Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

EKOSISTEM INDUSTRI

DOSEN PEMBIMBING :
Shinta Prastika Kurniawan, ST,MT

DISUSUN OLEH :
Astini Rambu Boba 519027
Evy firdayati 519057
Izzatus Suroyyah 519081
Natasya Andy Wijaya 519229

SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG


MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI
STRATA SATU
DESEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan ridho-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah “Sustainable Manufacturing” dengan judul “Ekosistem
Industri”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen mata kuliah Sustainable Manufacturing kami yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi bagi semua pihak yang membacanya, terima kasih.

Malang, 09 Desember
2021

Penyusun

ii
Daftar Isi
COVER i
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG 1


1.2 RUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN 3
1.4 MANFAAT 3

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 EKOSISTEM DAN EKOLOGI INDUSTRI 4

2.2 PENGERTIAN EKONOMI DAN INDUSTRI 5

2.3 EKOSISTEM INDUSTRI 7

2.4 KENDALA DAN TANTANGAN 8

2.5 KOMPONEN EKOSISTEM INDUSTRI 9

BAB III PEMBAHASAN

3.1 KEUTUNGAN DALAM EKOSISTEM INDUSTRI 16

3.2 PRINSIP EKOSISTEM INDUSTRI 16

3.3 CIRI-CIRI EKOSISTEM INDUSTRI 16

3.3 KONSEP EKOSISTEM INDUSTRI 17

3.4 CONTOH KASUS EKOSISTEM USAHA 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian beberapa tahun terakhir di Asia Pasifik menunjukkan


peningkatan konsentrasi penelitian akan topik Pendidikan Kewirausahaan. Variasi
kurikulum dan jumlah program kewirausahaan juga mengalami pertumbuhan yang
pesat. Lembaga pemerintahan menaruh perhatian khusus pada pengembangan
inovasi dan kewirausahaan, terutama di tingkat Pendidikan Tinggi (Wu, 2017).
Berbagai bentuk program pengembangan kewirausahaan, metode pembelajaran
dan karakter wirausaha yang terus dibina merupakan bagian dari kerangka
ekosistem kewirausahaan. Pemerintah, lembaga swasta dan pendidikan tinggi
berkontribusi pada penciptaan ekosistem kewirausahaan. Beberapa program
tersebut telah rutin dijalankan sebagai kegiatan tahunan Big Start Indonesia
(Kompetisi Wirausaha Kreatif dari blibli.com) adalah contoh program kerja sama
antara lembaga pemerintahan, swasta dan pendidikan tinggi yang telah
menghasilkan sejumlah alumni yang menjadi cikal bakal wirausaha Indonesia.
Program kerja sama ini tentu memiliki berbagai kisah sukses dan tantangan
seperti yang tercantum dalam studi kasus pelaksanaan Program Pengembangan
Kewirausahaan (PPK) pada sebuah Perguruan Tinggi di Jakarta yang berhasil
menghasilkan 5 usaha rintisan mandiri di tahun 2018. Aktivitas PPK mirip dengan
program inkubasi, terdiri dari kegiatan seleksi mahasiswa dari berbagai program
studi di universitas yang tertarik dan memiliki komitmen tinggi untuk berwirausaha,
lalu diberikan pembekalan dalam bentuk pelatihan teknis, dilanjutkan dengan
pendampingan intensif pelaksanaan usaha, pengawasan, evaluasi,
pengembangan jejaring. Laporan pelaksanaan PPK di Sulawesi menunjukkan
kegiatan PPK diapresiasi sebagai program yang mampu mengubah pola pikir
mahasiswa (menjadi lebih percaya diri, dan kreatif). Tantangan berjalannya PPK
adalah pada tim pelaksana program, yang idealnya dijalankan secara profesional,
bukan oleh dosen yang juga memiliki tugas Tridarma Pendidikan. Keterlibatan
berbagai pihak dalam lingkungan universitas juga turut berperan dalam
membentuk ekosistem kewirausahaan. (Wright et al., 2017) merumuskan

1
kerangka ekosistem untuk usaha rintisan mahasiswa. Kerangka ini adalah
sebuah integrasi berbagai elemen yang mendukung usaha rintisan mahasiswa.
Elemen dalam kerangka tersebut adalah (1) kondisi lingkungan internal universitas
(antara lain sejarah dan kapabilitas universitas), (2) kondisi eksternal
universitas (seperti kebijakan pemerintah, dan konteks industri), (3)
perkembangan teknologi (seperti internet dan digitalisasi), (4) adanya investor
(seperti crowdfunding dan hibah), (5) aktivitas pendukung (seperti program
inkubasi dan akselerator), (6) pelaku usaha (berasal dari alumni universitas dan
dosen). Seluruh elemen ini berpadu untuk mendukung terciptanya usaha rintisan
yang diinisiasi mahasiswa.

Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya (SBE UPM) memiliki
program S1 Bisnis yang menekankan pada pembelajaran praktik bisnis. Mata
kuliah khas program dari semester 1-8 bermuara pada pembuatan usaha, dengan
kompleksitas yang berbeda disesuaikan dengan pengetahuan mahasiswa di setiap
semester. Tugas Akhir Mahasiswa adalah membuat Business Project/Proyek
Bisnis (selanjutnya disebut BP). BP adalah usaha yang dirintis dari semester 7
dalam mata kuliah persiapan tugas akhir bernama Hatching Program. Mata
kuliah Hatching bersifat pembimbingan untuk memvalidasi ide bisnis mahasiswa
mulai dari identifikasi peluang usaha sampai pembuatan purwarupa produk yang
siap jual. Mata kuliah ini kemudian dilanjutkan dengan mata kuliah Tugas Akhir
BP di semester 8. Mahasiswa menjalankan hasil validasi ide bisnis sebelumnya,
dan membuat laporan pelaksanaan bisnis. Kondisi pandemi covid19 (selanjutnya
disebut pandemi) terjadi bersamaan dengan periode dimulainya semester genap,
bulan Maret 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan
seluruh struktur perkuliahan beralih menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (selanjutnya
disingkat PJJ). Khusus bagi mahasiswa semester 8 yang sedang menjalankan BP,
seluruh proses konsultasi bimbingan diadakan secara daring, demikian juga dengan
pelaksanaan bisnis yang harus memenuhi peraturan PSBB. Hal ini tentu
menjadikan pelaksanaan BP mengalami beberapa perubahan yang signifikan jika
dibandingkan dengan rencana sebelumnya dalam Hatching Program. Penelitian
sebelumnya tentang dampak pandemi pada pembelajaran di salah satu universitas
swasta Indonesia menjelaskan tentang perubahan platform yang digunakan

2
dan dampak PJJ bagi mahasiswa (Windhiyana, 2020). Penelitian lain menyebutkan
dampak pandemi pada UMKM Indonesia, yaitu pentingnya transformasi ke
ekosistem digital (Fitriasari, 2020; Purbasari et al., 2020). Belum ada penelitian
yang secara khusus membahas tentang dinamika usaha rintisan yang didirikan oleh
mahasiswa dan dijalankan pada masa pandemi mengacu pada elemen dalam
kerangka Ekosistem usaha rintisan mahasiswa (Wright et al., 2017).

2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kerangka ekosistem usaha rintisan mahasiswa di program S1


Bisnis SBE UPM?
2. Apa saja dinamika perubahan yang dialami oleh usaha rintisan
mahasiswa selama pandemi?

