EKOSISTEM INDUSTRI
DOSEN PEMBIMBING :
Shinta Prastika Kurniawan, ST,MT
DISUSUN OLEH :
Astini Rambu Boba 519027
Evy firdayati 519057
Izzatus Suroyyah 519081
Natasya Andy Wijaya 519229
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan ridho-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah “Sustainable Manufacturing” dengan judul “Ekosistem
Industri”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen mata kuliah Sustainable Manufacturing kami yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi bagi semua pihak yang membacanya, terima kasih.
Malang, 09 Desember
2021
Penyusun
ii
Daftar Isi
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUHAN
1
kerangka ekosistem untuk usaha rintisan mahasiswa. Kerangka ini adalah
sebuah integrasi berbagai elemen yang mendukung usaha rintisan mahasiswa.
Elemen dalam kerangka tersebut adalah (1) kondisi lingkungan internal universitas
(antara lain sejarah dan kapabilitas universitas), (2) kondisi eksternal
universitas (seperti kebijakan pemerintah, dan konteks industri), (3)
perkembangan teknologi (seperti internet dan digitalisasi), (4) adanya investor
(seperti crowdfunding dan hibah), (5) aktivitas pendukung (seperti program
inkubasi dan akselerator), (6) pelaku usaha (berasal dari alumni universitas dan
dosen). Seluruh elemen ini berpadu untuk mendukung terciptanya usaha rintisan
yang diinisiasi mahasiswa.
Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya (SBE UPM) memiliki
program S1 Bisnis yang menekankan pada pembelajaran praktik bisnis. Mata
kuliah khas program dari semester 1-8 bermuara pada pembuatan usaha, dengan
kompleksitas yang berbeda disesuaikan dengan pengetahuan mahasiswa di setiap
semester. Tugas Akhir Mahasiswa adalah membuat Business Project/Proyek
Bisnis (selanjutnya disebut BP). BP adalah usaha yang dirintis dari semester 7
dalam mata kuliah persiapan tugas akhir bernama Hatching Program. Mata
kuliah Hatching bersifat pembimbingan untuk memvalidasi ide bisnis mahasiswa
mulai dari identifikasi peluang usaha sampai pembuatan purwarupa produk yang
siap jual. Mata kuliah ini kemudian dilanjutkan dengan mata kuliah Tugas Akhir
BP di semester 8. Mahasiswa menjalankan hasil validasi ide bisnis sebelumnya,
dan membuat laporan pelaksanaan bisnis. Kondisi pandemi covid19 (selanjutnya
disebut pandemi) terjadi bersamaan dengan periode dimulainya semester genap,
bulan Maret 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan
seluruh struktur perkuliahan beralih menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (selanjutnya
disingkat PJJ). Khusus bagi mahasiswa semester 8 yang sedang menjalankan BP,
seluruh proses konsultasi bimbingan diadakan secara daring, demikian juga dengan
pelaksanaan bisnis yang harus memenuhi peraturan PSBB. Hal ini tentu
menjadikan pelaksanaan BP mengalami beberapa perubahan yang signifikan jika
dibandingkan dengan rencana sebelumnya dalam Hatching Program. Penelitian
sebelumnya tentang dampak pandemi pada pembelajaran di salah satu universitas
swasta Indonesia menjelaskan tentang perubahan platform yang digunakan
2
dan dampak PJJ bagi mahasiswa (Windhiyana, 2020). Penelitian lain menyebutkan
dampak pandemi pada UMKM Indonesia, yaitu pentingnya transformasi ke
ekosistem digital (Fitriasari, 2020; Purbasari et al., 2020). Belum ada penelitian
yang secara khusus membahas tentang dinamika usaha rintisan yang didirikan oleh
mahasiswa dan dijalankan pada masa pandemi mengacu pada elemen dalam
kerangka Ekosistem usaha rintisan mahasiswa (Wright et al., 2017).
2.3 Tujuan
1. Mengetahui kerangka ekosisitem usha rintisan mahasiswa pada program S1
Bisnis SBE UPM
2. Mengetahui sinamika perubahan yang dialami oleh rintisan mahasiswa
selama pandemic
2.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
disekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan. Didalam sistem ini
dioptimalkan siklus material, dari mulai bahan mentah hingga menjadi bahan jadi,
komponen, produksi dan pembuangan akhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan
termasuk sumber daya, energi dan modal Menurut Korhonen 2001, konsep dalam
ekologi industri mengadaptasi analogi ekosistem alam kedalam sistem industri.
