanggung jawab atas hasil evaluasi dan koreksi gambar shop drawing struktur yang
diajukan oleh kontraktor.
d. Bertanggung jawab atas hasil evaluasi dan koreksi gambar asbuilt drawing struktur
yang diajukan oleh kontraktor.
e. Melakukan koordinasi antar bidang atau disiplin secara internal dalam organisasi tim
konsultan atau pengawas MK.
f. Bertanggung jawab atas kualitas & kuantitas implementasi di lapangan untuk bidang
struktur bangunan.
Pelaksana struktur pada proyek Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung adalah:
- I Wayan Eka Darmadi (Site engineer struktur)
- I Wayan Sandi Adnyana (Pelaksana struktur)
- I Nyoman Tika Hannata (Pelaksana struktur)
- I Gede Eka Wijaya (Pelaksana finishing)
28
-
9. Drafter
I Wayan Juliana dan I Putu Agus Wirata selaku drafter pada proyek pembangunan Gedung
D,F,G RSUD Kabupaten Badung, mempunyai tugas:
a. Membuat gambar pelaksanaan atau shop drawing.
b. Menyesuaikan gambar perencana dengan kondisi nyata di lapangan.
c. Membuat gambar akhir pekerjaan atau asbuilt drawing.
10. Admin Project
Ni Kadek Mariyani Dumasih, SE dan Anak Agung Ayu Raka Mahadewi, SE selaku admin
project pada proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung, mempunyai
tugas adalah meliputi:
a. Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja di proyek untuk pegawai bulanan sampai
dengan pekerja harian dengan spesialisasi keahlian masing-masing.
b. Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek.
c. Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan dibayar oleh
owner.
d. Melayani tamu-tamu intern perusahaan maupun ekstern dan melakukan tugas umum.
e. Mengisi data-data kepegawaian, pelaksanaan, asuransi tenaga kerja, menyimpan data-
data kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji serta tunjangan karyawan.
f. Membuat laporan akuntansi proyek dan menyelesaikan perpajakan serta retribusi.
g. Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor nasional dengan banyak
proyek maka bertugas juga membuat laporan ke kantor pusat.
h. Membuat project manager terutama dalam hal keuangan dan sumber daya manusia
sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik.
i. Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat.
j. Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek yang dikerjakan
berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali kepada kontraktor spesialis
sesuai dengan item pekerjaan yang dikerjakan.
k. Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administraksi proyek serta data-data proyek.
29
2.2.1 Pemilik (owner)
Proyek pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung merupakan sebuah proyek
swasta, dimana owner proyek ini adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Badung.
2.2.2 Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan perorangan maupun badan hukum yang menerima pekerjaan
dari owner untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi, yang dalam hal ini berupa proyek
pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung.
Nama : PT. Tunas Jaya Sanur
Direktur : I Wayan Suwirta (Direktur Utama).
Alamat : Jalan By Pass Ngurah Rai No. 52XX, Sanur Kauh, Denpasar Selatan.
2.2.3 Konsultan
Konsultan merupakan pihak yang ditunjuk langsung oleh pemberi tugas (owner) untuk
melaksanakan pekerjaan baik perencanaan maupun pengawasan yang dapat berupa perorangan
aau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Konsultan untuk proyek pembangunan Gedung
D,F,G RSUD Ka:bupaten Badung yaitu PT. Dana Sularsa Cipta dan CV. Permata Konsultan,
yaitu:
1. Konsultan Perencana:
- I Kadek Pranajaya, S.T., M.T., IAI (Arsitek)
- I Ketut Sutawa, S.T. (Struktur)
- I Komang Dewanta, S.T. (Mechanical)
- Ir. Gede Pariutama Westra (Elektrikal)
2. Konsultan Pengawas:
- Ir. Maxilolong, MT.
2.3.1 RKS
Rencana kerja dan syarat-syarat atau biasa juga disebut RKS atau bestek adalah keterangan
tertulis secara rinci mengenai suatu pekerjaan yang meliputi segi teknis dan administrasi. Uraian
30
dalam RKS harus dibuat selengkap mungkin dengan tujuan agar dalam pelaksanaan pekerjaan
tidak timbul kesulitan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pelaksanaan (RKS) adalah bagian dari dokumen tender
yang merupakan uraian dari penjabaran tugas (job description) untuk pemborong mengenai
ketentuan peraturan, pelaksanaan, material sampai hal yang mendetail mengenai pengerjaan
proyek dan proses konstruksi. RKS ini disusun dengan maksud agar konstruksi yang akan
dikerjakan memenuhi kualitas dan persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam gambar dan
spesifikasi, sebagaimana yang direncanakan atau dikehendaki oleh perencana. Dalam RKS
memuat:
a. Kondisi umum (general condition)
Memuat persyaratan-persyaratan yang berlaku umum untuk semua macam proyek
konstruksi. Di Indonesia dikenal A. V. atau S. U. (syarat-syarat umum).
b. Kondisi khusus (special condition)
Memuat persyaratan-persyaratan yang berlaku khusus untuk proyek tersebut, seperti pemilik
proyek, perencana, waktu pelelangan dan sebagainya.
c. Spesifikasi teknis (technical specification)
Memuat merk produk yang digunakan, mutu yang dihasilkan dan cara pengerjaannya.
Menurut peraturan pemerintah pada Keppres 29 tahun 1984, Rencana Kerja dan Syarat–
syarat (RKS) pekerjaan sekurang–kurangnya memuat:
a. Syarat umum
Keterangan mengenai pemberi tugas, perencana, direksi, syarat-syarat peserta pelelangan,
serta bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.
b. Syarat administrasif
Jangka waktu pelaksanaan, tanggal penyerahan pekerjaan, syarat-syarat pembayaran, denda
atas keterlambatan, besarnya jaminan pelelangan, dan besarnya jaminan pelaksanaan.
c. Syarat teknis
Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan, jenis dan mutu bahan, gambar detail,
gambar konstruksi dan sebagainya.
31
2.3.2 Gambar Kerja
Gambar-gambar pelaksanaan yang dibuat oleh pelaksana yang memberikan penjelasan
visual pada tiap-tiap bagian konstruksi dengan gambar potongan-potongan dan detail-detail
dengan memakai skala yang memadai. Gambar ini mempermudah pekerjaan di lapangan, karena
gambar ini digunakan sebagai pedoman oleh pekerja di lapangan. Gambar-gambar pada proyek
pembangunan Gedung D,F,G RSUD Kabupaten Badung ini meliputi gambar struktur, arsitektur,
serta mechanical, electrical, dan plumbing (MEP). Adapun beberapa jenis gambar dalam pekerjaan
yang digunakan, adalah:
1. Gambar For Tender
Gambar For Tender adalah gambar yang didapatkan oleh kontraktor dari pihak owner pada
saat mengikuti proses tender. Gambar ini yang akan menjadi dasar kontraktor dalam
menghitung rencana anggaran biaya (RAB) sebagai salah satu penentu harga penawaran yang
akan diajukan oleh kontraktor.
2. Gambar For Construction
Gambar For Construction yaitu gambar acuan awal pelaksanaan suatu proyek. Gambar forcon
juga merupakan hasil review gambar awal (tender) yang didapat oleh kontraktor direview
sesuai dengan kondisi di lapangan pada awal proyek.
3. Gambar Shop Drawing
Gambar shop drawing merupakan gambar pelaksanaan, gambar ini merupakan pendetailan
dari gambar forcon sehingga mudah dilaksanakan di lapangan.
32
BAB III
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
3.1 Umum
Perencanaan suatu proyek meliputi semua kegiatan fisik di lapangan mulai dari persiapan,
pekerjaan struktur, finishing, sampai pada bangunan tersebut sudah siap untuk beroperasi.
Pelaksanaan proyek baiknya mendapat pengawasan yang baik, baik kesesuaian antara perencanaan
dan keadaan setelah atau sedang dilaksanakan dilapangan serta perubahan – perubahan yang
mungkin terjadi di lapangan, karena pengawasan yang baik sangat mempengaruhi hasil akhir dari
suatu proyek. Faktor lain yang mempengaruhi hasil akhir yaitu perencanaan sebelum dilaksanakan
di lapangan yang matang dan gambar-gambar desain yang jelas sehingga akan memudahkan
pelaksanaan dilapangan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan proyek yaitu mutu, biaya dan waktu
pengerjaan. Berhasilnya suatu proyek apabila proyek tersebut telah sesuai dengan mutu yang
diinginkan dengan biaya yang terjangkau serta proyek tersebut dapat diselesaikan tepat waktu
dengan waktu yang ditargetkan. Hal ini sangat ditentukan oleh pengawasan yang baik,
ketersediaan material, tenaga kerja, metode pengerjaan, alat – alat yang digunakan dan manajemen
pengerjaannya misal untuk menyikapi libur ketika hari raya.
33
e. Penyediaan air, listrik dan kotak P3K
f. Pekerjaan mobilisasi peralatan dan material
g. As built drawing
h. Pengadaan shop drawing
2. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan galian tanah
b. Pekerjaan pemadatan tanah
c. Pekerjaan pondasi tiang pancang precast dengan poer beton.
3. Pekerjaan Beton
a. Pekerjaan DPT
b. Pekerjaan pondasi tiang pancang precast dengan poer beton
c. Pekerjaan kolom struktur dari grid 6’A’-F’ sampai grid 4A’-F’ di
basement.
d. Pekerjaan balok struktur dari grid 6’A’-F’ sampai grid 4A’-F’ di
basement.