2.3 Tujuan
1. Mengetahui kerangka ekosisitem usha rintisan mahasiswa pada program S1
Bisnis SBE UPM
2. Mengetahui sinamika perubahan yang dialami oleh rintisan mahasiswa
selama pandemic

2.4 Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengelola


program konsentrasi Bisnis di SBE UPM dan juga lembaga Pendidikan Tinggi
dengan program kewirausahaan sejenis. Pembelajaran juga berguna bagi pelaku
usaha rintisan mahasiswa, agar dapat melakukan persiapan yang diperlukan saat
mengembangkan bisnis di masa kebiasaan baru setelah pandemi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Industri dan Ekologi Industri

Metapora ekosistem memberikan gambaran bahwa aktifitas industri sebagai


jejaring makanan food web dan menginterpretasikan peranan dari beragam unit dan
bisnis refabrikasi sebagai komponen pengguna pihak yang memanfaatkan
scavengers dan decomposers dari sistem.. Salah satu pendekatan untuk
menghasilkan tingkat yang lebih tinggi mengenai efisiensi penggunaan bahan baku
dan sumber energi adalah dengan menyertakan konsep ekologi pada dunia industri.
Ekologi industri merujuk kepada pertukaran saling bertukar antara sektor industri
dimana pembuangan dari satu industri menjadi sumber bahan baku dari industri
lainnya. Sebagai contoh : uap panas yang dihasilkan dari pembangkit tenaga listrik
dapat digunakan sebagai sumber panas untuk pabrik bahan kimia disekitarnya.
Debu terbang dari pembakaran batu bara pada stasiun pembangkit dapat digunakan
sebagai bahan untuk industri semen. Ekologi industri melibatkan antara lain analisis
siklus, lingkaran suatu proses, pemanfaatan kembali reusing dan daur ulang
recycling, rancangan untuk lingkungan dan pertukaran saling menukar ‘sisa’ atau
‘limbah’ waste exchange . Sedangkan teknologi dan proses yang memaksimumkan
efisiensi ekonomi dan lingkungan merupakan eco-efisien. Pada eco-industri berlaku
4 ciri yang analog dengan ciri dalam ekosistem, yaitu adanya siklus material, 31
keragaman, kawasan, serta perubahan secara perlahan-lahan atau konservasi
dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Frosch dan Gallopoulos,1989. Ekosistem
kawasan industri merupakan kawasan industri yang menjalankan prinsip ekologi
dalam operasinya, sehingga dapat disebut juga sebagai Eco industrial park . Sejalan
dengan pengembangan Eco industrial park, pengembangan akan teknologi hijau
juga harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan ekosistem secara holistik, yaitu
pembangunan yang berkelanjutan . Ekologi industri Pongracz, E, 2006 adalah
bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan yaitu peningkatan ekonomi dan
peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem industri
dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan

4
disekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan. Didalam sistem ini
dioptimalkan siklus material, dari mulai bahan mentah hingga menjadi bahan jadi,
komponen, produksi dan pembuangan akhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan
termasuk sumber daya, energi dan modal Menurut Korhonen 2001, konsep dalam
ekologi industri mengadaptasi analogi ekosistem alam kedalam sistem industri.
Tingkatan-tingkatan organisme dalam ekosistem saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Tingkatan
organisasi dalam dunia industri adalah industri tunggal, industri kawasan, industri
global dan ekosistem industri. Antara komunitas industri dan lingkungannya selalu
terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem.
Komponen penyusun ekosistem adalah produsen, konsumen, dan
dekomposerpengurai. Ekologi industri adalah suatu yang ditandai dengan banyak
ragam kelompok hubungan antar produksi dan konsumsi. Dari perspektif suatu
institusi, keragaman ini dapat dikelompokkan berdasarkan batasan sistem. Salah
satu bagian dari ekologi industri adalah simbiosis industri. Pada prinsipnya ekologi
industri berhubungan dengan aliran bahan material dan energi pada sistem dalam
skala berbeda, mulai dari produksi ke pabrik hingga ke tingkat nasional dan tingkat
global. Simbiosis hubungan yang saling menguntungkan mutually benefial
relationship industri difokuskan pada aliran-aliran jaringan bisnis dengan organisasi
lainnya baik dalam peta ekonomi local maupun regional sebagai suatu pendekatan
ekologi dari pembangunan industri yang berkelanjutan. 32 Hardin Tibbs dalam
artikelnya yang berjudul ”Industrial Ecology : An Agenda for Industry “ 2004
menekankan 6 komponen prinsip dalam ekologi industri, yaitu :

1. Ekosistem Industri : merupakan kerjasama antara beragam industri


dimana limbah dari suatu industri merupakan bahan material bagi
industri lainnya
2. Keseimbangan input dan output industri yang mengacu pada
keterbatasan sistem alam.
3. Pengurangan intensitas material dan energi dalam produksi.
4. Peningkatan efisiensi dalam proses industri
5. Pengembangan supply energi yang dapat diperbaharui untuk
keperluan industri

5
6. Adopsi kebijaksanaan baru, baik kebijakan nasional maupun
internasional dalam pengembangan ekonomi.

2.2 Pengertian Ekosistem dan Industri

Ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup dengan


lingkungannya yang di dalamnya terdapat hubungan dan interaksi sangat erat dan
saling memengaruhi. Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem sebagai suatu tatanan kesatuan yang secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup dan saling mempengaruhi.

Industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha


mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah
pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat dengan
tanah.industri adalah usaha atau kegiatan pengolahan barang mentah atau
setengah jadi menjadi barang konsumsi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan bagi produsen

a. klasifikasi Ekosistem Industri adalah Ekosistem Industri dapat diklasifikasikan


atas beberapa skala, dari terkecil hingga besar, dan dapat dipandang dari
berbagai perspektif :

Skala terkecil adalah ekosistem didalam satu industri / industri tunggal


dimana komponen-komponennya dapat berupa pelaku bisnis industri, mulai dari
produsen, distributor, supplier hingga konsumen. Dari sisi proses produksi,
komponen dapat berupa tahapan produksi, mulai dari bahan baku mentah, produk
yang dihasilkan, limbah dari proses produksi, hingga penggunaan limbah sebagai
bahan baku untuk menghasilkan suatu produk lain. Dalam hal ini satu perusahaan
dapat memproduksi lebih dari satu jenis produk, dimana limbah dari suatu produk
dapat digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk produk lainnya.

Skala yang lebih luas terdiri dari beberapa industri yang saling berinteraksi,
yang letaknya saling berdekatan dalam suatu region atau kawasan. Dalam kawasan
ini, limbah yang dihasilkan oleh suatu industri dapat digunakan sebagai bahan baku

6
bagi industri lainnya sehingga membentuk rantai atau jaring bahan baku produksi,
analog dengan rantai atau jaring makanan dalam ekosistem secara umum. Interaksi
yang terjadi dapat lebih luas lagi, yaitu interaksi antar pelaku industri, pemanfaatan
sumber daya di kawasan, aliran energi dsb. Komponen juga dapat berupa kelompok
industri yang menghasilkan produk sejenis, sehingga komponen ekosistem terdiri
dari beberapa kelompok industri / berupa cluster yang dicirikan oleh jenis
produksinya. Contoh beberapa industri yang menghasilkan produk sejenis misalnya
industri furniture yang masing-masing perusahaan di kawasan memproduksi jenis
furniture berbeda, misalnya lemari, meja dan kursi, dipan, kerajinan lain dengan
bahan baku sama. Tetapi dalam hal ini prinsip ekologi tidak sepenuhnya dapat
diterapkan karena pada tahap terawal, bahan baku yang digunakan adalah bahan
baku dari alam (kayu) yang tidak dapat direproduksi oleh alam pada kecepatan
proporsional dengan kecepatan kebutuhan untuk produksi.