Tingkatan-tingkatan organisme dalam ekosistem saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Tingkatan
organisasi dalam dunia industri adalah industri tunggal, industri kawasan, industri
global dan ekosistem industri. Antara komunitas industri dan lingkungannya selalu
terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem.
Komponen penyusun ekosistem adalah produsen, konsumen, dan
dekomposerpengurai. Ekologi industri adalah suatu yang ditandai dengan banyak
ragam kelompok hubungan antar produksi dan konsumsi. Dari perspektif suatu
institusi, keragaman ini dapat dikelompokkan berdasarkan batasan sistem. Salah
satu bagian dari ekologi industri adalah simbiosis industri. Pada prinsipnya ekologi
industri berhubungan dengan aliran bahan material dan energi pada sistem dalam
skala berbeda, mulai dari produksi ke pabrik hingga ke tingkat nasional dan tingkat
global. Simbiosis hubungan yang saling menguntungkan mutually benefial
relationship industri difokuskan pada aliran-aliran jaringan bisnis dengan organisasi
lainnya baik dalam peta ekonomi local maupun regional sebagai suatu pendekatan
ekologi dari pembangunan industri yang berkelanjutan. 32 Hardin Tibbs dalam
artikelnya yang berjudul ”Industrial Ecology : An Agenda for Industry “ 2004
menekankan 6 komponen prinsip dalam ekologi industri, yaitu :
5
6. Adopsi kebijaksanaan baru, baik kebijakan nasional maupun
internasional dalam pengembangan ekonomi.
Skala yang lebih luas terdiri dari beberapa industri yang saling berinteraksi,
yang letaknya saling berdekatan dalam suatu region atau kawasan. Dalam kawasan
ini, limbah yang dihasilkan oleh suatu industri dapat digunakan sebagai bahan baku
6
bagi industri lainnya sehingga membentuk rantai atau jaring bahan baku produksi,
analog dengan rantai atau jaring makanan dalam ekosistem secara umum. Interaksi
yang terjadi dapat lebih luas lagi, yaitu interaksi antar pelaku industri, pemanfaatan
sumber daya di kawasan, aliran energi dsb. Komponen juga dapat berupa kelompok
industri yang menghasilkan produk sejenis, sehingga komponen ekosistem terdiri
dari beberapa kelompok industri / berupa cluster yang dicirikan oleh jenis
produksinya. Contoh beberapa industri yang menghasilkan produk sejenis misalnya
industri furniture yang masing-masing perusahaan di kawasan memproduksi jenis
furniture berbeda, misalnya lemari, meja dan kursi, dipan, kerajinan lain dengan
bahan baku sama. Tetapi dalam hal ini prinsip ekologi tidak sepenuhnya dapat
diterapkan karena pada tahap terawal, bahan baku yang digunakan adalah bahan
baku dari alam (kayu) yang tidak dapat direproduksi oleh alam pada kecepatan
proporsional dengan kecepatan kebutuhan untuk produksi.
Skala terbesar adalah skala global dan menyeluruh dimana jenis komponen
yang berinteraksi sangat beragam, termasuk didalamnya antara lain pelaku bisnis,
eksportir, importir, kebijakan regional, kebijakan global, jaringan dari beberapa
kawasan industri dan lain-lain yang terkait dalam lingkaran ekonomi global. Masing-
masing pertukaran dikembangkan sebagai pengelolaan bisnis yang menarik secara
ekonomi antara perusahaan yang berpartisipasi melalui kontrak bilateral. Hal ini
menunjukkan bahwa simbiosis tidak hanya bergantung pada proses perencanaan,
tetapi secara kontinu akan berkembang. Regulasi / kebijakan berperan secara tidak
langsung dalam kerangka ekonomi global.
7
pertumbuhan konsumsi barang dan jasa harus disertai pengurangan intensitas
konsumsi bahan baku dan energi secara proporsional.