34
3.2.3 Lingkup Pekerjaan Setelah Kerja Praktek
Pekerjaan yang dilaksanakan sesudah berakhirnya masa kerja praktek yaitu berakhir pada
tanggal 2 Desember 2019 dimana pekerjaan yang tersisa adalah
1. Pekerjaan Beton
a. Pekerjaan kolom di lantai 2 sampai lantai 3
b. Pekerjaan balok di lantai 2 sampai lantai 3
c. Pekerjaan plat di lantai 2, lantai 3 dan plat atap.
2. Pemasangan MEP
3. Finishing
35
3.3 Teknik Pelaksanaan Selama Kerja Praktek
Rincian pelaksanaan pekerjaan selama kerja praktek disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut, terdapat beberapa pekerjaan
yang diamati dengan rincian seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
36
2 28 September 2019 Pengecekan decking, jarak Membantu untuk
sengkang, jumlah ikatan melakukan pengecekan
pada kolom, dan marking letak decking, jarak
Pemasangan plat bondeks sengkang, jumlah ikatan
lantai 1 pada kolom, dan marking
Pemasangan bekesting kolom. Jarak sengkang
pada kolom yaitu 15 cm.
37
3 30 September 2019 Pengecoran Kolom Mengamati pengecekan
Pengecoran retainingwall lot, dan mengamati proses
pengecoran kolom dan
raitiningwall dengan mutu
yang digunakan k300.
38
Pada minggu kedua tertanggal 4 Oktober 2019 sampai dengan 10 Januari 2019, terdapat beberapa pekerjaan yang diamati dengan
rincian seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
39
2 5 Oktober 2019 Pembuatan balok precast Mengamati proses
Pemasangan balok precast pembuatan balok precast,
antara grid 1D dan 2D, grid dan mengamati proses
1E dan 2E, dan grid 2D dan pemasangan balok
2E. precast.
40
3 8 Oktober 2019 Pengecekan ikatan Mengamati proses
sambungan pada wiremesh. pengecekan ikatan
Pemasangan balok anak sambungan pada
wiremesh untuk persiapan
pengecoran, dan
mengamati proses
pemasangan balok anak.
41
Pada minggu ketiga tertanggal 11 Oktober 2019 sampai dengan 17 Oktober 2019, terdapat beberapa pekerjaan yang diamati
dengan rincian seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.
42
2 14 Oktober 2019 Pemasangan plat bondeks Mengamati proses
lantai 1 pemasangan plat bondeks,
Pembesian kolom lantai1 dan mengati proses
pembesian kolom lantai 1.
43
3 16 Oktober 2019 Pemasangan decking pada Membantu mengecek
kolom lantai 1 pada grid letak decking, jumlah
6A’-F’ dan grid 6’A’-F’ ikatan pada kolom, dan
Pengecekan ikatan pada mengecek maring pada
kolom grid 6A’-F’ dan grid kolom.
6’A’-F’
Pengecekan markingan
pada kolom grid 6A’-F’
dan grid 6’A’-F’
44
Pada minggu keempat tertanggal 18 Oktober 2019 sampai dengan 24 Oktober 2019, terdapat beberapa pekerjaan yang diamati
dengan rincian seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.4
45
2 19 Oktober 2019 Pemasangan wiremesh Mengamati proses
pada lantai 1 pemasangan wiremesh
46
Pada minggu kelima tertanggal 25 Oktober sampai 31 Oktober 2019 , terdapat pekerjaan yang diamati dengan rincian seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 3.5
47
Pada minggu keenam tertanggal 1 November sampai 7 November 2019 , terdapat pekerjaan yang diamati dengan rincian seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 3.6
48
2 2 November 2019 Memasang bekesting Mengamati proses
retainingwall di grid 1’A’- pemasangan bekesting
E. retainingwall,pemasangan
Pemasangan tulanagn antar tulangan antar balok, dan
balok. pembesian di ift.
Pembesian pada lift di
basement.
49
3. 4 November 2019 Pemasangan begesting Mengamati proses
RC Wall pemasangan pembesian
Pemasangan pembesian pada RC Wall. Mengamati
lift basement proses pemasangan
pembesian pada lift
basement.
50
4. 5 November 2019 Pemasangan wiremesh Mengamati proses
plat lt 1 pemasangan pembesian
Pemasangan balok induk pada wiremesh plat lt 1.
kovensional pada grid Mengamati pemasangan
1’F’-F balok induk konvensional
di lantai 1
51
5. 6 November 2019 Pemasangan wiremesh Mengamati proses
plat lt 1 pemasangan pembesian
Pemasangan begesting pada wiremesh plat lt 1
RC Wall
52
Pada minggu ketujuh tertanggal 8 November sampai 14 November 2019 , terdapat pekerjaan yang diamati dengan rincian seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 3.7
2. 13 November 2019
Pemasangan plat bondeks Mengamati proses
pada grid 1’A’- F’ sampai
pemasangan plat bondeks
k. 2A’ – F’
53
Pada minggu kedelapan tertanggal 15 November sampai 21 November 2019 , terdapat pekerjaan yang diamati dengan rincian
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.8
16 November 2019
54
2. Pemasangan sambungan Mengamati Proses
kolom lantai 1 pada grid Pemasangan Sambungan
3C dan 3D dengan Kolom. Mengamati
l.
panjang sambungan 5m pemasangan wiremesh
dengan tekukan 40D. pada plat lantai 1.
Pemasangan wiremesh
pada grid 1’A’- F’
sampai 2A’ – F’
20 November 2019
55
3. Pembesian wiremesh Mengamati proses
plat lt 1 pemasangan pembesian
Pemasangan begesting pada wiremesh plat lantai
1. Mengamati proses
pemasangan pada
begesting
56
Pada minggu kesembilan tertanggal 22 November sampai 28 November 2019 , terdapat pekerjaan yang diamati dengan rincian
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.9
23 November 2019
57
2. Pemasangan plat Mengamati proses
bondeks pada grid pemasangan plat bondeks
2C –D sampai 3C – pada lantai 1. Mengamati
m.
D pengecoran dinding lift.
Pengecoran dinding
lift pada lantai
basement.
27 November 2019
3. Mengamati pembongkaran
Pembongkaran kolom
kolom pada lantai 1.
lantai 1 pada grid 3B
Membantu melakukan
dan grid 4B
pengecekan kolom
Pengecekan ketegakan
menggunakan system lot.
kolom lantai 1 grid 1C
dan grid 1D dengan
system lot untuk
persiapan pengecoran
kolom
58
59
Pada minggu kesepuluh tertanggal 29 November sampai 05 Desember 2019 , terdapat pekerjaan yang diamati dengan rincian
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.10
30 November 2019
60
2. Pemasangan plat Mengamati proses
bondeks lantai 2 pada pemasangan plat
grid 3E – F’ sampai 6’E bondeks lantai 2, dan
n.
– F’ mengamati
Pengecoran joint pada pengecoran pada joint.
grid 3D
02 Desember 2019
61
3. Pemasangan plat Mengamati proses
bondeks dan pembesian pemasangan wiremesh
wiremesh lantai 2 pada lantai 2
grid 3E – F’ sampai 6’E
– F’
62
3.4 Tinjauan Khusus Kerja Praktek
Pada pembangunan RS Umum Daerah Kab. Badung Mangusada tepatnya pada
pembangunan di gedung G terdapat jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan pondasi, DPT, kolom,
balok, plat dan lain-lain. Dalam kegiatan Kerja Praktek (KP), mahasiswa diharuskan
melakukan tinjauan khusus mengenai jenis pekerjaan yang telah diamati, pada laporan ini
penulis ingin melakukan tinjauan khusus tentang pekerjaan kolom. Hal yang akan ditinjau yaitu
pekerjaan perencanaan, persiapan, pemasangan dan pemeliharaannya.
Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses
pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan
yaitu dalam bentuk gambar shop drawing dan RKS. Gambar shop drawing ini yang nantinya
akan digunakan sebagai acuan metode pelaksanaan di lapangan. Berikut merupakan shop
drawing yang telah di revisi dari pembangunan RS Umum Daerah Kab. Badung Mangusada
di gedung G.
63
Gambar 3.2 Denah Kolom Lantai 1
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur
64
Gambar 3.4 Denah Kolom Lantai 3
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur
65
Gambar 3.6 Detail Penulangan Kolom Gedung G #2
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur
Pada gambaran perencanaan awal tinggi kolom lantai basemant sebesar 3500 mm, lantai
1 dan lantai 2 sebesar 3249 mm, dan lantai 3 sebesar 4824 mm. dan pada shopdrawing revisi 1
tinggi kolom basement sebesar 3550 mm, lantai 1 dan lantai 2 sebesar 3150 mm, dan lantai 3
sebesar 3100 mm. Saat pelaksanaan dilapangan tulangan yang digunakan dan denah yang
terapkan sama dengan shop drawing pada revisi 1 yang telah direncanakan yaitu sebanyak 20
tulangan dengan besar tulangan d20 ulir, dimana tidak ada perubahan jenis tulangan yang
dilakukan saat pelaksanaannya. Pada sengkang digambar perencanaanya diameter yang
digunakan Ø10-100 ditumpuan dan Ø10-150 dilapangan dengan jenis tulangan polos. Didalam
pelaksanaanya diameter yang direncanakan terealisasi dilapangan dan jarak pemasangannya
sudah ad sesuai, namun masih ada kesalahan jarak pemasangan sampai 1cm.