Skala terbesar adalah skala global dan menyeluruh dimana jenis komponen
yang berinteraksi sangat beragam, termasuk didalamnya antara lain pelaku bisnis,
eksportir, importir, kebijakan regional, kebijakan global, jaringan dari beberapa
kawasan industri dan lain-lain yang terkait dalam lingkaran ekonomi global. Masing-
masing pertukaran dikembangkan sebagai pengelolaan bisnis yang menarik secara
ekonomi antara perusahaan yang berpartisipasi melalui kontrak bilateral. Hal ini
menunjukkan bahwa simbiosis tidak hanya bergantung pada proses perencanaan,
tetapi secara kontinu akan berkembang. Regulasi / kebijakan berperan secara tidak
langsung dalam kerangka ekonomi global.

2.3 Ekonomi Kawasan Industri

Seiring dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi, maka kebutuhan masyarakat akan konsumsi barang dan jasa semakin
meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan barang dan jasa berakibat meningkatnya
kebutuhan akan bahan baku, material dan energi, sementara ketersediaan bahan
baku, material dan energi semakin lama semakin berkurang. Oleh sebab itu
diperlukan suatu kebijakan mengenai ‘keberlanjutan’ atau sustainability, yaitu bahwa

7
pertumbuhan konsumsi barang dan jasa harus disertai pengurangan intensitas
konsumsi bahan baku dan energi secara proporsional.

Maka dikembangkanlah beragam strategi yang tujuannya adalah


pengurangan penggunaan bahan baku dan industri dalam kerangka ekonomi global.
Dalam prosesnya, beberapa lembaga riset melakukan kajian terhadap implikasi
yang mungkin terjadi akibat adanya kebijakan dimaksud. Beberapa kajian
menunjukkan adanya suatu peluang untuk melakukan pengurangan secara
signifikan dalam hal penggunaan material dan industri dalam pengembangan
ekonomi dan teknologi canggih. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan yang
melatarbelakangi dikembangkannya pendekatan Ekologi Industri untuk pabrik,
pengolahan dan sebagainya yang berpotensi untuk memulai pengurangan
penggunaan bahan baku dan material (dematerializing) dalam kerangka ekonomi
global. Pertimbangan lainnya adalah kesadaran bahwa pergerakan kearah
pembangunan yang ‘berkelanjutan’ perlu menyertakan industri dalam kegiatan
ekonominya. Tetapi untuk menyertakan industri dalam suatu strategi pencapaian
‘berkelanjutan’, diperlukan perkembangan mendasar dalam meningkatkan kualitas
lingkungan industri serta efisiensi sumber daya, demikian pula dengan kegiatan
industry yang saling terintegrasi dengan komunitasnya.

Ekosistem kawasan industri merupakan kawasan industri yang menjalankan


prinsip ekologi dalam operasinya, sehingga dapat disebut juga sebagai Eco-
industrial Park atau Eko-Kawasan Industri. Sejalan dengan pengembangan Eko-
kawasan Industri, pengembangan akan teknologi hijau juga harus dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan ekosistem secara holistik, yaitu pembangunan yang
berkelanjutan.

2.4 Kendala dan Tantangan Dalam Penerapan Ekosistem Kawasan Industri

Pada abad-21, eko-industri dan pengembangan teknologi yang


mengeliminasi ‘sisa’ atau ‘limbah’ dan memaksimumkan efisiensi akan mengalami
masa kritis dalam usaha pengurangan pemakaian material dan energi serta
memelihara kualitas hidup dan kualitas lingkungan. Perluasan eco-kawasan industri
dengan mengembangkan eco-economi adalah eco-efisien, merupakan faktor yang

8
menentukan apakah tekanan pasar akan berperan penting sebagai ‘penggerak
perubahan (driverofchange).

Penerapan eco-kawasan industri mengutamakan keragaman jenis industri


untuk optimalitas siklus pertukaran limbah (waste exchange). Pada sisi lain,
keragaman dapat juga menjadi kendala pada ekologi industri. Keragaman dapat
berarti meningkatkan kompleksitas, misalnya keragaman pelaku berarti pula
keragaman tujuan / interest. Hal ini dapat menjadi kendala ketika mencoba
merumuskan ‘tujuan umum dalam pengembangan ekosistem industri’. Dari sudut
pandang berbeda, besarnya jumlah pelaku yang terlibat dalam kerjasama dapat
merupakan pengaman bagi kelanjutan sistem. Dalam alam, semakin kecil dan
sederhana sistem biotik, semakin rapuh keberlangsungan sistem. Bahkan jika salah
satu organisme punah, dapat menghancurkan simbiosis. Semakin besar dan
semakin kompleks ekosistem seperti danau, sungai dan hutan, semakinkecil
kemungkinan sistem terganggu jika satu elemen tiba-tiba punah. Keragaman industri
yang berarti pula keragaman interest pelaku, merupakan suatu tantangan dalam
penerapan ekosistem pada suatu kawasan industri. Perlu dilakukan komunikasi
yang berkelanjutan untuk mencapai kesamaan persepsi dalam menyikapi tujuan
jangka panjang penerapan ekosistem pada kawasan industri.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam menerapkan prinsip


ekologi didalam kawasan industri :

a. Para pelaku industri harus memahami limbah sebagai suatu yang bernilai
sebagai bahan dasar untuk industri lainnya. Studi dan kerjasama harus
diperluas dan perusahaan harus mengembangkan visinya dengan
menyertakan keseluruhan sistem dalam perusahaan yang bersatu.
b. Perlu adanya lintas batas antar sektor public dan sektor swasta untuk
menghasilkan ekosistem industri dengan dukungan institusional. Pembuat
kebijakan dapat diuntungkan ketika mengetahui bahwa untuk
keberlangsungan daur ulang atau sistem roundput, issue lingkungan harus
direfleksikan juga dalam implikasi ekonomi, social dan budaya, misalnya
dalam konteks komunitas aliran (societal context of the flow).

9
c. Bagi kawasan industri yang sudah ada dan sudah berjalan cukup mapan,
perlu suatu usaha yang memfasilitasi pengembangan sistem kerjasama
berdasarkan pemanfaatan limbah dan energi.
d. Perlu dilakukan upaya membangun suatu system kerjasama berdasarkan
pemanfaatan limbah dan energy pada suatu kawasan industry yang sudah
ada
e. Keberhasilan dari pembentukan hubungan / link dari eco-industri
memerlukan implementasi proyek secara terus-menerus sehingga dapat
mengidentifikasi peluang-peluang yang ada dalam rangka eco-industri.
Diperlukan kerja keras untuk mengidentifikasi regulasi dan kebijakan lain
yang menghambat untuk dihilangkan. Kebijakan berdasarkan insentif
misalnya ecological tax reform (keringanan eco-pajak) dan proyek-proyek
teknis perlu diidentifikasi dan di implementasikan untuk membantu
menstimulasi pasar dalam menggerakkan eco-industri.