8
menentukan apakah tekanan pasar akan berperan penting sebagai ‘penggerak
perubahan (driverofchange).
a. Para pelaku industri harus memahami limbah sebagai suatu yang bernilai
sebagai bahan dasar untuk industri lainnya. Studi dan kerjasama harus
diperluas dan perusahaan harus mengembangkan visinya dengan
menyertakan keseluruhan sistem dalam perusahaan yang bersatu.
b. Perlu adanya lintas batas antar sektor public dan sektor swasta untuk
menghasilkan ekosistem industri dengan dukungan institusional. Pembuat
kebijakan dapat diuntungkan ketika mengetahui bahwa untuk
keberlangsungan daur ulang atau sistem roundput, issue lingkungan harus
direfleksikan juga dalam implikasi ekonomi, social dan budaya, misalnya
dalam konteks komunitas aliran (societal context of the flow).
9
c. Bagi kawasan industri yang sudah ada dan sudah berjalan cukup mapan,
perlu suatu usaha yang memfasilitasi pengembangan sistem kerjasama
berdasarkan pemanfaatan limbah dan energi.
d. Perlu dilakukan upaya membangun suatu system kerjasama berdasarkan
pemanfaatan limbah dan energy pada suatu kawasan industry yang sudah
ada
e. Keberhasilan dari pembentukan hubungan / link dari eco-industri
memerlukan implementasi proyek secara terus-menerus sehingga dapat
mengidentifikasi peluang-peluang yang ada dalam rangka eco-industri.
Diperlukan kerja keras untuk mengidentifikasi regulasi dan kebijakan lain
yang menghambat untuk dihilangkan. Kebijakan berdasarkan insentif
misalnya ecological tax reform (keringanan eco-pajak) dan proyek-proyek
teknis perlu diidentifikasi dan di implementasikan untuk membantu
menstimulasi pasar dalam menggerakkan eco-industri.
10
‘hubungan simbiosis’ yang dikembangkan diantara pelaku dan perusahaan yang
turut berpatisipasi.
11
2. Menurunkan penggunaan energi (misalnya transportas
3. Menurunnya biaya pengelolaan limbah karena dilakukan didalam
kawasan (dapat dijual, dan membeli limbah dari perusahaan lain di
kawasan)
4. Menurunnya biaya serba-serbi
5. Menurunnya biaya HRD atau perekrutan pegawai karena dilakukan
bersama-sama dengan perusahaan lain dalam Kawasan
Simboisis Industri
12
komunitas yang ditangkap dalam terminology semisal arsitektur berkelanjutan,
bangunan hijau, komunitas berkelanjutan dan pertumbuhan cerdas (smart growth).
Pembangunan eko-industri atau pembangunan industri yang berkelanjutan
mempersempit kemungkinan dominasi industri dan aktifitas komersial; tetapi
meningkatkan pertanian. Kerjasama bisnis yang melibatkan pertukaran material/
bahan/ air/ energi atau sharing komponen meningkatkan kualitas kegiatan sebagai
simbiosis industri.
13
makanan (food web) dan menginterpretasikan peranan dari beragam penggalan dan
bisnis refabrikasi sebagai komponen pengguna / pihak yang memanfaatkan.
(scavengers dan decomposers) dari sistem.
Ekosistem alam tidak menghasilkan ‘sisa’ atau ‘limbah’, karena ‘limbah’ dari
suatu organisme merupakan makanan bagi organisme lainnya. Sistem alam tidak
menghasilkan kandungan persitensi toxic yang tidak dapat dimanfaatkan organisme
lain dalam sistem. Hipotesisnya adalah dalam memfungsikan efisiensi ekonomi yang
harmonis dengan ekosistem, tidak akan ada limbah atau sisa yang tidak terpakai.
Ekologi industri melibatkan antara lain analisis siklus, lingkaran suatu proses,
pemanfaatan kembali (reusing) dan daur ulang (recycling), rancangan untuk
lingkungan dan pertukaran / saling menukar ‘sisa’ atau ‘limbah’ (waste exchange).
Sedangkan teknologi dan proses yang memaksimumkan efisiensi ekonomi dan
lingkungan merupakan eco-efisien’
Pada eco-industri berlaku 4 ciri yang analog dengan ciri dalam ekosistem,
yaitu adanya siklus material, keragaman, kawasan, serta perubahan secara
perlahan-lahan.
14
selanjutnya adalah mempelajari rantai ‘bahan’ atau ‘material’ bagi suatu produk,
untuk menghasilkan tingkat ketergantungan yang besar pada material sisa / limbah
yang dapat di daur ulang dan pengaliran energi pada setiap tahapan; yaitu
mengadopsi sistem industri atau subsistem industri kedalam suatu ekosistem.