Pada perencanaan sambungan dapat dilihat dari shop drawing revisi 1, dimana panjang
yang di rencanakan yaitu 40D sebesar 880mm. berikut shop drawing revisi 1:
66
Gambar 3.7 Potongan Portal A' Gedung G
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur
Saat dilapangan penerapan pada sambungan ini tidak sesuai dengan perencanaan karena
panjang yang di gunakan beragam tidak hanya 880mm melainkan ada yang 900mm sampai 1
m ini disebabkan saat pembuatannya yang tidak teliti. Pada panjang besi sambungan dalam
shopdrawing revisi 1 digunakan yaitu 4630mm sedangkan di lapangan panjang besi sambungan
beragam dari panjang 4500-5000mm, ini disebabkan oleh penggunaan besi sisa potongan
sebelumnya yang masih dapat digunakan untuk sambungan. Dalam perencanaanya sambungan
dipasang ditengah bentang kolom tepat pada tulangan dilapangan, ini dikarenakan momen
kolom berada pada tengah bentang. Dilapangan perletakan sambungan sudah dipasang
ditengah bentang kolom namun terdapat 1 kolom yang dipasang ditumpuan hal ini dikarenakan
67
kesalahan elevasi pada lantai basement, jadi saat melakukan pemotongan tulangan kolom di
lantai basement tidak sampai panjang tulangan lapangan untuk lantai 1. Dapat dilihat pada
gambar 3.9 dibawah.
Sebelum dilakukannya pemasangan tulangan kolom hal yang perlu dilakukan yaitu
persiapan lahan untuk meletakkan bahan-bahan, dimana peletakan besi-besi untuk tulangan di
letakkan dekat dengan lahan yang akan di kerjakan, sedangkan bahan-bahan seperti semen di
letakkan digudang penyimpanan, seperti Gambar 3.10.
68
Gambar 3.10 Gudang Penyimpanan Bahan-Bahan
Setelah itu dilakukan penentuan as kolom sesuai dengan shop drawing yang telah
dibuat. Titik-titik as kolom ditentukan dan diperoleh dari hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur Theodolit. Titik as kolom harus ditentukan secara akurat karena sangat
menentukan hasil pekerjaan selanjutnya. Jika terjadi kesalahan dalam penentuan titik as, maka
letak as kolom akan berubah dengan kolom dibawahnya atau diatasnya. Karena pentingnya
keakuratan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka dalam menentukan titik as untuk kolom di
setiap lantai bangunan dilakukan dengan membuat patokan marking di bagian pagar keliling
bangunan yang dibuat dari awal pelaksanaan pekerjaan, marking ini digunakan untuk
menentukan titik-titik as dalam pekerjaan struktur, tidak hanya untuk pekerjaan kolom saja.
Setelah dibuatkan as untuk mesangan koom dan telah adanya marking. Pemasangan
kolom diawali dengan pekerjaan pembesian, lalu pemasangan beton deking, pemasangan
bekisting, kontrol ketegakan kolom, kontrol kualitas beton, dan terakhih pekerjaan pengecoran.
1) Pekerjaan Pembesian
69
Setelah lantai kerja siap maka besi tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan
dirangkai di lokasi. Pembesian pile cap dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan
pembesian sloof. Pekerjaan pembesian ini dilakukan sesuai gambar rencana dimana dimensi
kolom yaitu 60x60 cm, dimensi tulangan disesuaikan dengan tebal selimut beton. Pada
pemasangan tulangan gedung G dimensi begel yaitu 50x50cm, dengan besar tulangan kolom
D22 pada kolom basement,lantai 1 dan 2, D19 pada kolom lantai 3, sedangkan dimensi
sengkang yaitu Ø10-100 ditumpuan, dan Ø10-150 dilapangan dimana ukuran sengkang sama
disetiap lantainya.
2) Pemasangan Decking
Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan memberikan selimut beton
yang cukup. Untuk tebal deking disesuaikan dengan dimensi kolom, pada gedung G decking
yang digunakan memiliki ketebalan 5 cm, ini disebabkan agar dimensi yang dibuat sesuai
dengan perencanaan 60x60cm. decking dipasang setiap 50 cm arah vertikal dan jarak
horizontalnya berjarak 3 tulangan. Seperti Gambar 3.13
3) Pekerjaan Bekisting
Bekisting dibuat dari baja dan besi hollow yang kuat yang di. Jika perlu maka dipasang
tie rod untuk menjaga kestabilan posisi bekisting saat pengecoran. Dalam pemasangannya
tulangan kolom harus sudah benar terkontrol ikatannya dan deckingnya dimana decking
maupun tulangan kolom tidak boleh melebihi marking yang telah dibuat. Setelah terkontrol
bekisting dipasangn dengan alat bantu yaitu tower crane untuk membantu mengangkat
bekisting, dikarenakan bikisting yang digunakan berbahan baja yang menyebabkan bikisting
berat tidak dapat diangkat dengan menggunakan kekuatan manusia. Sebelum bikisting
70
dipasang, bikisting harus di olesi oli terlebih dahulu agar saat coran beton sudah kering mudah
untuk dilepas, dan tidak ada kecacatan pada kolom.
6) Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan menggunakan
Concrete Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan sambungan selalu didahului
dengan penggunaan bahan Bonding Agent. Pada saat pengecoran pemasukan campuran beton
71
dilakukan bertahap dan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat vibrator elektrik yang
dimasukkan dalam besting dan vibrator eksternal yang dilakukan diluar bekisting.
7) Bongkar Bikisting
Setelah dilakukan pengecoran beton akan didiamkan selama 24jam. Setelah 24jam
maka bikisting dapat di lepas dengan cara hati-hati agar tidak adanya kerusakan atau kecacatan
pada kolom.
3.5 Kontrol
72
3.5.1 Kontrol Waktu
Kontrol waktu merupakan kontrol yang didapat dari timeschedule yang telah dibuat,
dimana dari timeschedule tersebut dapat diambil bahwa proyek tersebut mengalami kemajuan
ataupun kemunduran. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas tersebut dimulai,
ditunda, dan diselesaikan sehingga pembiayaan dan pemakaian berbagai sumber daya dapat
disesuaikan sesuai dengan waktu dan keperluan yang ditentukan. Jadwal pekerjaan dapat
disusun setelah mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek yaitu waktu
yang tersedia, jenis dan volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja, jumlah dan jenis peralatan,
serta pola dasar operasi peralatan.
Pada proyek pembangunan Gedung blok D, F dan G RSUD Badung menggunakan time
schedule berupa Kurva S. Kurva S adalah suatu kurva yang disusun untuk menunjukan
hubungan antara persentase (%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Kurva S dapat
menggambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang berlangsungnya
proyek. Dengan membandingkan kurva tersebut dengan kurva yang serupa yang disusun
berdasarkan perencanaan, maka akan segera terlihat dengan jelas apabila terjadi
penyimpangan. Time schedule proyek pembangunan Gedung blok D, F dan G RSUD Badung
berupa Kurva S tersebut dapat dilihat pada Lampiran.
Pada kontrol waktu hal yang dilihat pada proyek pembangunan gedung G yaitu progress
pekerjaan setiap minggunya dengan membandingkan presentase rencana yang telah dibuat
presentase realisasi pekerjaan yang berasal dari perhitungan bobot setiap item pekerjaan.
Selama melakukan kerja praktek, proyek ini mengalami keterlambatan pada bulan September
diminggu ke 2, diminggu ke 4 sampai 6 dibulan Oktober, dan diminggu 7 sampai 10 dibulan
November, perbedaan presentase rencana dan realisasinya terbesar ialah 0.616%. Hal ini bisa
diakibatkan keterlambatan datangnya bahan, dan keterbatasan tempat untuk meletakkan bahan.
Berikut Tabel kontrol waktu dengan melihat progress perkerjaan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Kontrol Waktu Dengan Melihat Progress Perkerjaan Berdasarkan Time Schedule
Pelaksanaan
Kerja Rencana Realisasi Deviasi
Tanggal
Praktek (%) (%) (%)
minggu ke-
24 September 2019 - 29 September 2019 1 0,712 0,958 0,247
30 September 2019 – 6 Oktober 2019 2 0,813 0,767 -0,046
7 Oktober 2019 - 13 Oktober 2019 3 0,853 1,031 0,177
73
14 Oktober 2019 - 20 Oktober 2019 4 0,868 0,418 -0,450
21 Oktober 2019 - 27 Oktober 2019 5 0,889 1,057 0,168
28 Oktober 2019 - 3 November 2019 6 0,925 0,342 -0,583
4 November 2019 - 10 November 2019 7 0.998 0,657 -0,340
11 November 2019 - 17 November 2019 8 1,037 0,791 -0,246
18 November 2019 - 24 November 2019 9 1,054 0,507 -0,0547
24 November 2019 – 1 Desember 2019 10 1,069 0,452 -0,616
Kontrol presentase pekerjaan dilihat dari besar persentase realisasi kumulatif dengan
rencana kumulatif proyek berdasarkan time schedule selama kerja praktek dilaksanakan dapat
dilihat pada Tabel 3.12.
Dari data yang didapat selama kurang lebih 10 minggu melaksanakan kerja praktek dari
minggu pertama sampai dengan kesepuluh didapat perbandingan antara kurva S rencana
dengan kurva S realisasi bahwa proyek ini mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari
kurva S dan besar persentase realisasi kumulatif yang selalu lebih besar dari persentase rencana
kumulatif. Deviasi terkecil dapat dilihat terjadi pada minggu kesembilan sebesar 0,846% .
74
3.5.3 Kontrol Kualitas
Dalam kontrol kualitas dibagi menjadi 2 yaitu kontrol uji slump, dan kuat tekan.