2.5 Komponen Ekosistem Industri

Ekosistem industri merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam


menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan yang ‘berkelanjutan’.
Konsep Ekosistem Kawasan Industri (Eco-Industrial Park / EIP) selanjutnya
disingkat dengan EIP, pertama kali disosialisasikan secara formal pada tahun 1992-
1993 oleh suatu kelompok / komunitas dari Indigo Development – Dalhouse
University, dan kelompok / komunitas Work and Environment Initiative dari Cornell
University. Pada tahun 1994, Environmental Protection Agency milik pemerintah
United States of America membiayai Research Triangle Institute dan Indigo untuk
memperdalam konsep ekosistem industri serta melakukan studi kasus. Pada tahun
1996, sebanyak 17 proyek industri mendeklarasikan EIP bagi kegiatan mereka.

Eco-Industrial Park menyertakan jaringan perusahaan dan organisasi yang


bekerja bersama-sama untuk meningkatkan ekonomi dan kualitas lingkungan.
Beberapa perencana serta peneliti ekosistem kawasan industri telah menggunakan
jasa komunitas atau team ‘ekosistem industri’ untuk memberikan gambaran jenis

10
‘hubungan simbiosis’ yang dikembangkan diantara pelaku dan perusahaan yang
turut berpatisipasi.

a. Komponen dalam Rancangan Eko-Kawasan Industri :

1. Sistem alam : meminimumkan dampak negative pada lingkungan, dan


memperkecil biaya operasi, serta menggunakan energi matahari dan / atau
energi angin
2. Energi : Strategi utama adalah penggunaan energi secara efisien untuk
mengurangi biaya-biaya serta mengurangi beban lingkungan.
3. Alir material : Dalam Eko-Kawasan Industri, pihak perusahaan memandang
limbah sebagai sesuatu produk yang berharga yang dapat dijual untuk
digunakan oleh pihak lain.
4. Aliran air : Air yang telah melalui suatu proses dapat digunakan kembali oleh
pihak lain, yang dialirkan melalui suatu tahapan proses sesuai keperluan.
Infrastruktur kawasan dapat dirancang untuk beberapa tingkatan / grade air
(bergantung pada kebutuhan perusahaan).
5. Pengelolaan Kawasan dan Dukungan Layanan : Pengelolaan harus
mendukung pertukaran produk antar perusahaan di kawasan, mendukung
perusahaan dalam beradaptasi dengan lingkungan beragam industri
(misalnya mobilitas supplier atau pelanggan di areal kawasan). Layanan lain
juga menyangkut pemeliharaan akses / link pertukaran produk antar
perusahaan di kawasan serta pemeliharaan sistem telekomunikasi.
Disamping itu, dapat diadakan dukungan layanan bersama berupa pusat
pelatihan, kantin, pusat kesehatan, kantor untuk pembelian barang-barang
umum, transportasi, kantor logistic dll.

b. Keuntungan dari Ekosistem Kawasan Industri

Dengan adanya kerjasama antar pelaku indutri dalam Eko-Kawasan Industri,


maka terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu :

Keuntungan keuangan untuk perusahaan :

1. Menurunkan biaya pembelian bahan / material, mendapatkan hasil


dari penjualan limbah kepada pihak lain dalam kawasan

11
2. Menurunkan penggunaan energi (misalnya transportas
3. Menurunnya biaya pengelolaan limbah karena dilakukan didalam
kawasan (dapat dijual, dan membeli limbah dari perusahaan lain di
kawasan)
4. Menurunnya biaya serba-serbi
5. Menurunnya biaya HRD atau perekrutan pegawai karena dilakukan
bersama-sama dengan perusahaan lain dalam Kawasan

Keuntungan bagi lingkungan :

1. Permintaan akan sumber daya alam akan berkurang


2. Berkurangnya jumlah limbah dalam semua bentuk (padat, cair, emisi udara)
3. Kemungkinan terjadi kecelakaan dalam transport
4. Keuntungan sosial / bagi masyarakat :
5. Meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dengan adanya pekerjaan
6. Biaya pemanasan murah untuk masyarakat lingkungan sekitar kawasan dan
didalam kawasan
7. Udara dan air yang lebih bersih, sehingga masyarakat sekitar dapat hidup sehat

Simboisis Industri

Simbiosis industri secara tradisional memisahkan antara industri dalam


pendekatan secara kolektif dengan keuntungan kompetitif yang melibatkan
pertukaran material, energi, air dan/atau antar produk. Simbiosis industri terdiri dari
pertukaran antar entitas yang berbeda yang menghasilkan keuntungan kolektif yang
lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tunggal.
Kolaborasi ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social capital)
yang berpartisipasi. Simbiosis itu sendiri tidak harus berada di dalam batasan
kompleks kawasan industri, sebaliknya menggambarkan semua organisasi yang
terlibat dalam pertukaran. Kunci dari simbiosis industri adalah kolaborasi dan semua
kemungkinan sinergis yang dimungkinkan dalam suatu areal kawasan industri.

Secara bersamaan, perhatian juga mulai dikembangkan pada simbiosis


industri dan kawasan eko-industri, sejumlah kawasan eko-industri lain yang mungkin
terbentuk secara lebih luas, yang merupakan pembangunan hijau (green
development). Termasuk didalamnya pemukiman, perniagaan, dan pembangunan

12
komunitas yang ditangkap dalam terminology semisal arsitektur berkelanjutan,
bangunan hijau, komunitas berkelanjutan dan pertumbuhan cerdas (smart growth).
Pembangunan eko-industri atau pembangunan industri yang berkelanjutan
mempersempit kemungkinan dominasi industri dan aktifitas komersial; tetapi
meningkatkan pertanian. Kerjasama bisnis yang melibatkan pertukaran material/
bahan/ air/ energi atau sharing komponen meningkatkan kualitas kegiatan sebagai
simbiosis industri.

Terdapat 3 peluang utama untuk saling-tukar sumber daya

Penggunaan ulang produk – pertukaran material khusus perusahaan antara


dua atau lebih perusahaan / kelompok untuk digunakan sebagai substitusi untuk
produk komersil atau bahan baku. Saling tukar komponen material juga merujuk
kepada pertukaran sebagian produk, sinergi, atau pertukaran limbah dan dapat juga
sebagai jaringan daur ulang industri, yaitu :

Penggunaan bersama (sharing) utilitas/infrastruktur – penggunaan tempat


mencuci alat2 dan pengelolaan sumber daya yang umum seperti energi, air dan
limbah cair. Penggabungan pengadaan jasa / service – menghasilkan kebutuhan
umum perusahaan untuk aktifitas yang lebih kecil misalnya transportasi, supply
makanan dan pencegahan kebakaran.

Pemahaman tentang jaringan eko-industri dapat juga menjadi luas sebagai


daerah lingkungan dan aktifitas ekonomi diantara kegiatan bisnis. Hanya sebagai
kluster ekonomi yang berupa kelompok dalam sektor bisnis yang sama yang
berhubungan dengan produk yang dihasilkan dan digunakan misalnya kelompok
bisnis furniture – disebut juga eco-industrial-cluster- adakalanya digunakan untuk
menggambarkan interaksi antara perusahaan dalam industri yang sejenis.