2. Keragaman
3. Kawasan
15
kawasan dengan mengontrol skala beban aktifitas industri pada lingkungan, dan
merupakan kegiatan kerjasama antara para pelaku dalam areal yang berdekatan
satu sama lain.
Hardin Tibbs dalam artikelnya yang berjudul “Industrial Ecology : An Agenda for
Industry” menekankan 5 komponen prinsip dalam ekologi industri, yaitu :
16
4. Peningkatan efisiensi dalam proses industri
5. Pengembangan supply energi yang dapat diperbaharui untuk keperluan
industri
17
BAB III
PEMBAHASAN
1. Kondisi yang menarik untuk dikembangkan dalam jarring timbal balik dalm
suatu kawasan industry
2. Jenis industry dalam kawasan harus berbeda, tetapi harus sesuai satu sama
lain
3. Pengelolaan harus bersifat komersil dan secara ekonomi menguntungkan
4. Pengembangan harus dilakukan dengan suka rela dalam kerangka
kerjasama dengan melibtakan suatu lembaga independent yang menangani
kebijakan / regulasi
5. Jarak lokasi yang berdekatan seara fisik antar pelaku industry diperlukan
untuk pertimbangan biaya transportasi pengangkutan material dan aliran
energy
6. Para menejer pabrik harus saling mengenal
18
3.3 Ciri- Ciri Ekosistem Industri
19
3.5 Contoh kasus ekosistem usaha
(3) perkembangan teknologi (seperti internet dan digitalisasi), (4) adanya investor
(seperti crowdfunding dan hibah), (5) aktivitas pendukung (seperti program inkubasi
dan akselerator), (6) pelaku usaha (berasal dari alumni universitas dan dosen).
Seluruh elemen ini berpadu untuk mendukung terciptanya usaha rintisan yang
diinisiasi mahasiswa. Kondisi pandemi covid19 (selanjutnya disebut pandemi) terjadi
bersamaan dengan periode dimulainya semester genap, bulan Maret 2020.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan seluruh struktur
perkuliahan beralih menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (selanjutnya disingkat PJJ).
Khusus bagi mahasiswa semester 8 yang sedang menjalankan BP, seluruh proses
konsultasi bimbingan diadakan secara daring, demikian juga dengan pelaksanaan
bisnis yang harus memenuhi peraturan PSBB. Hal ini tentu menjadikan pelaksanaan
BP mengalami beberapa perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan
rencana sebelumnya dalam Hatching Program.
20
kelompok dan perubahan metode penjualan. Profil Narasumber Kelompok BP Data
internal pengelola program S1 Bisnis menunjukkan peningkatan jumlah kelompok
BP dalam 3 tahun terakhir. Di tahun 2020 tercatat ada 110 kelompok BP, meningkat
dari tahun sebelumnya berturut-turut sejumlah 86 kelompok dan 82 kelompok.
Komposisi alokasi kelompok pada BP tahun 2020 adalah di sektor industri kuliner
(termasuk makanan dan minuman) sebesar 42%, Fesyen sebesar 25%, Teknologi
dan Layanan sebesar 18%, Kriya sebesar 6%, Lain-lain (termasuk Agro, Chemical,
Beauty) sebesar 9%. Narasumber penelitian ini diambil dari latar belakang industri
Kuliner, Fesyen, Teknologi dan Kriya. Nama kelompok BP sudah disusun menurut
abjad seperti tercantum pada tabel 1.
COLT&FILLY Ivana Lystia Fashion Penyedia pakaian anak umur 3-6 tahun
dengan bahan yang nyaman dan dilengkapi
dengan unsur edukasi.
TIELS Marvel Louigy Kriya Homedecor berbahan dasar kayu pilihan untuk
desk organizer agar memudahkan pengaturan
21
barang kecil di atas meja
WALKIM Axel & Ivan Makanan Foodtruck makanan khas Jepang seperti
Kristopher Gyudon, Hamburg, dan Katsu Curry dengan
harga terjangkau
22
Narasumber berpendapat dengan adanya perbedaan lokasi memberikan dampak
positif dan negatif bagi kelompok. Dampak positif adalah kelompok dapat
menjangkau area pemasaran yang tadinya tidak direncanakan. Berikut petikan
pernyataan perwakilan kelompok.