1. Uji Slump
Pada RKS Bab XII tentang Spesifikasi Teknis Kekentalan adukan beton diperiksa
dengan pengujian slump, dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam
PBI 1971 dan sama sekali tidak diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
"Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton dengan
mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos,
ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa "Kontraktor"
bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan
penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump. Bila dipakai pompa beton, slump harus
didasarkan pada pengukuran di pelepasan pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus
150 mm. Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi normal
dapat dilihat pada Tabel 3.13.
75
Gambar 3.16 Uji Slump Untuk Pelat
Dari gambar dokumentasi diatas didapat hasil dari uji slump pelat setinggi 12,5 cm
dimana menurut RKS Bab XII tentang Spesifikasi Teknis maksimal tinggi uji slump untuk
pelat yaitu 12,5 cm yang berarti ready mix tersebut layak digunakan, namun ready mix yang
didapat terlalu encer lebih baik jika nilai slump setinggi 10 cm. Untuk uji slump ready mix
kolom setinggi 10 cm dimana menurut RKS Bab XII tentang Spesifikasi Teknis maksimal
tinggi uji slump untuk kolom yaitu 12,5 cm dan minimal setinggi 10cm yang berarti ready mix
tersebut layak digunakan, dan kekentalan dari ready mix tersebut bagus.
76
2. Kuat Tekan
Pengujian kekuatan beton sangat penting dilakukan setelah beton mengeras untuk
mengetahui apakah kekuatan beton yang dicor pada proyek konstruksi sudah sesuai dengan
desain atau belum. Pengujian ini umumnya dilakukan dengan pembuatan benda uji dan
dilakukan pengujian test kuat tekan yang dilakukan setelah kurang lebih 1 minggu setelah
proses pengecoran dilakukan. Pada proyek Pembangunan Gedung D, F, dan G RSUD
Kabupaten Badung menggunakan mutu K-300 (f’c = 25 MPa) untuk seluruh strukturnya
dengan nilai Slump 10 ± 2 cm. Di setiap proses pengecoran dilakukan test slump dan dibuat
dua atau tiga buah benda uji silinder.
Pada SNI 2847:2013 pasal 5.6.2 tentang frekuensi pengujian, jumlah benda uji paling
sedikit 2 buah benda uji silinder 150x300 mm atau paling sedikit tiga silinder 100x200 mm dan
diuji pada umur beton 28 hari. Pada proyek pembangunan gedung D, F, dan G RSUD
Kabupaten Badung, benda uji tidak tepat diuji pada umur 28 hari sehingga digunakan faktor
konversi umur pada analisis. Tes uji kuat tekan beton dengan mesin uji tekan di laboratorium
struktur dan bahan program studi teknik sipil Universitas Udayana. Hasil dari proses uji kuat
tekan beton yaitu seperti pada tabel di bawah ini:
77
bass.
Gd. G
Slab
23-Okt- 31-Okt- 176,8
6 Lt.1 12182 408,6 8 0,71 235,55 331,82
19 19 6
Gd.G
Sumber: PT. Tunas Jaya Sanur (2019)
Apabila dihitung secara manual untuk mendapat nilai kuat tekan hasil uji 28 hari dalam
MPa, yaitu :
𝑃 1
f ′ cr = 𝑥
𝐴 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟
dimana: A = luas penampang benda uji (mm2)
P = beban maksimum (N)
Berdasarkan Tabel 3.2 dihitung kuat tekan rata-rata seluruh benda uji sebagai berikut:
78
∑nn=1 f′c
f′cr =
n
185,86
=
6
= 30,98 𝑀𝑃𝑎
Berdasarkan Tabel 3.3 dihitung standar deviasi f’cr dengan sebagai berikut:
∑nn=1(f ′ c − f ′ cr)2
Sd = √
n−1
141,75
=√
5
= 5,33 MPa
Berdasarkan SNI 2847:2013 Tabel 5.3.2.1 kuat tekan rata-rata perlu untuk f’c ≤ 35 MPa
dihitung berdasarkan rumus berikut:
79
f ′ cr perlu = f ′ c + 1,34Sd
= 25 + (1,34 × 5,33)
= 32,14 MPa
f ′ cr perlu = f ′ c + 2,33Sd − 3,5
= 25 + 2,33 × 5,33 − 3,5
= 33,92 MPa
Dipilih nilai f’cr perlu terbesar adalah 33,92 MPa
Pada perencanaan digunakan mutu beton K-300 atau f’c = 25 MPa dan didapat f’cr hasil
uji beton adalah 30,98 MPa. Hasil ini lebih kecil daripada f’cr perhitungan SNI 2847:2013
yaitu 33,92 MPa dengan selisih 2,265 MPa. Nilai ini masih memenuhi syarat SNI 2847:2013
pasal 5.6.3.3b yaitu selisih kuat tekan tidak lebih dari 3,5 MPa.
80
BAB VI
PENUTUP
4.1 Ringkasan
Berdasarkan tujuan kerja praktek yang telah ditetapkan dan hasil pengamatan di
lapangan selama kerja praktek pada proyek pembangunan gedung D, F, dan G RSUD
Kabupaten Badung, maka dapat disimpulkan:
4.1.1 Sistem pengadaan barang/jasa proyek pembangunan gedung D, F dan G RSUD
Kabupaten Badung ini menggunakan sistem pelelangan terbuka/umum yang
dilaksanakan melalui LPSE Kabupaten Badung melalui tender murni yang diikuti oleh
38 kontraktor.
4.1.2 Jenis kontrak yang dipergunakan dalam proyek pembangunan Gedung D, F dan G
RSUD Kabupaten Badung adalah menggunakan kontrak tahun jarnak yang berbentuk
kontrak harga satuan dengan nilai kontrak sebesar Rp. 232.407.944.482,11, sudah
termasuk PPN. Sistem pembayaran yang digunakan pada proyek ini yaitu pembayaran
termin menurut persentase kemajuan fisik proyek (Progress Payment) dengan sistem
uang muka.
4.1.3 Pada struktur organisasi proyek pembangunan gedung D, F dan G RSUD Kabupaten
Badung terdiri dari owner, konsultan perencana, konsultan pengawas (MK) dan
kontraktor. Hubungan diantara unsur – unsur proyek tersebut yaitu owner berhak
memerintah langsung baik konsultan perencana, pengawas maupun kontraktor apabila
adanya penyimpangan. Kontraktor dapat berkoordinasi mengenai gambar dan peraturan
serta syarat – syarat pelaksanaan dilapangan dengan konsultan perencana dan
berkoordinasi mengenai pelaksanaan teknis dilapangan dengan konsultan pengawas.
Konsultan pengawas melakukan penilaian terhadap mutu, biaya dan waktu dilapangan
dan bila ada kendala – kendala maka pengawas akan saling berkoordinasi dengan
konsultan perencana guna dicarikan perubahan. Konsultan perencana dan pengawas
sama – sama berkoordinasi dengan Owner dan melaporkan hasil pengawasan teknis di
lapangan serta hasil perencanaan untuk dapat disetujui owner.
4.1.4 Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS) pembangunan gedung D, F dan G RSUD
Kabupaten Badung sebagai kelengkapan gambar kerja yang didalamnya memuat uraian
tentang: Syarat-syarat umum, memuat keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas
dan pengawas bangunan. Syarat-syarat administrasi, yang mencangkup jangka waktu
pelaksanaan, tanggal penyerahan pekerjaan, syarat-syarat pembayaran, denda
81
keterlambatan, besarnya jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan. Syarat-syarat
teknis arsitektur, struktural serta pekerjaan mekanikal, elektrikal, plumbing dan tata
udara, yang didalamnya memuat tentang: jenis dan uraian pekerjaan yang harus
dilaksanakan, jenis dan mutu bahan yang digunakan, cara pelaksanaan pekerjaan, serta
merk material atau bahan.
Sedangkan gambar kerja dan perubahan gambar pada proyek pembangunan gedung D,
F dan G RSUD Kabupaten Badung dikerjakan oleh kontraktor bagian drafter dengan
persetujuan konsultan perencana.
4.1.5 Dengan melakukan tinjauan khusus mengenai kolom dari perencanaan sampai
pemeliharaan terdapat beberapa perbedaan dalam shop drawing dengan pekerjaan
dilapangan. Contohnya ialah saat dilapangan penerapan pada sambungan ini tidak
sesuai dengan perencanaan karena panjang yang di gunakan beragam tidak hanya
880mm melainkan ada yang 900mm sampai 1 m ini disebabkan saat pembuatannya
yang tidak teliti.
4.1.6 Pada kontrol waktu, presentase pekerjaan, dan kualitas pada proyek gedung D, F, dan
G RSUD Kabupaten Badung presentase pekerjaannya maju ,dan kualitas yang
digunakan sesuai dengan perencanaan.
4.1.7 Metode pelaksaan setiap pekerjaan pada proyek gedung D, F, dan G RSUD Kabupaten
Badung dilakukan dengan metode pelaksaan secara umum, baik untuk pekerjaan
kolom, balok precast, serta dinding penahan tanah dengan menggunakan beton ready
mix K-300 (f’c 25 MPa). Penulangan sesuai dengan gambar rencana, tata cara bekesting
serta pengecoran sudah sesuai dengan RKS.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan pengalaman langsung di lapangan, baik yang bersumber dari hasil
pengamatan praktis, diskusi dengan para pihak yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek, serta
diskusi dengan pembimbing atau berdasarkan acuan teori yang telah didapatkan selama 2 bulan
pada saat pelaksanaan kerja praktek di proyek pembangunan gedung D, F, dan G RSUD
Kabupaten Badung tersebut, ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan antara lain:
1. Sehubungan dengan penempatan alat yang kurang teratur, pelaksana proyek hendaknya
meningkatkan pengawasan keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja dengan baik,
seperti melakukan safety patrol untuk mengawasi penggunaan alat perlindungan diri para
pekerja, safety morning, dan sebagainya agar pekerja merasa lebih aman dan nyaman saat
bekerja sehingga proyek dapat terlaksana sesuai rencana.