Meskipun pertukaran material dan energi telah secara signifikan telah


menjadi bagian dari aktifitas industri selama berabad-abad, tetapi focus pada atribut
lingkungan masih merupakan hal yang baru. Dalam artikelnya mengenai ekologi
industri, Frosch dan Gallopoulos (1989) memberikan gambaran ‘ekosistem industri’
dimana ‘konsumsi energi dan material di optimalkan dan hasil dari suatu proses
dapat merupakan bahan baku bagi proses lain” Sebagian orang memandang dari
sisi metapora ekosistem, yang memandang aktifitas industri sebagai jejaring

13
makanan (food web) dan menginterpretasikan peranan dari beragam penggalan dan
bisnis refabrikasi sebagai komponen pengguna / pihak yang memanfaatkan.
(scavengers dan decomposers) dari sistem.

Salah satu pendekatan untuk menghasilkan tingkat yang lebih tinggi


mengenai efisiensi penggunaan bahan baku dan sumber energi adalah dengan
menyertakan konsep ekologi pada dunia industri. Ekologi industri merujuk kepada
pertukaran / saling bertukar antara sektor industri dimana pembuangan dari satu
industri menjadi sumber bahan baku dari industri lainnya. Sebagai contoh : uap
panas yang dihasilkan dari pembangkit tenaga listrik dapat digunakan sebagai
sumber panas untuk pabrik bahan kimia disekitarnya. Debu terbang dari
pembakaran batu bara pada stasiun pembangkit dapat digunakan sebagai bahan
untuk industri semen.

Ekosistem alam tidak menghasilkan ‘sisa’ atau ‘limbah’, karena ‘limbah’ dari
suatu organisme merupakan makanan bagi organisme lainnya. Sistem alam tidak
menghasilkan kandungan persitensi toxic yang tidak dapat dimanfaatkan organisme
lain dalam sistem. Hipotesisnya adalah dalam memfungsikan efisiensi ekonomi yang
harmonis dengan ekosistem, tidak akan ada limbah atau sisa yang tidak terpakai.
Ekologi industri melibatkan antara lain analisis siklus, lingkaran suatu proses,
pemanfaatan kembali (reusing) dan daur ulang (recycling), rancangan untuk
lingkungan dan pertukaran / saling menukar ‘sisa’ atau ‘limbah’ (waste exchange).
Sedangkan teknologi dan proses yang memaksimumkan efisiensi ekonomi dan
lingkungan merupakan eco-efisien’

Pada eco-industri berlaku 4 ciri yang analog dengan ciri dalam ekosistem,
yaitu adanya siklus material, keragaman, kawasan, serta perubahan secara
perlahan-lahan.

1. Siklus material dan bahan baku

Dalam ekosistem, limbah/sisa dari suatu organisme merupakan makanan


bagi organisme lain; daur ulang terjadi dan energi mengalir dalam rantai makanan.
Analog dalam sistem industri, terdapat rantai operasi dalam arah keseluruhan,
misalnya dari bahan mentah diproses, kemudian menghasilkan produk, selanjutnya
proses produksi menhasilkan limbah / sisa. Tujuan utama dalam ekologi industri

14
selanjutnya adalah mempelajari rantai ‘bahan’ atau ‘material’ bagi suatu produk,
untuk menghasilkan tingkat ketergantungan yang besar pada material sisa / limbah
yang dapat di daur ulang dan pengaliran energi pada setiap tahapan; yaitu
mengadopsi sistem industri atau subsistem industri kedalam suatu ekosistem.

2. Keragaman

Biodiversity atau keragaman species, baik itu dalam konteks organisme,


informasi, dan semua komponen dalam ekosistem yang mempunyai ketergantungan
atau kerjasama satu sama lain merupakan faktor penting dalam keberlanjutan dan
ketahahan ekosistem. Dalam ekosistem industri, keragaman dapat dipahami
sebagai keragaman pelaku atau keragaman dalam kebergantungan, dan dalam
kerjasama dalam suatu industri. Pemanfaatan limbah kemungkinan terjadi jika
terdapat kerjasama antara beberapa pelaku, misalnya inter perusahaan dan antar
industri. Keragaman metafora dalam masalah produk output dari aktivitas industri
dapat juga menguntungkan jenis kegiatan ekologi industri. Dalam ekosistem industri,
untuk memampukan kerjasama beragam yang berdasarkan pemanfaatan material
dan aliran energi antar pelaku yang terlibat, keragaman output dapat berarti bahwa
limbah dari suatu perusahaan, misalnya limbah energi atau panas dari tanaman,
dipahami sebagai produk yang bernilai. Disini supply output dipahami dari berbagai
sudut pandang, sehingga limbah diinterpretasikan sebagai sesuatu yang berharga
dan dapat dimanfaatkan, daripada dibuang ke udara atau ke air.

3. Kawasan

Ekosistem global harus mempertimbangkan factor keterbatasan alam suatu


kawasan. Dalam ekosistem, suatu organisme harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan ‘bekerjasama’ dengan organisme lain dalam kawasannya. Dalam
industri, bahan baku bisa di import dari daerah lain, bahkan dari negara lain.
Ekosistem kawasan industri dengan usaha mengurangi bahan dasar / virgin material
dan input energi, demikian juga dengan output limbah dan emisi dari sistem
kawasan industri, adalah visi yang dijalankan untuk mengontrol atau mengurangi
Footprint Ekologi kawasan (Wackenagel dan Rees, 1997 dalam [10]). Kawasan
dalam pengembangan sistem ekologi industri adalah pemanfaatan material dan
sumber energi, limbah dan energi kawasan, menghargai factor keterbatasan alam

15
kawasan dengan mengontrol skala beban aktifitas industri pada lingkungan, dan
merupakan kegiatan kerjasama antara para pelaku dalam areal yang berdekatan
satu sama lain.

4. Perubahan secara perlahan-lahan / gradual change

Proses alam dicirikan oleh perubahan secara perlahan-lahan. Misalnya,


generasi dan regenerasi minyak bumi dan air tanah berlangsung setelah ratusan
bahkan ribuan tahun. Demikian juga dengan evolusi biologi dan genetic terjadi
secara perlahan. Kenyataan bahwa evolusi industri terjadi lebih cepat maka media
penyimpan informasi seperti budaya, buku, film, internet, cellular phone dan
advertisement dinyatakan sebagai factor yang mempercepat kerusakan lingkungan.
Sebagai contoh, bahan mentah diperlukan untuk memproduksi suatu produk dimana
permintaan berkembang pesat, dapat menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan
dalam konteks masa tersedianya bahan baku. Tambahan pula, alam bergantung
pada aliran sumber yang dapat diperbaharui (renewable flow resource), misalnya
energi matahari, sementara kegiatan industri berdasarkan pada cadangan alam
yang tak terbaharui (non renewable), misalnya dari fosil sehingga tidak
mempetimbangkan waktu reproduksi / renewable sumber daya alam yang terjadi
secara sangat perlahan-lahan. Metafora perubahan perlahan-lahan dapat membantu
kita dalam memahami ekosistem kawasan industri. Setiap sistem industri, misalnya
sistem kawasan industri merupakan sistem yang unik. Ekonomi, social, budaya dan
dimensi ekologi termasuk dalam keragaman sistem. Perubahan keragaman sistem
dan peningkatan kebergantungan pada sumber yang dapat diperbaharui / renewable
source, material sisa, limbah dan energi, jika dapat bergerak perlahan mengikuti
waktu / masa siklus alam, akan mengurangi beban lingkungan.