“ Kelompok kita ada yang pulang ke Palembang dan Makasar, kita minta
mereka bantu promosi disana, termasuk bikin insta ads” (KALAYA)
“Pembagian jam kerja khususnya aspek produksi jadi lebih berat kerjanya.
Karena rumah saya lokasinya jauh dari vendor, saya ga bisa bantu ikutan
ngecek barang ke vendor, padahal biasanya kita semua sekelompok ke
vendor” (RUKA)
“Awalnya kami rencana buka kedai di Gading Serpong, tapi rencana ini tidak
bisa dijalankan. Kelompok kami lalu memutuskan untuk menerima pesanan
makanan sesuai domisili anggota kelompok. Negatifnya, tiap anggota
kelompok jadi harus punya stok produksi dan masak sendirisendiri
(WARKIM).
23
yang sangat membantu terbentuknya usaha rintisan mahasiswa (Wright et al.,
2017). Pada konteks Indonesia di kondisi pandemi, para pelaku usaha beralih ke
aktivitas digitalisasi ekonomi. Berdasarkan survei yang dilakukan Tim Katadata
terhadap pelaku usaha, ada 5 aplikasi yang paling banyak digunakan pada periode
pandemi, yaitu media sosial, video streaming, layanan pesan singkat, e-commerce,
dan pengantaran makanan (Ulfa, 2020)
“Pada saat pandemi kan semua di rumah, ga ada yang bikin acara. Kita
(EVENE) bingung mo ngapain. Akhirnya kita bikin IG live, tutorial make-up class,
webinar ‘cara fotografer bertahan di era pandemi’. Kegiatan IG live Ini beda banget
dengan rencana semula“.
24
“Karena beralih ke online sales, jadi kita siapin foto produk yang bagus,
difoto bersamaan dengan produk lain yang familiar dimiliki oleh konsumen. Jadi
meskipun ga pernah lihat produk kami sebelumnya, tapi konsumen bisa
membayangkan ukuran dan bentuknya”(RUKA)
25
Katadata kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), era baru bagi
pelaku usaha adalah beralih pada marketplace karena tingginya transaksi secara
daring dan makin banyaknya pemakaian pembayaran digital (KIC, 2020).
Pada kasus kelompok BP di penelitian ini, Keluarga dan Orang tua sangat
mendukung pelaksanaan BP di masa pandemi. Hal ini dapat tercermin dari
ungkapan kelompok berikut:
26
Kelompok BP juga memiliki mentor akademis yaitu pembimbing tugas akhir.
Dua orang dosen dialokasikan sebagai pembimbing untuk setiap kelompok BP.
Dosen dialokasikan sesuai dengan pengalaman usaha atau peminatan riset dosen
terkait sub sektor industri kreatif. Misalkan, ada dosen yang memiliki usaha rumah
makan, maka kelompok BP dengan kategori produk kuliner dapat dialokasikan pada
dosen tersebut. Seluruh kelompok BP dalam penelitian ini menyepakati pihak yang
paling berkontribusi dalam bisnis mereka adalah pembimbing dan mentor eksternal,
seperti tercermin dalam pernyataan berikut:
“dukungan dari pembimbing dan pihak yang kami ajak kerjasama untuk bikin
IG live sangat berkontribusi buat kami.” (EVENE)
“pembimbing kami punya pengalaman di bidang usaha kayu juga, jadi beliau
kasih masukan soal kualitas bahan, cara perhitungan bahan baku supaya ga ditipu
vendor” (RUKA)
“kami punya mentor yaitu dokter hewan yang sangat membantu kami saat
pembuatan purwarupa produk, kami konfirmasi komposisi kandungan herbal di
produk kami ke dokter tersebut’(PAWPALS)
27
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
industry dan pengelolaan limbah industry perlu adanya perhatian karena dapat
mencemari lingkungan
dan berbahaya bagi masyarakat sekitar
26
DAFTAR PUSTAKA
https://esthernbbn.wordpress.com/category/ekosistem-kawasan-industri/
https://esthernbbn.wordpress.com/2008/07/12/klasifikasi-dalam-ekosistem-
industri/#more-61
https://text-id.123dok.com/document/lzg8vk12y-ekosistem-industri-dan-ekologi-
industri.html
26