82
2. Sehubungan dengan kurangnya pemahaman tukang terhadap pembacaan gambar kerja,
maka diperlukan pengawasan atau kontrol yang ekstra terhadap pekerjaan tukang di
lapangan, sehingga sesuai dengan gambar rencana dan aturan yang sudah ditetapkan.
83
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2017. Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali.
Aguswandi. 2016.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pvaQTPsqHIoJ:repository.utu.
ac.id/598/1/I-V.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses tanggal 20 /07/2019.
Dharmadi Abdi.2017.https://docplayer.info/36432150-Daftar-registrasi-perusahaan-anggota-
inkindo-yang-memiliki-sbu-non-konstruksi-tahun-18-2014-halaman-1.html. Diakses
tanggal 10/08/2019.
Presiden Republik Indonesia. Undang Undang No.23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan. LN
1992/100. Jakarta, 17 September 1992.
SNI 2847:2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. Badan
Standarisasi Nasional. Bandung.
84
LAPORAN KERJA PRAKTEK
LAMPIRAN A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
85
LAPORAN KERJA PRAKTEK
LAMPIRAN B
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
86
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PUSAT PEMERINTAHAN ”MANGUPRAJA
MANDALA” JALAN RAYA SEMPIDI MENGWI
BADUNG BALI KODE POS 80351, TELP. (0361)
9009401
SURAT PERJANJIAN
KONTRAK INDUK (HARGA SATUAN)
UNTUK MELAKSANAKAN
PAKET PEKERJAAN KONSTRUKSI :
NOMOR :
”SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut ”Kontrak”) dibuat
dan ditandatangani di Mangupura pada hari Selasa, tanggal Dua Puluh Tujuh bulan November
tahun Dua Ribu Delapan Belas antara :
MENGINGAT BAHWA :
Penyedia sebagaimana dinyatakan kepada PPK, memiliki keahlian profesional, personil, dan
sumber daya teknis, serta telah menyetujui untuk menyediakan pekerjaan konstruksi sesuai
dengan persyaratan dan ketentuan dalam Kontrak ini;
PPK dan Penyedia menyatakan memiliki kewenangan untuk menandatangani Kontrak ini,
dan mengikat pihak yang diwakili;
PPK dan Penyedia mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penandatanganan
Kontrak ini masing-masing pihak :
Telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh advokat;
112
87
Menandatangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut;
Telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan Kontrak ini;
Telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan mengkonfirmasikan
semua ketentuan dalam Kontrak ini beserta semua fakta dan kondisi yang terkait.
MAKA OLEH KARENA ITU, PPK dan Penyedia dengan ini bersepakat dan menyetujui hal-hal
sebagai berikut :
Waktu penyelesaian pekerjaan dihitung sejak tanggal mulai kerja, yaitu 720 (tujuh ratus dua
puluh) hari kalender. Apabila terjadi perubahan ketentuan Pemerintah dalam hal berakhirnya
tahun anggaran berjalan akan dilakukan perubahan waktu penyelesaian pekerjaan.
Total harga Kontrak atau nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diperoleh
berdasarkan kuantitas dan harga satuan pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga adalah sebesar Rp. 232.407.944.482,11 (Dua Ratus Tiga Puluh
Dua Milyar Empat Ratus Tujuh Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Empat Ribu Empat
Ratus Delapan Puluh Dua Rupiah Koma Sebelas Sen).
Harga satuan pekerjaan dalam nilai Kontrak tersebut adalah tetap dan sudah termasuk segala jenis
pengeluaran dan keuntungan Penyedia serta semua jenis pajak (kecuali Pajak Pertambahan Nilai).
Volume pekerjaan yang sesungguhnya akan diketahui setelah diadakan mutual check, dimana
mutual check yang diadakan dimuat dalam Berita Acara.
Kontrak Kerja Konstruksi Harga Satuan ini berlaku dan mengikat kedua belah pihak sejak tanggal
ditandatangani. Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan setelah Kontrak ditandatangani.
Semua pembayaran dilakukan secara langsung atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2018, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2019 dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2020 sesuai yang tertuang dalam Nota Kesepakatan Bersama
antara Pemerintah Kabupaten Badung dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Badung
645.3/1125/DPUPR
Nomor : tangggal : 17 Juli 2017 645.3/1104/DPRD
113
88
uang muka tersebut sesuai dengan rencana penggunaan yang
telah disetujui bersama antara PPK dengan Penyedia.
Peristilahan dan ungkapan dalam Kontrak ini memiliki arti dan makna
yang sama seperti yang tercantum dalam lampiran Kontrak ini.
89
Spesifikasi khusus
Spesifikasi umum;
Gambar-gambar; dan
Dokumen lainnya seperti : SPMK, jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP,
BAPP.
Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan jika terjadi pertentangan
antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan ketentuan dalam dokumen yang
114
90
lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih
tinggi berdasarkan urutan hierarki pada angka 9 di atas;
Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan
dalam Syarat-syarat Umum/Khusus Kontrak dengan tanggal mulai dan
penyelesaian keseluruhan pekerjaan sebagaimana diatur dalam Syarat-Syarat
Umum/Khusus Kontrak.
91
115
92
DENGAN DEMIKIAN, PPK dan Penyedia telah bersepakat untuk
menandatangani Kontrak ini pada tanggal tersebut di atas dan melaksanakan
Kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Republik Indonesia.
Mengetahui
Pengguna Anggaran
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Badung
93
94
SYARAT-SYARAT KHUSUS KONTRAK (SSKK)
Untuk Penyedia : -
D. Jadwal Penyedia harus menyelesaikan pekerjaan selama : 720 (tujuh ratus dua
Pelaksanaan puluh) hari kalender terhitung sejak ditetapkannya SPMK
Pekerjaan
E. Masa Masa pemeliharaan berlaku selama : 730 (tujuh ratus tiga puluh) hari
Pemeliharaan kalender.
G. Pedoman Gambar ”As built” dan/atau pedoman pengoperasian dan perawatan serta
Pengoperasian dokumen administrasi keuangan lainnya harus diserahkan selambat-
dan Perawatan lambatnya pada saat Berita Acara serah terima awal dan jika ada revisi
diserahkan selambat-lambatnya pada saat Berita Acara serah terima akhir.
H. Pencairan Jaminan dicairkan dan disetorkan pada Kas Daerah Pemerintah Kabupaten
Jaminan Badung.
117
95
I. Tindakan Tindakan lain oleh Penyedia yang memerlukan persetujuan PPK adalah :
Penyedia yang - Perubahan kontrak
Mensyaratkan - Perpanjangan waktu pelaksanaan
Persetujuan - Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan
PPK atau - Perubahan personil inti dan/atau peralatan
Pengawas - Perubahan spesifikasi teknis
Pekerjaan - Memulai pekerjaan
Pekerjaan
118
96
Pembayaran berdasarkan cara tersebut di atas dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
119
97
Request Pekerjaan (perhitungan Back Up Volume)
Time Schedule
Hasil Test Laboratorium
Bukti-bukti pajak
Bukti pembayaran asuransi tenaga kerja
foto-foto kegiatan.
Khusus untuk pekerjaan selesai 100% dilengkapi dengan as built
drawing dan berita acara PPHP
P. Denda dan Untuk pekerjaan ini besar denda keterlambatan untuk setiap hari
Ganti Rugi keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari nilai bagian kontrak
yang terlambat
Keterlambatan yang dimaksud adalah keterlambatan fisik maupun
administrasi.
120
98
Denda atau ganti rugi dibayarkan oleh penyedia dalam jangka waktu 14
hari kerja.
Penyelesaian Jika perselisihan Para Pihak mengenai pelaksanaan Kontrak tidak dapat
Perselisihan diselesaikan secara damai maka Para Pihak menetapkan lembaga
penyelesaian perselisihan tersebut di bawah sebagai Pemutus Sengketa:
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) di Denpasar
“Semua sengketa yang timbul dari kontrak ini, akan diselesaikan dan diputus
oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut peraturan
– peraturan administrasi dan peraturan – peraturan prosedur Arbitrase
BANI, yang bersengketa sebagai keputusan tingkat pertama dan terakhir.
Para pihak setuju bahwa jumlah Arbitrator adlah 3 (tiga) orang. Masing –
masing pihak harus menunjuk seorang Arbitrator dan kedua Arbitrator
yang ditunjuk oleh para pihak akan memilih Arbitrator ke tiga yang akan
bertindak sebagai pimpinan Arbitrator.”
121
99
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS ARSITEKTUR
PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN
Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran
minimum 3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan
tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap
jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian
atasnya.
Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus.
Pengukuran harus memakai alat ukur yang disetujui Pengawas
Lapangan.
Bouwplank harus menunjukkan ketinggian 0.00 dan as kolom/dinding.
Letak dan ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara
agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.
122
100
PEKERJAAN TANAH
a. Tanah halaman RSUD Badung dibentuk sesuai rencana tapak antara lain
jalan, parkir, drop off pintu masuk, plaza, basement sehingga diperoleh
ketinggian-ketinggian permukaan seperti yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan. Pekerjaan tanah (grading) dan pengerukan/pengurugan
(cut and fill) harus dilakukan dengan peralatan-peralatan yang memadai
dan dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.