Hardin Tibbs dalam artikelnya yang berjudul “Industrial Ecology : An Agenda for
Industry” menekankan 5 komponen prinsip dalam ekologi industri, yaitu :

1. Industri : merupakan kerjasama antara beragam industri dimana limbah


darisuatu industri merupakan bahan material bagi industri lainnya
2. Keseimbangan input dan output industri yang mengacu pada keterbatasan
system alam.
3. Pengurangan intensitas material dan energi dalam produksi

16
4. Peningkatan efisiensi dalam proses industri
5. Pengembangan supply energi yang dapat diperbaharui untuk keperluan
industri

Adopsi kebijaksanaan baru, baik kebijakan nasional maupun internasional


dalam pengembangan ekonomi. Simbiosis industri mempekerjasamakan antar
banyak komponen yang penekanannya pada siklus dan penggunaan ulang dari
material dalam perpektif sistem yang lebih luas. Komponen ini termasuk energi dan
material yang solid, perpective siklus hidup, pengaliran, lingkaran tertutup dari aliran-
aliran material.

Masing-masing pertukaran dikembangkan sebagai pengelolaan bisnis yang


menarik secara ekonomi antara perusahaan yang berpartisipasi melalui kontrak
bilateral. Hal ini menunjukkan bahwa simbiosis tidak bergantung pada proses
perencanaan dan secara kontinu akan berkembang. Regulasi / kebijakan berperan
secara tidak langsung selama bertahun-tahun.

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keuntungan dalam Ekosistem Industri

1. Kondisi yang menarik untuk dikembangkan dalam jarring timbal balik dalm
suatu kawasan industry
2. Jenis industry dalam kawasan harus berbeda, tetapi harus sesuai satu sama
lain
3. Pengelolaan harus bersifat komersil dan secara ekonomi menguntungkan
4. Pengembangan harus dilakukan dengan suka rela dalam kerangka
kerjasama dengan melibtakan suatu lembaga independent yang menangani
kebijakan / regulasi
5. Jarak lokasi yang berdekatan seara fisik antar pelaku industry diperlukan
untuk pertimbangan biaya transportasi pengangkutan material dan aliran
energy
6. Para menejer pabrik harus saling mengenal

3.2 Prinsip Ekosistem Industri

1. Ekosistem Industri : merupakan kerjasama antara beragam industry dimana


limbah dari suatu industry merupakan bahan material bagi industry lainnya.
2. Keseimbangan input dan output industry yang mengacu pada keterbatasan
system alam
3. Pengurangan intensitas material dan energy dalam produksi
4. Peningkatan efisiensi dalam proses industri
5. Pengembangan supplu energy yang dapat diperbaharui untuk keperluan
industry
6. Adopsi kebijaksanaan baru, bak nasional maupun internasional dam
pengembangan ekonomi.

18
3.3 Ciri- Ciri Ekosistem Industri

1. Siklus material dan bahan baku


analog dalam system industry terdapat rantai operasi dalam arah
keseluruhan,misalnya dari bahan mentah diproses,kemudian menghaasilkan
produk, selanjutnya proses produksi mengahsilkan limbah/sisa.
2. Keragaman
Dalam ekosistem industry keragaman dapat dipahami sebagai keragaman
pelaku atau keragaman dalam kebergantungan, dalam kerjasama dalam
suatu industri
3. Kawasan
Kawasan dalam pengembangan system ekologi industry adalah
pemanfaatan material dan sumber energy,limbah dan energy kawasan,
menghargai factor keterbatasan dalam kawasan dengan mengontrol skala
beban aktifitas industry pada lingkungan dan merupakan kegiatan kerjasama
antara pelaku dalam areal yang berdekatan satu sama lain.
4. Perubahan secara perlahan-lahan
Proses alam dicirikan oleh perubahan secara perlahan-lahan. Misalnya,
generasi dan regenerasi minyak bumi dan air tanah brlangsung setelah
ratusan bahkan ribuan tahun. Demikian juga dengan evolusi biologi dan
genetic secara perlahan.

3.4 konsep Ekosistem Industri

Konsep dalam ekologi industry mendapati analogi ekosistem alam kedalam


system industry. Tingkatan-tingkatan organisme dalam ekosistem saling
berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan. Tingkatan organisasidalam dunia industry adalah industry tunggal,
industry kawasan, industry global, dan ekosistem industri.antara komunitas industry
dan lingkungan industry selalu terjadi interaksi.interaksi ini menciptakan kesatuan
ekologi yang disebut ekosistem,komponen penyusun ekosistem adalah
produsen,konsumen,dan decomposer/pengurai.

19
3.5 Contoh kasus ekosistem usaha

Penelitian beberapa tahun terakhir di Asia Pasifik menunjukkan peningkatan


konsentrasi penelitian akan topik Pendidikan Kewirausahaan. Variasi kurikulum dan
jumlah program kewirausahaan juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Lembaga
pemerintahan menaruh perhatian khusus pada pengembangan inovasi dan
kewirausahaan, terutama di tingkat Pendidikan Tinggi (Wu, 2017).

(Wright et al., 2017) merumuskan kerangka ekosistem untuk usaha rintisan


mahasiswa. Kerangka ini adalah sebuah integrasi berbagai elemen yang
mendukung usaha rintisan mahasiswa. Elemen dalam kerangka tersebut adalah (1)
kondisi lingkungan internal universitas (antara lain sejarah dan kapabilitas
universitas), (2) kondisi eksternal universitas (seperti kebijakan pemerintah, dan
konteks industri),

(3) perkembangan teknologi (seperti internet dan digitalisasi), (4) adanya investor
(seperti crowdfunding dan hibah), (5) aktivitas pendukung (seperti program inkubasi
dan akselerator), (6) pelaku usaha (berasal dari alumni universitas dan dosen).
Seluruh elemen ini berpadu untuk mendukung terciptanya usaha rintisan yang
diinisiasi mahasiswa. Kondisi pandemi covid19 (selanjutnya disebut pandemi) terjadi
bersamaan dengan periode dimulainya semester genap, bulan Maret 2020.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan seluruh struktur
perkuliahan beralih menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (selanjutnya disingkat PJJ).
Khusus bagi mahasiswa semester 8 yang sedang menjalankan BP, seluruh proses
konsultasi bimbingan diadakan secara daring, demikian juga dengan pelaksanaan
bisnis yang harus memenuhi peraturan PSBB. Hal ini tentu menjadikan pelaksanaan
BP mengalami beberapa perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan
rencana sebelumnya dalam Hatching Program.

Dinamika Perubahan Usaha Rintisan Mahasiswa di Masa Pandemi

Di masa pandemi, Kelompok BP (business project) mengalami beberapa


perubahan dibandingkan dengan rencana bisnis yang telah disusun dalam mata
kuliah Hatching sebelumnya. Perubahan yang dihadapi oleh kelompok BP yang
menjadi narasumber penelitian ini meliputi perubahan lokasi domisili anggota

20
kelompok dan perubahan metode penjualan. Profil Narasumber Kelompok BP Data
internal pengelola program S1 Bisnis menunjukkan peningkatan jumlah kelompok
BP dalam 3 tahun terakhir. Di tahun 2020 tercatat ada 110 kelompok BP, meningkat
dari tahun sebelumnya berturut-turut sejumlah 86 kelompok dan 82 kelompok.
Komposisi alokasi kelompok pada BP tahun 2020 adalah di sektor industri kuliner
(termasuk makanan dan minuman) sebesar 42%, Fesyen sebesar 25%, Teknologi
dan Layanan sebesar 18%, Kriya sebesar 6%, Lain-lain (termasuk Agro, Chemical,
Beauty) sebesar 9%. Narasumber penelitian ini diambil dari latar belakang industri
Kuliner, Fesyen, Teknologi dan Kriya. Nama kelompok BP sudah disusun menurut
abjad seperti tercantum pada tabel 1.

tabel 1. Profil kelompok BP

Nama Kelompok Nama Kategori Produk Deskripsi Singkat Bisnis


BP Narasumber

COLT&FILLY Ivana Lystia Fashion Penyedia pakaian anak umur 3-6 tahun
dengan bahan yang nyaman dan dilengkapi
dengan unsur edukasi.

EVENE Celine Kesley Teknologi Platform penghubung individu yang ingin


Kosasi menyelenggarakan perayaan dengan
penyedia jasa private event.(fotografer, MUA,
dekorator)

KALAYA Muhammad Fashion Fashion hijab premium dengan motif hijab


Farras Alghifar Asma’ul Husna pada setiap koleksi desain dari
seniman asal Indonesia

PAWPALS Novita Evania Agro Penyedia makanan anjing bernutrisi herbal


Tandy buatan rumah dan menyediakan konsultasi gizi
anjing peliharaan

RUKA Chelin Pramono Kriya homedecor organizer dengan konsep all-in


one yang mengolah sisa plastik dan kayu
sebagai bahan dasarnya

TIELS Marvel Louigy Kriya Homedecor berbahan dasar kayu pilihan untuk
desk organizer agar memudahkan pengaturan

21
barang kecil di atas meja

WALKIM Axel & Ivan Makanan Foodtruck makanan khas Jepang seperti
Kristopher Gyudon, Hamburg, dan Katsu Curry dengan
harga terjangkau

Sumber : data primer yang diolah, 2020

Perubahan lokasi anggota kelompok

Setiap kelompok BP terdiri dari 3-5 mahasiswa. Pembentukan kelompok


adalah atas inisiatif mahasiswa sendiri di awal semester 7. Pada periode bulan
Maret 2020, saat pandemi merebak, setiap anggota kelompok BP harus mengikuti
anjuran tetap tinggal di rumah. Mereka yang tadinya tinggal di pondokan sekitar
BSD, harus pulang ke rumah masing-masing. Tabel 2 mencantumkan komposisi
anggota tiap kelompok dan domisili setiap anggota kelompok.

Tabel 2. Dinamika Anggota Kelompok BP

Nama Kelompok Komposisi Anggota Domisili Anggota


BP

COLT&FILLY 2 Mahasiswi; 3 Mahasiswa Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung

EVENE 2 Mahasiswi ; 2 Mahasiswa Jakarta,Tangerang,Bekasi

KALAYA 3 Mahasiswi ; 2 Mahasiswa Jakarta,Tangerang


Selatan,Cirebon,Palembang ,Makassar

PAWPALS 2 Mahasiswi ; 3 Mahasiswa Jakarta, Tangerang Sealtan, Bandung,


Tegal,Surabaya

RUKA 4 Mahasiswi ; 3 Mahasiswa Jakarta,Tangerang, Tegal

TIER 1 Mahasiswi ; 4 Mahasiswa Jakarta, Tangerang,

WARKIM 1 Mahasiswi ; 3 Mahasiswa Jakarta,Tangerang, Bekasi, Bandung

Sumber: Data primer yang diolah, 2020

22
Narasumber berpendapat dengan adanya perbedaan lokasi memberikan dampak
positif dan negatif bagi kelompok. Dampak positif adalah kelompok dapat
menjangkau area pemasaran yang tadinya tidak direncanakan. Berikut petikan
pernyataan perwakilan kelompok.

“Awalnya target market cuma di Jakarta dan Tangerang, tapi karena


anggota pada pulkam, ada yang ke Surabaya, Tegal, Bandung. Kelompok lalu
mewajibkan tiap anggota harus mencari toko konsinyasi, dan akhirnya dapat di
Tegal dan Bandung” (PAWPALS)

“ Kelompok kita ada yang pulang ke Palembang dan Makasar, kita minta
mereka bantu promosi disana, termasuk bikin insta ads” (KALAYA)

Sementara, dampak negatifnya adalah pembagian pekkerjaan menjadi tidak merata


antar anggota kelompok. Hal ini tercermin dari pernyataan berikut :

“Pembagian jam kerja khususnya aspek produksi jadi lebih berat kerjanya.
Karena rumah saya lokasinya jauh dari vendor, saya ga bisa bantu ikutan
ngecek barang ke vendor, padahal biasanya kita semua sekelompok ke
vendor” (RUKA)

“Ada satu anggota kelompok yang tanggungjawab utamanya sebenarnya di


pemasaran, tapi karena rumahnya yang paling dekat dengan konveksi, jadi
dia bantu juga memantau produksi”(COLT&FILLY)

“Awalnya kami rencana buka kedai di Gading Serpong, tapi rencana ini tidak
bisa dijalankan. Kelompok kami lalu memutuskan untuk menerima pesanan
makanan sesuai domisili anggota kelompok. Negatifnya, tiap anggota
kelompok jadi harus punya stok produksi dan masak sendirisendiri
(WARKIM).

Perubahan metode penjualan

Perkembangan internet dalam bentuk kemudahan mencari informasi sangat


membantu mengurangi biaya pembentukan usaha baru. Semakin meluasnya
kegiatan digital ekonomi juga dianggap sebagai bentuk perkembangan teknologi

23
yang sangat membantu terbentuknya usaha rintisan mahasiswa (Wright et al.,
2017). Pada konteks Indonesia di kondisi pandemi, para pelaku usaha beralih ke
aktivitas digitalisasi ekonomi. Berdasarkan survei yang dilakukan Tim Katadata
terhadap pelaku usaha, ada 5 aplikasi yang paling banyak digunakan pada periode
pandemi, yaitu media sosial, video streaming, layanan pesan singkat, e-commerce,
dan pengantaran makanan (Ulfa, 2020)

Pada kasus kelompok BP di penelitian ini, Kelompok BP KALAYA, dari awal


rencana bisnis sudah menetapkan metode penjualan produk hijabnya secara daring,
sehingga kelompok ini mengalami sedikit perubahan metode penjualan di masa
pandemi. Sementara itu, Kelompok BP lain menyebutkan adanya perubahan yang
cukup signifikan karena harus beralih ke metode penjualan secara daring. Kelompok
BP EVENE, yang awalnya bertindak sebagai penghubung antara penyedia jasa
event dan calon konsumen, tidak dapat menjalankan misi ini karena hampir seluruh
event pribadi (ulang tahun, syukuran kelahiran, dan lain-lain) dibatalkan atau ditunda
pelaksanaannya. Kelompok BP TIER dan RUKA, di masa Hatching Program juga
berencana fokus pada penjualan di acara bazaar dan pameran, dengan
pertimbangan konsumen yang membeli homedecor memilih untuk melihat langsung
produk, menilai kerapian pengerjaan produk. Di masa PSBB dan pandemi, semua
kegiatan pameran dibatalkan, sehingga kelompok BP perlu beradaptasi dan mencari
cara penjualan produk lain. Pernyataan narasumber berikut menjelaskan perubahan
yang terjadi.