Bahan-bahan tanah untuk pengurugan bisa berasal dari hasil galian atau
didatangkan dari luar proyek, dengan syarat harus bebas dari kotoran,
batu-batu besar, dan tumbuh-tumbuhan. Pengurugan harus dilaksanakan
lapis demi lapis, tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, dan dipadatkan dengan
menggunakan stamper dan timbris.
Tanah yang berhumus atau yang masih terdapat tumbuh-tumbuhan
diatasnya harus dibuang dahulu permukaan bagian atasnya (top soil)
sedalam 20 cm, khususnya pada daerah bangunan sampai dengan 3 m
disekelilingnya.
Tanah bekas galian dan leveling harus dikeluarkan dari lingkungan
tapak RSUD Badung .
Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Lantai Basement pondasi batu
kali, pembentukan muka tanah, saluran-saluran air dan lain-lain seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja. Penggalian harus dikerjakan sesuai
dengan ukuran yang tercantum dalam gambar baik kedalaman,
kemiringan maupun panjang dan lebarnya.
123
101
2.3. URUGAN TANAH
124
102
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu
yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi
Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak terbatas pada hal – hal berikut :
Pasangan bata ringan
Adukan
Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom
bangunan, dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan
peralatan.
Keterangan.
125
103
3.4. BAHAN - BAHAN
Batu Bata.
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi lokal / eks
daerah setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm
yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah
patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak
sama dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata
yang akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata harus sesuai
dengan pasal 81 dari A.V. 1941. Kontraktor harus menunjukkan contoh
terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan berhak
menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak
memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut
keluar dari tempat pekerjaan.
126
104
Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara Hebel atau
Jaya Celcon ukuran tebal 10 cm, 8,8 buah per m2.
Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan
dinding batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang
disyaratkan oleh Fabrikan.
Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu :
sloof, kolom praktis dan ring balk.
127
105
3.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
128
106
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang
seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong
harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi
setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan
bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi
dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga kerapihannya,
baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-
kusen harus diisi dengan aduk
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang
seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong
harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi
setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan
bata ringan diatas kusen harus dibuat balok latei 10/10. Pemasangan
harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal.
Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk
129
107
Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding
dengan bukaan dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup
dengan bahan pengisi celah.
130
108
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS STRUKTURAL
Situasi
Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi Gedung RSUD
Badung
Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana
sebagaimana keadaan / kondisi eksisting saat ini untuk itu
hendaknya para Kontraktor mengadakan penelitian yang seksama
terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan
dan lain-lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
131
109
Calon Kontraktor bisa mengadakan pemeriksaan / peninjauan
tempat dimana pembangunan akan dilaksanakan tertera pada
gambar.
3.4. OBSTACLE
Kriteria obstacle berupa konstruksi beton pasangan batu kali, pasangan
dinding tembok besi-besi tua dan lain-lain. Bekas perlindungan maupun
bekas kontruksi bangunan lama yang cara pembongkarannya
memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih
khusus pula (misalnya : concrete breaker, compressor, mesin potong)
dibandingkan dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian
tanah.
Semua berangkat dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi
existing galian dan lain-lain harus segera dikeluarkan dari tapak dan
dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Semua
132
110
peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini harus tersedia di
lapangan dalam keadaan siap pakai.
Kontraktor harus tetap menjaga kebersihan diarea pekerjaan dan
disekitarnya yang diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini serta
menjaga keutuhan terhadap material/barang-barang yang sudah
terpasang (existing)
Land Screeding
Pemadatan Tanah
Penggalian, perataan, pengurugan setempat jika diperlukan.
133
111
Konsultan Manajemen Konstruksi. Sebelumnya tanah harus digaru dengan
sheep foot rollers.
Tanah yang dipadatkan harus mencapai 90 % kepadatan maksimum yang
dapat dicapai pada kadar air optimum yang ditentukan dengan Modified
AASHTO T-99, kecuali tanah setebal 30 cm di bawah sub base course harus
mencapai 90% compacted (dari modified proctor).
Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan
kadar air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil
test Compaction Modified Proctor dari contoh fill material.
Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari bahan
optimum, maka fill material harus diberi air sehingga menyamai kadar air
optimum. Sebaliknya bila kadar air bahan timbunan/fill material lebih besar
dari kadar air optimum, maka fill material harus dikeringkan terlebih dahulu
atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.
Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan air tergenang,
pemadatan dihentikan. Diusahakan air dapat mengalir dengan membuat
saluran-saluran drainage sehingga daerah pemadatan selalu kering.
Setiap lapis dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan 'Field Dry
Density Test' untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta
Moisture Content. Satu test untuk setiap 400 m 2 untuk tanah yang
dipadatkan.
Apabila tanah yang dipadatkan < 1,6 ton/m 3, maka tanah tersebut harus
diganti dengan tanah lain atau dicampur pasir sehingga tanah tersebut
menjadi >1,6 ton/m3.
Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai 90% compacted dari
modified proctor (untuk lapisan sub grade setebal 30 cm di bawah base)
tetapi tidak mencapai soaked CBR minimum = 4, maka tanah (sub grade)
tersebut harus diganti dengan fill material yang pada 90% maksimum
compacted mencapai nilai soaked CBR = 4.
112
Konsultan Manajemen Konstruksi. Sebelumnya tanah harus digaru dengan
sheep foot roolers.
Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan pembuatan sub base course dan base course
ialah pembuatan lapisan sirtu yang terdiri dari agregat kasar (kerikil keras dan
batu-batu bulat) yang bercampur dengan pasir clay, sesuai Gambar Kerja serta
Persyaratan Pelaksanaan dan Uraian Pekerjaan.
Persyaratan Umum
Semua bahan-bahan yang dipergunakan harus memenuhi peraturan-
peraturan / normalisasi-normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti
PUBB, PBI, PMI dan lain-lain.
Sirtu dipergunakan dalam lapisan sub base course dan base course ini
harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi /Perencana.
1,25" 100 %
0,75" 75-- 85%
0,50" 65 --85%
No. 4 65--85%
135
113
No. 10 50--65%
No. 200 0 - 10 %
Agregat kasar
Untuk Sub Base Course
Agregat kasar terdiri dari kerikil keras dan batu-batu bulat dimana butir-
butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-
butir pipih hanya dapat dipergunakan bila jumlah butir-butir pipih tersebut
tidak melebihi 10 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak mudah pecah
atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
Untuk Base Course
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak mudah pecah atau
hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan. Agregat kasar
tidak mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang dimaksud dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan/saringan 0,63 mm.
136
114
Apabila kadar lumpur melebihi 1%, maka agregat kasar harus dicuci
terlebih dahulu, agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang
merusak beton seperti zat-zat yang reaktif alkali.
Setiap luas 400 m2 per lapis pemadatan harus dilakukan field test untuk
mengetahui CBR yang tercapai akibat pemadatan yang dilakukan.
Tebal tiap lapisan 10 cm, dipadatkan dengan '3 wheel power rollers' berat 8
ton sampai dengan 10 ton atau pneumatic rollers lainnya yang setara dan
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pemadatan base course harus mencapai nilai minimal CBR 80 untuk jalan
dan CBR 60 untuk lantai.
Setiap luas 400 m2 per lapis pemadatan harus dilakukan field test untuk
mengetahui CBR yang tercapai akibat pemadatan yang dilakukan.
137
115
Pemadatan base course untuk daerah-daerah yang tidak dapat dilalui oleh
rollers 8 sampai 10 ton, sehingga tidak akan mencapai nilai CBR 80 dan
CBR 60, maka bahan base course tersebut diganti dengan beton tumbuk
mutu K-125 yang tebalnya 25 cm, ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.
- Untuk daerah-daerah lain yang masih dapat dilalui rollers yang beratnya 8
ton sampai 10 ton, bahan base course adalah tetap seperti point pertama di
atas dan harus mencapai nilai minimal CBR 80 untuk jalan dan CBR 60
untuk lantai dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja.
UMUM
Pelaksanaan pemasangan tiang pancang menggunakan sistem HYDROLIC
/ JACK PILE, semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat
yang terdapat dalam syarat-syarat dalam bagian ini . Penggunaan tiang
pancang siap pakai harus dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
PONDASI TIANG PANCANG PRECAST
Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang Precast
dengan poer beton. Ukuran tiang pancang, dengan penempatan ditunjukkan
dalam gambar kerja.
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari perencana/ Konsultan
MK/Pengawas dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.
138
116
Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang
sebanding dengan standar yang umum berlaku.
3. Kualitas tiang
Tiang pancang mengunakan type spun PC Pile dengan Diameter dan
kedalaman seperti ditentukan dalam Gambar Kerja.
117
Kapasitas tekanan hidrolik :50-80 ton.
Daya Tekan Maksimum : 2.500 - 3.000 Psi.
o Diameter Cylinder Hidrolik 150-200 mm.
118
Pemancangan
Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus
disanggah dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi yang
telah ditentukan serta tidak terjadi kemungkinan tekuk.
Penyanggahan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kerusakan pada tiang tekan.
Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai
kapasitas dan efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat kalibrasi
yang masih berlaku dari pihak yang berwenang.
Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, sesuai dengan
keadaan tanah setempat.
Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai
penetrasi atau kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali
Konsultan Pengawas menyetujui bahwa penghentian
pemancangan terjadi karena hal-hal yang diluar kekuasaan
pemborong.
Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap
pemasukan 500 mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca
tiap 250 mm ) atau sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas.
Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan
karakteristik yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan
tanah maupun penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong
harus segera memberitahukan Konsultan Pengawas untuk
meminta petunjuknya.
Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa
sehingga pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah
kesamping dapat dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan
penekanan ini harus dikonsultasikan dan disetujui secara
tertulis oleh Konsultan Pengawas.
Bila terjadi “heave”, Pemborong harus melakukan penekanan
ulang pada semua tiang yang terjadi heave.
Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer
tidak boleh melebihi 75 mm dalam segala arah.
141
119
Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi
kemiringan 1:75
Pemotongan Kepala Tiang Tekan
Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau
kedalaman yang disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus
dikupas sampai dengan level yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan.
Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang
yang disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan
tiang tekan ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan
tersebut.
Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan
diper-baiki dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu
beton yang disyaratkan untuk tiang tekan.
Penolakan Tiang
Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak
memenuhi spesifikasi ini akan ditolak. Pemborong wajib
membuat tiang pengganti tanpa biaya tambahan.
Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus membuat
“As built drawing” dari letak dan kedalaman tiang pancang
mini pile.
PDA Test
Untuk mengecek Daya Dukung dari masing-masing Tiang yang
sudah terpancang, Kontraktor harus melaksanakan PDA Test.
Secara umum pengujian dengan PDA (Pile Driving Analyzer )
bertujuan untuk mendapatkan data tentang Daya dukung aksial
tiang, Keutuhan / integritas tiang serta Efisiensi energi yang
ditransfer
120
PROSEDUR PENGUJIAN PDA TEST
Pengujian dinamis tiang didasarkan pada analisis gelombang
satu dimensi yang terjadi ketika tiang dipukul oleh
palu.Regangan dan percepatan selama pemancangan diukur
menggunakan strain transducer dan accelerometer. Dua buah
strain transducer dan dua buah accelerometer dipasang pada
bagian atas dari tiang yang diuji ( kira-kira 1,5- x diameter dari
kepala tiang ).
Pemasangan kedua instrument pada setiap pengukuran
dimaksudkan untuk menjamin hasil rekaman yang baik dan
pengukuran tambahan jika salah satu instrument tidak bekerja
dengan baik. Pengukuran direkam oleh ‘PDA’ dan dianalisis
dengan ‘ Case Method’ yang sudah umum dikenal,
berdasarkan teori gelombang satu dimensi. Latar belakang
teoristis pengujian dinamis tiang dapat dibaca pada lampiran
A.
Pemasangan Instrumen
Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan daya
dukung aksial tiang.
Karena itu, pemasangan instrument dilakukan sedemikian
rupa sehingga pengaruh lentur selama pengujian dapat
dihilangkan sebanyak mungkin.
Untuk itu harus dilakukan adalah :
Strain transducer harus dipasang pada garis netral dan
accelerometer pada lokasi berlawanan secara diametral.
Posisi dari palu pancang harus tegak lurus terhadap garis
strain transducer
Persiapan Pengujian PDA TEST
Persiapan pengujian terdiri dari :
Penggalian tanah permukaan sekeliling kepala tiang,
apabila kepala tiang sama rata permukaan tanah.
Pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan
strain transducer dan accelerometer.
Pemasangan instrument.
Informasi yang diperlukan dalam PDA test.
Gambar yang menunjukan lokasi dan identifikasi
tiang. o Tanggal pemancangan.
143
121
Panjang tiang dan luas penampang
tiang. o Panjang tiang tertanam
Pedoman pengujian.
Pengujian ‘PDA’ dilaksanakan berdasarkan prosedur yang
tercantum dalam ASTMD-4945-1996. Waktu Pengujian PDA
test Pengujian ‘PDA’ dapat dilakukan selama pemancangan
untuk memonitoring perkembangan daya dukung tiang sejalan
dengan tiang masuk makin dalam, kinerja dari sistem
pemancangan atau memonitor tegangan pada saat
pemancangan yang ekstrim. Tetapi umumnya ‘PDA’
digunakan untuk menentukan daya dukung jangka panjang
tiang fondasi. Untuk tujuan ini, pengujian ‘PDA’ sebaiknya
dilakukan beberapa hari setelah pemancangan, setelah gaya
lengketan tanah mulai bekerja
Jumlah PDA test
Jumlah test yang dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan
lapangan.
3.8.1. UMUM
Lingkup Pekerjaan
122
adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar
struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam
ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus
berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau
Direksi Lapangan guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya
disetujui oleh perencana.
123
Direksi Lapangan.
146
124
ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly
Mixed Concrete
Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor
kepada Direksi Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui
untuk menyerahkan dan dengan segera sehingga tidak menyebabkan
keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan
kontraktor lain.
147
125
Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan
oleh Kontraktor kepada Direksi Lapangan untuk mendapat
persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari
kerja sebelum jadwal pelaksanaan pekerjaan beton.
Adukan/campuran beton
Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix
design masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari
yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih
sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui
oleh Direksi Lapangan.
148
126
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan
selambat-lambatnya 3 minggu sebelum pengerjaan dimulai,
dan selain itu mutu betonpun harus sesuai dengan mutu
standard PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum
diperiksa Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix
serta pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix harus diadakan
lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang
berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton
yang lain.
Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus
proporsional semen terhadap agregat berdasarkan berat, atau
proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana proposional
atau perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap
jenis dan kekuatan dari berat normal beton, dibuat empat (4)
adukan campuran dengan memakai nilai faktor air-semen
yang berbeda-beda.
Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian
sejumlah benda uji silinder beton diameter 15 cm x tinggi 30
cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304, ASTM C 94-98.
Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan
pengetesan dilakukan pada hari yang tercantum pada item 6)
dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume
rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck
drum (diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu
jumlah maximum dari beton yang dapat terkena penolakan
akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila
ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
149
127
Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing
untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari.
Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71,
dilakukan di lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh
Direksi Lapangan. Apabila digunakan metoda pembetonan
dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka
pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan
harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung
pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara
yang ditentukan dalam Standard Industri Indonesia (SII) dan
PBI'71 NI-2 atau metoda uji bahan yang disetujui oleh
Direksi Lapangan.
Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus
disediakan dan disimpan dengan baik oleh tenaga pengawas
ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
Pengujian slump
150
128
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada
pengukuran di pelepasan pipa, bukan di truk mixer.
Maximum slump harus 150 mm.
Percobaan tambahan
Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik,
harus mengadakan percobaan laboratorium selaku
percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan membuat
desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah
atau apabila beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan
151
129
spesifikasi.
3.8.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK
152
130
sehingga mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak
boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan
terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi
secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan
pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak
boleh digunakan untuk pekerjaan.
Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara
tepat untuk melindungi terhadap penggumpalan semen
dalam penyimpanan.
Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman
harus disertai dengan sertifikat test dari pabrik.
Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak
lebih dari 2,5%.
"Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen
yang telah disetujui untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor"
tidak boleh mengganti merk semen selama pelaksanaan dari
pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan.
Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan
dari SII 0052-80 "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak
tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi
agregat untuk beton.
Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir
tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-
bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-
partikel seperti yang ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan
lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063
mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus
harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus
minimum 2 % berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum
10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80
% dan 90 % berat.
153
131
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton. Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil
desintegrasi alami dari batu-batuan atau batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar butir lebih dari 5
mm sesuai PBI 71 bab 3.4.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu
pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak
mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat
kering) yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang
melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur melalui 1 %
maka agregat kasar harus dicuci.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat
merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa
diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih
antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana
penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 t, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih
dari 24 % berat
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari
22 % atau dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh
terjadi kehilangan berat lebih dari 50 % sesuai SII 0087-75,
atau PBI-71
Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau
bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau
154
132
jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air
yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium
yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
Umum
Pekerjaan ini harus mencakup pelaksanaan seluruh pekerjaan
struktur Beton, Acuan, Persiapan dan pemeliharaan.
Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan
campuran yang sesuai dengan yang telah diuji di laboratorium,
serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh
kontraktor. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima
adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di
laboratorium (job mix desain) sesuai dengan kekuatan yang telah
ditentukan
Beton yang digunakan dalam Kontrak ini sebagai berikut:
155
133
Beton K 300 : digunakan untuk struktur beton
bertulang pada umumnya, Lantai
Basement, Pondasi Basement, Ground
water tank/septic tank dan pekerjaan lain
sejenis.
Beton K 225 : Di gunakan untuk paving stone
Beton K 175 : Digunakan untuk beton non structural,
beton cyclope.
Beton K 125 : Digunakan untuk lantai kerja, penimbunan
kembali dengan beton
Toleransi Bentuk:
156
134
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari
garis yang
dimaksud) untuk panjang s.d. 3 m :
mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m- 6m :
15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m :
20 mm
135
pengecoran.
136
timbulnya retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya
untuk mengurangi penyusutan dan menjaga pelaksanaan
beton.
Penutup Beton
Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan SKSNI 1991.
Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-
71, ACI Committe 304 dan ASTM C94-98.
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke
tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan
mana dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
(segregasi).
137
waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu
pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan
kontinue secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi,
maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
yang berupa bahan pembantu yang ditentukan dalam pasal
3.8. PBI '71.
Pengecoran
Pemadatan beton
160
138
Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan
alat penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga kosong dan sarang-sarang kerikil.
Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven,
type "immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala
penggetar lebih kecil dari diameter 180 mm dan 6000 RPM
untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua
dengan amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan
kepadatan yang memadai.
Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk
persiapan pada keadaan darurat di lapangan dan lokasi
penempatannya sedekat mungkin mendekati tempat
pelaksanaan yang masih memungkinkan.
Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan
adalah :
Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke
dalam adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-
keadaan khusus boleh miring sampai 45oC.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke
arah horisontal karena hal ini akan menyebabkan
pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau
bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu
jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari
cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar
tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran-getaran
tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana betonnya
sudah mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari
panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal
dari 30 - 50 cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran
bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat
dipadatkan dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan
mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai
memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya
tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum ini
dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
161
139
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian
rupa hingga daerah-daerah pengaruhnya saling
menutupi.
Penghentian/Kemacetan Pekerjaan
Penghentian pengecoran hanya bilamana dan padamana diijinkan
oleh Direksi Lapangan.
Siar Pelaksanaan
Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan dari
konstruksi. Siar pelaksanaan harus direncanakan sedemikian
sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya lainnya.
Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam
gambar-gambar rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu
harus disetujui oleh Direksi Lapangan. Penyimpangan tempat-
tempat siar pelaksanaan daripada yang ditunjukkan dalam
gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran
kolom harus ada waktu antara yang cukup, untuk memberi
kesempatan kepada beton dari kolom untuk mengeras. Balok,
pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom harus
dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor secara
monolit dengan itu.
Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan
kira-kira di tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya
melintang sudah banyak berkurang. Apabila pada balok
ditengah-tengah bentangnya terdapat pertemuan atau
persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan
ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok dari pertemuan atau
persilangan itu.
Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan serpihan beton yang rapuh.
Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar
pelaksanaan harus cukup lembab dan air yang menggenang
harus disingkirkan.
162
140
Perawatan Beton
Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971
NI-2 Bab 6.6. dan ACI 301-89.
Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses
pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan
kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan
suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk
proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
Masa Perawatan dan Cara Perawatan.
Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama
paling sedikit 2 minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu
beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak
melebihi 38 oC.
Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun
harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan
beton tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan
dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara
lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan
udara luar, pemanasan atau proses-proses lain untuk
mempersingkat waktu pengerasan dapat di pakai tetapi harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan.
Toleransi pelaksanaan.
Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi
pada cetakan Bab 1; PBI-'71; ACI-301 dan ACI-347.
163
141
antara pengecoran yang dilakukan terus menerus, jangan
memakai semen kering, pasir atau campuran dari semen dan
pasir untuk beton kering.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok
untuk mengadakan pengaliran dari aliran.
142
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti
yang tercantum dalam dokumen kontrak .
Atau yang menurut pendapat Direksi Lapangan pada suatu
pekerjaan akhir, atau dapat mengenai bahannya atau
pekerjaannya pada bagian manapun dari suatu pekerjaan, tidak
memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya
harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi
Lapangan dan konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan
atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu
Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang
kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan
tersebut dianggap memungkinkan.
Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang
akan dipakai dalam pekerjaan pengganti harus sesuai dengan
pengarahan dari Direksi Lapangan.
Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus
dilaksanakan dengan memuaskan.
Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan
cacat pada beton dan semua biaya dan kenaikan biaya dari
pembongkaran atau penggantian harus ditanggung sebagai
pengeluaran Kontraktor.
Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai
dengan instruksi Direksi Lapangan.
Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur
(karena penyusutan dan sebagainya) atau cacat beton lain yang
nyata pada pembongkaran cetakan, Direksi Lapangan harus
diberitahu secepatnya, dan tidak boleh diplester atau ditambal
kecuali diperintahkan oleh Direksi Lapangan. Pengisian/injeksi
dengan air semen harus diadakan dengan perincian atau metoda
yang paling memadai/cocok.
143
diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah campuran air.
Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama
harus dilapisi dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic
(polyvinyl acrylic concrete bonding agent) seperti disetujui oleh
Direksi Lapangan.
144
Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air
dan semen murni atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada
permukaan beton lama mengering.
167
145
Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton
yang terdiri dari 1 (satu) bagian semen (yang diatur dengan
semen putih atau tambahan bahan pewarna bila diijinkan untuk
menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua
setengah) bagian pasir dengan air secukupnya untuk
mendapatkan adukan yang diperlukan.
168
146
Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai
beton expose, dimana permukaan agregat dikehendaki.
Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai
level dan kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan
dengan atau tanpa screed dengan power floating yang
dilakukan secara merata.
Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air
permukaan menghilang dan beton telah mengeras serta
bekerja. Permukaan yang diperbolehkan harus ditrowel
dengan besi untuk mencapai permukaan yang halus.
Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan
besi untuk kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan,
kehalusan tapi tidak berlapis, padat, bebas dari segala
tanda-tanda/bekas trowel dan kerusakan-kerusakan lain.
Perkerasan Beton (Concrete Hardener)
Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban
berat, perkerasan beton harus diadakan dengan kepadatan
sebagai berikut :
169
147
Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan
seperti diperinci pada : 4.3.13.c.2.
Agregat
Ukuran maksimum dari agregat kasar harus seperti telah
diperinci sebelumnya. Kecuali dinyatakan lain pada catatan,
agregat harus mengikuti ketentuan tentang bentuk dan
ukuran dari potongan melintang serta jarak bersih dari
tulangan-tulangan beton, dan seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Bahan Tambahan (Admixture) Pozzolanic
Bahan tambahan (admixtures) Pozzolanic harus seperti
diuraikan pada ASTM C 618 (Specification for Fly Ash and
Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use as a Mineral
Admixture in Portland Cement Concrete).
148
1. Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk
meminimumkan jumlah semen tehadap campuran dalam
batasan dari mutu beton yang dikehendaki/diminta dan harus
distujui oleh Direksi Lapangan.
Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur
beton 28 hari, maka umur beton juga perlu diperinci. Dalam
hal ini desain perbandingan campuran harus ditentukan
sesuai dengan metoda yang telah diperinci atau disetujui oleh
Direksi Lapangan.
Penulangan
Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi
dari bentuk tulangan tidak berubah selama pengecoran.
Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan bab
ini pasal C.4. tentang pembesian.
Pengecoran dan Pemeliharaan Temperatur
Sesudah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta
dilindungi terhadap pengaruh langsung dari sinar matahari,
pengeringan yang mendadak dan lain-lain.
Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta
pemeriksaan dalam proses perawatan beton maka temperatur
permukaan dan temperatur di dalam beton harus diukur
bilamana perlu setelah pengecoran beton dilaksanakan.
Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat
maka perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak
mempercepat kenaikan temperatur tersebut. Perhatian
dicurahkan agar temperatur pada permukaan beton menjadi
tidak terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur di
dalam beton.
Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum,
maka permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau
bahan penyekat lainnya untuk mempertahankan panas
sedemikian rupa sehingga bagian dalam dan luar beton atau
penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam
beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas
dibuka permukaan tetap harus dilindungi terhadap
pengeringan yang mendadak.
Campuran beton yang direncanakan utuk adukan beton yang
dibuat harus berdasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
171
149
Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah
dibuat maka perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur
harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan khusus untuk
itu atau sesuai instruksi Direksi Lapangan.
Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan
tekan beton guna dapat menetukan waktu yang sesuai untuk
pembongkaran cetakan beton sesuai dengan persyaratan
khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Direksi Lapangan.
Percobaan Laboratorium.
Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan
PBI-71 NI-2, ASTM C-172, ASTM C-31.
172
150
Hammer test, percobaan palu beton, harus sesuai dengan
ASTM C-805-79. Apabila hasil dari percobaan ini masih
lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan
percobaan tahap berikut di bawah ini.
Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94.
Apabila hasil dari percobaan drilled core ini masih lebih
rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan
percobaan tahap berikut di bawah ini.
Loading Test/percobaan pembebanan harus sesuai dengan
PBI-71 dan ACI-318-99. Apabila hasil dari percobaan
pembebanan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan,
maka beton dinyatakan tidak layak dipakai.
173
151
Non-Shrink Grout
3.9. PEMBESIAN
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium
lainnya direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan
SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-
615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
174
152
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang
merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat
dengan kawat dari baja lunak.
Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada
saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
175
153
Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau
horizontal runners dimana bahan dasar tidak akan langsung
menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang
rata.
Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/ mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis
hot-dip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.
Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
176
154
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan
etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda
pengenal.
3.10.1. Persiapan
Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat
lepas, serta bahan- bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan
sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk
menjamin rekatannya.
Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi
dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu
diadakan untuk mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan
tulangan pada lubang-lubang (openings) / bukaan.
Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja,
hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
155
Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat
(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus
dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling
sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang
terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton
yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4
buah setiap m^2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus
ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau
ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok
beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap
ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus
melintasi tulangan balok yang berbatasan.
panjang batang : ± 50 mm
Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.
178
156
Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di
dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos
atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam
tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC.
Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan
dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100
oC yang bukan pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan
sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak
mengalami pengerjaan dingin.
Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali
diijinkan oleh perencana.
Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam
jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian
dari bengkokan.
157
Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
3.10.4. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh
dilakukan pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan
(las titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh
Direksi Lapangan. ASTM specification harus dilengkapi dengan keperluan
jaminan kehandalan kemampuan las dengan cara ini.
180
158
3.10.5. Sambungan Mekanik
Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang
kolom dengan menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk
tulangan (pada kolom) harus disediakan dan dipakai.
181
159
GAMBAR RENCANA
182
160
183
161
184
162
185
163
186
164
187
165
188
166
189
167
190
168
191
169
192
170
193
171
194
172
195
173
196
174
197
175
176