“Pada saat pandemi kan semua di rumah, ga ada yang bikin acara. Kita
(EVENE) bingung mo ngapain. Akhirnya kita bikin IG live, tutorial make-up class,
webinar ‘cara fotografer bertahan di era pandemi’. Kegiatan IG live Ini beda banget
dengan rencana semula“.

“ Dari awal penelitian kita mengesampingkan penjualan online, terutama e-


commerce. Ternyata pas psbb, semua bazaar batal… Akhirnya kita buat e-
commerce dan akun Tokopedia, malah terakhirnya ada pemasukan dari situ.
Bahkan ada yang impulsive buyer, kita belum pasang iklan udah ada aja yang
beli.”(TIER)

24
“Karena beralih ke online sales, jadi kita siapin foto produk yang bagus,
difoto bersamaan dengan produk lain yang familiar dimiliki oleh konsumen. Jadi
meskipun ga pernah lihat produk kami sebelumnya, tapi konsumen bisa
membayangkan ukuran dan bentuknya”(RUKA)

Kelompok BP memanfaatkan media sosial, website dan market place untuk


mendukung jalur penjualan secara daring. Tabel 3 menunjukkan media pemasaran
yang digunakan kelompok.

Tabel 3. Media pemasaran

Nama kelompok Sosial media Website marketplace

COLT & FILLY Instagram Website mandiri Shopee

EVENE Instagram Website mandiri Tidak ada

KALAYA Instagram Website mandiri Shopee dan


tokopedia

PAWPALS Instagram Website manidiri Shopee dan


tokopedia

RUKA Instagram Website mandiri Shopee dan blibli

TIER Instagram Website mandiri Tokopedia

WARKIM instagram Tidak ada Tokopedia

Sumber : data primer yang diolah,2020

Seluruh kelompok menggunakan media sosial Instagram untuk media


pemasaran mereka, khususnya untuk menampilkan katalog produk dan informasi
kontak yang bisa dihubungi. Media website juga digunakan untuk menampilkan
informasi produk, sementara dua platform marketplace terfavorit yang digunakan
yaitu Tokopedia dan Shopee. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh tim

25
Katadata kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), era baru bagi
pelaku usaha adalah beralih pada marketplace karena tingginya transaksi secara
daring dan makin banyaknya pemakaian pembayaran digital (KIC, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh (Purbasari et al., 2020) juga menekankan


pentingnya penggunaan platform digital di era pandemi. BP sebagai sebuah usaha
yang baru berdiri masuk juga dalam kategori usaha mikro, sehingga pemanfaatan
media pemasaran digital sangat diperlukan bagi usaha sejenis.

Sistem Pendukung Usaha Rintisan Mahasiswa

Wright et al., (2017) menyebutkan sistem pendukung usaha rintisan


mahasiswa dapat berasal dari individu/lembaga yang berasal dari lingkungan
internal kampus atau dari lingkungan eksternal kampus. Lembaga Riset, Kantor
Administrasi Program, Pusat Kajian Bisnis, dan Mentor, serta Dosen adalah
beberapa contoh lembaga atau individu dari lingkungan internal kampus.
Perusahaan, lembaga sektor publik di tingkat daerah dan pusat adalah contoh
pendukung usaha rintisan mahasiswa dari lingkungan eksternal kampus. Alumni
yang menjadi dosen tamu atau adanya dosen yang juga menjadi pengusaha dapat
menjadi penghubung antara lingkungan internal dan eksternal. Hal ini sesuai dengan
peran mereka sebagai pengajar kewirausahaan dan pembimbing kegiatan bisnis.

Pada kasus kelompok BP di penelitian ini, Keluarga dan Orang tua sangat
mendukung pelaksanaan BP di masa pandemi. Hal ini dapat tercermin dari
ungkapan kelompok berikut:

“Semua orang tua di kelompok kami sangat mendukung, ga ada yang


keberatan dengan modal yang harus disumbangkan untuk bisnis
kelompok”(COLT&FILLY)

“Keluarga sangat mendukung, apalagi yang rumahnya mau dijadikan tempat


stok barang, bahkan ada yang adik kakaknya juga ikut bantuin
produksi”(PAWPALS)

26
Kelompok BP juga memiliki mentor akademis yaitu pembimbing tugas akhir.
Dua orang dosen dialokasikan sebagai pembimbing untuk setiap kelompok BP.
Dosen dialokasikan sesuai dengan pengalaman usaha atau peminatan riset dosen
terkait sub sektor industri kreatif. Misalkan, ada dosen yang memiliki usaha rumah
makan, maka kelompok BP dengan kategori produk kuliner dapat dialokasikan pada
dosen tersebut. Seluruh kelompok BP dalam penelitian ini menyepakati pihak yang
paling berkontribusi dalam bisnis mereka adalah pembimbing dan mentor eksternal,
seperti tercermin dalam pernyataan berikut:

“dukungan dari pembimbing dan pihak yang kami ajak kerjasama untuk bikin
IG live sangat berkontribusi buat kami.” (EVENE)

“pembimbing banyak kasih masukan, contohnya di awal PSBB saat kami


sudah ada stok barang, pembimbing minta kita coba jual dulu lewat marketplace”
(TIER)

“pembimbing kami punya pengalaman di bidang usaha kayu juga, jadi beliau
kasih masukan soal kualitas bahan, cara perhitungan bahan baku supaya ga ditipu
vendor” (RUKA)

“kami punya mentor yaitu dokter hewan yang sangat membantu kami saat
pembuatan purwarupa produk, kami konfirmasi komposisi kandungan herbal di
produk kami ke dokter tersebut’(PAWPALS)

27
28
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Ekosistem kawasan industri merupakan kawasan industri yang menjalankan


prinsip ekologi dalam operasinya, sehingga dapat disebut juga sebagai Eco
industrial park . Sejalan dengan pengembangan Eco industrial park, pengembangan
akan teknologi hijau juga harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan ekosistem
secara holistik, yaitu pembangunan yang berkelanjutan . Ekologi industri Pongracz,
E, 2006 adalah bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan yaitu peningkatan
ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem
industri dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan
lingkungan disekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan. Dalam ekologi
industri mengadaptasi analogi ekosistem alam kedalam sistem industri. Tingkatan-
tingkatan organisme dalam ekosistem saling berinteraksi, saling mempengaruhi
membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Tingkatan organisasi dalam
dunia industri adalah industri tunggal, industri kawasan, industri global dan
ekosistem industri. Antara komunitas industri dan lingkungannya selalu terjadi
interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem.

4.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan pada makalah ini ekosistem kawasan industry


merupakan kawasan yang harus menjalankan prinsip agar pengembangan
ekosistem kawasan industri tetap terjaga maka warga sekitar yang berada di
kawasan tetep berpatisipasi melindungi lingkukan ysng berada disekitar kawasan

industry dan pengelolaan limbah industry perlu adanya perhatian karena dapat
mencemari lingkungan
dan berbahaya bagi masyarakat sekitar

26
DAFTAR PUSTAKA

https://esthernbbn.wordpress.com/category/ekosistem-kawasan-industri/

https://esthernbbn.wordpress.com/2008/07/12/klasifikasi-dalam-ekosistem-
industri/#more-61

https://text-id.123dok.com/document/lzg8vk12y-ekosistem-industri-dan-ekologi-
industri.html

26

Anda mungkin juga menyukai